LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PPMPM IDENTIFIKASI PRODUK MIGAS DENGAN METODE FTIR Oleh Titus Yempori NIM. 191450054 PDN / 1A Kelompok 4 POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS LOGISTIK MINYAK DAN GAS CEPU, MARET 2020 0 DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................... 2 1.2 Tujuan ....................................................................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gasoline .................................................................. 4 2.2 Solar ........................................................................ 4 2.3 Fame ....................................................................... 6 2.4 Biosolar ................................................................... 7 2.5 FTIR ........................................................................ 7 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat ................................................ 12 3.2 Alat dan Bahan ...................................................... 12 3.3 Cara Kerja ............................................................. 12 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Spektrum Standard ........................... 15 4.2 Pengukuran Spektrum Produk X .......................... 22 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ........................................................... 25 5.2 Saran .................................................................... 25 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 26 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada praktikum kali ini adalah membahas tentang Pengujian penentuan perbedaan antara solar, bio solar, dan fame dapat dilakukan dengan metode spektroskopi. Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut. Salah satu jenis spektroskopi adalah spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul. Teknik spektroskopi yang digunakan dapat melalui spektofotometer jenis FT-IR. Hal yang sangat unik pada penyerapan radiasi gelombang elektromagnetik adalah bahwa suatu senyawa menyerap radiasi dengan panjang gelombang tertentu bergantung pada struktur senyawa tersebut. Absorpsi khas inilah yang mendorong pengembangan metode spektroskopi, baik spektroskopi atomik maupun molekuler yang telah memberikan sumbangan besar bagi dunia ilmu pengetahuan terutama dalam usaha pemahaman mengenai susunan materi dan unsur-unsur penyusunnya. Salah satu metode spektroskopi yang sangat populer adalah metode spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared), Fourier Tansform Infrared Spectroscopy (FTIR) adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mendapatkan spektrum inframerah dari absorbansi, emisi, fotokonduktivitas atau Raman Scattering dari sampel padat, cair dan gas. FTIR digunakan untuk mengamati interaksi molekul dengan menggunakan radiasi elektromagnetik yang berada pada panjang gelombang 0,75-1000µm atau pada bilangan gelombang 13.000-10 cm-1. FTIR dapat digunakan untuk menganalisa senyawa organik dan anorganik. Selain itu, FTIR juga dapat digunakan untuk analisa kualitatif meliputi analisa gugus fungsi (adanya ‘peak’ dari gugus fungsi spesifik) beserta polanya dan analisa kuantitatif dengan melihat kekuatan absorbsi senyawa pada panjang gelombang tertentu. Analisis gugus fungsi suatu sampel dilakukan dengan membandingkan pita absorbsi yang terbentuk pada spektrum infra merah menggunakan tabel 2 korelasi dan menggunakan spektrum senyawa pembanding (yang sudah diketahui). Dengan demikian diharapkan identifikasi gugus fungsi dapat dilakukan dengan efektif Spektroskopi inframerah merupakan salah satu alat yang banyak dipakai untuk mnegidentifikasi senyawa, baik