Uploaded by ayushintap145

Makalah Antibodi Kelas D3-2B

advertisement
ANTIBODI
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
IMUNOSEROLOGI
Disusun oleh :
Mahasiswa Jurusan Teknologi Laboratorium Medis
Program studi DIII Kelas 2B
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Antibodi” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Imunoserologi.
Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada dosen Imunoserologi atas segala bimbingannya dalam proses belajar
mengajar serta kepada orang tua penulis yang telah memberikan dukungan,
semangat, dan do’a kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
Cimahi, April 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I .........................................................................................................................1
1.1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3
Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
1.4
Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................4
2.1
Pengertian Antibodi ............................................................................................ 4
2.2
Fungsi Antibodi ................................................................................................... 5
2.3
Kapan Antibodi Muncul ...................................................................................... 5
2.4
Jenis-jenis Antibodi ............................................................................................. 6
2.5
Struktur Antibodi .............................................................................................. 10
2.6
Hal-hal yang Mempengaruhi Antibodi .............................................................. 11
2.7
Variasi Pada Antibodi ........................................................................................ 12
2.8
Reaksi Pada Antibodi......................................................................................... 13
2.8.1
Tiga Kategori Interaksi Antigen-Antibodi .................................................. 15
2.8.2
Interaksi Antigen-Antibodi ........................................................................ 16
2.9
Bagaimana Memperoleh Antibodi .................................................................... 20
2.10
Kelainan Pada Antibodi ..................................................................................... 24
2.11
Pemeriksaan Pada Kelainan Antibodi ............................................................... 26
2.12
Pengobatan Pada Kelainan Antibodi................................................................. 27
BAB III PENUTUP ....................................................................................................28
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 28
3.2 Saran ....................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh makhluk hidup memiliki suatu sistem pertahanan untuk melindungi
diridari benda asing yang mungkin bersifat patogen. Sistem pertahanan tubuh inilah
yangdisebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari semua sel, jaringan, dan organ
yang membentuk imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau suatu
penyakit.Sistem imun memiliki beberapa fungsi pada tubuh, yaitu penangkal
“benda” asingyang masuk ke dalam tubuh, menjaga keseimbangan fungsi tubuh,
sebagai pendeteksiadanya sel-sel yang tidak normal, termutasi, atau ganas dan
segeramenghancurkannya.
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak subtansi bermolekul kecil
yang bisa masuk ke dalam tubuh. Subtansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila
diamelekat pada protein tubuh kita. Subtansi kecil yang bisa berubah menjadi
antigentersebut dikenal dengan istilah hapten. Subtansi-subtansi tersebut lolos dari
barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian subtansi tersebut
masuk dan berkaitan dengan sel limfosit B poison ivy, berbagai macam obat (seperti
penisilin), dan zat kimia lainnya dapat membawa efek alergik.
Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya
antigen adalah dengan cara meniadakan antigen tersebut, secara non spesifik
yaitudengan cara fagositosis. Dalam hal ini, tubuh memiliki sel-sel fagosit yang
termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu kelompok sel agranulosit dan granulosit.
Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan makrofag, sedangkan kelompok sel
granulositadalah neutrofil, basofil, eosinofil yang tergolong ke dalam PMN
(polymorphonuclear). Respon imun spesifik bergantung pada adanya pemaparan
benda asing dan pengenalan selanjutnya, kemudian reaksi terhadap antigen
tersebut.Sel yang memegang peran penting dalam sistem imun spesifik adalah
limfosit. Limfosit berfungsi mengatur dan bekerja sama dengan sel-sel lain dalam
sistemfagosit makrofag untuk menimbulkan respon immunologik.
1
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat penulis rumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1.
Apa pengertian antibodi?
2.
Apa saja fungsi dari antibodi?
3.
Kapan antibodi akan muncul?
4.
Apa saja jenis-jenis antibodi?
5.
Bagaimana Struktur antibodi?
6.
Apa saja hal-hal yang mempengaruhi antibodi?
7.
Bagaimana variasi pada antibodi?
8.
Bagaimana reaksi pada antibodi?
9.
Bagaimana cara memperoleh antibodi?
10. Apa saja kelainan pada antibodi?
11. Bagaimana pemeriksaan pada kelainan antibodi?
12. Bagaimana pengobatan pada kelainan antibodi?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian antibodi.
2.
Untuk mengetahui fungsi dari antibodi.
3.
Untuk mengetahui kapan antibodi muncul.
4.
Untuk mengetahui jenis-jenis antibodi.
5.
Untuk mengetahui struktur antibodi.
6.
Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi antibodi.
7.
Untuk mengetahui variasi pada antibodi.
8.
Untuk mengetahui reaksi pada antibodi.
9.
Untuk mengetahui cara memperoleh antibodi.
10. Untuk mengetahui kelainan pada antibodi.
11. Untuk mengetahui cara pemeriksaan pada kelainan antibodi.
12. Untuk mengetahui cara pengobatan pada kelainan antibodi.
3
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mahasiswa dapat memahami ilmu tentang Imunologi khususnya
Antibodi.
2.
Mahasiswa dapat memenuhi tugas dalam mata kuliah Imunoserologi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Antibodi
Antibodi adalah senyawa glikoprotein yang memiliki struktur tertentu
serta disekresikan oleh sel B yang sudah teraktivasi menajdi sel plasman, yang
berupa respon dari antigen tertentu dan reaktif atas antigen itu sendiri.
Kekebalan tubuh manusia diatur oleh kemampuan tubuh dalam
menghasilkan antibodi, ketika melawan antigen. Antibodi ini bisa ditemukan
pada area darah atau pada kelenjar tubuh di vertebrata yang lainnya. Dan
digunakan juga oleh sistem kekebalan tubuh dalam melakukan identifikasi
serta penetralan pada benda asing, misalnya bakteri dan juga virus.Molekul
antibodi beredar pada pembuluh dara dan masuk di jaringan tubuh dengan
melakukan proses peradangan.
Antibodi tersusun atas struktur dasar yang dinamakan dengan rantai,
masing-masing antibodi mempunyai dua rantai besar dan dua rantai ringan.
