MAKALAH GOOD CORPORATE GOVERNANCE Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Good Corporate Governance Yang Diampu Oleh Ibu Swarmilah Hariani, SE, M.Acc Disusun Oleh Nama : Yessy Yestikasari Nim : 43217010097 Universitas Mercu Buana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 2020 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Swarmilah Hariani, SE, M.Acc pada mata kuliah Good Corporate Governance. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah para pembaca dan juga bagi penulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Swarmilah Hariani, SE, M.Acc. M.Ak, selaku Dosen Fakultas Ekonomi pada mata kuliah Good Corporate Governance yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya pelajari. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Jakarta, 3 April 2020 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHLUAN ............................................................................................................ 4 A. Latar Belakang ............................................................................................................ 4 B. Tujuan-Tujuan Good Corporate Governance ......................................................... 5 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 6 2.1 Konsep Good Corporate Govarnance ................................................................... 6 2.2 Penerapan GCG di Indonesia ................................................................................ 7 2.3 Infrastuktur Good Corporate Governance .......................................................... 8 2.4 Strategi Good Corporate Governance .................................................................. 8 2.5 GCG Dunia, Asia Tenggara Dan Indonesia ....................................................... 10 BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 13 3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 13 3.2. Saran ........................................................................................................................... 13 BAB I PENDAHLUAN A. Latar Belakang Munculnya corporate governance dapat dikatakan dilatarbelakangi dari berbagai skandal besar yang terjadi pada perusahaan-perusahaan baik di Inggris maupun Amerika Serikat pada tahun 1980an dikarenakan tindakan yang cenderung serakah dan mementingkan tujuan pihak-pihak tertentu saja. Hal ini tidak terlepas dari pertentangan kepentingan antara kebebasan pribadi dan tanggung jawab kolektif atau kepentingan bersama dari organisasi dimana hal ini menjadikannya sebagai pemicu dari kebutuhan akan corporate governance. Secara lebih luas pertentangan kepentingan di suatu organisasi itu terjadi antara pemilik saham dan pimpinan perusahaan, antara pemilik saham majoritas dan minoritas, antara pekerja dan pimpinan perusahaan, ada potensi mengenai pelanggaran lindungan lingkungan, potensi kerawanan dalam hubungan antara perusahaan dan masyarakat setempat, antara perusahaan dan pelanggan ataupun pemasok, dan sebagainya. Bahkan besarnya gaji para eksekutif dapat merupakan bahan kritikan. Pada awalnya corporate governance hanya berkembang di Inggris dan Amerika, tetapi seiring berkembangnya kompleksitas bisnis di berbagai negara di dunia maka segara berkembang pula di negara-negara lain. Perusahaanperusahaan di Indonesia belum mampu melaksanakan corporate governance dengan sungguh-sungguh sehingga perusahaan mampu mewujudkan prinsipprinsip good corporate governance dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah kendala yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan tersebut pada saat perusahaan berupaya melaksanakan corporate governance demi terwujudnya prinsip-prinsip good corporate governance dengan baik. Kendala ini dapat dibagi tiga, yaitu kendala internal, kendala eksternal, dan kendala yang berasal dari struktur kepemilikan. B. Tujuan-Tujuan Good Corporate Governance a) Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan. b) Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih efektif dan efisien. c) Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari organ perusahaan demi menjaga kepentingan para shareholder dan stakeholder perusahaan. d) Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan (khusunya perusahaanperusahaan pemerintah) terhadap perekonomian nasional. e) Meningkatkan investasi nasional; dan f) Mensukseskan program privat-isasi perusahaan-perusahaan pemerintah. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Good Corporate Govarnance Konsep yang baik yang dan efisien dalam mewujudkan Good Corporate Governance yaitu dengan cara melindungi hak pemegang saham serta memberlakukan hak persamaan terhadap pemegang saham. Selain itu peranan Stockholder juga terkait bisinis yang dijalakan kan dalam perusahaan. Konsep tersebut juga harus berdasarkan dari prinsip-prinsip GCG yang terdiri dari: a) Transparency (keterbukaan informasi), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. b) Accountability (akuntabilitas), yaitu kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. c) Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. d) Independency (kemandirian), yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. e) Fairness (kesetaraan da kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hakhak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Esensi dari corporate governance adalah peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau pemantauan kinerja manajemen dan adanya akuntabilitas manajemen terhadap pemangku kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku. Dalam prinsip GCG kita lebih mengarah kepada transparasi dan akuntabilitas. karena hak pemegang saham berhak memperoleh transparasi akan informasi tentang perusahaan serta bisa dipertanggungjawabkan (Frayogi 2017). 2.2 Penerapan GCG di Indonesia Dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG), tidak terlepas dari budaya organisasi yang berlaku di dalam organisasi itu sendiri. Budaya menurut Schein (2010:5) adalah fenomena dinamis dalam kondisi “disini dan saat ini” dan sebuah latar belakang sturktur paksaan yang berpengaruh pada kelompok melalui beberapa cara. Budaya sendiri secara terus-menerus diterapkan dan tercipta oleh interaksi yang dilakukan kelompok dengan terbentuk oleh perilaku kelompok itu sendiri. Greertz (dalam Driskill & Brendton 2010: 8) berpendapat pada budaya organisasi terdiri dari jaringan yang signifikan yang terus dipintal oleh organisasi itu sendiri, serta dibangun melalui adanya interaksi. Setiap organisasi memiliki cara-cara yang unik dari apa yang mereka lakukan. Hal ini sama halnya dengan budaya nasional maupun masyarakat, yang memiliki hal-hal yang unik,seperti Bahasa, benda-benda peninggalan sejarah, nilai-nilai, perayaan-perayaan, pahlawan-pahlawan, sejarah dan norma-norma, dan setiap organisasi juga memiliki hal unik yang berbeda-beda pula. Indonesia sebagai negara yang terdiri dari beragam jenis suku, ras, budaya dan etnis yang beragam telah terbentuk menjadi satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Segala kebudayaan nasional, lokal maupun asing sekalipun telah ada dan terbentuk bahkan sejak Indonesia belum merdeka pada tahun 1945. Budaya yang telah terbentuk itu kemudian terefleksikan pada budaya-budaya organisasi yang ada di Indonesia yang bertujuan untuk mencapai kesinambungan dan ketahanan dalam jangka panjang, meningkatkan kinerja dan pada akhirnya meningkatkan nilai tambah bagi organisasi untuk kepentingan pihak-pihak di dalam organisasi itu sendiri (proxsisgrup 2016). Jika dilihat Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanan Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dari negara- negara di Asia karena perusahaan2-perusahaan di Indonesia belum sepenuh menerapkan GCG di dalam Corporate Governenance. Maka dari itu cara pendekatan GCG yang sesuai dengan budaya Indonesia yaitu menerapakan wawasan tentang korporat serta memajukan usaha2 kecil serta koprasi yang merupakan dasar dari pembentukan governasi yang baik (Farizadlan11 2017). 2.3 Infrastuktur Good Corporate Governance GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsipprinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah: 1) Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement). 2) Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha. 3) Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab (Governance, Governance, and Governance 2018). 2.4 Strategi Good Corporate Governance Berikut ini ada 6 langkah untuk mengimplementasikan good corporate governance yang efektif. 1) Mempersiapkan Mind Set Sumber Daya Manusia Mind set adalah sesuatu yang begitu penting, dan sangat berpengaruh atas suksesnya implementasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip good governance di dalam perusahaan. Oleh karena itu, pada langkah pertama ini, perusahaan harus melakukan motivasi dan mengembangkan mind set baru yang sesuai dengan nilai dan prinsip good governance kepada setiap orang di perusahaan, tanpa terkecuali. Langkah pertama ini adalah awal dalam proses menginternalisasikan nilai-nilai good corporate governance kepada setiap individu di perusahaan. Di sini, diperlukan komitmen dan ketulusan dari para top manajemen untuk meletakkan kerangka dasar good corporate governance di setiap fungsi dan aspek kerja perusahaan. Sebab, hanya para top manajemen-lah yang memiliki kekuasaan besar, untuk mengharuskan setiap individu dalam perusahaan, bekerja sesuai nilai dan prinsip good corporate governance. 