Makalah Bunyaviridae Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Virologi Disusun oleh: Kelompok 11 (D4 Tingkat 3) Anisa Nur Maulidina (P17334117408) Adela Syafira Nursaputro (P17334117425) POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG JURUSAN AAHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK 2020 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah virology tentang bunyaviridae Adapun makalah virology tentang bunyaviridae ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlanca rpembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa mengucapkan bayak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segilainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami. Kami mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi dan menambah pengetahuan bagi pembaca. Cimahi, 8 Mei 2020 Penyusun 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2 BAB I .............................................................................................................................................. 4 PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4 1.1 Latar belakang ....................................................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4 1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................... 5 BAB II............................................................................................................................................. 6 PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 6 2.1 Pengertian Bunyaviridae ....................................................................................................... 6 2.2 Jenis-jenis Bunyaviridae ....................................................................................................... 7 2.3 Karakteristik umum dari keluarga Peribunyaviridae .......................................................... 16 BAB III ......................................................................................................................................... 18 Kesimpulan ................................................................................................................................... 18 3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Virologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang virus. Virus adalah organisme yang sangat kecil dan jauh lebih kecil dari bakeri. Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya. Bunyaviridae adalah keluarga virus yang menyerang mamalia dan burung, serta arthropoda. Bunyaviridae memiliki ciri virion yang berbentuk sferis dengan diameter 90-100nm, dan membentuk selubung lipid yang tebuat dari glikoprotein. Virus ini memiliki tiga buah nukleokapsid berbentuk heliks.Genom tersusun dari RNA utas tunggal yang memiliki tiga segmen berukuran besar, sedang, dan kecil. Keluarga Bunyaviridae adalah salah satu keluarga virus terbesar dan paling beragam. Virus ini terdiri dari virus dengan genom RNA indra negatif yang menghasilkan virion bulat berselubung dengan diameter 80-120 nm. Semua genom bunyavirus terdiri dari tiga segmen (S, M, L), tetapi mereka berbeda dalam strategi pengkodeannya untuk menghasilkan protein struktural dan nonstruktural. Replikasi virus terjadi dalam sitoplasma sel yang terinfeksi, dan partikel virus matang di dalam sel dengan bertunas terutama pada membran aparatus Golgi. Keluarga ini memiliki lebih dari 400 virus anggota yang diklasifikasikan secara dominan ke dalam lima genera: Hantavirus , Nairovirus , Orthobunyavirus , Phlebovirus , dan Tospovirus . 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa itu Bunyaviridae? 1.2.2 Apa jenis-jenis Bunyaviridae? 