Uploaded by User55104

SSK Kota Bogor Bab IV

advertisement
Bab IV :
Visi Misi dan Tahapan Pengembangan
Sanitasi Kota Bogor
4.1. Visi Misi Sanitasi Kota
Berdasarkan kesepakatan POKJA Sanitasi Kota Bogor dan kajian kondisi eksisting
visi dan misi sanitasi Kota Bogor sebagai konsep awal dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Visi : Mewujudkan masyarakat Kota Bogor bersanitasi
Misi : 1. Meningkatkan keterjangkauan masyarakat dalam akses layanan
sanitasi.
2. Meningkatkan kualitas layanan sanitasi yang berkesinambungan dan
berkelanjutan.
3. Meningkatkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang jauh
lebih baik.
4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat, privat/swasta dan kerjasama
antar pemerintah daerah, provinsi dan pusat dalam pembangunan
sektor sanitasi.
5. Meningkatkan kepekaan masyarakat dalam kerawanan masalah
kesehatan dan lingkungan.
4.2. Tujuan dan Sasaran
4.2.1. Tujuan dan Sasaran Subsektor Air Limbah
Berdasarkan kajian pada Masterplan Air Limbah Kota Bogor tahun 2010, bahwa
di Kota Bogor terbagi atas 3 zona, dengan mengadopsi analisis zona drainase
pada Masterplan Drainase Kota Bogor (Gambar 4.1) yakni :
a) Zona Pelayanan Barat, dengan pembatas wilayah sebelah Barat Sungai
Cisadane
b) Zona Pelayanan Tengah, dengan pembatas wilayah antara Sungai Cisadane
dan Sungai Ciliwung
c) Zona Pelayanan Timur, dengan pembatas wilayah sebelah Timur Sungai
Ciliwung
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 1
Gambar 4.1.
Zonasi Sistem Pelayanan Air Limbah
Sumber : Masterplan Air Limbah Kota Bogor (2011)
Untuk menyelesaikan persoalan air limbah domestic di Kota Bogor, berdasarkan
hasil kajian Masterplan Air Limbah, maka opsi teknologi yang digunakan adalah :
• Sistem off site, yakni saluran perpipaan air limbah konvensional dengan
instalasi pengolahan air limbah, semua dikelola oleh operator terpusat,
dengan lokasi di Zona Tengah dan Zona Timur
• Sistem on site, yakni fasilitas baru dan yang diperbaharui dengan
pemeliharaan umumnya secara keseluruhan menjadi tanggungjawab rumah
tangga atau kelompok masyarakat, di semua zona yang tidak terlayani
off site
• Sistem intermediate, yakni kombinasi kedua system di atas dengan tugas
pemeliharaan dibagi antara operator terpusat dan partisipasi
masyarakat, di semua zona yang tidak terlayani off site
Pada sistem Off Site, yang berdasarkan hasil kajian Masterplan Air Limbah, akan
direncanakan investasi atas IPAL-IPAL berikut:
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 2
IPAL Tegal Gundil eksisting, saat ini melayani 300 sambungan dan dapat
dioptimalisasi untuk melayani 2400 sambungan;
¡ Usulan IPAL Paledang yang melayani wilayah embrio off-site sebanyak 4900
sambungan;
¡ Usulan IPAL Kayumanis, yang akan melayani 34,000 sambungan;
¡ Usulan IPAL Ciluar yang akan melayani 12,300 sambungan.
¡
Pada sistem On Site, pemilihan teknologi air limbah yang tepat bergantung pada
beberapa faktor fisik dan faktor non-fisik. Teknologi yang paling tepat adalah
teknologi yang memberikan tingkat pelayanan yang paling dapat diterima
secara sosial dan ramah lingkungan dengan biaya yang paling ekonomis. Lebih
tepatnya teknologi yang sesuai adalah:
¡ Ramah lingkungan: air limbah ditangani sedemikian rupa sehingga tidak akan
mempengaruhi manusia. Air limbah tidak dapat diakses oleh lalat, nyamuk,
tikus dll. Menghindari menangani kotoran segar. Di daerah di mana orang
bergantung pada air tanah sebagai sumber air minum, air tanah tidak boleh
tercemar;
¡ Nyaman: ada batasan kondisi bau dan kondisi warna. Fasilitas ini berada
dalam jarak berjalan kaki dari rumah;
¡ Mudah dioperasikan: operasi harian yang minim dan hanya membutuhkan
rutinitas sederhana dan aman;
¡ Tahan lama dan pemeliharaan yang minim: umur yang panjang secara teknis
dan hanya memerlukan pemeliharaan teknis sesekali saja, yaitu setiap 1 atau 2
tahun;
¡ Upgradable: memungkinkan untuk menambah dan melakukan perbaikan di
masa depan;
¡ Biaya yang dapat diterima: ini tidak selalu berarti bahwa sistem tersebut
murah. Teknologi yang terpilih harus dalam jangkauan keuangan dan ekonomis
dari anggaran kota dan rumah tangga.
Sedangkan kriteria secara teknis penggunaan teknologi system on-site adalah :
¡ Kepadatan penduduk: sistem on-site biasanya dibatasi untuk kepadatan
rendah (<150 jiwa / ha) dan menengah (150-300 jiwa / ha): di daerah ini
hampir selalu ada ruang untuk pembangunan fasilitas air limbah;
¡ Penghasilan: kita membedakan antara yang berpenghasilan rendah (<Rp 1,1
juta / bulan), pendapatan menengah (Rp 1,1-3.000.000 / bulan) dan
pendapatan tinggi (> Rp 3 juta / bulan);
¡ Tanah yang diminati atau tanah yang kurang diminati: di Kota Bogor tanah
yang kurang diminati berarti meja air tanah yang tinggi dan / atau tanah
kedap air (tanah liat).
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 3
Adapun jenis teknologi on site adalah sebagai berikut (Tabel ..) :
¡ 1: Low Cost Septic Tank (LCST) dengan limpasan;
¡ 1.1: Twin Leaching Pits (TLP);
¡ 1.2: Improved (raised/collar) Low Cost Septic Tank (LCST+) dengan limpasan;
¡ 1.5: Low Cost Septic Tank with Anaerobic Upflow Filter dan pelepasan efluen ke
saluran drainase;
¡ 2: Septic Tank dengan sumur resapan (ST);
¡ 2.1: Septic Tank dengan (raised) bidang resapan yang ditinggikan (STei)
¡ 2.2: Septic Tank dengan Anaerobic Upflow Filter (‘Biotank’) dan pelepasan
efluen ke saluran drainase (ST/AUF).
Pada system intermediate, diterapkan untuk wilayah berkepadatan tinggi (lebih
besar dari 300 jiwa/ha), karena solusi on-site tidak mungkin diterapkan karena
keterbatasan lahan, sementara solusi off-site tidak selalu dapat beroperasia atau
tidak layak secara finansial. Meskipun istilah yang digunakan dapat memberi
kesan suatu sistem yang tidak penuh, sistem intermediate yang direkomendasikan
untuk Kota Bogor adalah sistem yang ‘matang’ dan dikembangkan dengan baik
untuk memenuhi kebutuhan spesifik Kota Bogor.
¡ Kepadatan penduduk: jenis tertentu dari sistem intermediate, MCK ini berlaku
untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang rendah (<150 cap / ha).
