Uploaded by kilemahduwur

MODUL-1-KONSEP-DAN-SIKLUS-AKUNTANSI-PEMDA

advertisement
BAB I
PERBANDINGAN STANDAR AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
DENGAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL
A. UMUM
Pada tahun 2010, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) untuk
meningkatkan
kualitas
pertanggungjawaban
kinerja
pemerintah.
Perubahan yang sangat nyata dari SAP sebelumnya yang diatur oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 adalah diwajibkannya
penggunaan akuntansi berbasis akrual (accrual) oleh pemerintah,
termasuk pemerintah daerah, dari yang sebelumnya menggunakan
akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash toward accrual). Perubahan
basis akuntansi ini tidak serta merta muncul karena sebenarnya sudah
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan sebelumnya yaitu
pada pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:
1. Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah
yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
2. Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah pusat/daerah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Dari penjelasan tersebut diatas dijelaskan bahwa pendapatan dan
belanja sebenarnya sudah berbasis akrual yang akan mempengaruhi
kekayaan bersih di neraca. Jadi sebenarnya dari tahun 2003,
pencatatan dan penyajian laporan keuangan sudah diarahkan untuk
berbasis akrual.
Namun demikian ada masa transisi untuk menuju akrual penuh yang
dijelaskan pada pasal 36 ayat (1) di Undang-Undang yang sama
bahwa, ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam
5 (lima) tahun.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
1
Pada pasal 70 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
ditegaskan mulai kapan pelaksanaan akrual dimulai yaitu, ketentuan
mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual dilaksanakan selambat-lambatnya tahun anggaran
2008.
B. PENYUSUNAN SAP BERBASIS AKRUAL
1. SAP Akrual berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 dengan mengacu pada International Public
Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan
perundangan serta kondisi Indonesia. Beberapa negara sebenarnya
kesulitan menerapkan akuntansi berbasis akrual. Namun Indonesia
tetap menerapkan akuntansi berbasis akrual ini dengan beberapa
pertimbangan yaitu:
a. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan,
beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis
akrual, serta mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam
pelaporan
pelaksanaan
anggaran
berdasarkan
basis
yang
ditetapkan dalam APBD.
b. SAP sebelumnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 berbasis ”Kas Menuju Akrual” sebagian
besar telah mengacu pada praktik akuntansi berbasis akrual.
Neraca yang disusun sebenarnya sudah berbasis akrual, walaupun
Laporan Realisasi Anggaran masih berbasis kas.
c. Para pengguna yang sudah terbiasa dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 dapat melihat kesinambungannya. Artinya,
sebenarnya pengguna tinggal selangkah lagi untuk melaksanakan
basis akrual secara penuh.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
2
2. Lingkup Pengaturan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ini meliputi SAP
Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual yang terdiri
dari 3 lampiran yaitu:
a. SAP Berbasis Akrual terdapat pada Lampiran I dan berlaku sejak
tanggal ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas
b. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual pada Lampiran II berlaku selama
masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP
Berbasis Akrual
c. Proses Penyusunan SAP Berbasis Akrual pada Lampiran III
3. Penerapan Basis Akrual
Penerapan akuntansi berbasis akrual di pemerintah diatur dalam
pasal
7
Peraturan
Pemerintah
Nomor
71
Tahun
2010
yang
menjelaskan bahwa:
a. Penerapan
SAP
Berbasis
Akrual
dapat
dilaksanakan
secara
bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi
penerapan SAP Berbasis Akrual
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual
secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual
secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri
Pada tahun 2013 terbitlah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64
Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual di Pemerintah
Daerah. Peraturan Menteri ini menjadi pedoman bagi pemerintah
daerah dalam melaksanakan akuntansi berbasis akrual secara penuh
paling lambat tahun anggaran 2015.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
3
4. Struktur SAP Berbasis Akrual
Penjelasan lengkap SAP Berbasis Akrual dijelaskan pada Lampiran I
Peraturan
Pemerintah
Nomor
71
Tahun
2010
yang
disusun
berdasarkan struktur penulisan sebagai berikut:
a. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
b. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
1) PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan;
2) PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran;
3) PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas;
4) PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan;
5) PSAP Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan;
6) PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi Investasi;
7) PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap;
8) PSAP
Nomor
08
tentang
Akuntansi
Konstruksi
Dalam
Pengerjaan;
9) PSAP Nomor 09 tentang Akuntansi Kewajiban;
10) PSAP
Nomor
10
tentang
Koreksi
Kesalahan,
Perubahan
Kebijakan Akuntansi, dan Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Operasi yang Tidak Dilanjutkan;
11) PSAP Nomor 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;
12) PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
5. Manfaat Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual
Dalam Study Nomor 14 yang diterbitkan oleh International Public
Sector
Accounting
Standards
Board (2011),
mengatakan
bahwa
informasi yang disajikan pada akuntansi berbasis akrual dalam
pelaporan
keuangan
memungkinkan
pemangku
kepentingan
(stakeholder) dalam rangka:
a. Menilai akuntabilitas pengelolaan seluruh sumber daya entitas
serta penyebaran sumber daya tersebut.
b. Menilai kinerja, posisi keuangan dan arus kas dari suatu entitas.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
4
c. Pengambilan keputusan mengenai penyediaan sumber daya, atau
melakukan bisnis dengan suatu entitas.
Selanjutnya,
pada
level
yang
lebih
detil
dalam Study
Nomor
14 tersebut dinyatakan bahwa pelaporan dengan basis akrual akan
dapat:
a. menunjukkan
bagaimana
pemerintah
membiayai
aktivitas-
aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan dananya;
b. memungkinkan
pengguna
laporan
untuk
mengevaluasi
kemampuan pemerintah saat ini untuk membiayai aktivitasaktivitasnya
dan
untuk
memenuhi
kewajiban-kewajian
dan
komitmen-komitmennya;
c. menunjukkan posisi keuangan pemerintah dan perubahan posisi
keuangannya;
d. memberikan kesempatan pada pemerintah untuk menunjukkan
keberhasilan pengelolaan sumber daya yang dikelolanya;
e. bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal
efisiensi dan efektifivitas penggunaan sumber daya.
C. POKOK-POKOK SAP BERBASIS AKRUAL
Laporan keuangan yang baik adalah yang disusun berdasarkan SAP.
Pokok-pokok SAP berbasis akrual tercakup dalam kerangka konseptual
dan penyajian laporan keuangan (PSAP Nomor 01). Beberapa pokok SAP
tersebut yang perlu diketahui untuk menyusun laporan keuangan
berbasis akuntansi:
1. Entitas Akuntansi dan Pelaporan
Pada paragraf 21 Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010 terdapat penjelasan mengenai Entitas Akuntansi
disamping Entitas Pelaporan. Pada paragraf tersebut dijelaskan
bahwa entitas akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
5
mengelola
anggaran,
kekayaan,
dan
kewajiban
yang
menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan atas
dasar akuntansi yang diselenggarakannya sesuai dengan SOTK
Pemerintah Daerah masing-masing antara lain:
a. Sekretariat Daerah;
b. Sekretariat Dewan;
c. Dinas;
d. Badan;
e. Kantor;
f. Kecamatan; dan
g. Kelurahan
Kemudian Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang
terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan
perundang-undangan
pertanggungjawaban,
berupa
wajib
laporan
menyajikan
keuangan
laporan
yang bertujuan
umum dalam konteks pemerintah daerah entitas pelaporan, terdiri
dari:
a. Pemerintah Daerah; dan
b. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah atau organisasi
lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan
organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan misalnya
BLUD.
2. Peranan Laporan Keuangan
Pada paragraf 25 Kerangka Konseptual Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010, dijelaskan bahwa pelaporan diperlukan untuk
kepentingan:
a. Akuntabilitas;
b. Manajemen;
c. Transparansi;
d. Keseimbangan antar generasi; dan
e. Evaluasi Kinerja
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
6
Pelaporan untuk kepentingan evaluasi kinerja ini sebelumnya tidak
dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.
3. Komponen Laporan Keuangan
Pada dasarnya semua pernyataan standar akuntansi pemerintah
merupakan standar untuk menyusun komponen-komponen laporan
keuangan
pemerintah,
dijelaskan
pada
dimana
paragraf
28
komponen-komponen
Kerangka
Konseptual
tersebut
Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran;
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Arus Kas;
e. Laporan Operasional;
f. Laporan Perubahan Ekuitas; dan
g. Catatan atas Laporan Keuangan.
Berikut adalah tabel perbandingan komponen laporan keuangan pada
basis cash towards accrual (CTA) yang diatur kerangka konseptual
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dengan basis accrual
yang diatur oleh kerangka konseptual Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010:
PP 24/2005 : CTA
Paragraf 25 Kerangka
PP 71/2010 : ACCRUAL
Paragraf 28 Kerangka Konseptual:
Konseptual:
Laporan Keuangan Pokok
-
Laporan Realisasi
Laporan Keuangan Pokok
-
Anggaran (LRA)
Laporan Realisasi Anggaran
(LRA)
-
Neraca
-
Laporan Arus Kas (LAK)
-
Catatan atas Laporan
-
Neraca
Keuangan (CaLK)
-
Laporan Operasional (LO)
-
Laporan Perubahan SAL (LP
SAL)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
7
-
Laporan Arus Kas (LAK)
-
Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE)
-
Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK)
Paragraf 26 Kerangka
Konseptual:
Laporan yang Bersifat optional
-Laporan Kinerja Keuangan
(LKK)
-Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE)
Pada Paragraf 15 di PSAP 01 Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010
tentang
Penyajian
Laporan
Keuangan
dijelaskan
bahwa
komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap
entitas pelaporan, kecuali:
a. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum; dan
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan
oleh
Bendahara
Umum
Negara
dan
entitas
pelaporan
yang
menyusun laporan keuangan konsolidasiannya.
Kemudian pada paragraf 16 pada PSAP yang sama dijelaskan bahwa
unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang
ditetapkan
sebagai
bendahara
umum
negara/daerah
dan/atau
sebagai kuasa bendahara umum negara/daerah.
4. Basis Akuntansi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menetapkan bahwa SAP
disusun dengan berbasis akrual, ini dijelaskan dalam:
a. Paragraf 42 Kerangka Konseptual menyatakan Basis akrual untuk
pengakuan pendapatan-LO, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas;
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
8
b. Paragraf
5
PSAP
01
tentang
Penyajian
Laporan
Keuangan
menyatakan basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan pemerintah yaitu basis akrual, kemudian pada paragraf 6
dinyatakan bahwa entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi
dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan basis
akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban, maupun
pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas.
Pada paragraf-paragraf tersebut diatas sangat jelas apa yang menjadi
basis akrual pada pelaporan keuangan di pemerintah. Namun
pencatatan dan penyajian dalam basis kas masih dibutuhkan dalam
beberapa laporan, khususnya terkait anggaran.
Perlakuan pelaporan keuangan terhadap anggaran dijelaskan pada
paragraf 44 Kerangka Konseptual menyatakan dalam hal anggaran
disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka LRA disusun
berdasarkan basis kas. Bilamana anggaran disusun dan dilaksanakan
berdasarkan basis akrual, maka LRA disusun berdasarkan basis
akrual. Selanjutnya pada paragraf 7 dinyatakan bahwa entitas
pelaporan
yang
menyelenggarakan
akuntansi
berbasis
akrual,
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan basis yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran.
Kenyataannya, sampai saat ini pemerintah masih melaksanakan
penganggaran dengan basis kas. Maka, bila anggaran yang disusun
dan dilaksanakan berdasar basis kas, LRA pun disusun berdasarkan
basis kas.
Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan basis akuntansi pada
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
9
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Basis Akuntansi
Basis Akuntansi
Basis
Akuntansi
pada Basis
Kerangka Konseptual:
Akuntansi
belanja
akrual
untuk
dan pendapatan-LO,
pembiayaan dalam LRA
Basis
Kerangka
Konseptual:
Basis kas untuk pengakuan Basis
pendapatan,
pada
pengakuan
beban,
aset,
kewajiban, dan ekuitas (Paragraf 42)
akrual
untuk Dalam hal anggaran disusun dan
pengakuan aset, kewajiban, dilaksanakan berdasar basis kas,
dan
ekuitas
dalam
Neraca maka
(Paragraf 39)
LRA
disusun
berdasarkan
basis kas.
Bilamana anggaran disusun dan
dilaksanakan
akrual,
berdasarkan
maka
LRA
basis
disusun
berdasarkan basis akrual. (Paragraf
44)
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Basis Akuntansi pada PSAP Basis Akuntansi pada PSAP 01:
01:
Basis akuntansi yang digunakan
Basis
akuntansi
digunakan
keuangan
dalam
yang dalam
laporan pemerintah
pemerintah
laporan
yaitu
keuangan
basis
akrual
yaitu (Paragraf 5)
basis kas untuk pengakuan
pos-pos pendapatan, belanja,
dan pembiayaan dan basis
akrual untuk pengakuan pospos
aset,
kewajiban,
dan
ekuitas dana. (Paragraf 5)
Penggunaan sepenuhnya
basis akrual bersifat optional
(Paragraf 6)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
10
5. Informasi Laporan Keuangan
Paragraf 11 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
menjelaskan
bahwa
untuk
memenuhi
tujuan
umum,
laporan
keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam
hal:
a. aset;
b. kewajiban;
c. ekuitas;
d. pendapatan-LRA;
e. belanja;
f. transfer;
g. pembiayaan;
h. saldo anggaran lebih;
i. pendapatan-LO;
j. beban; dan
k. arus kas.
Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan informasi keuangan
pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan baik di
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010:
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Informasi Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyediakan
informasi
mengenai
entitas
pelaporan dalam hal:
- Aset;
- Kewajiban;
- Ekuitas dana;
- Pendapatan;
- Belanja;
- Transfer;
- Pembiayaan; dan
- Arus kas.
Informasi Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyediakan
informasi
mengenai
entitas
pelaporan dalam hal:
- Aset;
- Kewajiban;
- Ekuitas;
- Pendapatan-LRA;
- Belanja;
- Transfer;
- Pembiayaan;
- Saldo anggaran lebih
- Pendapatan-LO;
- Beban; dan
- Arus kas.
