PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI BARAT PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2012-2016 TAHUN 2012-2016 ISBN : 978-602-7536-12-8 Kerjasama : Pusat Perencanaan Tenaga kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 ISBN : 978-602-7536-12-8 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2012-2016 YA TI KAR MUKTITA MA KAR MA Kerjasama : Pusat Perencanaan Tenaga kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Dengan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 PERENCANAAN TENAGA KERJA PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN 2012-2016 Diterbitkan oleh : Pusat Perencanaan Tenaga Kerja Sekretariat Jenderal Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950 Telepon : 021-5270944 Fax : 021-5270944 Website : http://pusatptk.depnakertrans.go.id Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA Dalam rangka pelaksanaan amanat pasal 7 Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, bahwa Perencanaan tenaga kerja baik dalam lingkup kewilayahan (nasional, provinsi dan kabupaten/kota) maupun lingkup sektoral/sub sektoral (sektoral/sub sektoral nasional, sektoral/sub sektoral provinsi, sektoral/sub sektoral kabupaten/kota), dijadikan acuan dan pedoman dalam pembangunan ketenagakerjaan ditingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Sektoral/Sub Sektoral Provinsi, dan Sektoral/Sub Sektoral Kabupaten/Kota. Sebagai pelaksanaan ke dua peraturan tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor :PER. 16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro. Masalah utama ketenagakerjaan diantaranya adalah besarnya pengangguran terbuka, jumlah setengah penganggur yang sangat besar, serta masalah lain seperti rendahnya kualitas angkatan kerja, rendahnya produktivitas kerja, dan rendahnya kesejahteraan pekerja, sehingga bersifat multi dimensional antara berbagai faktor ekonomi, faktor sosial, dan faktor lainnya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang komprehensif dan multi dimensi. Untuk itu, maka diperlukan suatu Perencanaan tenaga kerja yang dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku kepentingan di Provinsi Sulawesi Barat. Dengan tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2016, maka dasar pembangunan yang berpihak pada penciptaan perluasan kesempatan kerja (pro job) sudah semakin jelas dan terarah, khususnya dalam menghadapi masalah pengangguran, penciptaan kesempatan kerja, peningkatan produktivitas dan kesejahteraan pekerja. Namun demikian, mengingat permasalahan ketenagakerjaan merupakan permasalahan bersama, maka diperlukan upaya kolektif dari seluruh | iii Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di ProvinsiSulawesi BaratUntuk itu dalam penyusunan kebijakan, strategi dan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan maka pemerintah daerah harus berpedoman pada Perencanaan Tenaga Kerja untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan yang ada di ProvinsiSulawesi Barat. Akhirnya kami menyambut gembira dan memberikan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat atas tersusunnya buku Perencanaan Tenaga Kerja ini. Jakarta, Juni 2012 Kepala Pusat Perencanaan Tenaga Kerja, SYARIFUDDIN SINAGA, SH NIP 19561118 197703 1 001 iv | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Kata Pengantar Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Barat Tersusunnya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2016 merupakan hasil kerjasama antara Pusat Perencanaan Tenaga Kerja, Sekretariat Jenderal Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI dengan DinasTenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Barat Proses penyusunannya dimulai dari pembinaan Tim Penyusun, kemudian dilaksanakan penyusunan dan asisteni dari Pusat Perencanaan Tenaga Kerja, Setjen Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Perencanaan Tenaga Kerja (PTK) Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2016 ini memuat perkiraan penduduk usia kerja, angkatan kerja, kesempatan kerja sektoral serta kebijakan dalam penciptaan kesempatan kerja. Angka-angka perkiraan dalam buku ini telah disesuaikan berdasarkan data dan informasi mutakhir, dengan menggunakan berbagai asumsi perkembangan ekonomi Provinsi Sulawesi Barat dan perkiraan ketenagakerjaan, khususnya perkiraan penganggur terbuka. Perencanaan yang dimuat dalam PTK Provinsi Sulawesi Barat ini merupakan rencana indikatif yang digunakan untuk pengembangan ketenagakerjaan secara umum. Oleh karena itu, angka-angka yang dimuat dalam buku rencana tenaga kerja ini dapat dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan nyata yang terjadi. Kami menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dalam buku ini, yang diakibatkan berbagai keterbatasan yang ada. Untuk itu kami mengharapkan saran konstruktif dari pengguna dan pembaca serta seluruh | v Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 pihak yang terkait guna penyempurnaan di masa yang akan datang. Selain itu kami menyampaikan terima kasih banyak kepada seluruh pihak yang berpartisipasi dalam penyusunan PTK Provinsi Sulawesi Barat Tahun 20122016 ini. Akhirnya kami mengharapkan kiranya Buku PTK Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2016 ini dapat kita gunakan sebaik-baiknya sebagai acuan dalam pembangunan ketenagakerjaan. Mamuju, Juni 2012 Kepala Dinas, Drs. Benyamin YD, M.Pd vi | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 RINGKASAN EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY) Masalah ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 20122016 diperkirakan masih akan diwarnai oleh berbagai isu ketenagakerjaan yang menyangkut penganggur terbuka, setengah penganggur, pekerja tidak dibayar, pekerja anak, kualitas keterampilan angkatan kerja, perluasan kesempatan kerja, penegakan hukum ketenagakerjaan, pemogokan kerja, perselisihan hubungan industrial, produktivitas tenaga kerja, serta kesejahteraan pekerja. Kondisi lingkungan strategis, baik dari dalam maupun luar negeri, diperkirakan akan ikut mempengaruhi secara signifikan berbagai isu ketenagakerjaan tersebut di atas. Agar isu dan tantangan ketenagakerjaan tersebut di atas tidak berkembang menjadi permasalahan ketenagakerjaan yang kompleks, maka diperlukan konsep pembangunan ketenagakerjaan yang holistik dan komprehensif. Adapun pedoman yang dibutuhkan adalah Rencana Tenaga Kerja Provinsi (RTKP) Tahun 2012-2016. Hal ini telah diamanatkan Pasal 7 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Jo Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan Dan Penyusunan Serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, Jo Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor PER.16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro. Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2010 berjumlah 744.721 orang, dan menjadi 763.317 orang pada tahun 2011. Dari jumlah tersebut angkatan kerja berjumlah 532.171 orang dan menjadi 551.631 orang pada tahun 2011. Kemudian jumlah penduduk yang bekerja pada tahun yangsama adalah 514.867 orang dan 536.048 orang, sedangkan jumlah penganggur terbuka pada tahun yang sama sebanyak 17.304 orang dan 15.583 orang, dengan tingkat penganggur terbuka 3,25 persen, dan turunmenjadi 2,82 persen. Berarti kondisi penganggur terbuka mengalami penurunan. | vii Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Untuk menekan jumlah pengangguran terbuka diperlukan berbagai upaya yaitu dengan berbagai kebijakan dan program baik di bidang perekonomian maupun ketenagakerjaan perlu dilaksanakan secara konsisten, dengan upaya dimaksud diharapkan jumlah penganggur terbuka dapat mengalami penurunan setiap tahunnya. Oleh sebab itu, penyusunan Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat akan menggerakkan keterkaitan antara pembangunan perekonomian dengan pembangunan ketenagakerjaan. Dari hasil penyusunan Rencana Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat menunjukkan bahwa perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2012-2016 diperkirakan mampu tumbuh sebesar 7,88 persen pada tahun 2012 menjadi sebesar 9,31 persen pada tahun 2016. Pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut juga diperkirakan akan mendorong penciptaan kesempatan kerja, sehingga jumlah kesempatan kerja pada tahun2012 diperkirakan sebesar 547.682 orang menjadi sebesar 602.948 orang pada tahun 2016, sehingga pada tahun 2012-2016 akan ada pertambahan kesempatan kerja sebanyak 55.266 orang. Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini akan berdampak positif terhadap tingkat pengangguran terbuka yang diperkirakan pada tahun 2016 menurun menjadi sebesar 2,22 persen. Untuk mencapai usaha tersebut, kebijakan dan program pembangunan ketenagakerjaan akan dilaksanakan secara konsisten menyangkut pendayagunaan tenaga kerja, pemerataan kesempatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Kebijakan dan program pembangunan ketenagakerjaan tersebut akan mengarah pada Kebijakan dan Program Umum, Daerah dan Sektoral. Selain itu, dilaksanakan pula kebijakan dan program Pelatihan Kerja, Penempatan Tenaga Kerja, Hubungan Industrial yang harmonis dan Pengawasan Ketenagakerjaan. viii | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KEPALA PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA …………………………………………...….…………….………........... KATA PENGANTAR KEPALA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SULAWESI BARAT …....……….…….........… EXECUTIVE SUMMARY …………………………………………...........…….. DAFTAR ISI ……………………………………………………………..........…. DAFTAR TABEL ……………………………………………………….......…... DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………........….. v vii ix xiii xvii BAB I PENDAHULUAN ……………………………………….…........…. 1.1 Latar Belakang …...……………………………..…..........…. 1.2 Maksud dan Tujuan …...…………………….…….............. 1.3 Hasil yang Diharapkan ……………………………….......... 1.4 Metodologi dan Sumber Data …………….…………......... 1.4.1 Metodologi ………………………….…………......... 1.4.2 Sumber Data ……………………….………........…. 1.5 Pengertian Dasar, Konsep, dan Definisi….………............ 1.6 Kerangka Isi …………………………………………............ 1 1 4 4 5 5 7 7 9 BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI BARAT …………………………………………….…….…......….. 2.1 Kondisi Ekonomi ……...…………………………...….......... 2.2 Penduduk Usia Kerja ………….…………....………............ 2.2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur … 2.2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan 2.2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin ….. 2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)…...…........…. 2.3.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur ……...…………………….........….. 2.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan ……………………..…............. 2.3.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin ….…………………….…….................…… 2.4 Angkatan Kerja ….…………………………….........….……. 2.4.1 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur………... 2.4.2 Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan……. 2.4.3 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin….......….. | iii 11 11 15 16 17 19 20 20 22 23 25 25 27 29 ix Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 2.5 2.6 2.7 BAB III x | Penduduk yang Bekerja…………………………….........…. 2.5.1 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha………………………………………….......… 2.5.2 Penduduk yang Bekerja Menurut Golongan Umur 2.5.3 Penduduk yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan…………………………………............… 2.5.4 Penduduk yang Bekerja Jenis Kelamin……........... 2.5.5 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama…………………………..........….. 2.5.6 Penduduk yang Bekerja Menurut Jabatan ........…. 2.5.7 Penduduk yang Bekerja Menurut Jam Kerja.......... Penganggur Terbuka…………………………….…........…. 2.6.1 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur.... 2.6.2 Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan……………………………………........… 2.6.3 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin........ Produktivitas Tenaga Kerja…..……………………........….. PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA……………………………………………........................… 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja……………………............. 3.1.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur……………………………..........…. 3.1.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan…………......................…………………. 3.1.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin………………………........………….. 3.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja…….........… 3.2.1 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur……………....................... 3.2.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan…………..................... 3.2.3 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin………………..................... 3.3 Perkiraan Angkatan Kerja………………………............….. 3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur……………….……………..……………......... 3.3.2 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan ………………………………….......…. 3.3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin 30 31 33 34 36 37 39 41 42 42 45 47 49 51 51 52 54 57 58 58 60 62 64 64 66 68 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 BAB IV BAB V BAB VI PERKIRAAN KETENAGAKERJAAN 2012-2016 ….…….....… 4.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012-2016 ………......… 4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja …………………….......……. 4.2.1 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha …........................……………………………. 4.2.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur ………………………………........................... 4.2.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan ………..……………………........………. 4.2.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin …………………………………………........ 4.2.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan ………………………………….......……. 4.2.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan……………………………………….......….. 4.2.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja 4.3 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja….…………......….. 71 71 74 74 78 82 84 85 86 87 88 PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA…………………………………….…….…......................... 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan…………………………………………….........… 5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin…………………………………………….........…….. ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN ……….........………. 6.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian …….……........…. 6.2 Rekomendasi Kebijakan Umum …………...……........….... 6.2.1 Kebijakan Pendidikan ……………………........….... 6.2.2 Kebijakan Kesehatan ……………………….......…. 6.3 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan Kesempatan Kerja ……………………………………………….......…….. 6.3.1 Sektor Pertanian ………………………….......……. 6.3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ……......... 6.3.3 Sektor Industri Pengolahan ………………......…... 6.3.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih…….......……… 6.3.5 Sektor Bangunan………………………….........…. 6.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran….......…. | 91 93 94 96 99 101 105 105 108 109 110 110 111 112 113 113 xi Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 6.4 6.5 6.6 BAB VII 6.3.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi ……….…......... 6.3.8 Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan, Jasa Persewaan & Jasa Perusahaan……......….. 6.3.9 Sektor Pemerintah, Pertahanan & Jasa Kemasyarakatan ….….....................................…. Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja…... 6.4.1 Pelatihan Berdasarkan Status Pekerjaan Utama Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kerja……..