TELAAH BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ONLINE MAKALAH Ditulis Sebagai Syarat Lulus Ma’had Al-Islam Surakarta Tingkat ‘Aliyah Oleh: Miftahul Firdaus bin Dwi Jaka Siswanta NM:28078 MA’HAD AL-ISLAM SURAKARTA 1436 H / 2015 M PENGESAHAN Makalah dengan judul TELAAH BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ONLINE ini disetujui dan disahkan oleh Dewan Pembimbing PenulisanMakalahMa’had AlIslam Surakarta, pada tanggal: 1436 H. 2015 M. PEMBIMBING UTAMA (Al-Fadlil Al-Ustadz K.H. Mudzakir) PEMBIMBING PENAHKIK (Al-Ustadz Erwan Raihan) (Al-Ustadzah Fashihah Asy-Syahiroh, Al.) II Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli Online Miftahul Firdaus 28078 KATA PENGANTAR ع َلى َ َو، سل ْي َن َ سالَ ُم َّ َو ال، ا ْل َح ْمدُِلل َرب اْل َعال َمِ ْي َن َ سيد اْل ُم ْر َ ع َلى َّ صالَةُ َو ال : َو بَ ْع ُد، لى يَ ْوم الد ْي َن َ ْ َو َم ْن تَب َعهُ بإح، آلـه َو صَحْ به أَجْ َمع ْي َن ٍ س َ ان إ Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini dapat terselesaikan bukan semata-mata usaha penulis, melainkan berkat bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan jazakumullahu khairan katsiran kepada: 1. Al-Ustadz Al-Mukarram K.H. Mudzakir, selaku pengasuh Ma’had Al-Islam Surakarta,yang telah membimbing dan mendidik penulis, serta menyediakan berbagai fasilitas dalampenulisan makalah ini. 2. Al-Ustadz Erwan Raihan, selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan saran dalam penulisanmakalah ini. 3. Al-Ustadzah Fashihah Asy-Syahiroh, Al., selaku penahkik yang telah meneliti kebenaran data dalam makalah ini. 4. Al-Ustadz Drs. Supardi, Al-Ustadz Ahmad Yusya’ Burhanuddin, Al., AlUstadzah Eticha Fauziyah, Al., Al-Ustadzah Siti Ruqayyah, Al., dan AlUstadzah Fathimah, Mt., selaku penguji yang telah mengkritik dan memberikan saran untuk perbaikan makalah ini. 5. Asatidz dan Ustadzat Ma’had Al-Islam Surakarta yang telah mendidik dan membekali banyak ilmu, yang salah satunya penulis gunakan untuk menyelesaikan makalah ini. 6. Ibunda dan Ayahanda serta Adik-adik penulis tercinta yang senantiasa mendoakan, mencurahkan kasih sayang, menasihati, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan makalah ini. 7. Teman-teman penulis di Ma’had Al-Islam Surakarta, yang telah membantu penulis dalam penulisan Makalah ini. Semoga Allah Ta’ala menerima amal shalih mereka, melipatgandakan pahala mereka, dan memasukkan mereka ke dalam jannah-Nya. الرح ْي ُم َ َو ت ُ ْب،سم ْي ُع اْلعَل ْي ُم َّ َربَّنَا تَقَبَّ ْل منَّا إنَّكَ أ َ ْنتَ ال َّ ُعلَ ْينَا إنَّكَ أ َ ْنتَ الت َّ َّواب . III Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli Online Miftahul Firdaus 28078 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. I PENGESAHAN .................................................................................................. II KATA PENGANTAR ......................................................................................... III DAFTAR ISI ......................................................................................................IV BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1. Latar Belakang Penulisan ................................................................ 1 2. Rumusan Masalah ........................................................................... 1 3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 1 4. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 1 5. Metodologi Penelitian ...................................................................... 2 6. Sistematika Penulisan ..................................................................... 3 BAB II PENGERTIAN DAN MEKANISME JUAL BELI ON LINE .................... 5 BAB III DALIL-DALIL YANG BERKAITAN DENGAN BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ON LINE ........................................................................... 7 1. Surat Al-Baqarah (2):275 ................................................................ 7 2. Surat An-Nisa` (4): 29 ..................................................................... 7 3. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli yang Mengandung Tipuan ........................................................ 8 4. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli Mulamasah ............................................................................... 8 5. Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Gaib dengan Khiyar bagi Pembeli .................................................................................... 9 6. Hadits Ibnu ‘Abbas Radliyallahu ‘anhuma tentang Penentuan Takaran, Timbangan, dan Waktu pada Jual Beli As-Salaf ............... 9 BAB IV PENDAPAT ULAMA TENTANG BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ON LINE ............................................................................................. 11 1. Boleh ............................................................................................. 11 2. Boleh, jika Penjual Menyebutkan Ciri-Ciri Barang Dagangan ......... 11 3. Tidak Boleh secara Mutlak ............................................................. 11 IV BAB V ANALISIS ........................................................................................... 13 1. Analisis Dalil-Dalil yang Berkaitan dengan Boleh Tidaknya Jual Beli On Line ........................................................ 13 1.1 Surat Al-Baqarah (2): 275 ....................................................... 13 1.2 Surat An-Nisa` (4): 29 ............................................................. 14 1.3 Analisis Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli yang Mengandung Tipuan ........................ 16 1.4 Analisis Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli Mulamasah ................................................ 17 1.5 Analisis Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Gaib dengan Khiyar bagi Pembeli .................................................... 17 1.6 Analisis Hadits Ibnu ‘Abbas Radliyallahu ‘anhuma tentang Penentuan Takaran, Timbangan, dan Waktu pada Jual Beli As-Salaf ................................................................................... 19 2. Analisis Pendapat Ulama tentang Boleh Tidaknya Jual Beli On Line ................................................................................................ 20 2.1 Boleh ....................................................................................... 20 2.2 Boleh, jika Penjual Menyebutkan Ciri-Ciri Barang Dagangan ... 20 2.3 Tidak Boleh secara Mutlak ....................................................... 21 BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 23 1. Simpulan ....................................................................................... 23 2. Saran ............................................................................................. 