Antibodi sering juga disebut dengan immunoglobulin.
Pada saat zat yang asing masuk, otomatis monosit pun akan langsung
menyerang zat tersebut dengan bantuan netrophil. Monosif yang telah
membunuh zat langsung mengirim ke limfosit B serta dibuatkan antibodi untuk
jenis zat asing yang telah mati. Lalu antibodi yang telah terbentuk, akan
dipastikan kembali oleh limfosit T yang sudah ada di permukaan sel tubuh.
Ketika benda asing masuk, dibutuhkan waktu sekitar 10-14 hari di
dalam darah dan juga cairan nonseluler. Masing-masing dari antigen yang
terbentuk telah memiliki kesesuaian dengan zat asing atau antigen, dengan
sempurna. Diumpamakan dengan antigen, yaitu kunci serta antibodi yang
merupakan gembok atau yang biasa disebut dengan lock and key.
4
5
2.2
Fungsi Antibodi
Antibodi memiliki 2 fungsi antara lain;
1.
Berikatan dengan reseptor permukaan pada antigen dan mencegah
masuk ke dalam sel (inactivation), Antibodi memiliki kemampuan
dalam mengenali serta juga menempel atau melekat kepada antigen
yang dikenali dapat menyebabkan penyakit pada tubuh. Dalam
mengenali serta juga melekat dengan antigen, zat antibodi tersebut
selalu berperilaku ialah sebagai penanda, setelah itu kemudian akan
mengirimkan sinyal pada sel darah putih yang lain untuk melakukan
penyerangan dan membunuh zat asing yang masuk tadi.
2.
2.3
Memulai reaksi fiksasi dan melepaskan histamin.
Kapan Antibodi Muncul
Antibodi dapat terbentuk secara alami dan buatan. Antibodi yang alami
terbentuk setelah kontak dengan mikroorganisme (bakteri, virus, plasmodium,
dan jamur) atau setelah ada infeksi alami yang memicu. Dengan demikian,
terbentuklah antibodi dalam tubuh terhadap kuman tersebut. Jadi, antibodi ini
bersifat spesifik.
Antibodi buatan terbentuk dengan memberi stimulus berupa kuman
atau bagian kuman yang dilemahkan atau sekarang dipakai rekombinan kuman
atau bagian dari kuman yang dibuat dengan rekayasa genetika untuk
merangsang terbentuknya antibodi tanpa efek samping yang membahayakan
manusia.
Reaksi antibodi merupakan reaksi untuk menghasilkan antibodi oleh sel
plasma.Sel B awalnya inaktiv kemudian aktif karena berikatan ke antigen
(mikroba ). Setelah aktif datang sel T helper yang akan menstimulasi sel B
sehingga sel B akan membentuk sel plasma dan sel memori.Adapun proses
pengahasilan antibodi yang dilakukan oleh sel B yaitu:
1. Makrofaga menelan pathogen yang masuk ke dalam tubuh
6
2. Fragmen antigen dari pathogen yang dicerna sebagian lalu membentuk
kompleks dengan protein MHC kelas II. Kompleks ini kemudian
diangkut ke permukaan sel, tempat kompleks tersebut disajikan ke selsel lain milik system kekebalan.
3. Sel T helper dengan reseptor yang spesifik untuk antigen yang disajikan
itu berinteraksi dengan makrofaga dengan cara berikatan dengan
kompleks MHC dan antigen.
4. Sel T helper yang diaktifkan kemudian berinteraksi dengan sel B yang
telah
menghancurkan
antigen
dengan
cara
endositosis
dan
memperlihatkan fragmen antigen bersama dengan protein MHC kelas
II. Sel T helper mensekresikan IL-2 dan sitokin lain yang mengaktifkan
sel B.
5. Sel B lalu membelah secara berulang-ulang dan berdiferensiasi menjadi
sel B memori dan sel plasma, yang merupakan sel ecfektor yang
mensekresi antibodi pada kekebalan humoral.
2.4
Jenis-jenis Antibodi
1.
Sel B
Sel
B
adalah
limfosit
yang
memainkan
peran
penting
pada respon imunhumoralyang berbalik pada imunitas selular yang diperintah
7
oleh sel T. Fungsi utama sel B adalah untuk membuat antibodi
melawan antigen. Sel B adalah komponen sistem kekebalan tiruan.
Pencerap antigen pada sel B, biasa disebut pencerap sel B,
merupakan imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B
terdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi molekul antibodi dari
antigen yang terikat pada pencerapnya. Sel B terbagi menjadi dua jenis:
 Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada
ruang
peritoneal
dan
pleural
dan
memiliki
kemampuan
untuk berkembangbiak.
 Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil
sintesis sumsum tulangyang memenuhi plasma darah dan
jaringan
sistem
limfatik
dan
tidak
memiliki
kemampuan
untuk berkembangbiak. Sel B berasal dari sel punca yang berada
pada jaringan hemopoietik di dalam sumsum tulang.
2.
Sel T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui
sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T
mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang
waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini
dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan
kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang
mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu
dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang
dipelajari pada sistem kekebalan tiruan. Respon yang dilakukan oleh sel T
adalah
interaksi
yang
terjadi
antara
reseptor
selT
dan peptida MHC pada permukaan sel sehingga menimbulkan antarmuka
antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-receptor dan
co-binding.
Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman sinyal antar
kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi
8
selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai
oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan
antigen. Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti
produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam
seketika. Dengan demikian respon kekebalan tiruan terhadap berbagai
macam penyakit diterapkan. Sel T memiliki prekursor berupa sel
punca
hematopoietik
yang
bermigrasidari
sumsum
tulang
menuju
kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami rekombinasi VDJ pada
rantai-beta pencerapnya, guna membentuk protein TCR yang disebut preTCR, pencerap spesial pada permukaan sel yang disebut pencerap sel T. "T"
pada kata sel Tadalah singkatan dari kata timus yang merupakan
organ penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang. Beberapa jenis sel T
telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Sel T
terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing dari ketiga jenis tersebutmempunyai
tugas / fungsi yang berbeda-beda :
 Sel T sitotoksik (killer), berfungsi membunuh sel-sel yang
terinfekasi, selini dapat membunuh berbagai bibit penyakit, dan sel
kanker.·
 Sel T supressor (penekan), mempunyai efek menstabilkan jumlah
selkiller agar sel killer tidak membunuh sel-sel tubuh yang sehat.·
 Sel T penolong (helper), berfungsi membantu zat antibodi dan sel
B penghasil antibodi. Sel ini mengatur respons, kekebalan tubuh de
ngan caramengenali dan mengaktifkan limfosit yang lain.
