1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan tempat bagi banyak orang untuk melakukan berbagai aktivitas, maka untuk menjamin kesehatan dan kenyamanan penduduknya harus ada sanitasi yang memadai, misalnya drainase. Dengan adanya drainase tersebut genangan air hujan dapat disalurkan sehingga banjir dapat dihindari dan tidak akan menimbulkan dampak ganguan kesehatan pada masyarakat serta aktivitas masyarakat tidak akan terganggu. Drainase merupakan suatu sistem untuk menyalurkan air hujan. Sistem ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang sehat, apalagi di daerah yang berpenduduk padat seperti di perkotaan 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari tugas drainase ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami sistem drainase khusus di perkotaan dan tujuannya, serta bisa mengaplikasikannya di lapangan. Tujuan dari tugas untuk memberikan persoalan kepada mahasiswa sedemikian rupa sehingga mahasiswa tersebut dapat atau mampu untuk merancang sistem penyaluran air hujan, dimana perhitungan-perhitungan yang berkaitan dengan rancangan disesuaikan dengan kriteria disain (berdasarkan literature) dan mempresentasikannya rancangan tersebut dalam bentuk gambar teknik yang memenuhi kaidah-kaidah perencanaan. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Drainase 2.1.1 pengertian Drainase Drainase yang berasal dari kata kerja 'to drain' yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air, adalah terminologi yang digunakan untuk menyatakan sistim-sistim yang berkaitan dengan penanganan masalah kelebihan air, baik diatas maupun dibawah permukaan tanah. Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia. Dalam bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk pada parit di permukaan tanah atau gorong-gorong di bawah tanah. Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi pencegahan banjir. Pengertian drainase perkotaan tidak terbatas pada teknik pembuangan air yang berlebihan namun lebih luas lagi menyangkut keterkaitannya dengan aspek kehidupan yang berada di dalam kawasan perkotaan. 2.1.2 Siklus Hidrologi Siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir bumidan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudra oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju,hujan batu, hujan es dan salju, hujan gerimis atau kabut. pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dnegan tiga cara yang berbeda : Evaporasi / transpirasi ; air yang ada dilaut, didaratan, disungai, di tanaman dang sebagainya kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfir) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bitik – bitnik yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, dan es. Infiltrasi / pekolasi ke dalam tanah ; air yang bergerak ke dalam tanah melalui celah – celah dan pori – pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air permukaan ; air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau, makin landau lahan dan makin sedikit pori – pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. 3 Jenis drainase dapat dikelompokan berdasarkan cara terbentuknya, system pegalirannya, tujuan/sasaran pembuatannyaa, tata letaknya, fungsinya, dan kontruksinya. Berikut ini merupakan pejelasan jenis drainase berdsarkan pengelompokan tersebut. 