23 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24 LAMPIRAN DERAJAT HADITS ....................................................................... 28 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 28078 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penulisan Ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang komputer serta informasi pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan ini sangat membantu berbagai aktivitas manusia. Sebagai bukti kemajuan di bidang komputer serta informasi adalah terciptanya jaringan internet 1 . Salah satu pemanfaatan internet dalam bidang usaha berbasis internet adalah jual beli online. Jual beli online sangat erat kaitannya dengan jual beli barang ghaib 2, padahal hukum jual beli barang ghaib diperselisihkan oleh para ulama. Sebagaian ulama menyatakan bahwa jual beli barang ghaib itu sah, sedang sebagian lain menyatakan tidak sah. 3 Permasalahan di atas mendorong penulis untuk menelaah lebih lanjut tentang sah tidaknya jual beli online dan menyajikan hasilnya dalam bentuk tulisan ilmiah yang berjudul TELAAH BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ONLINE. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini adalah bolehkah jual beli online menurut syariat Islam? 3. Tujuan Penilitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui boleh tidaknya jual beli online menurut syariat Islam. 4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 4.1 Menambah wawasan dalam keilmuan Islam, khususnya dalam bidang fiqih. 4.2 Menambah khazanah kepustakaan Islami. 1Internet adalah suatu jaringan informasi di seluruh dunia yang memungkinkan diakses melalui komputer (lihat Mu’jamu Lughatil ‘Arabiyyatil Mu’ashirah susunan Ahmad Mukhtar ‘Umar, jld. 1, hlm. 127). 2Barang gaib adalah barang yang sebenarnya sudah ada dan dimiliki oleh penjual, tetapi pembeli belum melihatnya (lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld.4, hlm. 231). 3Lihat Fat-hul Bari susunan Ibnu Hajar, jld. 5, hlm. 96. 1 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line 4.3 Miftahul Firdaus 280782 Sebagai rujukan bagi muslimin yang ingin meneliti lebih lanjut tentang boleh tidaknya jual beli online menurut syariat Islam. 5. Metodologi Penelitian 5.1 Metode Pengumpulan Data Data-data dalam makalah ini penulis peroleh dengan membaca, menelaah, dan mencatat hal-hal yang berkenaan dengan jual beli on line dan jual beli barang ghaib. 5.2 SumberData Data-data dalam makalah ini penulis perolehdari kitab-kitab, antara lain kitab tafsir, hadits, syarh, dan fiqh. 5.3 Jenis Data Jenis data dalam makalah ini berupadata primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya; diamati dan dicatat untuk pertama kalinya, sedangkan data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. 4 Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan data primer adalah data yang diperoleh dari kitab asal, bukan nukilan seseorang yang dimuat dalam kitabnya. Contoh data primer dalam makalah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi yang penulis nukil dari kitab beliau, As-Sunanul Kubra. Adapun data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari kitab asal, tetapi dari nukilan seseorang yang dimuat dalam kitabnya. Contoh data sekunder dalam makalah ini adalah pendapat Asy-Syafi’iyyah yang penulis nukil dari kitab Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili. Data primer dan data sekunder hampir sama dengan hadits bersanad ‘ali dan hadits bersanad nazil dalam ilmu Mushthalah Hadits. Sanad ‘ali adalah rangkaian rawi yang lebih pendek daripada rangkaian rawi lain pada hadits yang sama, sedangkan sanad nazil adalah rangkaian rawi yang lebih panjang daripada rangkaian rawi lain pada hadits yang sama5. 4Marzuki, 5Lihat Metodologi Riset, hlm. 55-56. Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 149. Miftahul Firdaus 280783 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Jalan penukilan data primer lebih pendek daripada jalan penukilan data sekunder, sebagaimana jalan periwayatan dalam hadits bersanad ‘ali lebih pendek daripada jalan periwayatan dalam hadits bersanad nazil. 5.4 Metode Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deduktif dan induktif. Deduktif ialah cara berfikir yang bersandarkan pada yang umum, dan dari yang umum itu menetapkan yang istimewa, sedangkan induktif ialah aliran pikiran yang mengambil dasar sesuatu dari yang istimewa dan yang istimewa ini menentukan yang umum. 6 Contoh metode deduktif pada makalah ini adalah dalam menetapkan keshahihan suatu hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari, penulis menggunakan kaidah umum dalam ilmu Mushthalah Hadits bahwa semua hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari berderajat shahih. Adapun contoh metode induktif adalah dalam menentukan kedudukan rawi suatu hadits, penulis mendasarkanpada data khusus yang berupa pernyataan para ahli Jarh wat Ta’dil. Sebagai perbandingan, dalam ilmu Ushul Fiqih, terdapat pemahaman idkhalul khashsh ilal ‘amm dan idkhalul ‘amm ilal khashsh. Idkhalul khashsh ilal ‘amm adalah umum.Pemahaman memahami idkhalul lafal khashsh ilal khusus ‘amm berdasarkan sebanding lafal dengan pengambilan simpulan dalam metode deduktif. Adapun idkhalul ‘amm ilal khash adalah memahami lafal umum berdasarkan lafal khusus. Pemahaman idkhalul ‘amm ilal khashsh sebanding dengan pengambilan simpulan dalam metode induktif. 6. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembaca dalam memahami alur pembahasan pada makalah ini, penulis menyusun sistematika sebagai berikut: Bagian awal, terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, halaman kata pengantar, dan daftar isi. Bagian tengah, terdiri dari enam bab. Bab pertama adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika 6Marzuki, Metodologi Riset, hlm. 21. Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 280784 penulisan. Bab kedua adalah pengertian serta mekanisme jual beli online. Bab ketiga adalah dalil-dalil yang berkaitan dengan boleh tidaknya jual beli on line. Bab keempat adalah pendapat ulama tentang boleh tidaknya jual beli on line. Bab kelima adalah analisis dalil-dalil dan pendapat ulama tentang boleh tidaknya jual beli on line. Bab keenam berisi simpulan dan saran. Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran. Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 28078 BAB II PENGERTIANDAN MEKANISME JUAL BELI ONLINE 1. Pengertian Jual Beli On Line 1.1 Pengertian Jual Beli Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa jual beli adalah persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga barang yang dijual.7 Adapun menurut syariat, jual beli adalah: 8 .ص َ ُمبَا َدلَةُ الس ْلعَة بالنَّ ْقد ٍ ص ْو ُ علَى َوجْ ٍه َم ْخ Artinya: Pertukaran barang dengan uangatas dasar cara tertentu. 