…………………………………………………….. Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja....... 6.6.1 Pengawasan Ketenagakerjaan …………………… 6.6.2 Perselisihan Hubungan Industrial dan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja..……...................... PENUTUP…………………………………………….......………... DAFTAR PUSTAKA xii | 114 115 115 116 118 122 125 126 128 133 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Dalam Miliar Rupiah). ............................. 15 Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Orang)............................ 17 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Orang).............. 19 Tabel 2.3. Tabel 2.4. Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Orang)............................ 20 Tabel 2.5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Dalam Persen) ................................................................................... 21 Tabel 2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Dalam Persen) ...................................................................... 23 Tabel 2.7. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Dalam Persen) ...................................................................... 24 Tabel 2.8. Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............................. 27 Tabel 2.9. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............................. 29 Tabel 2.10. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............................. 30 Tabel 2.11. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............... 32 Tabel 2.12. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............... 34 Tabel 2.13. Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............... 35 Tabel 2.14. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............................. 37 | xiii Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.15. Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Provinsi Sulawesi Barat Tahun 20082011(Orang) ........................................................................... 39 Tabel 2.16. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............................. 40 Tabel 2.17. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............................. 42 Tabel 2.18. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............................. 44 Tabel 2.19. Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Persen) ............ 44 Tabel 2.20. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............... 46 Tabel 2.21. Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Persen).................................................................................. 47 Tabel 2.22. Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011(Orang)............................. 48 Tabel 2.23. Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Persen) ............ 48 Tabel 2.24. Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011 (Juta Rp./Tenaga Kerja) .................................................................. 49 Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang).... 54 Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang) ................................................................................... 56 Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang).............. 58 Tabel 3.4 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 20122013 (Dalam Persen) ............................................................. 60 Tabel 3.5 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Dalam Persen) ................................................... 62 xiv | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 3.6 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 20122013 (Dalam Persen) ............................................................. 63 Tabel 3.7 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang).............. 66 Tabel 3.8 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang).............. 68 Tabel 3.9 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis KelaminProvinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang) ................................................................................... 69 Tabel 4.1 Perkiraan Kontribusi dan Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (%) ........... 72 Tabel 4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang).............. 78 Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang).............. 81 Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang) ................................................................................... 83 Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang).............. 85 Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang).............. 86 Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang)............................ 87 Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Orang).............. 88 Tabel 4.9 Perkiraan produktivitas Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 (Juta Rp./Tenaga Kerja) ...................................... 90 Tabel 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 ................. 93 Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 ........ 96 Tabel 5.3. Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2013 ........................... 97 Tabel 6.1 Perkiraan Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012-2016 ......................................... 117 | xv Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 6.2 Kapasitas Lembaga Latihan dan Instruktur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011................................................... 117 Tabel 6.3 Tambahan Kesempatan KerjaMenurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan UsahaTahun 2012-2016 (Dalam Ribu) ....................................................................................... 123 Tabel 6.4 PerkiraanKebutuhan Tenaga Fungsional Pengawas ............ 127 Tabel 6.5 Perangkat Hubungan Industrial ............................................. 129 Tabel 6.6 Target Penambahan Perangkat Hubungan Industrial ........... 129 Tabel 6.7 PerkiraanTambahan Kebutuhan Tenaga Mediator ............... 130 Tabel 6.8 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Tahun 2011 ............................................................................ 132 xvi | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2008-2011. ........................................................ 13 | xvii Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam pembangunan nasional, regional dan sektoral. Provinsi Sulawesi barat dengan penduduk yang banyak, memiliki potensi yang besar baik sebagai pelaku pembangunan maupun potensi pasar. Dalam rangka upaya mencapai tujuan pembangunan ketenagakerjaan, berbagai kebijakan, strategi dan program ketenagakerjaan yang telah dilaksanakan selama ini untuk memberdayakan dan mendayagunakan tenaga kerja secara optimal dan manusiawi, mewujudkan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan pembanguan daerah, sampai saat ini sudah mulai menunjukan adanya peningkatan, sehingga permasalahan ketenaga kerjaaan di Provinsi Sulawesi Barat sedikit berkurang. Jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Barat sebanyak 1.158.651 jiwa yang terdiri dari Laki-laki 581.526 orang dan perempuan 577.125 orang. Dari jumlah tersebut, penduduk yang masuk usia kerja sebanyak 744.721 orang dan dari angka tersebut 532.171 orang merupakan angkatan kerja. | 1 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Berdasarkan data Sakernas periode Agustus, angkatan kerja di Provinsi Sulawesi Barat tahun 2008 sebanyak 495.959, tahun 2009 sebanyak 511.144 orang, tahun 2010 sebanyak 532.171 orang dan pada tahun 2011 jumlahnya bertambah lagi menjadi sebanyak 551.631 orang jumlah penganggur terbuka