1. Drainase berdasarkan cara terbentuknya : a. Drainase alamiah (natural drainage), terbentuk melalui proses alamiah yang berlangsung lama. Gambar 2.1 Terbentuknya drainase alamiah b. Drainase buatan (artificial drainage), dibuat dengan maksud tertentu dan merupakan hasil rekayasa berdasarkan hasil hitunganhitungan yang dilakukan dalam upaya penyempurnaan atau melengkapi kekurangan sisterm drainase alamiah. Gambar 2.2 Drainase Buatan 4 2. Drainase berdasarkan sistem pengalirannya a. Drainase dengan sistem jaringan, suatu system pengeringan atau pengaliran air pada suatu kawasan yang dilakukan dengan mengalirkan air melalui system tata saluran dengan bangunan pelengkapnya. Gambar 2.3 Drainase dengan sistem jaringan b. Drainase dengan sistem resapan, suatu system pengeringan air dengan jalan meresapkan air kedaalam tanah. Gambar 2.4 Drainase dengan system sumur resapan 3. Drainase bedasarkan tujuan atau sasaran pembuatannya: a. Drainase perkotaan, adalah system drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban) yang berfungsi untuk mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan didaerah pemukiman yang bersal dari hujan local. 5 Gambar 2.5 Sistem Drainase Perkotaan b. Drainase daerah pertanian, pengeringan air didaerah pertanian seperti di pesawahan yang bertujuan untuk mencegah kelebihan air agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Gambar 2.6 Drainase daerah pertanian c. Drainase lapangan terbang, pengeringan atau pengaliran dikawasan lapangan terbang terutama pada runway dan taxiway sehingga kegiatan penerbangan baik takeoff, landing, dan taxing tidak terhambat dan berjalan aman tanpa adanya kejadian tergelincirnya ban pesawat terbang. Gambar 2.7 Rekayasa drainase lapangan terbang 6 d. Drainase jalan raya, pengeringan atau pengaliran air dipermukaan jalan raya yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada badan jalan dan menghindari kecelakaan lalu lintas. Gambar 2.8 Drainase jalan raya e. Drainase jalan kereta api, pengerigen atau pengliran air disepanjang jalur rel kereta api yang bertujuan untuk menghindari kerusakan pada jalur rel kereta api. Gambar 2.9 Drainase jalan kereta api f. Drainase pada tanggul dan dam, pengaliran air didaerah sisi luar tanggul dan dam bertujuan untuk mencegah keruntuhan tanggul dan dam akibat erosi rembesan aliran air (piping, boiling). Gambar 2.10 Drainase chek dam 7 g. Drainase lapangan olahraga, pengeringan atau pengalian air pada suatu lapangan olahraga seperti lapangan sepak bola. Gambar 2.11 Drainase lapanngan sepak bola h. Drainase untuk keindahan kota, bagian dari drainase perkotaan, namun pembuatan drainase lebih ditunjukan pada sisi estetika seperti tempat rekreasi. Gambar 1.12 Drainase Kota Tokyo 8 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Drainase Khusus Pada pembahasan ini kami membahas drainase khusus, adapun materi yang kami bahas yaiu : 1. Drainase Sistem Polder 2. Drainase Lapangan Olahraga 3.1.1 Sistem Polder Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan kelengkapan bangunan sarana fisik, yang meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka air, debit dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Oleh karena itu, sistem polder disebut juga sebagai sistem drainase yang terkendali. Sistem ini dipakai untuk daerah-daerah rendah dan daerah yang berupa cekungan, ketika air tidak dapat mengalir secara gravitasi. Agar daerah ini tidak tergenang, maka dibuat saluran yang mengelilingi cekungan. Air yang tertangkap dalam daerah cekungan itu sendiri ditampung di dalam suatu waduk, dan selanjutnya dipompa ke kolam tampungan. Gambar 3.1 Sketsa tipikal sitem polder 9 3.1.2 Karakteristik Sistem Polder Polder adalah suatu kawasan yang didesain sedemikian rupa dan dibatasi dengan tanggul limpasan air yang berasal dari luar kawasan tidak dapat masuk. Dengan demikian hanya aliran permukaan atau kelebihan air yang berasal dari kawasan itu sendiri yang akan dikelola oleh sistem polder. Di dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah tangkapan air alamiah, akan tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali pada pembuangan dengan penguras atau pompa yang berfungsi mengendalikan kelebihan air. Muka air di dalam sistem polder tidak bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya karena polder mempergunakan tanggul dalam operasionalnya sehingga air dari luar kawasan tidak dapat masuk ke dalam sistem polder. 