Sistem Intermediate yang lebih rumit biasanya adalah solusi untuk yang
kepadatannya lebih tinggi (tutup> 300 / ha). Di daerah ini hampir tidak
pernah ada ruang untuk pembangunan fasilitas pengolahan air limbah;
¡ Penghasilan: kita membedakan antara yang berpenghasilan rendah (<Rp 1,1
juta/bulan atau PRAKS dan KS1), pendapatan menengah (Rp 1,13.000.000/bulan atau KS2/KS3) dan pendapatan tinggi (> Rp 3 juta/bulan
atau KS3 Plus);
¡ Tingkat keterlibatan masyarakat diharapkan;
¡ Cakupan fasilitas on-site eksisting
¡ Program-program system ini telah diterapkan pada Program Sanimas di Kota
Bogor.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 4
Tabel 4.1.
Jenis Teknologi On Site
High income [> Rp 3
mln./month] KS3
Medium income [Rp 1.1 Rp 3 mln./month] KS 2+KS3
Low income [< Rp 1.1
mln/month] PRAKS2+KS1
Density /
Income
Low density [< 150 cap/ha]
Favourable
soil
Unfavourable soil
(high gwt / close to
rivers)
TWIN
LEACHING PITS
[1.1] / reuse of
septage
MCK [3] /
ANAEROBIC BAFFLE
REACTOR AND
ANAEROBIC FILTER /
EFFLUENT TO DRAINS
Favourable
soil
Unfavourable soil
(high gwt / close to
rivers)
Medium density [150-300 cap/ha]
Favourable soil
Unfavourable
soil (high gwt /
close to rivers)
(SHARED) LOW
COST SEPTIC
TANK [1]
LOW COST
SEPTIC TANK /
ANAEROBIC
UPFLOW FILTER
[1.5] ('BIO
TANK') / DRAIN
Favourable soil
Unfavourable
soil (high gwt /
close to rivers)
LOW COST
SEPTIC TANK
[1]
IMPROVED
(RAISED/COLLAR)LOW
COST SEPTIC TANK
[1.2]
LOW COST
SEPTIC TANK [1]
LOW COST
SEPTIC TANK /
ANAEROBIC
UPFLOW FILTER
[1.5] ('BIO
TANK') / DRAIN
Favourable
soil
Unfavourable soil
(high gwt / close to
rivers)
Favourable soil
Unfavourable
soil (high gwt /
close to rivers)
SEPTIC TANK
WITH EFFLUENT
INFILTRATION
PIT [2] / reuse
effluent
SEPTIC TANK WITH
(RAISED) EFFLUENT
INFILTRATION FIELD
[2.1]/ reuse effluent
SEPTIC TANK
WITH EFFLUENT
INFILTRATION PIT
[2] / reuse
effluent
SEPTIC TANK /
ANAEROBIC
UPFLOW FILTER
[2.2] ('BIO
TANK') / DRAIN
Sumber : Masterplan Air Limbah Kota Bogor (2010)
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 5
Tabel 4.2.
Sistem Intermediate
High income [>
Rp 3 mln./month]
KS3
Medium income
[Rp 1.1 - Rp 3
mln./month] KS
2+KS3
Low income
[< Rp 1.1
mln/month]
PRAKS2+KS
1
Density /
Income
High density [> 300 cap/ha]
High level community involvement required
COMMUNAL TREATMENT [3.1] / ANAEROBIC BAFFLE REACTOR
/ biogas / ANAEROBIC UPFLOW FILTER / EFFLUENT TO DRAINS
Low coverage on-site sanitation
High coverage on-site
sanitation
SHALLOW SEWERAGE [5]
INTERCEPTORS SMALL BORE SEWERAGE
[6]
Ground fall < 2 o/oo
Ground fall > 2 o/oo
SHALLOW
SEWERAGE
[5]
INTERCEPTORS - SMALL
BORE SEWERAGE [6]
CONVENTIONAL
SEWERAGE / STP [7]
Sumber : Masterplan Air Limbah Kota Bogor (2010)
Sehingga, serangkaian teknologi berikut sesuai dengan kondisi Kota Bogor (Tabel
4.2 ):
¡ 3. MCK;
¡ 3.1: Communal Treatment systems (CT) – sistem pengolahan komunal;
¡ 5: Shallow Sewerage (SS) – sistem perpipaan air limbah dangkal;
¡ 6: Small Bore Sewerage (SBS) – sistem riol skala kecil.
Berdasarkan kondisi eksisting dan persoalan, serta pemilihan opsi teknologi dan
zonasi pelayanan air limbah domestic di atas, maka ditetapkan tujuan dan
sasaran pembangunan air limbah domestic di Kota Bogor seperti berikut ini.
1. Tujuan 1 : Meningkatnya pemanfaatan jamban dan pengolahan air limbah
keluarga (on site) yang sesuai dengan NSPM,
Sasaran 1: Meningkatnya kepemilikan jamban keluarga bertangki septic,
2. Tujuan 2 : Meningkatnya pemanfaatan pengolahan air limbah skala komunal
(intermediate) sesuai dengan NSPM secara partisipatif.
Sasaran 2 : Meningkatnya pemanfaatan septic tank komunal,
3. Tujuan 3 : Meningkatnya pengelolaan dan pelayanan IPAL dan IPLT
Tegalgundil
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 6
4.
5.
Sasaran 3 : Meningkatnya pemanfaatan IPAL Tegal Gundil,
Sasaran 4 : Meningkatnya pemanfaatan IPLT Tegal Gundil,
Tujuan 4 : Mengembangkan IPAL (off site) di Kota Bogor
Sasaran 5 : Mengembangkan pengelolaan air limbah dengan system terpusat
(off site),
Tujuan 5 : Meningkatnya kualitas peraturan perundangan dan penegakan
hukum sector air limbah
Sasaran 6 : Tersedianya regulasi tentang air limbah,
4.2.2. Tujuan dan Sasaran Subsektor Persampahan
Pengolahan sampah di Kota Bogor, berdasarkan Masterplan Persampahan Kota
Bogor 2008 menggunakan kombinasi antara system reduksi dengan
pengangkutan ke TPA untuk mengelola timbulan sampah. Hal ini terkait dengan
pencanangan penanganan sampah dengan pendekatan ”zero waste” melalui
pengelolaan sampah terpadu merupakan konsep yang sangat ideal, namun
keberhasilannya memerlukan dukungan dan keterlibatan dari seluruh stakeholder.
Paling tidak apabila pengelolaan sampah terpadu ini dapat berjalan meski tidak
100% sampah berhasil didaur ulang, residu atau sisa sampah yang harus dibuang
dapat ditekan jumlahnya.
Sistem reduksi dimaksudkan untuk mengurangi pengangkutan, khususnya
pengangkutan ke TPA, secara garis besar terdiri atas :
1. Reduksi di sumber, yakni pengurangan timbulan sampah ditingkat individu.
Pengurangan timbulan tersebut dilakukan dengan pemilahan sampah antara
sampah yang dapat didaur ulang dengan yang tidak. Hasil pemilahan di
tingkat sumber berkualitas sangat baik. Sistem reduksi yang dapat dilakukan
adalah 3R skala individu menjadi program utama di kawasan ini dan bank
sampah. Syaratnya adalah wilayah yang masyarakatnya mau menjalankan
program ini, kawasan padat bangunan yang sulit ketersediaan lahan serta
aksesibilitas pengangkutan sampah ke TPS sulit.
