Uploaded by User53027

WA ODE HASRIANA ( 17 320 084 )

advertisement
Dosen Pengampuh: Dr. Sulhan Manaf, M.Si
TUGAS METODOLOGI PENELITIAN
(MP Ak-2 Kelas B)
Disusun oleh:
WA ODE HASRIANA
NPM : 17 320 084
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2020
1. Jenis – Jenis Penelitian
Ada beberapa jenis-jenis penelitian dapat dibagi sebagai berikut :
1.1
1.1.1
Penelitian berdasarkan penerapan :
Penelitian murni (pure research)
Penelitian murni merupakan penelitian yang fokus pada pengembangan dan pengujian
teori atau hipotesis yang sifatnya sulit untuk diterapkan baik di masa sekarang ataupun di masa
depan. Penelitian murni biasanya fokus pada pembahasan konsep atau hal-hal yang bersifat
abstrak atau sulit di deskripsikan. Penelitian murni juga lebih banyak membahas pada
pengembangan, pemeriksaan, dan evaluasi, prosedur, teknik yang digunakan dalam berbagai
penelitian. Penelitian murni juga seringkali menemukan teori-teori baru yang sangat bermanfaat
bagi penelitian selanjutnya.
Sebagai contoh, penelitian yang membahas tentang metodologi pengukuran kemiskinan.
Seperti yang kita tahu, Badan Pusat Statistik mengukur kemiskinan berdasarkan pendekatan
pengeluaran. Hal ini dikarenakan pengeluaran merupakan pendekatan yang lebih mudah digali
informasinya.
Karena dirasa metode ini kurang pas, muncul beberapa alternatif lain yang yang
mencoba memperbaiki metode ini dengan nama kemiskinan multidimensi. Pendekatan ini
mencoba mengukur kemiskinan dari aspek-aspek lain seperti kesehatan, infrastruktur, dll.
1.1.2
Penelitian terapan (applied research)
Penelitian terapan merupakan penelitian yang fokus pada hal-hal yang hasilnya bisa
diterapkan pada kondisi sekarang atau di masa depan. Penelitian terapan biasanya fokus kepada
masalah-masalah yang sedang terjadi atau mungkin terjadi di masa depan sehingga hasil
penelitian menjadi hal yang bisa direkomendasikan untuk diterapkan. Penelitian terapan juga
paling sering menjadi topik yang diangkat dalam banyak kesempatan, baik oleh mahasiswa
ataupun lembaga riset. Hal ini dikarenakan hasilnya yang lebih relevan dan langsung bisa
diterapkan
dalam
kehidupan.
Penelitian
terapan
bisa
dalam
bentuk
perencanaan,
pengembangan, ataupun evaluasi dari banyak peristiwa atau fenomena yang terjadi.
Sebagai contoh, penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan. Hasil
penelitian ini bisa menjadi sebuah rekomendasi dan dasar pengambilan kebijakan untuk
penanggulangan kemiskinan di masa yang akan datang. Contoh lain, penelitian tentang variabel
apa saja yang berpegaruh signfikan terhadap ketimpangan pendapatan di Indonesia. Hasil dari
penelitian ini bisa digunakan untuk mengevaluasi berbagai program yang diterapkan oleh
pemerintah.
1.2
1.2.1
Penelitian berdasarkan tujuan :
Penelitian deskriptif (descriptive research)
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan sebuah
situasi, kondisi, atau fenomena yang terjadi. Penelitian deskrptif bertujuan untuk memberikan
informasi secara umum terhadap pokok permalasalahan yang dikaji.
Contohnya, gambaran kondisi kependudukan di suatu wilayah, gambaran kondisi
ekonomi di sebuah negara, gambaran bagaimana kondisi psikoogis anak-anak yang bekerja di
bawah umur, dll.
