Dosen Pengampuh: Dr. Sulhan Manaf, M.Si TUGAS METODOLOGI PENELITIAN (MP Ak-2 Kelas B) Disusun oleh: WA ODE HASRIANA NPM : 17 320 084 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAUBAU 2020 1. Jenis – Jenis Penelitian Ada beberapa jenis-jenis penelitian dapat dibagi sebagai berikut : 1.1 1.1.1 Penelitian berdasarkan penerapan : Penelitian murni (pure research) Penelitian murni merupakan penelitian yang fokus pada pengembangan dan pengujian teori atau hipotesis yang sifatnya sulit untuk diterapkan baik di masa sekarang ataupun di masa depan. Penelitian murni biasanya fokus pada pembahasan konsep atau hal-hal yang bersifat abstrak atau sulit di deskripsikan. Penelitian murni juga lebih banyak membahas pada pengembangan, pemeriksaan, dan evaluasi, prosedur, teknik yang digunakan dalam berbagai penelitian. Penelitian murni juga seringkali menemukan teori-teori baru yang sangat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya. Sebagai contoh, penelitian yang membahas tentang metodologi pengukuran kemiskinan. Seperti yang kita tahu, Badan Pusat Statistik mengukur kemiskinan berdasarkan pendekatan pengeluaran. Hal ini dikarenakan pengeluaran merupakan pendekatan yang lebih mudah digali informasinya. Karena dirasa metode ini kurang pas, muncul beberapa alternatif lain yang yang mencoba memperbaiki metode ini dengan nama kemiskinan multidimensi. Pendekatan ini mencoba mengukur kemiskinan dari aspek-aspek lain seperti kesehatan, infrastruktur, dll. 1.1.2 Penelitian terapan (applied research) Penelitian terapan merupakan penelitian yang fokus pada hal-hal yang hasilnya bisa diterapkan pada kondisi sekarang atau di masa depan. Penelitian terapan biasanya fokus kepada masalah-masalah yang sedang terjadi atau mungkin terjadi di masa depan sehingga hasil penelitian menjadi hal yang bisa direkomendasikan untuk diterapkan. Penelitian terapan juga paling sering menjadi topik yang diangkat dalam banyak kesempatan, baik oleh mahasiswa ataupun lembaga riset. Hal ini dikarenakan hasilnya yang lebih relevan dan langsung bisa diterapkan dalam kehidupan. Penelitian terapan bisa dalam bentuk perencanaan, pengembangan, ataupun evaluasi dari banyak peristiwa atau fenomena yang terjadi. Sebagai contoh, penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi kemiskinan. Hasil penelitian ini bisa menjadi sebuah rekomendasi dan dasar pengambilan kebijakan untuk penanggulangan kemiskinan di masa yang akan datang. Contoh lain, penelitian tentang variabel apa saja yang berpegaruh signfikan terhadap ketimpangan pendapatan di Indonesia. Hasil dari penelitian ini bisa digunakan untuk mengevaluasi berbagai program yang diterapkan oleh pemerintah. 1.2 1.2.1 Penelitian berdasarkan tujuan : Penelitian deskriptif (descriptive research) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan sebuah situasi, kondisi, atau fenomena yang terjadi. Penelitian deskrptif bertujuan untuk memberikan informasi secara umum terhadap pokok permalasalahan yang dikaji. Contohnya, gambaran kondisi kependudukan di suatu wilayah, gambaran kondisi ekonomi di sebuah negara, gambaran bagaimana kondisi psikoogis anak-anak yang bekerja di bawah umur, dll. 1.2.2 Penelitian korelasi (correlational research) Penelitian korelasi merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengungkap atau menemukan apakah terdapat hubungan asosiasi antara satu hal dengan hal lainnya. Contohnya, apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan jumlah pendapatan seseorang, apakah terdapat korelasi antara jumlah dokter dengan jumlah kematian ibu melahirkan di suatu wilayah, apakah terdapat hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan tingkat kesejahteraan seorang anak, dll. Penelitian korelasi biasanya menggunakan uji korelasi sebagai alat analisis. Dengan uji ini, anda bisa mengetahui bagaimana tingkat kekuatan hubungan antar satu variabel dengan variabel lainnya. Yang perlu digaris bawahi dalam penelitian korelasi