KONSEP BENCANA DAN TAHAPAN BENCANA SERTA KONSEP KEPERAWATAN BENCANA Kelompok 9 Hanna hervia beauty jannah Neli Nopriane Novi Tri Hanggarini Konsep Bencana A. Definisi Menurut WHO bencana adalah suatu fenomena secara tiba-tiba yang membawa dampak yang sangat parah pada lingkungan, tempat tinggal dan memerlukan bantuan dari luar komunitas lokasi kejadian. Bencana juga bisa di artikan sebagai kehancuran berat pada fungsi masyarakat yang menimbulkan jatuhnya korban, kerugian materi dan lingkungan dalam ruang lingkup yang luas dan melebihi kemampuan merespon hanya dengan memamfaatkan sumber yang dimiliki oleh masyarakat yang dilanda kerusakan. B. Hazard Hazard adalah suatu keadaan yang bersifat kualitatif yang mempunyai pengaruh terhadap frekuensi kemungkinan terjadinya kerugian ataupun besarnya jumlah dari kerugian yang mungkin terjadi. Fenomena atau kondisi yang menjadi penyebab bencana disebut hazard. Selain fenomena alam seperti gempa atau hujan badai, termasuk juga kecelakaan pesawatatau kereta api dan peristiwa ledakan bom atau kebakaran skala besar Hazard terbagi 2 jenis yaitu physical hazard dan moral hazard. Physical hazard adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan aspek pisik dari suatu benda, baik benda yang dipertanggungkan maupun benda yang berdekatan. Moral Hazard Adalah keadaan yang berkaitan dengan sifat, pembawaan dan karakter manusia yang dapat menambah besarnya kerugian dibanding dengan risiko rata-rata. C.Vulnerability Vulnerability atau kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi ancaman atau bahaya dari potensi bencana untuk mencagah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya tertentu. disebutkan bahwa masyarakat rentan bencana adalah bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui, penyandang cacat dan lanjut usia. Kerentanan ini mencakup : - kerentanan fisik, - ekonomi, sosial, - dan perilaku yang ditimbulkan oleh beragam penyebab. D. Jenis Bencana 1. Bencana alam Yaitu kajadian-kejadian alami seperti banjir, gempa bumi, gunung meletus, badai, kekeringan, wabah, serangan serangga dan lain-lain. 2. Bencana ulah manusia Yaitu kejadian-kejadian akibat ulah manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, perang, sabotase, ledakan bom, gangguan listrik, gangguan komunikasi, dan lain-lain. Sedangkan berdasarkan cakupan wilayahnya, bencana terdiri atas: 1. Bencana lokal Bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang berdekatan. Bencana yang terjadi pada sebuah gedung atau bangunanbanguan di sekitarnya. Biasanya akibat ulah manusia seperti kebakaran, ledakan, terorisme, kebocoran zat kimia berbahaya dan lain-lain. 2. Bencana regional Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam seperti badai, banjir, letusan gunung, dan lainnya. E. Fase-fase Bencana 1. Pre-Impact Merupakan warning phase, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca, durasi waktunya mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. 2. Impact Merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dari manusia untuk bertahan hidup. Fase ini terus berlanjut hingga terjadi kerusakan dan pemberian bantuan-bantuan dilakukan. Masyarakat yang menjadi korban saat terjadi serangan, bila dipersiapkan sejak tahap pradisaster maka korbannya tidak sebanyak bila dipersiapkan dengan cermat. Contohnya peristiwa tsunami di Aceh, karena masyarakat tidak dipersiapkan saat terjadi gempa dan air laut menyurut, mereka malah pergi berlarian dengan riangnya ke arah laut. 3. Post-Impact Merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai kembali pada fungsi komunitas normal. F. Level Bencana 1. Level I Persiapan kompetensi emergensi, adekuat kapasitas dalam organisasi yang dipersiapkan untuk merespon keadaan emergensi secara rutin. 