Uploaded by User54908

MATERI KELOMPOK 7

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan
(kesulitan-kesulitan)
dan
kemungkinan-kemungkinan
(kesempatan-kesempatan)
dimana
kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang
dimaksud (Leo Agustino, 2008:7).
Tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan Kebijakan Publik yaitu penyusunan agenda,
formulasi kebijakan, adopsi/ legitimasi kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi kebijakan.
Tahap-tahap ini dilakukan agar kebijakan yang dibuat dapat mencapai tujuan yang diharapkan
(Budi Winarno, 2007: 32–34).
Formulasi kebijakan sebagai bagian dari proses kebijakan publik merupakan tahapan
yang paling penting. Formulasi kebijakan bila dikatakan sebagai inti dari proses kebijakan.
Karena formulasi kebijakan berperan untuk menjawab publik affairs yang ada di masyarakat
melalui pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
Formulasi kebijakan publik ialah langkah paling awal dalam proses kebijakan publik
secara keseluruhan.Oleh karenannya apa yang terjadi pada fase ini akan sangat menentukan
berhasil tidaknya kebijakan publik yang dibuat pada masa yang akan datang.
Menurut Anderson (Dalam Winarno, 2007 : 93) formulasi kebijakan menyangkut upaya
menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah-masalah yang
dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud formulasi kebijakan ?
2. apa saja pendekatan yang digunakan dalam formulasi kebijakan public ?
3. apa factor yang mempengaruhi formulasi kebijakan ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan formulasi kebijakan
2. untuk memahami pendekatan-pendekatan dalam formulasi kebijakan
3. untuk memahami factor yang dapat mempengaruhi formulasi kebijakan
BAB II
PEMBAHASAN
a. pengertian formulasi kebijakan
Perumusan (Formulasi) kebijakan publik merupakan salah satu tahap dari rangkaian proses
pembuatan dan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Setelah tahapan agenda setting dilalui atau
suatu isu telah masuk agenda pemerintah, maka tahapan berikutnya adalah membuat formulasi
kebijakan. Menurut Anderson yang dikutip oleh Nugroho, formulasi kebijakan menyangkut
upaya menjawab pertanyaan bagaimana berbagai alternatif disepakati untuk masalah yang
dikembangkan dan siapa yang berpartisipasi.
Adapun menurut Dunn, perumusan kebijakan (policy formulation) adalah, “pengembangan
dan sintesis terhadap alternatif-alternatif pemecahan masalah” sedangkan Dunn juga berpendapat
bahwa dalam formulasi kebijakan dilakukan proses peramalan, yaitu menguji masa depan yang
pleusibel, potensial, dan secara normatif bernilai, mengestimasi akibat kebijakan yang diusulkan,
mengenali kendala yang mungkin terjadi dalam pencapaian tujuan, dan mengestimasi kelayakan
politik (dukungan dan oposisi) dari berbagai pilihan. Proses ini terkait dengan proses pemilihan
alternatif kebijakan oleh pembuat kebijakan yang biasanya mempertimbangkan besaran
pengaruh langsung yang dapat dihasilkan dari pilihan alternatif utama tersebut. Proses ini
biasanya akan mengekspresikan dan mengalokasikan kekuatan dan tarik menarik diantara
berbagai kepentingan sosial, politik dan ekonomi
Solichin menyebutkan, bahwa seorang pakar dari Afrika, Chief J.O. Udoji (1981)
merumuskan secara terperinci pembuatan kebijakan negara dalam hal ini adalah formulasi
kebijakan sebagai Keseluruhan proses yang menyangkut pengartikulasian dan pendefinisian
masalah, perumusan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dalam bentuk tuntutantuntutan politik, penyaluran tuntutan-tuntutan tersebut kedalam sistem politik, pengupayaan
pemberian sanksi-sanksi atau legitimasi dari arah tindakan yang dipilih, pengesahan dan
pelaksanaan/implementasi monitoring dan peninjauan kembali (umpan balik) (Dalam Solichin.
2002:17).
Tahapan formulasi kebijakan merupakan mekanisme yang sesungguhnya untuk
memecahkan masalah publik yang telah masuk dalam agenda pemerintah. Tahapan ini lebih
bersifat teknis dibandingkan tahapan agenda setting yang lebih bersifat politis dengan
menerapkan berbagai teknis analisis untuk membuat keputusan terbaik. Pada tahap formulasi
kebijakan para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah. Alternatif
kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan, dan tindakan
legislatif.
Sebagaimana formulasi kebijakan publik adalah langkah yang paling awal dalam proses
kebijakan publik secara keseluruhan, oleh karena apa yang terjadi pada tahap ini akan sangat
menentukan berhasil tidaknya kebijakan publik yang dibuat itu pada masa yang akan datang.
Oleh sebab itu perlu adanya kehati-hatian lebih dari para pembuat kebijakan ketika akan
melakukan formulasi kebijakan publik ini. Yang harus diingat pula adalah bahwa formulasi
kebijakan publik yang baik adalah formulasi kebijakan publik yang berorientasi pada
implementasi dan evaluasi. Sebab seringkali para pengambil kebijakan beranggapan bahwa
formulasi kebijakan yang baik itu adalah sebuah uraian konseptual yang sarat dengan pesanpesan ideal dan normatif, namun tidak membumi. Padahal sesungguhnya formulasi kebijakan
publik yang baik itu adalah sebuah uraian atas kematangan pembacaan realitas sekaligus
alternatif solusi yang fisibel terhadap realitas tersebut. Kendati pada akhirnya uraian yang
dihasilkan itu tidak sepenuhnya presisi dengan nilai ideal normatif, itu bukanlah masalah asalkan
uraian atas kebijakan itu presisi dengan realitas masalah kebijakan yang ada dilapangan
(Fadillah, 2001:49-50).
b. pendekatan-pendekatan dalam formulasi kebijakan publik
ada empat hal yang dijadikan pendekatan-pendekatan dalam formulasi kebijakan publik dimana
sudah dikenal secara umum oleh khalayak kebijakan public (Fadillah, 2001:50-62) yaitu :
1. Pendekatan Kekuasaan dalam pembuatan Kebijakan Publik
Ada beberapa fokus dalam pendekatan kekuasaan ini, yaitu :

