Uploaded by Albadali

Bahan ppt tugas fisiologi

advertisement
BAB 3
IKAN SEBAGAI BAHAN PANGAN
Ikan telah banyak dikenal, karena boleh dikatakan semua orang pernah
menggunakannya sebagai bahan pangan dengan dimasak terlebih dahulu, misalnya sebagai
lauk pauk. Mengapa demikian, karena rasanya yang enak sehingga disukai oleh banyak orang.
Yang belum banyak diketahui adalah rahasia yang terkandung di dalamnya sehingga tidak
banyak diketahui tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada pemasakan, pengolahan, atau
pengawetan ikan. Misalnya mengapa ikan itu mempunyai rasa enak, mengapa ikan dapat
menjadi kaku, menjadi berwarna coklat jikalau digoreng, dapat menjadi busuk, dan sebagainya.
Sesungguhnyalah sifat-sifat umum yang dimiliki ikan sangat men dukung kedudukannya
sebagai bahan pangan. Seperti diketahui bahwa agar supaya suatu bahan dapat berfungsi
sebagai bahan pangan, maka bahan tersebut harus memiliki beberapa persyaratan atau ciri-ciri
khusus, yaitu bersifat mempunyai nilai gizi tinggi, dapat memenuhi selera dan memuaskan rasa
lapar seseorang, dan juga bersifat ainan dan sehat jika dimakan. Sifat pertama dan kedua jelas
ada pada ikan, meski pun beberapa di antaranya tidak dapat digunakan sebagai bahan pangan.
3-1 Ikan Bergizi Tinggi
Telah disebutkan bahwa persyaratan "bergizi tinggi" dimiliki oleh ikan. Pada daging
ikan dapat dijumpai senyawa-senyawa yang sangat berguna bagi manusia, yaitu protein, lemak,
sedikit karbohidrat, vitamin, dan garam-garam mineral. Komponen protein merupakan
komponen terbesar setelah air, dan karena jumlahnya yang cukup banyak, maka ikan
merupakan sumber protein hewani yang sangat potensial. Dari protein yang ada pada ikan
diperoleh berbagai asam amino esensial dan asam amino non-esensial. Asam amino esensial
adalah asam amino yang diperlukan oleh tubuh dan harus diberikan dari luar karena tubuh tidak
dapat membuat (mensintesa), sedangkan asam amino non esensial dapat dibentuk di dalam
tubuh.
Demikian pula kandungan lemak pada beberapa jenis ikan tergolong tinggi, sehingga
sering pula berbagai jenis ikan merupakan sumber lemak yang baik. Berdasarkan kandungan
lemaknya, ikan digolongkan menjadi dua golongan, yaitu ikan gemuk jika kadar lemaknya
cukup tinggi dan ikan kurus jika kadar lemaknya rendah.
Meski pun kandungan karbohidrat dan vitamin pada ikan boleh dikatakan sangat
rendah, tetapi ikan dapat menyediakan kedua komponen tersebut. Karbohidrat yang ada pada
daging ikan kebanyakan terdapat dalam bentuk polisakarida, yaitu glikogen, sementara vitamin
yang terbanyak terdapat pada ikan adalah vitamin A dan vitamin D.
Dibandingkan dengan nilai gizi daging hewan darat, misalnya daging sapi, kedudukan
ikan boleh dikatakan jauh lebih tinggi, sedangkan dibandingkan dengan telur kedudukan ikan
sebagai bahan pangan juga tidak jauh berbeda. Ikan mempunyai nilai biologik tinggi. Meski
pun tiap jenis ikan angka biologiknya dapat berbeda, tetapi pada umumnya di atas 0,90. Pada
tabel 1.1 diberikan contoh perbandingan nilai gizi ikan dan udang dengan beberapa hasil
hewani lainnya berdasarkan komposisinya.
3-2 Ikan Sangat Disukai
Derajad penerimaan atau derajad kesukaan seseorang terhadap ikan adalah sangat
tinggi. Hal ini disebabkan karena ikan memberikan rasa yang gurih, warna dagingnya
kebanyakan putih jaringan pengikatnya halus sehingga jika dimakan akan terasa enak. Rasa
yang enak ini secara kimiawi sering dikaitkan dengan adanya zat-zat atau senyawa-senyawa
pemberi aroma, rasa, dan citarasa yang ada pada ikan. Senyawa-senyawa tersebut antara lain
adalah senyawa-senyawa aldehida, keton, lakton. metil dan dimetil hidroksi furanon, dan lain
sebagainya.
