ANTIBODI MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah IMUNOSEROLOGI Disusun oleh : Mahasiswa Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Program studi DIII Kelas 2B KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS CIMAHI 2020 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Antibodi” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Imunoserologi. Dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada dosen Imunoserologi atas segala bimbingannya dalam proses belajar mengajar serta kepada orang tua penulis yang telah memberikan dukungan, semangat, dan do’a kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Cimahi, April 2020 Penulis i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii BAB I .........................................................................................................................1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2 1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................... 3 BAB II ........................................................................................................................4 2.1 Pengertian Antibodi ............................................................................................ 4 2.2 Fungsi Antibodi ................................................................................................... 5 2.3 Kapan Antibodi Muncul ...................................................................................... 5 2.4 Jenis-jenis Antibodi ............................................................................................. 6 2.5 Struktur Antibodi .............................................................................................. 10 2.6 Hal-hal yang Mempengaruhi Antibodi .............................................................. 11 2.7 Variasi Pada Antibodi ........................................................................................ 12 2.8 Reaksi Pada Antibodi......................................................................................... 13 2.8.1 Tiga Kategori Interaksi Antigen-Antibodi .................................................. 15 2.8.2 Interaksi Antigen-Antibodi ........................................................................ 16 2.9 Bagaimana Memperoleh Antibodi .................................................................... 20 2.10 Kelainan Pada Antibodi ..................................................................................... 24 2.11 Pemeriksaan Pada Kelainan Antibodi ............................................................... 26 2.12 Pengobatan Pada Kelainan Antibodi................................................................. 27 BAB III PENUTUP ....................................................................................................28 3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 28 3.2 Saran ....................................................................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................30 ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh makhluk hidup memiliki suatu sistem pertahanan untuk melindungi diridari benda asing yang mungkin bersifat patogen. Sistem pertahanan tubuh inilah yangdisebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari semua sel, jaringan, dan organ yang membentuk imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau suatu penyakit.Sistem imun memiliki beberapa fungsi pada tubuh, yaitu penangkal “benda” asingyang masuk ke dalam tubuh, menjaga keseimbangan fungsi tubuh, sebagai pendeteksiadanya sel-sel yang tidak normal, termutasi, atau ganas dan segeramenghancurkannya. Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak subtansi bermolekul kecil yang bisa masuk ke dalam tubuh. Subtansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila diamelekat pada protein tubuh kita. Subtansi kecil yang bisa berubah menjadi antigentersebut dikenal dengan istilah hapten. Subtansi-subtansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian subtansi tersebut masuk dan berkaitan dengan sel limfosit B poison ivy, berbagai macam obat (seperti penisilin), dan zat kimia lainnya dapat membawa efek alergik. Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya antigen adalah dengan cara meniadakan antigen tersebut, secara non spesifik yaitudengan cara fagositosis. Dalam hal ini, tubuh memiliki sel-sel fagosit yang termasuk ke dalam 2 kelompok sel, yaitu kelompok sel agranulosit dan granulosit. Kelompok sel agranulosit adalah monosit dan makrofag, sedangkan kelompok sel granulositadalah neutrofil, basofil, eosinofil yang tergolong ke dalam PMN (polymorphonuclear). Respon imun spesifik bergantung pada adanya pemaparan benda asing dan pengenalan selanjutnya, kemudian reaksi terhadap antigen tersebut.Sel yang memegang peran penting dalam sistem imun spesifik adalah limfosit. Limfosit berfungsi mengatur dan bekerja sama dengan sel-sel lain dalam sistemfagosit makrofag untuk menimbulkan respon immunologik. 1 2 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat penulis rumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa pengertian antibodi? 2. Apa saja fungsi dari antibodi? 3. Kapan antibodi akan muncul? 4. Apa saja jenis-jenis antibodi? 5. Bagaimana Struktur antibodi? 6. Apa saja hal-hal yang mempengaruhi antibodi? 7. Bagaimana variasi pada antibodi? 8. Bagaimana reaksi pada antibodi? 9. Bagaimana cara memperoleh antibodi? 10. Apa saja kelainan pada antibodi? 11. Bagaimana pemeriksaan pada kelainan antibodi? 12. Bagaimana pengobatan pada kelainan antibodi? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian antibodi. 2. Untuk mengetahui fungsi dari antibodi. 3. Untuk mengetahui kapan antibodi muncul. 4. Untuk mengetahui jenis-jenis antibodi. 5. Untuk mengetahui struktur antibodi. 6. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi antibodi. 