(Paragraf 11)
(Paragraf 11)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
11
6. Unsur Laporan Keuangan
Pada paragraf 60 Kerangka Konseptual dijelaskan bahwa laporan
keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran
(budgetary reports), laporan finansial, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Perubahan SAL.
Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan
Keuangan merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih
lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan
finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan
pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
Berikut adalah tabel penjelasan unsur laporan keuangan berdasarkan
kategorinya:
KATEGORI
LAPORAN KEUANGAN
Laporan Pelaksanaan Anggaran Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
(budgetary reports)
Laporan Perubahan SAL (LPSAL)
Laporan Finansial
Laporan Operasional (LO)
Neraca
Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK)
Untuk memahami lebih jauh unsur-unsur laporan keuangan tersebut
maka berikut ini akan dijelaskan lebih rinci masing-masing dari
unsur laporan keuangan tersebut.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
12
a. Laporan Realisasi Anggaran
Paragraf 61 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa Laporan
Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah,
yang
menggambarkan
perbandingan
antara
anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
Kemudian pada Paragraf 62 dijelaskan cakupan unsur-unsur yang
dicakup secara langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran yang
terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah
lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode
tahun
anggaran
yang
bersangkutan
yang
menjadi
hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Pendapatan-LRA termasuk transfer penerimaan dari entitas
pelaporan lain misalnya dana perimbangan dan dana bagi hasil.
2) Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo
Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang
tidak
akan
diperoleh
pembayarannya
kembali
oleh
pemerintah.
3) Transfer pengeluaran adalah pengeluaran uang oleh suatu
entitas pelaporan kepada entitas pelaporan lainnya misalnya
bagi hasil pajak provinsi ke kabupaten/kota (dan sebaliknya),
kabupaten/kota ke desa (dan sebaliknya), bantuan keuangan
dari provinsi ke kabupaten/kota, dan kabupaten ke desa.
4) Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran
yang tidak berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang
perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
13
pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama
dimaksudkan
memanfaatkan
surplus
untuk
anggaran.
menutup
defisit
Penerimaan
atau
pembiayaan
antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi.
Pengeluaran
pembiayaan
antara
lain
digunakan
untuk
pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman
kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Selain unsur-unsur Laporan Realisasi Anggaran tersebut diatas
perlu juga dipahami apa itu Surplus/Defisit-LRA, Pembiayaan Neto
dan Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA).
Berikut adalah penjelasan atas ketiga unsur pembentuk Laporan
Realisasi Anggaran tersebut:
1) Surplus/Defisit-LRA menurut paragraf 8 PSAP Nomor 01
tentang
Penyajian
Laporan
Keuangan
merupakan
selisih
lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu
periode pelaporan.
2) Pembiayaan neto menurut paragraf 58 PSAP Nomor 02 tentang
Laporan Realisasi Anggaran adalah selisih antara penerimaan
pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam
periode tahun anggaran tertentu.
3) Sisa
Lebih/Kurang
Pembiayaan
Anggaran
(SiLPA/SiKPA)
menurut paragraf 8 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan
Keuangan
adalah
pendapatan-LRA
selisih
dan
lebih/kurang
belanja,
serta
antara
realisasi
penerimaan
dan
pengeluaran pembiayaan dalam APBN/APBD selama satu
periode pelaporan.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
14
Berikut adalah tabel perbandingan cakupan unsur-unsur Laporan
Realisasi Anggaran pada Kerangka Konseptual SAP baik pada
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010:
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Laporan Realisasi Anggaran
(LRA)
- Pendapatan
- Belanja
- Transfer
- Pembiayaan
Unsur Laporan Keuangan
Laporan Pelaksanaan Anggaran :
Laporan
Realisasi
Anggaran
(LRA)
- Pendapatan-LRA
- Belanja
- Transfer
- Pembiayaan
(Paragraf 62)
(Paragraf 58)
b. Laporan Perubahan SAL
Pada paragraf 63 kerangka konseptual SAP dijelaskan bahwa
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Saldo Anggaran Lebih
atau sering disingkat menjadi SAL sendiri, menurut paragraf 8
PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan adalah
gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA
tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta
penyesuaian lain yang diperkenankan.
Struktur Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dijelaskan pada
paragraf 41 PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
dimana laporan ini menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pada pos-pos berikut:
1) Saldo Anggaran Lebih awal;
2) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
3) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
4) Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya;
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
15
5) Lain-lain; dan
6) Saldo Anggaran Lebih Akhir.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran ini tidak diminta untuk
disajikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005.
c. Neraca
Pada paragraf 64 kerangka konseptual SAP menjelaskan bawah
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Unsur yang dicakup oleh neraca dijelaskan pada paragraph 65
yaitu terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas. Masing-masing
unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau
dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk
sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya.
2) Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber
daya ekonomi pemerintah.
3) Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
Khusus untuk ekuitas, paragraf 84 PSAP Nomor 01 tentang
Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan bahwa Ekuitas adalah
kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset
dan
kewajiban
pemerintah
pada
tanggal
laporan.
Kemudian
paragraf 85 menjelaskan bahwa Saldo ekuitas di Neraca berasal
dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas. Saldo
ekuitas tersebut didalamnya sudah termasuk SAL akhir.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
16
Berikut adalah tabel perbandingan cakupan unsur-unsur Neraca
pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, termasuk detail dari
unsur-unsur ekuitas:
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Unsur Laporan Keuangan
Neraca
Laporan Finansial : Neraca
-
Aset
-
Aset
-
Kewajiban
-
Kewajiban
-
Ekuitas Dana
-
Ekuitas
(Paragraf
Konseptual)
-
59
Kerangka (Paragraf
Konseptual)
Ekuitas Dana yang terbagi;
•
Ekuitas Dana Lancar:
selisih antara aset lancar
dan kewajiban jangka
pendek, termasuk sisa
lebih pembiayaan
anggaran/saldo anggaran
lebih
•
Ekuitas Dana Investasi:
mencerminkan kekayaan
pemerintah yang tertanam
dalam investasi jangka
panjang, aset tetap, dan
aset lainnya, dikurangi
dengan kewajiban jangka
panjang
•
Ekuitas Dana Cadangan:
mencerminkan kekayaan
pemerintah yang
dicadangkan untuk tujuan
tertentu sesuai dengan
peraturan perundangundangan.
-
64
Kerangka
Ekuitas, yaitu kekayaan
bersih pemerintah yang
merupakan selisih antara
aset dan kewajiban
pemerintah pada tanggal
laporan.
(Paragraf 77 PSAP Nomor 01)
(Paragraf 78-81 PSAP Nomor 01)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
17
d. Laporan Operasional
Laporan
Operasional
pemerintahan,
namun
merupakan
sebenarnya
laporan
sudah
baru
untuk
diperkenalkan
di
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Laporan ini menurut
paragraf 78
kerangka konseptual SAP adalah laporan yang
menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas
dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah
untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode
pelaporan.
Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan Operasional
terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa.
Masing-masing unsur dijelaskan dalam paragraf 79 kerangka
konseptual SAP sebagai berikut:
1) Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih.
2) Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih.
3) Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran
uang dari/oleh suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas
pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi
hasil.
4) Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar
biasa yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan
merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin
terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas
bersangkutan.
Keempat unsur Laporan Operasional diatas pada akhirnya akan
membentuk surplus/defisit-LO yang berdasarkan paragraf 84 PSAP
Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan merupakan selisih
antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode pelaporan,
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
18
setelah
diperhitungkan
surplus/
defisit
dari
kegiatan
non
operasional dan pos luar biasa.
Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan Laporan Operasional
pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan pada
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010:
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Unsur Laporan Keuangan
Laporan Kinerja Keuangan
Laporan
Finansial:
Laporan
Operasional (LO)
•
Bersifat optional
•
Merupakan
Laporan
Keuangan Pokok
(Paragraf 20 PSAP Nomor 01)
•
•
Disusun
oleh
(Paragraf 14 PSAP Nomor 01)
entitas •
Menyajikan pos-pos sebagai
pelaporan yang menyajikan
berikut:
laporan berbasis akrual
a)
Sekurang-kurangnya
menyajikan pos-pos:
a)
kegiatan operasional;
b)
Pendapatan dari kegiatan
operasional;
Beban dari kegiatan
operasional ;
c)
b) Beban berdasarkan
Surplus/defisit dari
Kegiatan Non
klasifikasi fungsional dan
c)
Pendapatan-LO dari
Operasional, bila ada;
klasifikasi ekonomi;
d)
Pos luar biasa, bila ada;
Surplus atau defisit.
e)
Surplus/defisit-LO.
(Paragraf 95 PSAP Nomor 01)
(Paragraf 92 PSAP Nomor 01)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
19
e. Laporan Perubahan Ekuitas
Paragraf 82 kerangka konseptual SAP menjelaskan bahwa Laporan
Perubahan
Ekuitas
menyajikan
informasi
kenaikan
atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas ini berdasarkan Paragraf
101
PSAP
menyajikan
Nomor
01
tentang
Penyajian
sekurang-kurangnya
Laporan
pos-pos
Keuangan
Ekuitas
awal,
Surplus/Defisit-LO pada periode bersangkutan, dan koreksi-koreksi
yang langsung menambah/mengurangi ekuitas.
Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan cakupan unsur
Laporan
Perubahan
Ekuitas
pada
PSAP
Nomor
01
tentang
Penyajian Laporan Keuangan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010:
PP 24/2005 : CTA
Unsur Laporan Keuangan
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Laporan
Perubahan
Ekuitas
(LPE)
• Bersifat optional
(Paragraf 20 PSAP Nomor 01)
Laporan Finansial:
Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE)
• Merupakan
Laporan
Keuangan Pokok
(Paragraf 14 PSAP Nomor 01)
• Sekurang-kurangnya
• Sekurang-kurangnya
menyajikan pos-pos:
menyajikan pos-pos:
a) Ekuitas awal;
a) Sisa
Lebih/Kurang
b) Surplus/defisit-LO
pada
Pembiayaan Anggaran;
periode bersangkutan;
b) Setiap pos pendapatan dan
c)
Koreksi-koreksi
yang
belanja
beserta
totalnya
langsung
seperti diisyaratkan dalam
menambah/mengurangi
standar-standar
lainnya,
ekuitas, misalnya: koreksi
yang diakui secara langsung
kesalahan mendasar dari
dalam ekuitas;
persediaan yang terjadi
c) Efek
kumulatif
atas
pada
periode-periode
perubahan
kebijakan
sebelumnya
dan
akuntansi
dan
koreksi
perubahan nilai aset tetap
kesalahan yang mendasar
karena
revaluasi
aset
diatur dalam suatu standar
tetap.
terpisah.
d) Ekuitas akhir.
(Paragraf 101 PSAP Nomor 01)
(Paragraf 95 PSAP Nomor 01)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
20
f. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menurut paragraf 80 Kerangka Konseptual SAP
menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo
awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah
pusat/daerah selama periode tertentu.
Unsur yang dicakup dalam Laporan Arus Kas berdasarkan paragraf
81, terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masingmasing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke
Bendahara Umum Negara/Daerah.
2) Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari
Bendahara Umum Negara/Daerah.
Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan cakupan unsur
Laporan Arus Kas pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan
Keuangan baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71:
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Unsur Laporan Keuangan
Unsur Laporan Keuangan
Laporan Arus Kas
Laporan Finansial : Laporan
Arus Kas
• Disajikan oleh unit yang • Disajikan oleh unit yang
mempunyai
fungsi
mempunyai
fungsi
perbendaharaan (Paragraf 15
perbendaharaan
umum
PSAP Nomor 01)
(Paragraf 15 PSAP Nomor 01)
• Arus masuk dan keluar kas • Arus masuk dan keluar kas
diklasifikasikan
berdasarkan
diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi aset
aktivitas operasi, investasi,
non keuangan, pembiayaan,
pendanaan, dan transitoris
dan non anggaran
(Paragraf 86 PSAP Nomor 01)
(Paragraf 90 PSAP Nomor 01)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
21
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
Paragraf 83 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa Catatan
atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan
juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang
dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar
Akuntansi
diperlukan
Pemerintahan
untuk
serta
menghasilkan
ungkapan-ungkapan
penyajian
laporan
yang
keuangan
secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan/
menyajikan/menyediakan hal-hal sebagai berikut:
1) mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan
dan Entitas Akuntansi;
2) menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan
ekonomi makro;
3) menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target;
4) menyajikan
informasi
tentang
dasar
penyusunan
laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih
untuk
diterapkan
atas
transaksi-transaksi
dan
kejadian-
kejadian penting lainnya;
5) menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang
disajikan pada lembar muka laporan keuangan;
Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan penyajian Catatan
atas Laporan Keuangan pada PSAP 01 tentang Penyajian Laporan
Keuangan baik pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
22
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
CATATAN ATAS LAPORAN
CATATAN ATAS LAPORAN
KEUANGAN
KEUANGAN
• Disajikan
secara
sistematis. • Disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam LRA, Neraca,
Setiap
LAK
Laporan
harus
referensi
mempunyai
silang
informasi
terkait
Catatan
atas
pos
dalam
LRA,
Perubahan
SAL,
dengan
Neraca, LO, LAK, dan LPE
dalam
harus mempunyai referensi
Laporan
Keuangan.
silang
dengan
informasi
terkait dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
• CaLK meliputi penjelasan atau • Catatan
atas
Laporan
daftar terinci atau analisis atas
Keuangan meliputi penjelasan
nilai suatu pos yang disajikan
atau
dalam LRA, Neraca, dan LAK
analisis atas nilai suatu pos
daftar
terinci
atau
yang disajikan dalam LRA,
Laporan
Perubahan
SAL,
Neraca, LO, LAK, dan LPE.
(Paragraf 98 & 99 PSAP Nomor (Paragraf
01)
105
&
106
PSAP
Nomor 01)
D. HUBUNGAN ANTARA BASIS AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Basis akuntansi memiliki hubungan dengan jenis laporan keuangan
yang akan disusun. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa meskipun
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 menghendaki penyajian
laporan keuangan yang berbasis akrual, namun karena APBD disusun
berdasarkan basis kas maka untuk pelaporan realisasi anggaran
menggunakan
basis
kas.