2. Reduksi di TPS, yakni pengurangan timbulan sampah di tingkat TPS.
Pengurangan ini dilakukan dengan pemilahan sampah yang dapat didaur
ulang atau dengan yang tidak. Hasilnya pemilihan di tingkat TPS, berkualitas
sedang-baik. Reduksi di TPS akan mengurangi beban pengangkutan di TPA
dan mengurangi biaya operasional pengangkutan. Sistem reduksi yang
dapat dilakukan adalah 3R skala kawasan (skala beberapa RW)
3. Reduksi di TPA, yakni pengurangan sampah di tingkat TPA, dilakukan dengan
pemilahan sampah, sehingga akan mengurangi tumpukan sampah di TPA.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 7
Teknologi sederhana digunakan dalam pemilahan dan reduksi sampah baik yang
akan dillaksanakan di sumber, TPS, maupun di TPA sehingga dimungkinkan
terbentuknya program daur ulang sampah organik dan organik, baik untuk
tingkat rumah tangga maupun untuk tingkat komunal. Bentuk pemilahan sampah di
antaranya dalam bentuk program composting dan bank sampah. Perlu
digarisbawahi bahwa reduksi yang dapat menimbulkan nilai ekonomi sampah,
bukanlah tujuan utama. Core bisnis utama persampahan adalah pelayanan
kebersihan, sedangkan reduksi sampah adalah untuk mengurangi beban
pelayanan kebersihan disamping menghasilkan keuntungan financial.
Teknologi TPA yang akan digunakan adalah sistem sanitary land fill di TPA
Regional (Nambo) pengganti TPA Galuga. TPA regional Nambo merupakan
bentuk konsorsium sistem penanganan sampah oleh pihak swasta yaitu Perusahaan
Pengelolaan Persampahan Jabodetabek (JWMC) atau PT. Kebersihan
Jabodetabek (PTKJ) yang melibatkan daerah pelayanan se-Bodebek.
Kewenangan yang diberikan pada masing-masing daerah pengguna dalam
kerjasama ini adalah mengangkut sampah dari TPS-TPS yang ada ke Stasiun
Peralihan Antara (SPA), sementara dari SPA diangkut oleh perusahaan menuju
TPA. Dengan demikian penyediaan stasiun peralihan antara (SPA) merupakan
salah satu kunci keberhasilan konsep ini.
TPPAS Kayu Manis merupakan fasilitas pendukung TPA Regional Nambo, sebagai
Stasiun Peralihan Antara (SPA), yang sebelumnya direncanakan di Ciluar. Sebelum
beroperasinya TPA Regional Nambo, maka untuk mengurangi beban operasional
TPA Galuga, maka tindakan reduksi pada no.3 di atas dilakukan di TPPAS Kayu
Manis. Dengan pemilahan sampah di TPPAS Kayu Manis, maka sampah yang
diangkut ke TPA Galuga atau TPA Regional Nambo jika sudah beroperasi akan
berkurang.
Di sisi lain salah satu kendala pengelolaan sampah Kota Bogor adalah tidak
terdapatnya tempat pembuangan akhir (TPA) dalam batas administrasi kota.
keberadaan TPA Galuga milik Kota Bogor yang kini lokasinya berada di wilayah
kabupaten dihadapkan pada pembatasan ijin pemakaian dan biaya sosial.
Dalam kondisi terbatasnya lahan untuk lokasi TPA di dalam wilayah kota, maka
perpanjangan ijin penggunaan TPA Galuga merupakan alternatif yang dapat
dilakukan dalam kurun waktu 5 tahun mendatang. Namun demikian untuk jangka
panjang sampai tahun 2029, penggunaan TPA Regional Nambo merupakan
alternatif lain yang bisa digunakan dalam rangka penanganan persampahan
Kota Bogor secara konvensional.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 8
Adapun zona prioritas penanganan sampah adalah :
1. Jenis kawasan : Permukiman, Komersial, Jalan, Pasar, Industri, Lain – lain,
Fasum
2. Kepadatan penduduk lebih dari 100 jiwa per ha dengan aksesibiltas kawasan
sulit
3. Daerah rawan persampahan (hasil studi EHRA)
Kelemahan penanganan program adalah belum ditetapkannya satuan wilayah
pelayanan sampah, misalkan tingkat terendah adalah RW, serta belum
terdatanya pelayanan sampah per satuan wilayah, minimal tingkat RW yang
dilengkapi dengan keberadaan lokasi TPS, frekuensi pengangkutannya.
Berdasarkan kondisi umum, persoalan serta opsi teknologi atau system yang
digunakan, maka tujuan dan sasaran pembangunan persampahan di Kota Bogor
adalah sebagai berikut.
1. Tujuan 1 : Meningkatnya pengelolaan sampah dari sumber ke TPA
Sasaran 1 : Meningkatnya reduksi sampah dari sumber,
Sasaran 2 : Meningkatnya kualitas pengumpulan sampah,
Sasaran 3 : Meningkatnya kualitas pengangkutan sampah,
Sasaran 4 : Meningkatnya pemrosesan akhir sampah
2. Tujuan 2 : Meningkatnya kualitas peraturan perundangan dan penegakan
hukum di sektor persampahan
Sasaran 5 : Tersedianya regulasi tentang persampahan
4.2.3. Tujuan dan Sasaran Subsektor Drainase Lingkungan
Berdasarkan hasil kajian Masterplan Drainase Kota Bogor tahun 2008,
penanganan drainase dilakukan dengan membagi 15 zona drainase, yang
masing-masing mempunyai sub zona, serta arah penanganannya. Zona ini
ditetapkan berdasarkan dipandang dari sudut topografi, saluran atau sungai
pembatas yang ada, dan daerah aliran sungai tertentu sebagai saluran makro
dari jaringan drainase. Namun, pada Masterplan Drainase tersebut, belum dirinci
tentang kebutuhan drainase skala lingkungan (SPAH), sehingga penanganan
drainase lingkungan dilakukan secara local dan mengurangi genangan dengan
memperhatikan system drainase pada Masterplan Drainase yang ada. Wilayah
prioritas penanganan adalah sama dengan penanganan persampahan.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 9
Gambar 4.2.
Peta Zona Drainase
Sumber : Masterplan Drainase Kota Bogor (2008)
Kebutuhan akan sarana dan prasarana drainase lingkungan dapat berupa
pembangunan saluran drainase atau pembangunan sumur-sumur resapan yang
berkelanjutan, pemeliharaan situ-situ, pembangunan kolam retensi dan
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -10
pemeliharaan bangunan-bangunan air. Meningkatkan sarana dan prasarana
drainase lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai cara yang efektif dan
efisien. Pembangunan sumur-sumur resapan merupakan metode pengelolaan
drainase lingkungan yang lebih ramah lingkungan dan sedang berkembang di
masa sekarang, dimana air tidak langsung terbuang ke badan air penerima,
tetapi mengalami proses peresapan ke dalam tanah untuk disimpan. Konsep
penataan ruang yang mewajibkan suatu kota untuk menyediakan 30%
wilayahnya berupa Ruang Terbuka Hijau(RTH) merupakan langkah efektif dalam
mengoptimalkan penyimpanan air melalui lahan resapan.