periode tahun 2009-2011 mengalami penurunan, begitu pula tingkat penganggur terbukanya juga mengalami penurunan. Penganggur terbuka pada tahun 2009 sebanyak 23.064 orang dengan tingkat penganggur terbuka (TPT) sebesar 4,51 persen, tahun 2010 menurun menjadi 17.304 orang dengan TPT sebesar 3,25 persen, tahun 2011 angkanya terus mengalami penurunan menjadi 15.583 orang dengan TPT 2,82 persen (menurun). Meskipun jumlah penganggur tersebut relatif kecil tetapi secara ekonomi merupakan pemborosan yang sangat mahal karena mereka tidak mempunyai mata pencaharian namun membutuhkan biaya untuk hidup sehari-hari. Adanya penganggur dan setengah penganggur di Provinsi Sulawesi Barat secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang semakin meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut, maka instansi di provinsi dan pemerintah kabupaten/kota harus dapat secara cermat membaca aspirasi yang berkembang, kemudian merespon dan mengakomodasikannya dalam agenda pemerintah daerah serta menuangkan ke dalam arah kebijakan serta program pembangunan. Antara lain dengan diluncurkannya Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Tahun 2011-2025 dimana untuk koridor Sulawesi berada dalam area pengembangan koridor ekonomi sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas dan Pertambangan Nasional. Strategi utama mengatasi penganggur adalah penciptaan kesempatan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya. Namun untuk menciptakan kesempatan kerja yang banyak ada berbagai 2 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 kendala yang sangat eksternal. kompleks baik yang bersifat internal maupun Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah penciptaan kesempatan kerja diantaranya adalah masih sulitnya arus masuk investor baik lokal maupun asing yang ramah terhadap tenaga kerja. Pentingnya investasi dimaksud di atas karena dapat menjadi faktor pemicu perekonomian yang penting. Bahkan investasi memiliki pengganda ekonomi lebih besar dibanding konsumsi, karena daya guna investasi lebih lama. Dengan fungsi seperti itu, investasi sangat dibutuhkan bagi pembangunan ekonomi. Setiap daerah/negara berlomba untuk menarik investor, baik asing maupun domestik, agar mau berinvestasi di wilayahnya. Berbagai sarana dan kemudahan diberikan dalam rangka menarik investor tersebut. Dengan keberadaan investor ini diharapakan dapat tercipta kesempatan kerja yang cukup besar guna mengurangi tingkat pengangguran. Dalam rangka memastikan pembangunan sebagai salah satu upaya mewujudkan hak-hak dasar rakyat untuk pembangunan yang kondusif terhadap pengembangan iklim investasi dan pembangunan itu sendiri maka Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Barat mengembangkan visi ideologis yang dijadikan sebagai pendekatan pembangunan bahwa pembangunan harus berporos pada kepentingan sosial-ekonomi kerakyatan. Dalam mengatasi masalah penganggur diperlukan berbagai upaya dari berbagai pihak yang terkait termasuk pemerintah daerah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat (misalnya dalam hal pendirian serta pengelolaan lembaga pendidikan dan pelatihan). Selain itu masih banyak hal yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah penganggur di antaranya adalah meningkatkan penciptaan kesempatan kerja, merumuskan strategi dan arah kebijakan ketenagakerjaan yang tepat, menyusun perangkat peraturan ketenagakerjaan yang memadai dan lainlain. Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk mendukung perumusan strategi, kebijakan dan program ketenagakerjaan yang tepat adalah dengan | 3 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 melakukan penyusunan perencanaan tenaga kerja daerah jangka menengah. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 ini adalah memberikan berbagai informasi ketenagakerjaan yang diperlukan sehingga dapat digunakan sebagai bahan perumusan strategi, kebijakan dan program ketenagakerjaan. Secara rinci tujuan dari penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 2012-2016 ini adalah : 1. Memperkirakan ketersediaan secara kuantitatif jumlah tenaga kerja dengan berbagai karakteristiknya tahun 2012-2016. 2. Memperkirakan kebutuhan tenaga kerja tahun 2012-2016 yang diturunkan berdasarkan permintaan output regional dan sektoral. 3. Memprediksi angka pengangguran yang dihitung berdasarkan perbedaan antara kebutuhan tenaga kerja dan persediaan tenaga kerja pada periode yang sama. 4. Menyusun rekomendasi kebijakan dan program terkait masalah ketenagakerjaan secara regional dan sektoral. 1.3. Hasil Yang Diharapkan PTKP 2012-2016 ini di harapkan menjadi dasar bagi perumusan perencanaan pembangunan ketenagakerjaan daerah yang berbasis empiris, serta teridentifikasinya potensi tenaga kerja tiap sektor di provinsi Sulawesi Barat. 4 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 1.4. Metodologi dan Sumber Data 1.4.1. Metodologi Metodologi yang digunakan dalam menyusun PTKP 20122016 ini adalah sebagai berikut : a. Tabulasi silang data ketenagakerjaan tahun 2008-2011 sebagai gambaran situasi ketenagakerjaan dan merupakan data dasar dalam penyusunan perkiraan. b. Menyusun perkiraan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja provinsi Sulawesi Barat. “Manpower Utilization Approach” dimana pada pendekatan ini sangat diperhitungkan waktu yang digunakan untuk bekerja yang dinyatakan dalam partisipasinya di pasar kerja. Untuk memperkirakan Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dengan menggunakan formula regresi linier : Y = a + bx c. Perkiraan kebutuhan penduduk yang bekerja mengunakan “Manpower Requirement Approach” yaitu metode yang memperkirakan kebutuhan tenaga kerja untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi tertentu. Untuk memperkirakan kebutuhan penduduk yang bekerja atau kesempatan kerja dengan menggunakan pendekatan elastisitas dan regresi linier : Elastisitas : Rli = {(Lin/Lio)i/n -1} x 100 Rli Ei = ------Ryi ={(Yin/Yio)i/n -1} x 100 Ryi dimana : Ei = Elastisitas tenaga kerja sektor-i | 5 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Rli = Laju pertumbuhan kesempatan kerja sektor-i per tahun (%) Ryi = Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB) sektor-i tahunan (%) Li = Jumlah kesempatan kerja sektor-i Y = PDRB sektor-i n dan o = Masing-masing menunjukkan tahun n dan o Linear : Y = d. a + bx Dalam penyusunan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja tersebut data dasar yang dipergunakan adalah data ketenagakerjaan tahun 2008-2011 dan data ekonomi tahun 2008-2011. e. Perkiraan persediaan tenaga kerja selanjutnya ditabulasikan menurut golongan umur dan pendidikan. f. Perkiraan kebutuhan tenaga berdasarkan jenis kelamin, usaha, status pekerja, kerja ditabulasikan golongan umur, lapangan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. g. Berdasarkan perkiraan persediaan dan kebutuhan akan tenaga kerja di masa yang akan datang, maka jumlah penganggur di masa yang akan datang dapat diperkirakan. Untuk memperkirakan besarnya persediaan dan kebutuhan tenaga kerja di masa mendatang, dibuat proyeksi persediaan dan kebutuhan tenaga kerja yang pertumbuhan ekonomi masa mendatang. 6 | mengacu pada Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 1.4.2. Sumber Data Data kependudukan dan statistik ketenagakerjaan yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari publikasi hasil survei yang telah dilakukan oleh BPS. Data tersebut antara lain: sakernas, susenas, supas dan sensus. Data upah bersumber dari data statistik pengupahan nasional yang telah dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Instansi sektoral dan instansi penyedia data dan informasi lain yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. 