TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN INVESTASI DAN PASAR MODAL EVALUASI KINERJA PORTOFOLIO Dan REVIEW ARTIKEL TERKAIT Dosen Pengampu : Dr. Andarwati, ME. Disiapkan oleh : Hanifa Bennu Nur | 197020200111015 Program Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya 2020 2 EVALUASI KINERJA PORTOFOLIO I. Peran Manajer Investasi dalam Mencapai Kinerja yang Unggul Investor selalu tertarik untuk mengevaluasi kinerja portofolio mereka, namun akan membutuhkan banyak waktu dan biaya untuk menganalisis dan memilih sekuritas untuk suatu portofolio, sehingga seorang individu, perusahaan, atau institusi harus menentukan apakah upaya ini sepadan dengan waktu dan uang yang diinvestasikan di dalamnya. Seorang investor dapat mengelola portofolio mereka sendiri atau melalui jasa manajer uang professional. Dalam pengambilan keputusan ini seorang investor harus jeli menilai kemampuan manajer tersebut. Ada dua persyaratan utama manajer portofolio: 1. Kemampuan untuk memperoleh pengembalian di atas rata-rata untuk kelas risiko tertentu. Dalam hal pengembalian, persyaratan pertama jelas. Dalam teori modern, pengembalian yang disesuaikan dengan risiko yang superior dapat diperoleh melalui pemilihan waktu yang superior atau pemilihan sekuritas yang unggul. Manajer portofolio ekuitas yang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam memprediksi puncak atau palung pasar ekuitas dapat menyesuaikan komposisi portofolio untuk mengantisipasi tren pasar, memegang portofolio yang sepenuhnya terdiversifikasi dari saham beta tinggi melalui pasar yang meningkat dan mendukung saham lowbeta dan pasar uang instrumen selama pasar menurun. Keuntungan yang lebih besar di pasar yang meningkat dan kerugian yang lebih kecil di pasar yang menurun memberikan manajer portofolio pengembalian risiko yang disesuaikan di atas rata-rata. Seorang manajer portofolio pendapatan tetap dengan kemampuan penentuan waktu yang superior mengubah durasi portofolio untuk mengantisipasi perubahan suku bunga dengan meningkatkan durasi portofolio untuk mengantisipasi kegagalan suku bunga dan mengurangi durasi portofolio ketika harga diharapkan akan naik. Jika dijalankan dengan benar, strategi manajemen portofolio obligasi ini juga memberikan pengembalian yang disesuaikan dengan risiko yang superior. Sebagai strategi alternatif, manajer portofolio dan analisnya dapat mencoba secara konsisten untuk memilih saham atau obligasi undervalued untuk kelas risiko tertentu. Bahkan tanpa timing pasar yang superior, portofolio semacam itu kemungkinan akan mengalami pengembalian yang disesuaikan dengan risiko di atas rata-rata. 2. Kemampuan untuk mendiversifikasi portofolio sepenuhnya untuk menghilangkan semua risiko yang tidak sistematis, relatif terhadap tolok ukur portofolio Faktor kedua yang perlu dipertimbangkan dalam mengevaluasi manajer portofolio adalah kemampuan untuk melakukan diversifikasi sepenuhnya. Rata-rata pasar memberi penghargaan kepada investor hanya karena menanggung risiko sistematis (pasar). Risiko tidak sistematis tidak 3 dipertimbangkan ketika menentukan pengembalian yang diperlukan karena dapat dihilangkan dalam portofolio pasar yang terdiversifikasi. Karena mereka tidak dapat mengharapkan imbalan karena menanggung ketidakpastian ini, investor sering ingin portofolio mereka terdiversifikasi sepenuhnya, yang berarti mereka ingin manajer portofolio menghilangkan sebagian besar atau semua risiko tidak sistematis. Tingkat diversifikasi dapat dinilai berdasarkan korelasi antara pengembalian portofolio dan pengembalian untuk portofolio pasar atau indeks patokan lainnya. Portofolio yang benar-benar terdiversifikasi sangat terkait dengan portofolio benchmark yang sepenuhnya terdiversifikasi. Kedua persyaratan manajer portofolio ini penting karena beberapa teknik evaluasi portofolio mempertimbangkan satu persyaratan tetapi tidak yang lain. Teknik lain secara