Uploaded by User53462

Laporan tetes mata atropin sulfat

advertisement
LABORATORIUM TEKNOLOGI FORMULASI
SEDIAAN STERIL
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG
Zat aktif
: Atropin Sulfat
Bentuk Sediaan
: Larutan Tetes Mata
Kekuatan Sediaan
: 1%
Jumlah Sediaan
: 1 botol (10 mL)
I.
FORMULA YANG DIGUNAKAN
R/ Atropin Sulfat
100 mg
Natrii Chloridum
70 mg
Benzolkanii Chloridum
2 µl
Dinatrii Edetas
5 mg
Aqua pro injection
ad 10 ml
(Formulasi Nasional II, hal.32)
II.
ALASAN PEMILIHAN FORMULASI
Atropin Sulfat digunakan sebagai zat aktif untuk mengurangi mata berair
akibat peradangan mata. Na2EDTA digunakan sebagai pengawet dengan cara
meningkatkan aktivitas antimikroba Benzalkonium Klorida terhadap bakteri
Pseudomonas pada konsentrasi 0,1%. NaCl berfungsi sebagai zat pengisotonis,
dapat membuat sediaan tetes mata yang semula hipotonis menjadi isotonis, agar
sediaan dapat lebih mudah diterima oleh mata ataupun tubuh. Benzalkonium
Kloridum berfungsi sebagai pengawet yang memiliki mekanisme aksi bakterisida /
mikrobisidal kerja cepat dengan durasi kerja yang cukup lama, selain itu dapat
mencegah kontaminasi dari mikroorganisme selama pemakaian, karena obat tetes
mata atropin sulfat merupakan dosis ganda/multiple doses Terakhir penambahan
Aqua pro injeksi, berfungsi sebagai pembawa yang telah dibuat khusus untuk
sediaan-sediaan steril seperti tetes mata dan injeksi.
III. MONOGRAFI
3.1 Zat Aktif
Atropin Sulat
Gambar 3.1 Struktur Atropin Sulfat
(Depkes RI, 2014)
Rumus molekul
:
(C17H23NO3)2.H2SO4.H2O
Berat molekul
:
694.85
Pemerian
:
Hablur tidak berwarna atau serbu hablur putih;
tidak berbau, mengembang diudara kering;
perlahan-lahan terpengaruhi oleh cahaya.
Kelarutan
:
Sangat mudah larut dalam air, mdah larut
dalam etanol mendidih, mudah larut dalam
glisrin
Titik lebur
:
109-194°C
pH
:
3,5 – 6,0
Kegunaan
:
Parasimpatolitikum
OTT
:
Hidroksibenzoat, alkali, reduktor, asam tanat,
dan garam merkuri
Penyimpanan
:
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya .
(Farmakope Indonesia, Edisi III. Hal 98)
3.2 Zat Tambahan
3.2.1 Benzalkonium Klorida
Gambar 3.2 Struktur Benzalkonium Klorida
Pemerian
: Serbuk amorf berwarna putih atau putih
kekuning – kuningan bisa sebagai gel yang tebal
atau seperti gelatin, bersifat higroskopis dan
berbau aromatis dan rasa sangat pahit.
Kelarutan
: Sangat mudah larut dalam air dan etanol 95%,
entuk anhidrat mudah larut dalam benzen dan
agak sukar larut dalam eter.
OTT
: Aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas
fluoresin, H2O2, iodine, kaolin, lanolin dan
nitrat.
Stabilitas
: Bersifat higroskopis dan mungkin dipengaruhi
oleh
cahaya,
udara
dan
bahan
logam.
Larutannya stabil pada pH rentang dan rentang
temperatur
yang
lebar.
Larutanya
dapat
disimpan pada periode waktu yang lama dalam
suhu kamar.
Konsentasi
: Dalam sediaan preparat mata benzalkonium
chloridum digunakan sebagai pengawet dengan
konsentrasi 0,01% - 0,02%.