1.5. Pengertian Dasar, Konsep, dan Definisi 1. Kebutuhan Tenaga Kerja Kebutuhan tenaga kerja (kesempatan kerja) adalah jumlah lapangan kerja dalam satuan orang yang dapat disediakan oleh seluruh sektor ekonomi dalam kegiatan produksi. Dalam arti yang lebih luas, kebutuhan ini tidak hanya menyangkut jumlahnya, tetapi juga kualitasnya (pendidikan atau keahliannya). 2. Persediaan Tenaga Kerja Persediaan tenaga kerja adalah jumlah penduduk yang sudah siap untuk bekerja, disebut angkatan kerja (labour force) yang dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitas. 3. Penduduk Usia Kerja (PUK) Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. | 7 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 4. Angkatan Kerja (AK) Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke atas) yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja; dan mereka yang tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. 5. Bekerja Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu 6. Penganggur Terbuka (PT) Penganggur Terbuka terdiri dari : a. Mereka yang mencari pekerjaan b. Mereka yang mempersiapkan usaha c. Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin dapat pekerjaan d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. 7. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Tingkat Penganggur Terbuka merupakan rasio jumlah Penganggur Terbuka terhadap jumlah Angkatan Kerja. 8. Setengah Penganggur Setengah Penganggur adalah kegiatan seseorang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu. 9. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 8 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah seluruh penduduk usia kerja 10. Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha Jenis Kegiatan/Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/perusahaan/instansi di mana seseorang bekerja seperti digolongkan dalam Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia(KLUI)/Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLUI). 11. Produk Domestik Bruto (PDB) a. Menurut Pendekatan Produksi, PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya 1 tahun) b. Menurut Pendekatan Pengeluaran, PDB merupakan jumlah balas jasa yang diterima faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu. 1.6. Kerangka Isi Penulisan Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 2012-2016 ini dibagi dalam 7 (tujuh) bab, yaitu : BAB I : PENDAHULUAN BAB II : KONDISI KETENAGAKERJAAN BAB III : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA BAB IV : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA | 9 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 BAB V : PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA BAB VI : ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN BAB VII : 10 | PENUTUP Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 BAB II KONDISI KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI BARAT 2.1 Kondisi Ekonomi Perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan sebelumnya, yaitu sebesar 10,41 persen. Pertumbuhan tersebut didukung oleh beberapa sektor yang mengalami pertumbuhan positif ditahun 2011, yakni pertumbuhan tertinggi berturut-turut sektor listrik gas dan air yang tumbuh mencapai 34,54 persen, sektor jasa-jasa sebesar 17,96 persen, sektor industri pengolahan sebesar 15,30 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,74 persen, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 1,29 persen, sektor konstruksi sebesar 10,42 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,93 persen, sektor pertanian, perikanan dan kehutanan sebesar 7,87 persen, dan sektor terendah yakni sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahan yang tumbuh sebesar 3,36 persen, sumber pertumbuhan yang semakin | 11 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 berimbang, sebagaimana tercermin pada peran investasi dan ekspor yang meningkat. Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat tahun 2011 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 10,41 persen terhadap tahun 2010. Pada tahun ini seluruh sektor ekonomi di Sulawesi Barat mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh mencapai 34,54 persen dan terendah di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang hanya tumbuh 3,36 persen.Besaran PDRB Sulawesi Barat pada tahun 2011 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 12.895,36 milyar sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp 5.238,36 milyar, sehingga tingkat inflasi pada level harga produsen sebesar 6,30 persen.Tiga sektor utama penggerak ekonomi di Sulawesi Barat adalah sektor pertanian; sektor jasa-jasa; dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran secara bersamasama berperan sebesar 79,09 persen tahun 2011. sektor pertanian memberi kontribusi 48,50 persen, sektor jasa-jasa 17,62 persen, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran 12,97 persen Sisi lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masing-masing sektor dalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi selama tahun 2011. Sektor-sektor ekonomi yang nilai nominalnya besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan, walaupun pertumbuhan sektor bersangkutan relatif kecil. Sektor listrik, gas dan air bersih, mengalami pertumbuhan tertinggi, namun hanya memberikan kontribusi sebesar 0,17 persen terhadap total pertumbuhan 10,41 persen. Sebaliknya sektor pertanian hanya tumbuh 7,87 persen tetapi tetap menjadi sumber utama penyumbang pertumbuhan ekonomi sebesar 3,72 persen dan yang sebagai penyumbang terbesar kedua yangmendorong pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat tahun 2011 adalah sektor jasa-jasa mencapai 2,66 persen. Sumber pertumbuhan secara lengkap dapat dilihat pada Grafik Berikut. 12 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Gambar 2.1 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Membaiknya kondisi perekonomian domestik memberi dampak yang positif bagi penyerapan tenaga kerja. Data ketenagakerjaan terakhir menunjukkan tingkat pengangguran yang berada dalam trend menurun, disertai adanya pergeseran struktur tenaga kerja yang kembali kepada sektor formal, dan membaiknya kualitas pendidikan tenaga kerja. Angka pengangguran terbuka tahun 2011 tercatat sebesar 2,82 persen, lebih rendah dibanding periode tahun sebelumnya yang sebesar 3,25 persen.Sementara itu, komposisi partisipasi angkatan kerja pada sektor formal meningkat dari 20 persen pada tahun 2010 menjadi 24 persen pada tahun 2011. Pulihnya kembali peran sektor formal dalam penyerapan tenaga kerja diharapkan berdampak positif pada kesinambungan konsumsi rumah tangga, terutama dengan lebih terjaminnya tingkat pendapatan yang memadai. Perkembangan positif lainnya juga terlihat pada kualitas tenaga | 13 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 kerja yang membaik. Pada tahun 2010 jenjang pendidikan mengalami penurunan yakni SD, SMTA Kejuruan, dan Diploma, sedangkan jenjang pendidikan yang mengalami kenaikan yakni SMTP, SMTA Umum, dan Universitas. Pada tahun 2011 komposisi tenaga kerja yang berlatar belakang pendidikan dasar berada dalam trend yang menurun, sebaliknya komposisi tenaga kerja dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi mengalami peningkatan kecuali jenjang pendidikan Diploma yang mengalami penurunan. Program wajib belajar 9 tahun merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi perbaikan kualitas pendidikan tenaga kerja tersebut. Walaupun secara keseluruhan kondisi ketenagakerjaan terlihat berada dalam trend yang membaik, persoalan terkait tingginya pengangguran yang dimiliki tingkat pendidikan tinggi dan daya serap perekonomian terhadap tenaga kerja tetap perlu menjadi perhatian. Tingkat penyerapan tenaga kerja sektoral, juga dapat dilihat dari keeratan hubungan antara pertumbuhan PDRB masing-masing sektor dengan pertumbuhan tenaga kerjanya. Berdasarkan nilai korelasi, diperoleh indikasi bahwa sektor non-tradable pada umumnya mempunyai keeratan hubungan yang lebih lemah ketimbang sektor tradable. Sementara itu, persoalan tingginya angka pengangguran pada jenjang pendidikan diploma dan perguruan tinggi juga menjadi salah satu agenda penting yang perlu memperoleh prioritas penanganan. Gejala ini di satu sisi merupakan indikasi dari kurangnya ketersediaan lapangan kerja di sektor formal untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja berlatar belakang pendidikan tinggi. Di sisi lain, hal ini juga menggambarkan adanya pandangan tenaga kerja berpendidikan tinggi yang lebih mementingkan bekerja di sektor formal. Meskipun perkembangan lapangan kerja sektor formal sudah membaik namun masih perlu dipacu lebih cepat agar pengangguran yang berpendidikan tinggi ini dapat berkurang disertai upaya meningkatkan paradigma kewiraswastaan. 