adalah, korelasi hanya mampu menyatakan tingkatan hubungan atau asosiasi antara 2 hal atau lebih. Korelasi tidak bisa digunakan sebagai dasar untuk menyatakan adanya hubungan sebab akibat antara 2 hal yang diteliti tersebut. Jadi, bisa saja anda menemukan hubungan bahwa korelasi antara jumlah dokter dan jumlah kematian ibu memiliki hubungan korelasi negatif yang sangat kuat. Tapi, anda tidak boleh menyimpulkan bahwa jumlah dokter memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kematian ibu. 1.2.3 Penelitian explanatori (explanatory research) Penelitian explanatori merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui mengapa dan bagaimana sebuah fenomena terjadi. Biasanya, penelitian ini melibatkan dua aspek yang diduga saling terkait atau memiliki hubungan. Contohnya, mengapa anak-anak orang kayak cenderung lebih sukses dalam kehidupannya? Mengapa banyak orang-orang yang depresi memutuskan untuk bunuh diri? 1.2.4 Penelitian exploratory (exploratory research) Penelitian exploratory merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji atau menyelidiki lebih detail tentang hal-hal yang masih minim informasi terhadap suatu hal. Biasanya, penelitian exploratory juga digunakan untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang belum pernah atau masih jarang penerapannya di Indonesia. Terkadang, perlu dilaksanakan dulu pilot study untuk menentukan kelayakan apakah penelitian ini bisa dilanjutkan atau tidak. Contohnya, studi tentang kehidupan suku di pedalaman Indonesia yang sama sekali belum tersentuh oleh pemerintah. 1.3 Penelitian berdasarkan karakteristik data Ada banyak sekali jenis data yang bisa kita gunakan dalam penelitian. Tiap data memiliki karakteristik tersendiri sehingga masing- masing membutuhkan analisis yang berbeda. 1.3.1 Penelitian kuantitatif (quantitative research) Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data, fenomena, atau variabel yang bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif seringkali digunakan untuk membuktikan berbagai hal yang terjadi. Penelitian kualitatif bisa saja berubah menjadi penelitian kuantitatif bila di dalamnya terjadi proses kuantifikasi (perubahan data kualitatif ke dalam bentuk kuantitatif). Contohnya, apakah apakah APBN, panjang jalan, jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang paling banyak digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. 1.3.2 Penelitian kualitatif (qualitative research) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah kondisi, fenomena, masalah atau peristiwa dimana variabel yang digunakan skala nominal atau ordinal. Saat proses analisis dilakukan, tidak ada proses kuantifikasi (merubah data kualitatif menjadi kuantitatif) yang terjadi. Contoh penelitian kualitatif adalah kumpulan dari pendapat masyarakat tentang pelaksanaan pemilu, gambaran umum kondisi masyarakat pedesaan, dll. Seringkali peneliti memisahkan antara kualitatif dan kuantitatif. Terkadang, ada juga yang menganggap bahwa penelitian kuantitatif jauh lebih berkualitas dikarenakan menggunakan berbagai perhitungan yang lebih valid. kuantitatif dan penelitian kualitatif Benarkah demikian? memiliki kelebihan dan Pada dasarnya, kekurangan penelitian masing-masing. Keduanya saling melengkapi untuk menemukan hasil terbaik dari sebuah penelitian. Penelitian kuantitatif seringkali menggunakan jumlah sampel yang besar, sedangkan penelitian kualitatif seringkali fokus kepada kasus-kasus yang jarang terjadi atau jumlah sampel yang relatif kecil. Para ahli dari disiplin ilmu seperti antropologi, epidemiologi, dan sosiologi tentu lebih sering menggunakan penedekatan kualitatif dalam penelitian mereka. Sedangkan ahli ekonomi, kesehatan, bisnis, atau psikologi lebih cenderung menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam beberapa kasus, seringkali peneliti harus menggabungkan kedua jenis penelitian tersebut untuk memberikan hasil yang lebih berkualitas. Sebagai contoh, anda