2. Level II Adanya kerjasama antara organisasi dan komunitas sekitar dan dibutuhkan adanya dukungan lokal 3. Level III Adanya kerjasama adekuat antara beberapa negara/organisasi, adanya rantai komando komunikasi untuk memperoleh bantuan dari negara tersebut. G. Dampak Bencana Peristiwa bencana dalam bentuk apapun akan menimbulkan dampak negatis yang merugikan manusia dan perlu segera diantisipasi agar akibat negatif yang diderrita oleh masyarakat tidak berkepanjangan. H. Hazard dan Catastrophe Bahaya ( Hazards ) adalah fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta-benda, kehilangan mata pencaharian, kerusakan lingkungan. Misal : tanah longsor, banjir, gempa-bumi, letusan gunung api, kebakaran dll;. Ethiopian Disaster Preparedness and Prevention Commission (DPPC) mengelompokkan bencana berdasarkan jenis hazard, yang terdiri dari: 1. Natural hazard. Ini adalah hazard karena proses alam yang manusia tidak atau sedikit memiliki kendali. Manusia dapat meminimalisir dampak hazard dengan mengembangkan kebijakan yang sesuai, seperti tata ruang dan wilayah, prasyarat bangunan, dan sebagainya. 2. Human made hazard. Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Catastrophe adalah kejadian bencana dalam skala yang besar dan sangat ekstrim dan kejadian yang menakutkan. I. Reaksi Bencana 1. Emotional Depresi, kesedihan, irritabel, marah, anxiety, takut, putus asa, tidak ada harapan, merasa bersalah, keraguan diri, dan perubahan mood. 2. Behavior Ganguan tidur, denial, menangis, aktivitas berlebihan, meningkatkan konflik keluarga dan isolasi diri 3. Cognitive Bingung, disorientasi, mimpi buruk, gangguan konsentrasi, kesulitan mengambil keputusan 4. Physical Fatigue, kelelahan, gastrointestinal distress, perubahan nafsu makan, kaku pada kerongkongan dan keluhan somatik lainnya. Tahapan Bencana a. Tahap pra-disaster Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak. b. Tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase) Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase) merupakan fase terjadinya klimaks bencana. Inilah saat-saat dimana, manusia sekuat tenaga mencoba ntuk bertahan hidup. c. Tahap emergensi Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana yang pertama.tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama yang menolong korban bencana adalah masyarakat awam atau awam khusus yaitu masyarakat dari lokasi dan sekitar tempat bencana Karakteristik korban pada tahap emergensi minggu pertama adalah : korban dengan masalah airway dan breathing (jalan nafas dan pernafasan), yang sudah ditolong dan berlanjut ke masalah lain, korban dengan luka sayat, tusuk, terhantam benda tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma kepala, luka bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau nuklir atau gas. Pada minggu ke dua dan selanjutnya, karakteristik korban mulai berbeda karena terkait dengan kekurangan makan, sanitasi lingkungan dan air bersih, atau personal higiene. Masalah kesehatan dapat berupa sakit lambung (maag), diare, kulit, malaria atau penyakit akibat gigitan serangga. d. Tahap rekonstruksi Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-orientasi nilai-nilai dan norma-norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab. Konsep Keperawatan Bencana A. Pengertian Menurut ICN, keperawatan bencana adalah perawat-perawat dengan kemampuan dan pengetahuannya akan epidemiologi, fisiologi, farmakologi, struktur budaya keluarga, dan psikologis dapat membantu pada saat program persiapan bencana dan pada saat bencana itu sendiri Setiap perawat harus memiliki pengetahuan dasar dan beberapa kemampuan agar dapat merencanakan dan merespon sebuah bencana pada suatu waktu dan memberikan tindakan yang tepat Dalam keperawatan bencana ada beberapa karakteristik yang membedakannya dari berbagai disiplin ilmu keperawatan yang lain 1. Sikap caring terhadap komunitas pada saat bencana Gangguan pada sebuah komunitas menrupakan dampak langasung dari kejadaian berbahaya. Dampak ini dapat dalam jangka yang panjang maupun pendek, tergantung dari besarnya kerusakan untuk komunitas dan kemampuan warga setempat dalam menyiapkan diri untuk menghadapi bencana 2. Dampak pribadi Pada sebuah bencana. Perawat akan menyaksikan dan terpengaruh terhadapa apa yang ada disekitarnya. Tanpa memerhatikan emosi yang terlibat dikarenakan bencana, ketekunan perawat dalam menyediakan layanan pada saat bencana sangat penting untuk hasil yang maksimal. 