3.
Imuno globulin G (IgG)
Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah
imunoglobulin yang paling sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang
belakang, darah, lymfe dan cairan peritoneal. Ia mempunyai waktu paroh
biologik selama 23 hari dan merupakan imunitas yang baik (sebagai serum
transfer). Ia dapat mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG adalah satusatunya imunoglobulin yang dapat melewati plasenta.
9
4.
Imuno globulin A (IgA)
Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva,
keringat, airmata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang
aktifadalah bentuk dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak aktif. Jarin
gan yang mensekresi bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel yang bertindak
sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama IgA masuk ke dalam
lumen. Fungsi dari IgA ini ialah:
a. Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa
b. Tidak efektif dalam mengikat komplemen
c. Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada d
alamcairan sekretori yang mengandung IgA
d. Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif
5. Imuno globulin M (IgM)
Imunoglobulin M ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM
mempunyai waktu paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan
lima valensi. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh faetus. Peningkatan
jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya antigen
(imunisasi/vaksinasi). IgM adalah merupakan aglutinin yang efisien dan
merupakan isohem- aglutininalamiah. IgM sangat efisien dalam mengaktifkan
komplemen. IgM dibentuk setelah terbentuk T-independen antigen, dan setelah
imunisasi dengan T-dependentantigen.
6. Imuno globulin D (IgD)
Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah
penenda permukaan pada sel B yang matang. IgD dibentuk bersama dengan
IgM oleh sel B normal. Sel B membentuk IgD dan IgM karena untuk
membedakan unit dari RNA.
7.
Imuno globulin E (IgE)
Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau
berikatan dengan mast sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif
dengan eosinpphil. IgE berikatan pada reseptor Fc pada sel-sel tersebut.
10
Dengan adanya antigen yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin ini menjadi
bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan membebaskan histamin dan
komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi anaphylaksis. IgE sangat
berguna untuk melawan parasit.
2.5
Struktur Antibodi
Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan
antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama;
digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin,
opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah
diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi
biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut
sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai
dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop
(determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut.
Masing-masing molekul antibody terriri atas empat rantai polipeptida, yaitu
dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light
chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk
membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk
Y itu terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian
karena urutan asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi
11
ke antibodi yang lain. Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara
bersama-sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik
antibodi. Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip
dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk
antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul.
2.6
Hal-hal yang Mempengaruhi Antibodi
1. Keturunan
Genetis sangat berpengaruh terhadap system imun, hal ini dapat
dibuktikan dangan suatu penelitian yang dibuktikan bahwa pasangan anak
kembar homozigot lebih rentan terhadap suatu allergen dibandingkan
dengan pasangan anak kembar yang heterozigot. Hal ini membuktikan
bahwa factor hereditas mempengaruhi system imun.
2. Stress
Stres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas
hormon seperti neuro-endokrin, glukokortikoid dan katekolamin. Stres
bahkan bisa berdampak buruk pada produksi antibodi.
3. Usia
Usia juga mempengaruhi system imun, pada saat usia balita dan
anak-anak system imun belum matang di usia muda dan system imun akan
menjadi matang di usia dewasa dan akan menurun kembali saat usia lanjut.
4. Hormon
Pada saat sebelum masa reproduksi, system imun lelaki dan
perempuan adalah sama, tetapi ketika sudah memasuki masa reproduksi,
system imun antara keduanya sangatlah berbeda. Hal ini disebabkan mulai
adanya beberapa hormone yang muncul.Pada wanita telah diproduksi
hormone estrogen yang mempengaruhi sintesis IgG dan IgA menjadi lebih
banyak (meningkat). Dan peningkatan produksi IgG dan IgA menyebabkan
wanita lebih kebal terhadap infeksi. Sedangkan pada pria telah diproduksi
hormone androgen yang bersifat imunosupresan sehingga memperkecil
resiko penyakit autoimun tetapi tidak membuat lebih kebal terhadap
12
infeksi.Oleh karenanya, wanita lebih banyak terserang penyakit autoimun
dan pria lebih sering terinfeksi.
5. Olahraga berlebihan
Olahraga berlebihan bisa membakar lebih banyak oksigen dalam
tubuh. Pembakaran yang berlebihan menghasilkan radikal bebas yang
menyerang sel sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlahnya.
6. Tidur
Studi yang dilakukan oleh Michael Irwin dari Universitas California
menunjukkan bahwa kurang tidur menyebabkan perubahan dalam jaringan
sitokin.
2.7
Variasi Pada Antibodi
1. Varian Isotope
Isotipe merupakan suatu varian antibodi dimana sifat determinan
antigeniknya tergantung pada kelas atau subkelas dari bagian yang konstan
dari rantai berat (CH) dan tipe atau subtipe dari bagian konstan dari rantai
ringan (CL) pada suatu jenis antibodi. Pada orang normal dijumpai adanya
IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE, dimana dari ke 5 kelas antibodi berbeda dalam
dalam bagian konstan rantai beratnya (CH). Tetapi dalam satu kelas dapat
dijumpai beberapa subkelas yang juga didasarkan pada susunan asam amino
pada bagian yang konstan dari rantai berat. Karena semua bagian konstan
dari rantai berat (CH) yang terdapat pada berbagai kelas dan subkelas
imunoglobulin itu dapat dijumpai pada satu orang maka bagian itu disebut
dengan varian isotipe. Pada rantai ringan suatu antibodi, bagian yang
konstan dari rantai ringan (CL) rantai kappa dan rantai lambda dapat
dijumpai pada semua kelas dan subkelas imunoglobulin yang terdapat pada
satu orang, sehingga bagian inipun disebut dengan varian isotipe. Karena
rantai ringan pada satu antibodi selalu identik mka imunoglobulin selalu
dibentuk sebagai kappa atau lambda dan tidak pernah merupakan campuran.