mengadakan studi kasus penelitian tentang kondisi pariwisata di sebuah kabupaten. Gambaran kondisi pariwisata secara umum seperti adanya pantai, gunung, laut dll merupakan bentuk pendekatan kualitatif. Sedangkan hal-hal seperti jumlah pengunjung wisata, jumlah retribusi yang didapat, biaya yang dikeluarkan untuk operasional, dll merupakan aspek kuantitatif. Kedua jenis penelitian ini tentunya saling mendukung satu sama lain. Ada banyak sekali peneliti yang menggunakan gabungan dari kedua penelitian untuk memperkaya hasil. Penelitian kuantitatif terkadang lebih disukai oleh banyak orang. Ini dikarenakan metode pendekatan yang digunakan lebih terstruktur dan sistematis. Berbeda dengan penelitian kualitatif yang cenderung tidak terstruktur dan kurang sistematis. Penelitian kuantitatif juga sering menggunakan prosedur uji statistik yang cukup rumit sehigga bisa menyajikan hasil dalam bentuk yang lebih eksak. Penelitian kualitatif hanya mampu menjelaskan berbagai fenomena atau peristiwa hingga tahapan deskripsi. 2. Masalah Penelitian : 2.1 Pengertian Masalah Penelitian Pada dasarnya, sebuah penelitian bertujuan untuk menyelesaikan suatu masalah yang muncul karena adanya suatu penyimpangan. Stonner (1982) berpendapat bahwa suatu masalah dapat dicari bahkan diketahui apabila terdapat adanya penyimpangan antara pengalaman dengan sebuah kenyataan. Ketidak sesuaian antara harapan, atau apa yang direncanakan dengan kenyataan yang diperoleh bisa dikatakan sebagai suatu masalah. Sejalan dengan yang disebutkan tadi, Suryabrata (1994 : 60), berpendapat bahwa masalah adalah kesenjangan antara harapan (das sollen) dengan kenyataan (das sein), antara kebutuhan dengan yang tersedia, antara yang seharusnya (what should be) dengan yang ada (what it is). Fungsi dari penelitian adalah dimaksudkan untuk menutup kesenjangan (what can be). Sedangkan John Dewey dan Kerlinger mendifinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti; permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan. Masalah adalah sebuah kalimat tanya atau pernyataan yang menanyakan yang jawabannya dicari melalui penelitian (Kerlinger 2006 : 28). 2.2 Kegunaan Masalah Penelitian dalam Penyusunan Rencana Penelitian Rumusan masalah juga memiliki fungsi atau kegunaan dibalik keberadaannya. Fungsi dari rumusan masalah dalam peneltian dapat kita simak pada pembahasan sebagai berikut: 1. Sebagai Titik Sentral Fungsi dari rumusan masalah adalah sebagai titik sentral. Titik sentral yang dimaksud disini adalah rumusan masalah menjadi titik sentral dari suatu penelitian. Hal ini mengandung makna bahwa penelitian juga membutuhkan pedoman dalam pelaksanaannya. Yaitu pedoman penelitian tersebut ditemukan pada sub bab penelitian yang bernama rumusan masalah. 2. Sebagai Sebuah Solusi Rumusan masalah juga berfungsi sebagai solusi dalam pelaksanaan penelitian. Karena pada hal ini rumusan masalah berbentuk pertanyaan yang mencakup keseluruhan penelitian. Namun solusi pada rumusan masalah ini merupakan solusi yang belum terwujud dikarenakan solusinya masih dalam bentuk pertanyaan yang harus diselesaikan dalam penelitian. 3. Membuka Pikiran Peneliti Rumusan masalah juga berfungsi sebagai jalan peneliti untuk membuka pikiran terhadap permasalahan penelitian. Namun fungsi dari pembuka pikiran dari rumusan masalah diperlukan arah dari penelitian yang sudah jelas. Apabila arah penelitian tersebut belum jelas maka kita sendiri akan kesulitan dalam fokus mencari solusi pada permasalahan penelitian. 4. Mendorong Pelaksanaan Penelitian Rumusan masalah merupakan fungsi sebagai faktor pendorong pelaksanaan penelitian. Hal ini dikarenakan pada penelitian dibutuhkan faktor pendorong agar penelitian berjalan terstruktur. Rumusan masalah berfungsi sebagai pendorong penelitian karena rumusan masalah terbentuk dari latar belakang permasalahan yang dijadikan sebagai tolak ukur pembuatan metodologi penelitian. 