bahan lami maupun bahan buatan, bila sinar inframerah melalui cuplikan senyawa organik, maka sejumlah frekuensi akan di serpa sedangkan frekunsi yang diteruskan atau ditransmisikan tanpa diserap, antara persen absorbansi atau persen transmitasi lawan frekuentasi akan menghasilkan spectrum infra merah. Transisi yang terjadi di dalam serapan infra merah berkaitan dengan perubahan perubahan vibrasi dalam molekul. Daerah radiasi spektroskopi infra merah berkisar pada panjang gelombang 0,78 – 1000 nm. Infra merah dibagi menjadi 3 jenis radiasi, yaitu inframerah dekat, inframerah pertengahan dan infra merah jauh (kusumastuti 2011). Infrared mempunya gelombang yang lebih panjang daripada UV-VIS .1.2 Tujuan 1. Mempelajari dan mengaplikasikan metoda FTIR. 2. Membedakan struktur spektrum FTIR dari gasoline, solar, biosolar, dan FAME dengan FTIR. 3. Menyimpulkan produk migas tersebut asli atau palsu. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gasoline Bensin atau gasoline (Amerika) atau petrol (Inggris) adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan bermotor roda dua, tiga, dan empat. Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C7 (heptana) sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai. Jika bensin dibakar pada kondisi ideal dengan oksigen berlimpah, maka akan dihasilkan CO2, H2O, dan energi panas. Setiap kg bensin mengandung 42.4 MJ. Bensin dibuat dari minyak bumi yang diolah terlebih dahulu di unit pengolahan. (Schuetzle. Dennis, Walter O. Siegl dkk, 2017)1 2.2 Solar Minyak solar ialah fraksi minyak bumi berwarna kuning coklat yang jernih yang mendidih sekitar 175-370° C dan yang digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Penggunaan solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1000 rpm), yang juga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel. Kualitas penyalaan bahan bakar solar yang berhubungan dengan kelambatan penyalaan, tergantung kepada komposisi bahan bakar. Kualitas bahan bakar solar dinyatakan dalam angka cetan, dan dapat diperoleh dengan jalan membandingkan kelambatan menyala bahan bakar solar dengan kelambatan menyala bahan bakar pembanding 4 (reference fuels) dalam mesin uji baku CFR (ASTM D 613-86). Sebagai 8 bahan bakar pembanding digunakan senyawa hidrokarbon cetan atau n- heksadekan (C16H34), yang mempunyai kelambatan penyalaan yang pendek dan heptametilnonan (isomer cetan) yang mempunyai kelambatan penyalaan relatif panjang. 2.2.1 Volatilitas Volatilitas bahan bakar diesel yang merupakan faktor yang penting untuk memperoleh pembakaran yang memuaskan dapat ditentukan dengan uji distilasi ASTM (ASTM D 86-90). Makin tinggi titik didih atau makin berat bahan bakar diesel, makin tinggi nilai kalor untuk setiap galonnya dan makin diinginkan dari segi ekonomi. Tetapi hidrokarbon berat merupakan sumber asap dan endapan karbon serta dapat mempengaruhi operasi mesin. Sehingga bahan bakar diesel harus mempunyai komposisi yang berimbang antara fraksi ringan dan fraksi berat agar diperoleh volatilitas yang baik. 2.2.2 Viskositas Viskositas bahan bakar solar perlu dibatasi. Viskositas yang terlalu rendah dapat mengakibatkan kebocoran pada pompa injeksi bahan bakar, sedangkan viskositas yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi kerja cepat alat injeksi bahan bakar dan mempersulit pengabutan bahanbakar minyak akan menumbuk dinding dan memebentuk karbon atas mengalir menuju ke karter dan mengencerkan minyak karter. 