implisit mempertimbangkan kedua faktor tetapi tidak membedakan di antara mereka. Proses Manajemen Portofolio. Manajemen portofolio adalah suatu proses yang dilakukan oleh investor mengatur uangnya yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibuatnya. Proses manajemen portofolio yang diusulkan oleh CFA (Chartered Financial Analyst) dapat dibagi menjadi tiga bagia utama,yaitu: 1. Perencanaan Portofolio Tahapan perencanaan ini memfokuskan pada penentuan input-input yang diperlukan untuk membentuk portofolio. Ada tiga input yang digunakan untuk membentuk portofolio, yaitu: (1) Return ekspektasian individual sekuritas; (2) Varian return individual sekuritas; dan (3) Kovarian return individual sekuritas. Hasil dari perencanaan ini adalah kebijakan-kebijakan dan strategistrategi portofolio serta ekspektasi-ekspektasi pasar yang nantinya dibutuhkan dalam pembentukan portofolionya. Dalam melakukan perencanaan portofolio terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Sasaran-sasaran Investasi Investor Proses manajemen portofolio dimulai dengan menentukan sasaran investasi investor. Sasaran investasi lebih difokuskan pada pencapaian kombinasi return dan risiko yang terbaik dari sudut pandang investor. Kombinasi ini menunjukan tukaran (trade off) antara return yang dituntut yang dapat diterima oleh investor dengan tingkat toleransi risiko yang harus dihadapi (risk tolerance) b. Proferensi Risiko Investor Secara umum,tukaran (trade-off) return yang dituntut dan risiko yang harus dihadapi oleh investor adalah berhubungan positif, yaitu higher return-higher risk dan lower return-lower risk 4 (lebih tinggi return lebih tinggi risiko dan lebih rendah return lebih rendah risiko). Berdasarkan siklus hidup investor, tukaran return risiko umumnya mengalami perubahan sbb: 1) Accumulated phase (Fase akumulasi) 2) Consolidation phase (Fase konsolidsi) 3) Spending phase (Fase belanja) 4) Gifting phase (Fase memberi) c. Batasan-batasan Investasi Investor Dalam pembentukan portofolio, investor pasti dihadapkan pada beberapa batasan. Batasan-batasan yang dapat terjadi adalah sebagai berikut. 1) Likuiditas. Likuiditas berhubungan dengan kecepatan suatu aktiva dijual dengan harga yang wajar. 2) Ketersediaan aktiva. Ketersediaan berlawanan dengan likuiditas. Jika likuiditas adalah kemudahan dan kecepatan menjual, maka ketersediaan aktiva lebih ke kemudahan dan kecepatan membeli suatu aktiva. 3) Horison Investasi. Horison investasi berhubungan dengan lama waktu investasi karena dana yang diinvestasikan belum digunakan untuk keperluan lain oleh investor. 4) Peraturan-peraturan. Investor institusional umumnya terkait terikat dengan berbagai peraturan dalam pembentukan portofolionya. 5) Pajak. Investor adalah subjek pajak, dan kebijakan investasi dapat diarahkan untuk menciptakan return yang baik dengan pajak yang minimal. 6) Kebutuhan-kebutuhan unik. Investor individual adalah individu yang unik yang dapat mempunyai kebutuhan-kebutuhan unik yang berbeda satu investor dengan investor lainnya. d. Kebijakan-kebijakan dan Strategi-strategi Investasi Pernyataan kebijakan investasi merupakan pernyataan yang mendiskripsikan kebijakan investasi yang diambil termasuk didalamnya informasi mengenai sasaran-sasaran, batasanbatasan dan preferensi-preferensi dari dana yang diinvestasikan. e. Pertimbangan-pertimbangan faktor makro yang relavan Faktor-faktor makro yang harus dipertimbangkan adalah faktor-faktor ekonomik, sosial, politikal, dan sektor industri. Faktor ekonomik yang harus dipertimbangkan adalah tingkat suku bunga pasar yang akan terjadi karena suku bunga mempunyai hubungan terbaik signifikan dengan kinerja pasar modal. Inflasi juga perlu dipertimbangkan terutama untuk investasi berhorizon jangka panjang. 5 f. Menentukan Ekspektasi Pasar Modal Penentuan ekspektasi pasar modal adalah mengekspektasi kondisi pasar modal dimasa depan yang harus sudah dipersiapkan sedini mungkin, misalnya mengekspektasi return ekspekstasian dari masing-masing sekuritas yang akan dimasukan kedalam portofolio. 