Elitism : Dominasi para elite menentukan sebuah produk kebijakan publik.

Pluralism : Proses pembuatan kebijakan ini menekankan pada kontinuitas dan
keterlibatan multi-metode dalam sebuah proses pembuatan kebijakan publik,
sehingga dapat meminimalisir dominasi salah satu kelas dalam masyarakat.

Marxism : Kekuasaan hanya akan digunakan untui menghasilkan produk
kebijakan publik yang memihak pada kaum kapitalis.

Corporatism : Pembuatan kebijakan publik dengan menekankan pada konspirasi
segelintir elite yang tertata dengan sengaja.

Professionalism : Pandangan ini akan efektif ketika sebuah negara banyak
dipimpin oleh mereka- mereka dari kalangan profesional.

Technocracy : Formulasi kebijakan didasarkan atas eksplorasi ilmiah yang
dilakukan oleh para ilmuwan.
2. Pendekatan Rasionalitas dan Pembuatan Kebijakan public

Rasionalitas Ekonomis : Pembuatan kebijakan harus didasari oleh pembacaan
yang mendalam atas dampak-dampak ekonomis bila kebijakan tersebut
diterapkan.

Rasionalitas Birokratis : Pembuatan kebijakan bertumpu pada efisiensi dan
efektitivitas kinerja birokrasi.
3. Pendekatan Pilihan Publik dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Proses pembuatan kebijakan publik dalam paradigma ini akan bertumpu pada pilihan
publik yang mengakibatkan formualasi kebijakan yang dilakukan cenderung bertumpu
pada mekanisme pasar.
4. Pendekatan Pemrosesan Personalitas, Kognisi dan Informasi dalam Formulasi Kebijakan
Publik
Dalam proses formulasi kebijakan publik ini Fadillah mengutip pendapat dari Yezhezkhel
Dror yang membagi tahap-tahap proses-proses kebijakan publik dalam 18 langkah yang
merupakan uraian dari tiga tahap besar dalam proses pembuatan kebijakan public (Dalam
Fadillah, 2001:75-76) yaitu :
A. Tahap Meta Pembuatan kebijakan Publik (Metapolicy-making stage):
1. Pemrosesan nilai;
2. Pemrosesan realitas;
3. Pemrosesan masalah;
4. Survei, pemrosesan dan pengembangan sumber daya;
5. Desain, evaluasi, dan redesain sistem pembuatan kebijakan publik;
6. Pengalokasian masalah, nilai, dan sumber daya;
7. Penentuan strategi pembuatan kebijakan.
B. Tahap Pembuatan Kebijakan Publik (Policy making)
1. Sub alokasi sumber daya;
2. Penetapan tujuan operasional, dengan beberapa prioritas;
3. Penetapan nilai-bilai yang signifikan, dengan beberapa prioritas;
4. Penyiapan alternatif-alternatif kebijakan secara umum;
5. Penyiapan prediksi yang realistis atas berbagai alternatif tersebut diatas, berikut
keuntungan dan kerugiannya;
6. Membandingkan masing-masing alternatif yang ada itu sekaligus menentukan alternatif
mana yang terbaik;
7. Melakukan ex-ante evaluation atas alternatif terbaik yang telah dipilih tersebut diatas.
C. Tahap Pasca Pembuatan Kebijakan Publik (Post policy-making stage)
1. Memotivasi kebijakan yang akan diambil;
2. Mengambil dan memutuskan kebijakan publik;
3. Mengevaluasi proses pembuatan kebijakan publik yang telah dilakukan;
4. Komunikasi dan umpan balik atas seluruh fase yang telah dilakukan.
c. factor yang mempengaruhi formulasi kebijakan