1.2 Pengertian On Line Secara istilah, on line adalah: 9 َ ص ْو ُل إلَ ْيه ب َواس .ب َ طة ُ يُ ْمك ُن ا ْل ُو ٍ س ْو ُ ش ْبكَة َحا Artinya: Hubungan yang terjadi padanya (seseorang) dengan perantara jaringan komputer. Walaupun saat ini jual beli on line dapat juga diakses melalui smartphone maupun tablet, namun pada prinsipnya jual beli on line diakses menggunakan suatu piranti yang terhubung ke jaringan internet.10 Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli on line adalah transaksi pertukaran barang dengan uangmelaluijaringan internet. 2. Mekanisme Jual Beli On Line 2.1 Penjualan Dengan menggunakan internet, penjual memasang iklan untuk menawarkan produknya.Dalam iklan tersebut, penjual menyebutkan deskripsi barang dagangannya secara spesifik, dan kadang-kadang disertakan foto sampel barang yang dijual. 11 2.2 Pembelian 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 589. Lihat Kitabul Fiqhi ‘ala Madzahibil Arba’ah susunan Al-Jaziri, jld. 2, hlm. 135. 9Al-Lajnatul ‘Alamiyyah, Qamusu Athlasil Mausu’i, hlm. 874. 10Lihat Step by Step Membangun Hypermarket Online dengan Prestashop susunan Imam Suryono JavaCreativity, hlm. 2. 11 Lihat Smart Guide Jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 29-30. 8 5 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 280786 Pembeli menghubungi penjual melaui SMS, telepon, atau email, untuk mengadakan transaksi jual beli.12 2.3 Pembayaran Pembayaran dapat dilakukan dengan cara langsung kepada penjual atau melalui rekening bank, paypal (pengiriman uang lewat online), kartu kredit, wesel, maupun cara pembayaran lainnya.13 2.4 Pengiriman Barang Barang dagangan yang dibeli bisa dikirim langsung dengan menggunakan jasa kurir atau penjual datang sendiri ke alamat pembeli. Bahkan untuk barang-barang elektronis, pengiriman barang dapat melalui internet. Biaya pengiriman barang akan ditanggung oleh pembeli maupun penjual menurut kesepakatan. Dalam pengiriman barang biasanya penjual meberi garansi serta penanganan keluhan. 12Lihat 13Lihat Panduan Cerdas Jual Beli Online susunan Dedik Kurniawan, hlm. 19. Smart Guide Jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 92-94. Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 28078 BAB III DALIL-DALIL YANG BERKAITAN DENGANBOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ONLINE 1. Surat Al-Baqarah(2): 275 1.1 Lafal Ayat dan Artinya َ ش ْي ُ َّالَّذينَ َيأ ْ ُكلُ ْو َنالر َبالَ َيقُ ْو ُم ْونَإلَّ َك َما َيقُ ْو ُمالَّذ ْي َيت َ َخب طانُمنَا ْل َمس َّ ط ُهال اوأ َ َح َّاللل ُها ْلبَ ْيعَ َو َح َّر َمالربَافَ َم ْن َ َذلكَبأَنَّ ُه ْم َقالُ ْواإنَّ َماا ْلبَ ْيعُمثْ ُاللرب َ سلَفَ َوأ َ ْم ُر ُهإلَىالله َو َم ْنعَا َدفَأُولَئ َكأ َ َجا َء ُه َم ْوع َ ظةٌم ْن َربهفَا ْنت َ َهىفَلَ ُه َما .ص َحابُالنَّار ُه ْمف ْي َها َخالد ُْو َن ْ .275 :)2(ُا ْلبَقَ َرة Artinya: Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang syaitan merasukinyadengan penyakit gila. Yang demikian itu disebabkan mereka mengatakan sesungguhnya tiada lain jual beli itu semisal riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa yang telah sampai kepadanya peringatan dari Pemeliharanya, lalu dia berhenti, maka baginya apa yang telah lewat, dan urusannya kepada Allah.Dan barangsiapa yang mengulangi, maka mereka itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.Al-Baqarah(2): 275. 1.2 Maksud Ayat Maksud ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah Allah menghalalkan jual belidan mengharamkan riba. 2. Surat An-Nisa` (4): 29 2.1 Lafal Ayat dan Artinya َ ع ْنت َ ًارة َ يَاأَيُّ َهاالَّذ ْينَآ َمنُ ْوالَتَأ ْ ُكلُ ْواأَ ْم َوالَك ُْمبَ ْينَك ُْمبا ْلبَاطللَّأ َ ْنتَك ُْونَت َج .29:)4( سا ُء َ الن.سك ُْمإنَّالل َهكَانَبك ُْم َرح ْي ًما َ ُاضم ْنك ُْم َولَت َ ْقتُلُ ْواأ َ ْنف ٍ َر Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan cara yang batil, melainkanbahwasanya ada perniagaan dengan saling ridla di antara kalian. Dan janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah adalah Dia Maha Penyayang kepada kalian. An-Nisa`(4): 29. 2.2 Maksud Ayat Maksud ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah Allah melarang orang beriman memperoleh harta dengan cara yang batil, melainkandengan perniagaan atas dasar saling ridla. 7 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 280788 3. Hadits Abu HurairahRadliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli yang Mengandung Tipuan 3.1 Lafal Hadits dan Artinya سلَّ َم َ ُصلَّى هللا َ س ْو ُل هللا َ علَ ْيه َو ُ َن َهى َر: َقا َل،َع َْن أَب ْي ُه َر ْي َرة .سل ٌم َ ع َْن بَ ْيع ا ْل َح ْ َر َواهُ ُم14 . َوع َْن َب ْيع ا ْلغَ َرر،صاة Artinya: Dari Abu Hurairah, dia berkata:Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual belidengan (lemparan)kerikilserta jual beli dengan tipuan.Muslim telah meriwayatkannya. 3.2 Maksud Hadits Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalahbahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli yang mengandung tipuan. 4. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli Mulamasah 4.1 Lafal Hadits dan Artinya سلَّ َمنَ َهى َعنا ْل َ َ س ْو َللله َ صلَّىالل ُه َعلَ ْيه َو ُ ع ْنأَبي ُه َر ْي َرةَ َرض َيالل ُه َع ْن ُهأَنَّ َر 15 ي َ ُمالَ َم ُّ َر َواهُ ا ْلبُ َخار.سة َوا ْل ُمنَابَذَة Artinya: Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli 17 mulamasah16dan munabadzah .Al-Bukharitelah meriwayatkannya. Hadits ini juga dikeluarkan oleh Muslim.18 4.2 Maksud Hadits Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli mulamasah. 14MusaSyahin Lasyin dan Ahmad ‘Umar Hasyim, Shahihu Muslim, jld. 3, hlm. 333, k. 21, Al-Buyu’, b. 2, Buthlanu Bai’il Hashati wal Bai’illadzi fihi Gharar, h. 4(1513). 15As-Sindi, Matnu Masykulil Bukhari, jz. 2, hlm. 21, k. 34, Al-Buyu’, b. 63, Bai’il Munabadzah,h.2146. 16Mulamasah (jual beli dengan sentuhan tangan), misalnya salah seorang pelaku transaksi menyentuh barang dagangan tanpa mengetahui kondisinya, dan dengan sentuhan itu jual beli harus terjadi (lihat Fiqhus Sunnah susunan As-Sayyid Sabiq, jld. 4, hlm. 45). 17Munabadzah (jual beli dengan lemparan), misalnya kedua pelaku transaksi saling melempar barang, dan dengan itu jual beli harus terjadi, tanpa ada rasa saling rela (lihat Fiqhus Sunnah susunan As-Sayyid Sabiq, jld. 4, hlm. 45). 18MusaSyahin Lasyin dan Ahmad ‘Umar Hasyim, Shahihu Muslim, jld. 3, hlm. 331, k. 21 Al-Buyu’, b. 1, Ibthali Bai’il Mulamasati wal Munabadzah, h. 1(1511). Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 280789 5. Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Gaib dengan Khiyar 19 bagi Pembeli 5.1 Lafal Hadits dan Artinya :قَا َل،سلَّ َم َ َ ع ْن َم ْك ُح ْول ٍَرفَ َعا ْل َحد ْيثَإلَىالنَّبي َ صلَّىالل ُه َعلَ ْيه َو ْ َمنا .