14 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 (Milyar Rupiah) LAPANGAN USAHA 2008 PERTANIAN 2009 2010 2011 1.917 1.972 2.244 2.420 28 33 44 49 293 314 417 481 16 18 23 31 BANGUNAN 177 192 221 244 PERDAGANGAN 501 536 602 662 ANGKUTAN 118 129 163 183 KEUANGAN 234 265 329 340 JASA 589 648 702 828 PDRB 3.873 4.107 4.744 5.238 PERTAMBANGAN INDUSTRI LGA Sumber : BPS 2.2 Penduduk Usia Kerja Penduduk usia kerja (PUK) atau tenaga kerja (TK) adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas. Kualitas dan tren PUK/TK ini tergantung pada naik turunnya jumlah penduduk secara keseluruhan sesuai dengan terjadinya perubahan faktor-faktor demografi. Selama empat tahun dari tahun 2008 sampai tahun 2009 jumlah ini tampak ada cenderung meningkat, pada tahun 2008 menjadi sebanyak 736.143 orang, pada tahun 2009 meningkat menjadi sebanyak 750.944 orang, pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 6.223 orang menjadi sebanyak 744.721 orang dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan sebanyak 18.596 orang menjadi sebanyak 763.317 orang.untuk lebuh jelasnya berikut pembahasan mengenai PUK/TK menurut karakteristik yang mencakup jenis kelamin, usia, dan pendidikan : | 15 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 2.2.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Komposisi penduduk usia kerja menurut golongan umur di Sulawesi Barat sejak tahun 2008 hingga 2011 menunjukan kondisi sebaran penduduk usia kerja di Provinsi Sulawesi Barat yang tergolong dalam penduduk muda sangat berpotensi sebagai pemasok angkatan kerja dan juga dapat menjadi pemasok bukan angkatan kerja. Proporsi penduduk usia 15-19 tahun merupakan yang paling tinggi dibandingkan kelompok umur lainnya yaitu sebesar 14,61 persen dari penduduk usia kerja. Pada umumnya PUK umur 15-19 tahun adalah mereka yang berada pada usia sekolah, sehingga kemungkinan besar mereka masuk dalam golongan bukan angkatan kerja, sehingga akan mengurangi jumlah kelompok angkatan kerja. Kemudian dalam struktur penduduk muda kedua tertinggi porsi penduduk usia 25-29 tahun juga menyumbang porsi yang besar pada penduduk usia kerja yaitu sebesar 12,80 persen. Dalam grafik terlihat bahwa jumlah penduduk usia kerja pada kelompok umur 20-24 dan 30-34 tahun memiliki proporsi tinggi yaitu sebesar 18,75 persen dari penduduk usia kerja. Pada interval umur tersebut biasanya banyak terdapat new entrance pada dunia kerja. Setelah lulus dari SLTA atau pendidikan tinggi, lapangan kerja siap diperebutkan oleh para pencari kerja kelompok ini. Dengan besarnya komposisi penduduk pada usia tersebut tidak dapat dihindari bahwa penyediaan lapangan pekerjaan harus sebanding dengan penduduk usia kerja yang siap masuk angkatan kerja. Para pendatang baru di pasar kerja yang jumlahnya tidak sedikit ini akan mendatangkan masalah baru jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak mampu menyerapnya. Meskipun mereka berperan sebagai penyebab meningkatnya partisipasi angkatan kerja, namun bila mereka tidak bekerja maka mereka akan masuk ke dalam kelompok para pencari kerja atau pengangguran. Penduduk 16 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 yang lebih banyak terdistribusi pada umur-umur muda memaksa Provinsi Sulawesi Barat harus bersiap untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak. Fenomena menarik dari data tersebut adalah tingginya penduduk usia kerja yang berumur 60 tahun ke atas, bila dibandingkan dengan penduduk usia kerja yang berumur 55 tahun hingga 59 tahun. Hal ini mengindikasikan meningkatnya kesehatan masyarakat sehingga meningkatkan angka harapan hidup pada penduduk usia lanjut. Tabel 2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat,Tahun 2008-2011 Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 15-19 114.630 113.379 112.689 111.549 20-24 85.266 90.319 86.583 95.102 25-29 92.145 93.612 91.382 97.713 30-34 83.698 85.996 96.413 95.603 35-39 82.635 79.872 85.649 84.398 40-44 61.425 67.239 70.752 74.839 45-49 55.301 57.837 52.106 57.584 50-54 47.167 46.676 43.968 40.122 55-59 34.641 35.861 32.934 33.449 60+ 79.235 80.153 72.245 72.958 736.143 750.944 744.721 763.317 Jumlah Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009,2010 dan 2011 2.2.2 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Komposisi penduduk usia kerja menurut tingkat pendidikan di Sulawesi Barat sejak Tahun 2008 hingga Tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa penduduk | 17 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 usia kerja dengan tingkat pendidikan SD mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebanyak 6.970 orang sebesar 1,5 persen, namun mengalami penurunan di tahun 2011 sebanyak 12.393 orang sebesar 2,84 persen. Proporsi penduduk usia kerja yang berpendidikan SD termasuk cukup besar yaitu 55,62 persen dari PUK Sulawesi Barat. Mengingat penduduk usia kerja masuk pada kategori penduduk dengan umur di atas 15 tahun, maka penduduk usia kerja yang berada di tingkat pendidikan SD dan dibawahnya tidak sedang sekolah atau tamatan SD. Fenomena ini mengindikasikan semakin banyak angkatan kerja yang memiliki tingkat pendidikan SD dan dibawahnya. Tentunya ini harus menjadi perhatian bagi pemerintah melalui instansi terkait untuk menurunkan jumlah jumlah penduduk usia kerja pada jenjang pendidikan SD dan di bawahnya. Proporsi terbesar penduduk usia kerja berpendidikan SMTP umum dan penduduk dengan tingkat pendidikan SMTA masingmasing sebesar 20,03 persen dan 12,99 persen. PUK dengan tingkat pendidikan SMTP dan SMTA diharapkan tetap masuk dalam dunia pendidikan melalui sekolah maupun pendidikan non formal, serta masuk dalam golongan bukan angkatan kerja, sehingga dapat menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas tinggi serta mampu bersaing di pasar tenaga kerja Penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan universitas cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan 2011, peningkatan yang cukup tinggi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 11.345 orang atau sebesar 1,52 persen. Peningkatan ini dimungkinkan oleh semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pendidikan lanjutan kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini tentunya berpengaruh positif terhadap kualitas tenaga kerja di Sulawesi Barat walaupun proporsi PUK yang berpendidikan perguruan tinggi 18 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 termasuk rendah yaitu hanya 4,25 persen dari jumlah PUK di Sulawesi Barat. Tabel 2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Pendidikan 2008 2009 2010 2011 ≤ SD 452.661 459.631 436.942 424.549 SMTP 146.078 138.514 142.188 152.890 SMTA Umum 85.049 81.157 93.383 99.189 SMTA Kejuruan 24.931 38.301 36.241 39.473 Diploma 13.222 14.912 14.883 14.787 Universitas 14.202 18.429 21.084 32.429 736.143 750.944 744.721 763.317 Jumlah Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009,2010 dan 2011 2.2.3 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Jumlah penduduk usia kerja menurut jenis kelamin pada tahun 2008-2011 menunjukkan terjadi peningkatan dikeduanya, namun jenis kelamin perempuan lebih besar dari pada laki-laki. Pada tahun 2008 penduduk usia kerja laki-laki dan perempuan masing-masing sebanyak 366.368 orang dan 369.775 orang, pada tahun 2009 penduduk usia kerja laki-laki meningkat menjadi sebanyak 374.326 orang atau naik sebanyak 7.958 orang (2,17%) dan penduduk usia kerja perempuan meningkat menjadi sebanyak 376.618 orang atau naik sebanyak 6.843 orang (1,85%). Tahun 2010 penduduk usia kerja yang berjenis kelamin laki-laki menurun menjadi sebanyak 368.534 orang atau berkurang sebesar 5.792 orang (1,55%), begitu pula yang berjenis kelamin perempuan menurun menjadi 376.187 orang atau turun 431 orang (0,11%). | 19 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.4 Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Jenis Kelamin 2008 Laki-laki Perempuan Jumlah 366.368 369.775 736.143 2009 2010 374.326 376.618 750.944 368.534 376.187 744.721 2011 377.569 385.748 763.317 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009, dan 2011 2.