Misalnya IgG selalu terdiri dari IgG-kappa atau IgG-lambda, demikian pula
dengan imunoglobulin lainnya.
13
2. Varian Alotipe
Alotipe merupakan suatu perbedaan dari determinan antigenik yang
terdapat pada imunoglobulin yang disebabkan oleh adanya variasi genrtik
pada masing-masing individu. Pada umumnya perbedaan susunan asam
amino yang menyebabkan adanya varian alotipe ini terdapat pada rantai
berat. Bahkan perbedaan satu asam amino saja dapat menyebabkan
perbedaan alotipik determinan antigenik suatu imunoglobulin.
3. Varian Idiotipe
Idiotipe merupakan determinan antigenik yang terdapat pada bagian
variabel molekul imunoglobulin. Idiotipe determinan terdapat [ada bagian
Fab dari rantai berat dan rantai ringan suatu molekul imunoglobulin., yang
menentukan sifat-sifat spesifik dari setiap molekul antibodi.
jaringan.
2.8
Reaksi Pada Antibodi
Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein
yang berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa
berupa olisakarida atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM
> 10.000. Antigen bertindak sebagai benda asing atau nonself oleh seekor
ternak dan akan merangsang timbulnya antibodi.
Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon
terhadap antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan
antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa
sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu antigen
tertentu saja yang ccocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi
dengannya.
Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit.
Terdapat dua jenis limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya
berasal dari sel tiang yang sama dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit
B terjadi di Bursa Fabricius pada unggas, sedangkan pada mamalia terjadi di
14
hati fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan limfoid dalam dinding usus.
Pendewasaan limfosit T terjadi di organ timus.
Sistim kebal atau imun terdiri dari dua macam, yaitu sistim kebal
humoral dan seluler. Limfosit B bertanggung jawab terhadap sistim kebal
humoral. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh, maka limfosit B berubah
menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi humoral. Antibodi humoral
yang terbentuk di lepas ke darah sebagai bagian dari fraksi γ- globulin.
Antibodi humoral ini memerangi bakteri dan virus di dalam darah.
Sistem humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal sebagai
imunoglobulin (Ig) atau antibodi (Ab).
Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila ada
antigen di dalam tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit
T akan berubah menjadi limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam
antibodi), namun tidak dilepaskan ke dalam darah melainkan langsung bereaksi
dengan antigen di jaringan. Sistim kekebalan seluler disebut juga “respon yang
diperantarai sel”.
Gambar : Perkembangan Dua Sistem Imun
Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh ternak maka tubuh akan
terangsang dan memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai
respon imun primer. Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk
memperbanyak limfosit dan membentuk ingatan imunologik berupa sel-sel
15
limfosit yang lebih peka terhadap antigen. Kalau antigen yang sama
memasuki tubuh kembali maka respon yang muncul dari tubuh berupa
respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih cepat , lebih kuat dan
berlangsung lebih lama daripada respon imun prime.
Gambar. Aktifitas Sel B dalam Reaksi Antigen-antibodi
2.8.1
Tiga Kategori Interaksi Antigen-Antibodi
Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer,
sekunder, dan tersier.
1. Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen
dengan antibody pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
2. Sekunder
Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di
antaranya:
a) Netralisasi
Yaitu interaksi yang terjadi jika antibody secara fisik dapat
menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect yang merugikan.
Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat
kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.
16
b) Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau
transfuse darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk
gumpalan.
c) Presipitasi
Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran
terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan
dan akhirnya mengendap.
d) Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen
mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan
fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
e) Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi
serangan sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan
natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh
antibody sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran
plasmanya.
3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari
interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi
penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis
bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak
antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan
kerentanan terhadap infeksi.
2.8.2
Interaksi Antigen-Antibodi
Tahap pertama dari respon antibodi dimulai dari fagositosis antigen
oleh makrofag atau sel lain dalam sistem retikuloendotelial yang meliputi selsel Langerhans di kulit, sel dendritik pada spleen dan lymph node, serta
17
monosit dalam darah. Sel-sel tersebut berdasarkan fungsi imunologisnya
digolongkan sebagai antigen-presenting cells (APC).
Penghasilan antibodi terhadap kebanyakan antigen memerlukan
interaksi dan pengaktifan kedua-dua sel B dan T.Antibodi memiliki
kemampuan spesifik untuk mengikat determinat site dari antigen atau yang
disebut dengan determinan antigenik. Berikut merupakan gambaran ikatan
antara dua molekul antigen dengan dengan situs pengikatan antigen di daerahdaerah variabel pada antibodi.
Sel-sel ini mungkin menghasilkan gerak balas terhadap epitop berbeza
pada antigen yang sama, tetapi epitop-epitop tersebut mesti tergabung
(physically-linked). Kompleks antigen yang tergabung ke reseptor sel B (terdiri
dari imunoglobulin permukaan, sIg) akan didegradasi dalam sel yang
mengandungi molekul MHC II. Kompleks peptid-MHC ini akan diekspres
pada permukaan sel, di mana ia akan berinteraksi dengan sel T yang
mempunyai reseptor sesuai. Hasil dari pergabungan antigen serta sitokinsitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel B diaktifkan dan menjalani proses
proliferasi menjadi sel penghasil antibodi (sel plasma).