Dengan
demikian,
pemerintah
akan
menerapkan 2 (dua) basis akuntansi yaitu basis akrual dan basis kas.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
23
Untuk basis akrual, laporan utama yang bisa dibentuk adalah Neraca
dan Laporan Operasional. Laporan berikutnya dari basis akrual yang
melengkapi
informasi
Laporan
Keuangan
Primer
adalah
Laporan
Perubahan Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Terakhir untuk melengkapi
pengungkapan
keempat
laporan
keuangan
sebelumnya
maka
disusunlah Catatan atas Laporan Keuangan.
Untuk basis kas, laporan yang disusun adalah Laporan Realisasi
Anggaran (LRA). Laporan berikutnya yang melengkapi LRA adalah
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL).
Untuk lebih memahami hubungan basis akuntansi dengan jenis laporan
keuangan apa saja yang akan disusun dapat dijelaskan melalui table 1
dibawah ini:
Tabel 1
Accrual
Cash
E. PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Penerapan SAP berbasis akrual perlu memperhatikan pengakuan unsurunsur laporan keuangan yang telah dijelaskan sebelumnya, karena ada
perbedaan karakteristik dengan SAP berbasis CTA. Pada paragraf 84
Kerangka
Konseptual
SAP
dijelaskan
bahwa
pengakuan
dalam
akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
24
suatu kejadian atau peristiwa yang mengubah unsur aset, kewajiban,
ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan, pendapatan-LO, dan
beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas
pelaporan yang bersangkutan.
Pengakuan masing-masing unsur laporan keuangan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pengakuan Aset
Paragraf 90 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa aset diakui
pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur
dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, Paragraf 91
menjelaskan bahwa aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di
muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk
atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih
terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi.
Paragraf 92 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan secara khusus
tentang pengakuan kas. Paragraf tersebut menyatakan bahwa aset
dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber
dari pajak, bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi,
pungutan hasil pemanfaatan kekayaan negara, transfer, dan setoran
lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman.
Proses
pemungutan
setiap
unsur
penerimaan
tersebut
sangat
beragam dan melibatkan banyak pihak atau instansi. Dengan
demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk
mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang
lebih rinci, termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang
diterima
sampai
penyetorannya
ke
Rekening
Kas
Umum
Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan
manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah
setelah periode akuntansi berjalan.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
25
2. Pengakuan Kewajiban
Pengakuan
kewajiban
dijelaskan
oleh
paragraf
93
Kerangka
Konseptual SAP dimana kewajiban diakui jika besar kemungkinan
bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian
yang dapat diukur dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis
akrual, Paragraf 94 menjelaskan bahwa kewajiban diakui pada saat
dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.
3. Pengakuan Pendapatan
Pengkuan pendapatan baik pendapatan-LO maupun pendapatan-LRA
dijelaskan oleh Paragraf 95 Kerangka Konseptual SAP. Pada paragraf
tersebut dijelaskan bahwa pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya
hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya
ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening
Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan pengakuan pendapatan
pada kerangka konseptual SAP baik pada Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71:
PP 24/2005 : CTA
PP 71/2010 : ACCRUAL
Pengakuan
Unsur
Laporan
Keuangan
Pengakuan Pendapatan (Paragraf
88)
Pendapatan menurut basis akrual
diakui pada saat timbulnya hak
atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi.
Pendapatan menurut basis kas
diakui pada saat kas diterima di
Rekening
Kas
Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas
pelaporan.
Pengakuan
Unsur
Laporan
Keuangan
Pengakuan Pendapatan (Paragaf
95)
Pendapatan-LO diakui pada saat
timbulnya hak atas pendapatan
tersebut atau ada aliran masuk
sumber daya ekonomi.
Pendapatan-LRA diakui pada
saat kas diterima di Rekening
Kas Umum Negara/Daerah atau
oleh entitas pelaporan
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
26
4. Pengakuan Beban Dan Belanja
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 selain unsur
laporan keuangan belanja, terdapat pula unsur laporan keuangan
beban. Paragraf 96 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa
beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi
aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Sedangkan
paragraf
97
menyatakan
bahwa
belanja
berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening
diakui
Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui
bendahara
pengeluaran
pengakuannya
terjadi
pada
saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Berikut adalah tabel perbandingan penjelasan pengakuan beban dan
belanja pada kerangka konseptual SAP baik pada Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2005 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 71:
PP 24/2005 : CTA
Pengakuan
Unsur
PP 71/2010 : ACCRUAL
Laporan Pengakuan
Unsur
Laporan
Keuangan
Keuangan
Pengakuan Belanja (Paragraf 89)
Pengakuan Belanja dan Beban
Belanja
menurut
diakui
pada
kewajiban
basis
saat
atau
akrual (Paragraf 96-97)
timbulnya Beban
pada
diperoleh manfaat.
diakui
pada
saat
saat timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset, atau terjadinya
Belanjamenurut basis kas diakui penurunan
manfaat
ekonomi
pada saat terjadinya pengeluaran atau potensi jasa.
dari
Rekening
Negara/Daerah
pelaporan
Kas
atau
Umum Belanja
entitas terjadinya
diakui
berdasarkan
pengeluaran
Rekening
Negara/Daerah
Kas
atau
dari
Umum
entitas
pelaporan
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
27
F. PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Penting juga untuk memahami pengukuran unsur laporan keuangan.
Paragraf 98 Kerangka Konseptual SAP menjelaskan bahwa pengukuran
adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakuidan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan
keuangan menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar
pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar
dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban
dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan
pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Paragraf 99
menegaskan
bahwa
pengukuran
pos-pos
laporan
keuangan
menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata
uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
28
BAB II
KONSEP DAN SIKLUS AKUNTANSI
A. KONSEP AKUNTANSI
1. Definisi
Akuntansi
didefinisikan
pencatatan,
sebagai
pengukuran,
sebuah
proses
pengklasifikasian,
identifikasi,
pengikhtisaran
atas
semua transaksi dan aktivitas keuangan, penyajian laporan, serta
penginterpretasian atas hasilnya. Definisi tersebut diambil dari
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi
Pemerintah
yang
merupakan
acuan
dasar
dalam
pelaksanaan akuntansi di setiap instansi pemerintahan di Indonesia,
termasuk di Pemerintah Daerah dan satuan kerja di dalamnya.
Proses akuntansi ini akan mengolah semua transaksi dan aktivitas
keuangan yang ada di setiap entitas Pemerintah Daerah. Proses
tersebut kemudian menghasilkan informasi dalam bentuk laporan
keuangan
yang
pengambilan
akan
digunakan
keputusan
dalam
manajerial
proses
yang
evaluasi
kemudian
dan
akan
mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah pada
periode
berikutnya.
Jadi,
input
dari
proses
akuntansi
adalah
transaksi dan ouputnya berupa laporan keuangan.
Pihak yang melaksanakan proses akuntansi ini dibagi menjadi dua
entitas, yaitu entitas akuntansi dan entitas pelaporan. Entitas
akuntansi merupakan satuan kerja
anggaran
yang
menyajikan
berkewajiban
laporan
yang merupakan pengguna
menyelenggarakan
keuangan
atas
dasar
akuntansi
akuntansi
dan
yang
diselenggarakannya untuk digabungkan pada entitas pelaporan.
Dalam hal ini, yang dimaksud entitas akuntansi adalah SKPD dan
PPKD.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
29
Entitas pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyajikan laporan pertanggungjawaban
berupa laporan keuangan yang bertujuan umum. Dalam hal ini, yang
dimaksud entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah.
2. Pembukuan Tunggal (Single Entry) dan Pembukuan Berpasangan
(Double Entry)
Sistem pembukuan tunggal (single-entry system) sering disebut juga
dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku saja. Dalam sistem
ini pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat secara
tunggal (tidak berpasangan). Transaksi yang berakibat bertambahnya
kas akan dicatat pada sisi penerimaan. Sementara transaksi yang
berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi pengeluaran.
a) Pembukuan Tunggal (Single Entry)
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem
tata buku tunggal atau tata buku saja. Dalam sistem ini,
pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat secara
tunggal
(tidak
berpasangan).
Transaksi
yang
berakibat
bertambahnya kas akan dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi
yang
berakibat
berkurangnya
kas
akan
dicatat
pada
sisi
pengeluaran. Di Pemerintah Daerah selama hampir 3 dekade,
pencatatan ini dipraktikan, contohnya dalam Buku Kas Umum
(BKU).
Pencatatan semacam itu disebut juga pembukuan. Sistem tata
buku tersebut merupakan sebagian kecil dari akuntansi. Sistem ini
memiliki
beberapa
kelebihan,
yaitu
sederhana
dan
mudah
dipahami. Akan tetapi sistem ini juga memiliki kelemahan, antara
lain
kurang
lengkap
unuk
pelaporan
karena
hanya
dapat
melaporkan saldo kas, dan tidak dapat melaporkan utang, piutang,
dan ekuitas. Juga sulit untuk melakukan kontrol transaksi,
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
30
akibatnya sulit menelusuri kesalahan pembukuan yang terjadi.
Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat sistem pencatatan yang
lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan diatas. Sistem ini
disebut sistem double entry. Sistem pencatatan double entry inilah
yang sering disebut akuntansi.
Dalam sistem pembukuan berpasangan pengaruh ganda (dua sisi)
dari setiap transaksi akan dicatat pada akun-akun yang tepat.
Sistem ini juga menjadi satu cara untuk membuktikan keakuratan
jumlah yang dicatat. Jika setiap transaksi dicatat dengan jumlah
debit dan kredit yang sama, maka jumlah seluruh debit pada akun
harus sama dengan jumlah seluruh kreditnya. Kesamaan antara
debit
dan
kredit
menjadi
dasar
dari
sistem
pembukuan
berpasangan (double-entry system) dalam pencatatan transaksi.
b) Pembukuan Berpasangan (Double Entry)
Sistem pencatatan double entry juga sering disebut sistem tata
buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu
transaksi akan dicatat secara berpasangan (double = berpasangan,
entry = pencatatan). Pencatatan dengan sistem ini disebut dengan
istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut ada sisi Debit dan
Kredit. Sisi Debit ada di sebelah kiri, sedangkan sisi Kredit ada di
sebelah kanan. Setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan
persamaan dasar akuntansi, yaitu aset = kewajiban + ekuitas.
3. Persamaan Akuntansi
Persamaan akuntansi merupakan gambaran dari posisi keuangan
entitas (Neraca) dimana sisi kiri menggambarkan harta yang dimiliki
oleh entitas, sedangkan sisi kanan menggambarkan hak atau klaim
atas harta tersebut.
Hal penting dari konsep akuntansi
adalah kategori-kategori yang
menjadi dasar pengklasifikasian peristiwa-peristiwa ekonomi. Dua
unsur kategori dasar adalah apa yang dimiliki dan apa yang menjadi
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
31
kewajibannya. Aset adalah sumberdaya yang dimiliki suatu entitas.
Kewajiban dan Ekuitas adalah hak atau klaim terhadap sumberdaya
tersebut. Klaim terhadap aset tersebut dari yang berutang (kreditur)
disebut dengan kewajiban. Klaim dari pemilik disebut sebagai ekuitas.
Hubungan antara aset, kewajiban, dan ekuitas dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut ini :
a) Aset = Kewajiban + Ekuitas
Aset
adalah sumberdaya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki
oleh pemerintah daerah dan diharapkan memberikan kemanfatan
dimasa yang akan datang.
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah daerah.
Ekuitas
merupakan
kekayaan
bersih
pemerintah
daerah
yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah daerah.
Selanjutnya Pendapatan yang diperoleh entitas akan menambah
Ekuitas,
sedangkan
adanya
Beban
akan
mengurangi
Ekuitas.
Sehingga persamaan akuntansi diturunkan sebagai berikut :
b) Aset = Kewajiban + Ekuitas + (Pendapatan – Beban)
c) Aset + Beban = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan
Pendapatan adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
dan tidak perlu dibayar kembali.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
32
Ekuitas terdiri atas kejadian/transaksi yang bersumber dari transaksi
akrual dan transaksi kas yang terakumulasi dalam SAL. Sedangkan
Pendapatan LRA akan menambah SAL, dan Belanja akan mengurangi
SAL. Demikian Juga Penerimaan Pembiayaan akan menambah SAL,
dan
Pengeluaran Pembiayaan akan mengurangi SAL. Karena SAL
merupakan bagian dari EKUITAS, maka persamaan akuntansi yang
digunakan
untuk persamaan akuntansi akrual sudah termasuk
persamaan akuntansi dengan basis kas. Sehingga
untuk transaksi
akrual maupun transaksi LRA menggunakan satu persamaan yg
sama.
(ASET+BEBAN)
=
(BELANJA+PENGELUARAN
PEMBIAYAAN)
(KEWAJIBAN+EKUITAS
+PENDAPATAN-LO)
(PENDAPATAN LRA+PENERIMAAN
PEMBIAYAAN)
Persamaan akuntansi memposisikan akun-akun sesuai dengan saldo
normalnya.
4. Konsep Debit – Kredit dan Saldo Normal
Saat ini istilah Debit (Debit) menunjukan sisi kiri, dan Kredit (Credit)
menunjukan sisi kanan. Keduanya umum disingkat dengan Dr. untuk
debit dan Cr. untuk kredit. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa latin
yang aslinya berarti “Drebere” dan “Credere”. Kini hal tersebut
ditunjukkan dengan tanda; disisi sebelah mana angka akan dicatat
dalam akun-T. Memasukkan jumlah disisi kiri disebut dengan
mendebit (debiting) akun; memasukkan jumlah disisi kanan disebut
dengan mengkredit (crediting) akun.