3.1.3 Fungsi Polder Pada awalnya polder dibuat untuk kepentingan pertanian. Tetapi beberapa dekade belakangan ini sitem polder juga diterapkan untuk kepentingan pengembangan industri, pemukiman, fasilas umum serta untuk kepentingan lainnya dengan alasan keamanan. Fungsi utama polder adalah sebagai pengendali muka air di dalam sistem polder tersebut. untuk kepentingan permukiman, muka air di dalam sistem dikendalikan supaya tidak terjadi banjir/genangan. Air di dalam sistem dikendalikan sedemikian rupa sehingga jika terdapat kelebihan air yang dapat menyebakan banjir, maka kelebihan air itu dipompa keluar sistem polder. 3.1.4 Elemen-elemen sistem Polder Sistem polder terdiri dari jaringan drainase, tanggul, kolam retensi dan badan pompa. Keempat elemen sistem polder harus direncanakan secara integral, sehingga dapat bekerja secara optimal. 3.1.4.1 Jaringan Drainase Drainase adalah istilah yang digunakan untuk sistem penanganan kelebihan air. Khusus istilah drainase perkotaan, kelebihan air yang dimaksud adalah air yang berasal dari air hujan. Kelebihan air hujan pada suatu daerah, dapat menimbulkan masalah yaitu banjir atau genangan air. Pada suatu sistem drainase perkotaan terdapat jaringan saluran drainase yang merupakan sarana drainase lateral berupa pipa, saluran tertutup dan saluran terbuka. Berdasarkan cara kerjanya saluran drainase terbagi dalam beberapa jenis, yaitu saluran pemotong, saluran pengumpul dan saluran pembawa. Untuk Menjamin berfungsinya saluran 10 drainase secara baik, diperlukan bangunan-bangunan pelengkap di tempat-tempat tertentu. Jenis bangunan pelengkap itu adalah : a. Bangunan Silang : misalnya gorong-gorong atau siphon b. Bangunan Pintu Air : misalnya pintu geser atau pintu otomatis c. Bangunan persep (Infiltrasi) : misalnya sumur resapan Semua bagunan yang disebutkan di atas tidak selalu harus ada pada setiap jaringan drainase. Keberadaanya tergantung pada kebutuhan setempat yang biasanya dipengaruhi oleh fungsi saluran, tuntutan akan kesempurnaan jaringannya, dan kondisi lingkungan. Gambar ilustrasi mengenai jaringan drainase dalam sistem polder dapat dilihat pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Skema jaringan drainase pada sistem polder 3.1.4.2 Tanggul Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air atau daerah/wilayah tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daribada elevasi di sekitar kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan air yang berasal dari luar kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan air yang berasal dari luar kawasan. Dalam bidang perairan , laut dan badan air merupakan daerah yang memerlukan tanggul sebagai pelindung di sekitarnya. Jenis-jenis tanggul, antara lain: tanggul alamiah, tanggul timbunan, tanggul beton dan tanggul infrastruktur. a. Tanggul alamiah, yaitu tanggul yang sudah terbentuk secara alamiah dari bentukan tanah sendirinya. Contohnya bantaran sungai di pinggiran sungai secara memanjang. b. Tanggul timbunan, yaitu tanggul yang sengaja dibuat dengan menimbun tanah atau material lainnya, dipinggiran wilayah. Contohnya tanggul timbunan batuan di sepanjang pinggiran laut. 11 c. Tanggul beton, yaitu tanggul yang sengaja dibangun dari campuran perkerasan beton agar berdiri dengan kokoh dan kuat. Cotohnya tanggul bending, dinding penahan tanah (DPT). d. Tanggul infrastruktur, yaitu sebuah struktur yang didesain dan dibangun secara kuat dalam periode waktu yang lama dengan perbaikan dan pemeliharaan secara terus menerus, sehingga seringkali dapat difungsikan sebagai sebuah tanggul, misal