ُ َوإ ْنشَا َءت َ َر َكه،ُارآ ُهإ ْنشَا َءأ َ َخذَه َ شت َ َرى َ َش ْيئ ًالَ ْميَ َر ُهفَ ُه َوبا ْلخيَارإذ . َر َواهُ ا ْل َب ْي َهق ُّي20 Artinya: Dari Mak-hul, dia memarfu’kan hadits ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa membeli sesuatu yang dia belum melihatnya, maka dia adahak pilihapabila dia telah melihatnya.Jika dia berkehendak, dia mengambilnya, dan jika dia berkehendak, dia meninggalkannya.” Al-Baihaqi telah meriwayatkannya. Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ad-Daraquthni. 21 5.2 Maksud Hadits Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah barangsiapa membeli sesuatu yang belum dilihat, maka dia memiliki hak pilih ketika dia sudah melihatnya. 6. Hadits Ibnu ‘AbbasRadliyallahu ‘anhuma tentang Penentuan Takaran, Timbangan, dan Waktu pada Jual BeliAs-Salaf 6.1 Lafal Hadits dan Artinya ،سلَّ َم ا ْل َمد ْينَ َة َ ُصلَّى هللا َ عَن ا ْبن َ قَد َم النَّب ُّي:اس قَا َل ٍ َّعب َ علَ ْيه َو ف ْ َ َم ْن أ: فَقَا َل،سنَت َ ْين ْ َُو ُه ْم ي َّ سنَ َة َوال َّ سلفُ ْو َن في الث َمار ال َ َسل َ إلَى أ َج ٍل، َو َو ْز ٍن َم ْعلُ ْو ٍم،ف في َك ْي ٍل َم ْعلُ ْو ٍم ْ ُفي ت َ ْم ٍرفَ ْلي ْ سل 22 . َم ْعلُ ْو ٍم .سل ٌم ْ َر َواهُ ُم Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke kota Madinah, sedangkan mereka (para shahabat) melakukan jual beli as-salaf 23padabuahbuahandalam tempo satu tahun atau dua tahun. Maka beliau bersabda,“Barangsiapa yangmelakukan jual beli as-salaf 19Khiyar adalah hak bagi kedua belah pihak yang bertransaksi jual beli untuk meneruskan transaksi itu atau membatalkannya (lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah AzZuhaili, jld. 4, hlm. 288). 20 Muhammad ‘Abdul Qadir ‘Atha, As-Sunanul Kubra, jld.5, k. Al-Buyu’,b.6,Man Qala Yajuzu Bai’ul ‘AinilGha`ibah,hlm.439,h.10425. 21Ad-Daraquthni, Sunanud Daraquthni, jld.2, jz. 3, k. Al-Buyu’, hlm. 4, h. 2777. 22MusaSyahin Lasyin dan Ahmad ‘Umar Hasyim, Shahihu Muslim, jld. 3, hlm. 415-416, k. 22, AlMusaqah, b. 25, As-Salam, h. 127 (1604). 23Jual beli As-Salaf atau As-Salam adalah jual beli barang tertentu yang pembayarannya di muka sedang barangnyaditempokan (lihat Fiqhus Sunnah susunan As-Sayyid Sabiq, jld.4, hlm. 69) Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 2807810 pada kurma, hendaklah dia berjual beli as-salaf dengan takaran tertentu, dengan timbangan tertentu, sampai batas waktu tertentu.” Muslim telah meriwayatkannya. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Bukhari.24 6.2 Maksud Hadits Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah barangsiapa berjual beli as-salaf hendaklah ditentukan takaran, timbangan, dan waktunya. 24As-Sindi, Matnu Masykulil Bukhari, jz. 2, k. 35, As-Salam, b. 1, As-Salamu fi Kailin Ma’lum, hlm. 36. Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 28078 BAB IV PENDAPAT ULAMA TENTANG BOLEH TIDAKNYA JUAL BELI ON LINE Dalam makalah ini, penulis menukilkan pendapat para ulama tentang hukum jual beli barang ghaib, karena jual beli on line ini belum dibahas oleh ulama salaf, sedangkan jual beli on line itu ada kesamaan dengan jual beli barang ghaib. 1. Boleh Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu boleh adalah Al-Hanafiyyah, sebagaimana dikemukakan oleh Wahbah Az-Zuhaili berikut ini: 25.ؤيةولَوصف ْ يجو ُزبيعا ْلعينا ْلغَائبةم ْن َغيرر ٍ ْ َ ٍََ ُ ْ َ َْ ُ َْ ْ ُ َ ِArtinya: Jual beli barang ghaib tanpa melihat dengan mata dan tanpa menjelaskan sifatnyaituboleh. 2. Boleh, jikaPenjual Menyebutkan Ciri-Ciri Barang Dagangan Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu boleh,jika penjual menyebutkan ciri-ciri barang daganganadalah Imam Malik, sebagaimana pernyataan Ibnu Hajar Al-‘Asqalani berikut: 26 .َصفَهُ َوإلَّ فَال َ َوع َْن َمال ٍكيَص ُّحإ ْن َو Artinya: Dan dari Malik (berpendapat) bahwa dia (jual beli barang ghaib) itu sah jika dia (penjual ) menyifatkannya (barang ghaib) tersebut, dan jika tidak (menyifatkannya) maka tidak (sah). Ulama lain yang berpendapat demikian adalah Al-Hanabilah menurut pendapat yang paling kuat.27 3. Tidak Boleh secara Mutlak Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu tidak boleh secara mutlak adalah Asy-Syafi’iyyah, sebagaimana yang dinyatakan oleh Wahbah Az-Zuhaili berikut ini: 25 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islamiyyuwa Adillatuh, jld. 4, hlm.232. Ibnu Hajar, Fat-hul Bari, jld.5, hlm. 96. 27Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jz. 4, hlm. 233. 26Al-Hafidh 11 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line و، َ أ َ ْوأ َ َح ُد ُه َما، Miftahul Firdaus 2807812 ُه َو َما َل ْميَ َر ُها ْل ُمت َ َعاقدَان لَيَص ُّح ُم ْطلَقًابَ ْيعُا ْلغَائب َو 28 . ل َماف ْيهمنَا ْلغَ َرر، إ ْنكَانَا ْل َمب ْيعُ َحاض ًرا Artinya: Jual beli barang ghaib itu tidak sah secara mutlak. Dan dia (jual beli barang ghaib) itu (jual beli) barang yang kedua pelaku transaksi jual beli atau salah satu dari keduanya belum melihatnya, meskipun barang dagangan tersebut ada, karena didalamnya ada unsur tipuan. 28Lihat Al-Fiqhul Islamiyyuwa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld.4, hlm.233. Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 28078 BAB V ANALISIS 1. Analisis Dalil-Dalil yang Berkaitan dengan BolehTidaknya Jual Beli On Line 1.1 Surat Al-Baqarah (2): 275 (hlm. 7) Maksud ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Lafal ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah َُو أ َ َحل َّل هللا ( ا ْلبَ ْي َع َو َح َّلر َم الربَلاdan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba). Menurut Ath-Thabari, makna lafal َوأ َ َح ل َّل هللاُ ا ْلبَ ْي ل َع َو َحل َّلر َم الربَللا adalah Allah menghalalkan laba pada jual beli dan mengharamkan riba. 29 Ibnul ‘Arabi menjelaskan bahwa berdasarkan ayat ini, jual beli yang dihalalkan itu adalah jual beli dengantujuan dan cara yang benar, sedangkan jual beli dengan cara yangbathil, seperti jual beli yang mengandung riba itu hukumnya haram. 30 َو أ َ َحل َّل هللاُ ا ْلبَ ْيل َعini bersifat lafalلر َم الربَلا َّ َو َحatau ayat-ayat lain yang Al-Qurthubi menjelaskan bahwa lafal umum dan ditakhsish dengan melarang jual beli berunsur riba danhadits-hadits yang melarangjual beli khamar, bangkai, janin hewan yang masih dalam kandungan, dan lainlainnya. 31 Dengan demikian maksud ayat ini adalahAllah menghalalkan jual beli dengan tujuan dan cara yang benar, tidak mengandung riba, dan bukan barang haram. Berkaitan dengan makalah ini, pada jual beli on line, pembeli dan penjual bertransaksi melalui on line sehingga pembeli tidak melihat barang secara langsung,namun pembeli dapat menanyakan kepada penjual tentang kondisi barang yang akan dia beli.32Hal ini dapat memungkinkan pembeli untuk mengetahui apakah barang tersebut termasuk barang haram ataukah tidak. 29Lihat Jami’ul Bayani fi Tafsiril Qur`an susunan Ath-Thabari, jld. 3, hlm. 69. Ahkamul Qur`an susunan Ibnul ‘Arabi, jld.1, hlm. 321. 31 Lihat Al-Jami’u li Ahkamil Qur`an susunan Al-Qurthubi, jld. 3, hlm. 356. 32Lihat Smart Guide Jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm 28. 