3-3 Sifat Ikan Sebagai Bahan Pangan
Bentuk dan rasa ikan dan hasil perikanan lainnya adalah spesifik, memberikan daya
tarik yang khas sehingga banyak disukai. Sifat segar hasil perikanan umumnya lebih banyak
disukai daripada sifat sesudah mengalami perlakuan pengolahan, karena rasa, citarasa, sifat
fisik dan kimiawinya belum banyak berubah. Oleh karenanya dalam penanganannya, sifat
segar ini diusahakan untuk dapat dipertahankan. Seperti bahan pangan lainnya yang
mempunyai cara-cara tertentu untuk penanganannya, maka demikian pula untuk ikan juga
memerlukan cara-cara khusus yang banyak melibatkan pendinginan dan/atau pembekuan
untuk mempertahan ikan kesegarannya.
Khusus pada ikan, bagian yang dapat dimakan kira-kira hanya sebesar 70 persen.
Kepala, ekor, sirip dan isi perutnya kebanyakan tidak dapat digunakan sebagai makanan.
Dagingnya berserat seperti daging hewan mamalia darat, tetapi seratnya lebih halus dan lebih
pendek ukurannya, disertai jaringan pengikat yang sedikit sehingga akan terasa lebih lunak
daripada daging hewan-hewan darat. Warna daging ikan kebanyakan putih disebabkan
kandungan mioglobinnya yang sedikit, meski pun pada beberapa jenis ikan diketemukan
daging merah seperti misalnya yang terdapat pada ikan tongkol, ikan kembung, dan ikan hiu.
Daging ikan mempunyai nilai gizi tinggi seperti telah disinggung di muka. Pada hasil perikanan
lainnya sifat dagingnya kebanyakan sama, yaitu termasuk daging putih seperti dijumpai pada
daging kepiting. udang, kerang, dan cumi-cumi. Pada cumi-cumi dan teripang hampir semua
bagian tubuhnya dapat dimakan, tetapi pada kepiting, rajungan, kerang dan udang, bagian yang
dapat dimakan hanya berkisar antara 30-50 persen saja. Pada beberapa jenis hasil perikanAN
dagingnya mempunyai rasa manis seperti dijumpai pada kepiting.
Sifat hasil perikanan yang kadang-kadang tidak disadari peranannya adalah cepatnya
menjadi rusak dan busuk. Hal ini disebabkan oleh karena dagingnya merupakan substrat
kehidupan yang baik sekali bagi pertumbuhan mikroba pembusuk terutama bakteri. Pada
daging tersebut tersedia sumber-sumber zat makanan makromolekul dan mikromolekul serta
metabolit-metabolit sederhana yang secara langsung dapat digunakan oleh mikrobia. Lebih
lebih dengan kadar air dan aktivitas air yang dimiliki oleh ikan yang sangat sesuai untuk
pertumbuhan bakteri. Di samping itu pembusukan ikan juga disebabkan oleh banyaknya enzim
yang masih aktif yang ada pada tubuhnya. Proses pembongkaran senyawa-senyawa oleh
enzim-enzim yang ada dalam tubuh ikan di sebut dengan peristiwa autolisis. Sejak ikan
menjadi mati, autolisis dan pembusukan ikan oleh bakteri segera berlangsung. Dalam waktu
yang tidak lama, ikan sudah akan menjadi busuk. Secara fisik perubahannya mula-mula terlihat
daging menjadi kaku, kemudian lemas dan akhirnya menjadi busuk. Biasanya dalam waktu 67 jam sesudah ikan mati, ikan sudah akan mulai membusuk. Udang bahkan memerlukan waktu
lebih singkat untuk menjadi busuk daripada ikan.
PUSTAKA PENUNJANG
Anonymous, 1958, The Distinguishing Features of Fish, London,
Fishmongers' Hall.
Aitken, A., Mackie, I.M., Merritt, J.H. and Windsor, M.L., 1982,
Fish Handling and Processing, Edinburgh, Her Majesty's
Stationary Office, 2nd Edition.
Borgstrom, G. (Ed.), 1961, Fish as Food Voli, New York
and London, Academic Press.
Burgess, G.H.D., 1965, Developments in Handling and Processing
Fish, London, Fishing News (Books) Ltd.
Cutting, C.L., 1955, Fish Saving: A History of Fish Processing
From Ancient to Modern Times, London, Leonard Hill
(Books) Lrd.
Daniel, R.J., 1965, A Guide To Marketable Fish, Liverpool,
Department of Oceanography The University of Liverpool, 2d
Edition.
Dirjen Perikanan Departemen Pertanian, 1979, Buku Pedoman
Sumber Perikanan Laut, Bagian I: Jenis-jenis Ikan Ekonomis
Penting, Jakarta, Dirjen Perikanan Departemen Pertanian.
Djajadiredja, R., Sri Hatimah dan Arifin, Z, 1977, Buku Pedo
man Pengenalan Sumber Perikanan Darat, Bagian-I, Jenis-jenis
Ikan Ekonomis Penting, Jakarta, Dirjen Perikanan Depar
temen Pertanian.
Scott, T.D., Glover, C.J.M. and Southcott, R.V., 1974. The Marine
and Freshwater Fishes of South Australia, South Australia, A.B.
James, Government Printer
Download