2.2.3 Titik tuang dan titik kabut Bahan bakar solar harus dapat mengalir dengan bebas pada suhu atmosfer terendah dimana bahan bakar ini digunakan. Suhu terendah dimana bahan bakar solar masih dapat mengalir disebut titik tuang. Pada suhu sekitar 10° F diatas titik tuang, bahan bakar solar dapat berkabut dan hal ini disebabkan oleh pemisahan kristal malam yang kecil-kecil. Suhu ini dikenal dengan nama titik kabut. Karena kristal malam dapat menyumbat saringan yang digunakan dalam system bahan bakar 5 mesin diesel, maka seringkali titik kabut lebih berarti dari pada titik tuang. 2.2.4 Sifat-sifat lain Sifat-sifat bahan bakar solar lainnya yang perlu juga diperhatikan ialah kebersihan, kecenderungan bahan bakar untuk memberikan endapan karbon dan kadar belerang. Bahan bakar solar harus bebas dari kotoran seperti air dan pasir. Adanya pasir yang sangat halus yang terikut bahan bakar solar dapat mengakibatkan keausan bagian injektor bahan bakar. Kadar abu dalam bahan bakar merupakan ukuran sifat abrasi bahan bakar. Kecenderungan bahan bakar solar untuk memberikan endapan karbon dan asap dalam gas buang dapat ditunjukkan dengan uji sisa karbon. Belerang dalam bahan bakar solar dapat mengakibatkan korosi pada sistem injeksi bahan bakar dan setelah pembakaran dapat mengakibatkan korosi pada cincin torak, silinder, bantalan dan sistem pembuangan gas buang. 2.3 Fame Fatty acid methyl ester (FAME) merupakan bahan bakar alternatif pada mesin diesel yang terbarukan. merupakan senyawa ester alkil yang berasal dari minyak nabati dengan alkohol yang dihasilkan melalui proses esterifikasi/transesterifikasi dan mempunyai sifat fisika mendekati minyak solar diesel. Secara umum, metil ester dibuat dari reaksi transesterifikasi, yakni reaksi alkohol dengan trigliserida membentuk metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Namun, reaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas esterifkasi yang merupakan terkandung dalam trigliserida. Reaksi merupakan suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan bantuan katalis asam. Dalam penelitian ini, bahan baku CPO Off Grade lapisan atas dengan kadar asam lemak bebas sebesar 5.838 %. Dan pengertian 6 esterifikasi diacu sebagai reaksi antara asam lemak bebas dengan alcohol membentuk metil ester dan air dengan bantuan katalis asam. 2.4 Biosolar Biodiesel adalah bahan bakar terbarukan berbahan baku lemak hewani, maupun nabati berupa, metil ester asam lemak (Fatty Acid Methyl Ester/ FAME) yang telah lama disebut sebagai pengganti minyak bumi (Petroleum Diesel). Pembuatan biodiesel pertama kali dilakukan pada 1853 oleh E. Duffy dan J. Patrick, bahkan sebelum mesin diesel pertama kali ditemukan. Empat puluh tahun kemudian, Rudolf Diesel berhasil merakit mesin diesel pertama pada tahun 1893 di Augsburg, Jerman, yang kemudian diperkenalkan di World’s Fair di Paris, Prancis. Saat itu, mesin diesel masih dioperasikan menggunakan biodiesel yang terbuat dari minyak kacang tanah. Kini, biodiesel dapat dibuat dari berbagai bahan baku, menggunakan bermacam-macam teknik, termasuk esterifikasi dan trans-esterifikasi. Salah satu minyak nabati penghasil bahan bakar biodiesel adalah minyak kelapa sawit. Sebagai sumber minyak nabati yang paling produktif, 1 hektar tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 3,5 ton minyak nabati. Ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman paling produktif kedua setelah kelapa sawit, yaitu tanaman kanola yang 1 hektarnya hanya mampu menghasilkan 0,8 ton minyak nabati. 