1.2.3 Karakteristik umum dari keluarga Peribunyaviridae 4 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Bunyaviridae 1.3.2 Untuk mengetahui jenis-jenisBunyaviridae 1.3.3 Untuk mengetahui Karakteristik umum dari keluarga Peribunyaviridae 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Bunyaviridae Virus Bunya didistribusikan ke seluruh dunia dan menginfeksi hewan dan tumbuhan vertebrata dan invertebrata. Virus ditularkan oleh vektor yang terinfeksi, termasuk nyamuk, kutu, lalat pasir, thrip, tikus, eulipotyphla, dan kelelawar. Infeksi pada manusia menyebabkan berbagai penyakit mulai dari sindrom demam ringan hingga penyakit pernapasan parah atau demam berdarah dan ensefalitida yang fatal. Beberapa virus bunya menyebabkan penyakit pada hewan dan tumbuhan domestik yang mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan. Di banyak daerah di dunia, sindrom penyakit baru yang disebabkan oleh virus bunya sedang dicirikan. Selain itu, dengan penggunaan teknologi baru untuk penemuan virus, bunyavirus baru terus diidentifikasi dalam vektor arthropoda dan host reservoir baru, dan kemungkinan tren ini akan berlanjut ke masa depan. Bunyaviridae adalah keluarga virus yang menyerang mamalia dan burung, serta arthropoda. Bunyaviridae memiliki ciri virion yang berbentuk sferis dengan diameter 90-100nm, dan membentuk selubung lipid yang tebuat dari glikoprotein. Virus ini memiliki tiga buah nukleokapsid berbentuk heliks.Genom tersusun dari RNA utas tunggal yang memiliki tiga segmen berukuran besar, sedang, dan kecil. Berdasarkan karakteristik genom, antigen nukleokapsid, dan cara transmisi, Bunyaviridae dibagi menjadi beberapa genus, yaitu Bunyavirus yang banyak menginfeksi nyamuk, Phlebovirus yang menyerang tungau, Hantavirus (Virus Hanta) yang menyerang arthopoda dan hewan pengerat, dan Nairovirus yang menyebabkan penyakit hemorrhagic Keluarga Bunyaviridae adalah salah satu keluarga virus terbesar dan paling beragam. Virus ini terdiri dari virus dengan genom RNA indra negatif yang menghasilkan virion bulat berselubung dengan diameter 80-120 nm. Semua genom bunyavirus terdiri dari tiga segmen (S, M, L), tetapi mereka berbeda dalam strategi pengkodeannya untuk menghasilkan protein struktural dan nonstruktural. Replikasi virus terjadi dalam sitoplasma sel yang terinfeksi, dan partikel virus matang di dalam sel dengan bertunas terutama pada membran aparatus Golgi. Keluarga ini memiliki lebih dari 400 virus anggota yang diklasifikasikan secara dominan ke dalam lima genera: Hantavirus , Nairovirus , Orthobunyavirus , Phlebovirus , dan Tospovirus . 6 2.2 Jenis-jenis Bunyaviridae Terdapat beberapa Spesies Bunyaviridae yang dikenal di dunia. Jenis-jenis tersebut dapat menmbulkan penyakit, yaitu : 2.2.1 Bunyaviridae phlebovirus Definisi "Bunyaviridae phlebovirus" biasa disebut Rift Valley Fever (RVF) adalah penyakit akut yang disebabkan oleh kuman penyakit.Penyakit ini menyerang manusia dan hewan. sejarah Bunyaviridae phlebovirus, pertama kali ditemukan tahun 1931 di Afrika Timur terutama masa perternakan domba, namun tidak masuk klasifikasi arbovirus seperti flu dengan disertai infeksi pada retina. Eksperimen mengenai phlebovirus ini dilakukan di sebagian wilayah Sahara-Afrika dan Madagaskar. infeksi Ada tiga cara penyebaran/penularan yang utama dari RVF: Penularan lewat kulit Penularan lewat udara Penularan lewat nyamuk atau gigitan serangga lainnya. Contoh penularan lewat gigitan nyamuk : Ae. cumminsii, Ae. circumluteolus, dan Ae. Mcintoshi adalah tiga spesies nyamuk penyebab Bunyaviridae phlebovirus, namun siklus infeksinya belum ditemukan hingga saat ini. Virus ini juga ditularkan lewat kontak langsung dengan darah, proses sekresi,atau ekskresi dari binatang yang terinfeksi. Karena RVF menyerang ternak, bersinggungan langsung (menyembelih atau sekedar memelihara) ternak yang terinfeksi dapatmembantu proses penularan RVF. Dapat pula disebabkan karena memakan daging ternak yang telah terinfeksi. Ternak yang terinfeksi RVF hidup didalam hati dan otak, virus ini mungkin juga menyerang pembuluh darah otak dan menginfeksi neuron dan glia. inkubasi 7 Masa inkubasi dari VRF berkisar antara 2-6 bulan Gejala. Beberapa pasien tidak menunjukkan adanya