7. Untuk mengetahui variasi pada antibodi. 8. Untuk mengetahui reaksi pada antibodi. 9. Untuk mengetahui cara memperoleh antibodi. 10. Untuk mengetahui kelainan pada antibodi. 11. Untuk mengetahui cara pemeriksaan pada kelainan antibodi. 12. Untuk mengetahui cara pengobatan pada kelainan antibodi. 3 1.4 Manfaat Penulisan Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Mahasiswa dapat memahami ilmu tentang Imunologi khususnya Antibodi. 2. Mahasiswa dapat memenuhi tugas dalam mata kuliah Imunoserologi. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Antibodi Antibodi adalah senyawa glikoprotein yang memiliki struktur tertentu serta disekresikan oleh sel B yang sudah teraktivasi menajdi sel plasman, yang berupa respon dari antigen tertentu dan reaktif atas antigen itu sendiri. Kekebalan tubuh manusia diatur oleh kemampuan tubuh dalam menghasilkan antibodi, ketika melawan antigen. Antibodi ini bisa ditemukan pada area darah atau pada kelenjar tubuh di vertebrata yang lainnya. Dan digunakan juga oleh sistem kekebalan tubuh dalam melakukan identifikasi serta penetralan pada benda asing, misalnya bakteri dan juga virus.Molekul antibodi beredar pada pembuluh dara dan masuk di jaringan tubuh dengan melakukan proses peradangan. Antibodi tersusun atas struktur dasar yang dinamakan dengan rantai, masing-masing antibodi mempunyai dua rantai besar dan dua rantai ringan. Antibodi sering juga disebut dengan immunoglobulin. Pada saat zat yang asing masuk, otomatis monosit pun akan langsung menyerang zat tersebut dengan bantuan netrophil. Monosif yang telah membunuh zat langsung mengirim ke limfosit B serta dibuatkan antibodi untuk jenis zat asing yang telah mati. Lalu antibodi yang telah terbentuk, akan dipastikan kembali oleh limfosit T yang sudah ada di permukaan sel tubuh. Ketika benda asing masuk, dibutuhkan waktu sekitar 10-14 hari di dalam darah dan juga cairan nonseluler. Masing-masing dari antigen yang terbentuk telah memiliki kesesuaian dengan zat asing atau antigen, dengan sempurna. Diumpamakan dengan antigen, yaitu kunci serta antibodi yang merupakan gembok atau yang biasa disebut dengan lock and key. 4 5 2.2 Fungsi Antibodi Antibodi memiliki 2 fungsi antara lain; 1. Berikatan dengan reseptor permukaan pada antigen dan mencegah masuk ke dalam sel (inactivation), Antibodi memiliki kemampuan dalam mengenali serta juga menempel atau melekat kepada antigen yang dikenali dapat menyebabkan penyakit pada tubuh. Dalam mengenali serta juga melekat dengan antigen, zat antibodi tersebut selalu berperilaku ialah sebagai penanda, setelah itu kemudian akan mengirimkan sinyal pada sel darah putih yang lain untuk melakukan penyerangan dan membunuh zat asing yang masuk tadi. 2. 2.3 Memulai reaksi fiksasi dan melepaskan histamin. Kapan Antibodi Muncul Antibodi dapat terbentuk secara alami dan buatan. Antibodi yang alami terbentuk setelah kontak dengan mikroorganisme (bakteri, virus, plasmodium, dan jamur) atau setelah ada infeksi alami yang memicu. Dengan demikian, terbentuklah antibodi dalam tubuh terhadap kuman tersebut. Jadi, antibodi ini bersifat spesifik. Antibodi buatan terbentuk dengan memberi stimulus berupa kuman atau bagian kuman yang dilemahkan atau sekarang dipakai rekombinan kuman atau bagian dari kuman yang dibuat dengan rekayasa genetika untuk merangsang terbentuknya antibodi tanpa efek samping yang membahayakan manusia. Reaksi antibodi merupakan reaksi untuk menghasilkan antibodi oleh sel plasma.Sel B awalnya inaktiv kemudian aktif karena berikatan ke antigen (mikroba ). Setelah aktif datang sel T helper yang akan menstimulasi sel B sehingga sel B akan membentuk sel plasma dan sel memori.Adapun proses pengahasilan antibodi yang dilakukan oleh sel B yaitu: 1. Makrofaga menelan pathogen yang masuk ke dalam tubuh 6 2. Fragmen antigen dari pathogen yang dicerna sebagian lalu membentuk kompleks dengan protein MHC kelas II. Kompleks ini kemudian diangkut ke permukaan sel, tempat kompleks tersebut disajikan ke selsel lain milik system kekebalan. 3. Sel T helper dengan reseptor yang spesifik untuk antigen yang disajikan itu berinteraksi dengan makrofaga dengan cara berikatan dengan kompleks MHC dan antigen. 4. Sel T helper yang diaktifkan kemudian berinteraksi dengan sel B yang telah menghancurkan antigen dengan cara endositosis dan memperlihatkan fragmen antigen bersama dengan protein MHC kelas II. Sel T helper mensekresikan IL-2 dan sitokin lain yang mengaktifkan sel B. 5. Sel B lalu membelah secara berulang-ulang dan berdiferensiasi menjadi sel B memori dan sel plasma, yang merupakan sel ecfektor yang mensekresi antibodi pada kekebalan humoral. 2.4 Jenis-jenis Antibodi 1. Sel B Sel B adalah limfosit yang memainkan peran penting pada respon imunhumoralyang berbalik pada imunitas selular yang diperintah 7 oleh sel T. Fungsi utama sel B adalah untuk membuat antibodi melawan antigen. Sel B adalah komponen sistem kekebalan tiruan. Pencerap antigen pada sel B, biasa disebut pencerap sel B, merupakan imunoglobulin. Pada saat sel B teraktivasi oleh antigen, sel B terdiferensiasi menjadi sel plasma yang memproduksi molekul antibodi dari antigen yang terikat pada pencerapnya. Sel B terbagi menjadi dua jenis: Sel B-1 atau sel B CD5, merupakan sel B yang ditemukan pada ruang peritoneal dan pleural dan memiliki kemampuan untuk berkembangbiak. Sel B-2 atau sel B konvensional, merupakan sel B hasil sintesis sumsum tulangyang memenuhi plasma darah dan jaringan sistem limfatik dan tidak memiliki kemampuan untuk berkembangbiak. Sel B berasal dari sel punca yang berada pada jaringan hemopoietik di dalam sumsum tulang. 2. Sel T Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan infeksi yang mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan tiruan. Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara reseptor selT dan peptida MHC pada permukaan sel sehingga menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel target yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-receptor dan co-binding. Ikatan polivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman sinyal antar kedua sel. Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi 8 selular, dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi, aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika. Dengan demikian respon kekebalan tiruan terhadap berbagai macam penyakit diterapkan. Sel T memiliki prekursor berupa sel punca hematopoietik yang bermigrasidari sumsum tulang menuju kelenjar timus, tempat sel punca tersebut mengalami rekombinasi VDJ pada rantai-beta pencerapnya, guna membentuk protein TCR yang disebut preTCR, pencerap spesial pada permukaan sel yang disebut pencerap sel T. "T" pada kata sel Tadalah singkatan dari kata timus yang merupakan organ penting tempat sel T tumbuh dan menjadi matang. Beberapa jenis sel T telah ditemukan dan diketahui mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Sel T terbagi menjadi tiga jenis, masing-masing dari ketiga jenis tersebutmempunyai tugas / fungsi yang berbeda-beda : Sel T sitotoksik (killer), berfungsi membunuh sel-sel yang terinfekasi, selini dapat membunuh berbagai bibit penyakit, dan sel kanker.· Sel T supressor (penekan), mempunyai efek menstabilkan jumlah selkiller agar sel killer tidak membunuh sel-sel tubuh yang sehat.· Sel T penolong (helper), berfungsi membantu zat antibodi dan sel B penghasil antibodi. Sel ini mengatur respons, kekebalan tubuh de ngan caramengenali dan mengaktifkan limfosit yang lain. 3. Imuno globulin G (IgG) Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah imunoglobulin yang paling sering/banyak ditemukan dalam sumsum tulang belakang, darah, lymfe dan cairan peritoneal. Ia mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari dan merupakan imunitas yang baik (sebagai serum transfer). Ia dapat mengaglutinasi antigen yang tidak larut. IgG adalah satusatunya imunoglobulin yang dapat melewati plasenta. 9 4. Imuno globulin A (IgA) Imunoglobulin A adalah antibodi sekretori, ditemukan dalam saliva, keringat, airmata, cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebgainya. Yang aktifadalah bentuk dimer (yy), sedangkan yang monomer (y) tidak aktif. Jarin gan yang mensekresi bentuk bentuk dimer ini ialah sel epithel yang bertindak sebagai reseptor IgA, yang kemudian sel tersebut bersama IgA masuk ke dalam lumen. Fungsi dari IgA ini ialah: a. Mencegah kuman patogen menyerang permukaan sel mukosa b. Tidak efektif dalam mengikat komplemen c. Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lysozim yang ada d alamcairan sekretori yang mengandung IgA d. Bersifat antiviral dan glutinin yang efektif 5. Imuno globulin M (IgM) Imunoglobulin M ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM mempunyai waktu paroh biologi 5 hari, mempunyai bentuk pentamer dengan lima valensi. Imunoglobulin ini hanya dibentuk oleh faetus. Peningkatan jumlah IgM mencerminkan adanya infeksi baru atai adanya antigen (imunisasi/vaksinasi). IgM adalah merupakan aglutinin yang efisien dan merupakan isohem- aglutininalamiah. IgM sangat efisien dalam mengaktifkan komplemen. IgM dibentuk setelah terbentuk T-independen antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependentantigen. 6. Imuno globulin D (IgD) Imunoglobulin D ini berjumlah sedikit dalam serum. IgD adalah penenda permukaan pada sel B yang matang. IgD dibentuk bersama dengan IgM oleh sel B normal. Sel B membentuk IgD dan IgM karena untuk membedakan unit dari RNA. 7. Imuno globulin E (IgE) Imunoglobulin E ditemukan sedikit dalam serum, terutama kalau berikatan dengan mast sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan eosinpphil. IgE berikatan pada reseptor Fc pada sel-sel tersebut. 10 Dengan adanya antigen yang spesifik untuk IgE, imunoglobulin ini menjadi bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan membebaskan histamin dan komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi anaphylaksis. IgE sangat berguna untuk melawan parasit. 2.5 Struktur Antibodi Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab. Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul antibody terriri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain) yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi 11 ke antibodi yang lain. Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada masing-masing molekul. 2.6 Hal-hal yang Mempengaruhi Antibodi 1. Keturunan Genetis sangat berpengaruh terhadap system imun, hal ini dapat dibuktikan dangan suatu penelitian yang dibuktikan bahwa pasangan anak kembar homozigot lebih rentan terhadap suatu allergen dibandingkan dengan pasangan anak kembar yang heterozigot. Hal ini membuktikan bahwa factor hereditas mempengaruhi system imun. 2. Stress Stres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh karena melepas hormon seperti neuro-endokrin, glukokortikoid dan katekolamin. Stres bahkan bisa berdampak buruk pada produksi antibodi. 3. Usia Usia juga mempengaruhi system imun, pada saat usia balita dan anak-anak system imun belum matang di usia muda dan system imun akan menjadi matang di usia dewasa dan akan menurun kembali saat usia lanjut. 4. Hormon Pada saat sebelum masa reproduksi, system imun lelaki dan perempuan adalah sama, tetapi ketika sudah memasuki masa reproduksi, system imun antara keduanya sangatlah berbeda. Hal ini disebabkan mulai adanya beberapa hormone yang muncul.Pada wanita telah diproduksi hormone estrogen yang mempengaruhi sintesis IgG dan IgA menjadi lebih banyak (meningkat). Dan peningkatan produksi IgG dan IgA menyebabkan wanita lebih kebal terhadap infeksi. Sedangkan pada pria telah diproduksi hormone androgen yang bersifat imunosupresan sehingga memperkecil resiko penyakit autoimun tetapi tidak membuat lebih kebal terhadap 12 infeksi.Oleh karenanya, wanita lebih banyak terserang penyakit autoimun dan pria lebih sering terinfeksi. 