Anderson, dalam Winarno mengemukakan bahwa nilai-nilai (ukuran) yang mempengaruhi
tindakan para pembuat keputusan dalam proses formulasi kebijakan dapat dibagi dalam beberapa
kategori, yakni :
1. Nilai-nilai politik, dimana keputusan dibuat atas dasar kepentingan politik dari
partai politik atau kelompok kepentingan tertentu.
2. Nilai-nilai organisasi, dalam hal ini keputusan-keputusan dibuat atas dasar nilainilai yang dianut organisasi, seperti balas jasa (rewards) dan sanksi (sanction) yang
dapat mempengaruhi anggota organisasi untuk menerima dan melaksanakannya.
3. Nilai-nilai pribadi, dimana seringkali keputusan dibuat atas dasar nilai-nilai pribadi
yang dianut oleh pribadi pembuat keputusan untuk mempertahankan status quo,
reputasi, kekayaan dan sebagainya.
4. Nilai-nilai kebijakan, dalam hal ini keputusan dibuat atas dasar persepsi pembuat
kebijakan tentang kepentingan publik atau pembuatan kebijakan yang secara moral
dan dapat dipertanggungjawabkan.
5. Nilai-nilai ideologi, dimana nilai ideologi seperti misalnya nasionalisme dapat
menjadi landasan pembuatan kebijakan, baik kebijakan dalam negeri maupun luar
negeri.
Sedangkan menurut Nigro, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses formulasi
kebijakan adalah :
1. Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar. Formulasi kebijakan itu tidak dapat
dipisahkan dari dunia nyata, sehingga adanya tekanan dari luar ikut berpengaruh
terhadap proses formulasi kebijakan.
2. Adanya pengaruh kebiasaan lama. Kebiasaan lama organisasi seperti kebiasaan
investasi modal, sumber-sumber dan waktu terhadap kegiatan program tertentu
cenderung akan diikuti, meskipun keputusan tersebut telah dikritik sebagai sesuatu yang
salah sehingga perlu dirubah.
3. Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi. Berbagai macam keputusan yang dibuat oleh
pembuat keputusan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya, seperti dalam proses
pengangkatan pegawai baru.
4. Adanya pengaruh dari kelompok luar. Lingkungan sosial dari para pembuat keputusan
juga sangat berpengaruh, bahkan sering pula pembuatan keputusan dilakukan dengan
mempertimbangkan pengalaman dari orang lain yang sebelumnya berada diluar proses
formulasi kebijakan.
5. Adanya pengaruh keadaan masa lalu. Pengalaman latihan dan pengalaman pekerjaan
yang terdahulu berpengaruh pada pembuatan keputusan atau bahkan orang-orang yang
bekerja di kantor pusat sering membuat keputusan yang tidak sesuai dengan keadaan
dilapangan, hal ini disebabkan karena adanya kekhawatiran bahwa delegasi wewenang
dan tanggung jawab kepada orang lain akan disalahgunakan.
Bab iii
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sumber:
http://xerma.blogspot.com/2014/04/pengertian-dan-tahap-formulasi-kebijakan.html
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/38035/6gc0vfe00r8q68porm23f3r301
http://iptekindonesiaef.blogspot.com/2013/11/pengertian-dan-tahap-formulasi-kebijakan.html
http://tasrifsalawa.blogspot.com/2012/12/makalah-formulasi-kebijakan.html
https://www.academia.edu/36705668/FORMULASI_KEBIJAKAN_PUBLIK
Download