30Lihat 13 Miftahul Firdaus 2807814 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Dalam jual beli on line, penjual sudah menentukan harga dan ciriciri barang dagangannya33sehingga pembeli mengetahui harga yang harus dibayar.Oleh karena itu,jual beli on line ini tidak termasuk jual beli yang mengandung riba. Dengan demikian, jual beli on line ini termasuk yang dihalalkandalam ayat ini. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ayat ini dapat dijadikan dalil bolehnya jual beli on line, wallahu a’lam. 1.2 Surat An-Nisa` (4): 29 (hlm. 7-8) Maksud ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah Allah melarang orang beriman memperoleh harta dengan cara yang batil, melainkandengan perniagaan atas dasar saling ridla. Lafal ayat yang berkaitan dengan makalah ini adalah اضلللللللللم ْن ُك ْم َ ًارة ٍ ع ْنت َ َر َ يَاأَيُّ َهاالَّذ ْينَآ َمنُ ْوالَتَأ ْ ُكلُ ْواأ َ ْم َوالَك ُْمبَ ْينَك ُْمبا ْلبَاطللَّأ َ ْنتَك ُْونَت َج (Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan cara yang bathil, tetapi bahwasanya ada perniagaan dengan saling ridla di antara kalian). Al-Qasimi menjelaskan bahwa makna lafalكلُ ْواأ َ ْم َوالَك ُْمبَ ْينَك ُْمبا ْلبَاطلللل ُ ْ لَتَأadalah janganlah sebagian kalian memakan harta sebagian lain dengan cara bathil, yaitu dengan cara yang tidak diperbolehkan syariat, seperti riba, judi, suap, ghasab, dan khianat. 34 Al-Qurthubi memahami bahwa berdasarkan ayat ini,jual beli yang mengandung unsur tipuan, jahalah35, riba, serta jual beli barang fasid seperti khamar, babi, dan sebagainya itu termasuk cara yang bathil sehingga dilarang.36 Dari penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa Allah melarang orang beriman melakukan jual beli yang mengandung unsur tipuan, jahalah, riba,danfasid. 33Lihat Panduan Cerdas Jual Beli Online susunan Dedik Kurniawan, hlm. 18 . Mahasinut Ta’wil susunanAl-Qasimi, TahqiqMuhammad Fuad ‘Abdul Baqi, jld.2, hlm. 275. 35Jahalah adalah sesuatu yang tidak diketahui (lihat Mu’jamu Lughatil Fuqaha` susunan Muhammad Rawas Qal’ahji, hlm.147). 36Lihat Al-Jami’u li Ahkamil Qur`an susunan Al-Qurthubi, jld. 5, hlm. 152. 34Lihat Miftahul Firdaus 2807815 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Adapun tentang lafal اضلللم ْن ُك ْم َ ًارة ٍ ع ْنت َ َر َ إلَّأ َ ْنتَك ُْونَت َج,Al-Khazin menyatakan bahwa istitsna` (pengecualian) pada lafal tersebut adalah istitsna`munqathi’ (pengecualian terputus) karena perniagaan dengan saling ridla itu tidak termasuk memakan harta orang lain dengan cara yang bathil, sehingga makna lafal ini adalah memakan harta di antara kalian melalui perniagaan dengan saling ridla itu halal. 37 Menurut Al-Maturidi, lafal اضلم ْن ُك ْم َ ٍ ع ْنت َ َر itu menunjukkan bahwa jual beli itu sudah dianggap selesai dengan adanya rasa saling ridla di antara kedua pelaku jual beli, sehinggapendapat yang menyatakan bahwa jualbeli itu belum dianggap selesai jika penjual dan pembeli belum berpisah tempat walau dengan rasa saling ridla itu tidak benar, karena mereka mengabaikan makna dhahir ayat ini. 38 Al-Qasimi menyatakan bahwa اضلم ْن ُك ْم َ (rasa saling ٍ ع ْنت َ َر ridla)itu sebagai penentu kehalalan jual beli, maka ia harus diwujudkan dengan ucapan, isyarat, maupun tulisan. 39 Ibnul ‘Arabi mengatakan bahwaك ْم ُ اضلم ْن َ (rasa saling ridla)itu ٍ ع ْنت َ َر bisa terjadi dengan adanya akad dan ijab kabul. 40 Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa makna اضللم ْن ُك ْم َ ًارة ٍ ع ْنت َ َر َ إلَّأ َ ْنتَك ُْونَت َجadalah lafal jual beli itu dianggap sah dengan adanya rasa saling ridla yang harus dinyatakan dengan ijab kabul, baik berupa ucapan, isyarat, maupun tulisan. Dari penjelasan diatas,ayat ini menunjukkan bahwa Allah melarang orang beriman melakukan jual beli yang mengandung unsur tipuan, jahalah, riba, dan fasid, akan tetapi Allah membolehkan jual beliyang tidak mengandung unsur tipuan, jahalah, riba, dan fasid, selagi saling ridla. Berkaitan dengan jual beli on line ini, pembeli tidak bertemu dengan penjual, sehingga pembeli tidak mengetahui secara langsung barang yang akan dibeli.Namun demikian, penjual menyebutkan ciri-ciri barang Lubabut Ta`wili fi Ma’anit Tanzil susunan Al-Khazin, jld. 2, hlm. 53. Lihat Ta`wilatu Ahlis Sunnah susunan Al-Maturidi, jld. 3, hlm. 139-140. 39Lihat Mahasinut Ta`wil susunan Al-Qasimi, jld.2, hlm. 276. 40 Lihat Ahkamul Qur`an susunan Ibnul ‘Arabi, jld. 1, hlm. 523. 37Lihat 38 Miftahul Firdaus 2807816 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line dagangan 41 , sehingga pembeli dapat mengetahui apakah barang yang akan dia beli mengandung unsur tipuan, jahalah, riba, fasid, atau tidak. Pada jual beli ini, pembeli dapat berkomunikasi dengan penjual untuk menanyakan hal-hal yang belum disebutkan pada ciri-ciri barang dagangan42, sehingga penjual dan pembeli dapat saling ridla. Dengan demikian jual beli on line itu tidak dilarang, jika tidak mengandung unsur tipuan, jahalah, riba, atau fasid, selagi saling ridla. Walhasil, ayat ini dapat dijadikan dalil bolehnya jual beli on line, jika tidak mengandung unsur tipuan, jahalah, riba, atau fasid, selagi saling ridla, wallahu a’lam. 1.3 Analisis Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhutentang Larangan Jual Beli yang Mengandung Tipuan (hlm. 8) Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli yang mengandung tipuan. Hadits Abu Hurairah ini berderajat shahih,43 sehingga dapat dijadikan sebagai hujah.44 Al-Ubay menyatakan bahwa jual beli yang mengandung unsur tipuan adalah jual beli barang daganganyang kebagusan atau 45 kerusakannyabelum pasti, sehingga pembeli dirugikan Al-Qadli ‘Iyadl menyatakan bahwa jual beli yang mengandung unsur tipuan itu dilarang karena kebagusan atau kerusakan barang dagangan belum pasti, sehingga pembeli dirugikan. 46 Berkaitan dengan makalah ini, jual beli on line mengandung unsur tipuan, yaitu ketidakpastian kondisi barang dagangan, sebagaimana dinyatakan oleh Adhi Prasetio.47Namun demikian, unsur tipuan dalam jual beli on line dapat dihilangkan dengan adanya garansi, misalnya penjual membantu pembeli untuk komplain ke jasa kurir jika barang hilang saat 41Lihat Smart Guide Jualan Online susunan Adhi Prasetyo, hlm. 27. Lihat Smart Guide jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 28. 43Lihat lampiran, hlm. 28. 44Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Mahmud Ath-Thahhan, hlm. 31. 45Lihat Ikmalu Ikmalil Mu’allim susunan Al-Ubay, jld.5, hlm. 318. 46Lihat Ikmalul Mu’limi bi Fawa`idi Muslim susunan Al-Qadli ‘Iyadl, jld. 5, hlm. 133. 47Lihat Smart Guide jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 33. 42 Miftahul Firdaus 2807817 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line pengiriman dan penjual mengganti barang yang rusak atau cacat. 48 Jadi unsur tipuan dalam jual beli on line dapat dihilangkan. Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hadits ini tidak dapat dijadikan hujahdilarangnya jual beli on line, wallahu a’lam. 1.4 Analisis Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli Mulamasah (hlm. 8-9) Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli mulamasah. Hadits Abu Hurairah ini berderajat shahih, 49 sehingga dapat dijadikan sebagai hujah. Al-Hanafiyyahmemahamibahwa hadits tersebut menunjukkan dilarang jual beli mulamasah, karena pembeli belum mengetahui kondisi barang yang akan dia beli serta belum mengetahui ciri-cirinya, dan semua jenis jual beli yang tidak disertai penyebutan ciri-ciri barang dagangan sedangkan pembeli belum melihatnya maka jual beli itu dihukumi sebagaimana hukum jual beli mulamasah.50 Berkaitan dengan makalah ini, dalam jual beli on line tidak termasuk jual beli mulamasah, sebab pembeli dapat melihat kondisi barang yang akan dibeli, walaupun lewat gambar, bahkan penjual menyebutkan ciri-cirinya. Dengan demikian jual beli on line tidak termasuk dalam jual beli mulamasah. Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hadits ini tidak dapat dijadikan sebagai hujahdilarangnya jual beli on line, wallahu a’lam. 1.5 Analisis Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Gaibdengan Khiyar bagi Pembeli(hlm. 9) Hadits Mak-hul ini adalah hadits mursal, 51 hadits mursal termasuk hadits dla’if.52Hadits dla’if tidak dapat dijadikan hujah.53 48Lihat Smart Guide jualan Online susunan Adhi Prasetio, hlm. 34. lampiran, hlm. 28. 50Lihat Syarhubni Baththal susunan Ibnu Baththal, jld. 6, hlm. 235. 51 Lihat lampiran, hlm. 28-29. 52 Lihat Qawa’idut Tahdits susunan Al-Qasimi, hlm. 133. 53 Lihat Taujihul Qari susunan Az-Zahidi, hlm. 167. 49Lihat Miftahul Firdaus 2807818 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah barangsiapa membeli sesuatu yang belum dilihat, maka dia memiliki hak pilih ketika dia sudah melihatnya. Dalam hadits ini, yang dimaksud hak pilih (khiyar) dalam jual beli barang ghaib adalah hak pilih yang diberikan kepada pembeli untuk mengambil atau menolak barang ghaib setelah dia melihatnya.54 Al-Hanafiyyah memahami bahwa lafalُارآه َ َ(فَ ُه َوبا ْلخ َيارإذmaka dia ada hak pilih apabila dia telah melihatnya) dalam hadits ini menunjukkan bahwa hak pilih itu ada setelah pembeli melihat barang dagangan,55baik barang dagangan tersebut sesuai dengan ciri yang telah disebutkan oleh penjual ataupun tidak. 56 Walaupun sanad hadits ini berderajat dla’if, akan tetapi maknanya sesuai dengan ijmak shahabat tentang disyariatkannya hak pilih dalam jual beli barang ghaib 57 ,sedangkan ijmak shahabat bisa dijadikan hujah. 58Dengan demikian, makna hadits ini bisa diterima. Berkaitan dengan jual beli on line, pembeli tidak melihat barang dagangan secara langsung, maka jual beli on line termasuk dalam jual beli barang ghaib. Dengan demikian, hak pilih dalam jual beli on line itu ada setelah pembeli melihat barang dagangan, baik barang dagangan tersebut sesuai dengan ciri yang telah disebutkan oleh penjual ataupun tidak, sehingga jual beli on line itu boleh. Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hadits ini dapat dijadikan hujah bolehnya jual beli on line dengan adanya hak pilih bagi pembeli, wallahu a’lam. Al-Mausu’atul Fiqhiyyah susunan Wizaratul Auqafi wasy Syu`unil Islamiyyah, jld. 4, hlm. 248. Lihat Al-Fiqhul Hanafiyyu fi Tsaubihil Jadid susunan Mahmud Thahmaz, jld. 4, hlm. 122. 56 Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 340. 57 Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jz. 4, hlm. 340. 58 Lihat Al-Bahrul Muhithu fi Ushulil Fiqh susunan Az-Zarkasyi, jld. 3, hlm. 527. 54Lihat 55 Miftahul Firdaus 2807819 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line 1.6 Analisis Hadits Ibnu ‘Abbas Radliyallahu ‘anhuma tentang Penentuan Takaran, Timbangan, dan Waktu pada Jual BeliAsSalaf(hlm. 9-10) Maksud hadits yang berkaitan dengan makalah ini adalah barangsiapa berjual beli as-salaf hendaklah ditentukan takaran, timbangan, dan waktunya. Hadits Ibnu Abbas ini berderajat shahih, 59 hadits shahih dapat digunakan sebagai hujah. An-Nawawi menyatakan bahwa hadits ini menunjukkan bolehnya jual beli as-salam (as-salaf) dengan syarat adanya penentuan takaran, timbangan, atau waktunya. 60 Al-‘Aini menyatakan bahwa jual beli as-salam (as-salaf) tidak hanya berlaku pada barang-barang yang ditakar atau ditimbang, akan tetapi berlaku juga pada semua barang yang dapat ditentukan sifat atau ciricirinya. 61 Menurut Al-‘Utsaimin, barang yang diperjualbelikan secara as-salam (as-salaf) pada hadits ini dapat diketahui hanya dengan penyebutan ciricirinya, karena barang tersebut belum ada. 62 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa barang dagangan pada jual beli as-salam (as-salaf) belum bisa dilihat oleh pembeli, karena barang tersebut belum ada. Namun demikian, unsur jahalah dalam jual beli as-salam (as-salaf) ini telah hilang dengan sebab penjual telah menyebutkan ciri-ciri barang dagangan,meskipun barang tersebut belum ada. Berkaitan dengan makalah ini, pada jual beli on line, pembeli tidak bisa melihat barang yang akan dibeli secara langsung, namun unsur jahalah pada jual beli on line telah hilang, karena penjual telah menyebutkan ciri barang tersebut. Jual beli barang yang belum dilihat oleh pembeli dengan penyebutan ciri-cirinya itu dapat dikiaskan hukumnya dengan jual beli as- 59Lihat lampiran, hlm. 29. Shahihu Muslimin bi Syarhin Nawawi susunan An-Nawawi, jld.6, jz. 11, hlm. 41. 61Lihat ‘Umdatul Qari susunan Al-‘Aini, jld. 6, jz. 12, hlm. 62. 62Lihat Asy-Syarhul Mumti’ susunan Al-‘Utsaimin, jld. 8, hlm. 149-150. 60Lihat Miftahul Firdaus 2807820 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line salam (as-salaf).63Oleh karena itu, jual beli on line dapat dikiaskan dengan jual beli as-salam (as-salaf). Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa hadits ini dapat dijadikan dalil bolehnya jual beli on line, wallahu a’lam. Berdasarkan analisis dalil-dalil yang berkaitan dengan boleh tidaknya jual beli on line di atas, dapat disimpulkan bahwa jual beli on line itu boleh. 2. Analisis Pendapat Ulama tentangBolehTidaknya Jual Beli On Line 2.1 Boleh (hlm. 11) Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu boleh adalah Al-Hanafiyyah. Mereka berhujah dengan hadits mursal dari Mak-hul. 64 Penulis tidak setuju dengan hujah mereka, karenahadits mursal tidak dapat digunakan sebagai hujah, sebagaimana dinyatakan oleh AlHafidh Ibnu Hajar.65 Namun demikian, hadits mursal dari Mak-hul tersebut maknanyasesuai dengan ijmak shahabat tentang disyariatkannya hak pilih dalam jual beli barang ghaib, sedangkan ijmak shahabat bisa dijadikan hujah(lihat analisis hadits Mak-hul, hlm. 18-19). Oleh karena itu, makna hadits ini bisa diterima. Dengan demikian, pendapat yang menyatakan bahwa jual beli barang ghaib itu boleh, dapat diterima, wallahu a’lam. 2.2 Boleh, jika Penjual Menyebutkan Ciri-Ciri Barang Dagangan (hlm. 11) Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu boleh,jika penjual menyebutkan ciri-ciri barang daganganadalah Imam Malik dan Al-Hanabilah. Al-Hanabilahmembolehkan jual beli barang ghaib dengan syarat penjual menyebutkan ciri-ciri barang dagangan,sebagaimana dalam jual beli as-salam.66 63Lihat Taisiru Masa`ilil Fiqhi susunan An-Namlah, jld.3, hlm. 28. Al-Fiqhul Hanafiyyu fi Tsaubihil Jadid susunan Mahmud Thahmaz, jld. 4, hlm. 122. 