BAB I PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL A. UMUM Pada tahun 2010, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) untuk meningkatkan kualitas pertanggungjawaban kinerja pemerintah. Perubahan yang sangat nyata dari SAP sebelumnya yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah diwajibkannya penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah, termasuk pemerintah daerah, dari yang sebelumnya menggunakan akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual). Perubahan basis akuntansi ini tidak serta merta muncul karena sebenarnya sudah disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan sebelumnya yaitu pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa: 1. Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 2. Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Dari penjelasan tersebut diatas dijelaskan bahwa pendapatan dan belanja sebenarnya sudah berbasis akrual yang akan mempengaruhi kekayaan bersih di neraca. Jadi sebenarnya dari tahun 2003, pencatatan dan penyajian laporan keuangan sudah diarahkan untuk berbasis akrual. Namun demikian ada masa transisi untuk menuju akrual penuh yang dijelaskan pada pasal 36 ayat (1) di Undang-Undang yang sama bahwa, ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 1 Pada pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 ditegaskan mulai kapan pelaksanaan akrual dimulai yaitu, ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran 2008. B. PENYUSUNAN SAP BERBASIS AKRUAL 1. SAP Akrual berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dengan mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi Indonesia. Beberapa negara sebenarnya kesulitan menerapkan akuntansi berbasis akrual. Namun Indonesia tetap menerapkan akuntansi berbasis akrual ini dengan beberapa pertimbangan yaitu: a. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBD. b. SAP sebelumnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 berbasis ”Kas Menuju Akrual” sebagian besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual. Neraca yang disusun sebenarnya sudah berbasis akrual, walaupun Laporan Realisasi Anggaran masih berbasis kas. c. Para pengguna yang sudah terbiasa dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dapat melihat kesinambungannya. Artinya, sebenarnya pengguna tinggal selangkah lagi untuk melaksanakan basis akrual secara penuh. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 2 2. Lingkup Pengaturan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ini meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yang terdiri dari 3 lampiran yaitu: a. SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas b. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual c. Proses Penyusunan SAP Berbasis Akrual pada Lampiran III 3. Penerapan Basis Akrual Penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintah diatur dalam pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang menjelaskan bahwa: a. Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual b. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan c. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Pada tahun 2013 terbitlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual di Pemerintah Daerah. Peraturan Menteri ini menjadi pedoman bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan akuntansi berbasis akrual secara penuh paling lambat tahun anggaran 2015. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 3 4. Struktur SAP Berbasis Akrual Penjelasan lengkap SAP Berbasis Akrual dijelaskan pada Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 yang disusun berdasarkan struktur penulisan sebagai berikut: a. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan b. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP): 1) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan; 2) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; 3) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas; 4) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; 5) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; 6) PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi; 7) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; 8) PSAP Nomor 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan; 9) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban; 10) PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan; 11) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; 12) PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional. 5. Manfaat Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual Dalam Study Nomor 14 yang diterbitkan oleh International Public Sector Accounting Standards Board (2011), mengatakan bahwa informasi yang disajikan pada akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan keuangan memungkinkan pemangku kepentingan (stakeholder) dalam rangka: a. Menilai akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber daya entitas serta penyebaran sumber daya tersebut. b. Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 4 c. Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya, atau melakukan bisnis dengan suatu entitas. Selanjutnya, pada level yang lebih detil dalam Study Nomor 14 tersebut dinyatakan bahwa pelaporan dengan basis akrual akan dapat: a. menunjukkan bagaimana pemerintah membiayai aktivitas- aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan dananya; b. memungkinkan pengguna laporan untuk mengevaluasi kemampuan pemerintah saat ini untuk membiayai aktivitasaktivitasnya dan untuk memenuhi kewajiban-kewajian dan komitmen-komitmennya; c. menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi keuangannya; d. memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan keberhasilan pengelolaan sumber daya yang dikelolanya; e. bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektifivitas penggunaan sumber daya. C. POKOK-POKOK SAP BERBASIS AKRUAL Laporan keuangan yang baik adalah yang disusun berdasarkan SAP. Pokok-pokok SAP berbasis akrual tercakup dalam kerangka konseptual dan penyajian laporan keuangan (PSAP Nomor 01). Beberapa pokok SAP tersebut yang perlu diketahui untuk menyusun laporan keuangan berbasis akuntansi: 1. Entitas Akuntansi dan Pelaporan Pada paragraf 21 Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 terdapat penjelasan mengenai Entitas Akuntansi disamping Entitas Pelaporan. Pada paragraf tersebut dijelaskan bahwa entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 5 mengelola anggaran, kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya sesuai dengan SOTK Pemerintah Daerah masing-masing antara lain: a. Sekretariat Daerah; b. Sekretariat Dewan; c. Dinas; d. Badan; e. Kantor; f. Kecamatan; dan g. Kelurahan Kemudian Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pertanggungjawaban, berupa wajib laporan menyajikan keuangan laporan yang bertujuan umum dalam konteks pemerintah daerah entitas pelaporan, terdiri dari: a. Pemerintah Daerah; dan b. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan misalnya BLUD. 2. Peranan Laporan Keuangan Pada paragraf 25 Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, dijelaskan bahwa pelaporan diperlukan untuk kepentingan: a. Akuntabilitas; b. Manajemen; c. Transparansi; d. Keseimbangan antar generasi; dan e. Evaluasi Kinerja Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 6 Pelaporan untuk kepentingan evaluasi kinerja ini sebelumnya tidak dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. 3. Komponen Laporan Keuangan Pada dasarnya semua pernyataan standar akuntansi pemerintah merupakan standar untuk menyusun komponen-komponen laporan keuangan pemerintah, dijelaskan pada dimana paragraf 28 komponen-komponen Kerangka Konseptual tersebut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai berikut: a. Laporan Realisasi Anggaran; b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL); c. Neraca; d. Laporan Arus Kas; e. Laporan Operasional; f. Laporan Perubahan Ekuitas; dan g. Catatan atas Laporan Keuangan. Berikut adalah tabel perbandingan komponen laporan keuangan pada basis cash towards accrual (CTA) yang diatur kerangka konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dengan basis accrual yang diatur oleh kerangka konseptual Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA Paragraf 25 Kerangka PP 71/2010 : ACCRUAL Paragraf 28 Kerangka Konseptual: Konseptual: Laporan Keuangan Pokok - Laporan Realisasi Laporan Keuangan Pokok - Anggaran (LRA) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) - Neraca - Laporan Arus Kas (LAK) - Catatan atas Laporan - Neraca Keuangan (CaLK) - Laporan Operasional (LO) - Laporan Perubahan SAL (LP SAL) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 7 - Laporan Arus Kas (LAK) - Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) - Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Paragraf 26 Kerangka Konseptual: Laporan yang Bersifat optional -Laporan Kinerja Keuangan (LKK) -Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Pada Paragraf 15 di PSAP 01 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Penyajian Laporan Keuangan dijelaskan bahwa komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali: a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum; dan b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasiannya. Kemudian pada paragraf 16 pada PSAP yang sama dijelaskan bahwa unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan sebagai bendahara umum negara/daerah dan/atau sebagai kuasa bendahara umum negara/daerah. 4. Basis Akuntansi Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menetapkan bahwa SAP disusun dengan berbasis akrual, ini dijelaskan dalam: a. Paragraf 42 Kerangka Konseptual menyatakan Basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas; Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 8 b. Paragraf 5 PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan menyatakan basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis akrual, kemudian pada paragraf 6 dinyatakan bahwa entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas. Pada paragraf-paragraf tersebut diatas sangat jelas apa yang menjadi basis akrual pada pelaporan keuangan di pemerintah. Namun pencatatan dan penyajian dalam basis kas masih dibutuhkan dalam beberapa laporan, khususnya terkait anggaran. Perlakuan pelaporan keuangan terhadap anggaran dijelaskan pada paragraf 44 Kerangka Konseptual menyatakan dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun berdasarkan basis kas. Bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis akrual. Selanjutnya pada paragraf 7 dinyatakan bahwa entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi berbasis akrual, menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran. Kenyataannya, sampai saat ini pemerintah masih melaksanakan penganggaran dengan basis kas. Maka, bila anggaran yang disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, LRA pun disusun berdasarkan basis kas. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan basis akuntansi pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 9 PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL Basis Akuntansi Basis Akuntansi Basis Akuntansi pada Basis Kerangka Konseptual: Akuntansi belanja akrual untuk dan pendapatan-LO, pembiayaan dalam LRA Basis Kerangka Konseptual: Basis kas untuk pengakuan Basis pendapatan, pada pengakuan beban, aset, kewajiban, dan ekuitas (Paragraf 42) akrual untuk Dalam hal anggaran disusun dan pengakuan aset, kewajiban, dilaksanakan berdasar basis kas, dan ekuitas dalam Neraca maka (Paragraf 39) LRA disusun berdasarkan basis kas. Bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan akrual, berdasarkan maka LRA basis disusun berdasarkan basis akrual. (Paragraf 44) PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL Basis Akuntansi pada PSAP Basis Akuntansi pada PSAP 01: 01: Basis akuntansi yang digunakan Basis akuntansi digunakan keuangan dalam yang dalam laporan pemerintah pemerintah laporan yaitu keuangan basis akrual yaitu (Paragraf 5) basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan pospos aset, kewajiban, dan ekuitas dana. (Paragraf 5) Penggunaan sepenuhnya basis akrual bersifat optional (Paragraf 6) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 10 5. Informasi Laporan Keuangan Paragraf 11 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan bahwa untuk memenuhi tujuan umum, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: a. aset; b. kewajiban; c. ekuitas; d. pendapatan-LRA; e. belanja; f. transfer; g. pembiayaan; h. saldo anggaran lebih; i. pendapatan-LO; j. beban; dan k. arus kas. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan informasi keuangan pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan baik di Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL Informasi Laporan Keuangan Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: - Aset; - Kewajiban; - Ekuitas dana; - Pendapatan; - Belanja; - Transfer; - Pembiayaan; dan - Arus kas. Informasi Laporan Keuangan Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: - Aset; - Kewajiban; - Ekuitas; - Pendapatan-LRA; - Belanja; - Transfer; - Pembiayaan; - Saldo anggaran lebih - Pendapatan-LO; - Beban; dan - Arus kas. (Paragraf 11) (Paragraf 11) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 11 6. Unsur Laporan Keuangan Pada paragraf 60 Kerangka Konseptual dijelaskan bahwa laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports), laporan finansial, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial. Berikut adalah tabel penjelasan unsur laporan keuangan berdasarkan kategorinya: KATEGORI LAPORAN KEUANGAN Laporan Pelaksanaan Anggaran Laporan Realisasi Anggaran (LRA) (budgetary reports) Laporan Perubahan SAL (LPSAL) Laporan Finansial Laporan Operasional (LO) Neraca Laporan Arus Kas (LAK) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Untuk memahami lebih jauh unsur-unsur laporan keuangan tersebut maka berikut ini akan dijelaskan lebih rinci masing-masing dari unsur laporan keuangan tersebut. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 12 a. Laporan Realisasi Anggaran Paragraf 61 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Kemudian pada Paragraf 62 dijelaskan cakupan unsur-unsur yang dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran yang terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Pendapatan-LRA termasuk transfer penerimaan dari entitas pelaporan lain misalnya dana perimbangan dan dana bagi hasil. 2) Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. 3) Transfer pengeluaran adalah pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lainnya misalnya bagi hasil pajak provinsi ke kabupaten/kota (dan sebaliknya), kabupaten/kota ke desa (dan sebaliknya), bantuan keuangan dari provinsi ke kabupaten/kota, dan kabupaten ke desa. 4) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 13 pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan memanfaatkan surplus untuk anggaran. menutup defisit Penerimaan atau pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah. Selain unsur-unsur Laporan Realisasi Anggaran tersebut diatas perlu juga dipahami apa itu Surplus/Defisit-LRA, Pembiayaan Neto dan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA). Berikut adalah penjelasan atas ketiga unsur pembentuk Laporan Realisasi Anggaran tersebut: 1) Surplus/Defisit-LRA menurut paragraf 8 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan merupakan selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan. 2) Pembiayaan neto menurut paragraf 58 PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. 3) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) menurut paragraf 8 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan adalah pendapatan-LRA selisih dan lebih/kurang belanja, serta antara realisasi penerimaan dan pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu periode pelaporan. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 14 Berikut adalah tabel perbandingan cakupan unsur-unsur Laporan Realisasi Anggaran pada Kerangka Konseptual SAP baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL Unsur Laporan Keuangan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) - Pendapatan - Belanja - Transfer - Pembiayaan Unsur Laporan Keuangan Laporan Pelaksanaan Anggaran : Laporan Realisasi Anggaran (LRA) - Pendapatan-LRA - Belanja - Transfer - Pembiayaan (Paragraf 62) (Paragraf 58) b. Laporan Perubahan SAL Pada paragraf 63 kerangka konseptual SAP dijelaskan bahwa Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Saldo Anggaran Lebih atau sering disingkat menjadi SAL sendiri, menurut paragraf 8 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan. Struktur Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dijelaskan pada paragraf 41 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan dimana laporan ini menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pada pos-pos berikut: 1) Saldo Anggaran Lebih awal; 2) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; 3) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; 4) Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 15 5) Lain-lain; dan 6) Saldo Anggaran Lebih Akhir. Laporan Perubahan Saldo Anggaran ini tidak diminta untuk disajikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. c. Neraca Pada paragraf 64 kerangka konseptual SAP menjelaskan bawah Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca dijelaskan pada paragraph 65 yaitu terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. 2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah. 3) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah. Khusus untuk ekuitas, paragraf 84 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan bahwa Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Kemudian paragraf 85 menjelaskan bahwa Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas. Saldo ekuitas tersebut didalamnya sudah termasuk SAL akhir. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 16 Berikut adalah tabel perbandingan cakupan unsur-unsur Neraca pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, termasuk detail dari unsur-unsur ekuitas: PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL Unsur Laporan Keuangan Unsur Laporan Keuangan Neraca Laporan Finansial : Neraca - Aset - Aset - Kewajiban - Kewajiban - Ekuitas Dana - Ekuitas (Paragraf Konseptual) - 59 Kerangka (Paragraf Konseptual) Ekuitas Dana yang terbagi; • Ekuitas Dana Lancar: selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih • Ekuitas Dana Investasi: mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang • Ekuitas Dana Cadangan: mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan. - 64 Kerangka Ekuitas, yaitu kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. (Paragraf 77 PSAP Nomor 01) (Paragraf 78-81 PSAP Nomor 01) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 17 d. Laporan Operasional Laporan Operasional pemerintahan, namun merupakan sebenarnya laporan sudah baru untuk diperkenalkan di Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Laporan ini menurut paragraf 78 kerangka konseptual SAP adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing unsur dijelaskan dalam paragraf 79 kerangka konseptual SAP sebagai berikut: 1) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. 2) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. 3) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil. 4) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan. Keempat unsur Laporan Operasional diatas pada akhirnya akan membentuk surplus/defisit-LO yang berdasarkan paragraf 84 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan merupakan selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode pelaporan, Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 18 setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan non operasional dan pos luar biasa. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan Laporan Operasional pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL Unsur Laporan Keuangan Unsur Laporan Keuangan Laporan Kinerja Keuangan Laporan Finansial: Laporan Operasional (LO) • Bersifat optional • Merupakan Laporan Keuangan Pokok (Paragraf 20 PSAP Nomor 01) • • Disusun oleh (Paragraf 14 PSAP Nomor 01) entitas • Menyajikan pos-pos sebagai pelaporan yang menyajikan berikut: laporan berbasis akrual a) Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: a) kegiatan operasional; b) Pendapatan dari kegiatan operasional; Beban dari kegiatan operasional ; c) b) Beban berdasarkan Surplus/defisit dari Kegiatan Non klasifikasi fungsional dan c) Pendapatan-LO dari Operasional, bila ada; klasifikasi ekonomi; d) Pos luar biasa, bila ada; Surplus atau defisit. e) Surplus/defisit-LO. (Paragraf 95 PSAP Nomor 01) (Paragraf 92 PSAP Nomor 01) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 19 e. Laporan Perubahan Ekuitas Paragraf 82 kerangka konseptual SAP menjelaskan bahwa Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas ini berdasarkan Paragraf 101 PSAP menyajikan Nomor 01 tentang Penyajian sekurang-kurangnya Laporan pos-pos Keuangan Ekuitas awal, Surplus/Defisit-LO pada periode bersangkutan, dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan cakupan unsur Laporan Perubahan Ekuitas pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: PP 24/2005 : CTA Unsur Laporan Keuangan PP 71/2010 : ACCRUAL Unsur Laporan Keuangan Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) • Bersifat optional (Paragraf 20 PSAP Nomor 01) Laporan Finansial: Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) • Merupakan Laporan Keuangan Pokok (Paragraf 14 PSAP Nomor 01) • Sekurang-kurangnya • Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: menyajikan pos-pos: a) Ekuitas awal; a) Sisa Lebih/Kurang b) Surplus/defisit-LO pada Pembiayaan Anggaran; periode bersangkutan; b) Setiap pos pendapatan dan c) Koreksi-koreksi yang belanja beserta totalnya langsung seperti diisyaratkan dalam menambah/mengurangi standar-standar lainnya, ekuitas, misalnya: koreksi yang diakui secara langsung kesalahan mendasar dari dalam ekuitas; persediaan yang terjadi c) Efek kumulatif atas pada periode-periode perubahan kebijakan sebelumnya dan akuntansi dan koreksi perubahan nilai aset tetap kesalahan yang mendasar karena revaluasi aset diatur dalam suatu standar tetap. terpisah. d) Ekuitas akhir. (Paragraf 101 PSAP Nomor 01) (Paragraf 95 PSAP Nomor 01) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 20 f. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas menurut paragraf 80 Kerangka Konseptual SAP menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas berdasarkan paragraf 81, terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masingmasing dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah. 2) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum Negara/Daerah. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan cakupan unsur Laporan Arus Kas pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71: PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL Unsur Laporan Keuangan Unsur Laporan Keuangan Laporan Arus Kas Laporan Finansial : Laporan Arus Kas • Disajikan oleh unit yang • Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi mempunyai fungsi perbendaharaan (Paragraf 15 perbendaharaan umum PSAP Nomor 01) (Paragraf 15 PSAP Nomor 01) • Arus masuk dan keluar kas • Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset aktivitas operasi, investasi, non keuangan, pembiayaan, pendanaan, dan transitoris dan non anggaran (Paragraf 86 PSAP Nomor 01) (Paragraf 90 PSAP Nomor 01) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 21 g. Catatan Atas Laporan Keuangan Paragraf 83 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi diperlukan Pemerintahan untuk serta menghasilkan ungkapan-ungkapan penyajian laporan yang keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan/ menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut: 1) mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi; 2) menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro; 3) menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; 4) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian- kejadian penting lainnya; 5) menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan; Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan pada PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010: Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 22 PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL CATATAN ATAS LAPORAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEUANGAN • Disajikan secara sistematis. • Disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam LRA, Neraca, Setiap LAK Laporan harus referensi mempunyai silang informasi terkait Catatan atas pos dalam LRA, Perubahan SAL, dengan Neraca, LO, LAK, dan LPE dalam harus mempunyai referensi Laporan Keuangan. silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. • CaLK meliputi penjelasan atau • Catatan atas Laporan daftar terinci atau analisis atas Keuangan meliputi penjelasan nilai suatu pos yang disajikan atau dalam LRA, Neraca, dan LAK analisis atas nilai suatu pos daftar terinci atau yang disajikan dalam LRA, Laporan Perubahan SAL, Neraca, LO, LAK, dan LPE. (Paragraf 98 & 99 PSAP Nomor (Paragraf 01) 105 & 106 PSAP Nomor 01) D. HUBUNGAN ANTARA BASIS AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN Basis akuntansi memiliki hubungan dengan jenis laporan keuangan yang akan disusun. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa meskipun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menghendaki penyajian laporan keuangan yang berbasis akrual, namun karena APBD disusun berdasarkan basis kas maka untuk pelaporan realisasi anggaran menggunakan basis kas. Dengan demikian, pemerintah akan menerapkan 2 (dua) basis akuntansi yaitu basis akrual dan basis kas. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 23 Untuk basis akrual, laporan utama yang bisa dibentuk adalah Neraca dan Laporan Operasional. Laporan berikutnya dari basis akrual yang melengkapi informasi Laporan Keuangan Primer adalah Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Terakhir untuk melengkapi pengungkapan keempat laporan keuangan sebelumnya maka disusunlah Catatan atas Laporan Keuangan. Untuk basis kas, laporan yang disusun adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Laporan berikutnya yang melengkapi LRA adalah Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL). Untuk lebih memahami hubungan basis akuntansi dengan jenis laporan keuangan apa saja yang akan disusun dapat dijelaskan melalui table 1 dibawah ini: Tabel 1 Accrual Cash E. PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN Penerapan SAP berbasis akrual perlu memperhatikan pengakuan unsurunsur laporan keuangan yang telah dijelaskan sebelumnya, karena ada perbedaan karakteristik dengan SAP berbasis CTA. Pada paragraf 84 Kerangka Konseptual SAP dijelaskan bahwa pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 24 suatu kejadian atau peristiwa yang mengubah unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan, pendapatan-LO, dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan masing-masing unsur laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengakuan Aset Paragraf 90 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, Paragraf 91 menjelaskan bahwa aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi. Paragraf 92 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan secara khusus tentang pengakuan kas. Paragraf tersebut menyatakan bahwa aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber dari pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi, pungutan hasil pemanfaatan kekayaan negara, transfer, dan setoran lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses pemungutan setiap unsur penerimaan tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak pihak atau instansi. Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih rinci, termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai penyetorannya ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi berjalan. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 25 2. Pengakuan Kewajiban Pengakuan kewajiban dijelaskan oleh paragraf 93 Kerangka Konseptual SAP dimana kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, Paragraf 94 menjelaskan bahwa kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul. 3. Pengakuan Pendapatan Pengkuan pendapatan baik pendapatan-LO maupun pendapatan-LRA dijelaskan oleh Paragraf 95 Kerangka Konseptual SAP. Pada paragraf tersebut dijelaskan bahwa pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan pengakuan pendapatan pada kerangka konseptual SAP baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71: PP 24/2005 : CTA PP 71/2010 : ACCRUAL Pengakuan Unsur Laporan Keuangan Pengakuan Pendapatan (Paragraf 88) Pendapatan menurut basis akrual diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan menurut basis kas diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan Pengakuan Pendapatan (Paragaf 95) Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 26 4. Pengakuan Beban Dan Belanja Pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 selain unsur laporan keuangan belanja, terdapat pula unsur laporan keuangan beban. Paragraf 96 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Sedangkan paragraf 97 menyatakan bahwa belanja berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening diakui Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan pengakuan beban dan belanja pada kerangka konseptual SAP baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71: PP 24/2005 : CTA Pengakuan Unsur PP 71/2010 : ACCRUAL Laporan Pengakuan Unsur Laporan Keuangan Keuangan Pengakuan Belanja (Paragraf 89) Pengakuan Belanja dan Beban Belanja menurut diakui pada kewajiban basis saat atau akrual (Paragraf 96-97) timbulnya Beban pada diperoleh manfaat. diakui pada saat saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya Belanjamenurut basis kas diakui penurunan manfaat ekonomi pada saat terjadinya pengeluaran atau potensi jasa. dari Rekening Negara/Daerah pelaporan Kas atau Umum Belanja entitas terjadinya diakui berdasarkan pengeluaran Rekening Negara/Daerah Kas atau dari Umum entitas pelaporan Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 27 F. PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN Penting juga untuk memahami pengukuran unsur laporan keuangan. Paragraf 98 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakuidan memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Paragraf 99 menegaskan bahwa pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 28 BAB II KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI A. KONSEP AKUNTANSI 1. Definisi Akuntansi didefinisikan pencatatan, sebagai pengukuran, sebuah proses pengklasifikasian, identifikasi, pengikhtisaran atas semua transaksi dan aktivitas keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Definisi tersebut diambil dari Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang merupakan acuan dasar dalam pelaksanaan akuntansi di setiap instansi pemerintahan di Indonesia, termasuk di Pemerintah Daerah dan satuan kerja di dalamnya. Proses akuntansi ini akan mengolah semua transaksi dan aktivitas keuangan yang ada di setiap entitas Pemerintah Daerah. Proses tersebut kemudian menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang pengambilan akan digunakan keputusan dalam manajerial proses yang evaluasi kemudian dan akan mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah pada periode berikutnya. Jadi, input dari proses akuntansi adalah transaksi dan ouputnya berupa laporan keuangan. Pihak yang melaksanakan proses akuntansi ini dibagi menjadi dua entitas, yaitu entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas akuntansi merupakan satuan kerja anggaran yang menyajikan berkewajiban laporan yang merupakan pengguna menyelenggarakan keuangan atas dasar akuntansi akuntansi dan yang diselenggarakannya untuk digabungkan pada entitas pelaporan. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas akuntansi adalah SKPD dan PPKD. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 29 Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan yang bertujuan umum. Dalam hal ini, yang dimaksud entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah. 2. Pembukuan Tunggal (Single Entry) dan Pembukuan Berpasangan (Double Entry) Sistem pembukuan tunggal (single-entry system) sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku saja. Dalam sistem ini pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat secara tunggal (tidak berpasangan). Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan. Sementara transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran. a) Pembukuan Tunggal (Single Entry) Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku saja. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat secara tunggal (tidak berpasangan). Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran. Di Pemerintah Daerah selama hampir 3 dekade, pencatatan ini dipraktikan, contohnya dalam Buku Kas Umum (BKU). Pencatatan semacam itu disebut juga pembukuan. Sistem tata buku tersebut merupakan sebagian kecil dari akuntansi. Sistem ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami. Akan tetapi sistem ini juga memiliki kelemahan, antara lain kurang lengkap unuk pelaporan karena hanya dapat melaporkan saldo kas, dan tidak dapat melaporkan utang, piutang, dan ekuitas. Juga sulit untuk melakukan kontrol transaksi, Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 30 akibatnya sulit menelusuri kesalahan pembukuan yang terjadi. Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat sistem pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan diatas. Sistem ini disebut sistem double entry. Sistem pencatatan double entry inilah yang sering disebut akuntansi. Dalam sistem pembukuan berpasangan pengaruh ganda (dua sisi) dari setiap transaksi akan dicatat pada akun-akun yang tepat. Sistem ini juga menjadi satu cara untuk membuktikan keakuratan jumlah yang dicatat. Jika setiap transaksi dicatat dengan jumlah debit dan kredit yang sama, maka jumlah seluruh debit pada akun harus sama dengan jumlah seluruh kreditnya. Kesamaan antara debit dan kredit menjadi dasar dari sistem pembukuan berpasangan (double-entry system) dalam pencatatan transaksi. b) Pembukuan Berpasangan (Double Entry) Sistem pencatatan double entry juga sering disebut sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi akan dicatat secara berpasangan (double = berpasangan, entry = pencatatan). Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut ada sisi Debit dan Kredit. Sisi Debit ada di sebelah kiri, sedangkan sisi Kredit ada di sebelah kanan. Setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi, yaitu aset = kewajiban + ekuitas. 3. Persamaan Akuntansi Persamaan akuntansi merupakan gambaran dari posisi keuangan entitas (Neraca) dimana sisi kiri menggambarkan harta yang dimiliki oleh entitas, sedangkan sisi kanan menggambarkan hak atau klaim atas harta tersebut. Hal penting dari konsep akuntansi adalah kategori-kategori yang menjadi dasar pengklasifikasian peristiwa-peristiwa ekonomi. Dua unsur kategori dasar adalah apa yang dimiliki dan apa yang menjadi Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 31 kewajibannya. Aset adalah sumberdaya yang dimiliki suatu entitas. Kewajiban dan Ekuitas adalah hak atau klaim terhadap sumberdaya tersebut. Klaim terhadap aset tersebut dari yang berutang (kreditur) disebut dengan kewajiban. Klaim dari pemilik disebut sebagai ekuitas. Hubungan antara aset, kewajiban, dan ekuitas dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini : a) Aset = Kewajiban + Ekuitas Aset adalah sumberdaya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah dan diharapkan memberikan kemanfatan dimasa yang akan datang. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. Ekuitas merupakan kekayaan bersih pemerintah daerah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah. Selanjutnya Pendapatan yang diperoleh entitas akan menambah Ekuitas, sedangkan adanya Beban akan mengurangi Ekuitas. Sehingga persamaan akuntansi diturunkan sebagai berikut : b) Aset = Kewajiban + Ekuitas + (Pendapatan – Beban) c) Aset + Beban = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan Pendapatan adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 32 Ekuitas terdiri atas kejadian/transaksi yang bersumber dari transaksi akrual dan transaksi kas yang terakumulasi dalam SAL. Sedangkan Pendapatan LRA akan menambah SAL, dan Belanja akan mengurangi SAL. Demikian Juga Penerimaan Pembiayaan akan menambah SAL, dan Pengeluaran Pembiayaan akan mengurangi SAL. Karena SAL merupakan bagian dari EKUITAS, maka persamaan akuntansi yang digunakan untuk persamaan akuntansi akrual sudah termasuk persamaan akuntansi dengan basis kas. Sehingga untuk transaksi akrual maupun transaksi LRA menggunakan satu persamaan yg sama. (ASET+BEBAN) = (BELANJA+PENGELUARAN PEMBIAYAAN) (KEWAJIBAN+EKUITAS +PENDAPATAN-LO) (PENDAPATAN LRA+PENERIMAAN PEMBIAYAAN) Persamaan akuntansi memposisikan akun-akun sesuai dengan saldo normalnya. 4. Konsep Debit – Kredit dan Saldo Normal Saat ini istilah Debit (Debit) menunjukan sisi kiri, dan Kredit (Credit) menunjukan sisi kanan. Keduanya umum disingkat dengan Dr. untuk debit dan Cr. untuk kredit. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa latin yang aslinya berarti “Drebere” dan “Credere”. Kini hal tersebut ditunjukkan dengan tanda; disisi sebelah mana angka akan dicatat dalam akun-T. Memasukkan jumlah disisi kiri disebut dengan mendebit (debiting) akun; memasukkan jumlah disisi kanan disebut dengan mengkredit (crediting) akun. Prosedur menempatkan debit di sisi kiri, dan kredit di sisi kanan merupakan suatu kebiasaan, atau aturan akuntansi (seperti kebiasaan mengendarai kendaraan disisi sebelah kanan jalan di Indonesia). Aturan ini berlaku untuk semua akun. Ketika total kedua Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 33 sisi dibandingkan, suatu akun akan memiliki saldo debit jika total jumlah debit melebihi jumlah kredit. Suatu akun akan memiliki saldo kredit jika jumlah kredit melebihi jumlah debit. Debit berarti sisi kiri dan yang berada pada sisi kiri persamaan akuntansi adalah kelompok Aset. Dengan demikian, akun yang masuk ke dalam kelompok Aset akan dicatat di sisi debit dengan syarat nilainya positif. Apabila nilai dari kelompok Aset tersebut negatif, maka akan dicatat pada sisi lawannya, yaitu kredit. Kredit berarti sisi kanan dan yang berada pada sisi kanan persamaan akuntansi adalah kelompok Kewajiban dan Ekuitas. Dengan demikian, akun yang masuk ke dalam kelompok Kewajiban dan Ekuitas akan dicatat di sisi kredit dengan syarat nilainya positif. Apabila nilai dari kelompok Kewajiban dan Ekuitas tersebut negatif, maka akan dicatat pada sisi lawannya, yaitu debit. Untuk mengetahui mana yang dicatat di debit dan mana yang dicatat di kredit, kita harus mengetahui saldo normal dari tiap akun melalui persamaan akuntansi yang sudah dijelaskan sebelumnya. Saldo normal akun adalah SISI, dimana kenaikan akun tersebut dicatat. Saldo normal berhubungan dengan posisi akun di dalam persamaan akuntansi.Akun yang berada di posisi kiri bersaldo normal debit. Akun yang berada di posisi kanan bersaldo normal kredit. Jadi akun aset normalnya akan menunjukkan saldo debit, dan akun kewajiban dan ekuitas akan menunjukkan saldo kredit. Saldo Normal akun-akun yang merupakan unsur-unsur laporan keuangan pemda sebagai berikut : Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 34 Akun Saldo Bertambah Berkurang Aset Debit Kredit Debit Kewajiban Kredit Debit Kredit Ekuitas Kredit Debit Kredit Pendapatan LO Kredit Debit Kredit Beban Debit Kredit Debit Perubahan SAL Normal menyesuaikan