1.2.2
Penelitian korelasi (correlational research)
Penelitian korelasi merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap atau
menemukan apakah terdapat hubungan asosiasi antara satu hal dengan hal lainnya. Contohnya,
apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan jumlah pendapatan seseorang,
apakah terdapat korelasi antara jumlah dokter dengan jumlah kematian ibu melahirkan di suatu
wilayah, apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan tingkat
kesejahteraan seorang anak, dll. Penelitian korelasi biasanya menggunakan uji korelasi sebagai
alat analisis. Dengan uji ini, anda bisa mengetahui bagaimana tingkat kekuatan hubungan antar
satu variabel dengan variabel lainnya. Yang perlu digaris bawahi dalam penelitian korelasi
adalah, korelasi hanya mampu menyatakan tingkatan hubungan atau asosiasi antara 2 hal atau
lebih. Korelasi tidak bisa digunakan sebagai dasar untuk menyatakan adanya hubungan sebab
akibat antara 2 hal yang diteliti tersebut.
Jadi, bisa saja anda menemukan hubungan bahwa korelasi antara jumlah dokter dan
jumlah kematian ibu memiliki hubungan korelasi negatif yang sangat kuat. Tapi, anda tidak
boleh menyimpulkan bahwa jumlah dokter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan kematian ibu.
1.2.3
Penelitian explanatori (explanatory research)
Penelitian explanatori merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui mengapa
dan bagaimana sebuah fenomena terjadi. Biasanya, penelitian ini melibatkan dua aspek yang
diduga saling terkait atau memiliki hubungan.
Contohnya, mengapa anak-anak orang kayak cenderung lebih sukses dalam kehidupannya?
Mengapa banyak orang-orang yang depresi memutuskan untuk bunuh diri?
1.2.4
Penelitian exploratory (exploratory research)
Penelitian exploratory merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji atau
menyelidiki lebih detail tentang hal-hal yang masih minim informasi terhadap suatu hal.
Biasanya, penelitian exploratory juga digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal
yang belum pernah atau masih jarang penerapannya di Indonesia.
Terkadang,
perlu
dilaksanakan dulu pilot study untuk menentukan kelayakan apakah penelitian ini bisa
dilanjutkan atau tidak.
Contohnya, studi tentang kehidupan suku di pedalaman Indonesia yang sama sekali
belum tersentuh oleh pemerintah.
1.3
Penelitian berdasarkan karakteristik data
Ada banyak sekali jenis data yang bisa kita gunakan dalam penelitian. Tiap data
memiliki karakteristik tersendiri sehingga masing- masing membutuhkan analisis yang berbeda.
1.3.1
Penelitian kuantitatif (quantitative research)
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data,
fenomena, atau variabel yang bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif seringkali digunakan
untuk membuktikan berbagai hal yang terjadi. Penelitian kualitatif bisa saja berubah menjadi
penelitian kuantitatif bila di dalamnya terjadi proses kuantifikasi (perubahan data kualitatif ke
dalam bentuk kuantitatif).
Contohnya, apakah apakah APBN, panjang jalan, jumlah tenaga kerja memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian dengan pendekatan
kuantitatif merupakan penelitian yang paling banyak digunakan dalam berbagai disiplin ilmu.
1.3.2
Penelitian kualitatif (qualitative research)
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah
kondisi, fenomena, masalah atau peristiwa dimana variabel yang digunakan skala nominal atau
ordinal. Saat proses analisis dilakukan, tidak ada proses kuantifikasi (merubah data kualitatif
menjadi kuantitatif) yang terjadi. Contoh penelitian kualitatif adalah kumpulan dari pendapat
masyarakat tentang pelaksanaan pemilu, gambaran umum kondisi masyarakat pedesaan, dll.
Seringkali peneliti memisahkan antara kualitatif dan kuantitatif. Terkadang, ada juga yang
menganggap bahwa penelitian kuantitatif jauh lebih berkualitas dikarenakan menggunakan
berbagai perhitungan yang lebih valid.
kuantitatif
dan
penelitian
kualitatif
Benarkah demikian?
memiliki
kelebihan
dan
Pada dasarnya,
kekurangan
penelitian
masing-masing.
Keduanya saling melengkapi untuk menemukan hasil terbaik dari sebuah penelitian.