jalan raya. 3.1.4.3 Kolam Retensi Kolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung atau meresapkan air didalamnya, tergantung dari jenis bahan pelapis dinding dan dasar kolam. Kolam retensi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolam alami dan kolam non alami. a. Kolam Alami yaitu kolam retensi yang berupa cekungan atau lahan resapan yang sudah terdapat secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada kondisi aslinya atau dilakukan penyesuaian. Perencanaan kola mini berfungsi sebagai kolam penyimpanan air, juga dapat meresapkan pada lahan atau kolam yang pervious, misalnya lapangan sepak bola (yangtertutup oleh rumput), danau alami, seperti yang terdapat di taman rekresi dan kolam rawa. b. Kolam Non Alami yaitu kolam retensi yang dibuat sengaja didesain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan sebelumnya dengan lapisan bahan material yang baku, seperti beton. 3.1.4.4 Stasiun Pompa Di dalam stasiun pompa terdapat pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air yang sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction jaringan drainase ke luar cakupan area. Prinsip dasar kerja pompa adalah menghisap air dengan menggunakan sumber tenaga, baik itu listrik atau diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut atau sungai/banjir kanal yang bagian hilirnya akan bermuara di laut. Biasanya pompa digunakan pada suatu daerah dengan dataran rendah atau keadaan topografi atau kontur yang cukup datar, sehingga saluran-saluran yang ada tidak mampu mengalir secara gravitasi. Jumlah dan kapasitas pompa yang disediakan dengan volume layanan air yang harus dikeluarkan. Pompa yang menggunakan tenaga listrik, disebut dengan pompa jenis sentrifugal, sedangkan pompa yang menggunakan tenaga diesel dengan bahan bakar solar adalah pompa submersible. 12 3.2 Drainase Khusus di daerah Kalimantan Dari pembahasan di atas tersebut kami menambahkan drainase khusus di daerah Kalimantan dengan menggunakan sistem polder. Lahan yang biasanya perlu dilakukan drainase khusus ialah tempat yang praktis selalu tergenang air. Dengan demikian tanah mempunyai sifat kurang matang (Tidak subur), ada kendala-kendala tertentu seperti kemungkinan terdapatnya pirit di bawah permukaan tanah yang biasa menjelma menjadi tanah sulfat masam kalau ada drainase yang berlebihan. Daya dung tanah kecil hingga sebagai perletakan pondasi kurang menguntungkan. Dalam perencanaan atau pemanfaatan daerah rendah khususnya rawa dilakukan dua cara yaitu : 1. Sistem timbunan (land filing) 2. Sistem polder 3.2.1 Sistem Timbunan (land filing) Sistem timbunan merupakan cara pemanfaatan dataran rendah dengan cara menimbun lahan dengan material tanah sehingga mencapai elevasi aman, di atas muka air laut atau muka air sungai tertinggi, daerah menjadi aman dari pengaruh pasang surut dan banjir, sekaligus dapat dikembangkan sistem drainase air hujan maupun air limbah secara gravitasi. Gambar 3.3 Gambar sistem timbunan 13 3.2.2 Sistem Polder (Rawa) Elevasi dibiarkan pada ketinggian aslinya, sedangkan airnya diturunkan atau dikeringkan dengan sistem pengontrolan dengan tanggul dan pompa atau manajemen lainnya. artinya bidang tanah tersebut harus diisolasi dari pengaruh pemberatan air dari sekitarnya, yaitu dengan membuat tanggul keliling. Satu-satunya jalan untuk mengeringkan lahan tersebut dengan demikian harus dipompa. Namun sebaliknya tidak boleh terjadi drainase berlebihan karena ini pun akan menyebabkan kerusakan tanah. Gambar 3.4 Gambar sistem Polder Faktor yang menjadi pertimbangan 1. Penggunaan lahan baru yang direklamasi 2. Faktor keamanan yang disyaratkan 3. Ketersediaan material 4. Biaya Perencanaan sistem polder Polder adalah daerah yang dibatasi dengan baik, dimana air yang berasal dari