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2008 sebesar 67,37 persen, pada tahun 2009 meningkat menjadi 68,07 persen dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 71,46 persen dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 72,27 persen. Besarnya TPAK secara umum menunjukkan adanya kenaikan setiap tahun, namun apabila dilihat menurut golongan umur, maka terjadi penurunan yang signfikan terutama yang berusia muda. Penurunan tersebut karena berhasilnya sistem pendidikan yang diprogramkan pemerintah yaitu pendidikan 9 tahun wajib belajar bagi anak-anak untuk memasuki dunia pendidikan, sementara dari sisi lainnya adalah kesadaran masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, sehingga kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap pengurangan atau memperlambat angkatan kerja memasuki dunia kerja. Dengan adanya program wajib belajar tersebut maka pertambahan jumlah angkatan kerja untuk tahun berikutnya diharapkan akan relatif menurun dibandingkan dengan pertambahan jumlah penduduk usia kerja menurut golongan umur, tingkat pendidikan serta jenis kelamin. 2.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut golongan umur dari tahun 2008-2011 untuk golongan umur 15-19 tahun dan 20-24 20 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 tahun terlihat cenderung berfluktuatif, salah satunya disebabkan karena adanya program pendidikan dasar 9 tahun disatu sisi, sedangkan disisi lain semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dilihat perkembangan tahun 2008-2011 TPAK menurut golongan umur 25-29 tahun, mengalami kenaikan golongan umur 3539 tahun mengalami kenaikkan, kondisi tersebut tidak berbeda jauh dengan golongan umur 40-44 tahun dan 45-49 tahun dan golongan umur 15-19 tahun, 20-24 tahun, golongan umur 55-59 tahun, golongan umur 60-64 tahun, dan sangat berfluktuasi. Dari data ini menggambarkan bahwa golongan umur antara 30-59 tahun merupakan kelompok usia produktif untuk melakukan pekerjaan yang mempunyai hubungan kerja atau berstatus formal. Sedangkan untuk golongan umur 15-19 tahun, masih merupakan usia sekolah sehingga diarahkan agar TPAK nya menurun dan mempunyai dampak mengurangi angkatan kerja memasuki pasar kerja. Namun apabila diperhatikan TPAK golongan umur 60+ tahun keatas masih fluktuatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini. Tabel 2.5 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ TPAK 41,02 67,56 72,28 78,95 78,05 79,31 81,79 77,85 72,82 48,28 67,37 37,23 66,93 72,54 79,30 79,39 81,38 83,04 82,66 75,49 50,62 68,07 36,80 65,87 79,58 83,93 82,25 83,11 85,98 83,07 82,13 58,69 71,46 38,29 67,01 80,40 83,82 83,14 87,47 89,57 84,88 75,94 54,59 72,27 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009,2010 dan 2011 | 21 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 2.3.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Kondisi pendidikan angkatan kerja secara umum menggambarkan relatif sangat rendah karena masih didominasi tamatan SMTP. Untuk mengupayakan meningkatkan agar kualitas pendidikan angkatan kerja dapat meningkat maka pemerintah mengeluarkan kebijakan program pendidikan wajib belajar 9 tahun agar penduduk usia kerja 15-19 tahun dapat berkurang untuk memasuki dunia kerja, sehingga dapat untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Apabila dilihat dari program pendidikan wajib belajar tersebut memberikan dampak positif terhadap meningkatnya kualitas mutu pendidikan angkatan kerja secara keseluruhan yaitu terjadinya pergeseran dari pendidikan sekolah dasar, dan meningkatnya jenis pendidikan SMTP ke atas yang siap untuk memasuki lapangan kerja. Apabila dilihat dari tingkat partisipasi angkatan kerja menurut jenis pendidikan yang ditamatkan dari tahun 2008-2011 menunjukkan angkanya cukup berfluktuasi, seperti pada tahun 2008 dimana TPAK lulusan pendidikan SD sebesar 68,81 persen serta pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi sebesar 68,98 persen,pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 74,17 persen, dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 74,53 persen. Sementara pada TPAK lulusan pendidikan SMTP dalam tahun yang sama menunjukkan peningkatan, dimana terlihat pada tahun 2008 sebesar 55,11 persen dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 57,07 persen, pada tahun 2010 meningkat menjadi 57,97 persen serta pada tahun 2011 meningkat menjadi 61,58 persen. Sedangkan untuk TPAK tingkat pendidikan SMTA Umum pada tahun 2008 sebesar 71,27 persen, namun pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar 70,85, tahun 2010 mengalami penurunan lagi menjadi 22 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 sebesar 69,97 persen dan pada tahun 2010 terjadi peningkatan menjadi sebesar 70,75 persen. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan angkatan kerja, maka semakin tinggi pula partisipasi terhadap dunia kerja yang dibutuhkan. Sementara apabila dilihat dari TPAK lulusan Universitas pada tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 kondisinya menggambarkan bahwa masih berfluktuasi , dimana pada tahun 2008 TPAK lulusan Universitas sebesar 95,94 persen dan tahun 2009 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 97,29 persen dan tahun 2010 terjadi kenaikkan dari tahun sebelumnya yaitu menjadi sebesar 94,23 persen dan pada tahun 2011 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 96,16 persen. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar dari lulusan universitas banyak yang langsung masuk ke dalam pasar kerja, sebelum untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang membutuhkan dana cukup besar. Tabel 2.6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Pendidikan ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma Universitas Jumlah 2008 68,81 55,11 71,27 72,70 87,81 95,94 67,37 2009 68,98 57,07 70,85 70,23 85,14 97,29 68,07 2010 2011 74,17 57,97 69,97 74,42 90,65 94,23 71,46 74,53 61,58 70,75 68,87 84,60 96,16 72,27 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 2.3.