gejala, namun beberapa diantaranya mendapat serangan ringan secara mendadak(tiba-tiba) dengan dua tahap pada hati dan ginjal yang tidak berfungsi. Komplikasi yang sering terjadi adalah retinitis dengan scotoma ditengah.1%-10% penderita biasanya sembuh total. Namun penyakit biasanya muncul(dirasakan) setelah 2-7 hari setelah timbul gejala. Penyakit ini menyerang manusia hanya sebesar 1%, selebihnya menyerang ternak (100%) dan domba yang baru lahir (90%).Dalam beberapa kasus, penyakit ini berubah menjadi kasus yang serius. Gejala disertai penyerangan, myalgias dan radang otak disertai sakit kepala, koma dan serangan tiba-tiba. Gejala lain meliputi : sakit kambuhan, pusing, dan hilangnya berat badan secara ekstrim(anjlog). Dalam kasus ekstrim dijumpai penderita mengalami pendarahan, rusaknya(pecah) pembuluh vaskular yang diikuti syok dan kematian. Kasus hebat dalam RVF dibagi dalam 3 kategori: · disfungsi hati disertai pendarahan · infeksi pada retiina dengan penglihatan yang melemah(buruk) · radang selaput otak. D. PENGOBATAN Ribavirin, yang digunakan untuk mengobati demam lassa menunjukkan antivirus yang menjanjikan. Pengobatan yang lain juga menunjukkan hal yang menjanjikan, seperti : interferon, modulator immune dan convalescent-phase plasma. Sekarang ini, tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit ini.Pengobatan untuk hewan tidak 100% berhasil bagi manusia. 2.2.2 Simbuvirus Virus ini dari famili Bunyaviridae.Virus ini memiliki materi genetic yang tersusun atas RNA, berbentuk bulat dan ukurannya antara 70-130 nm.Virus ini dapat menyebabkan penyakit Arthrogryposis (AG) dan Hydrancephaly (HE). Merupakan penyakit non contagious pada kambing, domba yang ditandai dengan artrogriposis, skoliosis, kriposis (lordosis thoracolumbar), tortikolis, miodisplasia, perubahan system saraf pusat seperti ensefalomielitis limfositik, hidransefali, bentukan ruang kiste dan tidak adanya neuron di dalam medulla spinalis, keguguran, mummifikasi fetus dan kelahiran cacat. Penyakit ini juga dapat menyerang sapi. Epidemiologi 8 Distribusi Geografis Penyakit ini pertama kali ditemukan di Jepang pada tahun 1961. Kemudian dilaporkan pula terjadi di Australia, Israel, Kenya, Siprus,Thailand dan Indonesia. Di Indonesia penyakit ini diduga terjadi di Jawa Tengah pada tahun 1981, pada sapi impor dari Australia yang melahirkan anak sapi dengan gejala arthrogryposis, mummifikasi fetus, abortus dan fetus dengan gejala hydrancephaly. Hewan Terserang Penyakit ini menyerang kambing, domba dan sapi.Ternak bunting yang dimasukkan dari daerah bebas penyakit Akabane ke daerah tertular menjadi sangat peka dan sebagai akibatnya dapat terjadi abortus, mummifikasi fetus, lahir dini dengan gejala AG dan HE. Cara Penularan Penyakit ini ditularkan melalui gigitan vektor Culicoides sp. Di Australia yang menjadi vektor adalah C. brevitarsis. Gejala Klinis Akabane ditandai dengan cacat tubuh pada keturunan yang dilahirkan dari hewan yang peka.Cacat tubuh berupa pembengkokan persendian yang bersifat permanen pada kaki (arthrogryposis), pembengkokan leher (tortikolis), pembengkakan tulang punggung (scoliosis) dan hydrancephaly. Otot gerak dapat mengalami atrofi sehingga anak yang dilahirkan tidak dapat berdiri. Pada induk dapat terjadi keguguran, lahir dini,kelahiran cacat dan mummifikasi fetus. Anak yang lahir dapat hidup dalam beberapa bulan dengan gejala gangguan koordinasi, ataxia, kebutaan, disfagia atau gangguan regurgitasi. Diagnosa Penyakit dapat didiagnosa berdasarkan gejala klinis, perubahan patologis dan isolasi virus. Specimen untuk isolasi virus dapat berupa jaringan otak, cairan otak, sumsum tulang belakang, otot, plasenta, fetus dan cairan amnion dari fetus yang masih segar, disamping itu juga diambil serum untukk deteksi antibodi. Pemeriksaan histopatologis diambil dari semua jaringan.Antibodi dapat dideteksi dengan uji serologis seperti serum netralisasi (SN), HI atau ELISA. Diagnosa Banding 9 Penyakit ini mirip dengan Bluetongue, Infeksi Virus Aino, Penyakit Akibat Faktor Genetik, zat kimia teratogenik atau tumbuhan beracun. Pencegahan dan Pemberantasan Hewan yang sakit dipisah dengan yang sehat dan hewan yang peka dilarang masuk ke daerah kasus atau hewan sakit dilarang masuk ke daerah bebas. Pencegahan dengan vaksinasi menggunakan vaksin aktif dan inaktif. 