Prosedur menempatkan debit di sisi kiri, dan kredit di sisi kanan
merupakan
suatu
kebiasaan,
atau
aturan
akuntansi
(seperti
kebiasaan mengendarai kendaraan disisi sebelah kanan jalan di
Indonesia). Aturan ini berlaku untuk semua akun. Ketika total kedua
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
33
sisi dibandingkan, suatu akun akan memiliki saldo debit jika total
jumlah debit melebihi jumlah kredit. Suatu akun akan memiliki saldo
kredit jika jumlah kredit melebihi jumlah debit.
Debit berarti sisi kiri dan yang berada pada sisi kiri persamaan
akuntansi adalah kelompok Aset. Dengan demikian, akun yang
masuk ke dalam kelompok Aset akan dicatat di sisi debit dengan
syarat nilainya positif. Apabila nilai dari kelompok Aset tersebut
negatif, maka akan dicatat pada sisi lawannya, yaitu kredit.
Kredit berarti sisi kanan dan yang berada pada sisi kanan persamaan
akuntansi
adalah
kelompok
Kewajiban
dan
Ekuitas.
Dengan
demikian, akun yang masuk ke dalam kelompok Kewajiban dan
Ekuitas akan dicatat di sisi kredit dengan syarat nilainya positif.
Apabila nilai dari kelompok Kewajiban dan Ekuitas tersebut negatif,
maka akan dicatat pada sisi lawannya, yaitu debit.
Untuk mengetahui mana yang dicatat di debit dan mana yang dicatat
di kredit, kita harus mengetahui saldo normal dari tiap akun melalui
persamaan akuntansi yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Saldo
normal akun adalah SISI, dimana kenaikan akun tersebut dicatat.
Saldo normal berhubungan dengan posisi akun di dalam persamaan
akuntansi.Akun yang berada di posisi kiri bersaldo normal debit.
Akun yang berada di posisi kanan bersaldo normal kredit. Jadi akun
aset normalnya akan menunjukkan saldo debit, dan akun kewajiban
dan ekuitas akan menunjukkan saldo kredit.
Saldo Normal
akun-akun yang merupakan
unsur-unsur laporan
keuangan pemda sebagai berikut :
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
34
Akun
Saldo
Bertambah
Berkurang
Aset
Debit
Kredit
Debit
Kewajiban
Kredit
Debit
Kredit
Ekuitas
Kredit
Debit
Kredit
Pendapatan LO
Kredit
Debit
Kredit
Beban
Debit
Kredit
Debit
Perubahan SAL
Normal
menyesuaikan
Pendapatan-LRA
Kredit
Debit
Kredit
Penerimaan Pembiayaan
Kredit
Debit
Kredit
Belanja
Debit
Kredit
Debit
Pengeluaran Pembiayaan
Debit
Kredit
Debit
Estimasi Pendapatan
Debit
Kredit
Debit
Estimasi Penerimaan
Debit
Kredit
Debit
Apropriasi Belanja
Kredit
Debit
Kredit
Apropriasi Pengeluaran
Kredit
Debit
Kredit
Pembiayaan
Pembiayaan
Estimasi Perubahan SAL
Menyesuaikan
5. Konsep Home Office Branch Office (HOBO)
Struktur hubungan entitas dalam akuntansi yang diimplementasikan
di Pemda adalah struktur HOBO (Home Office & Branch Office).Dalam
hal ini PPKD yang merepresentasikan Pemerintah Daerah adalah
sebagai Kantor Pusat (Home Office), sedangkan SKPD adalah sebagai
Kantor Cabang (Branch Office). Struktur hubungan HOBO lebih tepat
untuk menggambarkan hubungan transaksi antara PPKD dan SKPD,
dibandingkan dengan struktur hubungan induk dan anak (Parent &
Subsidiary) dengan beberapa alasan:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
35
a. PPKD-SKPD bukan entitas yang masing-masing berdiri sendiri,
melainkan satu kesatuan;
b. Antara PPKD dan SKPD tidak terjadi Transfer Income (dalam
pengertian profit);
c. SKPD dimiliki 100% oleh Pemerintah Daerah.
Sebagai konsekuensi dari struktur akuntansi HOBO, transaksi antara
PPKD dan SKPD dicatat menggunakan akun Reciprocal yaitu RKPPKD yang merupakan akun ekuitas di SKPD, dan akun RK-SKPD
yang merupakan akun aset di PPKD.Dengan demikian akun Reciprocal
ini adalah merupakan akun ril (real account).
Akun Rekening Koran-PPKD merupakan akun ekuitas
di tingkat
SKPD. Hal ini dikarenakan SKPD merupakan cabang dari Pemerintah
Daerah, sehingga sebenarnya SKPD tidak memiliki ekuitas
sendiri,
melainkan hanya menerima ekuitas dari Pemerintah Daerah, melalui
mekanisme transfer. Akun “Rekening Koran-PPKD” akan bertambah
bila SKPD menerima transfer aset (seperti menerima SP2D UP dan
GU, menerima aset tetap dari Pemerintah Daerah), pelunasan
pembayaran belanja LS
(menerima SP2D LS), dan akan berkurang
bila SKPD mentransfer aset ke Pemerintah Daerah (seperti penyetoran
uang ke Pemerintah Daerah).
B. SIKLUS AKUNTANSI
1. Definisi
Akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri atas subsistem-subsistem atau kesatuan yang lebih kecil, yang
berhubungan satu sama lain dan memiliki tujuan tertentu. Suatu
sistem mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input
sistem
akuntansi
adalah
bukti-bukti
transaksi
dalam
bentuk
dokumen atau formulir. Output-nya adalah laporan keuangan. Di
dalam proses akuntansi, terdapat beberapa catatan yang dibuat.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
36
Catatan-catatan tersebut adalah jurnal, buku besar, dan buku
pembantu.
Sistem akuntansi dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus
akuntansi.
Yang
dimaksud
dengan
siklus
akuntansi
adalah
serangkaian tahapan yang harus dilalui untuk merubah input dalam
bentuk dokumen transaksi keuangan sehingga menghasilkan ouput
berupa
laporan
keuangan.
Siklus
akuntansi
secara
sederhana
digambarkan oleh bagan berikut.
PROSES AKUNTANSI POKOK
Dokumen
Catatan
Ditetapkan
DPRD
APBD
Jenis2 transaksi
keuangan Pemda
Pencatatan &
Penggolonga
Dokumen Sumbern:
- SP2D
- SPJ
- Bukti Memorial
Laporan
Realisasi
APBD
Pelaporan
Peringkasan
Jurnal
Buku
Besar
Buku
Pembantu
ï‚· Bukti Penerimaan
ï‚· Bukti Pengeluaran
ï‚· Bukti memorial
ï‚· Jurnal LRA
ï‚· Jurnal – LO &
Neraca
Kumpulan
Rekening
(Ringkasan
& Rincian)
Laporan
Keuangan
Kertas
Kerja
Laporan Keuangan :
ï‚· LRA
ï‚· Lap.Perubahan
SAL
ï‚· LO
ï‚· Lap.Perbhan
Ekuitas (LPE)
ï‚· Neraca
ï‚· Lap.Arus Kas
ï‚· CALK
ï‚·
Kebijakan Akuntansi
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
37
Siklus akuntansi dimulai dengan tahap menganalisis transaksi.
Tahapan kedua adalah menjurnal transaksi. Transaksi-transaksi pada
awalnya
dicatat
secara
kronologis
didalam
jurnal
sebelum
dipindahkan ke Buku Besar akun-akun. Jadi jurnal disebut dengan
buku pencatatan awal.
Biasanya jurnal memiliki kolom untuk mencantumkan tanggal, nama
akun, dan uraiannya, referensi dan dua kolom jumlah debit dan
kredit.
Tahap ketiga, transaksi yang telah dicatat dalam Jurnal kemudian
diklasifikasikan ke dalam Buku Besar per akun atau kode rekening.
Tahap keempat menyusun Neraca Saldo. Pada tanggal tertentu (misal
akhir periode), saldo dari setiap akun atau kode rekening dari Buku
Besar diikhtisarkan atau dirangkum dalam Neraca Saldo.
Tahap kelima menjurnal dan memposting jurnal penyesuaian untuk
transaksi
pembayaran
dimuka/pendapatan
diterima
dimuka
(prepayment) atau transaksi yang masih harus dibayar/yang masih
harus diterima (accrual).
Tahap keenam menyusun Neraca Saldo Disesuaikan.
Tahap ketujuh menyusun laporan keuangan.
Tahap kedelapan menjurnal dan dan memposting ayat jurnal
penutup.
Tahap kesembilan menyusun neraca saldo setelah penutupan.
Langkah-langkah optional jika worksheet disusun, maka tahap ke-4,
ke-5, dan ke-6 dimasukkan dalam worksheet. Jika ayat jurnal
pembalik (revershing entry) disusun, maka ayat jurnal pembalik akan
terjadi antara tahap 9 dan 1. Ayat jurnal koreksi, bila ada, seharusnya
dibukukan sebelum ayat jurnal penutup.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
38
2. Penjelasan Tahapan Siklus Akuntansi
a. Analisis Transaksi
Yang dimaksud dengan transaksi adalah peristiwa-peristiwa
ekonomi dari suatu entitas yang tercatat. Tujuan dari analisis
transaksi adalah pertama untuk mengidentifikasikan jenis-jenis
akun yang terkait, dan kemudian untuk menentukan apakah
dibutuhkan debit atau kredit pada akun tersebut. Dengan
melakukan analisis ini sebelum membuat ayat jurnal akan sangat
membantu
dalam
memahami
ayat-ayat
jurnal
baik
yang
sederhana maupun yang rumit.
Urutan peristiwa didalam proses pencatatan dimulai dengan
transaksi. Bukti transaksi adalah berupa dokumen-dokumen
sumber,
misalnya
surat
ketetapan
pajak/retribusi
daerah
(SKPD/SKRD), tanda bukti penerimaan (TBP), dll. Bukti ini akan
dianalisis untuk menentukan pengaruh transaksi pada akun-akun
tertentu. Dengan demikian, dalam menganalisis transaksi juga
dilakukan identifikasi dokumen sumber yang akan digunakan
sebagai dasar pencatatan transaksi keuangan ke dalam Jurnal.
Ilustrasi:
Ada transaksi penetapan SKPD untuk Pajak Bumi dan Bangunan.
Bukti
transaksi
adalah
SKPD-PBB.
Ditetapkan
sebesar
Rp300.000,00 untuk periode 20xx. Maka analisis yang dihasilkan
adalah sebagai berikut: dengan adanya penetapan SKPD untuk
PBB maka akan berpengaruh pada bertambahnya aset entitas
yaitu akun PIUTANG di sisi debit, dan juga bertambahnya akun
PENDAPATAN LO di sisi kredit. Bertambahnya akun piutang disisi
kiri (aset), dan bertambahnya pendapatan di sisi kredit yang
berarti bertambahnya ekuitas, dalam jumlah yang sama di sisi
debit dan di sisi kredit, membuat persamaan akuntansi ini selalu
seimbang.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
39
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS
Piutang
(+) 50 juta
Pendapatan
(+) 50 juta
Debit
Kredit
b. Jurnal
Jurnal merupakan catatan kronologis dan sistematis atas seluruh
transaksi keuangan sebuah entitas. Dalam melakukan pencatatan
transaksi ke dalam jurnal digunakan metode double-entry dimana
setiap transaksi akan dicatat di sisi debit dan sisi kredit.
Dalam penulisan jurnal, terdapat beberapa aturan yang telah
menjadi kesepakatan bersama dalam akuntansi, yaitu:
1) Jurnal
dicatat
secara
kronologis
berdasarkan
tanggal
terjadinya kejadian/transaksi keuangan
2) Akun yang berada di sisi debit dicatat terlebih dahulu daripada
akun yang berada di sisi kredit
3) Akun yang berada di sisi kredit dicatat menjorok ke kanan
4) Pencatatan dilakukan pada saat terjadinya kejadian/transaksi
keuangan.
Contoh format jurnal:
Tanggal
Nomor
Bukti
Kode
Rekening
Uraian
Debit
Kredit
Ada dua basis yang akan digunakan dalam pencatatan akuntansi
di Pemerintah Daerah yaitu basis akrual dan basis kas. Dengan
demikian, akan terdapat 2 (dua) jenis jurnal untuk melakukan
pencatatan atas transaksi-transaksi dalam sistem akuntansi
pemerintah daerah. Pertama adalah jurnal yang akan mencatat
transaksi-transaksi secara akrual khususnya transaksi terkait
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
40
akun neraca dan laporan operasional. Untuk selanjutnya jurnal
jenis ini akan disebut Jurnal LO dan Neraca.
Kedua adalah jurnal yang akan mencatat transaksi-transaksi yang
merupakan realisasi anggaran berdasarkan basis kas. Jurnal ini
melengkapi jurnal LO ketika suatu transaksi yang dicatat
merupakan transaksi realisasi anggaran (LRA) dan terdapat aliran
kas masuk (pendapatan dan penerimaan pembiayaan) dan aliran
kas keluar (belanja, transfer, dan pengeluaran pembiayaan).
Untuk selanjutnya jurnal jenis ini akan disebut Jurnal LRA.
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pencatatan
transaksi Jurnal LO dan Neraca serta Jurnal LRA.
1) Jurnal LO dan Neraca
Jurnal
LO
dan
Neraca
digunakan
untuk
mencatat
kejadian/transaksi keuangan terkait Aset, Kewajiban, Ekuitas,
Pendapatan-LO, dan Beban. Jurnal LO dan Neraca ini akan
menghasilkan Laporan Operasional (LO) dan Neraca.
Contoh pencatatan transaksi dengan Jurnal LO:
a) Pengakuan Pendapatan Berdasarkan Penetapan Pengakuan
Hak Atas Pendapatan ketika dikeluarkan penetapan Surat
Ketetapan
Pajak
Daerah
(SKPD)-PBB
sebesar
Rp50.000.000,00
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS
Piutang
(+) 50 juta
debit
Pendapatan
(+) 50 juta
kredit
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
41
Nomor
Bukti
Tanggal
Kode
Rekening
12-Jan-13
1.1.3.01.15
Uraian
Debit
Piutang PBB
8.1.1.15.01
Kredit
50.000.000
Pendapatan PBB – LO
50.000.000
b) Membeli ATK untuk segera digunakan sebesar Rp 500.000,-
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS
Kas
(-) 500ribu
Beban
(+) 500ribu
kredit
debit
Nomor
Bukti
Tanggal
Kode
Rekening
12-Jan-13
9.1.2.01.01
Uraian
Debit
Beban Persediaan ATK
1.1.1.03.01
Kredit
500.000
Kas
di
Bendahara
Pengeluaran
500.000
2) Jurnal Anggaran
Jurnal
Anggaran
adalah
langkah
opsional.