2. Eksekusi Portofolio Mengeksekusi portofolio berarti membuat portofolionya jika portofolio masih belum dibuat dan merevisinya dikemudian hari berdasarkan umpan balik yang diterima. Beberapa tahapan dalam mengeksekusi portofolio adalah: a. Alokasi Aktiva (asset allocation) b. Optimalisasi Portofolio (portofolio optimization) c. Pemilihan sekuritas (security selection) d. Implementasi dan Eksekusi 3. Umpan Balik Kinerja Portofolio Jika kinerja portofolio menjadi tidak optimal karena kondisi pasar yang berubah, maka portofolio ini perlu diseimbangkan kembali (rebalancing). Menyeimbangkan portofolio adalah kegiatan untuk mengubah alokasi jenis asset portofolio atau komposisi sekuritas yang ada di portofolio untuk tetap menjaga kinerja portofolio tetap optimal. II. Mengukur Kinerja Portofolio Untuk mengetahui apakah sasaran investor masih tercapai, maka kinerja portofolio perlu dihitung dan diukur setiap saat dan dibandingkan dengan benchmark sasaran investor. Kinerja portofolio dapat dihitung berdasarkan return portofolionya saja. Karena adanya tukaran (trade off) antara return dan risiko, pengukuran portofolio berdasarkan returnnya saja mungkin tidak cukup, tetapi harus dipertimbangkan keduanya yaitu return dan risikonya. Pengukuran yang melibatkan kedua factor ini disebut dengan return sesuaian risiko (risk adjusted return). 1. Return Portofolio Kinerja portofolio yang hanya di dasarkan pada returnnya saja dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: π π = ππ΄π΅π‘ − ππ΄π΅π‘−1 ππ΄π΅π‘−1 Notasi: Rp = Return portofolio NABt = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode sekarang (t) NABt-1 = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode lalu (t-1) 6 Perhitungan tersebuat hanya melibatkan satu periode saja, yaitu antara waktu membeli portofolionya sampai waktu menjual portofolionya.Jika investasi portofolio melibatkan beberapa perioda, maka perhitungan return rata-rata dapat dilakukan dengan cara geomatrik dan rata-rata timbangan-rupiah (rupias-weighted). Rata-rata geomatrik digunakan untuk menghitung rata-rata yang memperhatikan tingkat pertumbuhan kumulatif dari waktu ke waktu. 2. Return Sesuaian Risiko (Risk Adjusted Return) Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang rendah ini disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya. Beberapa model perhitungan return sesuaian risiko: Reward to Variability (sharpe measure) Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan Sharpe measure atau disebut juga dengan nama return to variability (RVAL) yang dikenalkan oleh William F. Sharpe pada tahun 1966. Rumusnya adalah: RVAR = Μ Μ Μ Μ Μ TR π − Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π ππ Notasi: RVAR = reward to variability atau pengukur sharpe Μ Μ Μ Μ Μ TR π = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu σp = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return portofolio dalam periode tertentu Μ Μ Μ Μ Μ TR π − Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π = return lebih (excess return) portofolio Nilai RVAR menunjukkan kinerja dari portofolio. Semakin besar nilai RVAR semakin baik kinerja dari portofolionya. Pengukur Sharpe atau RVAR sebenarnya adalah mengukur slop atau sudut dari portofolio yang ditarik dari titik return bebas risiko. Portofolio terbaik adalah portofolio yang mempunyai sudut terbesar. Reward to Volatility (Treynor Measure) Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan membagi return lebih (excess return) dengan volatilitas portofolio. Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Treynor (Treynor Measure) atau disebut juga dengan nama reward to volatility (RVOL) yang dikenalkan oleh Jack L. Treynor pada tahun 1966. 