5. Olahraga berlebihan Olahraga berlebihan bisa membakar lebih banyak oksigen dalam tubuh. Pembakaran yang berlebihan menghasilkan radikal bebas yang menyerang sel sistem kekebalan tubuh dan menurunkan jumlahnya. 6. Tidur Studi yang dilakukan oleh Michael Irwin dari Universitas California menunjukkan bahwa kurang tidur menyebabkan perubahan dalam jaringan sitokin. 2.7 Variasi Pada Antibodi 1. Varian Isotope Isotipe merupakan suatu varian antibodi dimana sifat determinan antigeniknya tergantung pada kelas atau subkelas dari bagian yang konstan dari rantai berat (CH) dan tipe atau subtipe dari bagian konstan dari rantai ringan (CL) pada suatu jenis antibodi. Pada orang normal dijumpai adanya IgG, IgM, IgA, IgD, dan IgE, dimana dari ke 5 kelas antibodi berbeda dalam dalam bagian konstan rantai beratnya (CH). Tetapi dalam satu kelas dapat dijumpai beberapa subkelas yang juga didasarkan pada susunan asam amino pada bagian yang konstan dari rantai berat. Karena semua bagian konstan dari rantai berat (CH) yang terdapat pada berbagai kelas dan subkelas imunoglobulin itu dapat dijumpai pada satu orang maka bagian itu disebut dengan varian isotipe. Pada rantai ringan suatu antibodi, bagian yang konstan dari rantai ringan (CL) rantai kappa dan rantai lambda dapat dijumpai pada semua kelas dan subkelas imunoglobulin yang terdapat pada satu orang, sehingga bagian inipun disebut dengan varian isotipe. Karena rantai ringan pada satu antibodi selalu identik mka imunoglobulin selalu dibentuk sebagai kappa atau lambda dan tidak pernah merupakan campuran. Misalnya IgG selalu terdiri dari IgG-kappa atau IgG-lambda, demikian pula dengan imunoglobulin lainnya. 13 2. Varian Alotipe Alotipe merupakan suatu perbedaan dari determinan antigenik yang terdapat pada imunoglobulin yang disebabkan oleh adanya variasi genrtik pada masing-masing individu. Pada umumnya perbedaan susunan asam amino yang menyebabkan adanya varian alotipe ini terdapat pada rantai berat. Bahkan perbedaan satu asam amino saja dapat menyebabkan perbedaan alotipik determinan antigenik suatu imunoglobulin. 3. Varian Idiotipe Idiotipe merupakan determinan antigenik yang terdapat pada bagian variabel molekul imunoglobulin. Idiotipe determinan terdapat [ada bagian Fab dari rantai berat dan rantai ringan suatu molekul imunoglobulin., yang menentukan sifat-sifat spesifik dari setiap molekul antibodi. jaringan. 2.8 Reaksi Pada Antibodi Antigen adalah zat-zat asing yang pada umumnya merupakan protein yang berkaitan dengan bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh. Beberapa berupa olisakarida atau polipeptida, yang tergolong makromolekul dengan BM > 10.000. Antigen bertindak sebagai benda asing atau nonself oleh seekor ternak dan akan merangsang timbulnya antibodi. Antibodi merupakan protein-protein yang terbentuk sebagai respon terhadap antigen yang masuk ke tubuh, yang bereaksi secara spesifik dengan antigen tersebut. Konfigurasi molekul antigen-antibodi sedemikian rupa sehingga hanya antibodi yang timbul sebagai respon terhadap suatu antigen tertentu saja yang ccocok dengan permukaan antigen itu sekaligus bereaksi dengannya. Sel-sel kunci dalam respon antigen-antibodi adalah sel limfosit. Terdapat dua jenis limfosit yang berperan, yaitu limfosit B dan T. Keduanya berasal dari sel tiang yang sama dalam sumsum tulang. Pendewasaan limfosit B terjadi di Bursa Fabricius pada unggas, sedangkan pada mamalia terjadi di 14 hati fetus, tonsil, usus buntu dan jaringan limfoid dalam dinding usus. Pendewasaan limfosit T terjadi di organ timus. Sistim kebal atau imun terdiri dari dua macam, yaitu sistim kebal humoral dan seluler. Limfosit B bertanggung jawab terhadap sistim kebal humoral. Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh, maka limfosit B berubah menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi humoral. Antibodi humoral yang terbentuk di lepas ke darah sebagai bagian dari fraksi γ- globulin. Antibodi humoral ini memerangi bakteri dan virus di dalam darah. Sistem humoral merupakan sekelompok protein yang dikenal sebagai imunoglobulin (Ig) atau antibodi (Ab). Limfosit T bertanggung jawab terhadap kekebalan seluler. Apabila ada antigen di dalam tubuh, misalnya sel kanker atau jaringan asing, maka limfosit T akan berubah menjadi limfoblast yang menghasilkan limphokin (semacam antibodi), namun tidak dilepaskan ke dalam darah melainkan langsung bereaksi dengan antigen di jaringan. Sistim kekebalan seluler disebut juga “respon yang diperantarai sel”. Gambar : Perkembangan Dua Sistem Imun Apabila ada antigen masuk ke dalam tubuh ternak maka tubuh akan terangsang dan memunculkan suatu respon awal yang disebut sebagai respon imun primer. Respon ini memerlukan waktu lebih lama untuk memperbanyak limfosit dan membentuk ingatan imunologik berupa sel-sel 15 limfosit yang lebih peka terhadap antigen. Kalau antigen yang sama memasuki tubuh kembali maka respon yang muncul dari tubuh berupa respon imun sekunder. Respon ini muncul lebih cepat , lebih kuat dan berlangsung lebih lama daripada respon imun prime. Gambar. Aktifitas Sel B dalam Reaksi Antigen-antibodi 2.8.1 Tiga Kategori Interaksi Antigen-Antibodi Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan tersier. 1. Primer Interaksi tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibody pada situs identik yang kecil, bernama epitop. 