Kegunaan
: Pengawet, Antimikroba.
pH
: 5–8
Wadah
: Tertutup rapat dan terhindar dari cahaya.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipient Ed 6, Hal 27)
3.2.2 Dinatrium Edetat (Na2EDTA)
Gambar 3.3 Struktur Dinatrium Edetat
Berat Molekul
: 372,24
Pemerian
: Serbuk kristal berwarna putih atau hampir
putih.
Kelarutan
: Larut dalam air.
Ph
: 4-6.
Stabilitas
: Stabil dalam pemanasan.
OTT
: Dengan pengoksidasi kuat, dan ion logam
polifalen seperti tembaga dan nikel. NaEDTA
merupakan asam lemah dan bereaksi dengan
logam merbentuk hydrogen
(Handbook Of Pharmaceutical Excipient Ed 6. Hal 178)
3.2.3 Natrium Klorida (NaCl)
Pemerian
: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau
hablur serbuk putih, rasa asin.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah
larut dalam air mendidih, larut dalam gliserin,
sukar larut dalam etanol.
Titik Leleh
: 801oC
Titik Didih
: 1465oC
pH
: 4,5-7,0
Kegunaan
: Sebagai pengisotonis.
OTT
: Larutan natrium klorida bersifat korosif
dengan besi, membentuk endapan bila bereaksi
dengan perak, garam merkuri, agen oksidasi
kuat pembebas klorin dari larutan asam sodium
klorida, kelarutan pengawet nipagin menurun
dalam larutan sodium klorida.
Penyimpanan
: Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau
plastik, tidak lebih besar dari 1liter. Wadah
kaca sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II.
(Handbook Of Pharmaceutical Excipient Ed 6. Hal : 694)
3.2.4 Aqua Pro Injectio
Berat Molekul
: 18,02
Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau.
Dalam wadah tertutup kedap, disimpan dalam
Kelarutan
: Dapat bercampur dengan pelarut polar dan
elektrolit.
Kegunaan
: Bahan pembawa sediaan injeksi intra vena.
Stabilitas
: Air stabil dalam setiap keadaan (es, cairan, uap
panas).
Penyimpanan
: Dalam wadah dosis tunggal, dari kaca atau
plastik, tidak lebih besar dari 1 liter. Wadah
kaca sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II.
OTT
: Bereaksi dengan obat dan bahan tambahan
yang mudah terhidrolisis ( terurai karena
adanya air) atau kelembaban pada suhu tinggi,
bereaksi kuat dengan logam alkali
(FI V, 2014. Hal 112).
IV. PERHITUNGAN
4.1
Tonisitas
Tabel 4.1 Tonisitas
Zat
Perhitungan
konsentrasi
Atropin Sulfat
0,1 g/100ml = 10
mg/ml
Benzalkonium 0,002 g/100ml = 0,2
Klorida
mg/ml
Na2EDTA
0,005 g/100ml = 0,5
mg/ml
NaCl
0,761 g/100ml =
7,61 mg/ml
4.1.1 Perhitungan Tonisitas
%C
∆Tb
E
1%
0,073
0,073
0,02%
0,091 0,00182
0,05 %
0,132
0,761%
0,576
0,0066
a = ∆Tb x c
= (1 x 0.073) + (0,02 x 0,091) + (0,05 x 0,132)
= 0,08142
𝑊=
0,52−a
𝑏
0,52−(0,08142)
=
0,576
= 0,761 g/100ml
4.1.2
Tonisitas Larutan Sebenarnya
= 0,9 – W
= 0,9 - 0,761 g/100ml
= 0,139 g/100 ml
Kesimpulan :
Larutan tersebut hipotonis karena kurang dari 0,9 sehingga
perlu penambahan NaCl sebanyak 0,761 g/100ml ~ 761 mg/ml.
4.1.3
Perhitungan Volume Sediaan
Jumlah sediaan yang akan dibuat:
1 vial
n.C + 2 mL
1 x 10,5 + 2 mL
= 12,5 mL ≈ 13 mL
4.2
Perhitungan Bahan Untuk 1 Batch (1 vial)
Atropin Sulfat
: 10 mg/ml
x
13ml = 130 mg
Benzalkonium Klorida
: 0,2 mg/ml
x
13ml = 2,6 mg
4.3
V.