Berdasarkan kondisi umum drainase, persoalan, serta kajian yang ada maka
ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan drainase lingkungan Kota Bogor
seperti berikut ini.
1. Tujuan 1 : Meningkatnya pemeliharaan saluran drainase
Sasaran 1 : Meningkatnya prosentase panjang saluran drainase yang
berkualitas baik,
2. Tujuan 2 : Meningkatnya drainase lingkungan yang tidak bercampur dengan
air limbah
Sasaran 2 : Meningkatnya wilayah dengan SPAH tidak bercampur dengan air
limbah domestic,
3. Tujuan 3 : Tertanganinya permasalahan banjir
Sasaran 3 : Menurunnya area genangan.
4. Tujuan 4 : Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pengelolaan
drainase lingkungan
Sasaran 4 : Tersedianya regulasi drainase lingkungan
4.2.4. Subsektor Air Bersih/Minum
Hasil kajian Masterplan SPAM Kota Bogor Tahun 2008, bahwa penanganan air
minum di Kota Bogor terbagi atas 6 zona pelayanan, berdasarkan wilayah
pelayanan PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor.
Zona 1 (sumber Mata Air Tangkil Kab. Bogor) meliputi :
• Kecamatan Bogor Selatan : Harjasari, Kertamaya, Muarasari, Pakuan,
Rancamaya
• Kecamatan Bogor Timur : Baranangsiang, Katulampa, Sindangrasa,
Sindangsari, Tajur
Zona 2 (sumber Mata Air Bantarkambing) meliputi:
Kecamatan Bogor Selatan : Cipaku, Genteng, Ranggamekar
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -11
Zona 3 (sumber Sungai Cisadane, Unit Cipaku) meliputi
• Kecamatan Bogor Selatan : Batu Tulis, Cipaku, Empang, Bondongan,
Lawanggintung
• Kecamatan Bogor Timur: Baranangsiang, Katulampa, Sukasari, Tajur
• Kecamatan Bogor Utara : Bantarjati
• Kecamatan Bogor Tengah : Babakan Pasar, Cibogor, Gudang, Kebon
Kelapa, Pabaton, Paledang, Panaragan
Zona 4 (sumber Sungai Cisadane, WTP Dekeng) meliputi :
• Kecamatan Bogor Selatan : Cipaku
• Kecamatan Bogor Utara : Bantarjati, Cibuluh, Ciluar, Ciparigi,
Kedunghalang, Tanah Baru, Tegalgundil
• Kecamatan Bogor Tengah : Babakan, Cibogor, Ciwaringin, Kebon Kelapa,
Pabaton, Sempur, Tegallega, Panaragan
• Kecamatan Bogor Barat : Cilendek Barat, Cilendek Timur, Curug, Curug
Mekar, Menteng
• Kecamatan Tanah Sareal : Cibadak, Kayu Manis, Kedungbadak,
Kedungjaya, Kedungwaringin, Mekarwangi, Sukadamai, Kebon Pedes,
Sukaresmi, Tanah Sareal
Zona 6 (sumber Mata Air Kota Batu Kab. Bogor) meliputi :
• Kecamatan Bogor Selatan : Mulya Harja, Cikaret
• Kecamatan Bogor Barat : Gunung Batu, Loji, Pasir Jaya, Pasir Kuda
Wilayah yang belum tertangani SPAM perpipaan akan ditambah jaringannya,
sedangkan wilayah yang tidak layak dilayani SPAM perpipaan akan dilayani
SPAM non perpipaan, dengan sumber air baku dari mata air dan sumur dangkal,
dengan reservoir, hidran umum serta jaringan perpipaan komunal skala RW.
Adapun kelurahan yang menjadi prioritas penanganan non perpipaan menurut
Masterplan SPAM Kota Bogor adalah :
1. Kecamatan Bogor Selatan : Kelurahan Mulyaharja, Genteng,
Ranggamekar, Harjasari, Pamoyanan, Bojongkerta
2. Kecamatan Bogor Timur : Kelurahan Katulampa
3. Kecamatan Bogor Utara : Kelurahan Cimahpar, Tanah Baru
4. Kecamatan Bogor Tengah : Kelurahan Kebon Kalapa
5. Kecamatan Bogor Barat : Kelurahan Pasirmulya, Sindangbarang,
Margajaya, Balumbangjaya, Situgede, Bubulak, Semplak, Cilendek Barat
6. Kecamatan Tanah Sareal : Kelurahan Kencana
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -12
Berdasarkan kondisi eksisting, persoalan, dan opsi system yang dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan dan sasaran pembangunan air bersih di Kota Bogor
seperti berikut ini.
1. Tujuan 1 : Meningkatnya ketersediaan air baku
a. Sasaran 1 : Meningkatnya jumlah sumber air baku berkualitas,
b. Sasaran 2 : Meningkatnya produksi air minum dari semua instalasi
WTP yang ada,
2. Tujuan 2 : Meningkatnya masyarakat mengakses sambungan air minum
perpipaan
a. Sasaran 3 : Meningkatnya sambungan rumah air minum perpipaan
PDAM Tirta pakuan,
b. Sasaran 4 : Menurunkan tingkat kebocoran PDAM Tirta Pakuan,
3. Tujuan 3 : Meningkatnya akses sambungan air minum non perpipaan
Sasaran 5 : Mengoptimalkan dan mengembangkan sarana prasarana air
minum non perpipaan yang terlah terbangun,
4. Tujuan 4 : Terselenggaranya penegakan aturan pemanfaatan air tanah
Sasaran 6 : Penyusunan regulasi pemanfaatan air tanah,
4.2.5. Tujuan dan Sasaran Aspek PHBS
1. Tujuan 1 : Meningkatnya upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
secara terus menerus di sektor sanitasi.
Sasaran 1 : Meningkatnya proporsi pemberi informasi (komunikan) tentang
Perilaku Hidup Bersih dan sehat dari kalangan SKPD dan kader kesehatan
lingkungan .
