Uploaded by Nur Patriya

Rukma Prioritas Program Aksi Keselamatan Sepeda Motor

advertisement
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
PRIORITAS KEBIJAKAN PROGRAM AKSI PENINGKATAN
KESELAMATAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI KOTA MALANG
Rukma Nur Patriya, S.T., M.T.
Alumnus S2-Transportasi Universitas Brawijaya Malang, email:
[email protected]
Abstrak :. Penelitian ini bertujuan membuat usulan program aksi keselamatan
pengendara sepeda motor dan mengetahui prioritas kebijakan program aksi
berdasarkan pandangan para pemangku keputusan (stakeholders).
Metode yang digunakan adalah Metode Analisa Multi Kriteria (AMK) yaitu
metode pengambilan keputusan dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait
dengan permasalahan. Metode AMK yang dipakai adalah metode AHP karena
merupakan metode yang luwes dalam mengambil keputusan untuk memecahkan
permasalahan multikriteria. Terdapat 7 kriteria yang terkait dengan kebijakan
program aksi peningkatan keselamatan pengendara sepeda motor yaitu:
keterlibatan pemangku keputusan (stakeholders), meningkatkan peran serta
pengusaha industri sepeda motor, perbaikan perilaku melalui pendidikan,
perbaikan sistem pemberian SIM, peningkatan kejelasan pandangan (conspicuity)
dan penggunaan pakaian pelindung (protective clothes), penegakan hukum serta
mengembangkan fasilitas bagi pengguna sepeda motor. Bobot kriteria ditentukan
oleh 13 orang responden yang berasal dari DPRD, Bappeda, Dinas Kimpraswil,
Dinas Perhubungan, POLRESTA, Psikolog dan Akademisi.
Hasil Analisa Multi Kriteria (AMK) menunjukkan bahwa Perbaikan perilaku
melalui pendidikan memiliki nilai bobot/prioritas yang dominan yaitu 18,8%,
kemudian Keterlibatan pemangku keputusan (stakeholders) mempunyai nilai
bobot/prioritas sebesar 18,3%, Meningkatkan kepedulian pengusaha industri
sepeda motor (9,3%), Perbaikan sistem pemberian SIM (13,9%), Peningkatan
kejelasan pandang (conspicuity) dan pakaian pelindung (protective clothes)
(12%), Penegakan hukum (18,2%), Mengembangkan fasilitas bagi pengendara
sepeda motor (9,5%).
Kata kunci : Analisa Multi Kriteria (AMK), Kebijakan Program Aksi, AHP,
Sepeda Motor
PENDAHULUAN
Rukma (2008) menyatakan pada tahun 2005 populasi sepeda motor telah
mencapai 73 % (173.413 unit) dari total jumlah kendaraan bermotor di Kota
Malang. Populasi tersebut diperkirakan akan terus bertambah setiap tahun seiring
dengan bertambahnya penduduk Kota Malang dan akan berimplikasi terhadap
semakin tinggi tingkat resiko kecelakaan yang melibatkan sepeda motor.
Strategi dan program aksi harus segera ditetapkan agar masalah yang
melibatkan penggunaan sepeda motor dapat ditekan sedemikian rupa. Dalam hal
ini, program aksi harus berdasar pada karakteristik pengendara sepeda motor dan
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-183
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
isu yang terkait dengan penggunaan sepeda motor. Langkah-langkah strategis
program aksi bisa dalam bentuk kebijakan maupun operasional di lapangan yang
menyangkut regulasi tentang tata cara berkendara bagi pengendara sepeda motor,
penyampaian pesan-pesan kampanye yang relevan terhadap keselamatan berlalu
lintas dan lain sebagainya.
Namun, karena tidak semua rekomendasi program aksi harus segera
diaplikasikan karena ada perbedaan pertimbangan dari para pengambil keputusan,
maka dilakukan prioritasi rekomendasi program aksi untuk menentukan prioritas
dari masing-masing rekomendasi program aksi tersebut. Berdasarkan hal ini tujuan
dari penelitian ditetapkan sebagai berikut :
1. Membuat program aksi keselamatan pengendara sepeda motor.
2. Mengetahui bobot kepentingan tiap kriteria ( prioritas) yang digunakan untuk
program aksi keselamatan pengendara sepeda motor di Kota Malang dengan
mengunakan Analytic Hierarchi Process Method (AHP).