Penelitian kuantitatif seringkali menggunakan jumlah sampel yang besar, sedangkan
penelitian kualitatif seringkali fokus kepada kasus-kasus yang jarang terjadi atau jumlah sampel
yang relatif kecil. Para ahli dari disiplin ilmu seperti antropologi, epidemiologi, dan sosiologi
tentu lebih sering menggunakan penedekatan kualitatif dalam penelitian mereka. Sedangkan
ahli ekonomi, kesehatan, bisnis, atau psikologi lebih cenderung menggunakan pendekatan
kuantitatif. Dalam beberapa kasus, seringkali peneliti harus menggabungkan kedua jenis
penelitian tersebut untuk memberikan hasil yang lebih berkualitas.
Sebagai contoh, anda mengadakan studi kasus penelitian tentang kondisi pariwisata di
sebuah kabupaten. Gambaran kondisi pariwisata secara umum seperti adanya pantai, gunung,
laut dll merupakan bentuk pendekatan kualitatif. Sedangkan hal-hal seperti jumlah pengunjung
wisata, jumlah retribusi yang didapat, biaya yang dikeluarkan untuk operasional, dll merupakan
aspek kuantitatif. Kedua jenis penelitian ini tentunya saling mendukung satu sama lain. Ada
banyak sekali peneliti yang menggunakan gabungan dari kedua penelitian untuk memperkaya
hasil. Penelitian kuantitatif terkadang lebih disukai oleh banyak orang. Ini dikarenakan metode
pendekatan yang digunakan lebih terstruktur dan sistematis. Berbeda dengan penelitian
kualitatif yang cenderung tidak terstruktur dan kurang sistematis. Penelitian kuantitatif juga
sering menggunakan prosedur uji statistik yang cukup rumit sehigga bisa menyajikan hasil
dalam bentuk yang lebih eksak. Penelitian kualitatif hanya mampu menjelaskan berbagai
fenomena atau peristiwa hingga tahapan deskripsi.
2. Masalah Penelitian :
2.1
Pengertian Masalah Penelitian
Pada dasarnya, sebuah penelitian bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah yang
muncul karena adanya suatu penyimpangan. Stonner (1982) berpendapat bahwa suatu masalah
dapat dicari bahkan diketahui apabila terdapat adanya penyimpangan antara pengalaman dengan
sebuah kenyataan. Ketidak sesuaian antara harapan, atau apa yang direncanakan dengan
kenyataan yang diperoleh bisa dikatakan sebagai suatu masalah.
Sejalan dengan yang disebutkan tadi, Suryabrata (1994 : 60), berpendapat bahwa
masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara
kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada
(what it is). Fungsi dari penelitian adalah dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can
be). Sedangkan John Dewey dan Kerlinger mendifinisikan bahwa permasalahan adalah
kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga
diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Masalah adalah sebuah kalimat
tanya atau pernyataan yang menanyakan yang jawabannya dicari melalui penelitian (Kerlinger
2006 : 28).
2.2
Kegunaan Masalah Penelitian dalam Penyusunan Rencana Penelitian
Rumusan masalah juga memiliki fungsi atau kegunaan dibalik keberadaannya. Fungsi
dari rumusan masalah dalam peneltian dapat kita simak pada pembahasan sebagai berikut:
1. Sebagai Titik Sentral
Fungsi dari rumusan masalah adalah sebagai titik sentral. Titik sentral yang dimaksud disini
adalah rumusan masalah menjadi titik sentral dari suatu penelitian. Hal ini mengandung makna
bahwa
penelitian
juga
membutuhkan
pedoman
dalam pelaksanaannya. Yaitu pedoman
penelitian tersebut ditemukan pada sub bab penelitian yang bernama rumusan masalah.
2. Sebagai Sebuah Solusi
Rumusan masalah juga berfungsi sebagai solusi dalam pelaksanaan penelitian. Karena pada
hal ini rumusan masalah berbentuk pertanyaan yang mencakup keseluruhan penelitian. Namun
solusi pada rumusan masalah ini merupakan solusi yang belum terwujud dikarenakan solusinya
masih dalam bentuk pertanyaan yang harus diselesaikan dalam penelitian.
3. Membuka Pikiran Peneliti
Rumusan masalah juga berfungsi sebagai jalan peneliti untuk membuka pikiran terhadap
permasalahan penelitian. Namun fungsi dari pembuka pikiran dari rumusan masalah diperlukan
arah dari penelitian yang sudah jelas. Apabila arah penelitian tersebut belum jelas maka kita
sendiri akan kesulitan dalam fokus mencari solusi pada permasalahan penelitian.