Keterangan gambar : Pemrosesan antigen yang bergantung pada sel
T (A) dan tidak tergantung sel (B). Antigen yang bergantung pada sel T
biasanya terdiri dari lebih dari satu penentu antigenik. Setelah diproses oleh sel
antigen-presenting (APC), the determinan antigen kompleks-MHC yang
18
diekspresikan akan dikenali oleh sel B dan T spesifik antigen. Sel T akan
melepaskan interleukin, mis., IL-4 dan IL-6, yang akan menginduksi proliferasi
dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma penghasil antibodi. Antigen
independen sel T, seperti antigen polimerik dengan determinan berulang, dapat
mengikat langsung ke imunoglobulin pada permukaan sel B. Jenis ini mengikat
silang pada membran sel, seringkali dengan adanya mitogen lain, akan
menginduksi proliferasi dan diferensiasi sel B. Antigen independen sel T
biasanya menghasilkan produksi hanya antibodi IgM dengan titer rendah.
Antigen
yang
mempunyai
epitop
berulang-berulang
boleh
menghubung-silangkan reseptor sel B (BCR) dan mengaktifkan sel B secara
terus. Kebanyakan antigen protein tidak mempunyai epitop seperti itu tetapi
terdiri daripada epitop-epitop yang berlainan. Oleh itu, untuk menghasilkan
gerak balas terhadap antigen protein, sel B memerlukan isyarat-isyarat dari sel
T CD4+. Antigen seperti ini dipanggil antigen bergantung timus. Penghasilan
antibodi terhadap antigen bergantung timus memerlukan pengaktifan dan
interaksi kedua-dua sel B dan T. Sebagai keperluan tambahan, sel B dan sel T
tersebut mesti mengacam epitop-epitop yang tergabung (walaupun epitopepitop berlainan) pada satu antigen, untuk kerjasama antara sel B dan sel T
berlaku.
Pergabungan antigen dan sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel
diaktifkan dan menjalani proliferasi dan membeza menjadi sel plasma
penghasil antibodi. Jenis sitokin yang dihasilkan mempengaruhi kelas antibodi
yang dihasilkan oleh sel plasma. Ini jelas ditunjukkan dalam gerak balas
terhadap antigen bebas timus (diterangkan di bawah). Antigen ini tidak
mengaruh pertukaran kelas atau gerak balas ingatan.
Dalam gerak balas primer, sel T paling berkesan diaktifkan oleh antigen
yang diproses oleh sel dendritik. Sel T teraktif ini kemudian akan berinteraksi
dan mengaktifkan sel B seperti diterangkan di bawah. Dalam gerak balas
sekunder sel dendritik tidak diperlukan. Sel B dan T boleh bekerjasama dengan
efisien kerana sel-sel ini telah teraktif. Dalam gerak balas sekunder sel B
19
memerangkap antigen melalui reseptornya (sIg) dan kompleks antigen-sIg
ditelan, kemudian didegradasi dalam dengan molekul MHC II, diangkut dan
diekspres pada permukaan sel di mana ia akan berinteraksi dengan sel T CD4+.
Interaksi ini disertai oleh interaksi antara beberapa molekul permukaan lain
Hasilnya kedua-dua sel B dan T menjadi teraktif: sel T akan menghasilkan
sitokin dan sel B menghasilkan antibodi.
Interaksi antigen-antibodi dapat diamati dengan cara melakukan
pemeriksaan golongan darah. Biasanya, antigen masuk ke dalam tubuh dalam
bentuk virus, bakteri, ataupun substansi protein lainnya. Atas dasar inilah
dilakukan pemeriksaan golongan darah. Darah akan berperan sebagai antibodi,
sehingga apabila diteteskan antigen spesifik, maka darah akan menjendal
sebagai proses imun. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan golongan
darah ABO dan Rh adalah dengan menggunakan darah dari probandus dan
larutan anti-serum, yaitu Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D.
Ada 3 aktivator yang berbeda yang mendeteksi kuman dan
mengaktifkan C3 yang merupakan komplemen kunci. Sistem komplemen
mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam
suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya. Sistem
komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda:
1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen
(komplek imun).
Aktivasi jalur klasik dimulai dengan C1 yang dicetuskan oleh kompleks
imun antibody dan antigen. IgM memiliki sebanyak 5 Fc mudah diikat oleh C1
. meskipun C1 tidak mempunyai sifat enzim, namun setelah dia berikatan
dengan Fc dapat mengakifkan C2 dan C4 yang selanjtunya mengkatifkan C3.
IgM dan IgG1, IgG2, IgG3 (IgM lebih kuat dibandingkan dengan IgG) yang
membentuk kompleks imun dengan antigen, dapat mengaktifkan komplemen
melalui jalur klasik, jalur klasik melibatkan 9 komplemen protein utama yaitu
C1-C9. Selama aktivasi, protein-protein tersebut diaktifkan secara berurutan.
20
Produk yang dihasilkan menjadi katalisator dalam reaksi berikutnya. Jadi
stimulus kecil dapat menimbulkan reaksi aktivasi komplemen berantai.
Dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif :

Bakteri (endotoksin)

Jamur, virus, parasit

Zimosan

Agregat IgA (IgA1, IgA2) dan IgG4

Faktor nefritik
C3b dlm jumlah sedikit di dalam serum, dapat mengikat faktor serum
yang disebut faktor B Komplemen ini selanjutnya diaktifkan faktor D dalam
serum yang mengikat C3bB membentuk kompleks imunC3bBD yang
berfungsi sebagai konvertase C3 yang melepas C3a dan C3b. Kompleks
C3bBD dengan cepat dipecah oleh protein serum tetapi pemecahan tersebut
dicegah oleh protein lain dalam serum yaitu Properdin .
2.9
Bagaimana Memperoleh Antibodi
Produksi antibodi pada infeksi pertama kali disebut respons antibodi
primer. Pada infeksi kedua oleh agen infeksi yang sama, sistem imun
merespons lebih cepat karena ekspansi klon telah dilakukan pada infeksi
pertama. Ini disebut respons antibodi sekunder. Konsentrasi antibodi
meningkat lebih banyak dan lebih cepat daripada saat respons primer. Jumlah
sel memori menurun setelah infeksi pertama, tetapi sel B memori dapat
dihasilkan dengan lebih cepat pada saat infeksi kedua.
a. Memperoleh imunitas spesifik
Seseorang memproduksi antibodi jika mengalami kontak dengan
agen infeksi penyebab penyakit. Keberadaan antibodi spesifik di dalam tubuh
membuat orang tersebut dapat melawan agen infeksi dan kebal terhadap
penyakit tertentu. Imunitas yang demikian disebut imunitas spesifik. Oleh
karena antibodi diperoleh setelah mengalami kontak dengan agen infeksi
maka disebut juga imunitas yang diperoleh (acquired immunity).