Melihat begitu besarnya lingkup permasalahan pengendara sepeda motor
maka perlu diuraikan batasan-batasan (ruang lingkup) dari penelitian ini, yaitu
1. Obyek studi adalah program aksi keselamatan pengendara sepeda motor di
Kota Malang
2. Identifikasi karakteristik pengendara sepeda motor dan pembuatan program
aksi berdasarkan studi terdahulu, yaitu “Karakteristik Pengguna Sepeda
Motor di Kota Malang” (Rukma,2008).
3. Kajian ini menggunakan Metode Analisa Multi Kriteria (AMK), yaitu metode
pengambilan keputusan dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait
dengan permasalahan.
4. Pembobotan kriteria dilakukan dengan Analytic Hierarchi Process Method
(AHP) dengan pendapat dari para pemangku keputusan (stakeholders) yang
terlibat dalam permasalahan keselamatan pengendara sepeda motor.
METODE PENELITIAN
1. Tahapan Penelitian
Wilayah yang diambil sebagai lokasi penelitian adalah kota Malang,
Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan kegiatan.
Pada tahap pertama, diharapkan dapat diketahui gambaran karakteristik
pengendara sepeda motor dan isu utama yang terkait dengan penggunaan sepeda
motor.
Tahap kedua adalah mengembangkan beberapa alternatif langkah
strategis yang diperlukan dalam upaya untuk mengurangi resiko kecelakaan.
Selanjutnya, dari langkah-langkah strategis yang diusulkan, dibuat skala prioritas
penanganan dengan mengacu pada masukan dari para stakeholders dan
pembuatan rekomendasi. Tahapan-tahapan tersebut diperlihatkan pada Gambar 1.
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-184
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
Persiapan
Data Sekunder
− Karakteristik pengendara sepeda motor di
Kota Malang (Rukma,2008)
Isu Utama Penggunaan Sepeda
Motor
−
−
−
−
−
−
Stakeholders
Rekomendasi Program Aksi
DPRD
Bapeda
Dishhub
Kimpraswil
Kepolisian
Akademisi
Analytical Hierarachy Process
Tahap I
Tahap II
Prioritasi Program Aksi
2. Metode Analisa Multi Kriteria
Gambar 1. Tahapan Penelitian
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB MASALAH
KRITERIA
USULAN
PROGRAM AKSI
PENINGKATAN KESELAMATAN
PENGENDARA SEPEDA MOTOR
PROGRAM AKSI
PENINGKATAN KESELAMATAN
PENGENDARA SEPEDA MOTOR
−
−
−
−
−
−
KUISIONER
BOBOT KRITERIA
NILAI UTILITAS
USULAN
Stakeholders
BOBOT KRITERIA x NILAI UTILITAS USULAN
PRIORITAS PROGRAM AKSI
Gambar 2. Metode AHP dalam Prioritasi Program Aksi
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-185
DPRD
Bapeda
Dishhub
Kimpraswil
Kepolisian
Akademisi
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
TINGKAT III
(ALTERNATIF)
TINGKAT II
(KRITERIA)
TINGKAT I
(TUJUAN)
Berdasarkan karakteristik pengendara sepeda motor di Kota Malang
(Rukma,2008) dan isu utama penggunaan sepeda motor akan dapat diketahui
faktor-faktor yang memiliki pengaruh dominan terhadap permasalahan
penggunaan sepeda motor. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan pengaruh
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor tersebut, disusunlah beberapa rekomendasi
program aksi untuk meningkatkan keselamatan pengendara sepeda motor. Namun
dapat dipahami bahwa tidak semua rekomendasi yang diberikan harus segera
diaplikasikan, karena ada pertimbangan-pertimbangan yang berbeda dari para
pemangku keputusan (stakeholders). Oleh karena itu, perlu dilakukan prioritasi
rekomendasi program aksi untuk menentukan prioritas dari masing-masing
rekomendasi program aksi tersebut. Penentuan prioritas ini akan diserahkan pada
para pemangku keputusan yang dilaksanakan dengan metode Analisa Multi
Kriteria yakni AHP ( Gambar 2).
Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan
dari permasalahan yang akan diteliti. Didalam hirarki terdapat tujuan utama,
kriteria-kriteria, sub-sub kriteria dan alternatif yang akan dibahas. Gambar 3.
menunjukkan struktur hirarki dari permasalahan yang ingin dikaji, yakni prioritasi
kebijakan program aksi peningkatan keselamatan pengendara sepeda motor.