Na2EDTA
: 0,5 mg/ml
x
NaCl
: 7,61 mg/ml x
Aqua Pro Injection
ad 13 ml
13ml = 6,5 mg
13ml = 98,93
Penimbangan Bahan
Atropin Sulfat
: 130 mg
Benzalkonium Kloeida
: 2,6 mg
Na2EDTA
: 6,5 mg
NaCL
: 98,93 mg
Aqua Pro Injection
ad 13 ml
ALAT DAN BAHAN
5.1
Alat
Alat yang digunakan yaitu erlenmeyer, beaker glass, syringe, mebran
filter, spatel, batang pengaduk, gelas ukur 10 ml, mikro pipet, pH meter/pH
universal, LAF (Laminar Air Flow) dan pipet tetes.
5.2
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu Atropin Sulfat, NaCl, Na2EDTA,
Benzalkonium Klorida, dan aqua pro injection.
VI. PROSEDUR KERJA
6.1
Prosedur Pembuatan Tetes Mata
Ditimbang semua yang digunakan. Dipanaskan Aqua Pro Injection
sampai mendidih untuk menghilangkan CO2 nya. Didalam LAF dilarutkan
Atropin Sulfat dengan Aqua Pro Injection (1) ad larut. Dilarutkan NaCl
dengan Aqua Pro Injection (2). Dilarutkan Benzlkonium Klorida dengan
Aqua Pro Injection (3). Dilarutkan Na2EDTA dengan Aqua Pro Injection (4).
Dicampurkan semua bahan yang telah dilarutkan (1,2,3, dan 4) ad homogen.
Dicek pH menggunkan indikator pH universal. Diambil larutan 1ml untuk
membersihkan vial. Dimasukan larutan sebanyak 10,5ml kedalam vial
menggunakan membrane filter. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan.
6.2
Prosedur Evaluasi Sediaan
6.2.1 Uji kejernihan
Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan dengan
cara memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya
yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar
belakang hitam dan putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu
aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel kecil yang dapat
dilihat dengan mata (Lachman, 1994 :1355).
6.2.2 Uji penampilan fisik wadah
Pemeriksaan dilakukan secara visual dengan diperhatikan bentuk
wadah atau vial yang digunakan pada sediaan yang sudah jadi
(Lachman edisi III, hal.1354).
VII. DATA PENGAMATAN
Tabel 7.1 Data Pengamatan
Jenis Evaluasi
Kejernihan
Penampilan Fisik
Jumlah Sediaan
Hasil
Jernih
Baik
1 vial (10,5 ml)
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini telah dilakukan pembuatan sediaan steril yaitu
sediaan tetes mata. Sediaan tetes mata adalah cairan atau suspensi steril yang
mengandung satu atau lebih zat aktif, tanpa atau dengan penambahan zat tambahan
yang sesuai. Sediaan ini digunakan pada mata dengan cara meneteskan obat
tersebut pada selaput lendir disekitar kelopak mata dan bola mata. Sediaan tetes
mata merupakan larutan steril yang dalam pembuatannya memerlukan
pertimbangan yang tepat terhadap pemilihan formulasi sediaaan, seperti bahan
aktif, pengawet, isotonisitas, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok.
Sediaan tetes mata yang telah dibuat mengandung zat aktif Atropin Sulfat
yang berkhasiat sebagai radang iris mata atau bisa untuk mengurangi mata berair
akibat peradangan mata. Pada pembuatannya atropin sulfat dibuat dengan
menggunakan pelarut air karena tropin mudah larut dalam air, sehingga
pembuatannya lebih stabil dengan pelarut air karea atropin sulfat akan dibuat
sediaan tetes mata maka maka pelarut yang ditambahkan harus steril dan air yang
digunakan untuk melarutkan zat aktif tersebut yaitu air khusus injeksi atau aqua
pro injections (A.P.I) dengan tujuan supaya atropin sulfat bebas dari
mikroorganisme.