21
Imunitas spesifik juga dapat diperoleh dari luar tubuh dengan cara
memasukkan antibodi ke dalam tubuh melalui suatu proses tertentu.
Imunitas yang demikian disebut imunitas pasif. Istilah imunitas aktif
digunakan jika antibodi diproduksi di dalam tubuh.
Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua
macam kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan pasif. Imunitas aktif dan pasif
dapat diperoleh dengan cara yang berbeda.
1.
Imunitas Aktif
Imunitas aktif melibatkan proses produksi antibodi dalam tubuh
seseorang untuk merespons antigen tertentu. Selain itu, sel B memori dan
sel T akan diproduksi dan bereaksi lebih cepat jika terjadi serangan kedua
oleh antigen yang sama. Imunitas aktif diperoleh dengan dua cara, yaitu secara
alami dan induksi.
a)
Imunitas aktif alami
Ketika seseorang pertama kalinya mengalami kontak dengan
organisme patogen, maka tidak ada antibodi untuk
melawan
organisme tersebut. Dalam hal ini, dibutuhkan waktu beberapa
hari sehingga sel plasma dan antibodi membentuk respons
primer. Pada masa pembentukan antibodi, orang tersebut
mungkin menunjukkan
gejala-gejala
sakit. Antibodi
yang
terbentuk memiliki sisi yang identik untuk berikatan dengan
materi asing. Jika antibodi yang diproduksi mencukupi untuk
melawan mikrob, orang tersebut akan benar-benar
pulih
kesehatannya. Imunitas yang demikian disebut imunitas aktif
yang diperoleh secara alami.
Pada beberapa kasus, tingkat infeksi dapat memicu cukup
antibodi meskipun tidak tampak tanda-tanda dari luar bahwa
orang tersebut sdang mengalami infeksi. Hal demikian disebut
infeksi subklinik. Jika agen infeksi atau racun bereaksi cepat
22
dalam
tubuh
seseorang
sebelum
sistem
imun
dapat
memproduksi antibodi maka dapat berakibat fatal.
b)
Imunitas aktif diinduksi
Vaksin digunakan untuk mengaktifkan sistem imun sehingga
dapat memproduksi antibodi untuk melawan organisme penyebab
penyakit. Hal tersebut terjadi karena bakteri atau organisme diberi
perlakuan tertentu sehingga tidak dapat lagi menyebabkan
penyakit. Dalam kata lain vaksin mengandung bibit penyakit yang
telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit penyakit tersebut
masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh
system imun dengan cara membentuk antibodi.
Ketika vaksin diinjeksikan ke dalam tubuh seseorang,
sistem imun akan menunjukkan respons antibodi primer. Vaksinasi
yang kedua akan menunjukkan respons antibodi sekunder. Sel B
dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam menghasilkan antibodi.
Sel B (B limfosit) membentuk sistem imunitas humoral, yaitu
imunitas dengan cara membentuk antibodi yang berada di darah
dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali antigen asing
serta berperan membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri,
seperti Streptococcus, Meningococcus, virus campak, dan lain –
lain. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan
melumpuhkannya. Sel B ini juga mampu membentuk sel pengingat
(memory cell). Sel ini berfungsi untuk membentuk kekebalan
tubuh dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen
yang sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel pengingat ini
akan segera meningkatkan antibodi dan membentuk sel plasma
dalam waktu cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu
menghasilkan antibodi dalam darah dan limfa. Sel T (T limfosit)
membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur,
sel kanker, serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan
di glandula timus dan bekerja secara fagositosis. Namun T limfosit
23
tidak menghasilkan antibodi. T limfosit secara langsung dapat
menyerang sel penghasil antigen. Sel T kadang ikut membantu
produksi antibodi oleh sel B. Sel T dan sel B berasal dari sel
limfosit yang diproduksi dalam sumsum tulang. Sel limfosit yang
melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi
sel B.
Baik sel B maupun sel T dilengkapi dengan reseptor antigen
di dalam plasma membrannya. Reseptor antigen pada sel B
merupakan rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik
untuk antigen tertentu. Reseptor antigen dari sel T berbeda dari
antibodi, namun reseptor sel T mengenali antigennya secara
spesifik. Spesifikasi dan banyaknya macam dari sistem imun
tergantung reseptor pada setiap sel B dan sel T yang
memungkinkan limfosit mengidentifikasi dan merespon antigen.
Saat antigen berikatan dengan reseptor yang spesifik pada
permukaan limfosit, limfosit akan aktif untuk berdeferensiasi dan
terbagi menaikkan populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata
melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem humoral, sel
B diaktifkan oleh ikatan antigen yang akan meningkatkan sel
efektor yang disebut dengan sel plasma. Sel ini mensekresi antibodi
untuk membantu mengurangi antigen.
Antibodi tersebut spesifik terhadap jenis mikrob yang
diberi perlakuan sehingga jika seseorang terpapar mikrob yang
sesungguhnya pada masa mendatang, sel memori dan antibodi
siap mengantisipasi dan orang tersebut dapat dikatakan kebal
terhadap infeksi. Imunitas yang demikian disebut imunitas aktif
yang diperoleh dengan cara induksi.
2.
Imunitas Pasif
Antibodi yang diproduksi oleh seseorang dan diberikan kepada
orang lain dapat menumbuhkan imunitas pada orang tersebut. Seseorang yang
menerima antibodi demikian disebut memiliki imunitas pasif. Disebut pasif
24
karena antibodi tidak diproduksi dalam diri sendiri. Keuntungan dari
imunitas pasif adalah dapat memberikan perlindungan dengan segera. Akan
tetapi, antibodi yang diperoleh tidak bertahan lama dan menurun dengan
cepat dalam periode waktu yang cukup singkat. Imunitas pasif dapat
diperoleh melalui dua cara, yaitu secara alami dan induksi.
a)
Imunitas Pasif Alami
Janin yang sedang tumbuh memperoleh antibodi dari ibunya
melalui plasenta. Antibodi tersebut akan memberikan perlindungan
kepada janin dan bayi karena sistem imunitas bayi belum berfungsi
sebelum bayi dilahirkan.