PRIORITAS
REKOMENDASI
PROGRAM AKSI
Faktor 2
Faktor 1
Rekomendasi 1
……..
……..
Faktor n
Rekomendasi m
Gambar 3. Struktur Hirarki
Faktor 1 sampai dengan faktor n dalam tingkat II (kriteria) merupakan
faktor-faktor penyebab masalah, yang dihasilkan dari kajian mengenai
karakteristik pengendara sepeda motor di Kota Malang (Rukma,2008). Setelah itu
disusun beberapa rekomendasi tindakan, yang kemudian dijadikan alternatif
(tingkat III).
Garis-garis yang menghubungkan kotak-kotak antar tingkat dalam
Gambar 3, menunjukkan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan
berpasangan dengan arah ke tingkat yang lebih tinggi. Tingkat I merupakan tujuan
dari kajian, yaitu prioritas program aksi peningkatan keselamatan pengendara
sepeda motor. Faktor-faktor pada tingkat II diukur dengan perbandingan
berpasangan ke tingkat I. Dalam perbandingan berpasangan ini, diperlukan suatu
kontrol mengenai konsistensi responden dalam menjawab pertanyaan yang
diajukan. Tingkat konsistensi ini tidak boleh kurang dari 90%, dengan kata lain
jawaban dari responden dinyatakan valid apabila tingkat ketidakkonsistenannya
kurang dari 10%. Besarnya bobot masing-masing faktor tersebut akan dinilai
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-186
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
berdasar suatu skala penilaian. Skala penilaian faktor dalam perbandingan
berpasangan yang disusun oleh Saaty (1980) diperlihatkan Tabel 1.
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-187
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
Tabel 1. Skala Penilaian Faktor dalam Perbandingan Berpasangan
Intensitas
Kepentingan
Definisi
Penjelasan
1
Sama penting
Kedua faktor memperi pengaruh sama terhadap tujuan tertentu
3
Relatif lebih penting
Telah nyata, nampak pentingnya faktor tersebut dibandingkan
dengan faktor lainnya tetapi tidak begitu meyakinkan
5
Penting
Jelas,nyata dan nampak dalam beberapa peristiwa menunjukkan
bahwa faktor tersebut lebih penting dari faktor lainnya.
7
Sangat penting
Jelas,nyata dan nampak dalam beberapa peristiwa menunjukkan
bahwa faktor tersebut jauh lebih penting dari faktor lainnya.
9
Sangat penting sekali
Jelas,nyata dan nampak dalam beberapa peristiwa menunjukkan
bahwa faktor tersebut sangat penting dari faktor lainnya.
Nilai diantaranya
Ketika kompromi diperlukan
2,4,6,8
1/n
Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j akan mempunyai nilai kebalikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pertumbuhan Sepeda Motor
Populasi sepeda motor di Indonesia dipandang dari sisi pemasaran
diperkirakan belum mencapai titik jenuh sehingga masih berpeluang sebagai
pasar/tempat penjualan dari produksi sepeda motor. Menurut Dr. Ing. Hsue Tien,
proyeksi pertumbuhan sepeda motor Indonesia baru mencapai angka 168 per 1000
penduduk, artinya Indonesia masih masih memiliki peluang mencapai angka 555
sepeda motor per 1000 penduduk atau hampir 4 kali lipat dari tingkat kepemilikan
sepeda motor di Indonesia saat ini.
Gambar 4. Tren Kepemilikan Sepeda Motor di Berbagai Kota Asia
Sumber : Lubis, 2008
Nampaknya, pencapaian tingkat kepemilikan 500 sepeda motor per 1000
penduduk diperkirakan terjadi pada kurun waktu 20 tahun yang akan datang. Dan
apabila hal itu terjadi, jalanan di kawasan perkotaan di Indonesia akan dipenuhi
dengan pengguna sepeda motor (Lubis,2008).