2.2.3 Hantavirus GEJALA Gejala/sindrom klinis HFRS adalah demam gangguan pernafasan atas ringan, berbagai manifestasi perdarahan, dan insufisiensi renal (hematuria, proteinuria. oligoria atau serum creatinin di atas normal).Pasien tanpa gejala insufiensi renal tetapi telah dikonfirmasi negatif infeksi Dengue, chikungunya, hepatitis A, B dan C dapat diikutsertakan.Pasien yang sedang menjalani hemodialis tanpa diketahui sebab infeksinya bisa diikutsertakan. Pengambilan serum darah pasien akan dilakukan pada tahap akut, konvalesen dan dua bulan setelah sakit. Pemeriksaan serologis (IgM dan IgG) dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi baru atau lama. Identifikasi spesies dan strain hantavirus yang menginfeksi akan dilakukan pada serum yang antigenik dan pendekatan genetik positif. Teknik pemeriksaan yang diperlukan adalah IFA atau ELISA, RT -PCR, Immunoblotting, sekuensing dan analisa filogenetik. Beberapa laporan dari beberapa daerah kota pelabuhan laut maupun daerah pedalaman di Indonesia menunjukkan prevalensi antibodi terhadap infeksi Hantavirus pada manusia sehat berkisar antara 1,1%-28,9% sedangkan pada hewan rodensia (tikus dan mencit) dan insektivora (cecurut) dilaporkan dari enam pelabuhan laut di Indonesia dengan prevalensi antibodi 0,l%100%. Penelitian epidemiologis komprehensif, menyeluruh dan mendalam SEJARAH Penyakit zoonotik bersumber rodensia terutama penyak itinfeksi Hantavirus dikenal dengan penyakit demam berdarah dengan sindrom renal (Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome/HFRS) yang disebabkan oleh beberapa spesies virus dari genus Hantavirus, famili Bunyaviridae adalah salah satu emerging diseases yang penting dengan "angka kematian" menurut WHO. Genus hantavirus yang menyebabkan penyakit pada manusia diketahui terdiri dari spesies virus Hantaan (HTNV), virus Seoul (SEOV), virus Dobrava (DOBV), virus Puumala (PUUV) dan virus sin-nombre (SNV). 10 Penyakit ini disebabkan oleh beberapa spesies virus dari genus Hantavirus.Salah satunya yang dikenal dengan demam Korea disebabkan oleh virus Han-taan. Waktu terjadi wabah dikalangan pasukan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) di Korea pada tahun 1951 (Chan,1987). Angka kematian akibat virus Hantaan berkisar antara 5%-15% (WHO, 1982). Virustersebut dapat diisolasi dan ditemukan di daerah wabah yang kemudian dikenal sebagai virus Hantaan sesuai dengan nama sungai yang terdapatdi antara Korea Utara dan Korea Selatan. Berbeda dengan empat (4) spesies virus yang disebut pertama, spesies yang terakhir menyebabkan penyakit dengan sindrom paru-paru yang disebut hantavirus pulmonary syndrome (HPS) yang pada tahun 1993 mulai dikenal dan mewabah di Amerika Serikat. CARA PENULARAN Hantavirus ditularkan ke manusia melalui udara yang terkontaminasi dengan urin atau feses tikus yang infektif.Sedangkan penyebaran tikus yang terinfeksi oleh virus tersebutdapat terjadimelalui kapal. Di Indonesia epidemiologi penyakit yang disebabkan virus ini belum banyak diketahui. Menurut sebagian besar penduduk Indonesia, penyakit yang berhubungan dengan atau ditimbulkan oleh tikus adalah typus(sakitperut). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan penduduk tentang penyakit yang ditimbulkan oleh rodensia kurang benar atau persepsi mereka terhadap penyakit tersebut salah. Mengingat bahwa ditinjau dari segi kesehatan pelabuhan dapat merupakan gerbang penularan penyakit antar daerah, pulau dan negara. Sedangkan penyakit Bersumber rodensia Yang dapat masuk melalui pelabuhan Sering terlupakan.Sementara kota dengan pelabuhan umumnya berkembang menjadi kota besar dan merupakan daerah pemukiman padat penduduk sehingga UlU sanitasi sukar dipertahankan. memungkinkan rodensia hidup berkembang biak dan berkontak dengan manusia. Oleh karena itu pada tahun 1997 telah diadakan penelitian di wilayah pelabuhan Tanjung Priok dan Sunda Kelapa Jakarta Utara.Penelitian tersebut untuk mengetahui jenis rodensia komensal, ektoparasit, prevalensi penyakit zoonotik dan aspek sosialbudaya masyarakat setempat terutama menyangkut persepsi masyarakat terhadap penyakit bersumber rodensia.pengamatan, umumnya selokan yang sekeliling rumah-rumah pendudukairnya kurang mengalir dengan lancar. Berbagai jenis untuk menampung limbah rumah tangga berupa sampah yang digunakan pendudukumunya berupa kantong plastik dan sebagian lagi tidak memiliki penampungan sampah. Gambaran secara rinci tentang jenis pewadahan untuk menampung sampah terlihat pada Sebenarnya wanita sebagai ibu rumahtangga dan anggota masyarakat jika aktif diorganisasi sangat membantu dalam menumbuhkan wawasan karena mendapatkan informasi/nilai-nilai baru dibidang kesehatan sehingga akan tumbuh motivasi dalam menjalankan hidup bersih dan sehat baik untuk dirinya, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sebaliknya para ibu yang hanya berperan sebagai ibu rumah tangga kurang dapat berperan dalam meningkatkan kesehatan keluarganya serta menjamin kualitas hidup yang lebih baik. Ibu dalam keluarga diharapkan 11 berperan dalam memberikan nasehat tentang tata cara hidup bersih dan sehat. Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit kadangkala berbeda dengan konsepsi menurut ilmu kesehatan. Hal itu boleh jadi karena tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah ditunjang pula kurang nyamen dapatkan informasi tentang penyakit yang dapat ditimbulkan oleh tikus seperti infeksi hantavirus. selainitu persepsi masyarakat yang keliru terhadap penyakit biasanya diperoleh berdasarkan turun temurun yang kadangkala tidak rasional secara medis. Adanya persepsi yang salah dari masyarakat tentang penyakit infeksi Hantavirus atau kejadian penyakit yang ditimbulkan oleh rodensia akan merupakan hambatan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersangkutan. Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit tergantung dari macam penyakit, daerah dimana masyarakat tinggal, tingkat pendidikan, pengetahuan dan lain-lain.Bisa juga berbagai faktor yang melatarbelakangi persepsi disamping faktor pengetahuan juga faktor pengalaman orang yang bersangkutan dari masa lalu tentang penyakit tersebut. Pada dasarnya persepsi juga merupakan proses pengenalan, evaluasi, maupun pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Kesan yang muncul apakah positip atau negatip akan tergantung pada pengalaman yang diperoleh melalui proses berfikir dan belajar. Selain itu lingkungan sosial ikut berperan di dalam membentuk persepsi seseorang atau masyarakat terhadap suatu penyakit yang dalam hal ini berupa saluran pengaruh baik berupa orang/kelompok masyarakat ataupun mediamasa.Persepsi masyarakat tentang penyakit jelas berbeda dengan konsepsi kesehatan modern. Persepsi masyarakat tentang penyakit pada dasarnya bagaimana pandangan individu memberikan penilaian terhadap kejadian atau seseorang terserang penyakit tersebut, dengan kemungkinan resiko yang dirasakan atau tidak melakukan upaya pencegahan dengan manfaat yang dirasakan atau tidak melakukan suatu upaya karena penyakitnya masih dianggap ringan misalnya masih bisa bekerja, padahal orang bersangkutan baik secara medis maupun klinis positip sakit. Bisa jadi pengetahuan seseorang tentang penyakit diperoleh dari pendidikan baik formal maupun informal. Pendidikan dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan khususnya penyakit yang berhubungan dengan rodensia masih rendah, maka penduduk kurang mampu untuk mengerti dan memahami akan makna lingkungannya yang sebenarnya. Pengertian