2. Tujuan 2 : Meningkatnya keterlibatan seluruh stakeholder (pemangku
kepentingan) dalam mengefektifkan Pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
Sasaran 2 : Berperannya kelompok masyarakat (organisasi masyarakat) lakilaki dan perempuan melalui RW Siaga di 53 kelurahan beresiko tinggisangat tinggi dalam penyadaran hygiene,
4.3. Kebijakan dan Strategi Umum Sanitasi Kota Bogor
4.3.1. Kebijakan Umum Pembangunan Sektor Sanitasi
a. Sub-sektor Air Limbah
Untuk mencapai tujuan dan sasaran sub sector air limbah maka kebijakan
umum sub sector air limbah adalah :
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -13
1. Memprioritaskan penanganan pada kelurahan-kelurahan beresiko sangat
tinggi pada jangka menengah dan beresiko tinggi pada jangka panjang
2. Memprioritaskan pengembangan IPAL Tegalgundil agar mencapai
kapasitas rencana
3. Mempercepat pengembangan on site berupa MCK++ di kawasan
prioritas
4. Mensinergikan dan mendukung pengembangan pengelolaan air limbah
pada Masterplan Air Limbah Kota Bogor
5. Memberikan insentif dan penghargaan terhadap pengembang yang
menerapkan pengelolaan air limbah secara kawasan
6. Memberikan peluang kepada masyarakat dalam pengelolaan
penyedotan tangki septic namun dibawah pengawasan UPTD PAL
7. Memberikan insentif tarif penyedotan terhadap masyarakat yang secara
berkala melakukan penyedotan tangki septik
b. Sub-sektor Persampahan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran sub sector persampahan maka kebijakan
umum sub sector persampahan adalah :
1. Memprioritaskan penanganan pada kelurahan-kelurahan beresiko sangat
tinggi pada jangka menengah dan beresiko tinggi pada jangka panjang
2. Mempercepat pembangunan TPPAS Kayu Manis sebagai bentuk dukungan
dalam rangka pengoperasian TPA Regional Nambo
3. Memberikan penghargaan kepada masyarakat dan swasta (termasuk
pengembang perumahan) yang turut berkontribusi dalam pengolahan
sampah sejak dari sumbernya secara swakelola
4. Memprioritaskan pengembangan sampah 3R baik skala kawasan maupun
lokal
c. Sub-sektor Drainase Lingkungan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran sub sector drainase lingkungan maka
kebijakan umum sub sector persampahan adalah :
1. Memprioritaskan penanganan pada kelurahan-kelurahan beresiko sangat
tinggi pada jangka menengah dan beresiko tinggi pada jangka panjang
2. Memprioritaskan penanganan potensi banjir skala makro di Kelurahan
Kayu Manis, Mekar Wangi, Cibadak, Kebon Pedes dan Cibuluh
3. Memberikan insentif dan penghargaan pada pengembang yang
menerapkan system drainase yang berkelanjutan (sumur resapan dan
kolam retensi)
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -14
d. Sub-sektor Air Bersih
Untuk mencapai tujuan dan sasaran sub sector drainase lingkungan maka
kebijakan umum sub sector air bersih adalah :
1. Memprioritaskan penanganan pada kelurahan-kelurahan beresiko sangat
tinggi pada jangka menengah dan beresiko tinggi pada jangka panjang
2. Meningkatkan jumlah sambungan bagi masyarakat miskin dengan
penyesuaian tarif yang terjangkau
3. Mempermudah proses penyambungan baik bersifat individual maupun
kelompok (pengembang)
4. Mengarahkan CSR PDAM Kota Bogor menyediakan sarana prasarana air
minum yang tidak terjangkau PDAM
5. Membuka kerjasama dengan swasta lain (bekerjasama dengan PDAM)
untuk mengelola air minum
4.3.2. Strategi Umum Pembangunan Sektor Sanitasi
a. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (Retribusi dan Pajak Daerah)
Untuk menstimulasi pembangunan di Kota Bogor maka tentunya sangat
diperlukan kekuatan anggaran, dimana dalam hal ini pendapatan daerah
sangat menentukan. Rata-rata tingkat pendapatan asli daerah Kota Bogor
secara umum belum mampu mencapai rasio 20% terhadap total APBD atau
dengan kata lain APBD Kota Bogor masih sangat bergantung terhadap dana
anggaran dari Pemerintah Pusat, Propinsi dan lainnya yang bukan penerimaan
pendapatan asli daerah. Untuk itu maka untuk dapat membiayai kegiatan
pembangunan di Kota Bogor ke-depan perlu diarahkan terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah (PAD).Akan tetapi meskipun demikian dalam
kebijakan fiskal Pemerintah Kota Bogor tersebut juga perlu dicermati agar
peningkatan PAD tersebut tidak menyebabkan kendala/hambatan yang dapat
memperlambat pertumbuhan investasi dan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu
dalam jangka pendek peningkatan PAD diarahkan lebih kepada optimalisasi
pungutan pajak dan retribusi serta efisiensi biaya pemungutan dan penggalian
potensi PAD baru yang dimungkinkan.
b. Biaya Operasional dan Pemeliharaan Infrastruktur Sanitasi
Biaya operasional dan pemeliharaan infrastruktur sanitasi diarahkan sebagai
tariff ataupun retribusi kepada masyarakat dengan memperhatikan aspek
kemampuan atau keterjangkauan masyarakat itu sendiri. Namun untuk sistim
pengelolaan sanitasi yang langsung dikelola oleh masyarakat itu sendiri
pembiayaan operasional dan pemeliharaan disusun dan ditentukan oleh
masyarakat tersebut dengan pembinaan dan pengawasan pemerintah.
Sehingga terkait dengan hal tersebut sistim ataupun teknologi infrastruktur
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -15
sanitasi yang dikembangkan harus merupakan sistim yang memiliki manfaat
finansial serta berbiaya rendah.
c. Peningkatan Kapasitas SKPD dan Kelurahan dalam Pengelolaan Sanitasi
Upaya peningkatan kapasitas SKPD dan kelurahan dalam pengelolaan sanitasi
diarahkan terhadap hal-hal berikut :
1. Penegasan dan memperjelas TUPOKSI (tugas pokok dan fungsi)
pengelolaan sanitasi per-sektor meliputi pengelolaan air limbah,
persampahan, drainase lingkungan serta air minum dan yang menjadi coleading sector.
2. Memperjelas hirarki pembagian tugas dari tingkatan SKPD hingga
Kelurahan dalam pembangunan, pemantauan, pengawasan, dan
pengelolaan sanitasi.
3. Mengembangkan SOP pengembangan karir dan penempatan SDM dalam
bidang dan SKPD terkait sanitasi dengan mempertimbangkan latar
belakang akademik, keahlian, pengalaman dan faktor lainnya.
4. Terus meningkatkan pendidikan dan keahlian SDM bidang sanitasi pada
SKPD terkait.
5. Penambahan formasi SDM dalam bidang sanitasi dengan memperhatikan
kebutuhan dan analisis beban kerja serta ketersediaan sarana dan
prasarana.
d. Peningkatan Pemahaman Masyarakat terhadap PHBS
Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat Kota Bogor terhadap perilaku
hidup bersih sehat (PHBS) diarahkan dengan beberapa strategi yaitu antara
lain sebagai berikut :
1. Pemahaman sejak usia dini dengan menjadikan kegiatan PHBS bagian
dari unsur pembinaan dan pendidikan terhadap siswa sekolah.
2. Sosialisasi melaui berbagai program pembinaan kemasyarakat seperti
melalui program POSYANDU dan program-program kader PKK.
3. Sosialisasi langsung melalui program-program kesehatan masyarakat
melalui PUSKESMAS.
e. Penyusunan Kebijakan dan Peraturan SOP Sanitasi.
Hingga saat ini di Kota Bogor telah tersedia beberapa kebijakan dan
peraturan yang juga menjadi standar operasional dan prosedur terkait
pengelolaan sanitasi. Diantara peraturan tersebut sejumlah peraturan masih
cukup relevan dan sejumlah peraturan lainnya sudah kurang relevan terhadap
kondisi saat ini. Untuk itu perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut berupa review
dan penyusunan peraturan terkait SOP sanitasi yang mencakup seluruh sector.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -16
f. Kerjasama Parapihak Pembangunan Sanitasi
Persoalan sanitasi yang komplek, keterbatasan pendanaan dan sumberdaya
manusia dalam pengelolaan sanitasi, diperlukan kontribusi dari berbagai pihak
yang ahli dalam sanitasi serta pihak yang peduli dan memiliki pendanaan
yang cukup. Keterlibatan pemerintah pusat dan provinsi dalam program
sanitasi, pembinaan oleh pihak lembaga nasional maupun internasional serta
kepedulian sector swasta merupakan potensi yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan persoalan sanitasi di Kota Bogor. Intensitas koordinasi serta
penyusunan perencanaan yang matang disertai proposal yang mempunyai nilai
jual tinggi sangat diperlukan.