Fenomena ini juga mulai terjadi di kota Malang. Data yang diperoleh dari
Dispenda kota Malang memperlihatkan bahwa jumlah kendaraan bermotor pada
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-188
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
tahun 2001 adalah 174.134 kendaraan, jumlah sepeda motor sebesar 117.213
kendaraan dan 56.921 adalah kendaraan bermotor lain. Pada tahun 2005 jumlah
kendaraan bermotor adalah 236.775 kendaraan, dan 173.413 (73%) diantaranya
adalah sepeda motor. Penggunaan sepeda motor nampaknya lebih banyak
dibandingkan kendaraan bermotor lain. Bahkan angka pertumbuhan kepemilikan
sepeda motor sangat tinggi yakni 28,65%/tahun, dua kali lipat lebih besar
dibandingkan dengan kendaraan bermotor lain (11,88%/tahun).
2. Isu Utama Penggunaan Sepeda Motor
Isu utama yang timbul terkait dengan pertumbuhan penggunaan sepeda
motor di Kota Malang adalah: (1) keselamatan lalu lintas, (2) ketertiban lalu
lintas, dan (3) ekonomi. Isu keselamatan lalu lintas senantiasa terkait dengan
jumlah kecelakaan lalulintas yang melibatkan sepeda motor. Data yang diperoleh
dari Kepolisian Resort Kota Malang dan Rumah Sakit Saiful Anwar menunjukkan
bahwa jumlah kecelakaan yang melibatkan sepeda motor di Kota Malang sangat
mendominasi, dan mencapai lebih dari 70% dari total kecelakaan (Tabel 2).
Tabel 2. Kecelakaan Sepeda Motor (SM) di Kota Malang (Rata-rata Per Bulan)
Tahun
Jumlah Kecelakaan
Rata-rata per Bulan
Jumlah Korban Rata-rata Per Bulan
MD
LB
LR
Total
SM
%
SM
Total
SM
%
SM
Total
SM
%
SM
Total
SM
%
SM
2007
1201
903
75%
34
27
79%
208
137
66%
1013
788
78%
2006
2141
1936
90%
50
37
74%
522
480
92%
1651
1498
91%
2005
2846
2201
77%
55
37
67%
711
594
84%
1880
1587
84%
Sumber : Polres Kota Malang dan RS Saiful Anwar
Lalu lintas campuran – tidak ada separasi antara sepeda motor dengan
kendaraan bermotor lain – yang masih banyak dijumpai di Indonesia juga di Kota
Malang, jalan yang tidak layak, karakteristik sepeda motor dengan penggunanya
yang rawan kecelakaan karena tidak terlindungi, perilaku pengendara sepeda
motor yang tidak tertib dan cenderung melanggar peraturan, serta lingkungan dan
cuaca akan mengakibatkan dan menambah fatalitas apabila terjadi kecelakaan.
Gambar 5. memperlihatkan contoh kejadian sehari-hari yang lazim kita jumpai
mengenai penggunaan sepeda motor yang tidak tertib dan cenderung melanggar
peraturan.
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-189
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
(a) Berjalan berlawanan arah di atas trotoar
(c) Mengangkut dengan jumlah berlebihan
(b) Memanfaatkan ruang kosong
(d) Freestyle di jalan umum tanpa
perlengkapan pelindung
Gambar 5. Pelanggaran Penggunaan Sepeda Motor
Lalu lintas yang tertib dan aman adalah dambaan bagi semua pengguna
jalan. Namun,bercampurnya sepeda motor dengan kendaraan lain selain memiliki
resiko kecelakaan, juga sangat rawan menimbulkan kesemrawutan, fungsi dan
fasilitas jalan pun dapat berubah. Gambar 6. berikut memperlihatkan trotoar untuk
pejalan kaki dan lajur kendaraan yang berubah fungsi menjadi tempat parkir
sepeda motor.
Gambar 6. Perubahan Fungsi Fasilitas Jalan karena Penggunaan Sepeda Motor
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-190
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
Isu ekonomi nampaknya kontradiktif dengan isu-isu yang lain.
Pandangan dari sisi ekonomis, memperlihatkan bahwa para pengendara sepeda
motor memiliki persepsi yang menyatakan bahwa sepeda motor merupakan
kendaraan yang hemat BBM, bisa dikendarai oleh siapa saja dan multi fungsi
sehingga dapat menghemat biaya perjalanan. Begitu pula dengan logika yang
menyatakan bahwa dengan meningkatkan produksi sepeda motor akan menambah
pendapatan negara dan meningkatkan jumlah kesempatan kerja. Bahkan bagi
sebagian masyarakat, sepeda motor dapat difungsikan sebagai angkutan umum
(ojeg) dan angkutan barang yang dapat menambah penghasilan mereka (Gambar
7).