Pendapatan-LRA Kredit Debit Kredit Penerimaan Pembiayaan Kredit Debit Kredit Belanja Debit Kredit Debit Pengeluaran Pembiayaan Debit Kredit Debit Estimasi Pendapatan Debit Kredit Debit Estimasi Penerimaan Debit Kredit Debit Apropriasi Belanja Kredit Debit Kredit Apropriasi Pengeluaran Kredit Debit Kredit Pembiayaan Pembiayaan Estimasi Perubahan SAL Menyesuaikan 5. Konsep Home Office Branch Office (HOBO) Struktur hubungan entitas dalam akuntansi yang diimplementasikan di Pemda adalah struktur HOBO (Home Office & Branch Office).Dalam hal ini PPKD yang merepresentasikan Pemerintah Daerah adalah sebagai Kantor Pusat (Home Office), sedangkan SKPD adalah sebagai Kantor Cabang (Branch Office). Struktur hubungan HOBO lebih tepat untuk menggambarkan hubungan transaksi antara PPKD dan SKPD, dibandingkan dengan struktur hubungan induk dan anak (Parent & Subsidiary) dengan beberapa alasan: Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 35 a. PPKD-SKPD bukan entitas yang masing-masing berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan; b. Antara PPKD dan SKPD tidak terjadi Transfer Income (dalam pengertian profit); c. SKPD dimiliki 100% oleh Pemerintah Daerah. Sebagai konsekuensi dari struktur akuntansi HOBO, transaksi antara PPKD dan SKPD dicatat menggunakan akun Reciprocal yaitu RKPPKD yang merupakan akun ekuitas di SKPD, dan akun RK-SKPD yang merupakan akun aset di PPKD.Dengan demikian akun Reciprocal ini adalah merupakan akun ril (real account). Akun Rekening Koran-PPKD merupakan akun ekuitas di tingkat SKPD. Hal ini dikarenakan SKPD merupakan cabang dari Pemerintah Daerah, sehingga sebenarnya SKPD tidak memiliki ekuitas sendiri, melainkan hanya menerima ekuitas dari Pemerintah Daerah, melalui mekanisme transfer. Akun “Rekening Koran-PPKD” akan bertambah bila SKPD menerima transfer aset (seperti menerima SP2D UP dan GU, menerima aset tetap dari Pemerintah Daerah), pelunasan pembayaran belanja LS (menerima SP2D LS), dan akan berkurang bila SKPD mentransfer aset ke Pemerintah Daerah (seperti penyetoran uang ke Pemerintah Daerah). B. SIKLUS AKUNTANSI 1. Definisi Akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-subsistem atau kesatuan yang lebih kecil, yang berhubungan satu sama lain dan memiliki tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Output-nya adalah laporan keuangan. Di dalam proses akuntansi, terdapat beberapa catatan yang dibuat. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 36 Catatan-catatan tersebut adalah jurnal, buku besar, dan buku pembantu. Sistem akuntansi dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi. Yang dimaksud dengan siklus akuntansi adalah serangkaian tahapan yang harus dilalui untuk merubah input dalam bentuk dokumen transaksi keuangan sehingga menghasilkan ouput berupa laporan keuangan. Siklus akuntansi secara sederhana digambarkan oleh bagan berikut. PROSES AKUNTANSI POKOK Dokumen Catatan Ditetapkan DPRD APBD Jenis2 transaksi keuangan Pemda Pencatatan & Penggolonga Dokumen Sumbern: - SP2D - SPJ - Bukti Memorial Laporan Realisasi APBD Pelaporan Peringkasan Jurnal Buku Besar Buku Pembantu ï‚· Bukti Penerimaan ï‚· Bukti Pengeluaran ï‚· Bukti memorial ï‚· Jurnal LRA ï‚· Jurnal – LO & Neraca Kumpulan Rekening (Ringkasan & Rincian) Laporan Keuangan Kertas Kerja Laporan Keuangan : ï‚· LRA ï‚· Lap.Perubahan SAL ï‚· LO ï‚· Lap.Perbhan Ekuitas (LPE) ï‚· Neraca ï‚· Lap.Arus Kas ï‚· CALK ï‚· Kebijakan Akuntansi Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 37 Siklus akuntansi dimulai dengan tahap menganalisis transaksi. Tahapan kedua adalah menjurnal transaksi. Transaksi-transaksi pada awalnya dicatat secara kronologis didalam jurnal sebelum dipindahkan ke Buku Besar akun-akun. Jadi jurnal disebut dengan buku pencatatan awal. Biasanya jurnal memiliki kolom untuk mencantumkan tanggal, nama akun, dan uraiannya, referensi dan dua kolom jumlah debit dan kredit. Tahap ketiga, transaksi yang telah dicatat dalam Jurnal kemudian diklasifikasikan ke dalam Buku Besar per akun atau kode rekening. Tahap keempat menyusun Neraca Saldo. Pada tanggal tertentu (misal akhir periode), saldo dari setiap akun atau kode rekening dari Buku Besar diikhtisarkan atau dirangkum dalam Neraca Saldo. Tahap kelima menjurnal dan memposting jurnal penyesuaian untuk transaksi pembayaran dimuka/pendapatan diterima dimuka (prepayment) atau transaksi yang masih harus dibayar/yang masih harus diterima (accrual). Tahap keenam menyusun Neraca Saldo Disesuaikan. Tahap ketujuh menyusun laporan keuangan. Tahap kedelapan menjurnal dan dan memposting ayat jurnal penutup. Tahap kesembilan menyusun neraca saldo setelah penutupan. Langkah-langkah optional jika worksheet disusun, maka tahap ke-4, ke-5, dan ke-6 dimasukkan dalam worksheet. Jika ayat jurnal pembalik (revershing entry) disusun, maka ayat jurnal pembalik akan terjadi antara tahap 9 dan 1. Ayat jurnal koreksi, bila ada, seharusnya dibukukan sebelum ayat jurnal penutup. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 38 2. Penjelasan Tahapan Siklus Akuntansi a. Analisis Transaksi Yang dimaksud dengan transaksi adalah peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu entitas yang tercatat. Tujuan dari analisis transaksi adalah pertama untuk mengidentifikasikan jenis-jenis akun yang terkait, dan kemudian untuk menentukan apakah dibutuhkan debit atau kredit pada akun tersebut. Dengan melakukan analisis ini sebelum membuat ayat jurnal akan sangat membantu dalam memahami ayat-ayat jurnal baik yang sederhana maupun yang rumit. Urutan peristiwa didalam proses pencatatan dimulai dengan transaksi. Bukti transaksi adalah berupa dokumen-dokumen sumber, misalnya surat ketetapan pajak/retribusi daerah (SKPD/SKRD), tanda bukti penerimaan (TBP), dll. Bukti ini akan dianalisis untuk menentukan pengaruh transaksi pada akun-akun tertentu. Dengan demikian, dalam menganalisis transaksi juga dilakukan identifikasi dokumen sumber yang akan digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi keuangan ke dalam Jurnal. Ilustrasi: Ada transaksi penetapan SKPD untuk Pajak Bumi dan Bangunan. Bukti transaksi adalah SKPD-PBB. Ditetapkan sebesar Rp300.000,00 untuk periode 20xx. Maka analisis yang dihasilkan adalah sebagai berikut: dengan adanya penetapan SKPD untuk PBB maka akan berpengaruh pada bertambahnya aset entitas yaitu akun PIUTANG di sisi debit, dan juga bertambahnya akun PENDAPATAN LO di sisi kredit. Bertambahnya akun piutang disisi kiri (aset), dan bertambahnya pendapatan di sisi kredit yang berarti bertambahnya ekuitas, dalam jumlah yang sama di sisi debit dan di sisi kredit, membuat persamaan akuntansi ini selalu seimbang. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 39 ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS Piutang (+) 50 juta Pendapatan (+) 50 juta Debit Kredit b. Jurnal Jurnal merupakan catatan kronologis dan sistematis atas seluruh transaksi keuangan sebuah entitas. Dalam melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal digunakan metode double-entry dimana setiap transaksi akan dicatat di sisi debit dan sisi kredit. Dalam penulisan jurnal, terdapat beberapa aturan yang telah menjadi kesepakatan bersama dalam akuntansi, yaitu: 1) Jurnal dicatat secara kronologis berdasarkan tanggal terjadinya kejadian/transaksi keuangan 2) Akun yang berada di sisi debit dicatat terlebih dahulu daripada akun yang berada di sisi kredit 3) Akun yang berada di sisi kredit dicatat menjorok ke kanan 4) Pencatatan dilakukan pada saat terjadinya kejadian/transaksi keuangan. Contoh format jurnal: Tanggal Nomor Bukti Kode Rekening Uraian Debit Kredit Ada dua basis yang akan digunakan dalam pencatatan akuntansi di Pemerintah Daerah yaitu basis akrual dan basis kas. Dengan demikian, akan terdapat 2 (dua) jenis jurnal untuk melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi dalam sistem akuntansi pemerintah daerah. Pertama adalah jurnal yang akan mencatat transaksi-transaksi secara akrual khususnya transaksi terkait Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 40 akun neraca dan laporan operasional. Untuk selanjutnya jurnal jenis ini akan disebut Jurnal LO dan Neraca. Kedua adalah jurnal yang akan mencatat transaksi-transaksi yang merupakan realisasi anggaran berdasarkan basis kas. Jurnal ini melengkapi jurnal LO ketika suatu transaksi yang dicatat merupakan transaksi realisasi anggaran (LRA) dan terdapat aliran kas masuk (pendapatan dan penerimaan pembiayaan) dan aliran kas keluar (belanja, transfer, dan pengeluaran pembiayaan). Untuk selanjutnya jurnal jenis ini akan disebut Jurnal LRA. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pencatatan transaksi Jurnal LO dan Neraca serta Jurnal LRA. 1) Jurnal LO dan Neraca Jurnal LO dan Neraca digunakan untuk mencatat kejadian/transaksi keuangan terkait Aset, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan-LO, dan Beban. Jurnal LO dan Neraca ini akan menghasilkan Laporan Operasional (LO) dan Neraca. Contoh pencatatan transaksi dengan Jurnal LO: a) Pengakuan Pendapatan Berdasarkan Penetapan Pengakuan Hak Atas Pendapatan ketika dikeluarkan penetapan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)-PBB sebesar Rp50.000.000,00 ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS Piutang (+) 50 juta debit Pendapatan (+) 50 juta kredit Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 41 Nomor Bukti Tanggal Kode Rekening 12-Jan-13 1.1.3.01.15 Uraian Debit Piutang PBB 8.1.1.15.01 Kredit 50.000.000 Pendapatan PBB – LO 50.000.000 b) Membeli ATK untuk segera digunakan sebesar Rp 500.000,- ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS Kas (-) 500ribu Beban (+) 500ribu kredit debit Nomor Bukti Tanggal Kode Rekening 12-Jan-13 9.1.2.01.01 Uraian Debit Beban Persediaan ATK 1.1.1.03.01 Kredit 500.000 Kas di Bendahara Pengeluaran 500.000 2) Jurnal Anggaran Jurnal Anggaran adalah langkah opsional. Pemda bisa menetapkan kebijakan akuntansi untuk mencatat transaksi penetapan anggaran atau tidak melakukannya. Jika melaksanakan akuntansi anggaran, masing-masing entitas akan melakukan penjurnalan atas anggaran yang telah ditetapkan. Penjurnalan atas anggaran tersebut dilakukan dengan mencatat akun Estimasi Pendapatan dan Estimasi Penerimaan anggarannya, Pengeluaran anggarannya, Pembiayaan akun sisi Apropriasi Pembiayaan dan di akun di debit Belanja sisi dan kredit Estimasi sebesar nilai Apropriasi sebesar nilai Perubahan SAL pencatatannya akan menjadi penyeimbang sisi debit dan sisi kredit. Apabila anggaran surplus, maka Estimasi Perubahan SAL akan dicatat di sisi kredit. Namun, apabila anggaran Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 42 defisit, maka Estimasi Perubahan SAL akan dicatat di sisi debit. Contoh pencatatan anggaran surplus: Dalam APBD 2013 Pemerintah Kabupaten Gemah Ripah diketahui bahwa anggaran pendapatan Rp500.000.000,00 penerimaan pembiayaan Rp200.000.000,00, belanja sebesar Rp400.000.000,00 dan pengeluaran pembiayaan sebesar Rp200.000.000,00. Tanggal Nomor Bukti 01-Jan-13 Kode Rekening Uraian Debit 0.1.1.00.00 Estimasi Pendapatan 500.000.000 0.1.2.00.00 Estimasi Penerimaan Pembiayaan 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 200.000.000 Kredit 100.000.000 0.1.3.00.00 Aprosiasi Belanja 400.000.000 0.1.4.00.00 Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan 200.000.000 Contoh pencatatan anggaran defisit: SKPD Dinas Perindustrian Pemerintah Daerah Gemah Ripah menganggarkan pendapatannya sebesar Rp40.000.000,00 dan menganggarkan belanjanya sebesar Rp50.000.000,00. Tanggal Nomor Kode Bukti Rekening 01-Jan-13 Debit 0.1.1.00.00 Estimasi Pendapatan 40.000.000 0.0.0.00.00 Perubahan SAL 10.000.000 0.1.3.00.00 Pencatatan Uraian atas Apropriasi Belanja anggaran ini Kredit 50.000.000 dilakukan setelah APBD/Perubahan APBD ditetapkan. Jika terjadi perubahan anggaran maka dilakukan pencatatan dengan jurnal yang sama dengan diatas dengan nilai sebesar selisih antara perubahan APBD dengan anggaran murni. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 43 3) Jurnal LRA Jurnal LRA merupakan jurnal berbasis kas. Jurnal LRA digunakan untuk mengakui adanya realisasi anggaran atas Pendapatan-LRA, Penerimaan Pembiayaan, Belanja, Transfer dan Pengeluaran Pembiayaan. Jurnal LRA ini nantinya akan menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA), dan Laporan Perubahan SAL. Jurnal LRA ini digunakan untuk menjurnal realisasi anggaran selama periode berjalan. Selama periode berjalan, sebuah transaksi akan dicatat menggunakan jurnal LRA jika transaksi tersebut memenuhi dua syarat berikut: a) terdapat arus kas masuk atau arus kas keluar, dan b) merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan. Adanya realisasi anggaran, baik realisasi Pendapatan, realisasi Penerimaan Pembiayaan, realisasi Belanja, maupun realisasi Pengeluaran Pembiayaan akan mempengaruhi nilai Perubahan SAL. Dengan demikian, setiap terjadi penjurnalaan atas realisasi anggaran, maka akun lawannya adalah akun Perubahan SAL. Dengan adanya Jurnal LO dan Neraca serta Jurnal LRA, maka setiap kali terjadi transaksi atau aktivitas keuangan, Fungsi Akuntansi di setiap entitas harus mencatatatnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan informasi untuk menyusun LO, Neraca, dan LRA. Berikut beberapa catatan penting ketika hendak melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal: a) Setiap transaksi atau aktivitas keuangan pasti dicatat menggunakan Jurnal LO dan Neraca, kecuali pencatatan realisasi anggaran hanya dilakukan menggunakan Jurnal LRA. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 44 b) Apabila suatu transaksi atau aktivitas keuangan menyebabkan arus kas masuk atau arus kas keluar dan merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan, maka selain dicatat menggunakan Jurnal LO dicatat juga menggunakan Jurnal LRA. c. Buku Besar Proses klasifikasi transaksi dari jurnal ke buku besar dikenal dengan istilah Posting. Buku besar adalah kumpulan catatan transaksi per akun. Setiap akun memiliki satu buku besarnya masing-masing sehingga jumlah buku besar yang dimiliki sebuah entitas sama banyaknya dengan jumlah akun yang dimilikinya. Buku besar dibuat dalam sebuah format tertentu dan dengan aturan tertentu yang telah disepakati. SKPD Nama Rekening Kode Rekening Pagu APBD Pagu perubahan APBD Tanggal Nomor Kode Bukti Rekening : : : : : Uraian Debit Kredit Tiap buku besar memuat informasi nama SKPD, nama rekening, kode rekening, pagu APBD dan pagu perubahan APBD sebagai kontrol, batas maksimal transaksi untuk masing-masing akun tidak boleh melebihi pagu anggarannya terutama untuk pagu anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan. Pada kolom tanggal diisi dengan tanggal transaksi. Kolom Nomor Bukti diisi dengan nomor bukti transaksi. Kolom uraian diisi dengan informasi keterangan terkait transaksi. Kemudian di kolom debit atau kredit diisi nilai nominal transaksi sesuai dengan jurnal. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 45 Kolom saldo diisi dengan akumulasi nilai transaksi-transaksi dari akun terkait. Sebelum melakukan posting, terlebih dahulu memasukkan semua saldo awal untuk akun-akun Aset, Kewajiban dan Ekuitas yang diperoleh dari Neraca Awal Tahun ke dalam buku besarnya masing-masing. Ketika transaksi periode berjalan telah dimulai, tiap transaksi yang telah dicatat dalam jurnal kemudian diposting ke buku besar. d. Neraca Saldo Setelah selesai melakukan proses klasifikasi transaksi ke dalam buku besar, tahap selanjutnya adalah menyusun neraca saldo. Neraca saldo merupakan ikhtisar buku besar. PPK-SKPD dan PPKPPKD (dalam fungsi sebagai SKPD) melakukan rekapitulasi saldosaldo buku besar menjadi neraca saldo. Angka-angka saldo dari semua akun buku besar dipindahkan ke kolom neraca saldo dalam worksheet, sesuai dengan posisi debit atau kredit dalam saldo di buku besar masing-masing. Neraca saldo merupakan sebuah daftar yang memuat nama setiap buku besar (kode rekening) dan saldonya pada tanggal tertentu. Bagan berikut akan menggambarkan proses penyusunan neraca saldo dari buku besar. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 46 SKPD Nama Rekening Kode Rekening Pagu APBD Pagu Perubahan APBD Tanggal 1 1-Jan 9-Sep 31-Des : SKPD R : Kendaraan Dinas 1.3.02.04.01 : Rp 250.000.000 : Rp 350.000.000 Uraian 2 Ref 3 Saldo Awal Pembelian Mobil Dinas Debit (Rp) 4 Kredit (Rp) 5 250.000.000 Saldo (Rp) 6 125.000.000 375.000.000 375.000.000 SKPD R Neraca Saldo Setelah Penyesuaian No. 1 2 3 4 5 6 Kode Rek. 1.1.01.02.01 1.1.01.03.01 1.1.03.01.06 1.1.06.02.02 1.1.07.01.01 1.3.02.04.01 NS Stlh Penyesuaian Debit Kredit 0 22.000.000 0 27.000.000 150.000 375.000.000 Uraian Kas di Bendahara Penerimaan Kas di Bendahara Pengeluaran Piutang pajak Sewa Dibayar Dimuka Persediaan ATK Kendaraan e. JURNAL PENYESUAIAN Jurnal penyesuaian dibuat di akhir periode akuntansi agar pendapatan dapat dicatat pada saat dihasilkan, dan beban diakui pada saat terjadinya. Jurnal penyesuaian dibutuhkan untuk memastikan diterapkannya prinsip pengakuan pendapatan (revenue recognation principle) dan prinsip penandingan (matching principle). Meskipun penandingan ini dalam tidak akuntansi mendapat pemerintah penekanan prinsip sebagaimana dipraktekkan dalam akuntansi komersial. Jurnal penyesuaian memungkinkan pelaporan aset, kewajiban, dan ekuitas yang tepat di Neraca, serta jumlah surplus/defisit yang tepat di Laporan Operasional untuk periode berjalan. Jenis-jenis jurnal penyesuaian. Ada 2 kelompok yaitu : beban dibayar dimuka (prepayment) dan akrual. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 47 Pembayaran dimuka (prepayment) terdiri atas : 1) beban dibayar dimuka (prepaid expenses). Beban yang dibayar dimuka secara tunai dan dicatat sebagai aset sebelum digunakan atau dikonsumsi. Contoh : perlengkapan kantor, asuransi, dan depresiasi. 2) Pendapatan diterima dimuka atau pendapatan yang belum dihasilkan (unearned revenue). Uang tunai yang diterima dan dicatat sebagai kewajiban sebelum pendapatannya dihasilkan. Contoh: pendapatan pajak reklame, pendapatan sewa. Akrual. Terdiri atas : 1) Akrual pendapatan (accrued revenues). Akrual pendapatan pada dasarnya adalah piutang, yaitu pendapatan yang telah dihasilkan namun belum diterima uangnya atau belum dicatat. Contoh: piutang pajak. 2) Akrual beban (accrued expenses). Akrual beban pada dasarnya adalah utang, yaitu beban yang telah terjadi namun belum dibayarkan uangnya atau belum dicatat. Contoh: bunga untuk utang, sewa, pajak, gaji atau honorarium. f. Menyusun Neraca Saldo Disesuaikan Setelah semua jurnal penyesuaian dicatat dan diposting, Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance) disusun berdasarkan akun-akun buku besar. Tujuan dari Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance) adalah membuktikan kesamaan saldo total debit dan saldo total kredit di buku besar setelah seluruh jurnal penyesuaian dibuat. Akun-akun yang terdapat di Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance) berisikan seluruh data yang dibutuhkan untuk menyusun laporan keuangan. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 48 g. Langkah Opsional Menyusun Neraca Lajur (WORKSHEET) Langkah-langkah opsional jika neraca lajur (WORKSHEET) disusun, maka tahap d); e); dan f) dimasukkan dalam worksheet. WORKSHEET Neraca lajur (worksheet) merupakan alat bantu yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Langkah-langkah dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kertas kerja yang dibuat terdiri atas : Neraca saldo, Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian. Format dokumen kertas kerja (worksheet) adalah sebagai berikut : BAS 1 Uraian 2 Neraca Saldo Jurnal Penye suaian Neraca Saldo setelah Penye suaian Laporan Realisasi Anggaran Laporan Operasion al Neraca D K D K D K D K D K D K 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Keterangan : D = Debit; K = Kredit h. Menyusun Laporan Keuangan 1) Laporan keuangan dapat disusun langsung dari Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance). Neraca Saldo setelah penyesuaian yang telah dihasilkan pada tahapan sebelumnya menjadi dasar dalam penyusunan laporan keuangan entitas. Tiga laporan keuangan yang dapat langsung dihasilkan dari Neraca Saldo setelah penyesuaian adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO) dan Neraca. LRA disusun dari Neraca Saldo setelah Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 49 penyesuaian kelompok kode rekening 4, 5, 6, dan 7. LO disusun dari Neraca Saldo setelah penyesuaian kelompok kode rekening 8 dan 9. Sementara Neraca disusun dari Neraca Saldo setelah penyesuaian kelompok kode rekening 1, 2, dan 3. Pengelompokan akun dalam penyusunan Laporan Keuangan digambarkan sebagaimana pada tabel dibawah ini. Laporan Keuangan Kode Akun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Akun Aset Kewajiban Ekuitas Pendapatan - LRA Belanja Transfer Pembiayaan Pendapatan - LO Beban NERACA LRA LO 2) Penyusunan LRA LRA disusun dengan cara memasukkan nilai saldo akun-akun Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Total Pendapatan-LRA dikurangi total Belanja dan Transfer akan menghasilkan Surplus/Defisit-LRA. Kemudian Surplus/DefisitLRA ditambah dengan Penerimaan Pembiayaan dan dikurangi dengan Pengeluaran Pembiayaan akan menghasilkan SiLPA atau SiKPA. Perlu diperhatikan bahwa dalam format LRA sebagaimana yang diilustrasikan dalam SAP berbasis akrual tidak dirinci berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu berhati-hati dalam mengelompokkan Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Berikut akan disajikan contoh pengelompokan Belanja dari akun buku besar kedalam format LRA. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 50 Potongan Neraca Saldo SKPD R - Bagian Belanja Potongan LRA SKPD R - Bagian Belanja SKPD R Neraca Saldo Setelah Penyesuaian No. Kode Rek. Uraian 59 5.1.01.01.01 Belanja Gaji Pokok 60 5.1.01.01.02 Belanja Tunjangan Keluarga 61 5.1.01.01.03 Belanja Tunjangan Jabatan 62 5.1.02.01.01 Belanja ATK 63 5.1.02.09.01 Belanja Sewa Eskavator 64 5.1.02.11.02 Belanja Makan Minum Rapat 65 5.2.02.04.01 Belanja Modal Kendaraan Dinas i. Anggaran NS Stlh Penyesuaian Debit Kredit 180.000.000 17.000.000 18.000.000 2.500.000 36.000.000 500.000 250.000.000 BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Jumlah Belanja Operasi BELANJA MODAL Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap lainnya Belanja Aset lainnya Jumlah Belanja Modal JUMLAH BELANJA Realisasi 215.000.000 39.000.000 254.000.000 0 250.000.000 0 0 0 0 250.000.000 504.000.000 Menjurnal dan Memposting Ayat Jurnal Penutup Setelah membuat LRA, langkah selanjutnya adalah membuat Jurnal Penutup LRA untuk menutup akun-akun terkait anggaran (opsi bagi yang mencatat jurnal anggaran) dan realisasinya. Jurnal penutup ini berfungsi untuk membuat saldo dari akun-akun terkait anggaran (opsional) dan realisasinya menjadi nol pada akhir periode setelah dilakukan penutupan. Cara menutup akunakun tersebut adalah dengan mencatatnya pada posisi lawannya (kebalikan dari saldo normalnya). Akun Pendapatan-LRA yang pada saat realisasi dijurnal pada sisi kredit, maka ketika ditutup akan dicatat di sisi debit. Akun Belanja yang pada saat realisasi dijurnal pada sisi debit, maka ketika ditutup akan dicatat di sisi kredit. Begitu juga dengan akun Transfer, akun Penerimaan Pembiayaan, akun Pengeluaran Pendapatan, akun Apropriasi Pembiayaan, akun Estimasi Belanja dan akun Estimasi Perubahan SAL. Jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit. Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup LRA. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 51 1) Jurnal penutup untuk menutup pendapatan-LRA dan Belanja ke Surplus/Defisit di SKPD/PPKD Debit Pendapatan Pajak-LRA Pendapatan Retribusi-LRA Kredit 800.000.000 15.000.000 Belanja 504.000.000 Surplus/Defisit LRA 311.000.000 815.000.000 815.000.000 2) Jurnal penutup untuk menutup akun penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan ke pembiayaan neto di PPKD Debit Penerimaan Pembiayaan Kredit 200.000.000 Pengeluaran Pembiayaan 150.000.000 Pembiayaan Neto 50.000.000 200.000.000 200.000.000 3) Jurnal penutup untuk menutup Surplus/Defisit LRA dan Pembiayaan Neto ke SiLPA Debit Surplus/Defisit LRA Pembiayaan Neto Kredit 311.000.000 50.000.000 SiLPA 361.000.000 361.000.000 361.000.000 4) Jurnal penutup untuk menutup SiLPA ke Perubahan SAL yang merupakan bagian dari Ekuitas Debit SiLPA Kredit 361.000.000 Perubahan SAL 361.000.000 361.000.000 Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 361.000.000 52 5) Jurnal penutup untuk menutup Perubahan SAL ke Ekuitas Debit Ekuitas Kredit 361.000.000 Perubahan SAL 361.000.000 361.000.000 361.000.000 6) Buku Besar akun sementara “ PERUBAHAN SAL” Debit Dari transaksi Kredit Saldo 504.000.000 361.000.000 800.000.000 pendapatan pajak Dari transaksi 15.000.000 pendapatan retribusi Dari transaksi belanja (Dr) Jurnal penutupan 361.000.000 NOL Setelah melakukan penutupan atas akun-akun terkait anggaran (opsional) dan realisasinya, maka akan diperoleh Neraca Saldo setelah penutupan LRA dimana seluruh akun nominal akan bersaldo NOL. Setelah jurnal penutup dilakukan posting ke buku besar masing-masing. Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo akhir SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi dari Surplus/Defisit LO. Surplus/Defisit LRA dan Pembiayaan Neto ditutup ke SiLPA yang kemudian akan ditutup ke Ekuitas SAL. Sedangkan akun sementara “PERUBAHAN SAL” akan ditutup ke “EKUITAS”. Proses penyusunan LRA yang telah dijabarkan dapat dilihat dalam bagan berikut. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 53 Gambar 1 NERACA SALDO Menutup Akunakun terkait Anggaran dan Realisasinya L R A JURNAL PENUTUP NERACA SALDO setelah PENUTUPAN LRA j. Penyusunan LO LO disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok akun Pendapatan-LO dan Beban ke dalam format LO. Total PendapatanLO dikurangi dengan Surplus/Defisit-LO. total Beban Surplus/Defisit-LO akan ini menghasilkan nantinya akan mempengaruhi nilai Ekuitas dalam Neraca. Sama seperti format LRA, format LO sebagaimana yang diilustrasikan dalam SAP berbasis akrual juga tidak dirinci berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu berhati-hati dalam mengelompokkan Pendapatan-LO dan Beban. Berikut akan disajikan contoh pengelompokkan Beban dari Neraca Saldo ke format LO. LO disajikan dengan menyandingkan nilai Pendapatan-LO dan Beban di tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 54 Potongan Neraca Saldo SKPD R - Bagian Beban Potongan LO SKPD R - Bagian Beban SKPD R Neraca Saldo Setelah Penutupan LRA Tahun n No. Kode Rek. 104 105 106 107 108 109 9.1.01.01.01 9.1.01.01.02 9.1.01.01.03 9.1.02.01.01 9.1.02.02.30 9.1.02.02.38 NS Stlh Penyesuaian Debit Kredit 180.000.000 17.000.000 18.000.000 2.350.000 9.000.000 500.000 Uraian Beban Gaji Pokok Beban Tunjangan Keluarga Beban Tunjangan Jabatan Beban ATK Beban Jasa Sewa Eskavator Beban Makan Minum Rapat BEBAN Beban Pegawai Beban Persedian Beban Jasa Beban Pemeliharaan Beban Perjalanan Dinas JUMLAH BEBAN Tahun n-1 215.000.000 2.350.000 9.500.000 0 0 226.850.000 Setelah membuat LO, langkah selanjutnya adalah membuat Jurnal Penutup LO untuk menutup akun-akun terkait Pendapatan-LO dan Beban. Jurnal penutup ini berfungsi untuk membuat saldo dari akun-akun Pendapatan-LO dan Beban menjadi nol pada akhir periode setelah dilakukan jurnal penutup. Cara menutup akun-akun tersebut adalah dengan mencatatnya pada posisi lawannya (kebalikan dari saldo normalnya). Akun Pendapatan-LO yang pada saat transaksi dijurnal pada sisi kredit, maka ketika ditutup akan dicatat di sisi debit. Akun Beban yang pada saat transaksi dijurnal pada sisi debit, maka ketika ditutup akan dicatat di sisi kredit. Selisih dari Pendapatan-LO dan Beban akan dimasukkan ke akun Surplus/Defisit-LO. Jika Pendapatan-LO lebih besar daripada Beban, maka Surplus/Defisit LO akan berada di sisi kredit. Namun, jika Beban lebih besar daripada Pendapatan-LO, maka Surplus/Defisit-LO akan berada di sisi debit. Jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit. Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup LO untuk SKPD. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 55 Debit Pendapatan Pajak-LO Kredit 1.200.000.000 Pendapatan Retribusi-LO 15.000.000 Beban 540.000.000 Surplus/Defisit-LO 675.000.000 1.215.000.000 1.215.000.000 Setelah melakukan penutupan atas akun-akun Pendapatan-LO dan Beban, maka seluruh akun nominal akan bersaldo NOL setelah jurnal penutup dilakukan posting ke buku besar masingmasing. Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo akhir SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi dari Surplus/Defisit LO. Proses penyusunan LO yang telah dijabarkan dapat dilihat dalam bagan berikut. Gambar 2 NERACA SALDO setelah PENUTUPAN LRA Menutup Pendapatan LO dan Beban ke Surplus/Defisit LO L O JURNAL PENUTUP NERACA SALDO setelah PENUTUPAN LO Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 56 k. Penyusunan Neraca Neraca disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok akun Aset, Kewajiban, dan Ekuitas ke dalam format Neraca. Total Aset harus sama dengan total Kewajiban ditambah dengan Ekuitas. Surplus/Defisit-LO akan menambah Ekuitas jika nilainya positif (surplus) dan akan mengurangi Ekuitas jika nilainya negatif (defisit). Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo akhir SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi dari Surplus/Defisit LO. Sama seperti format LRA dan LO, format Neraca sebagaimana yang diilustrasikan dalam SAP berbasis akrual juga tidak dirinci berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu berhati-hati dalam mengelompokkan Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Berikut akan disajikan contoh pengelompokkan Aset Tetap dari Neraca Saldo ke format Neraca. Neraca disajikan dengan menyandingkan nilai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas per akhir periode berjalan dengan periode sebelumnya. Potongan Neraca Saldo SKPD R - Bagian Aset Tetap Potongan Neraca SKPD R - Bagian Aset Tetap SKPD R Neraca Saldo Setelah Penutupan LO Tahun n No. 18 19 20 21 22 23 Kode Rek. 1.3.1.11.04 1.3.1.11.05 1.3.2.04.01 1.3.2.04.02 1.3.2.16.02 1.3.2.16.02 Uraian Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa Tanah Kosong Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan Kendaraan Bermotor Penumpang Komputer Unit/Jaringan Personal Komputer Debit 1.300.000.000 2.000.000.000 150.000.000 500.000.000 50.000.000 150.000.000 Kredit ASET TETAP Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi, dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan Jumlah Aset Tetap Tahun n-1 3.300.000.000 850.000.000 2.350.000.000 0 0 0 (500.000.000) 6.000.000.000 Setelah membuat Neraca, langkah selanjutnya adalah membuat Jurnal Penutup Akhir untuk menutup Surplus/Defisit-LO. Jurnal Penutup Akhir ini berfungsi untuk memasukkan unsur Surplus/Defisit-LO ke dalam Ekuitas. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 57 Cara menutup akun-akun tersebut adalah dengan mencatatnya pada posisi lawannya. Akun Surplus/Defisit-LO jika saat Jurnal Penutup LO ada di sisi debit, maka ketika Penutup Akhir dicatat di sisi kredit. Sementara itu, jika akun Surplus/Defisit-LO saat Jurnal Penutup LO ada di sisi kredit, maka ketika Penutup Akhir dicatat di sisi debit. Untuk penyeimbang sisi debit dan kredit Jurnal Penutup Akhir adalah akun Ekuitas. Jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit. Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup Akhir untuk SKPD. Debit Surplus/Defisit-LO Kredit 675.000.000 Ekuitas 675.000.000 675.000.000 675.000.000 Setelah melakukan penutupan atas Surplus/Defisit-LO, maka akan diperoleh Neraca Saldo Akhir dimana tidak terdapat lagi akun Surplus/Defisit-LO karena sudah masuk ke dalam nilai Ekuitas. Proses penyusunan Neraca yang telah dijabarkan dapat dilihat dalam bagan berikut. Gambar 3 NERACA SALDO setelah PENUTUPAN LO Menutup Surplus/Defisit LO ke Ekuitas NERACA JURNAL PENUTUP NERACA AWAL TAHUN Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 58 Ini contoh posting ke Buku Besar Ekuitas setelah jurnal penutupan LO. Buku Besar Ekuitas Debit Dari jurnal penutupan LRA- Kredit Saldo 361.000.000 Perubahan SAL Dari jurnal penutupan LRA- 361.000.000 S/D dan Silpa Dari Jurnal penutup LO 675.000.000 675.000.000 (CR) Dengan melihat buku besar Ekuitas ini dapat dijelaskan bahwa Ekuitas Pememerintah Daerah sebesar Rp675.000.000,00 dibentuk dari transaksi kas yang berasal dari saldo akhir SAL sebesar Rp361.000.000,00 dan dari transaksi akrual murni sebesar Rp341.000.000,00 sehingga total saldo Ekuitas adalah sebesar Rp675.000.000,00 l. Penyusunan LPE LPE disusun dengan cara memasukkan nilai awal Ekuitas yang diperoleh dari Neraca Awal Tahun ke dalam format LPE, diakumulasi dengan Surplus/Defisit-LO tahun berjalan, Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar sehingga menghasilkan Ekuitas Akhir. Nilai Ekuitas Akhir yang ada di LPE harus sama dengan nilai Ekuitas yang ada di Neraca. LPE disajikan dengan menyandingkan nilai perubahan Ekuitas tahun berjalan dan tahun sebelumnya. m. Penyusunan Laporan Perubahan SAL Laporan Perubahan SAL disusun dengan cara memasukkan nilai SAL awal tahun yang merupakan nilai SAL akhir tahun sebelumnya ke dalam format Laporan Perubahan SAL dikurangi dengan Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 59 Berjalan. Hasilnya SiLPA/SiKPA tahun kemudian berjalan diakumulasikan yang diperoleh dari dengan LRA, diakumulasikan dengan Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya serta lain-lain yang mempengaruhi nilai SAL sehingga akan diperoleh nilai SAL akhir. n. Penyusunan LAK LAK disusun dengan mengklasifikasikan arus kas masuk dan arus kas keluar ke dalam kategori aktivitas operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, dan aktiviats transitoris. Informasi terkait arus kas masuk dan arus kas keluar dapat diperoleh dari LRA karena LRA disusun berdasarkan arus kas masuk dan keluar. Selain itu, informasi kas masuk dan keluar bisa juga diambil dari catatan BKU bendahara. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 60 BAB III LAPORAN KEUANGAN A. Definisi Berdasarkan PSAP 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010, laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas. 1. Tujuan umum Tujuan umum laporan keuangan adalah : a. menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, b. realisasi anggaran, c. saldo anggaran lebih, d. arus kas, e. hasil operasi, dan f. perubahan ekuitas suatu entitas yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. 2. Laporan keuangan terdiri dari: a. laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan b. laporan finansial. 1) Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari : (a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan (b) Laporan Perubahan SAL. 2) Sementara itu, laporan finansial terdiri dari : (a) Neraca, (b) Laporan Operasional (LO), (c) Laporan Arus Kas (LAK), Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 61 (d) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan (e) Catatan atas Laporan Keuangan. Perlu digaris bawahi bahwa untuk Laporan Perubahan SAL dan Laporan Arus Kas (LAK) hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dalam hal ini Pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan. Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam setiap laporan keuangan harus diidentifikasikan secara jelas, dan jika dianggap perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut: a. nama entitas atau sarana identifikasi lainnya; b. cakupan entitas; c. periode yang dicakup; d. mata uang pelaporan; dan e. satuan angka yang digunakan. B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan laporan pelaksanaan anggaran yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Informasi yang terdapat dalam LRA berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas terhadap anggaran. Dari LRA juga dapat dilihat tingkat penyerapan anggaran entitas yang dapat menjadi salah satu indikator produktivitas atau kinerja entitas. LRA disusun dan disajikan dengan menggunakan basis kas. Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam dokumen anggaran. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 62 Format dasar dari sebuah Laporan Realisasi Anggaran adalah sebagai berikut: Anggaran Realisasi xxx xxx (xxx) (xxx) (xxx) (xxx) Surplus/Defisit – LRA xxx xxx Penerimaan Pembiayaan xxx xxx xxx xxx (xxx) (xxx) xxx xxx Pendapatan – LRA Belanja Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan(Transfer) Pengeluaran Pembiayaan Pembiayaan Neto SiLPA/SiKPA C. LAPORAN OPERASIONAL Laporan Operasional menyajikan informasi keuangan terkait dengan kegiatan operasional entitas. Pengguna laporan keuangan dapat menggunakan Laporan Operasional untuk memperoleh informasi: 1. mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh entitas untuk menjalankan pelayanan; 2. mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja entitas dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi; 3. yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan entitas dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif; dan 4. mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila surplus operasional). Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 63 Format dasar dari sebuah Laporan Operasional adalah sebagai berikut: Tahun n Tahun n-1 Pendapatan xxx xxx Beban (xxx) (xxx) Surplus/defisit dari operasi xxx xxx xxx xxx Surplus/defisit sebelum pos luar biasa xxx xxx Pos Luar Biasa xxx xxx Surplus/Defisit-LO xxx xxx Kegiatan Operasional Kegiatan Non-Operasional Surplus/defisit dari kegiatan non operasional Berikut adalah format LO SKPD, LO PPKD, serta LO Pemerintah Provinsi, dan LO Pemerintah Kabupaten/Kota yang diberikan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 : Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 64 PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA SKPD LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam Rupiah) NO 1 2 3 4 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 20X1 20X0 KENAIKAN/ PENURUNAN KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Lain-lain PAD yang Sah JUMLAH PENDAPATAN ASLI DAERAH (4 s.d 7) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx BEBAN BEBAN OPERASI Beban Pegawai Beban Barang/ Jasa Beban Bunga Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Penysutan Beban Lain-lain JUMLAH BEBAN (12 s.d 19) SURPLUS/ DEFISIT - LO (8 – 20) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xx URAIAN Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah % 65 PEMERINTAH PROVINSI............ PPKD LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam Rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 URAIAN KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 6) PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan (11 s.d 14) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana penyesuaian Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s.d 19) JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (15+20) LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Lainnya Jumlah Lain0lain Pendapatan yang Sah (23 s.d 24) JUMLAH PENDAPATAN (7+21+27) BEBAN BEBAN OPERASI Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Lain-lain Jumlah Beban Operasi (32 s.d 35) BEBAN TRANSFER Beban Transfer Bagi Hasil pajak Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa Beban Transfer Keuangan Lainnya Jumlah Beban Transfer (39 s.d 42) JUMLAH BEBAN (36+43) 20X1 20X0 KENAIKAN/ PENURUNAN xxx xxx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx % SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (28 – 44) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 66 (Dalam Rupiah) NO 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 20X1 20X0 KENAIKAN/ PENURUNAN xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx JUMLAH POS LUAR BIASA (66+70) xxx xxx xxx xx SURPLUS/ DEFISIT- LO (61 + 72) xxx xxx xxx xx URAIAN SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS NON OPERASIONAL Surplus Penjualan Aset Non lancer Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Surplus Non Operasional (49 s.d 51) DEFISIT NON OPERASIONAL Defisit Penjualan Aset Nonlancar Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Defisit Non Operasional (55 s.d 57) JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (52 +58) SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (46+60) POS LUAR BIASA PENDAPATAN LUAR BIASA Pendapatan Luar Biasa Jumlah Pendapatan Luar Biasa (65) BEBAN LUAR BIASA Beban Luar Biasa Jumlah beban Luar Biasa (69) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah % 67 PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA................ PPKD LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 NO 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 URAIAN (Dalam Rupiah) KENAIKAN/ % PENURUNAN 20X1 20X0 xxx xxx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xxx xxx xxx JUMLAH PENDAPATAN (8+27+33) xxx xxx xx xxx BEBAN BEBAN OPERASI Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Lain-lain Jumlah Beban Operasi (39 S.D 42) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xx xx xx xxx xxx xxx KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 7) PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (12 s.d 15) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana Penyesuaian Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (19 s.d 20) TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (24 s.d 25) PENDAPATAN TRANSFER (16+21+26) LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Lainnya Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (30 s.d 32) BEBAN TRANSFER Beban Transfer Bagi Hasil pajak Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa Beban Transfer Keuangan Lainnya Jumlah Beban Transfer (46 S.D 49) JUMLAH BEBAN (43+50) SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (35 – 51) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 68 (Dalam Rupiah) NO 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 20X1 20X0 KENAIKAN/ PENURUNAN xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx JUMLAH POS LUAR BIASA (72 s.d 76) xxx xxx xxx xx SURPLUS/ DEFISIT- LO (67 + 78) xxx xxx xxx xx URAIAN SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS NON OPERASIONAL Surplus Penjualan Aset Non lancer Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Surplus Non Operasional (55 s.d 57) DEFISIT NON OPERASIONAL Defisit Penjualan Aset Nonlancar Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Defisit Non Operasional (61 s.d 63) JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (58 +64) SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (52+66) POS LUAR BIASA PENDAPATAN LUAR BIASA Pendapatan Luar Biasa Jumlah Pendapatan Luar Biasa (71) BEBAN LUAR BIASA Beban Luar Biasa Jumlah beban Luar Biasa (75) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah % 69 PEMERINTAH PROVINSI LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam Rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 URAIAN KEGIATAN OPERASIONAL PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 7) PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan (12 s.d 15) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana penyesuaian Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (19 s.d 20) JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (16+21) LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Lainnya Jumlah Lain0lain Pendapatan yang Sah (26 s.d 27) JUMLAH PENDAPATAN (8+22+28) BEBAN BEBAN OPERASI Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Lain-lain Jumlah Beban Operasi (34 s.d 37) BEBAN TRANSFER Beban Transfer Bagi Hasil pajak Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa Beban Transfer Keuangan Lainnya Jumlah Beban Transfer (41 s.d 44) JUMLAH BEBAN (38+45) SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (30 – 46) 20X1 20X0 KENAIKAN/ PENURUNAN xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xx xxx Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah % 70 (Dalam Rupiah) NO 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 20X1 20X0 KENAIKAN/ PENURUNAN xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx JUMLAH POS LUAR BIASA (68+72) xxx xxx xxx xx SURPLUS/ DEFISIT- LO (63 + 74) xxx xxx xxx xx URAIAN SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS NON OPERASIONAL Surplus Penjualan Aset Non lancer Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Surplus Non Operasional (51 s.d 53) DEFISIT NON OPERASIONAL Defisit Penjualan Aset Nonlancar Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Defisit Non Operasional (57 s.d 59) JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (54 +60) SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (48+62) POS LUAR BIASA PENDAPATAN LUAR BIASA Pendapatan Luar Biasa Jumlah Pendapatan Luar Biasa (67) BEBAN LUAR BIASA Beban Luar Biasa Jumlah beban Luar Biasa (71) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah % 71 PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 (Dalam Rupiah) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Anggaran 20x1 Realisasi 20x1 (%) Realisasi 20x0 xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx JUMLAH PENDAPATAN (7+26+32) xxx xxx xx xxx BEBAN BEBAN OPERASI Beban Pegawai Beban Barang/ Jasa Beban Bunga Beban Subsidi Beban Hibah Beban Bantuan Sosial Beban Penysutan Beban Lain-lain Jumlah Beban Operasi (38 s.d 45) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx URAIAN PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan Daerah yang dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d 6) PENDAPATAN TRANSFER TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan (11 s.d 14) TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA Dana Otonomi Khusus Dana penyesuaian Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat – Lainnya (18 s.d 19) TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s.d 24) JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (15+20+25) LAIN-LAIN PENDPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Pendapatan Lainnya Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s.d 31) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 72 (Dalam Rupiah) NO 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 Anggaran 20x1 Realisasi 20x1 (%) Realisasi 20x0 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xx xx xxx xxx SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (34 – 52) xxx xxx xx xxx SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL SURPLUS NON OPERASIONAL Surplus Penjualan Aset Non lancar Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Surplus Non Operasional (58 s.d 60) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xx xx xxx xxx JUMLAH POS LUAR BIASA (75+79) xxx xxx xx xxx SURPLUS/ DEFISIT- LO (70 + 81) xxx xxx xx xxx URAIAN BEBAN TRANSFER Beban Transfer Bagi Hasil pajak Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa Beban Transfer Keuangan Lainnya Jumlah Beban Transfer (48 s.d 50) JUMLAH BEBAN (46+51) DEFISIT NON OPERASIONAL Defisit Penjualan Aset Nonlancar Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya Jumlah Defisit Non Operasional (64 s.d 66) JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL (61 +67) SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (54+69) POS LUAR BIASA PENDAPATAN LUAR BIASA Pendapatan Luar Biasa Jumlah Pendapatan Luar Biasa (74) BEBAN LUAR BIASA Beban Luar Biasa Jumlah beban Luar Biasa (78) Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 73 D. NERACA Sebuah neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Neraca dapat ditampilkan dalam format T-account atau I-coloum sebagai berikut: Format Neraca T-account: Aset Jumlah Aset xxx xxx Kewajiban xxx Ekuitas xxx Jumlah Kewajiban dan Ekuitas xxx Format Neraca I-coloum: Tahun n Tahun n-1 Aset Lancar xxx xxx Aset Non Lancar xxx xxx Jumlah Aset xxx xxx Kewajiban Jangka Pendek xxx xxx Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx Jumlah Kewajiban xxx xxx ____ xxx xxx ____ xxx xxx Jumlah Ekuitas xxx xxx Jumlah Kewajiban dan EKuitas xxx xxx ASET KEWAJIBAN EKUITAS Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 74 Berikut adalah format Neraca SKPD, Neraca PPKD, serta Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang diberikan oleh Permendagri No.64 tahun 2013 : PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA SKPD NERACA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah) No. Uraian 1 ASET 2 3 ASET LANCAR 4 Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan 5 Piutang Pajak Daerah 6 7 Piutang Retribusi Daerah 8 Penyisihan Piutang 9 Belanja di Bayar di muka 10 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 11 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian 12 Piutang Lainnya 13 Persediaan Jumlah Aset Lancar 14 15 ASET TETAP 16 Tanah 17 Peralatan dan Mesin 18 19 Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan 20 21 Aset Tetap Lainnya 22 Konstruksi Dalam Pengerjaan 23 Akumulasi Penyusutan Jumlah Aset Tetap 24 25 26 ASET LAINNYA 27 Tagihan Penjualan Angsuran 28 Tuntutan Ganti Kerugian 29 Kemitraan Dengan Pihak Ketiga 30 Aset Tak Berwujud 31 Aset Lain-lain 32 Jumlah Aset Lainnya 33 34 JUMLAH ASET 35 36 KEWAJIBAN 37 38 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 39 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 40 Pendapatan Diterima Dimuka Utang Belanja 41 Utang Jangka Pendek Lainnya 42 43 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 44 JUMLAH KEWAJIBAN 45 46 EKUITAS 47 48 EKUITAS 49 Ekuitas 50 RK RKPPKD 51 JUMLAH EKUITAS 52 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 53 Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 20X1 20X0 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx 75 PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA PPKD NERACA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah) No. Uraian 1 ASET 2 ASET LANCAR 3 Kas di Kas Daerah Investasi Jangka Pendek 4 Penyisihan Piutang 5 6 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara 7 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 8 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat 9 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya 10 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran 11 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi 12 Piutang Lainnya 13 RK SKPD …… Jumlah Aset Lancar 14 15 INVESTASI JANGKA PANJANG 16 Investasi Nonpermanen 17 Pinjaman Jangka Panjang 18 Investasi dalam Surat Utang Negara 19 20 Investasi dalam Proyek Pembangunan Investasi Nonpermanen Lainnya 21 Jumlah Investasi Nonpermanen 22 23 Investasi Permanen 24 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 25 Investasi Permanen Lainnya Jumlah Investasi Permanen 26 Jumlah Investasi Jangka Panjang 27 28 29 DANA CADANGAN 30 Dana Cadangan 31 Jumlah Dana Cadangan 32 33 ASET LAINNYA 34 Tagihan Jangka Panjang 35 Kemitraan dengan Pihak Ketiga 36 Aset Tidak Berwujud 37 Aset Lain-laim 38 Jumlah Aset Lainnya 39 JUMLAH ASET 40 41 42 KEWAJIBAN 43 44 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 45 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) 46 Utang Bunga 47 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pendapatan Diterima Dimuka 48 49 Utang Jangka Pendek Lainnya 50 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 51 52 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan 53 Utang Dalam Negeri - Obligasi 54 Premium (Diskonto) Obligasi 55 Utang Jangka Panjang Lainnya 56 57 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 58 59 JUMLAH KEWAJIBAN 60 61 EKUITAS 62 63 EKUITAS 64 Ekuitas 65 Jumlah Ekuitas 66 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA 67 Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 20X1 20X0 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx 76 PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA NERACA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 Uraian 20X1 20X0 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx ASET TETAP Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan Jumlah Aset Tetap xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx DANA CADANGAN Dana Cadangan Jumlah Dana Cadangan xxx xxx xxx xxx ASET LAINNYA Tagihan Penjualan Angsuran Tuntutan Ganti Rugi Kemitraan dengan Pihak Ketiga Aset Tak Berwujud Aset Lain-laim Jumlah Aset Lainnya xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx ASET ASET LANCAR Kas di Kas Daerah Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Investasi Jangka Pendek Piutang Pajak Piutang Retribusi Penyisihan Piutang Belanja Dibayar Dimuka Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi Piutang Lainnya Persediaan Jumlah Aset Lancar INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Nonpermanen Pinjaman Jangka Panjang Investasi dalam Surat Utang Negara Investasi dalam Proyek Pembangunan Investasi Nonpermanen Lainnya Jumlah Investasi Nonpermanen Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Investasi Permanen Lainnya Jumlah Investasi Permanen Jumlah Investasi Jangka Panjang JUMLAH ASET KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Utang Bunga Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pendapatan Diterima Dimuka Utang Belanja Utang Jangka Pendek Lainnya Jumlah Kewajiban Jangka Pendek KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan Utang Dalam Negeri - Obligasi Premium (Diskonto) Obligasi Utang Jangka Panjang Lainnya Jumlah Kewajiban Jangka Panjang JUMLAH KEWAJIBAN EKUITAS Ekuitas JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 77 E. LAPORAN PERUBAHAN SAL Laporan Perubahan penurunan SAL SAL tahun menyajikan pelaporan informasi dibandingkan kenaikan dengan atau tahun sebelumnya. Berikut adalah format Laporan Perubahan SAL yang diberikan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 : PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA...... LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 URAIAN Saldo Anggaran Lebih Awal Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan Sub Total (1+2) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) Sub Total (3+5) Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya Lain-lain Saldo Anggaran Lebih Akhir (6+8+9) 20X1 xxx 20X0 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx F. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikut adalah format Laporan Perubahan Ekuitas yang diberikan oleh Permendagri Nomor 64 Tahun 2013: Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 78 PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA...... SKPD LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 NO 1 2 3 4 5 6 7 URAIAN Ekuitas Awal Surplus/Defisit-LO Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar : Koreksi Nilai Persediaan Swelisish Revaluasi Aset Tetap Lain-lain Ekuitas Akhir 20X1 xxx xxx 20X0 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA PPKD LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 NO 1 2 3 4 5 6 7 URAIAN Ekuitas Awal Surplus/Defisit-LO Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar : Koreksi Nilai Persediaan Swelisish Revaluasi Aset Tetap Lain-lain Ekuitas Akhir 20X1 xxx xxx 20X0 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0 NO 1 2 3 4 5 6 7 URAIAN Ekuitas Awal Surplus/Defisit-LO Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar : Koreksi Nilai Persediaan Swelisish Revaluasi Aset Tetap Lain-lain Ekuitas Akhir 20X1 xxx xxx 20X0 xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 79 G. LAPORAN ARUS KAS Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas Pemerintah Daerah selama periode tertentu. Format dasar dari sebuah Laporan Arus Kas adalah sebagai berikut: Tahun n Tahun n-1 Arus kas masuk xxx xxx Arus kas keluar (xxx) (xxx) Arus kas masuk xxx xxx Arus kas keluar (xxx) (xxx) Arus kas masuk xxx xxx Arus kas keluar (xxx) (xxx) Arus kas masuk xxx xxx Arus kas keluar (xxx) (xxx) Kenaikan/Penurunan kas xxx xxx Saldo Awal xxx xxx Saldo Akhir Kas xxx xxx Arus Kas dari Aktivitas Operasi Arus Kas dari Aktivitas Investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus Kas dari Aktivitas Transitoris 1. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional entitas selama satu periode akuntansi. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi entitas dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 80 a. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari: 1) Penerimaan Perpajakan; 2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); 3) Penerimaan Hibah; 4) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan Investasi Lainnya; 5) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar Biasa; dan 6) Penerimaan Transfer. b. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan untuk: 1) Pembayaran Pegawai; 2) Pembayaran Barang; 3) Pembayaran Bunga; 4) Pembayaran Subsidi; 5) Pembayaran Hibah; 6) Pembayaran Bantuan Sosial; 7) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan 8) Pembayaran Transfer. 2. Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang. a. Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari: 1) Penjualan Aset Tetap; 2) Penjualan Aset Lainnya; 3) Pencairan Dana Cadangan; Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 81 4) Penerimaan dari Divestasi; dan 5) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas. b. Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari: 1) Perolehan Aset Tetap; 2) Perolehan Aset Lainnya; 3) Pembentukan Dana Cadangan; 4) Penyertaan Modal Pemerintah; dan 5) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas. 3. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka panjang. Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka panjang. a. Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain: 1) Penerimaan utang luar negeri; 2) Penerimaan dari utang obligasi; 3) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah; dan 4) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara. b. Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain: 1) Pembayaran pokok utang luar negeri; 2) Pembayaran pokok utang obligasi; 3) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah; dan 4) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 82 4. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan dari bendahara pengeluaran. Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan kepada bendahara pengeluaran. PFK menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan mutasi kas antar rekening kas umum negara/daerah. Berikut adalah format Laporan Laporan Arus Kas yang diberikan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013: Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 83 PEMERINTAH PROVINSI LAPORAN ARUS KAS Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0 Metode Langsung Uraian No. 1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi 2 Arus Masuk Kas 3 Penerimaan Pajak Daerah 4 Penerimaan Retribusi Daerah 5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah 7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak 8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 9 Penerimaan Dana Alokasi Umum 10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus 11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus 12 Penerimaan Dana Penyesuaian 13 Penerimaan Hibah 14 Penerimaan Dana Darurat 15 Penerimaan Lainnya 16 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa 17 Jumlah Arus Masuk Kas 18 Arus Keluar Kas 19 Pembayaran Pegawai 20 Pembayaran Barang 21 Pembayaran Bunga 22 Pembayaran Subsidi 23 Pembayaran Hibah 24 Pembayaran Bantuan Sosial 25 Pembayaran Tak Terduga 26 Pembayaran Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/ Kota 27 Pembayaran Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/ Kota 28 Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten Kota 29 Pembayaran Kejadian Luar Biasa 30 Jumlah Arus Keluar Kas 31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi 33 Arus Masuk Kas 34 Pencairan Dana Cadangan 35 Penjualan atas Tanah 36 Penjualan atas Peralatan dan Mesin 37 Penjualan atas Gedung dan Bangunan 38 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan 39 Penjualan Aset Tetap 40 Penjualan Aset Lainnya 41 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 42 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen 43 Jumlah Arus Masuk Kas 44 Arus Keluar Kas 45 Pembentukan Dana Cadangan 46 Perolehan Tanah 47 Perolehan Peralatan dan Mesin 48 Perolehan Gedung dan Bangunan 49 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan 50 Perolehan Aset Tetap Lainnya 51 Perolehan Aset Lainnya 52 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 53 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen 54 Jumlah Arus Keluar Kas 55 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi 56 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 57 Arus Masuk Kas 58 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 59 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 60 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 61 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank 62 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi 63 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya 64 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Modul 1Penerimaan – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 65 Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya (Dalam Rupiah) 20X1 20X0 XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX 84 XXX XXX 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 Perolehan Tanah Perolehan Peralatan dan Mesin Perolehan Gedung dan Bangunan Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan Perolehan Aset Tetap Lainnya Perolehan Aset Lainnya Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus Masuk Kas Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Masuk Kas Arus Keluar Kas Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan Arus Kas dari Aktivitas Transitoris Arus Masuk Kas Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga Jumlah Arus Masuk Kas Arus Keluar Kas Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris Kenaikan/Penurunan Kas Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan Saldo Akhir Kas Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX 85 PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN ARUS KAS Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0 Metode Langsung Uraian No. 1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi 2 Arus Masuk Kas 3 Penerimaan Pajak Daerah 4 Penerimaan Retribusi Daerah 5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah 7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak 8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 9 Penerimaan Dana Alokasi Umum 10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus 11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus 12 Penerimaan Dana Penyesuaian 13 Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pajak 14 Penerimaan Bagi Hasil Lainnya 15 Penerimaan Hibah 16 Penerimaan Dana Darurat 17 Penerimaan Lainnya 18 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa 19 Jumlah Arus Masuk Kas 20 Arus Keluar Kas 21 Pembayaran Pegawai 22 Pembayaran Barang 23 Pembayaran Bunga 24 Pembayaran Subsidi 25 Pembayaran Hibah 26 Pembayaran Bantuan Sosial 27 Pembayaran Tak Terduga 28 Pembayaran Bagi Hasil Pajak 29 Pembayaran Bagi Hasil Retribusi 30 Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 31 Pembayaran Kejadian Luar Biasa 32 Jumlah Arus Keluar Kas 33 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi 34 Arus Kas dari Aktivitas Investasi 35 Arus Masuk Kas 36 Pencairan Dana Cadangan 37 Penjualan atas Tanah 38 Penjualan atas Peralatan dan Mesin 39 Penjualan atas Gedung dan Bangunan 40 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan 41 Penjualan Aset Tetap 42 Penjualan Aset Lainnya 43 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 44 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen 45 Jumlah Arus Masuk Kas 46 Arus Keluar Kas 47 Pembentukan Dana Cadangan 48 Perolehan Tanah 49 Perolehan Peralatan dan Mesin 50 Perolehan Gedung dan Bangunan 51 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan 52 Perolehan Aset Tetap Lainnya 53 Perolehan Aset Lainnya 54 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 55 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen 56 Jumlah Arus Keluar Kas 57 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi 58 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan 59 Arus Masuk Kas 60 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 61 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 62 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank 63 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank 64 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi 65 Pinjaman Dalamdan NegeriSiklus - LainnyaAkuntansi di Pemerintah Modul 1 – Konsep 66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara (Dalam Rupiah) 20X1 20X0 Daerah XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX 86 XXX 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 Perolehan Peralatan dan Mesin Perolehan Gedung dan Bangunan Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan Perolehan Aset Tetap Lainnya Perolehan Aset Lainnya Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan Arus Masuk Kas Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Masuk Kas Arus Keluar Kas Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan Arus Kas dari Aktivitas Transitoris Arus Masuk Kas Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga Jumlah Arus Masuk Kas Arus Keluar Kas Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Jumlah Arus Keluar Kas Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris Kenaikan/Penurunan Kas Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan Saldo Akhir Kas Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX XXX 87 H. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CaLK) Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan setidaknya mengungkapkan hal-hal sebagai berikut: 1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi; 2. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro; 3. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; 4. Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; 5. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan; 6. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan 7. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan. Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah 88