2. Sekunder Interaksi tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya: a) Netralisasi Yaitu interaksi yang terjadi jika antibody secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan. 16 b) Aglutinasi Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfuse darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan. c) Presipitasi Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap. d) Fagositosis Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut. e) Sitotoksis Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibody sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya. 3. Tersier Interaksi tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi. 2.8.2 Interaksi Antigen-Antibodi Tahap pertama dari respon antibodi dimulai dari fagositosis antigen oleh makrofag atau sel lain dalam sistem retikuloendotelial yang meliputi selsel Langerhans di kulit, sel dendritik pada spleen dan lymph node, serta 17 monosit dalam darah. Sel-sel tersebut berdasarkan fungsi imunologisnya digolongkan sebagai antigen-presenting cells (APC). Penghasilan antibodi terhadap kebanyakan antigen memerlukan interaksi dan pengaktifan kedua-dua sel B dan T.Antibodi memiliki kemampuan spesifik untuk mengikat determinat site dari antigen atau yang disebut dengan determinan antigenik. Berikut merupakan gambaran ikatan antara dua molekul antigen dengan dengan situs pengikatan antigen di daerahdaerah variabel pada antibodi. Sel-sel ini mungkin menghasilkan gerak balas terhadap epitop berbeza pada antigen yang sama, tetapi epitop-epitop tersebut mesti tergabung (physically-linked). Kompleks antigen yang tergabung ke reseptor sel B (terdiri dari imunoglobulin permukaan, sIg) akan didegradasi dalam sel yang mengandungi molekul MHC II. Kompleks peptid-MHC ini akan diekspres pada permukaan sel, di mana ia akan berinteraksi dengan sel T yang mempunyai reseptor sesuai. Hasil dari pergabungan antigen serta sitokinsitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel B diaktifkan dan menjalani proses proliferasi menjadi sel penghasil antibodi (sel plasma). Keterangan gambar : Pemrosesan antigen yang bergantung pada sel T (A) dan tidak tergantung sel (B). Antigen yang bergantung pada sel T biasanya terdiri dari lebih dari satu penentu antigenik. Setelah diproses oleh sel antigen-presenting (APC), the determinan antigen kompleks-MHC yang 18 diekspresikan akan dikenali oleh sel B dan T spesifik antigen. Sel T akan melepaskan interleukin, mis., IL-4 dan IL-6, yang akan menginduksi proliferasi dan diferensiasi sel B menjadi sel plasma penghasil antibodi. Antigen independen sel T, seperti antigen polimerik dengan determinan berulang, dapat mengikat langsung ke imunoglobulin pada permukaan sel B. Jenis ini mengikat silang pada membran sel, seringkali dengan adanya mitogen lain, akan menginduksi proliferasi dan diferensiasi sel B. Antigen independen sel T biasanya menghasilkan produksi hanya antibodi IgM dengan titer rendah. Antigen yang mempunyai epitop berulang-berulang boleh menghubung-silangkan reseptor sel B (BCR) dan mengaktifkan sel B secara terus. Kebanyakan antigen protein tidak mempunyai epitop seperti itu tetapi terdiri daripada epitop-epitop yang berlainan. Oleh itu, untuk menghasilkan gerak balas terhadap antigen protein, sel B memerlukan isyarat-isyarat dari sel T CD4+. Antigen seperti ini dipanggil antigen bergantung timus. Penghasilan antibodi terhadap antigen bergantung timus memerlukan pengaktifan dan interaksi kedua-dua sel B dan T. Sebagai keperluan tambahan, sel B dan sel T tersebut mesti mengacam epitop-epitop yang tergabung (walaupun epitopepitop berlainan) pada satu antigen, untuk kerjasama antara sel B dan sel T berlaku. Pergabungan antigen dan sitokin yang dihasilkan oleh sel T, sel diaktifkan dan menjalani proliferasi dan membeza menjadi sel plasma penghasil antibodi. Jenis sitokin yang dihasilkan mempengaruhi kelas antibodi yang dihasilkan oleh sel plasma. Ini jelas ditunjukkan dalam gerak balas terhadap antigen bebas timus (diterangkan di bawah). Antigen ini tidak mengaruh pertukaran kelas atau gerak balas ingatan. Dalam gerak balas primer, sel T paling berkesan diaktifkan oleh antigen yang diproses oleh sel dendritik. Sel T teraktif ini kemudian akan berinteraksi dan mengaktifkan sel B seperti diterangkan di bawah. Dalam gerak balas sekunder sel dendritik tidak diperlukan. Sel B dan T boleh bekerjasama dengan efisien kerana sel-sel ini telah teraktif. Dalam gerak balas sekunder sel B 19 memerangkap antigen melalui reseptornya (sIg) dan kompleks antigen-sIg ditelan, kemudian didegradasi dalam dengan molekul MHC II, diangkut dan diekspres pada permukaan sel di mana ia akan berinteraksi dengan sel T CD4+. Interaksi ini disertai oleh interaksi antara beberapa molekul permukaan lain Hasilnya kedua-dua sel B dan T menjadi teraktif: sel T akan menghasilkan sitokin dan sel B menghasilkan antibodi. Interaksi antigen-antibodi dapat diamati dengan cara melakukan pemeriksaan golongan darah. Biasanya, antigen masuk ke dalam tubuh dalam bentuk virus, bakteri, ataupun substansi protein lainnya. Atas dasar inilah dilakukan pemeriksaan golongan darah. Darah akan berperan sebagai antibodi, sehingga apabila diteteskan antigen spesifik, maka darah akan menjendal sebagai proses imun. Metode yang digunakan dalam pemeriksaan golongan darah ABO dan Rh adalah dengan menggunakan darah dari probandus dan larutan anti-serum, yaitu Anti-A, Anti-B, Anti-AB, dan Anti-D. Ada 3 aktivator yang berbeda yang mendeteksi kuman dan mengaktifkan C3 yang merupakan komplemen kunci. Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein berikutnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara yang berbeda: 1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen 2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen (komplek imun). Aktivasi jalur klasik dimulai dengan C1 yang dicetuskan oleh kompleks imun antibody dan antigen. IgM memiliki sebanyak 5 Fc mudah diikat oleh C1 . meskipun C1 tidak mempunyai sifat enzim, namun setelah dia berikatan dengan Fc dapat mengakifkan C2 dan C4 yang selanjtunya mengkatifkan C3. IgM dan IgG1, IgG2, IgG3 (IgM lebih kuat dibandingkan dengan IgG) yang membentuk kompleks imun dengan antigen, dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik, jalur klasik melibatkan 9 komplemen protein utama yaitu C1-C9. Selama aktivasi, protein-protein tersebut diaktifkan secara berurutan. 