3. Kondisi yang merugikan Bencana alam dapat menyebabkan kondisi lingkungan yang merugikan, seperti banjir, atau angin kencang. Kerusakan structural dari kejadian seperti gempa bumi dapat mengubah fasilitas kesehatan menjadi lingkungan dengan potensial bahaya. 4.Kurangnya pengakuan Di beberapa bagian dunia, perawat tidak dibenarkan menyampaikan pendapatnya bahkan mereka tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan adminisstratif. Hal ini, dapat merusak kinerja daripada perawat terhadap komunitas pada saat bencana. Perawat representative harus dilibatkan dalam diskusi mengenai komunitas dan regional perencanaan bencana petugas kesehatan, dan masukan perawat harus didengarkan dan diintergrasikan oleh perencana gawat darurat dan ketua petugas kesehatan. 5. Critical thinking Critical thinking dan problem-solving adalah kemampuan penting dalam manajemen efek dari bencana. Perawat mulai belajar berpikir kritis diawal karirnya seiring mengkaji dan menentukan kebutuhan pasien, kemudian mengaplikasikan dan mengadaptasikan pelayanan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 6. Adaptabilitas Dikarenakan perubahan yang cepat ketika bencana, adaptasi sangat diperlukan. Flesibilitas dan adaptabilitas meningkatkan kapasitas perawat untuk berfungsi secara efisien dan efektif selama bencana 7. Leadership Perawat segala kegiatan ketika seluruh fase bencama. Perawat dalam posisi leader membutuhkan harus dapat menggunakan kemampuan memimpinnya dengan sempurna untuk mengkoordinasi dan mengorganisasi tidak hanya mengatur perawat lain ketika bencana, tetapi juga untuk mengarahkan keseluruhan respon petugas kesehatan. B. 1. a) b) Peran perawat dalam bencana Masa pre-impact. Memberikan pendidikan pada komunitas. Bekerja mengurangi resiko berbahaya di tempat kejadian, rumah, dan komunitasnya. c) Berkontribusi dalam pengembangan, implementasi, dan evaluasi dari kesiapan masyarakat. d) Berpartisipasi dalam dan evaluasi disaster drills. e) Koordinasi dan bekerja dengan organisasi mayarakat. 2. Masa impact a) Menyediakan perawatan trauma, tiage, gawat darurat, perawatan akut, pertolongan pertama, control infeksi, dukungan dan paliatif care, dan kesehatan masyarakat. b) Membentuk rumah sakit, tenda pertolongan pertama, penampungan, rumah, tempat imunisasi masa, ruang mayat, dan pergantian shift. c) Mengatur dampak fisik dan psikologis masyarakat. d) Menentukan jumlah sukarelawan. e) Mengatur jumlah petugas kesehatan yang ada f) Untuk bencana jangka panjang, perawat berfungsi memonitor individual, keluarga, dan masyarakat yang termasuk dalam kelompok yang rentan. 3. Masa post-inpact a) Identifikasi kasus bencana dan implementasi dari kejadian yang berhubungan b) Mencatat sumberdaya yang ada dan terpakai c) Menjamin perawatan yang adekuat bagi masyarakat korban d) Memantau kesehatan masayarakat secara keseluruhan, screening wilayah, dan pendidikan masayarakat Kompetensi keperawatan bencana, yaitu : a. Kompetensi pencegahan/ mitigasi Memang hampir tidak mungkin untuk mencegah terjadinya suatu bencana yang sifatnya alami, tetapi dampak kerusakan yang ditimbulkannya memang dapat kita kecilkan atau minimalkan. b. Kompetensi kesiapsiagaan/ preparedness. Fase kesiapsiagaan adalah fase dimana dilakukan persiapan yang baik dengan memikirkan berbagai tindakan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana dan menyusun perencanaan agar dapat melakukan kegiatan pertolongan serta perawatan yang efektif pada saat terjadi bencana c. 1) 2) 3) 4) 5) Kompetensi respon. Instruksi pengungsian Pencarian dan penyalamtan korban Menjamin keamaanan dilokasi bencana Pengkajian terhadap kerugian akibat bencana Pengkajian dan penggunaan alat perlengkapan pada kondisi darurat. 6) Pengiriman dan penyerahan bahan material. 7) Menyediakan tempat pengungsian. d. Kompetensi recovery/ rehabilitasi. Fase pemulihan sulit dibedakan secara akurat dari dan sampai kapan, tetapi fase ini merupakan fase dimana individu atau masyarakat dengan kemampuannya sendiri dapat memulihkan fungsinya seperti sediakala (sebelum terjadi bencana). THANKS A LOT