lingkungan yang mereka pahami sebagian besar hanya berdasarkan atas apa yang dilihat dan dirasakan. Masyarakat dapat menerima dan mengerti bahwa lingkungan itu hanya terdiri dari udara, air, tanah, binatang, tanaman dan lain-lain.Mereka memahami adanya berbagai jenis binatang dan tanaman dan diantaranya ada yang merugikan serta dapat digunakan untuk kehidupan.Namun masyarakat belum mengenal adanya berbagai ornganisme penyebab penyakit seperti bakteri, virus dan parasit yang menyebabkan terjadinya penyakit. PENCEGAHAN dan PENGOBATAN Walaupun Hantavirus merupakan penyakit yang masih asing bagi masyarakat Indonesia, namun demikian kita harus tetap berhati- hati agar tidak terinfeksi oleh virus tersebut.Dapat 12 dilakukan pencegahan maupun pengobatan.Tanpa disadari oleh penduduk sendiri sikap dan perilaku mereka sudah mengarah pada upaya pencegahan penyakit infeksi Hantavirus yang ditimbulkan oleh rodensia (tikus) walaupun belum seluruh penduduk melakukannya. Ada upaya upaya penduduk membasmi tikus yang berada di sekeliling tempat tinggal mereka baik dengan cara menggunakan racun dan ataupun jebakan. Sikap dan atau tindakan yang dilakukan penduduk tersebut adalah tidak disengaja dapat mencegah atau mengurangi penularan penyakit khususnya yang bersumber dari rodensia seperti penyakit infeksi Hantavirus. Penanganan terhadap sampah atau limbah rumahtangga yang dilakukan penduduk umumnya cukup baik.Umumnya sampah sebelum dibuang ke temat pembuangan akhir ditampung terlebih dahulu dengan menggunakan bak atau plastik.Sebagian lagi dari sejumlah responden membuang sampah masih kurang benar dalam arti memenuhi persyaratan kesehatan karena sampah dibuang di halaman atau selokan. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan memberikan pengaruh negatif terhadap kondisi lingkungan. Hal ini menimbulkan pencemaran dan menjadi tempat yang cocok bagi binatang pengerat terutama tikus dan hewan reservoir lainnya yang mencari mencari sisa makanan dan berkembangbiak dengan cepat sehingga menimbukan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan yang ditimbulkan oleh hewanhewan tersebut kegiatan-kegiatan atau gejala-gejala yang secara tidak sadar atau tidak disengaja membawa manfaat bagi kesehatan baik individu maupun kelompokdan ini merupakan realitas budaya. Selain itu juga telah ditemukan cara mengobati penyakit yang ditimbulkan oleh Hantavirus. Yaitu dapat dilakukan dengan memasukkan ke pembuluh darah analog quanosine, yang digunakan untuk menangani HFRS.Dilakukan juga pengontrolan oleh pemeriksaan penurunan keadaan fatal dari pasien yang menjalani penyembuhan HFRS dengan ribavirin.Meskipunaktivitas dari ribavirin bertentangan dengan SNV, pemeriksaan open label telah dilakukan sejak tahun 1993. Ribovirin tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan HPS MORFOLOGI Virus terdiri dari sebuah selubung dan sebuah nukleokapsid.Selama siklus hidupnya virus memiliki fese ekstraselular hanya terjadi dalam satu fenotip.Virus mungkin terasingkan dalam badan inklusi yang tidak dapat terhentikan dan mengandung sebuah nukleokapsid.Kapsid virus terselubung oleh selembar selubung.Virus sperikal hingga pleomorfi dengan ukuran 100 – 120 – 270 nm dalam diameter. Selubung menyulubungi 3 nukleokapsid, memiliki proyeksi permukaan. Proyeksi permukaan kecil atau tonjolan takterlihat yang terselubungi oleh sebuah fring yang menonjol yang terdapat pada membran lipid bilayer setebal 5 nm. Proyeksi permukaan menghasilkan struktur seperti jaring sepanjang 5 – 10 nm.Ribosom inang tidak terlihat di dalam selubung, kapsid atau nukleokapsid diperpanjang dangan simetri heliks. Ribonukleokapsid filamentous dengan panjang 200 – 3000 nm dan lebar 2 – 2,5 nm. Nukleokapsid tidak bersegmen 13 nemun sirkuler. 