Pemda
bisa
menetapkan kebijakan akuntansi untuk mencatat transaksi
penetapan anggaran atau tidak melakukannya.
Jika
melaksanakan
akuntansi
anggaran,
masing-masing
entitas akan melakukan penjurnalan atas anggaran yang telah
ditetapkan. Penjurnalan atas anggaran tersebut dilakukan
dengan mencatat akun Estimasi Pendapatan dan Estimasi
Penerimaan
anggarannya,
Pengeluaran
anggarannya,
Pembiayaan
akun
sisi
Apropriasi
Pembiayaan
dan
di
akun
di
debit
Belanja
sisi
dan
kredit
Estimasi
sebesar
nilai
Apropriasi
sebesar
nilai
Perubahan
SAL
pencatatannya akan menjadi penyeimbang sisi debit dan sisi
kredit. Apabila anggaran surplus, maka Estimasi Perubahan
SAL akan dicatat di sisi kredit. Namun, apabila anggaran
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
42
defisit, maka Estimasi Perubahan SAL akan dicatat di sisi
debit.
Contoh pencatatan anggaran surplus:
Dalam APBD 2013 Pemerintah Kabupaten Gemah Ripah
diketahui bahwa anggaran pendapatan Rp500.000.000,00
penerimaan pembiayaan Rp200.000.000,00, belanja sebesar
Rp400.000.000,00
dan
pengeluaran
pembiayaan
sebesar
Rp200.000.000,00.
Tanggal
Nomor
Bukti
01-Jan-13
Kode
Rekening
Uraian
Debit
0.1.1.00.00 Estimasi Pendapatan
500.000.000
0.1.2.00.00 Estimasi Penerimaan
Pembiayaan
0.0.0.00.00
Perubahan SAL
200.000.000
Kredit
100.000.000
0.1.3.00.00
Aprosiasi Belanja
400.000.000
0.1.4.00.00
Apropriasi Pengeluaran
Pembiayaan
200.000.000
Contoh pencatatan anggaran defisit:
SKPD Dinas Perindustrian Pemerintah Daerah Gemah Ripah
menganggarkan pendapatannya sebesar Rp40.000.000,00 dan
menganggarkan belanjanya sebesar Rp50.000.000,00.
Tanggal
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
01-Jan-13
Debit
0.1.1.00.00
Estimasi Pendapatan
40.000.000
0.0.0.00.00
Perubahan SAL
10.000.000
0.1.3.00.00
Pencatatan
Uraian
atas
Apropriasi Belanja
anggaran
ini
Kredit
50.000.000
dilakukan
setelah
APBD/Perubahan APBD ditetapkan. Jika terjadi perubahan
anggaran maka dilakukan pencatatan dengan jurnal yang
sama dengan diatas dengan nilai sebesar selisih antara
perubahan APBD dengan anggaran murni.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
43
3) Jurnal LRA
Jurnal LRA merupakan jurnal berbasis kas. Jurnal LRA
digunakan untuk mengakui adanya realisasi anggaran atas
Pendapatan-LRA, Penerimaan Pembiayaan, Belanja, Transfer
dan Pengeluaran Pembiayaan. Jurnal LRA ini nantinya akan
menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA), dan Laporan
Perubahan SAL. Jurnal LRA ini digunakan untuk menjurnal
realisasi anggaran selama periode berjalan.
Selama periode berjalan, sebuah transaksi akan dicatat
menggunakan jurnal LRA jika transaksi tersebut memenuhi
dua syarat berikut:
a) terdapat arus kas masuk atau arus kas keluar, dan
b) merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan.
Adanya realisasi anggaran, baik realisasi Pendapatan, realisasi
Penerimaan Pembiayaan, realisasi Belanja, maupun realisasi
Pengeluaran Pembiayaan akan mempengaruhi nilai Perubahan
SAL. Dengan demikian, setiap terjadi penjurnalaan atas
realisasi
anggaran,
maka
akun
lawannya
adalah
akun
Perubahan SAL.
Dengan adanya Jurnal LO dan Neraca serta Jurnal LRA, maka
setiap kali terjadi transaksi atau aktivitas keuangan, Fungsi
Akuntansi di setiap entitas harus mencatatatnya sehingga
dapat memenuhi kebutuhan informasi untuk menyusun LO,
Neraca, dan LRA. Berikut beberapa catatan penting ketika
hendak melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal:
a) Setiap transaksi atau aktivitas keuangan pasti dicatat
menggunakan Jurnal LO dan Neraca, kecuali pencatatan
realisasi anggaran hanya dilakukan menggunakan Jurnal
LRA.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
44
b) Apabila
suatu
transaksi
atau
aktivitas
keuangan
menyebabkan arus kas masuk atau arus kas keluar dan
merupakan realisasi anggaran bagi entitas bersangkutan,
maka selain dicatat menggunakan Jurnal LO dicatat juga
menggunakan Jurnal LRA.
c. Buku Besar
Proses klasifikasi transaksi dari jurnal ke buku besar dikenal
dengan istilah Posting. Buku besar adalah kumpulan catatan
transaksi per akun. Setiap akun memiliki satu buku besarnya
masing-masing sehingga jumlah buku besar yang dimiliki sebuah
entitas sama banyaknya dengan jumlah akun yang dimilikinya.
Buku besar dibuat dalam sebuah format tertentu dan dengan
aturan tertentu yang telah disepakati.
SKPD
Nama Rekening
Kode Rekening
Pagu APBD
Pagu perubahan APBD
Tanggal
Nomor
Kode
Bukti
Rekening
:
:
:
:
:
Uraian
Debit
Kredit
Tiap buku besar memuat informasi nama SKPD, nama rekening,
kode rekening, pagu APBD dan pagu perubahan APBD sebagai
kontrol, batas maksimal transaksi untuk masing-masing akun
tidak boleh melebihi pagu anggarannya terutama untuk pagu
anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan. Pada kolom
tanggal diisi dengan tanggal transaksi. Kolom Nomor Bukti diisi
dengan nomor bukti transaksi. Kolom uraian diisi dengan
informasi keterangan terkait transaksi. Kemudian di kolom debit
atau kredit diisi nilai nominal transaksi sesuai dengan jurnal.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
45
Kolom saldo diisi dengan akumulasi nilai transaksi-transaksi dari
akun terkait.
Sebelum melakukan posting, terlebih dahulu memasukkan semua
saldo awal untuk akun-akun Aset, Kewajiban dan Ekuitas yang
diperoleh dari Neraca Awal Tahun ke dalam buku besarnya
masing-masing. Ketika transaksi periode berjalan telah dimulai,
tiap transaksi yang telah dicatat dalam jurnal kemudian diposting
ke buku besar.
d. Neraca Saldo
Setelah selesai melakukan proses klasifikasi transaksi ke dalam
buku besar, tahap selanjutnya adalah menyusun neraca saldo.
Neraca saldo merupakan ikhtisar buku besar. PPK-SKPD dan PPKPPKD (dalam fungsi sebagai SKPD) melakukan rekapitulasi saldosaldo buku besar menjadi neraca saldo. Angka-angka saldo dari
semua akun buku besar dipindahkan ke kolom neraca saldo
dalam worksheet, sesuai dengan posisi debit atau kredit dalam
saldo di buku besar masing-masing.
Neraca saldo merupakan sebuah daftar yang memuat nama setiap
buku besar (kode rekening) dan saldonya pada tanggal tertentu.
Bagan berikut akan menggambarkan proses penyusunan neraca
saldo dari buku besar.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
46
SKPD
Nama Rekening
Kode Rekening
Pagu APBD
Pagu Perubahan APBD
Tanggal
1
1-Jan
9-Sep
31-Des
: SKPD R
: Kendaraan Dinas
1.3.02.04.01
: Rp 250.000.000
: Rp 350.000.000
Uraian
2
Ref
3
Saldo Awal
Pembelian Mobil Dinas
Debit (Rp)
4
Kredit (Rp)
5
250.000.000
Saldo (Rp)
6
125.000.000
375.000.000
375.000.000
SKPD R
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
No.
1
2
3
4
5
6
Kode Rek.
1.1.01.02.01
1.1.01.03.01
1.1.03.01.06
1.1.06.02.02
1.1.07.01.01
1.3.02.04.01
NS Stlh Penyesuaian
Debit
Kredit
0
22.000.000
0
27.000.000
150.000
375.000.000
Uraian
Kas di Bendahara Penerimaan
Kas di Bendahara Pengeluaran
Piutang pajak
Sewa Dibayar Dimuka
Persediaan ATK
Kendaraan
e. JURNAL PENYESUAIAN
Jurnal penyesuaian dibuat di akhir periode akuntansi agar
pendapatan dapat dicatat pada saat dihasilkan, dan beban diakui
pada saat terjadinya. Jurnal penyesuaian dibutuhkan untuk
memastikan
diterapkannya
prinsip
pengakuan
pendapatan
(revenue recognation principle) dan prinsip penandingan (matching
principle).
Meskipun
penandingan
ini
dalam
tidak
akuntansi
mendapat
pemerintah
penekanan
prinsip
sebagaimana
dipraktekkan dalam akuntansi komersial.
Jurnal penyesuaian memungkinkan pelaporan aset, kewajiban,
dan ekuitas yang tepat di Neraca, serta jumlah surplus/defisit
yang tepat di Laporan Operasional untuk periode berjalan.
Jenis-jenis jurnal penyesuaian. Ada 2 kelompok yaitu : beban
dibayar dimuka (prepayment) dan akrual.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
47
Pembayaran dimuka (prepayment) terdiri atas :
1) beban dibayar dimuka (prepaid expenses). Beban yang dibayar
dimuka secara tunai dan dicatat sebagai aset sebelum
digunakan atau dikonsumsi. Contoh : perlengkapan kantor,
asuransi, dan depresiasi.
2) Pendapatan diterima dimuka atau pendapatan yang belum
dihasilkan (unearned revenue). Uang tunai yang diterima dan
dicatat sebagai kewajiban sebelum pendapatannya dihasilkan.
Contoh: pendapatan pajak reklame, pendapatan sewa.
Akrual. Terdiri atas :
1) Akrual pendapatan (accrued revenues). Akrual pendapatan
pada dasarnya adalah piutang, yaitu pendapatan yang telah
dihasilkan namun belum diterima uangnya atau belum dicatat.
Contoh: piutang pajak.
2) Akrual beban (accrued expenses). Akrual beban pada dasarnya
adalah utang, yaitu beban yang telah terjadi namun belum
dibayarkan uangnya atau belum dicatat. Contoh: bunga untuk
utang, sewa, pajak, gaji atau honorarium.
f.
Menyusun Neraca Saldo Disesuaikan
Setelah semua jurnal penyesuaian dicatat dan diposting, Neraca
Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance) disusun
berdasarkan akun-akun buku besar. Tujuan dari Neraca Saldo
Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance) adalah membuktikan
kesamaan saldo total debit dan saldo total kredit di buku besar
setelah seluruh jurnal penyesuaian dibuat. Akun-akun yang
terdapat di Neraca Saldo Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial
Balance)
berisikan
seluruh
data
yang
dibutuhkan
untuk
menyusun laporan keuangan.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
48
g. Langkah Opsional Menyusun Neraca Lajur (WORKSHEET)
Langkah-langkah
opsional
jika
neraca
lajur
(WORKSHEET)
disusun, maka tahap d); e); dan f) dimasukkan dalam worksheet.
WORKSHEET
Neraca lajur (worksheet) merupakan alat bantu yang digunakan
dalam menyusun laporan keuangan. Langkah-langkah dalam
penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kertas kerja yang
dibuat terdiri atas : Neraca saldo, Jurnal Penyesuaian, Neraca
Saldo setelah Penyesuaian.
Format dokumen kertas kerja (worksheet) adalah sebagai berikut :
BAS
1
Uraian
2
Neraca
Saldo
Jurnal
Penye
suaian
Neraca
Saldo
setelah
Penye
suaian
Laporan
Realisasi
Anggaran
Laporan
Operasion
al
Neraca
D
K
D
K
D
K
D
K
D
K
D
K
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Keterangan : D = Debit; K = Kredit
h. Menyusun Laporan Keuangan
1) Laporan keuangan dapat disusun langsung dari Neraca Saldo
Setelah Penyesuaian (Adjusted Trial Balance).
Neraca Saldo setelah penyesuaian yang telah dihasilkan pada
tahapan
sebelumnya
menjadi
dasar
dalam
penyusunan
laporan keuangan entitas. Tiga laporan keuangan yang dapat
langsung dihasilkan dari Neraca Saldo setelah penyesuaian
adalah Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional
(LO) dan Neraca. LRA disusun dari Neraca Saldo setelah
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
49
penyesuaian kelompok kode rekening 4, 5, 6, dan 7. LO
disusun dari Neraca Saldo setelah penyesuaian kelompok kode
rekening 8 dan 9. Sementara Neraca disusun dari Neraca Saldo
setelah penyesuaian kelompok kode rekening 1, 2, dan 3.
Pengelompokan akun dalam penyusunan Laporan Keuangan
digambarkan sebagaimana pada tabel dibawah ini.
Laporan Keuangan
Kode Akun
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama Akun
Aset
Kewajiban
Ekuitas
Pendapatan - LRA
Belanja
Transfer
Pembiayaan
Pendapatan - LO
Beban
NERACA
LRA
LO
2) Penyusunan LRA
LRA disusun dengan cara memasukkan nilai saldo akun-akun
Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Total
Pendapatan-LRA dikurangi total Belanja dan Transfer akan
menghasilkan Surplus/Defisit-LRA. Kemudian Surplus/DefisitLRA ditambah dengan Penerimaan Pembiayaan dan dikurangi
dengan Pengeluaran Pembiayaan akan menghasilkan SiLPA
atau SiKPA.