20 Produk yang dihasilkan menjadi katalisator dalam reaksi berikutnya. Jadi stimulus kecil dapat menimbulkan reaksi aktivasi komplemen berantai. Dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif : Bakteri (endotoksin) Jamur, virus, parasit Zimosan Agregat IgA (IgA1, IgA2) dan IgG4 Faktor nefritik C3b dlm jumlah sedikit di dalam serum, dapat mengikat faktor serum yang disebut faktor B Komplemen ini selanjutnya diaktifkan faktor D dalam serum yang mengikat C3bB membentuk kompleks imunC3bBD yang berfungsi sebagai konvertase C3 yang melepas C3a dan C3b. Kompleks C3bBD dengan cepat dipecah oleh protein serum tetapi pemecahan tersebut dicegah oleh protein lain dalam serum yaitu Properdin . 2.9 Bagaimana Memperoleh Antibodi Produksi antibodi pada infeksi pertama kali disebut respons antibodi primer. Pada infeksi kedua oleh agen infeksi yang sama, sistem imun merespons lebih cepat karena ekspansi klon telah dilakukan pada infeksi pertama. Ini disebut respons antibodi sekunder. Konsentrasi antibodi meningkat lebih banyak dan lebih cepat daripada saat respons primer. Jumlah sel memori menurun setelah infeksi pertama, tetapi sel B memori dapat dihasilkan dengan lebih cepat pada saat infeksi kedua. a. Memperoleh imunitas spesifik Seseorang memproduksi antibodi jika mengalami kontak dengan agen infeksi penyebab penyakit. Keberadaan antibodi spesifik di dalam tubuh membuat orang tersebut dapat melawan agen infeksi dan kebal terhadap penyakit tertentu. Imunitas yang demikian disebut imunitas spesifik. Oleh karena antibodi diperoleh setelah mengalami kontak dengan agen infeksi maka disebut juga imunitas yang diperoleh (acquired immunity). 21 Imunitas spesifik juga dapat diperoleh dari luar tubuh dengan cara memasukkan antibodi ke dalam tubuh melalui suatu proses tertentu. Imunitas yang demikian disebut imunitas pasif. Istilah imunitas aktif digunakan jika antibodi diproduksi di dalam tubuh. Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua macam kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan pasif. Imunitas aktif dan pasif dapat diperoleh dengan cara yang berbeda. 1. Imunitas Aktif Imunitas aktif melibatkan proses produksi antibodi dalam tubuh seseorang untuk merespons antigen tertentu. Selain itu, sel B memori dan sel T akan diproduksi dan bereaksi lebih cepat jika terjadi serangan kedua oleh antigen yang sama. Imunitas aktif diperoleh dengan dua cara, yaitu secara alami dan induksi. a) Imunitas aktif alami Ketika seseorang pertama kalinya mengalami kontak dengan organisme patogen, maka tidak ada antibodi untuk melawan organisme tersebut. Dalam hal ini, dibutuhkan waktu beberapa hari sehingga sel plasma dan antibodi membentuk respons primer. Pada masa pembentukan antibodi, orang tersebut mungkin menunjukkan gejala-gejala sakit. Antibodi yang terbentuk memiliki sisi yang identik untuk berikatan dengan materi asing. Jika antibodi yang diproduksi mencukupi untuk melawan mikrob, orang tersebut akan benar-benar pulih kesehatannya. Imunitas yang demikian disebut imunitas aktif yang diperoleh secara alami. Pada beberapa kasus, tingkat infeksi dapat memicu cukup antibodi meskipun tidak tampak tanda-tanda dari luar bahwa orang tersebut sdang mengalami infeksi. Hal demikian disebut infeksi subklinik. Jika agen infeksi atau racun bereaksi cepat 22 dalam tubuh seseorang sebelum sistem imun dapat memproduksi antibodi maka dapat berakibat fatal. b) Imunitas aktif diinduksi Vaksin digunakan untuk mengaktifkan sistem imun sehingga dapat memproduksi antibodi untuk melawan organisme penyebab penyakit. Hal tersebut terjadi karena bakteri atau organisme diberi perlakuan tertentu sehingga tidak dapat lagi menyebabkan penyakit. Dalam kata lain vaksin mengandung bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan, dimana pada bibit penyakit tersebut masih mempunyai antigen yang kemudian akan direspon oleh system imun dengan cara membentuk antibodi. Ketika vaksin diinjeksikan ke dalam tubuh seseorang, sistem imun akan menunjukkan respons antibodi primer. Vaksinasi yang kedua akan menunjukkan respons antibodi sekunder. Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam menghasilkan antibodi. Sel B (B limfosit) membentuk sistem imunitas humoral, yaitu imunitas dengan cara membentuk antibodi yang berada di darah dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali antigen asing serta berperan membentuk kekebalan terhadap infeksi bakteri, seperti Streptococcus, Meningococcus, virus campak, dan lain – lain. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan melumpuhkannya. Sel B ini juga mampu membentuk sel pengingat (memory cell). Sel ini berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen yang sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel pengingat ini akan segera meningkatkan antibodi dan membentuk sel plasma dalam waktu cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu menghasilkan antibodi dalam darah dan limfa. Sel T (T limfosit) membentuk sistem imunitas terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker, serta timbulnya alergi. Sel T ini mengalami pematangan di glandula timus dan bekerja secara fagositosis. Namun T limfosit 23 tidak menghasilkan antibodi. T limfosit secara langsung dapat menyerang sel penghasil antigen. Sel T kadang ikut membantu produksi antibodi oleh sel B. Sel T dan sel B berasal dari sel limfosit yang diproduksi dalam sumsum tulang. Sel limfosit yang melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi sel B. Baik sel B maupun sel T dilengkapi dengan reseptor antigen di dalam plasma membrannya. Reseptor antigen pada sel B merupakan rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Reseptor antigen dari sel T berbeda dari antibodi, namun reseptor sel T mengenali antigennya secara spesifik. Spesifikasi dan banyaknya macam dari sistem imun tergantung reseptor pada setiap sel B dan sel T yang memungkinkan limfosit mengidentifikasi dan merespon antigen. Saat antigen berikatan dengan reseptor yang spesifik pada permukaan limfosit, limfosit akan aktif untuk berdeferensiasi dan terbagi menaikkan populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem humoral, sel B diaktifkan oleh ikatan antigen yang akan meningkatkan sel efektor yang disebut dengan sel plasma. Sel ini mensekresi antibodi untuk membantu mengurangi antigen. Antibodi tersebut spesifik terhadap jenis mikrob yang diberi perlakuan sehingga jika seseorang terpapar mikrob yang sesungguhnya pada masa mendatang, sel memori dan antibodi siap mengantisipasi dan orang tersebut dapat dikatakan kebal terhadap infeksi. Imunitas yang demikian disebut imunitas aktif yang diperoleh dengan cara induksi. 