luar kawasan tidak boleh masuk, hanya air hujan (dan kadang-kadang air rembesan) pada kawasan itu sendiri yang dikumpulkan. Dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah tangkapan air alamiah, tetapi dilengkapi denngan bangunan pengendali pada buangannya (dengan pengurus atau pompa) untuk mengendalikan aliran di luar. 14 Muka air di dalam polder (air permukaan maupun air bawah permukaan) tidak tergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya dan dinilai berdasarkan elevasi lahan, sifat-sifat tanah, iklim dan tanaman. Gambar 3.5 Detail sistem polder Tipe –tipe Polder 1. Polder yang diperoleh dengan cara reklamasi suatu daerah rawa, daerah air payau dan tanah basah. 2. Polder akibat dilindungi tanggul memanjang searah sungai. 3. Polder akibat pembendungan/penanggulan di daerah muara sunagi. 4. Polder yang diperoleh dengan cara reklamasi yaitu mengendapkan sedimen, misalnya pada suatu daerah pantai. 5. Polder yang terbentuk akibat proses “subsidence” perlahan-lahan dari muka tanah rendah dibawah muka air laut rata-rata. Keadaan Tanah 1. Tanah jelek (berawa) 2. Tanah mentah 3. pada kedalaman 2 meter terdapat pirit (cat clay). 15 Aspek teknis sistem polder Pembangunan tanggul laut, tanggul laut dalam sistem polder merupakan pembatas hidrologi yang melindungi daerah di dalam sistem polder dari pengaruh air laut (pasang surut dan gelombang). Penurunan tanah, sistem polder yang dikembangkan didaerah endapan alluvial dengan kondisi tanah lunak yang cukup tebal, sehingga penurunan tanah jangka panjang akibat proses konsolidasi sangat berpengaruh terhadap elevasi. Konservasi pantai, konservasi untuk memenuhi pengembangan kawasan pantai yang potensial Manajemen polder, manajemen operasi dan pemeliharaan sistem polder untuk mencegah penurunan fungsi sistem polder. 3.3 Drainase Lapanga Sepak Bola Sistem drainase untuk lapangan olah raga bertujuan untuk mengeringkan lapangan agar tidak terjadi genangan air bila terjadi hujan, karena bila timbul genangan air maka akan mengganggu dan membahayakan pemakai lapangan. Oleh karena itu diusahakan agar air dapat cepat meresap ke dalam tanah secara infiltrasi. Stadion olah raga atau stadion utama umumnya digunakan untuk kepentingan olah raga sepak bola dan atletik. Lapangan sepak bola terletak di tengah yang juga digunakan untuk perlombaan atletik, dikelilingi oleh jalur lari (running track). Lapangan sepak bola berupa lapangan rumput, sedangkan jalur lari berupa tanah campuran dengan syarat-syarat tertentu. Guna mencegah air dari luar masuk ke stadion, maka di sekeliling stadion harus dibuat selokan terbuka di luar stadion, sedangkan di dalam stadion pada tepi lapangan dibuat selokan keliling untuk mendrain air hujan ke luar stadion. Dalam perencanaan sistem drainase lapangan olah raga perlu diperhatikan beberapa hal, diantaranya : 1. Konstruksi sistem drainase diusahakan agar dapat mengeringkan dengan cepat, namun tidak mengganggu pertumbuhan rumput. 2. Daerah yang akan ditangani cukup luas dan tidak memungkinkan untuk dibuat suatu lobang masukan (inlet). 16 3. Daya resap tanah harus baik sehingga infiltrasi dapat berlangsung dengan baik dan tidak terjadi genangan-genangan air. 4. Tanah tidak boleh tererosi, limpasan (run off) dan kemiringan lapangan kecil dengan i < 0,007. 5. Pada sekeliling lapangan sepak bola yang berbatasan dengan jalur lari dibuat collector drain berupa pipa berlubang untuk menampung air yang meresap ke dalam tanah pada daerah tersebut. 6. Pembebanan air dari luar direduksi dengan membuat saluran di sekeliling lapangan. 