Oleh : Helena Claudia Putri, S.ked Siti Rahmah, S.Ked ABLASIO RETINA Pembimbing: dr. Kuswaya Waslan, Sp.M MODERN POWERPOINT PRESENTATION INFOGRAPHIC Pendahaluan Prevalensi 1 : 10.000 populasi Miop tinggi, afakia Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan oleh karena terpisahnya lapisan neuroretina dari lapisan epitel pigmen retina MIOPI pseudofakia trauma 55 % AFAKIA/PSUEDOFAKIA 40% TRAUMA 20% Anatomi Retina Retina merupakan selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan, dan multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliaris, dan akhirnya di tepi ora serrata. Anatomi Retina Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan membrana Bruch, koroid, dan sklera. Retina menpunyai tebal 0,1 mm Ditengah-tengah retina posterior terdapat makula Di tengah makula terdapat fovea Retina menerima darah dari 2 sumber: Arteri khoriokapilaria → memperdarahi 1/3 luar retina lapisan pleksiform luar dan lapisan nukleus luar,fotoreseptor dan lapisan epitel pigmen retina cabang –cabang dari arteri retina sentralis yang memperdarahi 2/3 dalam. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi luar ke dalam adalah sebagai berikut: 1. Epitelium pigmen retina 2. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut 3. Membrana limitans externa 4. Lapisan inti luar sel fotoreseptor , Ini terdiri dari inti dari batang dan kerucut 5. Lapisan pleksiformis luar 6. Lapisan inti dalam badan sel bipolar 7. Lapisan pleksiformis dalam 8. Lapisan sel ganglion 9. Lapisan serat saraf 10.Membrana limitans interna Definisi Ablasio berasal dari bahasa latin yaitu ablatio = pembuangan atau terlepasnya salah satu bagian badan. Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dengan dari sel epitel retina. Epidemiologi Insert the title of your subtitle Here Pada mata normal : 5/100.000 per tahun Insiden ablasio retina idiopatik berdasarkan umur : 12,5 kasus/ 100.000 per th atau 28.000 kasus pertahun 1 : 10.000 kasus % % Etiologi dan faktor resiko miopia 01 02 faktor usia katarak removal 03 04 Tumor trauma 05 juga beberapa laporan bahwa Laser capsulotomy dikaitkan dengan peningkatan resiko ablasio retina Di Amerika Serikat, kelainan struktural, operasi sebelumnya, trauma adalah faktor resiko utama untuk ablasio retina Klasifikasi BENTUK PENYEBAB Ablasi retina regmatogenosa Primer Ablasi retina eksudatif Sekunder Ablasi retina traksi Ablasi retina regmatogenosa robekan pada retina cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous) sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid Ablasi retina Eksudatif tertimbunnya eksudat di bawah retina mengangkat retina. akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstra vasasi). Ablasi retina Traksi lepasnya jaringan retina akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca akan mengakibatkan ablasi retina penglihatan turun tanpa rasa akit Gejala Klinis • Gangguan penglihatan terlihat seperti tabir yang menutup • Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap. • Floaters, Titik hitam yang melayang di depan lapangan pandang • Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. • Pada keadaan yang telah lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat DIAGNOSIS Anamnesis : Gejala klinis yang mengarah ke ablasio retina Perlu ditanyakan adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan, riwayat penyakit mata, riwayat keluarga dengan penyakit mata serta penyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina Pemeriksaan Pemeriksaan oftalmologi : Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan visus Pemeriksaan lapang pandang Pemeriksaan slit lamp Pemeriksaan tekanan bola mata Pemeriksaan funduskopi Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan USG Tatalaksana A. Pneumatic Retinopexy Udara/gas yang disuntikkan ke dalam vitreous untuk mempertahankan retina pada posisinya Tatalaksana B. Cleral buckling Mempertahankan retina di posisinya dengan melekukan sklera menggunakan eksplan yang dijahitkan pada daerah robekan retina Tatalaksana c. Pars Plana Vitrektomi (PPV) Dengan operasi menggunakan mikroskop, korpus vitreus dan semua traksi epiretina dan subretina dapat disingkirkan. Retina kemudian dilekatkan kembali dengan menggunakan cairan perfluorocarbon