Gambar 7. Penggunaan Sepeda Motor untuk Angkutan
Isu yang terkait dengan lingkungan, nampaknya kurang berkembang di
masyarakat padahal peningkatan jumlah penggunaan sepeda motor– termasuk
kendaraan bermotor lain –dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan. Dampak yang ditimbulkan berupa kebisingan dan pencemaran udara.
Kebisingan yang diakibatkan penggunaan sepeda motor adalah bunyi yang tidak
diinginkan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan manusia dan ketidaknyamanan lingkungan. Pengaruh kebisingan
terhadap kesehatan fisik manusia adalah pengaruh yang merugikan baik bersifat
sementara maupun permanen terhadap alat pendengaran, selain itu juga dapat
meningkatkan tekanan darah, gangguan pencernaan dan sebagainya. Sedangkan
akibat terhadap kesehatan mental adalah timbulnya sakit kepala, rasa mual dan
meningkatkan agresifitas. Selain kebisingan, isu menyangkut lingkungan yang
terkait dengan penggunaan sepeda motor adalah pencemaran udara.
Pencemaran udara terjadi karena keberadaan polutan yang disebabkan
oleh gas buang sepeda motor seperti CO, Sox, NOx, HC dan debu partikulat
(suspended particulate) yang merubah susunan (komposisi) udara dari keadaan
normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu
dan berada di udara dalam waktu yang cukupi lama, berpengaruh buruk terhadap
kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan yang menghirup udara tersebut.
3. Program Aksi Keselamatan Pengendara Sepeda Motor
Strategi penyusunan progam aksi untuk mewujudkan keselamatan dan
menyelesaikan masalah penggunaan sepeda motor, berdasar pada pendekatan
konseptual, empiris dan pengalaman negara lain yang telah menerapkannya. Dan
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-191
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
senantiasa diawali dari menetapkan visi-tujuan, memperhatikan hasil analisa
masalah yang berkaitan dengan keselamatan pengendara sepeda motor serta
peraturan yang berlaku. Gambaran strategi dalam menyusun program aksi dapat
dilihat pada Gambar 8 berikut ini.
Peraturan dan
Pengalaman
Negara lain
KONDISI LAPANGAN
VISI-TUJUAN
Mewujudkan
keselamatan
pengendara sepeda
motor
GAP
Tingginya angka
kecelakaan yang
melibatkan pengendara
sepeda motor
Masalah yang
berkaitan dengan
keselamatan
pengguna sepeda
motor
Program Aksi
Implementasi
Evaluasi dan review
Gambar 8. Strategi Penyusunan Program Aksi
Berdasarkan penyusunan strategi diatas terdapat tujuh (7) program aksi
yang diusulkan dalam kajian ini, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Keterlibatan pemangku keputusan (stakeholders)
Meningkatkan peran serta pengusaha industri sepeda motor
Perbaikan perilaku melalui pendidikan
Perbaikan sistem pemberian SIM
Peningkatan kejelasan pandangan (conspicuity) dan penggunaan
pakaian pelindung (protective clothes)
6. Penegakan hukum
7. Mengembangkan fasilitas bagi pengguna sepeda motor
Keterlibatan pemangku keputusan (stakeholders)
Program ini adalah bentuk kepedulian para pemangku keputusan
terhadap peningkatan keselamatan pengendara sepeda motor. Mayoritas
masyarakat menginginkan keterlibatan pemerintah dalam menangani masalah
yang berkaitan dengan keselamatan bersepeda motor. Namun tidak semua
pemangku keputusan memahami permasalahan tersebut, sehingga melalui
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-192
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
kegiatan ini dapat diperlihatkan, ditafsirkan serta dijelaskan kepada para
pemangku keputusan bahwa peningkatan populasi sepeda motor, pengaruhnya
terhadap lingkungan alam dan binaan, peningkatan kecelakaan yang melibatkan
sepeda motor, serta keselamatan bagi pengendara sepeda motor adalah suatu
masalah yang terus berkembang, dan mendesak untuk ditangani.
Kegiatan yang dapat dilaksanakan adalah dengan cara mengadakan
seminar, TOT, pembuatan standar database kecelakaan lalu lintas, standar
pencegahan, penanganan dan rehabilitasi sosial korban kecelakaan sepeda motor
serta menyusun alokasi dana untuk program aksi secara terkoordinasi (bersamasama).