2. Imunitas Pasif Antibodi yang diproduksi oleh seseorang dan diberikan kepada orang lain dapat menumbuhkan imunitas pada orang tersebut. Seseorang yang menerima antibodi demikian disebut memiliki imunitas pasif. Disebut pasif 24 karena antibodi tidak diproduksi dalam diri sendiri. Keuntungan dari imunitas pasif adalah dapat memberikan perlindungan dengan segera. Akan tetapi, antibodi yang diperoleh tidak bertahan lama dan menurun dengan cepat dalam periode waktu yang cukup singkat. Imunitas pasif dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu secara alami dan induksi. a) Imunitas Pasif Alami Janin yang sedang tumbuh memperoleh antibodi dari ibunya melalui plasenta. Antibodi tersebut akan memberikan perlindungan kepada janin dan bayi karena sistem imunitas bayi belum berfungsi sebelum bayi dilahirkan. Bayi juga memperoleh antibodi dari ASI, karena air susu yang pertama kali keluar adalah kolostrum yang kaya akan antibodi. b) Imunitas Pasif Diinduksi Jika salah seorang anggota keluarga kita mengidap penyakit hepatitis A, maka kita juga akan beresiko terkena infeksi. Tetapi apabila kita segera menerima vaksin antibodi yang spesifik untuk hepatitis A, maka kita akan terhindar dari infeksi. Antibodi spesifik hepatitis A dapat diperoleh melalui ekstrak plasma darah penderita penyakit hepatitis A. 2.10 Kelainan Pada Antibodi Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh atau sistem imun menyerang sel-sel sehat dalam tubuh Anda sendiri. Penyakit ini berkembang ketika sistem kekebalan tubuh salah dalam menilai sel sehat yang ada dalam tubuh dan malah menganggapnya sebagai zat asing. Akibatnya, tubuh Anda mulai memproduksi antibodi yang akan menyerang dan merusak sel sehat dalam tubuh Anda tersebut. Penyakit autoimun umumnya lebih banyak menyerang wanita usia produktif, dimana faktor penyebabnya dapat berbeda antara satu penderita dengan yang lainnya. Bahayanya, penyakit autoimun ini bisa mengakibatkan 25 kerusakan sel jaringan dalam tubuh dan menimbulkan peradangan serta mengakibatkan kondisi yang serius pada penderitanya, seperti gangguan pada tulang persendian, saraf, kelenjar, dan organ-organ penting lainnya. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit autoimun : 1. Autoimun Hepatitis: penyakit autoimun ini menyerang sel-sel hati dan sistem kekebalan tubuh yang bisa mengakibatkan hati mengeras dan gagal hati. 2. Celiac Dease: jenis penyakit autoimun ini menyebabkan penderitanya tidak mampu menerima gluten dan zat yang terkandung dalam gandum. 3. Antibody Syndrome atau Antiphospholipid (APS): jenis penyakit autoimun ini bekerja dengan menyerang lapisan dalam pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembekuan darah pada saluran darah, baik saluran vena maupun arteri. 4. Hemolytic Anemia: penyakit autoimun ini bekerja dengan menghancurkan sel darah merah yang terdapat dalam tubuh. 5. Guillain-Barre Syndrome (GBS): penyakit autoimun ini menyerang saraf yang menghubungkan otak dan tulang belakang dengan seluruh. Akibatnya otak mengalami kesulitan untuk memberikan perintah pada saraf otot, hingga menimbulkan kelumpuhan. 6. Ideophathic Thrombosythopenic Purpura (ITP): merupakan salah satu penyakit autoimun yang banyak menyerang wanita dan menyebabkan pecahnya jaringan pembuluh darah. 7. Lupus Eritematosus Sistemik: penderita yang mengalami serangan penyakit autoimun ini ditandai dengan tanda merah di bagian wajah seperti sepasang sayap kupu-kupu. 8. Multiple Sclerosis: penyakit autoimun ini menyerang lapisan pelindung di sekitar syaraf, hingga menyebabkan terganggunya kerja otak dan syaraf tulang belakang. 9. Psoriasis: penyakit autoimun ini ditandai dengan penumpukan sel kulit yang terjadi akibat sel- kulit yang tumbuh di dalam kulit tumbuh cepat 26 dan segera naik ke permukaan hingga kulit menebal dan menumpuk di permukaaan kulit. 10. Diabetes: jenis penyakit autoimun ini menyerang sel-sel insulin, sehingga tubuh tidak bisa memenuhi kebutuhan insulin. Hal ini tentu saja menyebabkan terlalu banyak gula beredar dalam darah. 2.11 Pemeriksaan Pada Kelainan Antibodi Coombs test adalah sejenis tes darah untuk melihat antibodi yang menyerang sel darah merah. Pada kondisi normal, antibodi berguna untuk menyerang bakteri ataupun virus penyebab penyakit. Namun, saat ada gangguan tertentu di tubuh, antibodi bisa berbalik menyerang sel yang sehat. Antibodi yang menyerang sel darah merah sehat, akan menyebabkan kondisi anemia dan menimbulkan gejala seperti lemas, sesak napas, pucat, dan tangan serta kaki terasa dingin. Jika mengalami gejala-gejala tersebut, dokter mungkin akan menginstruksikan prosedur coombs test untuk melihat jenis anemia yang Anda alami. Ada dua tipe coombs test yang bisa dilakukan, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Coombs test secara langsung, akan mencari antibodi yang menempel langsung ke sel darah merah. Sementara itu coombs test tidak langsung, akan memeriksa antibodi yang berada di cairan darah yang dinamakan plasma. Masing-masing jenis coombs test diperuntukkan untuk kondisi yang berbeda. Berikut ini penjelasannya : Direct coombs test (langsung) Coombs test yang dilakukan secara langsung umumnya digunakan untuk memeriksa pasien yang dicurigai terkena anemia hemolitik. Anemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah dihancurkan lebih cepat dari yang diproduksi oleh suatu komponen di dalam tubuh. Hasil tes ini akan menunjukkan apabila sel darah merah memang dihancurkan oleh sistem imun dari tubuh kita sendiri. 