65Lihat Syarhu Nuzhatin Nadhar susunan Al-‘Utsaimin, hlm. 147. 66 Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 233. 64Lihat Miftahul Firdaus 2807821 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Penulis setuju dengan pendapat Al-Hanabilah, karena jual beli barang gaib mempunyai kesamaan dengan jual beli as-salam, yaitu barang dagangan belum bisa dilihat oleh pembeli dan penjual harus menyebutkan ciri-ciri barang dagangan. Dengan demikian jual beli barang gaib itu bisa disamakan dengan jual beli as-salam. Adapun Imam Malik, beliau berpendapat bahwa jual beli barang gaib itu sah, dengan syarat penjual menyebutkan ciri-ciri barang dagangan karenapenyebutan ciri-ciri barang dagangan itusebagai gantimelihat barang tersebut, sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih.67 Penulis setuju dengan pendapat Imam Malik, karena mengetahui barang dagangan melalui penyebutan ciri-ciri itusepertimelihat barang dagangan dengan penglihatan mata, sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu Baththal. 68 Selain itu, dalam hadits shahih tersebut, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan penyebutan ciri-ciri sesuatu itu menduduki kedudukan penglihatan dengan mata.69Dengan demikian, penyebutan ciri-ciri barang dagangan dalam jual beli barang ghaib itu dapat sebagai pengganti melihatbarang dagangan dengan mata. Dari uraian di atas, pendapat yang menyatakan bahwa jual beli barang ghaib itu boleh, jika penjual menyebutkan ciri-ciri barang dagangan tersebutdapat diterima, wallahu a’lam. 2.3 Tidak Bolehsecara Mutlak (hlm. 11-12) Ulama yang berpendapat bahwa jual beli barang ghaib itu tidak boleh secara mutlak adalah Asy-Syafi’iyyah. Mereka beranggapan bahwa jual beli barang ghaib itu mengandung unsur tipuan. 70 Penulis tidak setuju dengan pendapat ini, karena unsur tipuan dalam jual beli barang ghaib itu dapatditiadakan dengan 71 adanyapenyebutan ciri-ciri barang dagangan dalam jual beli dandengan adanya hak pilih (khiyar) setelah melihat barangnya72. Lihat Al-‘Uddatu ‘ala Ihkamil Ahkam susunan Al-Amir Ash-Shan’ani, jld. 3, hlm. 456-457. Lihat Syarhubni Baththal susunan Ibnu Baththal, jld. 6, hlm. 235. 69Lihat At-Tamhid susunan Ibnu ‘Abdil Barr, jld.2, hlm. 268. 70 Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm.233. 71Lihat Taisiru Masa`ilil Fiqh susunan An-Namlah, jld. 3, hlm. 28. 72Lihat Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh susunan Wahbah Az-Zuhaili, jld. 4, hlm. 232. 67 68 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 2807822 Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa pendapat yang menyatakan bahwa jual beli barang ghaib tidak boleh secara mutlak itu tidak dapat diterima, wallahu a’lam. Berdasarkan analisis pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa jual beli on line itu boleh dengan syarat: 1. Penjual menyebutkan ciri-ciri barang dagangan. 2. Pembeli memiliki hak pilih(khiyar). Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 28078 BAB VI PENUTUP 1. Simpulan Jual beli on line itu boleh, jika penjual menyebutkan ciri-ciri barang dagangan dan pembeli memiliki hak pilih. 2. Saran Muslimin yang mengadakan transaksi jual beli on line, hendaknya melakukannya sesuai syariat. 23 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 28078 DAFTAR PUSTAKA 1. Al-Qur`anul Karim 2. Ad-Daraquthni, ‘Ali bin ‘Umar, Al-Imam, Sunanud Daraquthni, Darul Fikr, Beirut, Tanpa Nomor Cetakan, 1414H/1994M. 3. Ahmad Mukhtar ‘Umar,Al-Ustadz, Ad-Duktur, Mu’jamul Lughatil ‘Arabiyyatil Mu’ashirah, ‘Alamul Kutub, Kairo, Cetakan I, 1429 H / 2008 M. 4. Al-‘Aini, Abu Muhammad, Mahmud bin Ahmad, Asy-Syaikh, Al-Imam, Al‘Allamah, Badruddin,‘Umdatul Qari Syarhu Shahihil Bukhari, Daru Ihya`it Turatsil ‘Arabi, Beirut, Lebanon, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun. 5. Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Fadlilatusy Syaikh, Al-‘Allamah, Asy-Syarhul Mumti’u ‘ala Zadil Mustaqni’, Darubnil Jauzi, Arab Saudi, Cetakan I, 1423 H. 6. Al-‘Utsaimin, Muhammad bin Shalih, Fadlilatusy Syaikh, Syarhu Nuzhatin Nadhar, Darul ‘Aqidah, Iskandariyyah, Tanpa Nomor Cetakan, 1428 H / 2007 H. 7. Muhammad ‘Abdul Qadir ‘Atha, As-Sunanul Kubra, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan lII, 1424 H / 2003 M. 8. As-Sindi, Matnu Masykulil Bukhari,Darul Fikr, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1426-1427 H /2006 M. 9. Al-Jaziri, ‘Abdurrahman, Asy-Syaikh, Kitabul Fiqhi ‘ala Madzahibil Arba’ah, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan III, 1429 H / 2008 M. 10. Al-Khazin, ‘Ali bin Muhammad bin Ibrahim Al-Baghdadi, ‘Ala`uddin, Tafsirul Khazini Al-Musamma Lubabut Ta`wili fi Ma’anit Tanzil, Darul Kutubil ’Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1415 H / 1995 M. 11. Al-Maturidi, Abu Manshur, Muhammad bin Muhammad bin Mahmud, AlImam, Ta`wilatu Ahlis Sunnah, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1426 H / 2005 M. 12. Al-Mizzi,Abul Hajjaj, Jamaluddin bin Yusuf bin ‘Abdurrahman, Al-Imam, AlHafidh, Tahdzibul Kamali fi Asma`ir Rijal, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 2004 M / 1425 H. 24 Miftahul Firdaus 2807825 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line 13. Al-Qadli ‘Iyadl, Abul Fadlel, ‘Iyadl bin Musa bin ‘Iyadl, Al-Imam, Al-Hafidh, Ikmalul Mu’limi bi Fawa`idi Muslim, Darul Wafa`, Tanpa Nama Kota, Cetakan I, 1998 M / 1419 H. 14. Al-Qasimi,Muhammad Jamaluddin, Al-‘Allamah, Asy-Syaikh, Qawa’idut Tahditsi min Fununi Mushthalahil Hadits, Darul ‘Aqidah, Iskandariyyah, Kairo, Cetakan I, 1425 H / 2004 M. 15. Al-Qasimi, Muhammad Jamaluddin,Tafsirul Qasimi Al-Musamma Mahasinut Ta`wil,Tahqiq Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi,Daru Ihya`it Turatsil ’Arabi, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1994 M / 1415 H. 16. Al-Qurthubi,Abu ‘Abdillah, Muhammad bin Ahmad Al-Anshari, Al-Jami’u li Ahkamil Qur`an,Darul Katibil ‘Arabi, Tanpa Nama Kota, Cetakan III, 1387 H / 1967 M. 17. Al-Ubay, Muhammad bin Khalifah, Al-Wasytani, Al-Imam, Ikmalu Ikmalil Mu’allim, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan II, 2008 M / 1429 H. 18. An-Namlah,‘Abdul Karim bin ‘Ali bin Muhammad,Asy-Syaikh, Al-Ustadz, AdDuktur,Taisiru Masa’ilil Fiqhi Syarhur Raudlil Murbi’,Maktabatur Rusyd, Riyadl, Cetakan III, 1430H / 2009M. 19. An-Nawawi, Shahihu Muslimin bi Syarhin Nawawi, Darul