2.3 Sumber – Sumber Masalah Penelitian Dalam sebuah penelitian, masalah dapat bersumber dari mana saja. Menurut James H. MacMillan dan Schumacher (Hadjar, 1996 : 40 – 42) masalah dapat bersumber dari : 1. Observasi Mencari masalah dapat dilakukan dengan jalan observasi. Baik disengaja ataupun yang tidak disengaja, suatu permasalahan dalam contoh masalah sosial dapat kita peroleh saat sedang melakukan pengamatan atau observasi di lapangan. Kesenjangan hubungan yang kita jumpai pada saat melakukan observasi, dapat dijadikan sebagai sebuah masalah untuk memulai suatu penelitian. Dalam kasus masalah sosial, biasanya masalah itu tidak jauh antara mitos kepercayaan dengan realita. Bila mitos tersebut ternyata benar, biasanya masalah yang akan diangkat adalah bagaimana penjelasan secara ilmiah agar praduga-praduga yang bergulir di masyarakat dapat terjawab dengan ilmu pengetahuan 2. Dedukasi dari Teori Teori merupakan konsep-konsep yang masih berupa prinsir-prinsip umum yang penerapannya belum dapat diketahui selama belum diuji secara empiris. Penyelidikan terhadap masalah yang diangkap dari teori berguna untuk mendapatkan penjelasan empiris praktik tentang teori. 3. Kepustakaan Hasil penelitian mungkin memberikan rekomendasi perlunya dilakukan penelitian ulang (replikasi) baik dengan atau tanpa variasi. Replikasi dapat meningkatkan validitas hasil penelitian dan kemampuan untuk digeneralisasikan lebih luas. Laporan penelitian sering juga menyampaikan rekomendasi kepada peneliti lain tentang apa yang perlu diteliti lebih lanjut. Hal ini juga menjadi sumber untuk menentukan masalah yang menentukan masalah yang perlu diangkat untuk diteliti. 4. Masalah sosial Seperti yang sekilas disebutkan diatas, masalah sosial yang ada di sekitar kita atau yang baru menjadi berita terhangat (hot news) dapat menjadi sumber masalah penelitian. Misalnya : a. Adanya perkelahian antar sekolah menimbukan berbagai dampak bagi sekolah dan warga sekitar. b. Penggalakan program 3 M (menguras, mengubur, menimbun) sebagai upaya pencegahan penyakit demam berdarah. 5. Situasi praktis Dalam pembuatan keputusan tertentu, sering mendesak untuk dilakukan penelitian evaluatif. Hasil sangat diperlukan untuk dijadikan dasar pembuatan keputusan lebih lanjut. 6. Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat memunculkan masalah yang memerlukan jawaban empiris untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam. (Purwanto 2010:109-111). Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang pendidikan, Sukardi (2009:22-24) dalam antara lain : 1) Pengalaman seseorang atau kelompok. Pengalaman orang yang telah lama menekuni bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang signifikan diteliti. Contoh : pengalaman mengajar di kelas. 2) Lapangan tempat bekerja. Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dpat dijadikan sebagai sumber penelitian. 3) Laporan hasil penelitian. Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang direkomendasikan. 4) Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan lain di luar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh munculnya permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang muncul setelah Orde Baru, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik. 2.4 Pertimbangan – Pertimbangan dalam Merumuskan Masalah Ada beberapa pertimbangan bagi peneliti dalam menentukan apakah suatu masalah atau topik penelitian tertentu dapat diangkat sebagai masalah yang harus diteliti atau tidak. Keputusan ini diambil melalui dua pertimbangan, yaitu pertimbangan objektif dan pertimbangan subjektif. (Burhan: 2005). 2.4.1 Pertimbangan Objektif Pertimbangan objektif adalah pertimbangan berdasarkan kondisi masalah itu sendiri, layak atau tidak layak suatu masalah diteliti didasarkan pada kualitas masalah dan dapatnya masalah dikonseptualisasikan. Suatu masalah dikatakan berkualitas apabila masalah itu memiliki: 1. Nilai penemuan yang tinggi. 