5 tahap daur hidup Haemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) di dalam tubuh manusia: Febril: demam Hipotensi: syok yang dapat berakhir dalm beberapa jam atau hari Oliguric: kerusakan ginjal dan hipervolimia relatif Diuretic: fungsi ginjal meningkay. Sembuh: ketidak seimbangan cairan 2.2.4 Nairovirus (DEMAM BERDARAH CRIMEAN) Identifikasi. Penyakit yang disebabkan oleh virus dengan demam yang muncul tiba-tiba, rasa tidak enak badan, kelelahan, iritasi, sakit kepala, sakit hebat di tangan dan pinggang dan ditandai dengan timbulnya anoreksia.Muntah, sakit pada perut bagian bawah dan diare kadang muncul.Bercak merah pada muka dan dada hingga mata merah muncul lebih awal.Enantem dengan pendarahan pada palatum molle, uvula dan faring, ruam kecil kecil menyebar dari dada hingga perut dan sekujur tubuh, biasanya menjadi tanda yang khas muncul pada penyakit ini; kadang ditemukan purpura yang luas.Kadang muncul perdarahan pada gusi, hidung, paru-paru, uterus dan usus, namun kebanyakan terjadi hanya pada kasus yang fatal dan serius, hal ini dikaitkan dengan kerusakan hati yang berat.Hematuria dan albuminuria umum terjadi namun tidak masif.Demam meningkat secara konstan dalam 5 - 12 hari atau dengan gambaran bifasik dan menurun secara lysis.Penyembuhannya lama. Temuan lain berupa lekopenia dengan lebih banyak limfopenia dibanding netropenia. Trombositopenia adalah hal yang umum terjadi.Tingkat fatalitas kasus dilaporkan antara 2% - 50%.Di Rusia diperkirakan terdapat 5 orang yang tertulari untuk tiap kasus demam berdarah. Diagnosa dibuat dengan mengisolasi virus dari darah dengan inokulasi pada kultur sel atau tikus kecil atau dengan PCR. Diagnosis serologik dibuat dengan pemeriksaan ELISA, reverse passive HI, IFA, CF, imuno difusi atau dengan uji netralisasi reduksi plaque. IgM spesifik dapat saja muncul selama fase akut. Distribusi Penyakit Ditemukan di daerah stepa bagian barat Crimea, pada Semenanjung Kersch di Kazakhtan dan Uzbekistan, di Rostov dan Astrakhan Rusia, juga di Albania, Bosnia Herzegovina, Bulgaria, Irak, Semenanjung Arab, Pakistan, bagian barat China, daerah tropis Afrika dan Afrika Selatan. Kebanyakan penderita adalah mereka yang bekerja dipeternakan atau tenaga medis.Kejadian musiman di Rusia berlangsung antara Juni hingga September, periode dimana vektornya sangat aktif.Virus atau antibodi pada manusia telah diteliti dan ditemukan di beberapa daerah di bagian timur dan tengah Afrika; kasus demam berdarah telah dilaporkan terjadi di Afrika selatan dan Mauritania (Afrika barat). 14 Reservoir. Secara alami, reservoir adalah kelinci, burung dan kutu dari keluarga Hyalomma spp. di Eurasia dan Afrika Selatan.Inang di daerah tropis Afrika tetap tidak diketahui, namun Hyalomma dan kutu Boophilus, insektivora dan hewan pengerat diduga juga berperan sebagai reservoir.Binatang domestik seperti kambing, domba dan sapi berperan sebagai inang berikutnya. Cara Penularan. Penularan melalui gigitan Hyalomma marginatum atau H. anatolicum dewasa yang terinfeksi, kutu yang masih muda diduga mendapat infeksi dari binatang inang atau dari kutu induknya melalui telur. Infeksi nosokomial pada tenaga medis, terjadi setelah terpajan dengan darah dan discharge dari pasien. Penularan melalui infeksi nosokomial ini perlu diperhatikan pada KLB yang terjadi belakangan ini : keluarga dari tenaga medis dapat juga tertular sebagai kasus tersier. Penularan juga dapat terjadi saat memotong hewan yang terinfeksi. Masa Inkubasi Biasanya 1 hingga 3 hari, dengan jarak antara 1 - 12 hari . Masa Penularan : Sangat menular di lingkungan RS. Infeksi nosokomial umum terjadi setelah terpajan dengan darah dan discharge penderita. Kekebalan setelah terinfeksi kemungkinan dapat bertahan seumur hidup. Cara- cara pemberantasan Lihat Lyme Disease, 9A, untuk tindakan pemberantasan dan pencegahan gigitan kutu. Vaksin otak tikus yang tidak aktif digunakan di Eropa timur dan di bekas Uni Soviet.Tidak ada vaksin di AS. Pengawasan Penderita, Kontak & Lingkungan Sekitarnya : 1) Laporan kepada instansi kesehatan setempat : Di daerah endemis tertentu, di kebanyakan negara, bukan merupakan