4.4. Sasaran Umum dan Arahan Pentahapan Pencapaian
4.4.1. Air Limbah
Pembangunan air limbah domestic di Kota Bogor diharapkan dapat mencapai
kinerja yang diharapkan berdasarkan indicator kinerja SPM serta sesuai dengan
pentahapan sasaran yang ditetapkan seperti pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4
berikut ini.
Tabel 4.3
Arah Pentahapan Pembangunan Air Limbah Domestik 2010 - 2030
Sasaran
Indikator
1.
Meningkatnya akses terhadap
jamban bertangki septik
2.
Meningkatnya pemanfataan tangki
septic komunal
3.
Meningkatnya pemanfaatan IPAL
Tegal Gundil
4.
Meningkatnya pemanfaatan IPLT
Tegal Gundil
5.
Mengembangkan pengelolaan air
limbah dengan system terpusat
Jumlah KK
yang
mengakses
jamban
bertangki
septik
Jumlah KK
yang
mengakses
tangki septic
komunal
Jumlah KK
yang
mengakses
IPAL
Tegalgundil
Jumlah
Tangki
Septik
Terlayani
IPLT
Jumlah IPAL
terbangun
2015
2020
2025
2030
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Kel
Tegalgundil
Kel. Tanah
Baru
Seluruh
Kelurahan
Seluruh
Kelurahan
Seluruh
Kelurahan
Seluruh
Kelurahan
IPAL
Embryo
IPAL
Embryo
IPAL Kayu
Manis
IPAL Ciluar
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -17
Sasaran
6.
2015
2020
(off site)
Indikator
Paledang
Paledang
Tersedianya regulasi tentang air
limbah
Kota Bogor
Kota Bogor
2025
Kota Bogor
2030
Kota Bogor
Sumber : Hasil Analisis (2012)
Sedangkan untuk periode 2013 - 2017, sasaran yang akan dicapai adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.4
Arah Pentahapan Pembangunan Air Limbah Domestik 2013 - 2017
Sasaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Meningkatnya
akses terhadap
jamban bertangki
septik
Meningkatnya
pemanfataan
tangki septic
komunal
Meningkatnya
pemanfaatan
IPAL Tegal
Gundil
Meningkatnya
pemanfaatan
IPLT Tegal
Gundil
Mengembangkan
pengelolaan air
limbah dengan
system terpusat
(off site)
Tersedianya
regulasi tentang
air limbah
Indikator
2013
2014
2015
2016
2017
Jumlah KK yang
mengakses
jamban bertangki
septik
Jumlah KK yang
mengakses
tangki septic
komunal
Jumlah KK yang
mengakses IPAL
Kelurahan
Beresiko
Sangat tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kel
Tegalgundi
l
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kel
Tegalgundil
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kel
Tegalgundil
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kel
Tegalgundil
Jumlah Tangki
Septik Terlayani
IPLT
Seluruh
Kelurahan
Seluruh
Kelurahan
Seluruh
Kelurahan
Seluruh
Kelurahan
Seluruh
Kelurahan
Jumlah IPAL
terbangun
Embryo
Paledang
Embryo
Paledang
Embryo
Paledang
Embryo
Paledang
Embryo
Paledang
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kelurahan
Beresiko
Sangat tinggi
Kel
Tegalgundil
Sumber : Hasil Analisis (2012)
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -18
Tabel 4.5
Pentahapan Pencapaian Kinerja Pengelolaan Air Limbah Domestik
No.
1
2
3
4
5
Indikator
Kondisi
Eksisting
2011
Satuan
137.378
Air Limbah Setempat
Jumlah tangki septic)*
(jumlah jamban
bertangki septic)
Jumlah tangki septik
terlayani IPLT)*
Cakupan tangki septic
terlayani IPLT)*
Jumlah tangki septic
komunal
Jumlah KK terlayani
tangki septic komunal
2012
2013
2014
2015
2016
2017
Unit
138.916
140.053
141.190
142.328
143.465
144.602
1224
Unit
1260
1320
1392
1464
1536
1608
4.48
%
4,6
4,8%
5,02%
5,25%
11
Unit
26
41
64
85
106
117
110 KK +
1300
sisw+400
KK
1522
3022
5322
7422
9522
10622
1.111
2.111
2.811
3.511
4.211
4.911
1.043.318
355
1.073.742
430
1.105.172
500
1.137.644
600
0,17
0,20
0,23
0,26
242
266,2
292,8
322,1
217,80
239,8
263,60
289.9
rioll
rioll
rioll
rioll
355
430
500
600
4
-
5
2
7
4
10
6
30
4
1260
4
600
1320
4
600
1392
14
600
1464
KK
7
8
9
10
11
12
13
14
a
b
c
Air Limbah Skala Komunitas/Kawasan/Kota
Jumlah Penduduk)*
976.530
Jiwa
Jumlah Penduduk
355
KK
Terlayani IPAL)*
Cakupan penduduk
0,15
%
terlayani IPAL)*
Kapasitas Sistem
220 M3/hari
Pengolahan
Kapasitas Sistem
198 M3/hari
Pengolahan Terpakai
Sistem
rioll
Pengaliran/Pemindahan
Untuk Rioling, jumlah
355
Unit
sambungan SR
Untuk pemindahan
dengan angkutan
armada khusus :
Jumlah armada
Mobil tangki
3
Unit
Motor tangki
Unit
Kapasitas angkut per
12
M3
armada
Mobil tangki
4
M3
Motor tangki
liter
Jumlah KK terlayani
1224
Unit
Sumber : UPTD PAL, Dinas Wasbangkim, Dinas Kesehatan (2012)
4.4.2. Persampahan
Pembangunan persampahan di Kota Bogor diharapkan dapat mencapai kinerja
yang diharapkan berdasarkan indicator kinerja SPM serta sesuai dengan
pentahapan sasaran yang ditetapkan seperti pada Tabel 4.6, Tabel 4.7 dan
Tabel 4.8 berikut ini.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -19
Tabel 4.6.
Arah Pentahapan Pembangunan Persampahan 2010 - 2030
Sasaran
Indikator
1.
Meningkatnya reduksi sampah
dari sumber
Volume
Sampah
Tereduksi)*
2.
Meningkatnya kualitas
pengumpulan sampah
3.
Meningkatnya kualitas
pengangkutan sampah
4.
Meningkatnya pemrosesan
akhir sampah
Volume
sampah yang
terkumpul di
TPST
Volume
Sampah
Terangkut ke
TPA
Volume
Sampah yang
terolah di TPA
5.
Tersedianya regulasi tentang
persampahan
Sumber : Hasil Analisis (2012)
2015
2020
2025
2030
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
TPA
Galuga
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Nambo
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Kelurahan
Beresiko
tinggi
Nambo
Nambo
Kota
Bogor
Kota
Bogor
Kota
Bogor
Kota
Bogor
Tabel 4.7.
Arah Pentahapan Pembangunan Persampahan 2012-2017
Sasaran
Indikator
1.