7 Rumusnya adalah sebagai berikut: RVOL = Μ Μ Μ Μ Μ TR π − Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π π½π Notasi: RVOL = reward to volatility atau pengukur Treynor Μ Μ Μ Μ Μ TR π = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu π½π = volatilitas yang diukur dengan beta portofolio dalam periode tertentu Μ Μ Μ Μ Μ TR π − Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π = return lebih (excess return) portofolio Nilai RVOL menunjukan kinerja portofolionya, semakin besar nilai RVOL semakin baik kinerja portofolionya. Berbeda dengan Sharpe, Treynor membagi return lebih portofolio (reward) dengan beta portofolio. Treynor berargumentasi bahwa portofolio yang dibentuk mestinya adalah portofolio optimal, maka risiko unik (unsystematic risk) dapat diabaikan dan yang masih tertinggal adalah risiko sistematik (systematic risk) yang diukur dengan beta. Nilai-nilai π½π juga dapat dihitung sebagai rata-rata timbangan nilai ᡦ sekuritas yang membentuk portofolionya. Perbandingan Pengukur Sharpe dan Pengukur Treynor Pengukur Sharpe dan Treynor menggunakan pembagi yang berbeda. Pengukur Sharpe menggunakan pembagi variabilitas yang diukur dengan deviasi standar return portofolio (σ p), sedang pengukur Treynor menggunakan pembagi volatilitas yang diukur dengan pengukur risiko sistematik atau beta portofolio (ᡦp). Karena pembaginya berbeda, hasil kedua pengukur ini dapat berbeda. Pengukur Sharpe menggunakan pembagi deviasi standar yang menunjukkan total risiko dari portofolio. Pengukur Treynor menggunakan pembagi beta yang menunjukkan risiko sistematik saja dari portofolio. Jika asumsi bahwa reksadana-reksadana yang diukur adalah portofolio optimal, maka risiko unik mereka akan terdiversifikasi dan yang tersisa hanya risiko sistematik, sehingga risiko totalnya akan bernilai sama dengan risiko sistematiknya. Jika hal ini terjadi, yaitu reksadana-reksadana yang diukur adalah portofolio optimal maka kedua pengukur itu akan memberikan hasil urutan yang sama. Jensen’s Alpha Kinerja portofolio juga dapat ditentukan oleh intersepnya (intercept). Semakin tinggi intersepnya semakin tinggi return portofolionya, Pengukuran intersep ini dikenalkan oleh Michael C. Jensen pada tahun 1968. Pengukuran ini disebut dengan nama Jensen’s Alpha yang 8 dikembangkan dari CAPM. Pengukuran Jensen’s adalah selisih antara return rata-rata portofolio dengan nilai menurut CAPM. Persamaannya adalah sebagai berikut: Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ Μ πΌπ = (ππ π − π π΅π ) − π½π (π π − π π΅π ) Notasi : πΌπ = Jensen’s alpha Μ Μ Μ Μ Μ TR π = rata-rata return total portofolio periode tertentu Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π = rata-rata return aktiva bebas risiko periode tertentu Μ Μ Μ Μ Rπ = rata-rata return pasar periode tetentu Μ Μ Μ Μ Μ TR π − Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π = rata-rata premium risiko portofolio (portfolio risk premium) Μ Μ Μ Μ R π − Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π = rata-rata premium risiko pasar (market risk premium) Reward to Market Risk Karena skala pembagi antara pengukur Sharpe dan pengukur Treynor berbeda, maka hasil keduanya tidak dapat dibandingkan. Hartono, 2009 (dalam Jogiyanto, 2017) mencoba menawarkan solusi untuk memodifikasi pengukuran Treynor dengan menggunakan pembagi yang mempunyai skala yang sama dengan yang digunakan di pengukuran Sharpe. Pengukur ini akan disebut dengan RMAR (Reward to Market Risk), sebagai berikut: RVOL = Μ Μ Μ Μ Μ TR π − Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π π½π . ππ Notasi: RMAR = reward to market risk atau pengukur Treynor modifikasian π½π . ππ = risiko pasar (risiko sistematik) portofolio dalam periode tertentu Reward to Diversification Pengukur reward to market risk (RMAR) sebagai modifikasi dari pengukur Treynor masih belum dapat menjelaskan seberapa besar diversifikasi yang seharusnya dapat dicapai oleh portofolio. Hartono, 2009 (dalam Jogiyanto, 2017) mencoba memberikan suatu pengukur kinera portofolio yang menunjukkan besarnya diversifikasi yang seharusnya dilakukan yang kenyataannya tidak dilakukan oleh portofolio. Besarnya diversikasi yang tidak dilakukan oleh portofolio adalah sebesar risiko total yang terjadi (σ p) dikurangi dengan risiko sistematisnya (π½π . ππ ) atau sebesar (ππ − π½π . ππ ). Nilai ini adalah besarnya diversifikasi yang tidak mampu dilakukan oleh portofolio. Semakin besar nilai (ππ − π½π . ππ ) semakin jelek kinerja dari portofolionya. 