Atropin Sulfat merupakan golongan obat keras berupa Antikolinergik,
dimana memiliki indikasi sebagai obat untuk meredakan rasa nyeri yang
disebabkan pembengkakan dan peradangan pada mata. Melemasnya otot-otot mata
setelah diberikan obat ini bisa mengurangi nyeri dan membantu proses pemulihan
bagian mata yang meradang. Atropin sulfat memiliki kelarutan yang baik pada air,
stabil terhadap pemanasan, dan memiliki pH antara 4,5 – 6,2 (FI III, 92 dan
Martindale, 1219). Hal penting yang harus diperhatikan dalam pre-formulasi suatu
sediaan yaitu inkompatibilitas zat aktif, Atropin sulfat memiliki inkompatibilitas
terhadap hydroxybenzoate, alkali, asam tanat serta garam merkuri (Martindale,
1219).
Untuk membuat larutan tetes mata, pertama-tama larutkan Atropi Sulfat
dengan Aqua Pro Injections (a.p.i). Aqua Pro Injections (a.p.i) telah steril dan
bebas pirogen sehingga menjadi pelarut yang paling banyak digunakan dalam
sediaan tetes mata dan injeksi serta sifatnya yang dapat bercampur dengan cairan
fisiologis tubuh. Aqua Pro Injections (a.p.i) mempunyai konstanta dielektrik yang
tinggi sehingga dapat melarutkan senyawa anorganik seperti elektrolit. Selain itu,
Aqua Pro Injections mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen
sehingga dapat pula melarutkan sejumlah senyawa organik seperti alkohol, aldehid,
keton, amin dan lain-lain. Aqua Pro Injections yang digunakan untuk melarutkan
Atropin Sulfat harus dididihkan terlebih dahulu selama 10 menit, hal ini bertujuan
untuk menghilangkan CO2 dari Aqua Pro Injections tersebut karena CO2 dalam
suatu sediaan dapat bereaksi dengan salah satu zat dan dapat membentuk endapan,
hal inilah pula yang dapat menjelaskan kenapa beberapa sediaan yang dibuat
terdapat endapan. Karena pada waktu pembuatan sediaan, dan juga dilihat dari
Atropin Sulfat sebagai zat aktif memiliki OTT dengan hidroksibenzoat, reduktor,
alkali asam tanat dan garam merkuri, dimana CO2 yang terdapat dalam Aqua Pro
Injections merupakan reduktor, oleh sebab itu harus dipanaskan terlebih dahulu
(Stefanus, 2008).
Penambahan NaCl bertujuan agar sediaan yang dibuat menjadi isotonis
dimana keadaan tekanan osmosis dan titik beku sediaan sama dengan cairan mata.
Hal ini dikarenakan penggunaan tetes mata yang langsung masuk ke selaput mata.
Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa
rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci
keluar bahan obatnya. Formula tetes mata Atropin Sulfat menunjukkan bahwa
larutan yang akan dibuat bersifat hipotonis sehingga membutuhkan pengisotonis
yang akan menyebabkan kesesuaian isotonis. Pengisotonis yang digunakan adalah
NaCl 0,9% yang memiliki tekanan osmosis yang sama dengan cairan tubuh.
Kemudian, ditambahkan Na2EDTA kedalam campuran larutan tetes mata,
Na2EDTA digunakan sebagai agen pengkhelat untuk mengikat ion logam-logam
yang berasal dari wadah gelas yang dapat mengkatalisis reaksi oksidasi. Karena
dilihat dari Atropin Sulfat sebagai zat aktif memiliki OTT dengan hidroksibenzoat,
reduktor, alkali, asam tanat dan garam-garam merkuri. Dimana garam merkuri
merupakan kompleks logam. Na2EDTA juga dapat digunakan untuk menstabikan
pH larutan yaitu pH 5, hal ini sesuai dengan aturan pada pembuatan lrutan tetes
mata yang memiliki rentang pH 3,5 - 6.