3.3.1 Dasar Teori Dalam perencanan drainase terutama di lapangan olahraga, hal yang sangat perlu di perhatikan adalah kemampuan infiltrasi tanah. Infiltrasi tanah yang umumnya dijumpai di alam berkisar pada kecepatan 430 s.d 860 mm/hari, sedang persentasi pori di sekitar berkisar antara 10 s.d 50 % dengan daya resap 43 s.d 430 mm/hari. Namun hasil penelitian di laboratorium umumnya berbeda dengan keadaan di alam karena tanah yang tidak homogen, terdapat retak bekas akar dan sebagainya. Selain itu daya resap air juga dipengaruhi oleh adanya lapisan kedap air, muka air tanah yang terletak dekat dengan muka tanah, dan keadaan tanah, diantaranya kadar pori tanah, besar butiran dan jenis tanah. Sketsa saluran dan arah aliran air Gambar di atas adalah contoh rencana aliran air yang akan dikeringakan pada lapangan sepakbola. Air hujan sebagian besar meresap masuk ke saluran drainase bawah permukaan dan sebagian ke saluran drainase permukaan Kemiringan i = 0,007 17 Pipa Pengumpul (Collector Drain) Diperbatasan lapangan sepakbola dan lintasan atletik ditempatkan pipa kolektor untuk mengumpulakan air yang berasal baik dari lintasan atletik ataupun lapangan sepakbola. Sketsa Lapisan Lapangan Sepak bola 18 3.4 Perencanaan Pembuatan Lapangan Sepak Bola Secara Praktis 1. Tahap I. a. Mengetahui ukuran luas lapangan yang akan dibuat. b. Lakukan pengukuran dengan selang Waterpass untuk mengetahui tingkat kerataan tanah yang akan dijadikan lapangan. c. Tentukan sisi sebelah mana yang akan dijadikan pembuangan air dari drainase lapangan. 2. Tahap II. a. Merencanakan model saluran drainase lapangan, disarankan untuk menggunakan model “SIRIP IKAN”. Gambar 3.5 Bentuk sirip ikan b. Merencakan jarak antara pipa induk satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan luas lapangan. c. Disarankan jarak antar pipa induk adalah 10 m. 3. Tahap III. a. Menyiapkan pipa paralon kemudian membuat lubang-lubang di setengah bagian permukaan paralon. 19 Gambar 3.6 Pipa yang dilobangi b. Menggali tanah sebagai drainase yang nantinya akan diletakkan pipa yang telah dilubangi. (gambar 3.6) c. Dalam penggalian parit harus diperkirakan kedalamannya agar air dapat mengalir dengan lancar. d. penyambungan pipa sirip dengan pipa induk dilakukan di lapangan dengan menggunakan pisau gerinda listrik. Gambar 3.7 Penyambungan Pipa e. Diatas paralon yang telah diletakkan di parit, ditimbun ijuk sampai rata dengan tanah. Gambar 3.8 Penimbunan Ijuk 20 4. Tahap IV a. Menyiapkan penimbunan di atas permukaan tanah setebal 15 cm dengan rincian : 10 cm diisi dengan sisa ayakan (brangkal) ; 5 cm diisi dengan dengan hasil ayakan pasir. Ayakan dibuat dari kawat ram berukuran 1 cm. Gambar 3.9 Penimbuna / Perataan Pasir b. Disarankan menggunakan pasir dari pasir limbah batubara sebagai timbunan agar air tidak menggenang. 5. Tahap V a. Menanam rumput. Gambar 3.10 Penanaman Rumput b. Disarankan menggunakan rumput Golf, karena rumput jenis ini mudah cara penanamannya dan cocok tumbuh di atas pasir. 21 c. Cara penanaman rumputnya cukup ditabur/dihampar merata diatas pasir / pasir batubara, kemudian diatasnya ditaburi pasir ayakan halus yang diayak menggunakan kawat ram 0,5 cm. Gambar 3.11 Penaburan pasir halus d. Beri pupuk dan siram rumput secara teratur, pagi, siang dan sore. e. Rumput akan mulai terlihat hijau dalam beberapa hari. 22 KESIMPULAN Drainase merupakan ilmu yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebih pada suatu konteks tertentu dan dibagi menjadi beberapa jenis menurut sejarah terbentuknya. Letak bangunan, fungsi, serta konstruksinya berdasarkan pola-pola jaringan drainase. Drainase perkotaan dikembangkan khusus mengkaji kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan fisik dan social budaya yang ada dikawasan tersebut yang ditinjau dari aspek hidrologi dan hidrulika System drainase khusus memiliki keterkaitan dengan tata guna lahan , tata ruang kota, master plan drainase kota dan kondisi social budaya masyarakat.