2) Mempersiapkan Rencana Implementasi Langkah kedua ini adalah langkahnya para top manajemen. Implementasi good governance hanya bisa dimulai atas restu dan kuasa para top manajemen. Oleh sebab itu, pimpinan puncak perusahaan harus menyiapkan tim yang hebat untuk menyusun rencana implementasi. Di mana, rencana ini dibuat untuk menyatukan setiap proses bisnis dan organisasi secara total, berbasiskan nilai dan prinsip good governance. Rencana implementasi harus mencakup, rencana memanfaatkan nilai dan prinsip good governance untuk membangun reputasi dan kredibilitas pelayanan perusahaan kepada shareholder, pelanggan, karyawan, dan stakeholder lainnya. Rencana untuk memperkuat daya tahan dan daya saing perusahaan, termasuk rencana untuk memperbaiki setiap risiko menjadi peluang, sehingga perusahaan dapat memfokuskan dirinya buat masa depan yang lebih cemerlang. 3) Mempersiapkan Standard Operating Procedure Yang Baru Langkah ketiga ini adalah kelanjutan dari langkah kedua. Setelah pimpinan puncak menyiapkan rencana implementasi, maka harus dibentuk sebuah tim, untuk menyesuaikan kembali Standard Operating Procedure (SOP) yang ada dengan nilai dan prinsip good governance, yang sesuai dengan kebijakan yang dihasilkan dari langkah kedua. Selanjutnya, SOP yang baru ini, wajib menginternalkan nilai dan prinsip good governance ke dalam prosedur pengoperasian bisnis dan organisasi perusahaan; wajib menjelaskan mengenai bagaimana prosedur standar dalam mengelola perusahaan berbasis good governance; dan wajib menjadi alat yang konsisten untuk membantu setiap orang di perusahaan dalam menjalankan bisnis perusahaan sesuai visi, misi, values, dan strateginya. 4) Mempersiapkan Implementasi SOP Secara Paralel Setelah langkah ketiga tuntas, maka pimpinan puncak harus membuat tim untuk melakukan implementasi terhadap SOP baru. Implementasi terhadap SOP baru tidak boleh bersifat langsung, sebab nanti bisa menciptakan stres dan kepanikan di dalam organisasi. Untuk itu, SOP baru haruslah dijalankan secara paralel dengan SOP yang lama. Tim yang dibentuk pimpinan puncak ini, harus secara intensif mempelajari dan mengambil tindakkan untuk memperbaiki setiap stres dan kepanikan yang ditimbulkan oleh SOP baru. Tim harus fokus untuk menyiapkan SOP baru dari segala aspek, agar bisa segera menggantikan SOP lama secara permanen. Konsep paralel ini hanya bersifat sementara, dan harus dihentikan segera pada saat setiap orang terbiasa dengan SOP yang baru. 5) Membangun Komitmen Dan Mempertegas Budaya Baru Berbasis Good Governance Pada langkah kelima ini, SOP baru harus sudah diterima dengan sepenuh hati oleh setiap orang di perusahaan. Termasuk, setiap pemimpin telah menjadi lebih ikhlas untuk melaksanakan setiap proses kerja berdasarkan prinsip dan nilai good governance. Dan, sekaranglah saatnya untuk membangun komitmen yang mempertegas kembali kepada setiap orang, untuk selalu konsisten menjalankan budaya kerja berbasiskan nilai dan prinsip good governance, serta harus siap memperbaiki kesalahan untuk memenuhi komitmen yang telah tersusun rapi dalam wujud SOP baru. Seluruh nilai-nilai yang ada di SOP baru tersebut, haruslah terfokus kepada daya saing dan daya tahan perusahaan, untuk bisa meningkatkan kualitas pelayanan yang memuaskan stakeholder. Khususnya, buat pelanggan, karyawan, dan shareholder. 6) Mengubah Teori Dan Konsep Menjadi Realitas Sudah menjadi kebiasaan banyak orang yang sangat takut menghadapi perubahan. Jadi, pasti akan ada pihak-pihak yang keberatan dengan implementasi good governance di perusahaan. Pasti akan ada pihak-pihak yang berkata bahwa semua ini hanya teori dan konsep yang tak mungkin bisa dijalankan dalam lingkungan perusahaan. Untuk itu, pimpinan puncak bersama-sama dengan setiap pimpinan unit kerja harus bersikap super disiplin, untuk mengubah teori dan konsep good governance menjadi realitas yang membudaya di setiap sudut organisasi perusahaan. Ajarkan kepada setiap pribadi secara terus-menerus bahwa menciptakan perusahaan yang jujur, adil, terbuka, dan bertanggung jawab kepada stakeholder, serta membuat perusahaan menjadi lebih profesional, sehat, berdaya saing, berdaya tahan, berkinerja tinggi, akan menjadi tempat yang nyaman dan damai buat membangun impian karier masa depan yang gemilang (Prasko 2012). 2.5 GCG Dunia, Asia Tenggara Dan Indonesia Penerapan GCG di Dunia didukung oleh Organisation for Economic Cooperation and Development dengan penerbitan prinsip-prinsip GCG yang bertujuan untuk membantu negara-negara baik negara anggota OECD maupun bukan anggota OECD untuk menerapkan GCG di negaranya terutama untuk dapat menyediakan pedoman dan saran-saran bagi bursa saham, investor, perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki peranan dalam proses pengembangan GCG. Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa tahun terakhir dengan sebagian besar pasar telah memperkenalkan peraturan yang komprehensif. Regulator perusahaan dan investor memiliki peran penting dalam Good Corporate Governance. Meskipun masih ada beberapa kekurangan dalam kerangka peraturan di banyak negara di kawasan Asia ini yang berfungsi untuk melumpuhkan manfaat apa yang telah dicapai. Meskipun ada perusahaan yang sadar melebihi standar tata kelola juga ada bukti yang jelas bahwa pendekatan terhadap masalah pemerintahan oleh banyak perusahaan di Asia berjumlah lebih sedikit. Hal ini menunjukkan hubungan yang kuat antara praktik Good Corporate Governance yang baik dan keuntungan finansial. Permasalahan GCG mulai muncul dipermukaan sejak munculnya kasus Enron dan KAP Arthur Andersen Enron dan KAP Arthur Andersen sudah melanggar kode etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk dilanggar. Mungkin saja pelanggaran tersebut awalnya mendatangkan keuntungan bagi Enron, tetapi akhirnya dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen. dapat menjatuhkan kredibilitas bahkan menghancurkan Enron dan KAP Arthur Andersen Dalam kasus ini, KAP yang seharusnya bisa bersikap independen tidak dilakukan oleh KAP Arthur Andersen. Karena perbuatan mereka inilah, keduaduanya menuai kehancuran dimana Enron bangkrut dengan meninggalkan hutang milyaran dolar sedangkan, KAP Arthur Andersen sendiri kehilangan keindependensiannya dan kepercayaan dari masyarakat terhadap KAP tersebut, juga berdampak pada karyawan yang bekerja di KAP Arthur Andersen dimana mereka menjadi sulit untuk mendapatkan pekerjaan akibat kasus ini. Kejatuhan perusahaan raksasa multinasional pada awal tahun 2000an menyadarkan masyarakat bisnis dan pemerintah bahwa corporate governance di negara mereka perlu di reformasi. Dua negara yang paling serius menangani imbas skandal perusahaan –perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan Amerika Serikat. Hal itu disebabkan karena pasar modal di kedua negara itu merupakan motor perkembangan ekonomi mereka. Data dari Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD) yang mengukur pelaksanakan GCG di kawasan Asia Tenggara pada 2013: Berdasarkan data itu Indonesia ada di peringkat kedua terbawah. Indonesia unggul atas Vietnam dengan skor 54,55 Vietnam ada di posisi buncit dengan skor 38,7. Sedangkan peringkat pertamanya adalah Thailand. Terdapat tiga arah agenda penerapan GCG di Indonesia (BP BUMN, 1999) yakni, menetapkan kebijakan nasional, menyempurnaan kerangka nasional dan membangun inisiatif sektor swasta. Terkait dengan kerangka regulasi, Bapepam bersama dengan self-regulated organization (SRO) yang didukung oleh Bank Dunia dan ADB telah menghasilkan beberap proyek GCG seperti JSX Pilot project. alam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan turut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang diawal tahun 2005 di ubah menjadi Komite Nasional Kebijkan Governance telah menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret 2001. Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman GCG Perbankan Indonesia, Pedoman untukkomite audit, dan pedoman untuk komisaris independen di tahun 2004. Semua publikasi ini dipandang perlu untuk memberikan acuan dalam mengimplementasikan GCG (Zaida 2018). BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Good corporate governance (GCG) merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Terdapat empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep Good Corporate Governance, yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut penting karena penerapan prinsip Good Corporate Governance secara konsisten terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan. Dari berbagai hasil penelitian lembaga independen menunjukkan bahwa pelaksanan Corporate Governance di Indonesia masih sangat rendah, hal ini terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sepenuhnya memiliki Corporate Culture sebagai inti dari Corporate Governance. Pemahaman tersebut membuka wawasan bahwa korporat kita belum dikelola secara benar, atau dengan kata lain, korporat kita belum menjalankan governansi. 3.2. Saran Untuk dapat memperoleh tata kelola perusahaan yang baik, kita perlu memahami lebih dalam tentang Good Corporate Governance yang mana dapat membantu kita membentuk perusahaan yang baik sesuai dengan tujuan yang ditentukan oleh perusahaan sebelumnya. Oleh sebab itu, pembahasan ini dapat membantu para pembaca untuk dapat dijadikan referensi yang mengacu pada tata kelola perusahaan yang baik. DAFTAR PUSTAKA Farizadlan11. 2017. “No Title.” Retrieved (https://farizadlanblog.wordpress.com/2017/03/13/konsep-good-corporategovarnance-dan-penerapanya-di-indonesia/). Frayogi, Muhammad. 2017. “No Title.” medium.com. Retrieved (https://medium.com/@muhammadfrayogi/penerapan-konsep-good-corporategovernance-gcg-dalam-budaya-indonesia-d8cef61009df). Governance, Good Corporate, Good Corporate Governance, and Good Corporate Governance. 2018. “Tata Kelola Perusahaan.” Prasko. 2012. “No Title.” Retrieved (http://prasko17.blogspot.com/2012/04/pengertian-tujuan-prinsip-good.html). proxsisgrup. 2016. “No Title.” proxsisgrup.com. Retrieved (https://proxsisgroup.com/good-corporate-governance-gcg-dan-penerapannyadi-indonesia-part/). Zaida, Efrizal. 2018. “No Title.” Retrieved (https://efrizalzaida.wordpress.com/2018/04/04/gcg-dunia-asia-tenggara-danindonesia/).