Selanjutnya pada sediaan tetes mata harus mengandung pengawet karena
pengemasan tetes mata dalam wadah takaran ganda, yang artinya tetes mata
digunakan dalam pemakaian berulang. Dengan masuknya mikroba kedalam sediaan
dapat mengganggu atau merusak kegunaan dari sediaan tersebut bahkan dapat
menyebabkan peradangan mata apabila terdapat mikroba didalmnya. Pengawet
yang cocok untuk digunakan pada sediaan ini yaitu Benzalkonium Klorida yang
umum digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang mungkin akan masuk
ketika wadah dibuka pada saat penggunaan, selain itu pengawet yang digunakan
tidak akan mengiritasi mata dan dengan adanya penambahan Na2EDTA yang dapat
meningkatkan aktivitas dari antimikroba Benzalkonium Klorida terhadap
pertumbuhan bakteri.
Pada proses sterilisasi sediaan obat tetes mata dilakukan dengan cara teknik
aseptik dan tidak dilakukan dengan sterilisasi panas basah yaitu dengan autoklaf
karena wadah yang dipakai yaitu bahan plastik sehingga jika digunakan dengan
autoklaf wadah yang dipakai akan meleleh pada suhu tinggi dan memungkinkan
terjadinya reaksi antara wadah dengan sediaan sehingga proses pembuatan
dilakukan dengan teknik aseptik. Pada saat proses pencampuran larutan dilakukan
didalam LAF (Laminar Air Flow) karena proses sterilisasinya dengan cara teknik
aseptik, sebelum sediaan dimasukkan kedalam wadah sediaan tetes mata harus
diisaring terlebih dahulu menggunakan bakteri filter untuk menghilangkan dan
memastikan tidak adanya partikel atau endapan yang ada pada larutan. Sediaan tetes
mata dikemas dengan wadah tertutup baik.
Evaluasi dilakukan terhadap sediaan yang meliputi evaluasi kejernihan,
penampilan fisik wadah, dan jumlah sediaan,. Dilakukan evaluasi kejernihan untuk
melihat ada tidaknya partikel- partikel yang tidak larut ataupun keruh karena
pemberian dengan diteteskan ke mata yang dikhawatirkan akan berbahaya pada
mata. Penampilan fisik wadah perlu diperhatikan karena jika terdapat botol tetes
mata yang bocor atau rusak kemungkinan menyebabkan sediaan obat tetes mata
terdapat mikroorganisme yang tidak diinginkan yang dapat mengiritasi mata dan
ketidaknyamanan pada pengguna obat tetes mata.
Didapatkan hasil dari evaluasi yaitu sediaan jernih, penampilan fisik wadah
sangat baik, tidak adanya kebocoran pada sediaan dan jumlah sediaan sesuai dengan
yang ditentukan.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan dan hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa
sediaan tetes mata Atropin Sulfat 1% dapat dikatakan baik dan dapat diedarkan
karena berdasarkan hasil evaluasi sediaan yang telah dibuat memenuhi persyaratan
evaluasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional.
Edisi 2. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,.
2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan,.
1979. Farmakope Indonesia Edisi III . Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Lachman, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke-3. Jakarta
: Ui Press
Lukas, Stefanus. 2011. Formulasi Steril. Yoyakarta : CV Andi Offset
Reynold, James EF, 1982, Martindale the extra pharmacopeia. Twenty-eight
edition. London : The pharmaceutical press.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quinn, M.E. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th Edition. London : Pharmaceutical
Press.
LAMPIRAN
I. KEMASAN
1.1 Kemasan Primer : Botol Tetes Mata
Gambar 1.1 Botol Tetes Mata
1.2 Kemasan Sekunder : Dus
Gambar 1.2 Dus
1.3
Label
Gambar 1.3 Label
1.4
Brosur
Gambar 1.4 Brosur
Download