Meningkatnya reduksi
sampah dari sumber
Volume
Sampah
Tereduksi)*
2.
Meningkatnya kualitas
pengumpulan sampah
3.
Meningkatnya kualitas
pengangkutan sampah
Volume
sampah yang
terkumpul di
TPST
Volume
Sampah
Terangkut ke
TPA
Volume
Sampah yang
terolah di TPA
4.
Meningkatnya
pemrosesan akhir
sampah
5. Tersedianya regulasi
tentang persampahan
Sumber : Hasil Analisis (2012)
2013
2014
2015
2016
2017
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
TPA
Galuga
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
TPA
Galuga
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
TPA
Galuga
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
TPA
Galuga
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
Kelurahan
Beresiko
Sangat
tinggi
TPA
Galuga
Kota
Bogor
Kota
Bogor
Kota
Bogor
Kota
Bogor
Kota
Bogor
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -20
Tabel 4.8.
Pentahapan Pencapaian Kinerja Pengelolaan Persampahan
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Indikator
Reduksi Sampah
Volume Timbulan
Sampah)*
Volume Sampah
Tereduksi)*
% Sampah Tereduksi)*
Volume Sampah
Terlayani Sistem
Komunal (3R di TPS)
Sistem pengurangan
volume sampah yang
diterapkan
(3R/Komposting/Lainnya)
Kapasitas dari
pengurangan volume
sampah yang dilakukan
Jumlah fasilitas reduksi
sampah
Pengangkutan Sampah
Volume Sampah
Terangkut )*
% Volume Sampah
Terangkut )*
Jumlah armada gerobak
sampah
Jumlah truk sampah
biasa (dump truck)
Jumlah truk sampah
berlengan (arm roll)
Jumlah truk compactor
Jumlah container
Jumlah TPS
Pengelelolaan Sampah
di TPA
Volume sampah diolah di
TPA )*
% Volume sampah
diolah di TPA )*
Jenis
Pengolahan/Pemrosesan
akhir
(timbun/bakar/lainnya)
Jumlah fasilitas
pengolahan/pemrosesan
akhir sampah
Kondisi
Eksisting
2011
Satuan
2402
M3/hari
2.447
2.493
2.539
2.587
2.635
2.684
80
M3/hari
di 11
lokasi
3R
TPS
%
M3/hari
110
130
150
170
190
210
15%
4,50%
18%
5,22%
20%
5,91%
22%
6,57%
25%
7,21%
27%
7,30%
11
13
15
17
19
21
11
80
3R
2012
2013
2014
2015
2016
2017
20
M3/hari
110
130
150
170
190
210
11
lokasi
11
13
15
17
19
21
1685
M3/hari
1.718
1.754
1.789
1.825
1.861
1.899
70,14
%
70,21%
70,37%
70,46%
70,55%
70,64%
70,73%
60
Unit
160
260
360
460
560
660
64
Unit
64
64
64
64
64
64
28
Unit
30
32
34
36
38
40
2
97
957
Unit
Unit
Unit
4
111
962
6
121
967
8
131
972
10
141
977
12
151
982
14
161
987
1654
M3/hari
1686
1722
1756
1791
1827
1864
98,16
%
98,16%
98,16%
98,16%
98,16%
98,16%
98,16%
unit
3
3
3
3
3
3
Timbun,
komposting
3
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -21
Kondisi
Eksisting
2011
No.
Indikator
20
Kapasitas
pengolahan/pemrosesan
akhir sampah
Kapasitas tersisa dari
system pengolahan akhir
sampah yang ada
Sistem pengelolaan
sampah yang ditimbun
(open dumping/control
landfill/sanitary landfill)
21
22
Control
Landfill
Satuan
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2.447
2.493
2.539
2.587
2.635
2.684
0
0
0
0
0
0
Control
Landfill
Control
Landfill
Control
Landfill
Control
Landfill
Control
Landfill
Control
Landfill
Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, UPTD TPA (2012)
4.4.3. Sub Sektor Drainase Lingkungan
Pembangunan drainase lingkungan di Kota Bogor diharapkan dapat mencapai
kinerja yang diharapkan berdasarkan indicator kinerja SPM serta sesuai dengan
pentahapan sasaran yang ditetapkan seperti pada Tabel 4.8, Tabel 4.9 dan
Tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.8
Arah Pentahapan Pembangunan Drainase Lingkungan 2010 - 2030
Sasaran
1.
Meningkatnya prosentase panjang
saluran drainase yang berkualitas baik
2.
Meningkatnya wilayah dengan SPAH
tidak bercampur dengan air limbah
domestic
3.
Menurunnya area genangan
4.
Tersedianya regulasi drainase
lingkungan
Indikator
Panjang
drainase
lingkungan
yang
dikelola
Panjang
drainase
berfungsi
campuran
air limbah
Luas
wilayah
genangan
2015
2020
2025
2030
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
tinggi
Kelurahan
beresiko
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
tinggi
Kelurahan
beresiko
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kota
Bogor
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kota Bogor
Kelurahan
beresiko
tinggi
Kelurahan
beresiko
tinggi
Kota Bogor
Kota Bogor
Sumber : Hasil Analisis (2012)
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -22
Tabel 4.9
Arah Pentahapan Pembangunan Drainase Lingkungan 2013 - 2017
Indikator
Sasaran
1.
Meningkatnya prosentase
panjang saluran drainase
yang berkualitas baik
2.
Meningkatnya wilayah
dengan SPAH tidak
bercampur dengan air
limbah domestic
3.
Menurunnya area genangan
4.
Tersedianya regulasi
drainase lingkungan
Panjang
drainase
lingkungan
yang
dikelola
Panjang
drainase
berfungsi
campuran
air limbah
Luas
wilayah
genangan
2013
2014
2015
2016
2017
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kota Bogor
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kota Bogor
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kota Bogor
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kota Bogor
Kota Bogor
Sumber : Hasil Analisis (2012)
Tabel 4.10
Pentahapan Pencapaian Kinerja Pengelolaan Drainase Lingkungan
No.
A
1
A
b
c
d
2
3
4
5
6
B
1
Indikator
Pengelolaan
Drainase
Panjang drainase
yang dikelola
Primer
Sekunder
Tersier
Lingkungan
Panjang drainase
yang seharusnya
dibangun
% Panjang drainase
yang dikelola
Jumlah sumur
resapan
Jumlah kolam
retensi
Panjang drainase
berfungsi campuran
air limbah
Genangan
Luas genangan
yang tertangani
Kondisi
Eksisting
2011
Satuan
269.54
km'
2,357.78
269.54
km
km
km
m'
km'
54.82
743
2012
2013
2014
2015
2016
2017
269.54
269.54
269.54
269.54
269.54
269.54
2.300
2.400
2.500
2.600
2.700
2.800
%
unit
925
unit
km
ha
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -23
No.
2
Kondisi
Eksisting
2011
Indikator
Luas daerah rawan
genangan
% Luas daerah
tertangani
Titik genangan
Titik genangan yang
sudah ditangani
Jumlah kelurahan
beresiko sangat
tinggi drainase
Jumlah kelurahan
beresiko tinggi
drainase
3
4
5
6
7
Satuan
2012
2013
2014
2015
2016
2017
ha
%
titik
titik
15
Kelurahan
24
Kelurahan
Sumber : Dinas Wasbangkim, Dinas Bina Marga dan Sumberdaya Air, Badan Lingkungan Hidup (2012)
4.4.4. Air Bersih
Pembangunan air bersih di Kota Bogor diharapkan dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang ditetapkan seperti pada Tabel 4.11, Tabel 4.12 dan Tabel 4.13
berikut ini.