2. Masalah tersebut adalah masalah yang saat ini sedang dirasakan oleh kebanyakan orang di suatu masyarakat, paling tidak beberapa kelompok masyarakat tertentu merasakan adanya masalah tersebut. 3. Bisa jadi penelitian terhadap suatu masalah bukan merupakan pengulangan terhadap penelitian sebelumnya oleh orang lain. 4. Masalah yang akan diteliti tersebut memiliki teoritis yang jelas. Masalah penelitian dapat dikonseptualisasikan apabila masalah tersebut dapat menjawab pertanyaan dibawah ini: 1. Apakah masalah itu memiliki batasan-batasan yang jelas? 2. Bagaimana bobot dimensi operasional dari masalah itu? 3. Apakah masalah penelitian itu dapat dihipotesiskan seandainya diuji nanti? 4. Apakah masalah penelitian memiliki sumber data yang jelas seandainya diteliti? 5. Apakah masalah itu dapat diukur sehingga dapat didesain alat ukur yang jelas? 6. Apakah masalah itu memberi peluang peneliti menggunakan alat analisis statistik yang jelas apabila diuji nanti? 2.4.2 Pertimbangan Subjektif Pertimbangan subjektif adalah pertimbangan berkisar tentang kredibilitas peneliti (calon peneliti) terhadap apa yang akan ditelitinya. Karena itu suatu masalah dipertanyakan? 1. Apakah masalah itu benar-benar sesuai dengan minat peneliti atau tidak? 2. Keahlian dan disiplin ilmu peneliti berkesesuaian dengan masalah tersebut atau tidak? 3. Peneliti memiliki kemampuan penguasaan teoritis yang memadai atau tidak mengenai masalah tersebut? 4. Cukup banyak atau tidak hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang masalah tersebut? 5. Apakah cukup waktu apabila penelitian terhadap masalah tersebut dilakukan? 6. Apakah biaya pendukung untuk meneliti masalah tersebut dapat disediakan oleh peneliti atau tidak? 7. Apakah alasan-alasan politik dan situasional masyarakat (pemerintah) menyambut baik masalah tersebut atau tidak, apabila penelitian dilakukan? Sementara menurut Notoatmodjo (2002), Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk diteliti meliputi: 1) Masalah masih pernah diungkap baru. atau “Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum diteliti oleh orang lain dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak sia-sia usaha yang dilakukan, sebelum menentukan masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang penelitian terkini. 2) Aktual. Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat. Sebagai contoh, ketika seorang dosen keperawatan akan meneliti tentang masalah gangguan konsep diri pada pasien yang telah mengalami hemodialise berulang, maka sebelumnya peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang menemukan masalah tersebut, meskipun tidak pada semua pasien. 3) Praktis. Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil penelitian harus bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya tanpa manfaat praktis yang bermakna. 4) Memadai. Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang kurang jelas dan menghamburkan sumber daya, sebaliknya masalah penelitian yang terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot. 5) Sesuai dengan kemampuan peneliti. Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak, hasil penelitiannya kurang dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis dapat dipertanggungjawabkan 6) Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undang-undang ataupun adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan hambatan dalam pelaksanaan penelitiannya nanti. 7) Ada yang mendukung. Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah dipertimbangkan darimana asal biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalah- masalah penelitian yang menarik akan mendapatkan sponsor dari instansiinstansi pendukung, baik pemerintah maupun swasta. Berdasarkan beberapa pertimbangan tersebut, sebelum melakukan pemilihan masalah penelitian, maka peneliti harus menjawab beberapa pertanyaan berikut agar masalah yang diteliti layak dan relevan (Notoatmodjo, 2002): 1. Apakah masalah yang akan diteliti merupakan masalah yang sedang hangat di dalam masyarakat saat ini? 2. Apakah masalah tersebut benar-benar aada di dalam masyarakat? 