4. Mendorong Pelaksanaan Penelitian
Rumusan masalah merupakan fungsi sebagai faktor pendorong pelaksanaan penelitian.
Hal ini dikarenakan pada penelitian dibutuhkan faktor pendorong agar penelitian berjalan
terstruktur. Rumusan masalah berfungsi sebagai pendorong penelitian karena rumusan masalah
terbentuk dari latar belakang permasalahan yang dijadikan sebagai tolak ukur pembuatan
metodologi penelitian.
2.3
Sumber – Sumber Masalah Penelitian
Dalam sebuah penelitian, masalah dapat bersumber dari mana saja. Menurut James H.
MacMillan dan Schumacher (Hadjar, 1996 : 40 – 42) masalah dapat bersumber dari :
1. Observasi
Mencari masalah dapat dilakukan dengan jalan observasi. Baik disengaja ataupun yang
tidak disengaja, suatu permasalahan dalam contoh masalah sosial dapat kita peroleh saat sedang
melakukan pengamatan atau observasi di lapangan. Kesenjangan hubungan yang kita jumpai
pada saat melakukan observasi, dapat dijadikan sebagai sebuah masalah untuk memulai suatu
penelitian.
Dalam kasus masalah sosial, biasanya masalah itu tidak jauh antara mitos kepercayaan
dengan realita. Bila mitos tersebut ternyata benar, biasanya masalah yang akan diangkat adalah
bagaimana penjelasan secara ilmiah agar praduga-praduga yang bergulir di masyarakat dapat
terjawab dengan ilmu pengetahuan
2. Dedukasi dari Teori
Teori merupakan konsep-konsep
yang masih berupa prinsir-prinsip umum yang
penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap
masalah yang diangkap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris praktik
tentang teori.
3. Kepustakaan
Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang
(replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil
penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga
menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal
ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu
diangkat untuk diteliti.
4. Masalah sosial
Seperti yang sekilas disebutkan diatas, masalah sosial yang ada di sekitar kita atau
yang baru menjadi berita terhangat (hot news) dapat menjadi sumber masalah penelitian.
Misalnya :
a.
Adanya perkelahian antar sekolah menimbukan berbagai dampak bagi sekolah dan
warga sekitar.
b.
Penggalakan program 3
M (menguras,
mengubur,
menimbun) sebagai upaya
pencegahan penyakit demam berdarah.
5. Situasi praktis
Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian
evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut.
6. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban empiris
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. (Purwanto 2010:109-111). Masalah
dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang
pendidikan, Sukardi (2009:22-24) dalam antara lain :
1)
Pengalaman seseorang atau kelompok.
Pengalaman orang yang telah lama menekuni bidang profesi pendidikan dapat
digunakan
untuk
membantu
mencari
permasalahan
yang
signifikan
diteliti.
Contoh
:
pengalaman mengajar di kelas.
2)
Lapangan tempat bekerja.
Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua,
atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah
dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dpat dijadikan sebagai sumber
penelitian.
3)
Laporan hasil penelitian.
Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping ada hasil
temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang direkomendasikan.
4)
Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain.
Perkembangan
ilmu
pengetahuan
lain
di luar
bidang
yang
dikuasai seringkali
memberikan pengaruh munculnya permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang
muncul setelah Orde Baru, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan
para guru untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik.
2.4
Pertimbangan – Pertimbangan dalam Merumuskan Masalah
Ada beberapa pertimbangan bagi peneliti dalam menentukan apakah suatu masalah
atau topik penelitian tertentu dapat diangkat sebagai masalah yang harus diteliti atau tidak.
Keputusan
ini
diambil
melalui
dua
pertimbangan,
yaitu
pertimbangan
objektif
dan
pertimbangan subjektif. (Burhan: 2005).
2.4.1
Pertimbangan Objektif
Pertimbangan objektif adalah pertimbangan berdasarkan kondisi masalah itu sendiri,
layak atau tidak layak suatu masalah diteliti didasarkan pada kualitas masalah dan dapatnya
masalah dikonseptualisasikan.