27 Indirect coombs test (tidak langsung) Coombs test tidak langsung, dilakukan untuk memastikan apabila darah yang telah didonorkan, memang benar-benar cocok dengan pasien yang akan menerimanya. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memastikan bahwa darah pada ibu hamil tidak mengandung antibodi yang dapat membahayakan bayi yang dikandungnya. 2.12 Pengobatan Pada Kelainan Antibodi Kebanyakan dari penyakit autoimun belum dapat disembuhkan, namun gejala yang timbul dapat ditekan dan dijaga agar tidak timbul flare. Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. Untuk mengatasi nyeri, penderita bisa mengkonsumsi aspirin atau ibuprofen. Pasien juga bisa menjalani terapi pengganti hormon jika menderita penyakit autoimun yang menghambat produksi hormon dalam tubuh. Misalnya, untuk penderita diabetes tipe 1, dibutuhkan suntikan insulin untuk mengatur kadar gula darah, atau bagi penderita tiroiditis diberikan hormon tiroid. Beberapa obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid (contohnya dexamethasone), digunakan untuk membantu menghambat perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ tubuh. Obat jenis anti TNF, seperti infliximab, dapat mencegah peradangan yang diakibatkan penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Antibodi adalah senyawa glikoprotein yang memiliki struktur tertentu serta disekresikan oleh sel B yang sudah teraktivasi menajdi sel plasman, yang berupa respon dari antigen tertentu dan reaktif atas antigen itu sendiri. Antibodi memiliki 2 fungsi antara lain; 1. Berikatan dengan reseptor permukaan pada antigen dan mencegah masuk ke dalam sel (inactivation) 2. Memulai reaksi fiksasi dan melepaskan histamin. Antibodi dapat terbentuk secara alami dan buatan. Antibodi yang alami terbentuk setelah kontak dengan mikroorganisme (bakteri, virus, plasmodium, dan jamur) atau setelah ada infeksi alami yang memicu. Dengan demikian, terbentuklah antibodi dalam tubuh terhadap kuman tersebut. Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin (Ig). Jenis-jenis antibodi ada Sel B, Sel T, IgG, IgA, IgM, IgD, IgE. Interaksi antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan tersier. Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit autoimun : Autoimun, Hepatitis; Celiac Dease; Antibody Syndrome atau Antiphospholipid (APS); Hemolytic Anemia; Guillain-Barre Syndrome (GBS); Ideophathic Thrombosythopenic Purpura (ITP); Lupus Eritematosus Sistemik; Multiple Sclerosis; Psoriasis; Diabetes. Coombs test adalah sejenis tes darah untuk melihat antibodi yang menyerang sel darah merah. Pada kondisi normal, antibodi berguna untuk menyerang bakteri ataupun virus penyebab penyakit. Namun, saat ada gangguan tertentu di tubuh, antibodi bisa berbalik menyerang sel yang sehat. Kebanyakan dari penyakit autoimun belum dapat disembuhkan, namun gejala yang timbul dapat ditekan dan dijaga agar tidak timbul flare. 28 29 Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. 3.2 Saran Setelah membaca makalah ini semoga pembaca dapat memahami mengenai materi Antibodi. Namun pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu diharapkan pembaca mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan tentang materi Antibodi. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2020. Pengertian Antibodi – Sifat, Fungsi, Struktur Dan Jenisnya Lengkap. (https://www.ruangguru.co.id/pengertian-antibodi-sifat-fungsistruktur-dan-jenisnya-lengkap/ ) Diakses pada 17 April 2020. Juliantara, Putra. 2010. Mekanisme Pembentukan Antibodi. (https://www.kompasiana.com/ikpj/mekanisme-pembentukanantibodi_54ffc5bc8133117d22fa6ef7 ) Diakses pada 17 April 2020. Acandra. 2010. Bagaimana Tubuh Kita Bisa Kebal?.(https://amp.kompas.com/sains/read/2010/03/02/0820325/bagaim ana.tubuh.kita.bisa.kebal ) Diakses pada 17 April 2020. Taufiqqurachman, Iqbal. - . Respon Imun Adaptif. (https://www.slideshare.net/mobile/itaufiqqurrachman/discussion-notes2-respon-imun-adaptif ) Diakses pada 17 April 2020. http://belindch.wordpress.com/2009/12/07/interaksi-antigen-antibodi-danpengamatanjenis-jenis-leukosit/ . Diakses pada tanggal 17 April 2020 Filzahazny. 2008. Antigen dan Antibodi. (http://filzahazny.wordpress.com/2008/10/31/antigen-dan-antibodi/) Diakses pada tanggal 17 April 2020 http://sistempertahanantubuh.blogspot.com/2011/04/mengenal-anti-bodidanantigen. Html . Diakses pada 17 April 2020 Anonim, 2010. Interaksi antigen dan Antibody .(http://kesehatan.kompasiana.com) Diakses pada tanggal 17 April 2020. Bellanti, Joseph A. 1983. Imunologi III. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Nurlita, 2008. Antigen Dan Antibody. (http://filzahazny.wordpress.com) Diakses pada tanggal 17 April 2020. 30 31 Yuli, Rahmah. 2010. Perbedaan Antigen Dan Antibody.(http://sumberilmu.wordpress.com) Diakses pada tanggal 17 April 2020. Radji, Maksum. 2010. Imunologi dan Virologi. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta Setiabudi, Iwan. 2013. SISTEM IMUN. STFB-Anfisman 2. Anonim.(https://www.siloamhospitals.com/Contents/NewsEvents/Advertorial/2019/03/13/11/49/Jenis-Penyakit-Autoimun-danBeberapa-Gejalanya) Diakses pada 17 April 2020. Reni, Utari. 2020 (https://www.sehatq.com/artikel/memahami-coombs-test- pemeriksaan-antibodi-untuk-deteksi-penyakit/amp) Diakses pada 17 April 2020. Willy, Tjin dr. 2020 (https://www.alodokter.com/penyakit-autoimun) Diakses pada 17 April 2020 32