3. Sejauh mana masalah tersebut dirasakan? Apakah penduduk atau masyarakat merasakan masalah tersebut? 4. Apakah masalah tersebut mempengaruhi kelompom tertentu, misalnya ibu hamil, bayi, atau anak balita? 5. Apakah masalah tersebut berhubungan dengan masalah sosial, kesehatan ataau ekonomi yang luas? 6. Apakah masalah tersebut berhubungan dengaan kativitas program yang sedang berjalan? 7. 2.5 Siapa lagi yang tertarik atau terlibat dalam masalah tersebut? Bentuk – bentuk Masalah Penelitian Adapun bentuk-bentuk dari rumusan masalah dapat dikelompokan berdasarkan menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Bentuk rumusan masalah tersebut yaitu bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif. 1. Rumusan Masalah Deskriptif. Maksud dari rumusan masalah deskriptif adalah rumusan masalah yang berhubungan dengan keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih. Jadi dalam ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel tersebut dengan variabel yang lain.Berikut contoh rumusan masalah deskriptif : 1. Seberapa baik kinerja kepala daerah di provinsi X? 2. Bagaimana sikap masyarakat menaggapi kehadiran perguruan tinggi A? 3. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan dilarang merokok di ruang terbuka hijau? 2. Rumusan masalah Komparatif Maksud dari rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Berikut contoh rumusan masalah komparatif : a) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Pengawai Negeri Sipil dengan Pengawai Swasta? b) Adakah kesamaan cara pelayanan di perusahan X dan perusahaan Y? c) Adakah perbedaan, kecerdesan dan keahlian antara siswa daerah dengan siswa yang ada di kota? Dari beberapa contoh di atas dapat kita lihat bahwa setiap pertanyaan penelitian mencoba membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel penelitian. Sangat terlihat sekali perbedaannya dengan rumusan masalah deskriptif. 3. Rumusan Masalah Assosiatif Maksud dari hubungan masalah assosiatif adalah rumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Dalam hal ini terdapat tiga klasifikasi bentuk rumusan masalah assosiatif. Adapun tiga bentuk tersebut adalah sebagai berikut : a) Hubunga Simetris Maksud hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan muncul bersama. Jadi bukan hubungan kausal atau pun timbal balik. Berikut contohnya : 1. Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon jambu dengan tingkat manisnya buah jambu? 2. Adakah hubungan antara tinggi badan dengan kemampuan kepemimpinan? b) Hubungan Kausa Maksud dari hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Dalam penelitian yang menggunakan rumusan masalah ini terdapat variabel independen dan dependen, yang mempengaruhi dan dipengaruhi. Berikut contohnya : 1. Adakah pengaruh tingkat gaji dengan kinerja karyawan? 2. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan presiden terhadap kedisiplinan masyarakat? 3. Seberapa besar pengaruh AC terhadap efisiensi kinerja karyawan? c) Hubungan timbal balik/interaktif Maksud dari hubungan timbal balik/interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam hal ini tidak diketahi yang mana variabel dependen yang mana variabel independen. Contohnya adalah sebagai berikut : 1. Adakah hubungan antara kedisplinan dan motivasi? 2. Adakah hubungan antara kegigihan dengan kekayaan? 