Fikr, Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, 1401H / 1981 M. 20. An-Nawawi, Abu Zakariyya, Yahya bin Syaraf, Muhyiddin, Al-Majmu’u Syarhul Muhadzdzab, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1428 H / 2007 M. 21. Ash-Shan’ani,Al-Amir, Muhammad bin Isma’il, Al-‘Allamah, As-Sayyid, Al‘Uddatu ‘ala Ihkamil Ahkam,Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1419 H /1999 M. 22. As-Suyuthi, Jamaluddin, Al-Hafidh, Tadribur Rawiyyi fi Syarhi Taqribin Nawawi, Darul Hadits, Kairo, Tanpa Nomor Cetakan, 1431 H / 2010 M. 23. Ath-Thabari, Abu Ja’far, Muhammad bin Jarir, Jami’ul Bayani fi Tafsiril Qur`an, Darul Baz, Makkah Al-Mukarramah, Cetakan III, 1398 H / 1978 M. 24. Az-Zahidi, Hafidh Tsanallah, Taujihul Qari, Darul Fikr, Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun. Miftahul Firdaus 2807826 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line 25. Az-Zarkasyi, Muhammad bin Bahadir bin ‘Abdullah, Al-Imam, Badruddin, Al-Bahrul Muhithu fi Ushulil Fiqh, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan II, 1428 H / 2007 M. 26. Wahbah Az-Zuhaili,Al-Ustadz, Ad-Duktur, Al-Fiqhul Islamiyyu wa Adillatuh, Darul Fikr, Damaskus, Cetakan VI, 2008 M / 1429 H. 27. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Cetakan VII, Edisi IV, 2013 M. 28. Ibnu ‘Abdil Barr, Yusuf bin ‘Abdullah bin Muhammad, Al-Qurthubi, AlImam, Al-Hafidh, At-Tamhidu lima fil Muwaththa`i minal Ma’ani wal Masanid, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1419 H / 1999 M. 29. Ibnu Baththal, Abul Hasan, ‘Ali bin Khalaf bin ‘Abdul Malik Al-Bakri AlQurthubi Al-Balansi, Asy-Syaikhul ‘Allamah, Syarhubni Baththal‘ala Shahihil Bukhari, Darul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 2003 M / 1424 H. 30. Ibnu Hajar, Ahmad bin ‘Ali bin Hajar, Al-‘Asqalani, Al-Hafidh, Fat-hul Bari bi Syarhi Shahihil Bukhari, Darul Fikr, Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun. 31. Ibnul ‘Arabi, Abu Bakr, Muhammad bin ‘Abdillah, Ahkamul Qur`an, Darul Kutubil ’Ilmiyyah, Beirut, Lebanon, 2008 M / 1429 H. 32. Imam Suryono dan Java Creativity, Step by Step Membangun Hypermarket Online dengan Prestashop,PT Elex Media Komputindo, Jakarta, Cetakan I, 2013 M. 33. Kurniawan, Dedik, Panduan Cerdas Jual Beli Online, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, Tanpa Nomor Cetakan, 2012. 34. Mahmud Ath-Thahhan, Taisiru Mushthalahil Hadits, Darul Fikr, Tanpa Nama Kota, Tanpa Nomor Cetakan, Tanpa Tahun. 35. Marzuki, Drs., Metodologi Riset, BPFE – UII, Yogyakarta, Cetakan VII, 2000 M. 36. Muslim,Abul Husain, Ibnul Hajjaj, Al-Qusyairi, An-Naisaburi, Shahihu Muslim,Tahqiq MusaSyahin Lasyin dan Ahmad ‘Umar Hasyim,Mu`assasatu ‘Izziddin, Beirut, Lebanon, Cetakan I, 1407 H / 1987 M. Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 2807827 37. Prasetio, Adhi, Smart Guide Jualan Online, Media Kita, Jakarta, CetakanI, 2012 M. 38. Qal‘ahji, Muhammad Rawas, Mu‘jamu Lughatil Fuqaha`, Darun Nafa`is, Beirut, Lebanon, Cetakan II, 1427 H / 2006 M. 39. Sabiq, As-Sayyid, Fiqhus Sunnah,Darul Fat-hi lil I’lamil ‘Arabi, Kairo, Mesir, Cetakan III, 1428H/2008M. 40. Thahmaz , Abdul Hamid Mahmud, Al-Fiqhul Hanafiyyu fi Tsaubihil Jadid, Darul Qalam, Damaskus, Cetakan I, 1422 H / 2001 M. 41. Al-Lajnatul ‘Alamiyyah, Qamusu Athlasil Mausu’i, Daru Athlas, Kairo, Cetakan IV, 1431 H / 2010 M. 42. Wizaratul Auqafi wasy Syu`unil Islamiyyah, Al-Mausu’atul Fiqhiyyah, Kuwait, Cetakan IV, 1414 H / 1993 M. Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 28078 LAMPIRAN DERAJAT HADITS 1. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli yang Mengandung Unsur Tipuan (hlm. 8) Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya merupakanhadits shahih peringkat ketiga.73 Dengan demikian, hadits Abu Hurairah ini berderajat shahih. 2. Hadits Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu tentang Larangan Jual Beli Mulamasah (hlm. 8-9) Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab shahih keduanya. Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab shahih keduanya merupakan hadits shahih peringkat pertama. 74 Dengan demikian, hadits Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu ini berderajat shahih. 3. Hadits Mak-hul tentang Jual Beli Barang Ghaib dengan Khiyar bagi Pembeli (hlm. 9) Hadits Mak-hul tentang jual beli barang ghaib dengan khiyar bagi pembeli ini dikeluarkan oleh Ad-Daraquthni dan Al-Baihaqi. Berikutini rangkaian sanad Ad-Daraquthni: 1. Da’laj bin Ahmad 2. Muhammad bin ‘Ali bin Zaid 3. Sa’id bin Manshur 4. Isma’il bin ‘Ayyasy 5. Abu Bakr bin ‘Abdullah bin Abu Maryam 6. Mak-hul Adapun rangkaian sanad Al-Baihaqi adalah: 1. Abu Hazim ‘Umar bin Ahmad Al-‘Abdawi 2. Abul Fadlel Muhammad bin ‘Abdullah bin Muhammad 3. Ahmad bin Najdah 73 Lihat Taisiru Mushthalahil Hadits susunan Ath-Thahhan, hlm. 37. Taisiru Mushthalahil Haditssusunan Ath-Thahhan, hlm. 36. 74Lihat 28 Telaah Boleh Tidaknya Jual Beli On Line Miftahul Firdaus 2807829 4. Sa’id bin Manshur 5. Isma’il bin ‘Ayyasy 6. Abu Bakr bin ‘Abdullah bin Abu Maryam 7. Mak-hul Pada sanad Ad-Daraquthni dan sanad Al-Baihaqi di atas, terdapat rawi yang diperbincangkan di kalangan ulama, yaitu Abu Bakr bin ‘Abdullah bin Abu Maryam. Abu Bakr bin ‘Abdullah bin Abu Maryam, dinyatakan oleh Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in, dan An-Nasa`i bahwa dia termasuk rawi dla’if. ( ُم ْنك َُر ا ْل َحد ْيثdiingkari haditsnya).Abu َ (lemah haditsnya).Ibrahim Hatim mengatakan bahwa diaحد ْيث َ ف ا ْل ُ ضع ْي bin Ya’qub mengatakan bahwa diaس با ْل َقوِي َ (لَ ْيtidak kuat).75Dengan Abu Zur’ah mengatakan bahwa dia demikian, Abu Bakr bin ‘Abdullah bin Abu Maryam ini merupakan seorang rawi dla’if. Selain itu, hadits ini diriwayatkan oleh Mak-hul dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan Mak-hul adalah seorang tabi’i 76 .Dalam ilmu Mushthalah Hadits disebutkan bahwa hadits yang diriwayatkan oleh seorang tabi’i yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut hadits mursal.77 Dengan demikian, hadits yang diriwayatkan Makhul ini termasuk hadits mursal. Hadits mursal termasuk hadits dla’if. 78 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hadits Mak-hul ini berderajat dla’if. 4. Hadits Ibnu ‘Abbas tentang Penentuan Takaran, Timbangan, dan Waktu pada Jual BeliAs-Salaf (hlm. 9-10) Hadits Ibnu ‘Abbas ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab shahih keduanya. Hadits-hadits yang dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim merupakan hadits shahih tingkat pertama. 79 Dengan demikian, hadits Ibnu Abbas ini berderajat shahih. 75Lihat Tahdzibul Kamal susunan Al-Mizzi, jld. 11, hlm. 256-257. Al-Majmu’u Syarhul Muhadzdzab susunan An-Nawawi, jld. 10, hlm. 336. 77Lihat Tadribur Rawi susunan As-Suyuthi, hlm. 159. 78 Lihat Qawa’idut Tahdits susunan Al-Qasimi, hlm. 133. 79Lihat Taisiru Mushthalahil Haditssusunan Ath-Thahhan, hlm. 36. 76Lihat