Suatu masalah dikatakan berkualitas apabila masalah itu memiliki:
1. Nilai penemuan yang tinggi.
2. Masalah tersebut adalah masalah yang saat ini sedang dirasakan oleh kebanyakan
orang di suatu masyarakat, paling tidak beberapa kelompok masyarakat tertentu
merasakan adanya masalah tersebut.
3. Bisa jadi penelitian terhadap suatu masalah bukan merupakan pengulangan terhadap
penelitian sebelumnya oleh orang lain.
4. Masalah yang akan diteliti tersebut memiliki teoritis yang jelas.
Masalah penelitian dapat dikonseptualisasikan apabila masalah tersebut dapat menjawab
pertanyaan dibawah ini:
1.
Apakah masalah itu memiliki batasan-batasan yang jelas?
2.
Bagaimana bobot dimensi operasional dari masalah itu?
3.
Apakah masalah penelitian itu dapat dihipotesiskan seandainya diuji nanti?
4.
Apakah masalah penelitian memiliki sumber data yang jelas seandainya diteliti?
5.
Apakah masalah itu dapat diukur sehingga dapat didesain alat ukur yang jelas?
6.
Apakah masalah itu memberi peluang peneliti menggunakan alat analisis statistik
yang jelas apabila diuji nanti?
2.4.2
Pertimbangan Subjektif
Pertimbangan subjektif adalah pertimbangan berkisar tentang kredibilitas peneliti
(calon peneliti) terhadap apa yang akan ditelitinya. Karena itu suatu masalah dipertanyakan?
1. Apakah masalah itu benar-benar sesuai dengan minat peneliti atau tidak?
2. Keahlian dan disiplin ilmu peneliti berkesesuaian dengan masalah tersebut atau tidak?
3. Peneliti memiliki kemampuan penguasaan teoritis yang memadai atau tidak mengenai
masalah tersebut?
4. Cukup banyak atau tidak hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang masalah tersebut?
5. Apakah cukup waktu apabila penelitian terhadap masalah tersebut dilakukan?
6. Apakah biaya pendukung untuk meneliti masalah tersebut dapat disediakan oleh
peneliti atau tidak?
7. Apakah alasan-alasan politik dan situasional masyarakat (pemerintah) menyambut
baik masalah tersebut atau tidak, apabila penelitian dilakukan?
Sementara
menurut
Notoatmodjo
(2002),
Pertimbangan
dalam
memilih masalah
penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti meliputi:
1) Masalah
masih
pernah diungkap
baru.
atau
“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum
diteliti oleh
orang lain
dan topik
masih hangat di
masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia usaha yang dilakukan, sebelum menentukan
masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media
elektronik tentang penelitian terkini.
2) Aktual.
Aktual berarti masalah
yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di
masyarakat. Sebagai contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan meneliti tentang
masalah gangguan konsep diri pada pasien yang telah mengalami hemodialise
berulang, maka sebelumnya peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang
menemukan masalah tersebut, meskipun tidak pada semua pasien.
3) Praktis. Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil
penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau
penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna.
4) Memadai. Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas,
tetapi juga tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil
yang kurang jelas
dan
menghamburkan
sumber
daya,
sebaliknya
masalah
penelitian yang terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot.
5) Sesuai dengan kemampuan peneliti. Seseorang yang akan melakukan penelitian
harus mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan
diteliti, jika tidak,
hasil
penelitiannya
kurang
dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis
dapat
dipertanggungjawabkan
6) Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Masalah-masalah yang bertentangan
dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang ataupun adat istiadat sebaiknya
tidak
diteliti,
karena akan banyak
menemukan hambatan dalam pelaksanaan
penelitiannya nanti.
7) Ada yang mendukung. Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal
sudah dipertimbangkan darimana asal biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang
masalah- masalah penelitian yang menarik akan mendapatkan sponsor dari instansiinstansi pendukung, baik pemerintah maupun swasta.
Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, sebelum melakukan pemilihan masalah
penelitian, maka peneliti harus menjawab beberapa pertanyaan berikut agar masalah yang
diteliti layak dan relevan (Notoatmodjo, 2002):
1.