2.6 Bentuk Hubungan antar Variabel Berikut jenis-jenis hubungan antar variabel menurut Narbuko dan Achmadi (2005), sebagai berikut ; 1. Hubungan simetris Hubungan simetri merupakan hubungan variabel tidak di pengaruhi atau disebabkan oleh variabel yang lain. ada empat kategori yaitu: a) Kedua variabel merupakan indikator dari konsep yang sama. Misakan kalau “mengerjakan cepat selesai” sedang “hasilnya tepat”, maka kedua variabel tersebut merupakan indikator dari seorang yang intelejen namun tidak bisa di artikan bahwa “karena cepat lalu “hasilnya tepat”. b) Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama. Misalkan bertambahnya “meningkatnya jumlah pesawat suatu udara. pelayanan Kedua kesehatan variabel dibarengi tersebut tidak dengan saling mempengaruhi,namun keduanya merupakan akibat dari peningkatan pendapatan. c) Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional. Misalkan “dimana satu berada yang lain pun pasti disana’’ atau dimana ada guru di sana ada murid”. d) Hubungan yang kebetulan semata-mata. Misal “seorang bayi ditimbang dan esok hari dia meninggal”. Berdasarkan kepercayaan kedua tersebut dianggap berkaitan namun di dalam penelitian empiris tidak dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut meninggal karena ditimbang. 2. Hubungan timbal balik Hubungan timbal balik adalah hubungan dimana suatu variabel dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lainnya (Narbuko dan Achmadi, 2005). Perlu diingat bahwa hubungan timbal balik disini bukanlah hubungan dimana tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi sebab dan variabel yang menjadi akibat. Tetapi yang dimaksud disini ialah apabila pada sesuatu waktu, variabel X mempengaruhi variabel Y, sedang pada waktu yang lain variabel Y mempengaruhi variabel X. “penanaman modal mendatangkan Misalkan : keuntungan akan memungkinkan penanaman modal”. keuntungan Jelasnya dan pada gilirannya “variabel terpengaruh dapat menjadi variabel pengaruh”. 3. Hubungan A Simetris Pada pokonnya didalam analisis-analisis sosial terdapat didalam hubungan a simetris ini, dimana satu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya.Dalam hubungan a simetris ini ada beberapa ketentuan hubungan sebagai berikut: a. Hubungan Hubungan antara stimulus dan respon yang demikian itulah merupakan sala satu hbungan kausal yang lazim dipergunakan oleh para ahli. b. Hubungan antara disposisi dan respon. Hubungan ini menunjukkan kecenderungan untuk menunjukkan respon tertentu dalam situasi tertentu. Contoh hubungan ini misal hubungan antara kepercayaan seseorang dengan kecenderungan memakai obat tradisional, atau keinginan bekerja & frekuensi mencari kerja. c. Hubungan antara diri individu dan disposisi atau tingkah laku. Hubungan ini menunjukkan sifat individu yang relative tidak berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan. Misalakan seks, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain- lain. d. Misalkan Hubungan antara prekondisi yang perlu dengan akibat tertentu. pedagan kecil yang berkeinginan untuk memperrluas usahanya diperlukan persyaratan pinjaman bank yang lunak, hubungan antara kerja keras dengan keberhasilan jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh. e. Hubungan yang imanen antar dua variabel. Hubungan ini menunjukkan terdapat suatu jalinan yang erat antara variabel satu dengan variabel yang lain. misalkan saja ketika suatu organisasi tersebut besar maka peraturan yang diterapkan semakin ketat. f. Hubungan antar tujuan (ends) dan cara (means). Misalkan penelitian tentang hubungan antar kerja keras dan keberhasilan. Jumlah jam belajar dengan nilai yang diperoleh pada waktu ujian. DAFTAR PUSTAKA Kumar, R. (2008) “Research Methodology” APH Publishing Corporation Kerlinger, Fred N. (2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nawawi, Hadari (1998). Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Purwanto. (2010). Metodologi penelitian kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Pustaka pelajar. Setyosari, Punaji. (2010). Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan .Kencana Prenada Media Group: Jakarta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kualitatif, kuantitatif dan R dan D). Bandung:ALFABETA. Sukardi. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Wasero, Mulyadi G. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. https://www.wawasan-edukasi.web.id/2016/12/definisi-dan-pengertian-variabel-dalam-sebuahpenelitian.html