Tabel 4.11
Arah Pentahapan Umum Pembangunan Air Bersih 2010 - 2030
Sasaran
1.
Meningkatnya pencapaian
pemenuhan air baku
2.
Meningkatnya produksi air minum
dari semua instalasi WTP yang
ada
Meningkatnya sambungan rumah
air minum perpipaan PDAM Tirta
pakuan
Meningkatnya sambungan rumah
air minum non perpipaan
3.
4.
5.
Penegakan regulasi pemanfaatan
air tanah,
Indikator
2015
2020
2025
2030
Ketersediaan air
baku dari
instalasi
pengolah air)*
Kapasitas
produksi
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Jumlah
sambungan
rumah (SR)
Jumlah
sambungan
rumah (SR)
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Wilayah
beresiko
sangat
tinggi yang
tidak
terjangkau
PDAM
Kota Bogor
Wilayah
beresiko
sangat
tinggi yang
tidak
terjangkau
PDAM
Kota Bogor
Wilayah
beresiko
tinggi yang
tidak
terjangkau
PDAM
Wilayah
beresiko
tinggi yang
tidak
terjangkau
PDAM
Kota Bogor
Kota Bogor
Sumber : Hasil Analisis (2012)
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -24
Tabel 4.12
Arah Pentahapan Umum Pembangunan Air Bersih 2013 - 2017
Sasaran
Indikator
1.
Meningkatnya pencapaian
pemenuhan air baku
2.
Meningkatnya produksi air
minum dari semua
instalasi WTP yang ada
Meningkatnya sambungan
rumah air minum
perpipaan PDAM Tirta
pakuan
Meningkatnya sambungan
rumah air minum non
perpipaan
3.
4.
5.
2015
2016
2017
Ketersediaan air
baku dari instalasi
pengolah air)*
Kapasitas
produksi
Kota
Bogor
2013
Kota
Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota
Bogor
Kota
Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Jumlah
sambungan
rumah (SR)
Kota
Bogor
Kota
Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Kota Bogor
Jumlah
sambungan
rumah (SR)
Wilayah
beresiko
sangat
tinggi
yang tidak
terjangkau
PDAM
Kota
Bogor
Wilayah
beresiko
sangat
tinggi yang
tidak
terjangkau
PDAM
Kota
Bogor
Wilayah
beresiko
sangat
tinggi yang
tidak
terjangkau
PDAM
Kota Bogor
Wilayah
beresiko
sangat
tinggi yang
tidak
terjangkau
PDAM
Kota Bogor
Wilayah
beresiko
sangat
tinggi yang
tidak
terjangkau
PDAM
Kota Bogor
Penyusunan regulasi
pemanfaatan air tanah,
2014
Sumber : Hasil Analisis (2012)
Tabel 4.13
Indikator Kinerja Air Bersih
No.
1
2
3
4
a
b
c
Indikator
Ketersediaan air
baku dari
instalasi
pengolah air)*
Kebutuhan air
baku
berdasarkan
target MDGs)*
% pencapaian air
baku terhadap
target MDGS)*
Perpipaan
Kapasitas
produksi
Kapasitas
distribusi
Jumlah
penduduk
terlayani
perpipaan)*
Kondisi
Eksisting
2011
1.28
Satuan
2012
2013
2014
2015
2016
2017
m3/detik
1.52
1.92
2.26
2.26
2,56
3,16
0.68
m3/detik
0.72
0.75
0.77
0.79
0,81
0,84
188
%
210
257
294
286
315
377
1,645
Lt/detik
1,897
2,016
2,278
2,531
2.636
2.739
1,538
Lt/detik
1,813
1,928
2,179
2,423
2.525
2.625
616,162
jiwa
588,421
634,706
727,275
819,845
866.130
912.415
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -25
No.
d
e
f
5
a
a.1
a.2
a.3
a.4
a.5
a.6
a.7
b
b.1
b.2
b.3
b.4
b.5
b.6
c
c.1
Indikator
% jumlah
penduduk
terlayani)*
Jumlah
sambungan
rumah (SR)
Jumlah
sambungan
hidran umum
(HU)
Air Minum Non
Perpipaan
(Berdasar
sumber air)
Mata Air
Jumlah sumber
mata air
Kapasitas
sumber mata air
Kapasitas
terpakai
Sistem
pengaliran
(gravitasi/pompa)
Jumlah
sambungan
rumah
Jumlah
sambungan
hidran umum
Badan pengelola
(ada/tidak)
Air Tanah
Dalam
Jumlah sumur air
tanah dalam
Kapasitas
sumber
Kapasitas
terpakai
Sistem
pengaliran
(gravitasi/pompa)
Jumlah
sambungan
rumah
Jumlah
sambungan
hidran umum
Badan pengelola
(ada/tidak)
Air Tanah
Dangkal
Jumlah sumur air
Kondisi
Eksisting
2011
63.10
Satuan
2012
2013
2014
2015
2016
2017
%
64.47
67.14
73.86
80.14
81,96
83,61
97,126
Unit
106,209
114,625
131,456
148,286
156.702
165.117
35
Unit
40
40
40
40
40
40
3*
Titik lokasi
3*
8
8
8
10
12
4*
l/detik
4*
10
12
12
14
16
4*
l/detik
4*
10
12
12
14
16
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
-
Kombinasi
(gravitasi/
pompa)
Unit
-
-
-
13*
Unit
13*
>20
>20
>20
>25
>30
ada
KSM/
Pokmas
ada
ada
ada
ada
ada
ada
-
Unit
-
4
5
5
6
6
-
l/detik
-
8
10
10
12
12
-
l/detik
-
8
10
10
12
12
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
Kombinasi
-
Kombinasi
(gravitasi/
pompa)
Unit
-
-
-
13*
Unit
13*
>20
>20
>20
>25
>30
ada
ada
ada
ada
ada
ada
10
12
14
16
ada
77,573
Unit
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -26
No.
Indikator
Kondisi
Eksisting
2011
Satuan
2012
2013
2014
2015
2016
2017
tanah dangkal
Sumber : Dinas Wasbangkim, PDAM Tirta Pakuan, (2012)
4.4.5. PHBS
Pembangunan drainase lingkungan di Kota Bogor diharapkan dapat mencapai
tujuan dan sasaran yang ditetapkan seperti pada Tabel 4.14
Tabel 4.14
Arah Pentahapan Umum Pembangunan PHBS
Sasaran
2012
2013
2014
2015
Meningkatnya proporsi pemberi informasi
(komunikan) tentang Perilaku Hidup Bersih
dan sehat dari kalangan SKPD dan kader
kesehatan lingkungan
2. Berperannya
kelompok
masyarakat
(organisasi masyarakat) laki- laki dan
perempuan
melalui RW Siaga di 53
kelurahan beresiko tinggi-sangat tinggi
dalam penyadaran hygiene
Sumber : Hasil Analisis (2012)
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
Kelurahan
beresiko
sangat
tinggi
1.
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV -27
Download