Apakah masalah yang akan diteliti merupakan masalah yang sedang hangat di
dalam masyarakat saat ini?
2.
Apakah masalah tersebut benar-benar aada di dalam masyarakat?
3.
Sejauh mana masalah tersebut dirasakan? Apakah penduduk atau masyarakat
merasakan masalah tersebut?
4.
Apakah masalah tersebut mempengaruhi kelompom tertentu, misalnya ibu
hamil, bayi, atau anak balita?
5.
Apakah masalah tersebut berhubungan dengan masalah sosial, kesehatan ataau
ekonomi yang luas?
6.
Apakah masalah tersebut berhubungan dengaan kativitas program yang sedang
berjalan?
7.
2.5
Siapa lagi yang tertarik atau terlibat dalam masalah tersebut?
Bentuk – bentuk Masalah Penelitian
Adapun bentuk-bentuk
dari rumusan masalah dapat dikelompokan berdasarkan
menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Bentuk rumusan masalah tersebut yaitu
bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
1.
Rumusan Masalah Deskriptif.
Maksud dari rumusan masalah deskriptif adalah rumusan masalah yang berhubungan
dengan keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih. Jadi dalam
ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel pada sampel yang lain, dan mencari
hubungan variabel tersebut dengan variabel yang lain.Berikut contoh rumusan masalah
deskriptif :
1. Seberapa baik kinerja kepala daerah di provinsi X?
2. Bagaimana sikap masyarakat menaggapi kehadiran perguruan tinggi A?
3. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan dilarang merokok di ruang terbuka hijau?
2.
Rumusan masalah Komparatif
Maksud
dari
rumusan
masalah
komparatif
adalah
rumusan
masalah
yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Berikut contoh rumusan masalah komparatif :
a)
Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Pengawai Negeri Sipil dengan
Pengawai Swasta?
b) Adakah kesamaan cara pelayanan di perusahan X dan perusahaan Y?
c)
Adakah perbedaan, kecerdesan dan keahlian antara siswa daerah dengan siswa
yang ada di kota?
Dari beberapa contoh di atas dapat kita lihat bahwa setiap pertanyaan penelitian
mencoba membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
penelitian. Sangat terlihat sekali perbedaannya dengan rumusan masalah deskriptif.
3. Rumusan Masalah Assosiatif
Maksud dari hubungan masalah assosiatif adalah rumusan masalah yang bersifat
menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Dalam hal ini terdapat tiga klasifikasi
bentuk rumusan masalah assosiatif. Adapun tiga bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
a) Hubunga Simetris
Maksud hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan muncul bersama. Jadi bukan hubungan kausal atau pun timbal balik. Berikut
contohnya :
1. Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon jambu dengan tingkat
manisnya buah jambu?
2. Adakah hubungan antara tinggi badan dengan kemampuan kepemimpinan?
b) Hubungan Kausa
Maksud dari hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Dalam
penelitian yang menggunakan rumusan masalah ini terdapat variabel independen dan dependen,
yang mempengaruhi dan dipengaruhi. Berikut contohnya :
1. Adakah pengaruh tingkat gaji dengan kinerja karyawan?
2. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan presiden terhadap kedisiplinan masyarakat?
3. Seberapa besar pengaruh AC terhadap efisiensi kinerja karyawan?
c) Hubungan timbal balik/interaktif
Maksud
dari
hubungan
timbal
balik/interaktif
adalah
hubungan
yang
saling
mempengaruhi. Dalam hal ini tidak diketahi yang mana variabel dependen yang mana variabel
independen. Contohnya adalah sebagai berikut :
1. Adakah hubungan antara kedisplinan dan motivasi?
2. Adakah hubungan antara kegigihan dengan kekayaan?
2.6
Bentuk Hubungan antar Variabel
Berikut jenis-jenis hubungan antar variabel menurut Narbuko dan Achmadi (2005),
sebagai berikut ;
1. Hubungan simetris
Hubungan simetri merupakan hubungan variabel tidak di pengaruhi atau disebabkan oleh
variabel yang lain. ada empat kategori yaitu:
a) Kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama.