dan kemudain digantikan dengan minyak silikon atau gas sebagai tamponade retina. Komplikasi penurunan ketajaman visual atau kebutaan 01 perdarahan vitreous 03 Glaukoma 05 02 peradangan, infeksi, dan jaringan parut akibat operasi 04 penglihatan normal tidak dapat dipulihkan Kesimpulan Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dengan dari sel epitel retina. Terdapat tiga tipe utama ablasio retina, yakni ablasio regmatogen, ablasio traksi, dan ablasio eksudatif. Berdasarkan penyebab terdiri dari ablasio primer dan ablasio sekunder. Penganganan pada pasien ablsio retina, pasien harus segera dirawat, karena tindakan harus dilakukan secepatnya. Oleh : Helena Claudia Putri, S.ked Siti Rahmah, S.Ked RETINOPATI Pembimbing: dr. Kuswaya Waslan, Sp.M MODERN POWERPOINT PRESENTATION INFOGRAPHIC Fungsi Retina Retina merupakan suatu struktur yang kompleks. Fungsi fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) menangkap cahaya mengubah rangsangan cahaya menjadi impuls saraf dianjurkan ke saraf optik ke korteks visual. Sirkulasi Retina Arteryal system •Arteri retina sentral: arteri akhir yang memasuki nervus opticus. Lapisan: o Intima : Lapisan paling dalam, satu lapis endotelium o Internal elastic lamina : antara intima dan media o Media : sebagian besar otot polos o Adventitia : paling luar, jaringan ikat longgar • Arteriol retina : berasal dari arteri retina sentral yang mengandung otot polos. Con’t… Kapiler: terdiri atas sel endotel dan perisit (autoregulasi sirkulasi mikrovaskular, kemampuan kontraktilitas) Sistem Vena: o Venula kecil : memiliki struktur yang sama dengan kapiler namun lebih besar o Venula besar : mengandung otot polos o Vena : otot polos dan jaringan elastis Retinopati Retinopati kelainan pada retina yang tidak disebabkan oleh radang. Dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain penyakit sistemik. Cotton wall patches gambaran eksudat pada retina akibat penyumbatan arteri prepapil terjadi daerah nonperfusi di dalam retina. Terdapat beberapa macam retinopati diabetikum, retinopati hipertensi, retinopati prematuritas, retinopati anemia, dan lainlain. RETINOPATI DIABETIKUM Retinopati diabetik merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada usia produktif di negara barat (20-65 tahun) Faktor resiko retinopati: • Hiperglikemia kronik • Hipertensi • Hiperkolesterolemia • Merokok • Nefropati RETINOPATI DIABETIKUM Pasien dengan DM tipe 1 akan mengalami awitan penyakit 3-5 tahun. Untuk penderita DM tipe II dapat datang dengan sudah mengalami retinopati atau retinopati merupakan keluhan pasien. Perkembangan retinopati menjadi lebih cepat saat kehamilan. Skrining Maksimal 3 tahun sejak diagnosis DM tipe I ditegakan, ketika didiagnosis DM tipe II, dan setiap tahunnya. Pada wanita hamil dengan DM: trisemester pertama, diulang setiap 3 bulan sampai persalinan. Fotografi tujuh bidang merupakan goldstandard. Pilihan lain fotografi dua bidang 45 derajat (makula dan diskus) Patogenesis Kapilaropat : degenerasi dan kehilangan perisit, proliferasi sel endotel. Perubahan hematologi : deformasi eritrosit dan pembentukan rouleaux, peningkatan agregasi platelet, peningkatan viskositas plasma. Oklusi mikrovaskular : neurovaskularisasi. Klasifikasi Retinopati Diabetik Retinopati Nonproliferatif • Mikroangiopati progresif kerusakan/sumb atan pembuluh darah kecil Retinopati Proliferatif Advanced Diabetic Eye Diseased • Neurovaskularisasi • Tractional retinal detachment • Perdarahan vitreous yang persisten • Neurovaskular glaukoma Retinopati Nonproliferatif • Merupakan suatu mikroangiopati progresif kerusakan dan sumbata pembuluh-pembuluh darah kecil. • Kelainan awal : penebalan membran basal endotel dan berkurangnya jumlah perisit terbentuknya kantung mikroaneurisma Mikroaneurisma Klasifikasi Retinopati Diabetik Non Proliferatif Ringan - Mikroaneurisma Sedang - Mikroaneurisma luas - Perdarahan intraretina (dot/blot) - Cotton wool Berat - Cotton wool - Kelainan mikrovaskular intraretina (IRMA) Perdarahan Retina Hard Eksudat Retinopati Proliferatif • Pembentukan pembuluh-pembulug darah baru kebocoran protein serum. • Kelainan awal: pembuluh darah pada diskus optikus (NVD) atau bagian retina lainnya (NVE). • Resiko tinggi: • Neurovaskularisasi pada diskus optikus yang meluas > 1/3 diameter diskus • NVD disertai perdarahan vitereous • NVE > ½ diameter diskus Con’t... • Neurovaskularisasi yang terbentuk berproliferasi ke permukaan posterior vitreous rapuh rusak perdarahan vitreous penurunan penglihatan mendadak. • Neurovaskularisasi perubahan menjadi fibrosa fibrovaskular rapat traksi vitreoretina ablasio retina • Neurovaskularisasi iris (rubeosis iris) Tatalaksana Pengendalian hiperglikemia, hipertensi, dan hiperkolesterolemia. Terdapat edema makula focal laser (lesi setempat) atau grid laser (lesi setempat). Micropulse laser memberikan hasil sama efektif dengan jaringan parut lebih sedikit. Penyuntikan intravitreal triamcinolone atau anti-VEGF. Fotokoagulasi laser pan-retina (PRP) menurunkan insidensi gangguan penglihatan. Pasien nonproliferatif berat dengan gula darah yang sulit dikontrol. Vistrektomi dilakukan segera pada perdarahan vitreous luas pasien DM tipe I, ablasio retina. RETINOPATI HIPERTENSI Retinopati hipertensi kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi. Dari penelitian epidemiologi sejak tahun 1990 didapatkan bahwa kelainan ini banyak ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Retinopati hipertensi arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina dan perdarahan retina. Patogenesis Klasifikasi Menurut RSCM Tipe 1 Tipe 2 Tipe 3 Tipe 4 • Fundus hipertensi dengan retinopati (+/-), sklerosis (-), terdapat pada orang muda. Arteri menyempit dan pucat, arteri meregang dan percabangan tajam, perdarahan (+/-), eksudat (+/-) • Fundus hipertensi retinopati sklerosa senil (+/-), terdapat pada orang tua. Pembuluh darah tampak mengalami penyempitan, pelebaran dan sheating setempat. Perdarahan retina (+/-), edema papil. • Fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteri sklerosis, terdapat pada orang muda. Penyempitan arteri, kelokan bertambah, fenomena crossing, perdarahan multipel, cotton wool patches, makula star figure. • Hipertensi yang progresif. Edema papil, cottton wool patches, hard eksudat, dan star figure exudate yang nyata. Klasifikasi Menurut SCHEIE Stadium 1 • Terdapat penciutan setempat pada pembuluh darah kecil. Stadium 2 • Penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, dengan kadang-kadang penciutan setempat sampai seperti benang, pembuluh darah arteri tegang, membentuk cabang keras. Stadium 3 • Lanjutan stadium II, dengan eksudat cotton, denga n perdarahan yang terjadi akibat diastol di atas 120 mmHg, kadang-kadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan. Stadium 4 • Seperti stadium III, dengan edema papil dengan eksudat star figure, disertai keluhan penglihatan menurun dengan tekanan diastol kira-kira 150 mmHg. Diagnosis dan Tatalaksana • Diagnosis anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan tonometri. Pemeriksaan laboratorium menyingkirkan penyebab lain retinopati selain dari hipertensi. • Tatalaksana mengatasi hipertensi perubahan gaya hidup dan kombinasi dengan terapi medikamentosa. • Penurunan tekanan darah diharapkan dapat mencegah perburukan yang disebabkan oleh kondisi iskemik yang dapat merusak nervus optikus. RETINOPATI PREMATURITAS Retinopati pematuritas suatu retinopati vasoproliferatif yang mengenai bayi prematur dan bayi berat lahir rendah yang terpapar oksigen konsentrasi tinggi. Vaskularisasi retina baru terbentuk pada usia empat bulan setelah gestasi. Vaskularisasi yang inkomplit sangat rentan terhadap kerusakan akibat oksigen. Patogenesis Avaskular retina memproduksi VEGF (Vascular Endothel Growth Factor) yang pada utero merupakan stimulus bagi migrasi pembuluh darah pada pembentukan retina. Kelahiran prematur produksi VEGF akan ditekan oleh hiperoksia dan migrasi pembuluh darah terhenti peningkatan kebutuhan metabolik pada mata yang tumbuh menyebabkan produksi VEGF yang berlebihan komplikasi neovaskular dari retinopati prematuritas. Tatalaksana Pada 80% kasus terjadi regresi spontan melalui proses involusi, atau oleh evolusi dari vasoproliferatif ke fase fibrosis yang meninggalkan sedikit residu. Tatalaksana dengan laser fotokoagulasi, agen intravitreal, anti-VEGF (bevacizumab), lens-sparing pars plana vitrectomy. Cover Thank You Insert the Sub Title of Your Presentation