Meningkatkan peran serta pengusaha industri sepeda motor
Program peran serta pengusaha industri sepeda motor adalah bentuk
kerjasama pengusaha industri sepeda motor dengan instansi terkait, pemerintah
dan kalangan akademisi dalam hal penelitian, pembuatan, pengembangan serta
penjualan kendaraan yang aman dan ramah lingkungan, atribut keselamatan (helm
standart, jaket, sepatu, pelindung mata dan sarung tangan), sertifikasi bengkel
sepeda motor dan pendanaan program.
Program ini merupakan perwujudan dari kewajiban sosial dan kepedulian
pengusaha industri sepeda motor terhadap keselamatan konsumennya (pengendara
sepeda motor) sehigga tidak hanya enjoy selling, enjoy making namun juga
enjoy/safety riding bagi pengendara sepeda motor.
Perbaikan perilaku melalui pendidikan
Program ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan merubah
perilaku pengendara sepeda motor dalam hal keselamatan lalu lintas melalui
pendidikan secara formal dan non formal. Pendidikan formal diberikan melalui
sekolah mulai dari tingkat dasar hingga tingkat menengah atas oleh para pengajar
yang telah menjalani pelatihan keselamatan lalu lintas. Sedangkan pendidikan non
formal dapat berupa kursus atau pelatihan mengemudi/ mengendarai sepeda
motor, juga pelatihan dalam penanganan kecelakaan (P3K, pengamanan lokasi
kecelakaan), termasuk juga pendidikan melalui internet, media massa, penerbitan
buku pedoman bersepeda motor yang murah/gratis bagi segenap masyarakat dan
penyuluhan serta kegiatan LSM terkait keselamatan lalu lintas.
Perbaikan sistem pemberian SIM
Perbaikan sistem pemberian dan pengujian SIM dengan proses pelayanan
yang efektif dan transparan, juga standarisasi kualitas perolehan SIM
(menertibkan batas usia, prosedur pengajuan SIM, ujian mental dan kesehatan
fisik pengendara serta ujian teori dan praktek, pemberlakuan sistem SIM C
berjenjang secara nasional, serta pengembangan dan penggunaan SIM elektronik
bagi pengendara sepeda motor ).
Peningkatan kejelasan pandangan (conspicuity) dan penggunaan pakaian
pelindung (protective clothes)
Program meningkatkan penggunaan/pemakaian pakaian pelindung (jaket
dan helm) yang mencolok/menyala atau yang dilengkapi dengan reflektif strip,
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-193
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
menyalakan lampu di siang hari bagi pengendara sepeda motor agar dapat terlihat
oleh kendaraan lain.
Penegakan Hukum
Penegakan hukum diperlukan untuk mendorong pengguna sepeda motor
untuk menggunakan jalan dengan aman dan tertib. Metode penegakan hukum
bukan hanya berupa penindakan setelah terjadi pelanggaran, namun juga
merupakan upaya pencegahan kecelakaan serta penciptaan lingkungan yang
selamat, aman dan nyaman bagi pengguna sepeda motor. Penegakan hukum yang
tepat akan mendukung keberhasilan dari program-program keselamatan
bersepedamotor.
Mengembangkan Fasilitas Bagi Pengendara Sepeda Motor
Penyebab kecelakaan tidak mutlak berasal dari pengendara saja, tetapi
juga bisa berasal dari keadaan jalan yang dilalui. Persepsi pengendara sepeda
motor mendukung pengembangan fasilitas untuk keselamatan bersepeda motor.
Program penyediaan fasilitas bagi pengendara sepeda motor dapat berupa lajur
khusus sepeda motor, fasilitas parkir sepeda motor yang nyaman dan aman, rambu
dan penerangan jalan yang memadai dan lain-lain.
4. Priorias Program Aksi Peningkatan Keselamatan Pengendara Sepeda
Motor
Pengambilan pendapat dari responden dilakukan dengan pengisian
kuisioner yang dibagikan ke masing-masing instansi yang telah dipilih
sebelumnya, yaitu DPRD komisi A dan C (2 orang), BAPPEDA (1 orang), Dinas
Kimpraswil (2 orang), Dinas Perhubungan (3 orang), POLRES (3 orang),
Psikolog (1 orang) dan Akademisi (1 orang).