2.5 FTIR Fourier Transformed Infrared (FTIR) merupakan salah satu alat atau instrument yang dapat digunakan untuk mendeteksi gugus fungsi, mengidentifikasi senyawa dan menganalisis campuran dari sampel yang dianalisis tanpa merusak sampel. Daerah inframerah pada spektrum gelombang elektromagnetik dimulai dari panjang gelombang 7 14000 cm-1 hingga 10-1. Berdasarkan panjang gelombang tersebut daerah inframerah dibagi menjadi tiga daerah, yaitu IR dekat (140004000 cm-1) yang peka terhadap vibrasi overtone, IR sedang (4000-400 cm-1) berkaitan dengan transisi energi vibrasi dari molekul yang memberikan informasi mengenai gugus-gugus fungsi dalam molekul tersebut, dan IR jauh (400-10 cm-1) untuk menganalisis molekul yang mengandung atom-atom berat seperti senyawa anorganik tapi butuh teknik khusus. Biasanya analisis senyawa dilakukan pada daerah IR sedang. Prinsip kerja FTIR adalah interaksi antara energi dan materi. Infrared yang melewati celah ke sampel, dimana celah tersebut berfungsi mengontrol jumlah energi ysng disampaikan kepada sampel. Kemudian beberapa infrared diserap oleh sampel dan yang lainnya di transmisikan melalui permukaan sampel sehingga sinar infrared lolos ke detektor dan sinyal yang terukur kemudian dikirim ke komputer dan direkam dalam bentuk puncak-puncak. Spektrofotometer FTIR merupakan alat yang dapat digunakan untuk identifikasi senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. a. Analisis kualitatif Analisis kualitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk identifikasi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa yang dianalisis. b. Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif dengan spektroskopi FTIR secara umum digunakan untuk menentukan konsentrasi analit dalam sampel. Analisis kuantitatif dengan FTIR digunakan hukum Lambert Beer’s. Hukum Lambert Beer’s dinyatakan sebagai berikut: A= ε b c 8 Dimana A adalah absorbansi, ε adalah absorptivitas, b adalah ketebalan tempat sampel dan c adalah konsentrasi sampel. Metode fourier transform infrared (FTIR) yang merupakan metode bebas reagen, tanpa penggunaan radioaktif dan dapat mengukur kadar hormon secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis gugus fungsi suatu sampel dilakukan dengan membandingkan pita absorbsi yang terbentuk pada spektrum infra merah menggunakan spektrum senyawa pembanding. FTIR terdiri dari 5 bagian utama, yaitu: Sumber sinar, terbuat dari filament nernst atau globar yang dipanaskan menggunakan listrik hingga temperatur 1000-1800°C. Pemijar globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi hingga 1200°C dan merupakan sumber radiasi yang sangat stabil . Pijar Nernst merupakan bidang cekung dari sirkonium dan yutrium oksida yang dipanasi hingga sekitar 1500oC dengan arus listrik serta kurang stabil dibandingkan dengan pemijar globar dan memerlukan pendingin air. Pencerminan, sistem utama FTIR adalah interferometer yang berfungsi sebagai kombinasi peralatan atau pengatur seluruh frekuensi inframerah yang dihasilkan oleh sumber cahaya. Interferometer terdiri dari 3 komponen yaitu lensa statik, lensa dinamis, dan beamsplitter. Daerah cuplikan, dimana berkas acuan dan cuplikan masuk ke dalam daerah cuplikan dan masing-masing menembus sel acuan dan cuplikan secara bersesuaian.Detektor, berfungsi untuk mendeteksi sinar infra merah atau energi pancaran yang lewat akibat panas yang dihasilkan. Detektor yang sering digunakan adalah termokopel, sel golay dan balometer. Ketiga detektor bekerja berdasarkan efek pemanasan yang ditimbulkan oleh sinar IR. 9 Elektronik, detektor inframerah menghasilkan tegangan yang merespon interferogram yang masuk melalui sampel, tegangan ini akan membentuk analog sebelum spektrofotometer dapat mengirim interferogram ke sistem data, maka sinyal harus dikonversikan dari bentuk analog ke bentuk digital. Pada sistim optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik. Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer FTIR adalah TGS (Tetra Glycerine Sulphate) atau MCT (Mercury Cadmium Telluride). Detektor MCT lebih banyak digunakan karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi tinggi, lebih sensitif, 10 lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang diterima dari radiasi infra merah. Jenis Senyawa Daerah Serapan Alkana 2850-2960 Alkena 3020-3080 Aromatik 1640-1680 Alkuna 3300 Aromatik (cincin) 1640-1680 Alkohol, eter, ester, HCO3 1690-1760 Alkohol, fenol (monomer) 3610-3640 Alkohol, fenol (ikatan H) 2000-3600 Asam karboksilat 3000-3600 Amina (N-H) 3310-3500 Amina (C-N) 1180-1360 Nitro 1515-1560 11 BAB III METEDOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Prakikum a. Waktu : teori Praktikum b. Tempat : 09:30 – 11:20 WIB : 13:30 – 17:20 WIB : B.226.a Laboratorium QC Logistik 3.2 Alat dan Bahan Praktikum a. Alat Spektrofotometer FTIR Botol vial yang sudah berisi larutan sampel dan larutan x Tisu (lap) syringe b. Bahan pertalite pertamax methanol 3.3 Cara kerja praktikum 1. Kami diberikan 2 larutan yang berbeda. Pertama larutan sample, kedua adalah larutan yang diindikasi mengalami kontaminasi oleh zat lain 2. Kami diberikan grafik untuk background analisis 3. Menyiapkan alat dan bahan serta memakai alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan jas lab 4. Setelah itu, kami melakukan pembersihan kuvet dengan menggunakan methanol sebanyak 2-3 kali pembersihan. 5. Pembersihan dilakukan dengan cara memasukkan methanol kedalam kuvet dengan cara diinjeksikan menggunakan syringe. 6. Sebelum memasukkan methanol, praktikan memastikan methanol dalam syringe kedap udara atau tidak ada udara didalamnya 12 7. Apabila terdapat udara didalamnya, maka udara tersebut dikeluarkan dengan cara mengetuk badan syringe dan juga dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan isi cairan perlahan sampai udara didalam badan syiringe benar benar hilang. 8. Setelah kuvet dipastikan bersih, Methanol dikeluarkan dengan cara menarik atau menyedot cairan dengan menggunakan syringe. Dapat juga dengan cara mendorong cairan hingga keluar pada lubang sebelahnya. 13 9. Kemudian kami mengecek kebersihan dari kuvet dengan cara melihat dari lubang kaca yang berada ditengah. Apabila masih belum bersih, tandanya ada seperti garis air didalam kuvet tersebut. 10. Untuk memastikan sample tidak terkontaminasi oleh zat lain, kami membilas kuvet dengan menggunakan sample murni dengan cara sama persis seperti yang dijelaskan pada saat melakukan pencucian dengan methanol. Cukup lakukan sekali. 11. Setelah dirasa bersih, kami memasukkan sample murni dengan cara diinjeksikan dengan menggunakan syringe. Dan memastikan tidak terkontaminasi oleh zat lain yang ada didalam syringe ataupun kuvet. 12. Kemudian, kami melakukan scan dengan menggunakan FT-IR dan menunggu sampai grafiknya keluar. 13. Setelah grafik keluar, praktikan menyimpan hasilnya dan melakukan print out. 14. Lalu, praktikan membersihkan barium dari sample murni dengan menggunakan methanol seperti langkah pada nomor 4 – 8. Sampai kuvet benar benar bersih dari sample murni. 15. Kami memasukkan sampel kedua dengan menggunakan syringe. Dan tidak lupa untuk memastikan bahwa tidak ada udara pada syringe. 16. Setelah itu, kami melakukan scan pada FT-IR dan kemudian menunggu hingga grafik keluar, dan melakukan print out hasil scan. 17. kami membersihkan kembali kuvet dan syringe dengan menggunakan methanol, merapikan peralatan dan bahan kembali. 18. Setelah itu, kami melakukan analisis terhadap sample kedua yang diindikasi mengalami kontaminasi. 