Perlu diperhatikan bahwa dalam format LRA sebagaimana yang
diilustrasikan
dalam
SAP
berbasis
akrual
tidak
dirinci
berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu
berhati-hati
dalam
mengelompokkan
Pendapatan-LRA,
Belanja, Transfer, dan Pembiayaan. Berikut akan disajikan
contoh pengelompokan Belanja dari akun buku besar kedalam
format LRA.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
50
Potongan Neraca Saldo SKPD R - Bagian Belanja
Potongan LRA SKPD R - Bagian Belanja
SKPD R
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
No. Kode Rek.
Uraian
59 5.1.01.01.01 Belanja Gaji Pokok
60 5.1.01.01.02 Belanja Tunjangan Keluarga
61 5.1.01.01.03 Belanja Tunjangan Jabatan
62 5.1.02.01.01 Belanja ATK
63 5.1.02.09.01 Belanja Sewa Eskavator
64 5.1.02.11.02 Belanja Makan Minum Rapat
65 5.2.02.04.01 Belanja Modal Kendaraan Dinas
i.
Anggaran
NS Stlh Penyesuaian
Debit
Kredit
180.000.000
17.000.000
18.000.000
2.500.000
36.000.000
500.000
250.000.000
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Jumlah Belanja Operasi
BELANJA MODAL
Belanja Tanah
Belanja Peralatan dan Mesin
Belanja Gedung dan Bangunan
Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan
Belanja Aset Tetap lainnya
Belanja Aset lainnya
Jumlah Belanja Modal
JUMLAH BELANJA
Realisasi
215.000.000
39.000.000
254.000.000
0
250.000.000
0
0
0
0
250.000.000
504.000.000
Menjurnal dan Memposting Ayat Jurnal Penutup
Setelah membuat LRA, langkah selanjutnya adalah membuat
Jurnal Penutup LRA untuk menutup akun-akun terkait anggaran
(opsi bagi yang mencatat jurnal anggaran) dan realisasinya. Jurnal
penutup ini berfungsi untuk membuat saldo dari akun-akun
terkait anggaran (opsional) dan realisasinya menjadi nol pada
akhir periode setelah dilakukan penutupan. Cara menutup akunakun tersebut adalah dengan mencatatnya pada posisi lawannya
(kebalikan dari saldo normalnya). Akun Pendapatan-LRA yang
pada saat realisasi dijurnal pada sisi kredit, maka ketika ditutup
akan dicatat di sisi debit. Akun Belanja yang pada saat realisasi
dijurnal pada sisi debit, maka ketika ditutup akan dicatat di sisi
kredit. Begitu juga dengan akun Transfer, akun Penerimaan
Pembiayaan,
akun
Pengeluaran
Pendapatan, akun Apropriasi
Pembiayaan,
akun
Estimasi
Belanja dan akun Estimasi
Perubahan SAL. Jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit.
Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup LRA.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
51
1) Jurnal penutup untuk menutup pendapatan-LRA dan Belanja
ke Surplus/Defisit di SKPD/PPKD
Debit
Pendapatan Pajak-LRA
Pendapatan Retribusi-LRA
Kredit
800.000.000
15.000.000
Belanja
504.000.000
Surplus/Defisit LRA
311.000.000
815.000.000
815.000.000
2) Jurnal penutup untuk menutup akun penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan ke pembiayaan neto di PPKD
Debit
Penerimaan Pembiayaan
Kredit
200.000.000
Pengeluaran Pembiayaan
150.000.000
Pembiayaan Neto
50.000.000
200.000.000
200.000.000
3) Jurnal penutup untuk menutup Surplus/Defisit LRA dan
Pembiayaan Neto ke SiLPA
Debit
Surplus/Defisit LRA
Pembiayaan Neto
Kredit
311.000.000
50.000.000
SiLPA
361.000.000
361.000.000
361.000.000
4) Jurnal penutup untuk menutup SiLPA ke Perubahan SAL yang
merupakan bagian dari Ekuitas
Debit
SiLPA
Kredit
361.000.000
Perubahan SAL
361.000.000
361.000.000
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
361.000.000
52
5) Jurnal penutup untuk menutup Perubahan SAL ke Ekuitas
Debit
Ekuitas
Kredit
361.000.000
Perubahan SAL
361.000.000
361.000.000
361.000.000
6) Buku Besar akun sementara “ PERUBAHAN SAL”
Debit
Dari transaksi
Kredit
Saldo
504.000.000
361.000.000
800.000.000
pendapatan pajak
Dari transaksi
15.000.000
pendapatan retribusi
Dari transaksi belanja
(Dr)
Jurnal penutupan
361.000.000
NOL
Setelah melakukan penutupan atas akun-akun terkait anggaran
(opsional) dan realisasinya, maka akan diperoleh Neraca Saldo
setelah penutupan LRA dimana seluruh akun nominal akan
bersaldo NOL. Setelah jurnal penutup dilakukan posting ke buku
besar masing-masing. Saldo Ekuitas akan mencerminkan total
ekuitas yang dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan
pada saldo akhir SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi
dari Surplus/Defisit LO. Surplus/Defisit LRA dan Pembiayaan
Neto ditutup ke SiLPA yang kemudian akan ditutup ke Ekuitas
SAL. Sedangkan akun sementara “PERUBAHAN SAL” akan ditutup
ke “EKUITAS”. Proses penyusunan LRA yang telah dijabarkan
dapat dilihat dalam bagan berikut.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
53
Gambar 1
NERACA SALDO
Menutup Akunakun terkait
Anggaran dan
Realisasinya
L R A
JURNAL
PENUTUP
NERACA SALDO
setelah
PENUTUPAN LRA
j.
Penyusunan LO
LO disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok akun
Pendapatan-LO dan Beban ke dalam format LO. Total PendapatanLO
dikurangi
dengan
Surplus/Defisit-LO.
total
Beban
Surplus/Defisit-LO
akan
ini
menghasilkan
nantinya
akan
mempengaruhi nilai Ekuitas dalam Neraca.
Sama
seperti
format
LRA,
format
LO
sebagaimana
yang
diilustrasikan dalam SAP berbasis akrual juga tidak dirinci
berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu
berhati-hati dalam mengelompokkan Pendapatan-LO dan Beban.
Berikut akan disajikan contoh pengelompokkan Beban dari Neraca
Saldo ke format LO. LO disajikan dengan menyandingkan nilai
Pendapatan-LO dan Beban di tahun berjalan dengan tahun
sebelumnya.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
54
Potongan Neraca Saldo SKPD R - Bagian Beban
Potongan LO SKPD R - Bagian Beban
SKPD R
Neraca Saldo Setelah Penutupan LRA
Tahun n
No. Kode Rek.
104
105
106
107
108
109
9.1.01.01.01
9.1.01.01.02
9.1.01.01.03
9.1.02.01.01
9.1.02.02.30
9.1.02.02.38
NS Stlh Penyesuaian
Debit
Kredit
180.000.000
17.000.000
18.000.000
2.350.000
9.000.000
500.000
Uraian
Beban Gaji Pokok
Beban Tunjangan Keluarga
Beban Tunjangan Jabatan
Beban ATK
Beban Jasa Sewa Eskavator
Beban Makan Minum Rapat
BEBAN
Beban Pegawai
Beban Persedian
Beban Jasa
Beban Pemeliharaan
Beban Perjalanan Dinas
JUMLAH BEBAN
Tahun n-1
215.000.000
2.350.000
9.500.000
0
0
226.850.000
Setelah membuat LO, langkah selanjutnya adalah membuat
Jurnal
Penutup
LO
untuk
menutup
akun-akun
terkait
Pendapatan-LO dan Beban. Jurnal penutup ini berfungsi untuk
membuat saldo dari akun-akun Pendapatan-LO dan Beban
menjadi nol pada akhir periode setelah dilakukan jurnal penutup.
Cara menutup akun-akun tersebut adalah dengan mencatatnya
pada posisi lawannya (kebalikan dari saldo normalnya). Akun
Pendapatan-LO yang pada saat transaksi dijurnal pada sisi kredit,
maka ketika ditutup akan dicatat di sisi debit. Akun Beban yang
pada saat transaksi dijurnal pada sisi debit, maka ketika ditutup
akan dicatat di sisi kredit. Selisih dari Pendapatan-LO dan Beban
akan dimasukkan ke akun Surplus/Defisit-LO.
Jika
Pendapatan-LO
lebih
besar
daripada
Beban,
maka
Surplus/Defisit LO akan berada di sisi kredit. Namun, jika Beban
lebih besar daripada Pendapatan-LO, maka Surplus/Defisit-LO
akan berada di sisi debit. Jumlah sisi debit harus sama dengan
sisi kredit. Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup LO
untuk SKPD.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
55
Debit
Pendapatan Pajak-LO
Kredit
1.200.000.000
Pendapatan Retribusi-LO
15.000.000
Beban
540.000.000
Surplus/Defisit-LO
675.000.000
1.215.000.000
1.215.000.000
Setelah melakukan penutupan atas akun-akun Pendapatan-LO
dan Beban, maka seluruh akun nominal
akan bersaldo NOL
setelah jurnal penutup dilakukan posting ke buku besar masingmasing. Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang
dibentuk dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo
akhir SAL dan dari transaksi akrual yang diakumulasi dari
Surplus/Defisit LO. Proses penyusunan LO yang telah dijabarkan
dapat dilihat dalam bagan berikut.
Gambar 2
NERACA SALDO
setelah
PENUTUPAN LRA
Menutup
Pendapatan LO dan
Beban ke
Surplus/Defisit LO
L O
JURNAL
PENUTUP
NERACA SALDO
setelah
PENUTUPAN LO
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
56
k. Penyusunan Neraca
Neraca disusun dengan cara memasukkan nilai saldo kelompok
akun Aset, Kewajiban, dan Ekuitas ke dalam format Neraca. Total
Aset harus sama dengan total Kewajiban ditambah dengan
Ekuitas. Surplus/Defisit-LO akan menambah Ekuitas jika nilainya
positif (surplus) dan akan mengurangi Ekuitas jika nilainya negatif
(defisit).
Saldo Ekuitas akan mencerminkan total ekuitas yang dibentuk
dari transaksi kas yang diakumulasikan pada saldo akhir SAL dan
dari transaksi akrual yang diakumulasi dari Surplus/Defisit LO.
Sama seperti format LRA dan LO, format Neraca sebagaimana
yang diilustrasikan dalam SAP berbasis akrual juga tidak dirinci
berdasarkan kode rekening per rincian obyek sehingga perlu
berhati-hati
dalam
mengelompokkan
Aset,
Kewajiban,
dan
Ekuitas. Berikut akan disajikan contoh pengelompokkan Aset
Tetap dari Neraca Saldo ke format Neraca. Neraca disajikan
dengan menyandingkan nilai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas per
akhir periode berjalan dengan periode sebelumnya.
Potongan Neraca Saldo SKPD R - Bagian Aset Tetap
Potongan Neraca SKPD R - Bagian Aset Tetap
SKPD R
Neraca Saldo Setelah Penutupan LO
Tahun n
No.
18
19
20
21
22
23
Kode Rek.
1.3.1.11.04
1.3.1.11.05
1.3.2.04.01
1.3.2.04.02
1.3.2.16.02
1.3.2.16.02
Uraian
Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/Jasa
Tanah Kosong
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan
Kendaraan Bermotor Penumpang
Komputer Unit/Jaringan
Personal Komputer
Debit
1.300.000.000
2.000.000.000
150.000.000
500.000.000
50.000.000
150.000.000
Kredit
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi, dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
Tahun n-1
3.300.000.000
850.000.000
2.350.000.000
0
0
0
(500.000.000)
6.000.000.000
Setelah membuat Neraca, langkah selanjutnya adalah membuat
Jurnal Penutup Akhir untuk menutup Surplus/Defisit-LO. Jurnal
Penutup
Akhir
ini
berfungsi
untuk
memasukkan
unsur
Surplus/Defisit-LO ke dalam Ekuitas.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
57
Cara menutup akun-akun tersebut adalah dengan mencatatnya
pada posisi lawannya. Akun Surplus/Defisit-LO jika saat Jurnal
Penutup LO ada di sisi debit, maka ketika Penutup Akhir dicatat di
sisi kredit. Sementara itu, jika akun Surplus/Defisit-LO saat
Jurnal Penutup LO ada di sisi kredit, maka ketika Penutup Akhir
dicatat di sisi debit. Untuk penyeimbang sisi debit dan kredit
Jurnal Penutup Akhir adalah akun Ekuitas. Jumlah sisi debit
harus sama dengan sisi kredit.
Berikut akan disajikan contoh Jurnal Penutup Akhir untuk SKPD.
Debit
Surplus/Defisit-LO
Kredit
675.000.000
Ekuitas
675.000.000
675.000.000
675.000.000
Setelah melakukan penutupan atas Surplus/Defisit-LO, maka
akan diperoleh Neraca Saldo Akhir dimana tidak terdapat lagi
akun Surplus/Defisit-LO karena sudah masuk ke dalam nilai
Ekuitas. Proses penyusunan Neraca yang telah dijabarkan dapat
dilihat dalam bagan berikut.
Gambar 3
NERACA SALDO
setelah
PENUTUPAN LO
Menutup
Surplus/Defisit LO
ke Ekuitas
NERACA
JURNAL
PENUTUP
NERACA
AWAL
TAHUN
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
58
Ini contoh posting ke Buku Besar Ekuitas setelah jurnal
penutupan LO.
Buku Besar Ekuitas
Debit
Dari jurnal penutupan LRA-
Kredit
Saldo
361.000.000
Perubahan SAL
Dari jurnal penutupan LRA-
361.000.000
S/D dan Silpa
Dari Jurnal penutup LO
675.000.000
675.000.000
(CR)
Dengan melihat buku besar Ekuitas ini dapat dijelaskan bahwa
Ekuitas
Pememerintah
Daerah
sebesar
Rp675.000.000,00
dibentuk dari transaksi kas yang berasal dari saldo akhir SAL
sebesar Rp361.000.000,00 dan dari transaksi akrual murni
sebesar Rp341.000.000,00 sehingga total saldo Ekuitas adalah
sebesar Rp675.000.000,00
l.