9 Dengan demikian, reward to diversification (RDIV) menurut Hartono (2009) dapat dirumuskan sebagai: RDIV = Μ Μ Μ Μ Μ TR π − Μ Μ Μ Μ Μ π π΅π (ππ − π½π . ππ ) Notasi: RDIV = reward to diversification π½π . ππ = risiko pasar (risiko sistematik) portofolio jika terjadi diversifikasi penuh. (ππ − π½π . ππ )= risiko yang tidak mampu didiversifikasi oleh portofolio. 10 Artikel Judul The Analysis of Risk Adjusted Return Portfolio Performance Share for LQ 145 Index in Indonesia Stock Exchange in 2010-2014 Periods Penulis Arna Suryani, Eva Harianti Jurnal Procedia-Social and Behavioral Sciences, Sciencedirect Tahun 2015 Tujuan 1. Untuk menganalisa stock index return dan market return dari indeks 45 di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010-2014. 2. Menganalisis total risk dan systematic risk pada indeks saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014. 3. Menganalisis abnormal return (excess return) di LQ45 di Bursa Efek Indonesia 2010-2014. 4. Menganalisis kinerja portofolio indeks LQ45 yang diukur dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Kerangka kerja teoritis Pembahasan dan Hasil Untuk mengukur kinerja portofolio, penelitian ini menggunakan tiga parameter yang dikembangkan oleh William Sharpe, Jack Treynor dan Michael Jensen. Pengukuran kinerja ketiga disebut pengukuran kinerja Sharpe, kinerja Treynor dan kinerja Jensen (Tandelilin, 2010). Ketiga model menganalisis kondisi masa lalu dan memprediksi pengembalian dan risiko di masa depan (Samson, 2006). Hipotesis Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 11 Ho: Tidak ada perbedaan signifikan dari metode Sharpe, Treynor dan Jensen dalam mengukur kinerja portofolio saham dalam indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014. Hi: Terdapat perbedaan metode Sharpe, Treynor dan Jensen yang signifikan dalam mengukur kinerja portofolio pada indeks LQ 45 di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan publik yang terdaftar di Jakarta Stock Exchange pada periode tersebut 2010 hingga 2014. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling, dan setelah di observasi untuk 5 tahun dari 2010 hingga 2014, diperoleh sampel sebesar 14 saham karena secara konsisten terdaftar dalam indeks LQ45. 2. Variabel Operasional Variabel Operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Rate of return portfolio 2. Risk free rate 3. Market risk/portfolio systematic risk 4. The risk of total (sum systematic and unsystematic) 5. Index Sharpe (RVAR) 6. Index Trynor (RVOR) 7. Index Jensen (ALPHA) 3. Metode Pemrosesan Data - Langkah-langkah untuk mengukur kinerja portofolio adalah sebagai berikut: 12 Atau bisa juga didefinisikan sebagai: - Pengukuran kinerja portofolio saham dengan metode Sharpe, Treynor dan Jansen Temuan dan Diskusi Penelitian Seleksi didasarkan pada sampel observasi dalam periode 5 tahun dari 2010 hingga 2014 yang diperoleh sampel sebanyak 14 saham karena secara konsisten terdaftar dalam LQ45. Adapun 14 stock yang dijadikan sampel adalah: (1) Astra Argo Lestari Tbk (AALI), (2) Aneka Tambang Tbk (ANTM), (3) Astra Internasional Tbk (ASII), (4) Indofood Sukses MakmurT bk (INDF), (5) Tambang Batu Bara Bukit AsamTbk (PTBA), (6) Timah Tbk (TINS), (7) Perusahaan Gas Negara Tbk (PTGS), (8) Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), (9) Bank Central Asia Tbk (BBCA), (10) bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), (11) Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), (12) Bank Rakyat Indonesia (BBRI), (13) United Tractor Tbk (UNTR), (14) Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Dalam analisis yang lebih rinci dan pengembalian indeks saham di pengembalian indeks pasar Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014 digambarkan sebagai berikut: 13 1. Indeks Pengembalian Saham Indeks pengembalian saham selama periode 2010 hingga 2014 dengan kisaran minimum dan maksimum -0.0371 - 0,0669, jika indeks pengembalian perusahaan positif dan nilai semakin besar pengembalian yang diterima akan lebih baik. Ini berarti bahwa rata-rata selama periode studi dari 2010 hingga 2014 sebesar -0.0371 pengembalian terendah pada tahun 2011 ditemukan di perusahaan TINS, sedangkan pengembalian tertinggi pada tahun 2010 adalah sebesar 0,0669 yang terdapat di perusahaan BBNI. 2. Indeks Pengembalian Pasar Pengembalian rata-rata indeks pasar ILQ 45 yaitu selama periode 2010-2014 dengan kisaran setidaknya -0.023 dan kisaran maksimum 0,0212. Jika stock return market memiliki indeks positif, maka nilainya lebih besar dari return diterima, semakin baik. Ini berarti bahwa selama periode studi 2010 hingga 2014, pengembalian terendah adalah -0.023 terjadi pada 2013, sedangkan pengembalian tertinggi pada 0,0212 terjadi pada 2010. 3. Total Risiko Risiko rata-rata total investasi selama periode 2010 hingga 2014 yang diukur dengan metode standar deviasi adalah rentang yang diketahui minimal 0,0284 dan kisaran maksimum 0,3761. Ini berarti bahwa selama masa studi 2010 ke 2014 sebesar 0,0284 risiko terendah yang terdapat di Perusahaan PGAS pada tahun 2014 sedangkan risiko tertinggi adalah 0,3761 pada Perusahaan BBRI. 4. Risiko yang sistematis Rata-rata investasi berisiko sistematis selama periode 2010 hingga 2014 yang diukur dengan rentang beta yang diketahui setidaknya -0.3817 dan kisaran maksimum 12.5837. Semakin besar nilai beta, semakin sensitif perusahaan terhadap perubahan pasar. Ini berarti bahwa selama periode studi 2010 hingga 2014 rendahnya risiko sistematis -0.3817 yang terkandung dalam perusahaan AALI pada tahun 2011, yang berarti perusahaan tidak sensitif terhadap perubahan pasar, sedangkan yang tertinggi adalah 2,5837 risiko sistematis terdapat pada perusahaan BBNI pada tahun 2014 yang berarti perusahaan lebih sensitif terhadap perubahan pasar. 5. Indeks Kelebihan Pengembalian Saham Untuk LQ 45 Jumlah pengembalian atas (excess return) selama periode 2010 hingga 2014 diperoleh dari selisih antara pengembalian yang diharapkan dengan pengembalian risk-free (risk free) dalam hal ini adalah suku bunga. Semakin besar nilainya, 14 semakin besar kelebihan pengembalian yang didapat dibandingkan dengan tingkat bunga. Selama masa studi, 2010 hingga 2014, rata-rata kelebihan pengembalian terendah -0.0324 yang terdapat di perusahaan ASII yang berarti perusahaan memiliki tingkat return yang lebih rendah dari suku bunga, sedangkan return berlebih tertinggi sebesar 0,0457 terdapat di perusahaan BBNI tahun 2010 yang berarti bahwa return perusahaan lebih besar dari suku bunga. 6. Kinerja Portofolio Saham dengan Metode Sharpe Portofolio rata-rata berdasarkan Sharpe pada periode 2010 hingga 2014 nilai minimum di kisaran -2.3762 sehingga rentang maksimum sama dengan 0,0178. Selama masa studi perusahaan yang memiliki kinerja terbaik menurut Indeks Sharpe adalah BBNI dengan nilai 0,0178 pada 2010, sedangkan perusahaan yang memiliki kinerja terburuk menurut indeks Sharpe adalah TLKM pada tahun 2011 dengan nilai negatif -2.3762. 7. Kinerja Portofolio Saham dengan Metode Treynor Kinerja rata-rata dari metode Treynor berbasis portofolio pada periode 2010 hingga 2014 berada di kisaran pada least -1.5214 hingga rentang maksimum sama dengan 4.573. Selama masa studi perusahaan itu memiliki yang kinerja terbaik menurut indeks Treynor adalah TINS ie di tahun 2014 dengan nilai positif 4.573 sementara perusahaan yang memiliki kinerja terburuk dalam indeks Treynor adalah TLKM pada (Telecommunications IndonesiaTbk) di Indonesia tahun 2011 dengan nilai negatif 1.5214. 