kasus yang wajib dilaporkan, Kelas 3B (lihat tentang pelaporan penyakit menular) 2) Isolasi : lakukan tindakan kewaspadaan universal terhadap cairan tubuh dan darah 3) Disinfeksi serentak : cairan darah sangat infektif; dekontaminasi dengan panas atau dengan disinfektan klorin 4) Karantina : tidak diperlukan 5) Imunisasi : tidak ada, kecuali di Eropa bagian timur 15 6) Investigasi kontak dan sumber infeksi : cari dan temukan kembali kasus yang hilang / yang tidak dilaporkan dan keberadaan hewan yang tertular serta vektor yang mungkin berperan 7) Perawatan spesifik : infus ribavirin dan plasma imun dengan kadar neutralizing Antibody yang tinggi diketahui sangat bermanfaat. 2.3 Karakteristik umum dari keluarga Peribunyaviridae Ciri Deskripsi Anggota khas Virus Bunyamwera (BUNV) [S segmen: D00353; Segmen M: M11852; L segmen X14383], spesies Bunyamwera orthobunyavirus, genus Orthobunyavirus. Virion Virion berbentuk bola atau pleomorfik dengan diameter 80-120 nm Genom Tiga untai tunggal, molekul RNA indera negatif, S, M, dan L, masing-masing sekitar 1 kb, 4 kb, dan 6,8 kb, menyandikan protein nukleokapsid (segmen N; S), glikoprotein amplop (Gn dan Gc; segmen M ), dan protein L yang berfungsi sebagai RNA polimerase dan endonuklease yang diarahkan RNA (segmen L;) Replikasi Sitoplasma; transkripsi primer dipersiapkan dengan “cap snatching” dari RNA seluler host; ribonukleokapsid terlibat dalam transkripsi primer dan replikasi genomik yang tidak disempurnakan Terjemahan Terjemahan dilakukan pada ribosom terikat ER untuk Gn dan Gc dan pada ribosom bebas dalam sitoplasma untuk N dan L Rentang host Vertebrata dan invertebrata (termasuk mamalia, burung, nyamuk, culicoid, dan lalat pasir psychodid) Taksonomi Filum Negarnaviricota , subphylum Polyploviricotina , ordo Bunyavirales , empat genera dan 95 spesies 16 kelas Ellioviricetes , Gambar 1 . Peribunyaviridae . Struktur virion peribunyavirus. (Kiri) Representasi diagram virion peribunyavirus pada penampang. Paku permukaan terdiri dari dua glikoprotein yang disebut Gn dan Gc. Tiga nukleokapsida heliks berbentuk lingkaran dan terdiri dari masing-masing segmen ssRNA unik (L, besar; M, sedang; S, kecil) yang dienkapsulasi oleh protein N dan terkait dengan protein L. (Kanan) Transmisi negatif mikroskop elektron dari virion virus California encephalitis (gambar CDC / Dr. Fred Murphy; Dr. Erskine Palmer). 17 BAB III Kesimpulan 3.1 Kesimpulan Virus Peribunya diselimuti dan memiliki tiga segmen RNA indra negatif, beruntai tunggal, yang terdiri dari total 11,2 - 12,5 kb. Keluarga Peribunyaviridae mencakup empat genera untuk virus yang didistribusikan secara global: Orthobunyavirus, Herbevirus, Pacuvirus, dan Shangavirus . Sebagian besar virus peribunya dipertahankan dalam siklus transmisi vertebrata-arthropoda yang dapat mencakup transmisi transovarial dalam arthropoda. Lainnya dianggap sebagai virus spesifik arthropoda yang tidak mampu menginfeksi vertebrata. Arthropoda dapat terus menerus terinfeksi. Rentang host dan geografis umumnya dibatasi meskipun beberapa peribunyavirus memiliki rentang yang sama atau tumpang tindih. Infeksi pada manusia terjadi melalui pemberian makan darah dengan vektor arthropoda. Infeksi dapat mengakibatkan keragaman hasil klinis manusia dan dokter hewan dengan cara yang spesifik-regangan. Segment reassortment terbukti di antara beberapa peribunyavirus. Genera bersifat monofiletik berdasarkan analisis protein L virus dan anggota genus memiliki organisasi genomik dan siklus penularan yang relatif sama. 18 DAFTAR PUSTAKA 1. Plyusnin A, Beaty BJ, Elliott RM, Goldbach R, Kormelink R, dkk. Bunyaviridae. Dalam: King AMQ, Adams MJ, Carstens EB, Lefkowitz EJ, editor. Laporan kesembilan Komite Internasional tentang Taksonomi Virus. San Diego, CA: Elsevier Academic; 2012. p. 725–41. 2. Fenner F. Klasifikasi dan nomenklatur virus — laporan kedua Komite Internasional tentang Taksonomi Virus. Intervirologi. 1976; 7: 1–115. 19