ABSTRAK Dra. Lilik Indrawati Dkk. 2008. PERSEPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DAN DISAMAKAN DI KOTA MALANG TENTANG KONSEP PENDIDIKAN SENI SEBAGAI JIWA DARI MA TA PELAJARAN SENI BUDAYA DALAM KTSP. Laporan Penelitian dibeayai oleh Jurusan Seni Dan Desain - Fakultas Sastra - Universitas Negeri Malang. Penelitian ini dilatar belakangi oleh beberapa rasionel sebagai berikut: (1) pelaksanaan kurikulum KTSP, yang merubah nama mata pelajaran KTK (Kerajinan Tangan Dan Kesenian) menjadi Seni Budaya, sehingga terjadi paradigma barn dalam pendidikan seni, (2) hasil observasi awal peneliti terhadap pelaksanaan pembelajaran Seni Budaya yang lebih mengemukakan standar kompetensi kreasi seni, yang lebih mengarah pada penguasaan keterampilan seni. Dengan demikian tujuan dan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi persepsi guru SD tentang konsep pendidikan seni, (2) mengidentifikasi persepsi guru SD tentang program pembelajaran seni. Penelitian ini diharapkan bermaanfaat bagi penanggung jawab pelaksanaan pembelajaran seni di SD, antara lain: guru, kepala sekolah, Dinas Pendidikan Kota Malang, dan JSD-FSUM sebagai LPTK pendidikan seni. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang memanfaatkan sampel yang diambil dengan teknik purposif sampling, sehingga sumber data utama dalam penelitian ini adalah 3 orang guru SD, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran. Sumber data penunjang adalah 4 orang penentu kebijakan pelaksanaan pembelajaran seni di sekolah, yaitu kepala sekolah dan jajarannya. Data penelitian ini dijaring dengan teknik wawancara tidak terstruktur kepada sumber data utama, dan sumber data penunjang.Validitas data diukur dengan pemanfaatan tenik trianggulasi sumber, dimana kemudian pada tahap analisa data digunakan model analisa interaktif. Dan analisa data; dapat dipaparkan hasil penelitian ini sebagai berkut: (1) persepsi Guru SD Tentang Konsep Pembelajaran Seni: secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep pembelajaran seni yang diakrabi dan dipersepsi guru Seni Budaya masih beragam, antara lain adalah bahwa belajar seni di sekolah adalah belajar keterampilan berkarya seni. Kompetensi yang harus dicapai oleh anak didik adalah kompetensi keterampilan berkreasi seni. Tetapi tidak demikian halnya dengan kompetensi keterampilan berapresiasi seni, yang dapat dikatakan hampir tak tersentuh. Dengan demikian konsep pendidikan seni yang diyakini oleh guru SD adalah konsep penularan seni, yaitu bahwa pembelajaran Seni Budaya di SD adalah berupa penularan keterampilan berkreasi seni (dalam bidang seni atau kegiatan berkreasai seni yang dikuasai oleh gurunya). (2) persepsi Guru SD Tentang Program Pembelajaran Seni: secara umum tampak bahwa guru tidak membedakan dengan jelas tentang program pembelajaran seni. Jika konsep pendidikan seni diyakini oleh guru lebih sebagai penularan seni (penularan keterampilan berkreasi seni), maka demikian juga dengan persepsinya dalam program pembelajaran seni. Guru tidak secara jelas membedakan program pembelajaran seni. Perbedaan dalam program pembelajaran seni hanya dipersepsi sebagai program pembelajaran intra kurikuler dan program pembelajaran ekstrakurikuler. Jika pembelajaran seni pada program intra kurikuler wajib diikuti oleh semua siswa (termasuk yang tidak memiliki minat terhadap seni), maka pembelajaran seni dalam program pembelajaran ekstra kurikuler adalah program pembelajaran yang hanya diikuti oleh siswa yang memiliki minat atau bakat khusus terhadap bidang seni tertentu (karena program ekstrakurikuler yang disajikan dalam suatu sekolah bukan hanya bidang seni Baja). Untuk penelitian lebih lanjut, beberapa saran dan rekomendasi yang dapat dipaparkan adalah sebagai berikut: (1) disarankan untuk menambah jumlah responder/ informan dan jumlah serta variasi status sekolah di kota Malang. Dengan demikian akan bisa dijaring lebih luas tentang variasi persepsi para pelaksana KTSP di lapangan, khususnya untuk mata pelajaran Seni Budaya, (2) metode penjaringan data bisa dikembangkan dengan pemanfaatan teknik penjaringan data yang lain selain wawancara, seperti observasi pada proses pembelajaran dan dokumentasi, (3) bagi program studi Pendidikan Seni Rupa dan Pendidikan Seni Taxi — JSD- FS-UM untuk terus menerus mensosialisasikan dan memantau implementasi konsep pendidikan seni dan paradigma barn pendidikan seni yang sejalan dengan KTSP untuk mata pelajaran Seni Budaya. Dengan demikian program payung penelitian dan pengabdian masyarakat dosen-dosen program studi Pendidikan Seni (Rupa dan Tari)JSD-FS-UM bisa lebih difokuskan pada permasalahan pelaksanaan pendidikan seni di lapangan, (4) disarankan pula kepada program studi Pendidikan Seni (Rupa dan Tari) JSD-FS-UM untuk dapat mencerahkan persepsi masyarakat tentang konsep pendidikan seni berupa 'pemfungsian seni', 'Belajar bersama Seni', dan 'Belajar melalui Seni'; serta program pembelajaran seni di sekolah umum, supaya persepsi guru seni tidak tergantung kepada keinginan serta harapan yang dituntut dari lingkungannya, (5) disarankan kepada program studi Pendidikan Seni (Rupa dan Tari)-JSD-FS-UM untuk mengembangkan dan mensosialisasikan model-model pembelajaran apresiasi seni kepada guru seni di Malang, agar mereka bisa membelajarkan kompetensi presiasi seni kepada siswanya dengan persepsi yang benar.