Penyusunan LPE
LPE disusun dengan cara memasukkan nilai awal Ekuitas yang
diperoleh dari Neraca Awal
Tahun
ke dalam format
LPE,
diakumulasi dengan Surplus/Defisit-LO tahun berjalan, Dampak
Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar sehingga
menghasilkan Ekuitas Akhir. Nilai Ekuitas Akhir yang ada di LPE
harus sama dengan nilai Ekuitas yang ada di Neraca. LPE
disajikan dengan menyandingkan nilai perubahan Ekuitas tahun
berjalan dan tahun sebelumnya.
m. Penyusunan Laporan Perubahan SAL
Laporan Perubahan SAL disusun dengan cara memasukkan nilai
SAL
awal
tahun
yang
merupakan
nilai
SAL
akhir
tahun
sebelumnya ke dalam format Laporan Perubahan SAL dikurangi
dengan Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
59
Berjalan.
Hasilnya
SiLPA/SiKPA
tahun
kemudian
berjalan
diakumulasikan
yang
diperoleh
dari
dengan
LRA,
diakumulasikan dengan Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun
Sebelumnya serta lain-lain yang mempengaruhi nilai SAL sehingga
akan diperoleh nilai SAL akhir.
n. Penyusunan LAK
LAK disusun dengan mengklasifikasikan arus kas masuk dan arus
kas keluar ke dalam kategori aktivitas operasi, aktivitas investasi,
aktivitas pendanaan, dan aktiviats transitoris. Informasi terkait
arus kas masuk dan arus kas keluar dapat diperoleh dari LRA
karena LRA disusun berdasarkan arus kas masuk dan keluar.
Selain itu, informasi kas masuk dan keluar bisa juga diambil dari
catatan BKU bendahara.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
60
BAB III
LAPORAN KEUANGAN
A. Definisi
Berdasarkan PSAP 1 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010,
laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas.
1. Tujuan umum
Tujuan umum laporan keuangan adalah :
a. menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,
b. realisasi anggaran,
c. saldo anggaran lebih,
d. arus kas,
e. hasil operasi, dan
f.
perubahan ekuitas suatu entitas yang bermanfaat bagi para
pengguna
dalam
membuat
dan
mengevaluasi
keputusan
mengenai alokasi sumber daya.
Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah
untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan
keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
2. Laporan keuangan terdiri dari:
a. laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan
b. laporan finansial.
1) Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari :
(a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan
(b) Laporan Perubahan SAL.
2) Sementara itu, laporan finansial terdiri dari :
(a) Neraca,
(b) Laporan Operasional (LO),
(c) Laporan Arus Kas (LAK),
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
61
(d) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan
(e) Catatan atas Laporan Keuangan.
Perlu digaris bawahi bahwa untuk Laporan Perubahan SAL dan
Laporan
Arus
Kas
(LAK)
hanya
disajikan
oleh
entitas
yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dalam hal ini Pemerintah
daerah sebagai entitas pelaporan. Laporan keuangan disajikan
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam setiap laporan
keuangan harus diidentifikasikan secara jelas, dan jika dianggap
perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi berikut:
a. nama entitas atau sarana identifikasi lainnya;
b. cakupan entitas;
c. periode yang dicakup;
d. mata uang pelaporan; dan
e. satuan angka yang digunakan.
B. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan laporan pelaksanaan
anggaran yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya dalam satu periode pelaporan. Informasi yang terdapat
dalam LRA berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan
mengenai
alokasi
sumber-sumber
daya
ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas terhadap anggaran.
Dari LRA juga dapat dilihat tingkat penyerapan anggaran entitas yang
dapat menjadi salah satu indikator produktivitas atau kinerja entitas.
LRA disusun dan disajikan dengan menggunakan basis kas.
Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang
ditetapkan dalam dokumen anggaran.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
62
Format dasar dari sebuah Laporan Realisasi Anggaran adalah sebagai
berikut:
Anggaran
Realisasi
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
(xxx)
(xxx)
Surplus/Defisit – LRA
xxx
xxx
Penerimaan Pembiayaan
xxx
xxx
xxx
xxx
(xxx)
(xxx)
xxx
xxx
Pendapatan – LRA
Belanja
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan
Keuangan(Transfer)
Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Neto
SiLPA/SiKPA
C. LAPORAN OPERASIONAL
Laporan Operasional menyajikan informasi keuangan terkait dengan
kegiatan
operasional
entitas.
Pengguna
laporan
keuangan
dapat
menggunakan Laporan Operasional untuk memperoleh informasi:
1. mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh entitas untuk
menjalankan pelayanan;
2. mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja entitas dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi;
3. yang
berguna
dalam
memprediksi
pendapatan-LO
yang
akan
diterima untuk mendanai kegiatan entitas dalam periode mendatang
dengan cara menyajikan laporan secara komparatif; dan
4. mengenai
penurunan
ekuitas
(bila
defisit
operasional),
dan
peningkatan ekuitas (bila surplus operasional).
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
63
Format dasar dari sebuah Laporan Operasional adalah sebagai berikut:
Tahun n
Tahun n-1
Pendapatan
xxx
xxx
Beban
(xxx)
(xxx)
Surplus/defisit dari operasi
xxx
xxx
xxx
xxx
Surplus/defisit sebelum pos luar biasa
xxx
xxx
Pos Luar Biasa
xxx
xxx
Surplus/Defisit-LO
xxx
xxx
Kegiatan Operasional
Kegiatan Non-Operasional
Surplus/defisit dari kegiatan non
operasional
Berikut adalah format LO SKPD, LO PPKD, serta LO Pemerintah
Provinsi, dan LO Pemerintah Kabupaten/Kota yang diberikan oleh
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013 :
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
64
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
SKPD
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
NO
1
2
3
4
5
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Lain-lain PAD yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN ASLI DAERAH (4 s.d 7)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Pegawai
Beban Barang/ Jasa
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penysutan
Beban Lain-lain
JUMLAH BEBAN (12 s.d 19)
SURPLUS/ DEFISIT - LO (8 – 20)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
URAIAN
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
65
PEMERINTAH PROVINSI............
PPKD
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
URAIAN
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 6)
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana
Perimbangan (11 s.d 14)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s.d 19)
JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (15+20)
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain0lain Pendapatan yang Sah (23 s.d 24)
JUMLAH PENDAPATAN (7+21+27)
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi (32 s.d 35)
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil pajak
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (39 s.d 42)
JUMLAH BEBAN (36+43)
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
%
SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (28 – 44)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
66
(Dalam Rupiah)
NO
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
JUMLAH POS LUAR BIASA (66+70)
xxx
xxx
xxx
xx
SURPLUS/ DEFISIT- LO (61 + 72)
xxx
xxx
xxx
xx
URAIAN
SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
SURPLUS NON OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Non lancer
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Surplus Non Operasional (49 s.d 51)
DEFISIT NON OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Defisit Non Operasional (55 s.d 57)
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (52 +58)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA
(46+60)
POS LUAR BIASA
PENDAPATAN LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa
Jumlah Pendapatan Luar Biasa (65)
BEBAN LUAR BIASA
Beban Luar Biasa
Jumlah beban Luar Biasa (69)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
67
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA................
PPKD
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO
1
2
3
4
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
URAIAN
(Dalam Rupiah)
KENAIKAN/
%
PENURUNAN
20X1
20X0
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
JUMLAH PENDAPATAN (8+27+33)
xxx
xxx
xx
xxx
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi (39 S.D 42)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 7)
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan
(12 s.d 15)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana Penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (19 s.d 20)
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi
(24 s.d 25)
PENDAPATAN TRANSFER (16+21+26)
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (30 s.d 32)
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil pajak
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (46 S.D 49)
JUMLAH BEBAN (43+50)
SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (35 – 51)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
68
(Dalam Rupiah)
NO
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
JUMLAH POS LUAR BIASA (72 s.d 76)
xxx
xxx
xxx
xx
SURPLUS/ DEFISIT- LO (67 + 78)
xxx
xxx
xxx
xx
URAIAN
SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
SURPLUS NON OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Non lancer
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Surplus Non Operasional (55 s.d 57)
DEFISIT NON OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Defisit Non Operasional (61 s.d 63)
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (58 +64)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA
(52+66)
POS LUAR BIASA
PENDAPATAN LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa
Jumlah Pendapatan Luar Biasa (71)
BEBAN LUAR BIASA
Beban Luar Biasa
Jumlah beban Luar Biasa (75)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
69
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
URAIAN
KEGIATAN OPERASIONAL
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s.d 7)
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA
PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana
Perimbangan (12 s.d 15)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (19 s.d 20)
JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (16+21)
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain0lain Pendapatan yang Sah (26 s.d 27)
JUMLAH PENDAPATAN (8+22+28)
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi (34 s.d 37)
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil pajak
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (41 s.d 44)
JUMLAH BEBAN (38+45)
SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (30 – 46)
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
70
(Dalam Rupiah)
NO
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
20X1
20X0
KENAIKAN/
PENURUNAN
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
JUMLAH POS LUAR BIASA (68+72)
xxx
xxx
xxx
xx
SURPLUS/ DEFISIT- LO (63 + 74)
xxx
xxx
xxx
xx
URAIAN
SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
SURPLUS NON OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Non lancer
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Surplus Non Operasional (51 s.d 53)
DEFISIT NON OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Defisit Non Operasional (57 s.d 59)
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (54 +60)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA
(48+62)
POS LUAR BIASA
PENDAPATAN LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa
Jumlah Pendapatan Luar Biasa (67)
BEBAN LUAR BIASA
Beban Luar Biasa
Jumlah beban Luar Biasa (71)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
%
71
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Anggaran
20x1
Realisasi
20x1
(%)
Realisasi
20x0
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
JUMLAH PENDAPATAN (7+26+32)
xxx
xxx
xx
xxx
BEBAN
BEBAN OPERASI
Beban Pegawai
Beban Barang/ Jasa
Beban Bunga
Beban Subsidi
Beban Hibah
Beban Bantuan Sosial
Beban Penysutan
Beban Lain-lain
Jumlah Beban Operasi (38 s.d 45)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
URAIAN
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan Daerah yang
dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s.d 6)
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana
Perimbangan (11 s.d 14)
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-LAINNYA
Dana Otonomi Khusus
Dana penyesuaian
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat –
Lainnya (18 s.d 19)
TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi
(23 s.d 24)
JUMLAH PENDAPATAN TRANSFER (15+20+25)
LAIN-LAIN PENDPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s.d 31)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
72
(Dalam Rupiah)
NO
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
Anggaran
20x1
Realisasi
20x1
(%)
Realisasi
20x0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
SURPLUS/ DEFISIT DARI OPERASI (34 – 52)
xxx
xxx
xx
xxx
SURPLUS/ DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
SURPLUS NON OPERASIONAL
Surplus Penjualan Aset Non lancar
Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Surplus Non Operasional (58 s.d 60)
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xx
xx
xxx
xxx
JUMLAH POS LUAR BIASA (75+79)
xxx
xxx
xx
xxx
SURPLUS/ DEFISIT- LO (70 + 81)
xxx
xxx
xx
xxx
URAIAN
BEBAN TRANSFER
Beban Transfer Bagi Hasil pajak
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
Beban Transfer Keuangan Lainnya
Jumlah Beban Transfer (48 s.d 50)
JUMLAH BEBAN (46+51)
DEFISIT NON OPERASIONAL
Defisit Penjualan Aset Nonlancar
Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang
Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya
Jumlah Defisit Non Operasional (64 s.d 66)
JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (61 +67)
SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA
(54+69)
POS LUAR BIASA
PENDAPATAN LUAR BIASA
Pendapatan Luar Biasa
Jumlah Pendapatan Luar Biasa (74)
BEBAN LUAR BIASA
Beban Luar Biasa
Jumlah beban Luar Biasa (78)
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
73
D. NERACA
Sebuah
neraca
menggambarkan
posisi
keuangan
suatu
entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Neraca dapat ditampilkan dalam format T-account atau I-coloum sebagai
berikut:
Format Neraca T-account:
Aset
Jumlah Aset
xxx
xxx
Kewajiban
xxx
Ekuitas
xxx
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
xxx
Format Neraca I-coloum:
Tahun n
Tahun n-1
Aset Lancar
xxx
xxx
Aset Non Lancar
xxx
xxx
Jumlah Aset
xxx
xxx
Kewajiban Jangka Pendek
xxx
xxx
Kewajiban Jangka Panjang
xxx
xxx
Jumlah Kewajiban
xxx
xxx
____
xxx
xxx
____
xxx
xxx
Jumlah Ekuitas
xxx
xxx
Jumlah Kewajiban dan EKuitas
xxx
xxx
ASET
KEWAJIBAN
EKUITAS
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
74
Berikut adalah format Neraca SKPD, Neraca PPKD, serta Neraca
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang diberikan oleh Permendagri
No.64 tahun 2013 :
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
SKPD
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No.
Uraian
1 ASET
2
3
ASET LANCAR
4
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
5
Piutang Pajak Daerah
6
7
Piutang Retribusi Daerah
8
Penyisihan Piutang
9
Belanja di Bayar di muka
10
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
11
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian
12
Piutang Lainnya
13
Persediaan
Jumlah Aset Lancar
14
15
ASET TETAP
16
Tanah
17
Peralatan dan Mesin
18
19
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
20
21
Aset Tetap Lainnya
22
Konstruksi Dalam Pengerjaan
23
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
24
25
26
ASET LAINNYA
27
Tagihan Penjualan Angsuran
28
Tuntutan Ganti Kerugian
29
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
30
Aset Tak Berwujud
31
Aset Lain-lain
32
Jumlah Aset Lainnya
33
34
JUMLAH ASET
35
36 KEWAJIBAN
37
38
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
39
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
40
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Belanja
41
Utang Jangka Pendek Lainnya
42
43
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
44
JUMLAH KEWAJIBAN
45
46 EKUITAS
47
48
EKUITAS
49
Ekuitas
50
RK RKPPKD
51
JUMLAH EKUITAS
52
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
53
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
75
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
PPKD
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No.
