PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini pengobatan dengan menggunakan obat bahan alam semakin banyak digunakan. Peningkatan penggunaan obat bahan alam dapat disebabkan beberapa hal diantaranya semakin banyaknya orang yang percaya akan keunggulan dan manfaat obat bahan alam, selain itu karena adanya anggapan bahwa penggunaan obat bahan alam atau obat tradisional relatif lebih aman dibandingkan obat sintesis. Tidak hanya di Indonesia, diseluruh dunia dalam 20 tahun terakhir ini penggunaan obat bahan alam semakin meningkat. Berarti bukan lagi sekedar ”back to nature” tetapi karena obat bahan alam sudah merupakan sumber layanan kesehatan yang mudah diperoleh dan terjangkau oleh masyarakat. Masyarakat menggunakan obat bahan alam dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif terhadap suatu penyakit. Sebagaimana obat-obat sintesis, obat bahan alam seringkali disalahgunakan oleh pihak tertentu baik untuk pemakaian sendiri maupun ditujukan kepada orang lain. Salah satu penyalahgunaannya adalah adulterasi (pemalsuan obat). Pemalsuan obat dapat terjadi dengan berbagai cara diantaranya pemalsuan dari sisi jumlah bahan penyusun obat, sisi konsentrasi masing-masing bahan dan dari sisi penggantian bahan mahal dengan bahan murah yang memiliki karakteristik kimia sama. Salah satu metode untuk mendeteksi pemalsuan obat adalah dengan menganalisis kesamaan pola spektrum FTIR (Fourier Transform Infra Red). Spektrum FTIR dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa aktif berdasarkan identifikasi gugus fungsinya. Dalam bidang kimia, spektrum FTIR banyak digunakan untuk mengungkap keberadaan suatu senyawa atau golongan senyawa pada suatu tanaman. FTIR merupakan teknik spektroskopi infra merah berupa grafik hubungan antara bilangan gelombang (cm-1) dengan persentase transmitan (Nur & Adijuana 1989). Kajian-kajian analitik untuk melihat kesamaan pola spektrum perkembangan terakhir adalah dengan pendekatan metode regresi linier sederhana, 1 dan uji ragam (Juwita 2004). Dimana hasil penelitian yang dilakukan Juwita ini memberikan simpulan bahwa pendekatan metode regresi linier dan uji ragam untuk menguji kesamaan pola spektrum masih belum tepat untuk digunakan. Metode pendekatan lain untuk melihat kesamaan pola spektrum FTIR adalah dengan menerapkan metode yang bersifat eksploratif. Metode eksploratif yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggabungkan metode transformasi wavelet diskret dengan analisis komponen utama, metode titik balik dan analisis diskriminan. Metode titik balik yang dilakukan pada penelitian ini untuk menguji kesamaan pola spektrum FTIR dari sisi gugus fungsinya pada daerah identifikasi tertentu. Penggunaan temulawak dalam penelitian ini dikarenakan temulawak merupakan salah satu tanaman obat bahan alam yang saat ini banyak digunakan. Harganya yang relatif mahal membuat temulawak sering diganti oleh obat bahan alam lain yang memiliki karakteristik yang sama. Tujuan Penelitian bertujuan untuk menguji kesamaan spektrum FTIR temulawak dengan beberapa metode eksploratif. 2