14 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengukuran Spektrum Standard Pada saat kami melakukan praktikum, kami dibagi menjadi 6 kelompok, dengan bahan penelitian produk gasoline, biosolar, dan fame. Masing – masing kelompok melakukan pengujian dengan alat spektrofotometri FTIR untuk menentukan apakah sampel produk yang diiberikan murni dan ataukah terdapat kontaminasi didalamnya. Yang perlu diperhatikan dan di ingat adalah Sebelum melakukan identifikasi produk adalah setiap kelompok wajib melakukan terlebih dahulu scan background (blanko) yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa kimia / organik dari yang telah digunakan. Berikut pembahasan dari hasil praktikum yang telah kami lakukan di laboratorium. Kelompok 1: Premium sebelum melakukan scanning wajib untuk scan background terlebih dahulu. Ini adalah grafik dari sampel yang dimiliki oleh kelompok 1. Produk yang diidentifikasi dengan FTIR adalah produk premium murni. Grafik produk premium dimulai pada angka 80, sedangkan untuk puncak tertinggi nya hampir menyentuh 89. Pada identifikasi spektrum FT-IR dari premium murni di dapat hasil sebagai berikut. Bilangan gelombang ± 3170 nm, adanya gugus O-H (3000 – 3600) sebagai gugus Asam karboksilat Bilangan gelombang ± 2900 nm, adanya gugus C-H (2850 – 2970) sebagai gugus alkana 15 Bilangan gelombang ± 2700 nm, adanya gugus O-H (2500 – 2700) sebagai gugus asam karboksilat. Bilangan gelombang ± 2000 nm, adanya gugus O-H (2000 – 3600) sebagai gugus alkohol Bilangan gelombang ± 1670 nm, adanya gugus C=C (1640 – 1680) sebagai gugus alkena Bilangan gelombang ± 1610 nm, adanya gugus C=C (1610 – 1680) sebagai gugus alkena Bilangan gelombang ± 1450 nm, adanya gugus C-H (1340 – 1470) sebagai gugus alkana Bilangan gelombang ± 1150 nm, adanya gugus C-H (1050 – 1300) sebagai gugus alkohol,eter,asam karboksilat dan ester Bilangan gelombang ± 950 nm, adanya gugus C-H (675-995) sebagai gugus alkena dan gugus aromatik Bilangan gelombang ± 890 nm, adanya gugus C-H (675 – 995) sebagai gugus alkana dan gugus aromatik Kelompok 2: Solar setelah melakukan praktikum, grafik diatas merupakan grafik dari sampel yang dimiliki oleh kelompok 2. Produk yang teridentifikasi dengan FTIR adalah produk solar murni. solar ialah fraksi minyak bumi berwarna kuning coklat yang jernih yang mendidih sekitar 175-370° C dan yang digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Umumnya, solar mengandung belerang dengan kadar yang cukup tinggi. Penggunaan solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada 16 semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1000 rpm). Dapat kita lihat bahwa puncak tertinggi dari grafik tersebut berada di atas angka 80, start dari grafik juga dimulai di atas 70 dan panjang gelombang produk tersebut berkisar dari 4000-750cm-1. Ketika puncak yang meningkat menuju titik tertentu, maka konsentrasi dari produk tersebut artinya ikut meningkat. Puncak dalam grafik berbanding lurus dengan konsentrasi produk, yang artinya bila puncak semakin tinggi maka konsentrasi semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Untuk identifikasi senyawa dalam solar dilihat dari grafik antara lain, pada 4000-3500cm-1 ada O-H, pada 3000-2500cm-1 alkana, 2000-1500cm-1 yaitu aromatik, dan 1500-1000cm-1 adalah alkana, eter dan ester. Kelompok 3: Fame Ini adalah grafik spectrum standar yang diluji oleh kelompok 3. hasil praktikum yang diuji oleh kelopok 3 tersebut adalah grafik Fame murni, tanpa adanya kontaminasi. Fatty acid methyl ester (FAME) merupakan bahan bakar alternatif pada mesin diesel yang terbarukan. senyawa ester alkil yang berasal dari minyak nabati dengan alkohol 17 yang dihasilkan melalui proses esterifikasi / transesterifikasi dan mempunyai sifat fisika mendekati minyak solar diesel. Secara umum, metil ester dibuat dari reaksi transesterifikasi, yakni reaksi alkohol dengan trigliserida membentuk metil ester dan gliserol dengan bantuan katalis basa. Namun, reaksi tersebut sangat dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam trigliserida. Reaksi esterifkasi merupakan merupakan suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan bantuan katalis asam. Dalam penelitian ini, bahan baku CPO Off Grade lapisan atas dengan kadar asam lemak bebas sebesar 5.838 %. Dan pengertian esterifikasi diacu sebagai reaksi antara asam lemak bebas dengan alcohol membentuk metil ester dan air dengan bantuan katalis asam Gelombang pada grafik Fame ada di rentang 4000-750. Start dari grafik dimulai antara 70-80 dan tinggi puncak yang teratas hampir menyentuh angka 83. Pada gelombang 3500cm-1 terdapat ikatan O-H dan N-H, lalu antara 3000-2500cm-1 adalah alkana, 2000-1500cm-1 adalah aromatik, dan 1000-750cm-1 yaitu alkena dan aromatik. Kelompok 4: Pertalite ini merupakan grafik dari sampel yang dimiliki oleh kelompok saya, kelompok 4. Produk yang kami identifikasi dengan FTIR adalah produk 18 pertalite murni. Dengan kesimpulan bahwa pada spectrum standar Rentang gelombang Pertalite hamper sama seperti solar dan pertamax, yaitu 4000-750cm-1. Grafik dimulai pada angka 80 dan puncak tertinggi dari grafik berada di antara 80-88. Hal ini menandakan bahwa kenaikan konsentrasi pada produk pertalite tidak setinggi solar dan pertamax. Identifikasi senyawa dari gelombangnya yaitu, pada 3500-3000cm-1 yaitu aromatik dan alkuna, 3000-2500cm-1 adalah alkana, dan pada 1500-1000cm-1 adalah eter dan ester. No 1. Kandungan Kadar oktan 3. 4. 5. Kandungan sulfur maksimal Kandungan timbal Kandungan logam Residu maksimal 6. Berat jenis 7. 8. Warna Penampilan visual 2. Keterangan 90-91 0,05% m/m (setara dengan 500 ppm) tidak ada tidak ada 2,0% maksimal 770 kg/m3, minimal 715 kg/m3(pada 15°C) hijau jernih dan terang Kelompok 5: Biosolar Ini adalah grafik dari sampel yang dimiliki oleh kelompok 5. Produk yang teridentifikasi dalam grafik tersebut adalah biosolar. Biodiesel 19 adalah bahan bakar terbarukan berbahan baku lemak hewani, maupun nabati berupa, metil ester asam lemak (Fatty Acid Methyl Ester/ FAME) yang telah lama disebut sebagai pengganti minyak bumi (Petroleum Diesel). Pembuatan biodiesel pertama kali dilakukan pada 1853 oleh E. Duffy dan J. Patrick, bahkan sebelum mesin diesel pertama kali ditemukan. Empat puluh tahun kemudian, Rudolf Diesel berhasil merakit mesin diesel pertama pada tahun 1893 di Augsburg, Jerman, yang kemudian diperkenalkan di World’s Fair di Paris, Prancis. Saat itu, mesin diesel masih dioperasikan menggunakan biodiesel yang terbuat dari minyak kacang tanah. Spectrum standar Grafik dimulai dari angka 70-80 dengan rentang gelombang 4000-750. Peak dari grafik biosolar sendiri berada diantara 80-86. Senyawa yang teridentifikasi dari biosolar diantaranya, pada gelombang 3500-3000cm-1 yaitu aromatik dan alkuna, antara 30002500cm-1 adalah alkana, 2000-1500cm-1 ada aromatik dan ester, gelombang 1500-1000cm-1 eter dan ester, dan 1000-750cm-1 adalah alkena dan aromatik. Kelompok 6: Pertamax Ini adalah grafik dari sampel yang dimiliki oleh kelompok 6. Produk yang terdentifikasi dengan FTIR adalah produk pertamax murni. 20 Pertamax adalah bahan bakar minyak andalan Pertamina. Pertamax, seperti halnya Premium, adalah produk BBM dari pengolahan minyak bumi. Pertamax dihasilkan dengan penambahan zat aditif dalam proses pengolahannya di kilang minyak. Spectrum standar Rentang gelombang Pertamax sama seperti solar, yaitu 4000-750cm-1. Grafik dimulai pada angka 80 dan puncak tertinggi dari grafik berada di antara 80-88. Hal ini menandakan bahwa kenaikan konsentrasi pada produk solar tidak setinggi solar dan premium. Kandungan senyawa dalam produk pertamax dilihat dari panjang gelombangnya yaitu, pada 4000-3500cm-1 ada O-H, rentang pada 3000-2500cm-1 alkana, pada 1500-1000cm-1 yaitu alkana dan eter, lalu 1000-750cm-1 ada eter dan ester. 