Bayi juga memperoleh antibodi dari ASI, karena air susu
yang pertama kali keluar adalah kolostrum yang kaya akan
antibodi.
b)
Imunitas Pasif Diinduksi
Jika salah seorang anggota keluarga kita mengidap penyakit
hepatitis A, maka kita juga akan beresiko terkena infeksi. Tetapi
apabila kita segera menerima vaksin antibodi yang spesifik
untuk hepatitis A, maka kita akan terhindar dari infeksi. Antibodi
spesifik hepatitis A dapat diperoleh melalui ekstrak plasma darah
penderita penyakit hepatitis A.
2.10 Kelainan Pada Antibodi
Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem
kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang sel-sel sehat dalam tubuh Anda
sendiri. Penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan tubuh salah dalam
menilai sel sehat yang ada dalam tubuh dan malah menganggapnya sebagai zat
asing. Akibatnya, tubuh Anda mulai memproduksi antibodi yang akan
menyerang dan merusak sel sehat dalam tubuh Anda tersebut.
Penyakit autoimun umumnya lebih banyak menyerang wanita usia
produktif, dimana faktor penyebabnya dapat berbeda antara satu penderita
dengan yang lainnya. Bahayanya, penyakit autoimun ini bisa mengakibatkan
25
kerusakan sel jaringan dalam tubuh dan menimbulkan peradangan serta
mengakibatkan kondisi yang serius pada penderitanya, seperti gangguan pada
tulang persendian, saraf, kelenjar, dan organ-organ penting lainnya.
Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit autoimun :
1. Autoimun Hepatitis: penyakit autoimun ini menyerang sel-sel hati dan
sistem kekebalan tubuh yang bisa mengakibatkan hati mengeras dan
gagal hati.
2. Celiac Dease: jenis penyakit autoimun ini menyebabkan penderitanya
tidak mampu menerima gluten dan zat yang terkandung dalam gandum.
3. Antibody Syndrome atau Antiphospholipid (APS): jenis penyakit
autoimun ini bekerja dengan menyerang lapisan dalam pembuluh darah
yang mengakibatkan terjadinya pembekuan darah pada saluran darah,
baik saluran vena maupun arteri.
4. Hemolytic
Anemia:
penyakit
autoimun
ini
bekerja
dengan
menghancurkan sel darah merah yang terdapat dalam tubuh.
5. Guillain-Barre Syndrome (GBS): penyakit autoimun ini menyerang
saraf yang menghubungkan otak dan tulang belakang dengan seluruh.
Akibatnya otak mengalami kesulitan untuk memberikan perintah pada
saraf otot, hingga menimbulkan kelumpuhan.
6. Ideophathic Thrombosythopenic Purpura (ITP): merupakan salah satu
penyakit autoimun yang banyak menyerang wanita dan menyebabkan
pecahnya jaringan pembuluh darah.
7. Lupus Eritematosus Sistemik: penderita yang mengalami serangan
penyakit autoimun ini ditandai dengan tanda merah di bagian wajah
seperti sepasang sayap kupu-kupu.
8. Multiple Sclerosis: penyakit autoimun ini menyerang lapisan pelindung
di sekitar syaraf, hingga menyebabkan terganggunya kerja otak dan
syaraf tulang belakang.
9. Psoriasis: penyakit autoimun ini ditandai dengan penumpukan sel kulit
yang terjadi akibat sel- kulit yang tumbuh di dalam kulit tumbuh cepat
26
dan segera naik ke permukaan hingga kulit menebal dan menumpuk di
permukaaan kulit.
10. Diabetes: jenis penyakit autoimun ini menyerang sel-sel insulin,
sehingga tubuh tidak bisa memenuhi kebutuhan insulin. Hal ini tentu
saja menyebabkan terlalu banyak gula beredar dalam darah.
2.11 Pemeriksaan Pada Kelainan Antibodi
Coombs test adalah sejenis tes darah untuk melihat antibodi yang
menyerang sel darah merah. Pada kondisi normal, antibodi berguna untuk
menyerang bakteri ataupun virus penyebab penyakit. Namun, saat ada
gangguan tertentu di tubuh, antibodi bisa berbalik menyerang sel yang sehat.
Antibodi yang menyerang sel darah merah sehat, akan menyebabkan
kondisi anemia dan menimbulkan gejala seperti lemas, sesak napas, pucat, dan
tangan serta kaki terasa dingin. Jika mengalami gejala-gejala tersebut, dokter
mungkin akan menginstruksikan prosedur coombs test untuk melihat jenis
anemia yang Anda alami.
Ada dua tipe coombs test yang bisa dilakukan, yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Coombs test secara langsung, akan mencari antibodi yang
menempel langsung ke sel darah merah. Sementara itu coombs test tidak
langsung, akan memeriksa antibodi yang berada di cairan darah yang
dinamakan plasma. Masing-masing jenis coombs test diperuntukkan untuk
kondisi yang berbeda. Berikut ini penjelasannya :

Direct coombs test (langsung)
Coombs test yang dilakukan secara langsung umumnya digunakan
untuk memeriksa pasien yang dicurigai terkena anemia hemolitik. Anemia
hemolitik terjadi ketika sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari yang
diproduksi oleh suatu komponen di dalam tubuh. Hasil tes ini akan
menunjukkan apabila sel darah merah memang dihancurkan oleh sistem
imun dari tubuh kita sendiri.
27

Indirect coombs test (tidak langsung)
Coombs test tidak langsung, dilakukan untuk memastikan apabila
darah yang telah didonorkan, memang benar-benar cocok dengan pasien
yang akan menerimanya. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk
memastikan bahwa darah pada ibu hamil tidak mengandung antibodi yang
dapat membahayakan bayi yang dikandungnya.