Data hasil pengolahan kuisioner yang diperhitungkan untuk analisis
selanjutnya adalah yang memiliki rasio kekonsistenan (Consistency Ratio) < 0,1.
Selanjutnya hasil pembobotan dari semua responden digabungkan untuk
mendapatkan nilai bobot dari masing-masing kriteria. Nilai bobot gabungan tiap
kriteria dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 4 dan Gambar 9.
Tabel 3. Penentuan Prioritas dalam Huruf
No.
Rentang Nilai (%)
Prioritas
1.
9 – 12.33
Rendah
2.
12.34 – 15.67
Menengah
3.
15.68 – 19.01
Tinggi
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-194
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
Tabel 4. Bobot Kriteria Berdasarkan Analisa Hirarki Proses (AHP)
I
VISI
Mewujudkan keselamatan berlalu lintas bagi para pengendara sepeda
motor
II
TUJUAN PROGRAM
Pengembangan dan perbaikan perilaku pengendara sepeda motor untuk
mengurangi kecelakaan sepeda motor
Nilai Bobot
III
Program Aksi
Prioritas
(%)
1. Perbaikan perilaku melalui pendidikan
18,8
Tinggi
Keterlibatan pemangku keputusan (stake
2.
18,3
Tinggi
holer)
3. Penegakan hukum
18,2
Tinggi
4. Perbaikan sistem pemberian SIM
13,9
Menengah
Peningkatan kejelasan pandangan
5. (conspicuity) dan penggunaan pakaian
12,0
Rendah
pelindung (protective clothes)
Mengembangkan fasilitas bagi pengguna
6.
9,5
Rendah
sepeda motor
Meningkatkan kepedulian pengusaha
7.
9,3
Rendah
industri sepeda motor
0.200
0.188
0.183
0.182
0.180
0.160
0.139
0.140
0.120
0.120
0.095
0.093
0.100
0.080
0.060
0.040
0.020
0.000
Meningkatkan
kepedulian
stakeholders
Perbaikan perilaku
melalui pendidikan
Peningkatan kejelasan
pandang dan pakaian
pelindung
Mengembangan
fasilitas bagi
pengendara sepeda
motor
Gambar 9. Grafik Bobot/Prioritas Program Aksi
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-195
Seminar Nasional VI 2010 Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya
Pengembangan Infrastruktur Dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional
KESIMPULAN
Kajian ini adalah bagian
dari upaya memecahkan masalah dan
meningkatkan keselamatan pengendara sepeda motor melalui suatu kajian ilmiah
dengan dasar kemaslahatan dangan harapan
terwujudnya keselamatan
berkendara, kota yang manusiawi (humanopolis) dan berkepribadian (genus loci).
Hasil dari kajian ini memperlihatkan bahwa : Perbaikan perilaku melalui
pendidikan memiliki nilai bobot/prioritas yang dominan yaitu 18,8%, kemudian
Keterlibatan pemangku keputusan (stakeholders) mempunyai nilai bobot/prioritas
sebesar 18,3%, Penegakan hukum (18,2%), Perbaikan sistem pemberian SIM
(13,9%), Peningkatan kejelasan pandang (conspicuity) dan pakaian pelindung
(protective clothes) (12%), Mengembangkan fasilitas bagi pengendara sepeda
motor (9,5%), Meningkatkan kepedulian pengusaha industri sepeda motor (9,3%).
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia. 2007. Statistik Sepeda Motor
Indonesia, online, (www.aisi.or.id).
Lubis, Harun Al-Rasyid S. 2008. Pertumbuhan Sepeda Motor dan Dampaknya
bagi Transportasi Perkotaan. Jurnal Transportasi Vol.8 Edisi Khusus No.3.
Oktober 2008
Hsu, Tien-Pen. 2003. A comparision study on motorcycle traffic development in
some Asian countries-case Taiwan, Malaysia and Vietnam. Final Report.
Rukma, N.P. 2008. Karakteristik Pengguna Sepeda Motor di Kota Malang.
Proceeding The 11th International Symposium, Universitas Diponegoro
Semarang.
Saaty, Thomas Lorie. 1980. The Analytic Hierarchy Process. The United States of
America.
ISBN 978 – 979 – 99327 – 5 – 4
F-196
Download