Misakan kalau “mengerjakan cepat selesai” sedang “hasilnya tepat”, maka kedua
variabel tersebut merupakan indikator dari seorang yang intelejen namun tidak bisa di artikan
bahwa “karena cepat lalu “hasilnya tepat”.
b) Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama.
Misalkan
bertambahnya
“meningkatnya
jumlah
pesawat
suatu
udara.
pelayanan
Kedua
kesehatan
variabel
dibarengi
tersebut
tidak
dengan
saling
mempengaruhi,namun keduanya merupakan akibat dari peningkatan pendapatan.
c) Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional.
Misalkan “dimana satu berada yang lain pun pasti disana’’ atau dimana ada guru di
sana ada murid”.
d) Hubungan yang kebetulan semata-mata.
Misal
“seorang
bayi ditimbang
dan
esok
hari dia
meninggal”.
Berdasarkan
kepercayaan kedua tersebut dianggap berkaitan namun di dalam penelitian empiris tidak dapat
disimpulkan bahwa bayi tersebut meninggal karena ditimbang.
2. Hubungan timbal balik
Hubungan timbal balik adalah hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi sebab
dan akibat dari variabel lainnya (Narbuko dan Achmadi, 2005). Perlu diingat bahwa hubungan
timbal balik disini bukanlah hubungan dimana tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi
sebab dan variabel yang menjadi akibat. Tetapi yang dimaksud disini ialah apabila pada sesuatu
waktu, variabel X mempengaruhi variabel Y, sedang pada waktu yang lain variabel Y
mempengaruhi variabel X.
“penanaman modal mendatangkan
Misalkan :
keuntungan akan memungkinkan
penanaman
modal”.
keuntungan
Jelasnya
dan
pada gilirannya
“variabel
terpengaruh
dapat menjadi variabel pengaruh”.
3. Hubungan A Simetris
Pada pokonnya didalam analisis-analisis sosial terdapat didalam hubungan a simetris
ini, dimana satu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya.Dalam hubungan a simetris ini
ada beberapa ketentuan hubungan sebagai berikut:
a.
Hubungan
Hubungan antara stimulus dan respon
yang
demikian
itulah
merupakan
sala
satu
hbungan
kausal yang
lazim
dipergunakan oleh para ahli.
b.
Hubungan antara disposisi dan respon.
Hubungan ini menunjukkan kecenderungan untuk menunjukkan respon tertentu dalam situasi
tertentu.
Contoh
hubungan ini misal hubungan antara kepercayaan seseorang dengan
kecenderungan memakai obat tradisional, atau keinginan bekerja & frekuensi mencari kerja.
c.
Hubungan antara diri individu dan disposisi atau tingkah laku.
Hubungan ini menunjukkan sifat individu yang relative tidak berubah dan tidak dipengaruhi
lingkungan. Misalakan seks, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain- lain.
d.
Misalkan
Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu.
pedagan
kecil
yang
berkeinginan
untuk
memperrluas
usahanya
diperlukan
persyaratan pinjaman bank yang lunak, hubungan antara kerja keras dengan keberhasilan
jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh.
e.
Hubungan yang imanen antar dua variabel.
Hubungan ini menunjukkan terdapat suatu jalinan yang erat antara variabel satu dengan
variabel yang lain. misalkan saja ketika suatu organisasi tersebut besar maka peraturan yang
diterapkan semakin ketat.
f.
Hubungan antar tujuan (ends) dan cara (means).
Misalkan penelitian tentang hubungan antar kerja keras dan keberhasilan. Jumlah jam
belajar dengan nilai yang diperoleh pada waktu ujian.
DAFTAR PUSTAKA
Kumar, R. (2008) “Research Methodology” APH Publishing Corporation
Kerlinger, Fred N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nawawi, Hadari (1998). Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Purwanto. (2010). Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung:
Pustaka pelajar.
Setyosari, Punaji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan .Kencana Prenada
Media Group: Jakarta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kualitatif, kuantitatif dan R dan
D). Bandung:ALFABETA.
Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara.
Wasero, Mulyadi G. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
https://www.wawasan-edukasi.web.id/2016/12/definisi-dan-pengertian-variabel-dalam-sebuahpenelitian.html
Download