2.12 Pengobatan Pada Kelainan Antibodi
Kebanyakan dari penyakit autoimun belum dapat disembuhkan, namun
gejala yang timbul dapat ditekan dan dijaga agar tidak timbul flare. Pengobatan
untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit yang
diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. Untuk mengatasi
nyeri, penderita bisa mengkonsumsi aspirin atau ibuprofen.
Pasien juga bisa menjalani terapi pengganti hormon jika menderita
penyakit autoimun yang menghambat produksi hormon dalam tubuh.
Misalnya, untuk penderita diabetes tipe 1, dibutuhkan suntikan insulin untuk
mengatur kadar gula darah, atau bagi penderita tiroiditis diberikan hormon
tiroid.
Beberapa obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid
(contohnya dexamethasone), digunakan untuk membantu menghambat
perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ tubuh. Obat jenis anti
TNF, seperti infliximab, dapat mencegah peradangan yang diakibatkan
penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antibodi adalah senyawa glikoprotein yang memiliki struktur tertentu
serta disekresikan oleh sel B yang sudah teraktivasi menajdi sel plasman,
yang berupa respon dari antigen tertentu dan reaktif atas antigen itu sendiri.
Antibodi memiliki 2 fungsi antara lain;
1. Berikatan dengan reseptor permukaan pada antigen dan mencegah
masuk ke dalam sel (inactivation)
2. Memulai reaksi fiksasi dan melepaskan histamin.
Antibodi dapat terbentuk secara alami dan buatan. Antibodi yang
alami terbentuk setelah kontak dengan mikroorganisme (bakteri, virus,
plasmodium, dan jamur) atau setelah ada infeksi alami yang memicu.
Dengan demikian, terbentuklah antibodi dalam tubuh terhadap kuman
tersebut. Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang
disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Jenis-jenis antibodi ada Sel B, Sel T,
IgG, IgA, IgM, IgD, IgE. Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan
menjadi tingkat primer, sekunder, dan tersier.
Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit autoimun : Autoimun,
Hepatitis; Celiac Dease; Antibody Syndrome atau Antiphospholipid (APS);
Hemolytic Anemia; Guillain-Barre Syndrome (GBS); Ideophathic
Thrombosythopenic Purpura (ITP); Lupus Eritematosus Sistemik; Multiple
Sclerosis; Psoriasis; Diabetes.
Coombs test adalah sejenis tes darah untuk melihat antibodi yang
menyerang sel darah merah. Pada kondisi normal, antibodi berguna untuk
menyerang bakteri ataupun virus penyebab penyakit. Namun, saat ada
gangguan tertentu di tubuh, antibodi bisa berbalik menyerang sel yang
sehat.
Kebanyakan dari penyakit autoimun belum dapat disembuhkan,
namun gejala yang timbul dapat ditekan dan dijaga agar tidak timbul flare.
28
29
Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis
penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca dapat memahami
mengenai materi Antibodi. Namun pada saat pembuatan makalah, penulis
menyadari bahwa banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu diharapkan pembaca mencari referensi lain untuk menambah
pengetahuan tentang materi Antibodi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2020. Pengertian Antibodi – Sifat, Fungsi, Struktur Dan Jenisnya
Lengkap. (https://www.ruangguru.co.id/pengertian-antibodi-sifat-fungsistruktur-dan-jenisnya-lengkap/ ) Diakses pada 17 April 2020.
Juliantara,
Putra.
2010.
Mekanisme
Pembentukan
Antibodi.
(https://www.kompasiana.com/ikpj/mekanisme-pembentukanantibodi_54ffc5bc8133117d22fa6ef7 ) Diakses pada 17 April 2020.
Acandra.
2010.
Bagaimana
Tubuh
Kita
Bisa
Kebal?.(https://amp.kompas.com/sains/read/2010/03/02/0820325/bagaim
ana.tubuh.kita.bisa.kebal ) Diakses pada 17 April 2020.
Taufiqqurachman,
Iqbal.
-
.
Respon
Imun
Adaptif.
(https://www.slideshare.net/mobile/itaufiqqurrachman/discussion-notes2-respon-imun-adaptif ) Diakses pada 17 April 2020.
http://belindch.wordpress.com/2009/12/07/interaksi-antigen-antibodi-danpengamatanjenis-jenis-leukosit/ . Diakses pada tanggal 17 April 2020
Filzahazny.
2008.
Antigen
dan
Antibodi.
(http://filzahazny.wordpress.com/2008/10/31/antigen-dan-antibodi/)
Diakses pada tanggal 17 April 2020
http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2011/04/mengenal-anti-bodidanantigen.
Html . Diakses pada 17 April 2020
Anonim, 2010. Interaksi antigen dan Antibody .(http://kesehatan.kompasiana.com)
Diakses pada tanggal 17 April 2020.
Bellanti, Joseph A. 1983. Imunologi III. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Nurlita, 2008. Antigen Dan Antibody. (http://filzahazny.wordpress.com) Diakses
pada tanggal 17 April 2020.
30
31
Yuli,
Rahmah.
2010.
Perbedaan
Antigen
Dan
Antibody.(http://sumberilmu.wordpress.com) Diakses pada tanggal 17
April 2020.
Radji, Maksum. 2010. Imunologi dan Virologi. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta
Setiabudi, Iwan. 2013. SISTEM IMUN. STFB-Anfisman 2.
Anonim.(https://www.siloamhospitals.com/Contents/NewsEvents/Advertorial/2019/03/13/11/49/Jenis-Penyakit-Autoimun-danBeberapa-Gejalanya) Diakses pada 17 April 2020.
Reni,
Utari.
2020
(https://www.sehatq.com/artikel/memahami-coombs-test-
pemeriksaan-antibodi-untuk-deteksi-penyakit/amp) Diakses pada 17 April
2020.
Willy, Tjin dr. 2020 (https://www.alodokter.com/penyakit-autoimun) Diakses pada
17 April 2020
32
Download