Uraian
1 ASET
2
ASET LANCAR
3
Kas di Kas Daerah
Investasi Jangka Pendek
4
Penyisihan Piutang
5
6
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara
7
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
8
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
9
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
10
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
11
Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi
12
Piutang Lainnya
13
RK SKPD ……
Jumlah Aset Lancar
14
15
INVESTASI JANGKA PANJANG
16
Investasi Nonpermanen
17
Pinjaman Jangka Panjang
18
Investasi dalam Surat Utang Negara
19
20
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Investasi Nonpermanen Lainnya
21
Jumlah Investasi Nonpermanen
22
23
Investasi Permanen
24
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
25
Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi Permanen
26
Jumlah Investasi Jangka Panjang
27
28
29
DANA CADANGAN
30
Dana Cadangan
31
Jumlah Dana Cadangan
32
33
ASET LAINNYA
34
Tagihan Jangka Panjang
35
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
36
Aset Tidak Berwujud
37
Aset Lain-laim
38
Jumlah Aset Lainnya
39
JUMLAH ASET
40
41
42 KEWAJIBAN
43
44
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
45
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
46
Utang Bunga
47
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
48
49
Utang Jangka Pendek Lainnya
50
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
51
52
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan
53
Utang Dalam Negeri - Obligasi
54
Premium (Diskonto) Obligasi
55
Utang Jangka Panjang Lainnya
56
57
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
58
59
JUMLAH KEWAJIBAN
60
61 EKUITAS
62
63
EKUITAS
64
Ekuitas
65
Jumlah Ekuitas
66
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
67
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
76
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
Uraian
20X1
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran
Tuntutan Ganti Rugi
Kemitraan dengan Pihak Ketiga
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-laim
Jumlah Aset Lainnya
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Investasi Jangka Pendek
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Penyisihan Piutang
Belanja Dibayar Dimuka
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran
Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang Lainnya
Persediaan
Jumlah Aset Lancar
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
Pinjaman Jangka Panjang
Investasi dalam Surat Utang Negara
Investasi dalam Proyek Pembangunan
Investasi Nonpermanen Lainnya
Jumlah Investasi Nonpermanen
Investasi Permanen
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Investasi Permanen Lainnya
Jumlah Investasi Permanen
Jumlah Investasi Jangka Panjang
JUMLAH ASET
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
Utang Bunga
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pendapatan Diterima Dimuka
Utang Belanja
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan
Utang Dalam Negeri - Obligasi
Premium (Diskonto) Obligasi
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN
EKUITAS
Ekuitas
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
77
E. LAPORAN PERUBAHAN SAL
Laporan
Perubahan
penurunan
SAL
SAL
tahun
menyajikan
pelaporan
informasi
dibandingkan
kenaikan
dengan
atau
tahun
sebelumnya. Berikut adalah format Laporan Perubahan SAL yang
diberikan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 :
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA......
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
URAIAN
Saldo Anggaran Lebih Awal
Penggunaan SAL sebagai Penerimaan
Pembiayaan Tahun Berjalan
Sub Total (1+2)
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran
(SiLPA/SiKPA)
Sub Total (3+5)
Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun
Sebelumnya
Lain-lain
Saldo Anggaran Lebih Akhir (6+8+9)
20X1
xxx
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
F. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Berikut adalah format Laporan Perubahan Ekuitas yang
diberikan oleh Permendagri Nomor 64 Tahun 2013:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
78
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA......
SKPD
LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO
1
2
3
4
5
6
7
URAIAN
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit-LO
Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar :
Koreksi Nilai Persediaan
Swelisish Revaluasi Aset Tetap
Lain-lain
Ekuitas Akhir
20X1
xxx
xxx
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA
PPKD
LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO
1
2
3
4
5
6
7
URAIAN
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit-LO
Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar :
Koreksi Nilai Persediaan
Swelisish Revaluasi Aset Tetap
Lain-lain
Ekuitas Akhir
20X1
xxx
xxx
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
PEMERINTAH PROVINSI/KABUAPTEN/KOTA
LAPORAN PERUB AHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
NO
1
2
3
4
5
6
7
URAIAN
Ekuitas Awal
Surplus/Defisit-LO
Dampak kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan
Mendasar :
Koreksi Nilai Persediaan
Swelisish Revaluasi Aset Tetap
Lain-lain
Ekuitas Akhir
20X1
xxx
xxx
20X0
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
79
G. LAPORAN ARUS KAS
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir
kas Pemerintah Daerah selama periode tertentu. Format dasar dari
sebuah Laporan Arus Kas adalah sebagai berikut:
Tahun n
Tahun n-1
Arus kas masuk
xxx
xxx
Arus kas keluar
(xxx)
(xxx)
Arus kas masuk
xxx
xxx
Arus kas keluar
(xxx)
(xxx)
Arus kas masuk
xxx
xxx
Arus kas keluar
(xxx)
(xxx)
Arus kas masuk
xxx
xxx
Arus kas keluar
(xxx)
(xxx)
Kenaikan/Penurunan kas
xxx
xxx
Saldo Awal
xxx
xxx
Saldo Akhir Kas
xxx
xxx
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
1. Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk kegiatan operasional entitas selama satu
periode akuntansi. Arus kas bersih aktivitas operasi merupakan
indikator yang menunjukkan kemampuan operasi entitas dalam
menghasilkan
kas
yang
cukup
untuk
membiayai
aktivitas
operasionalnya di masa yang akan datang tanpa mengandalkan
sumber pendanaan dari luar.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
80
a. Arus masuk kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari:
1) Penerimaan Perpajakan;
2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
3) Penerimaan Hibah;
4) Penerimaan Bagian Laba perusahaan negara/daerah dan
Investasi Lainnya;
5) Penerimaan Lain-lain/penerimaan dari pendapatan Luar
Biasa; dan
6) Penerimaan Transfer.
b. Arus keluar kas untuk aktivitas operasi terutama digunakan
untuk:
1) Pembayaran Pegawai;
2) Pembayaran Barang;
3) Pembayaran Bunga;
4) Pembayaran Subsidi;
5) Pembayaran Hibah;
6) Pembayaran Bantuan Sosial;
7) Pembayaran Lain-lain/Kejadian Luar Biasa; dan
8) Pembayaran Transfer.
2. Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta
investasi lainnya yang tidak termasuk dalam setara kas. Arus kas
dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pengeluaran
kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung
pelayanan pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan
datang.
a. Arus masuk kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
1) Penjualan Aset Tetap;
2) Penjualan Aset Lainnya;
3) Pencairan Dana Cadangan;
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
81
4) Penerimaan dari Divestasi; dan
5) Penjualan Investasi dalam bentuk Sekuritas.
b. Arus keluar kas dari aktivitas investasi terdiri dari:
1) Perolehan Aset Tetap;
2) Perolehan Aset Lainnya;
3) Pembentukan Dana Cadangan;
4) Penyertaan Modal Pemerintah; dan
5) Pembelian Investasi dalam bentuk Sekuritas.
3. Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka
panjang
dan/atau
pelunasan
utang
jangka
panjang
yang
mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang
jangka panjang dan utang jangka panjang. Arus kas dari aktivitas
pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas yang
berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka
panjang.
a. Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
1) Penerimaan utang luar negeri;
2) Penerimaan dari utang obligasi;
3) Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah;
dan
4) Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara.
b. Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan antara lain:
1) Pembayaran pokok utang luar negeri;
2) Pembayaran pokok utang obligasi;
3) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah
daerah; dan
4) Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan
negara.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
82
4. Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran
kas yang tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan. Arus kas dari aktivitas transitoris mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi
pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah.
Arus masuk kas dari aktivitas transitoris meliputi penerimaan PFK
dan penerimaan transitoris seperti kiriman uang masuk dan
penerimaan kembali uang persediaan dari bendahara pengeluaran.
Arus keluar kas dari aktivitas transitoris meliputi pengeluaran PFK
dan pengeluaran transitoris seperti kiriman uang keluar dan
pemberian uang persediaan kepada bendahara pengeluaran. PFK
menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong
dari Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk
pihak ketiga misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang
menggambarkan
mutasi
kas
antar
rekening
kas
umum
negara/daerah.
Berikut adalah format Laporan Laporan Arus Kas yang diberikan
oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013:
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
83
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
Uraian
No.
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Masuk Kas
3
Penerimaan Pajak Daerah
4
Penerimaan Retribusi Daerah
5
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
6
Penerimaan Lain-lain PAD yang sah
7
Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak
8
Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
9
Penerimaan Dana Alokasi Umum
10
Penerimaan Dana Alokasi Khusus
11
Penerimaan Dana Otonomi Khusus
12
Penerimaan Dana Penyesuaian
13
Penerimaan Hibah
14
Penerimaan Dana Darurat
15
Penerimaan Lainnya
16
Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa
17
Jumlah Arus Masuk Kas
18 Arus Keluar Kas
19
Pembayaran Pegawai
20
Pembayaran Barang
21
Pembayaran Bunga
22
Pembayaran Subsidi
23
Pembayaran Hibah
24
Pembayaran Bantuan Sosial
25
Pembayaran Tak Terduga
26
Pembayaran Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/ Kota
27
Pembayaran Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/ Kota
28
Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten Kota
29
Pembayaran Kejadian Luar Biasa
30
Jumlah Arus Keluar Kas
31
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi
33 Arus Masuk Kas
34
Pencairan Dana Cadangan
35
Penjualan atas Tanah
36
Penjualan atas Peralatan dan Mesin
37
Penjualan atas Gedung dan Bangunan
38
Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
39
Penjualan Aset Tetap
40
Penjualan Aset Lainnya
41
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
42
Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen
43
Jumlah Arus Masuk Kas
44 Arus Keluar Kas
45
Pembentukan Dana Cadangan
46
Perolehan Tanah
47
Perolehan Peralatan dan Mesin
48
Perolehan Gedung dan Bangunan
49
Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan
50
Perolehan Aset Tetap Lainnya
51
Perolehan Aset Lainnya
52
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
53
Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen
54
Jumlah Arus Keluar Kas
55
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
56 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
57 Arus Masuk Kas
58
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
59
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
60
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
61
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
62
Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
63
Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
64
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Modul
1Penerimaan
– Konsep
dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
65
Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
66
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
(Dalam Rupiah)
20X1
20X0
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
84
XXX
XXX
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
Perolehan Tanah
Perolehan Peralatan dan Mesin
Perolehan Gedung dan Bangunan
Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan
Perolehan Aset Tetap Lainnya
Perolehan Aset Lainnya
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen
Jumlah Arus Keluar Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus Masuk Kas
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Keluar Kas
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Keluar Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan
Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Keluar Kas
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Jumlah Arus Keluar Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris
Kenaikan/Penurunan Kas
Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
85
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
Uraian
No.
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Masuk Kas
3
Penerimaan Pajak Daerah
4
Penerimaan Retribusi Daerah
5
Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
6
Penerimaan Lain-lain PAD yang sah
7
Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak
8
Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam
9
Penerimaan Dana Alokasi Umum
10
Penerimaan Dana Alokasi Khusus
11
Penerimaan Dana Otonomi Khusus
12
Penerimaan Dana Penyesuaian
13
Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pajak
14
Penerimaan Bagi Hasil Lainnya
15
Penerimaan Hibah
16
Penerimaan Dana Darurat
17
Penerimaan Lainnya
18
Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa
19
Jumlah Arus Masuk Kas
20 Arus Keluar Kas
21
Pembayaran Pegawai
22
Pembayaran Barang
23
Pembayaran Bunga
24
Pembayaran Subsidi
25
Pembayaran Hibah
26
Pembayaran Bantuan Sosial
27
Pembayaran Tak Terduga
28
Pembayaran Bagi Hasil Pajak
29
Pembayaran Bagi Hasil Retribusi
30
Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
31
Pembayaran Kejadian Luar Biasa
32
Jumlah Arus Keluar Kas
33
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi
34 Arus Kas dari Aktivitas Investasi
35 Arus Masuk Kas
36
Pencairan Dana Cadangan
37
Penjualan atas Tanah
38
Penjualan atas Peralatan dan Mesin
39
Penjualan atas Gedung dan Bangunan
40
Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan
41
Penjualan Aset Tetap
42
Penjualan Aset Lainnya
43
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
44
Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen
45
Jumlah Arus Masuk Kas
46 Arus Keluar Kas
47
Pembentukan Dana Cadangan
48
Perolehan Tanah
49
Perolehan Peralatan dan Mesin
50
Perolehan Gedung dan Bangunan
51
Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan
52
Perolehan Aset Tetap Lainnya
53
Perolehan Aset Lainnya
54
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
55
Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen
56
Jumlah Arus Keluar Kas
57
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
58 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
59 Arus Masuk Kas
60
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
61
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
62
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
63
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
64
Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
65
Pinjaman
Dalamdan
NegeriSiklus
- LainnyaAkuntansi di Pemerintah
Modul
1
– Konsep
66
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
(Dalam Rupiah)
20X1
20X0
Daerah
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX 86
XXX
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
Perolehan Peralatan dan Mesin
Perolehan Gedung dan Bangunan
Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan
Perolehan Aset Tetap Lainnya
Perolehan Aset Lainnya
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen
Jumlah Arus Keluar Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Arus Masuk Kas
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Keluar Kas
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara
Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah
Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Arus Keluar Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan
Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
Arus Masuk Kas
Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
Jumlah Arus Masuk Kas
Arus Keluar Kas
Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Jumlah Arus Keluar Kas
Arus Kas Bersih dari Aktivitas transitoris
Kenaikan/Penurunan Kas
Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran
Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan
Saldo Akhir Kas
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
XXX
87
H. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan
setidaknya mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
2. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
3. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
4. Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
5. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada
lembar muka laporan keuangan;
6. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka
laporan
keuangan; dan
7. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
Modul 1 – Konsep dan Siklus Akuntansi di Pemerintah Daerah
88
Download