8. Kinerja Portofolio Saham dengan Metode Jensen Kinerja rata-rata dari metode berbasis portofolio Jensen dari periode 2010 hingga 2014 berada dalam kisaran di least -0.1418 hingga kisaran maksimum sama dengan 0.7727 Jika kinerja indeks Jensen / Alpha positif dan lebih besar kinerja portofolio semakin baik. Selama masa studi perusahaan itu memiliki kinerja terbaik menurut Jensen index adalah BBRI (Bank Rakyat Indonesia) dengan nilai positif 0,7727 pada 2010 sedangkan perusahaan memiliki kinerja terburuk menurut Jensen index adalah AALI (Astra Argo Lestari Tbk) pada tahun 2014 dengan nilai negative oleh -0.1418. 9. Perbandingan Kinerja Portofolio Saham dengan Indeks Sharpe, Treynor dan Jansen Berdasarkan uji kruskal wallish, perbandingan kinerja portofolio saham dengan Shape , Treynor dan Jensen metode pada indeks LQ 45 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam metode pengujian Sharpe, Treynor dan 15 Jensen. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Pengujian tambahan dengan membandingkan kinerja portofolio sebagai perhitungan treatment Kruskal Wallish diperoleh tidak ada perbedaan yang signifikan antara masingmasing perlakuan untuk melihat perbedaan ketiga antara rata-rata rank. Dengan melihat perbedaan antara tiga metode rata - rata rank, Treynor menunjukkan paling konsisten dengan lack perbedaan antara tiga pengukuran, karena perbedaan dalam rerata Treynor memilih rank terendah daripada Sharpe dan Jensen. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah: 1. Indeks pengembalian saham tertinggi adalah 0,0669 untuk perusahaan BBNI (Bank Negara Indonesia TbN) pada tahun 2010 dan terendah adalah TINS (TimahTbk) pada 2011 sebesar -0.0371. Adapun pengembalian market tertinggi di 0,0212 terjadi pada tahun 2010 dan yang terendah adalah -0.023 terjadi pada tahun 2013. 2. Total investasi risiko rata-rata terendah adalah PGAS yaitu 0,0284 pada 2014 dan tertinggi 0,3761 BBRI terkandung dalam perusahaan pada tahun 2011. Adapun rata-rata sistematis yang rendah -0338 berada di Perusahaan PGAS pada tahun 2014 dan tertinggi adalah 1.326 untuk ASII (Astra International Tbk). 3. Rata-rata kelebihan pengembalian terendah adalah -0.0324 untuk ASII dan tertinggi adalah 0,0457 ditemukan di BBNI pada 2010. Dalam penelitian ini, ada perusahaan yang kelebihan pengembalian negatifnya yaitu ANTM, PTBA (Tambang Batubara Bukit AsamTbk) dan TINS (TimahTbk) 4. Kinerja portofolio saham yang dinilai dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen: a. Kinerja portofolio dengan menggunakan metode sharpe Selama masa studi, BBNI memiliki kinerja terbaik dengan nilai 0,0178 pada 2010 sementara perusahaan yang memiliki kinerja terburuk adalah TLKM pada 2011 dengan nilai negatif -2.3762 . b. Kinerja portofolio dengan menggunakan metode Treynor Selama masa studi, perusahaan yang memiliki kinerja terbaik berdasarkan metode Treynor adalah TINS pada tahun 2014 dengan nilai positif 4.573, sedangkan perusahaan yang memiliki kinerja terburuk adalah TLKM (Telecommunications Indonesia TbN) pada tahun 2011 dengan nilai negatif 1.5214. 16 c. Kinerja portofolio dengan menggunakan metode Jensen Selama masa studi, menurut metode Jensen, perusahaan yang memiliki kinerja terbaik adalah BBRI (Bank Rakyat Indonesia) dengan nilai positif 0,7727 pada 2010, sementara mereka dengan kinerja terburuk adalah AALI (Astra Argo Lestari Tbk) pada tahun 2014 dengan nilai negatif -0,1418. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pengujian dengan metode Sharpe, Treynor dan Jensen. Metode Treynor memiliki konsistensi paling rendah perbedaan antara tiga pengukuran, karena perbedaan dalam rank rata-rata karena Treynor memiliki yang terendah di 101,61.