21 4.2 Pengukuran Spektrum Produk X Untuk menentukan hasil dari spektrum standar dari sampel x, kami telah membandingkan dengan spektrum standar kelompok lainnya, dan mencari rentang gelombangnya. Dengan begitu kami mengambil kesimpulan bahwa, sampel x yang diberikan kepada kami adalah produk pertamax. Data grafik spektrum standar hasil pengujian dengan spektrofotometri kelompok 4 sebagai berikut: Background kelompok 22 Sampel murni produk pertalite Sampel x produk pertamax Spektrum standar Rentang gelombang Pertamax sama seperti solar, yaitu 4000-750cm-1. Grafik dimulai pada angka 80 dan puncak tertinggi dari grafik berada di antara 80-88. Hal ini menandakan bahwa kenaikan konsentrasi pada produk solar tidak setinggi solar dan premium. Kandungan senyawa dalam produk pertamax dilihat dari panjang gelombangnya yaitu, pada 4000-3500cm-1 ada O-H, rentang pada 3000-2500cm-1 alkana, pada 1500-1000cm-1 yaitu alkana dan eter, lalu 1000-750cm-1 ada eter dan ester. 23 Tabel MSDS Data Fisik Dan Kimiawi Pertamax 24 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kami telah selesai melakuan pengujian terhadap sampel produk murni dan sampel x yang diberikan kepada kami oleh dosen pembimbing. Berdasarkan hasil dari praktikum dan meneliti spektrum standar pada masing – masing rentang gelombang dan menentukan apakah ada kontaminasi didalam produk yang kami uji, dapat disimpulkan bahwa: 1. Setiap kelompok mendapat sampel murni yang berbeda, tapi ada persamaan produk pada sampel x pada kelompok yang berbeda pula 2. Grafik dari produk gasoline, biosolar, fame mempunyai spektrum standar yang berbeda dan rentang panjang gelombangnya. Meskipun ada sampel produk yang sama tetapi pada grafik nya memiliki gelombang yang sedikit berbeda. Hal ini mungkin dikarenakan pencucian yang kurang bersih pada kuvet, atau kontaminasi pada sampel yang diberikan. 5.2 Saran Pada praktikum kali ini, kami menggunakan alat spektrofotometri FTIR. Akan tetapi alat yang ada di laboratorium baru kurang memadai, sehingga waktu yang tersedia untuk melakukan praktikum tidak efektif karena pemakaian alat secara bergantian. Dan juga penataan meja dan kursi kurang efesien, apabila di laboratorium baru diadakan teori tambahan maka mahasiswa yang duduk paling belakang sering mendapat kendala penglihatan dan pendengaran kearah papan tulis. 25 DAFTAR PUSTAKA 1. Sukma, A. (2003). Teknologi Minyak Bumi. Edisi ketiga. bandung : Gadjah Mada University. 2. Hemant Kumar, dkk. 2012. “Enhancing Biodiesel Stability by Using Fuel Additives” – A Review.Fast Processing Peer Reviewed International Journals-IJRAE, IJRAP, IJRAWE, IJRBPE, IJRCT, IJRED, IJRESA, IJRIVSP, IJRITS, IJRPSE, IJRRA, IJRRES, IJRWSN – PBPC. Hal. 1-6. 3. D.C. Kim, K.C. Song and R.D. Kaushik. 2008. “ReviewFuel Additives for Particulate Matter/Dust Reduction.” Asian Journal of Chemistry Vol. 20 No.8. Hal 5797-5817. 4. Nihanth chaluvadi, P Vijay, Rishi Venkant Ram Pauli, Yogeswar Dadi dan CH. V. V. N Pavan. Op. Cit., Hal. 180. 5. Hardjono, A.(2000). Gugus funsi suatu senyawa yang terkandung dalam minyak bumi. Edisi Pertama. Yogyakarta : Gadjah Mada University Perss. 6. Mc.Duell,B. (1995).A level chemistry. Edisi Revisi. London:Letts Educationa 7. Mc.Murry, J. dan Robert ,C.F. (1998).Chemistry Edisi ke-2. jakarta: graha viska 8. 9. 10. Peery,Robert.H,Green, Don W. (1999). Perry’s Chemical Engineering Handbook Seventh edition. New York : 89111 Scheinmann F 1973 “an introduction spectroscopic methods for the identification of organic compounds” 78-89 Nihanth chaluvadi, P Vijay, Rishi Venkant Ram Pauli, Yogeswar Dadi dan CH.V.V.N Pavan. 2013. “Diesel Engine Performance Improvement by Using Cetane Improver.” International Journal of Engineering and Innovative Technology (IJEIT) Vol. 2, Issue10. Hal 180