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut jenis kelamin pada jenis kelamin perempuan dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang signifikan | 23 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 yaitu pada tahun 2008 sebesar 50,11 persen dan pada tahun 2009 naik menjadi sebesar 51,91 persen serta pada tahun 2010 naik menjadi sebesar 57,35 persen sedangkan tahun 2011 naik lagi menjadi sebesar 58,60 persen, sedangkan untuk TPAK jenis kelamin laki-laki juga berfluktuasi dimana pada tahun 2008 sebesar 84,80 persen dan pada tahun 2009 turun menjadi sebesar 84,32 persen dan selanjutnya pada tahun 2011 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 85,86 persen dan selanjutnya pada tahun 2011 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 86,24 persen.. Bila dilihat perkembangan TPAK jenis kelamin perempuan lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki, namun kenaikkan TPAK perempuan tiap tahun sangat dipengaruhi oleh peran ganda sebagai pekerja rumah tangga dan juga mereka yang aktif dipasar kerja untuk menambah penghasilan kebutuhan rumah tangga, disisi lain bahwa peran kesempatan kerja bagi perempuan sangat besar untuk memenuhi berbagai sektor lapangan usaha. Pertambahan TPAK pada jenis kelamin perempuan disebabkan berbagai faktor antara lain, semakin terbukanya kesempatan kerja serta dipengaruhi oleh adanya pengakuan peranan perempuan yang berkiprah diluar rumah tangga, disamping ada nya jaminan kerja, perlindungan, pelayanan dan hak perempuan makin meluas dan sangat diperhatikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.7 dibawah ini. Tabel 2.7 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2008 84,80 50,11 67,37 2009 84,32 51,91 68,07 2010 2011 85,86 57,35 71,46 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 24 | 86,24 58,60 72,27 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 2.4 Angkatan Kerja Angkatan kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja berumur 15 tahun keatas yang dapat dilhat dari beberapa klasifikasi seperti golongan umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin dan lain sebagainya. Apabila dilihat dari kondisi angkatan kerja dari tahun 2008-2011 menunjukkan angka yang terus mengalami kenaikkan cukup berarti, baik menurut golongan umur, tingkat pendidikan maupun dari jenis kelamin. Di Sulawesi Barat dapat dilihat kondisi angkatan kerja mulai tahun 2008 sebesar 495.959 orang dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 511.144 orang atau 3,06 persen serta tahun 2010 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 532.171 orang atau 4,11 persen dan tahun 2011 menjadi sebesar 551.631 orang atau 3,66 persen. Kondisi tersebut mengambarkan bahwa jumlah angkatan kerja Provinsi Sulawesi Barat yang memasuki pasar kerja terus mengalami peningkatan, maka akan dijelaskan secara rinci kondisi angkatan kerja menurut klasifikasinya. 2.4.1 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Angkatan kerja menurut golongan umur dari tahun 2008- 2011 di Provinsi Sulawesi Barat hampir sebagian besar mengalami fluktuasi. Fluktuasi tersebut pada kelompok umur angkatan kerja produktif antara 15-19 tahun, 20-24 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, 45-49 tahun, 50-54 tahun, 55-59 tahun dan 60+ tahun, sedangkan umur 25-29 tahun dan 40-44 tahun mengalami kenaikkan dari tahun ketahun. Pada tahun 2008 angkatan kerja menurut golongan umur 25-29 tahun sebanyak 66.601 orang, pada tahun 2009 meningkat menjadi sebanyak 67.909 orang atau 1,96 persen, pada tahun 2010 meningkat menjadi 72.721 orang atau 7,09 persen dan tahun 2011 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 78.559 orang atau 8,03 persen, begitu juga kelompok umur angkatan kerja 40-44 tahun tahun 2008 sebesar 48.718 orang | 25 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 meningkat menjadi 54.720 orang atau 12,32 persen, tahun 2010 naik menjadi sebesar 58.804 orang atau 7,46 persen dan tahun 2011 meningkat menjadi 65.464 orang atau 11,33 persen. Kenaikkan ini menunjukkan belum berhasilnya penekanan pengurangan penduduk usia kerja. Untuk memasuki pasar kerja. Pada tahun 2008 kelompok umur 20-24 tahun sebanyak 57.607 orang dan pada tahun 2009 terjadi kenaikkan menjadi sebanyak 60.446 orang atau naik 4,93 persen pada tahun 2010 turun menjadi sebesar 57.030 orang atau (5.65) persen dan tahun 2011 naik menjadi 63.730 orang atau naik 11.75 persen. Pada kelompok umur produktif 30-34 tahun pada tahun 2008 sebesar 66.083 orang, tahun 2009 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 68.195 orang,tahun 2010 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 80.920 orang dan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 80.133 orang. Untuk angkatan kerja 35-39 tahun pada tahun 2008 sebesar 64.493 orang, pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi sebesar 63.407 orang, tahun 2010 mengalami kenaikkan menjadi sebesar 70.444 orang dan tahun 2011 kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 70.168 orang. Begitupun golongan umur 45-49 sampai dengan umur 60+ masih menunjukkan fluktuatif. 26 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.8 Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ 47.024 57.607 66.601 66.083 64.493 48.718 45.229 36.720 25.226 38.258 495.959 42.211 60.446 67.909 68.195 63.407 54.720 48.027 38.584 27.073 40.572 511.144 41.474 57.030 72.721 80.920 70.444 58.804 44.802 36.523 27.050 42.403 532.171 42.713 63.730 78.559 80.133 70.168 65.464 51.577 34.055 25.401 39.831 551.631 Jumlah Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009,2010, dan 2011 2.4.2. Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Secara umum persebaran komposisi angkatan kerja menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan pada tahun 2008 sebesar 495.959 orang, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 511.144 orang dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 532.171 orang dan tahun 2011 mengalami peningkatan hingga menjadi sebesar 551.631 orang. Bila dilihat menurut pendidikan, pada tahun 2008-2011 masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan maksimum sekolah dasar, namun perkembangan dari tahun 2008 sampai tahun 2010 angkatan kerja pendidikan SD secara keseluruhan mengalami peningkatan kecuali pata tahun 2011 menalami penurunan, dimana pada tahun 2008 terdapat sebanyak 311.475 orang dan pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi sebesar 317.075 orang atau naik 1,80 persen, pada tahun 2010 naik menjadi sebesar 324.074 orang atau naik 2,21 persen serta pada tahun 2011 mengalami penurunan | 27 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 menjadi sebesar 316.427 orang atau turun 2.36 persen. Dilihat dari pengurangan angkatan kerja berpendidikan sekolah dasar menggambarkan bahwa pemerintah berhasil melaksanakan program wajib belajar sembilan tahun pada tahun 2010, sehingga kelompok umur tersebut berkurang untuk memasuki lapangan kerja. Sedangkan pada angkatan kerja yang berpendidikan SMTP setiap tahun mengalami kenaikkan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2008 terdapat sebanyak 80.509 orang, dan tahun 2009 turun menjadi sebanyak 79.048 orang atau turun 1.81 persen, pada tahun 2010 bertambah menjadi sebanyak 82.429 orang atau 4,28 persen, serta pada tahun 2011 bertambah menjadi sebanyak 94.153 orang atau 14.22 persen.kondisi tersebut terlihat bahwa angkatan kerja berpendidikan SMTP semakin meningkat. Komposisi angkatan kerja berpendidikan SMTA Umum terlihat setiap tahunnya mengalami fluktuasi, seperti pada tahun 2008 terdapat sebanyak 60.613 orang dan pada tahun 2009 terjadi penurunan menjadi sebanyak 57.498 orang atau 5,14 persen, serta pada tahun 2010 mengalami pertambahan yang cukup besar menjadi 65.340 orang orang atau sebesar 13,64 persen dan pada tahun 2011 mengalami pertambahan menjadi sebesar 70.173 orang atau sebesar 7,40 persen. Sementara dari sisi angkatan kerja berpendidkan SMTA Kejuruan terlihat adanya kenaikkan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 sebanyak 18.126 orang, dan pada tahun 2009 mengalami kenaikkan menjadi sebanyak 26.898 orang atau meningkat sebesar 48,39 persen, pada tahun 2010 meningkat menjadi sebesar 26.969 orang atau meningkat sebesar 0,26 persen serta pada tahun 2011 terjadi peningkatan lagi menjadi sebanyak 27.184 orang orang atau meningkat sebesar 0,80 persen. Dari kondisi tersebut menunjukkan bahwa angkatan kerja yang 28 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 berpendidikan SMTA Kejuruan mengalami peningkatan yang cukup besar. Angkatan kerja pendidikan yang lebih tinggi yaitu Diploma berfluktuasi sementara untuk tingkat Universitas terlihat selama empat tahun mengalami kenaikkannya yang cukup signifikan, dikarenakan masih banyak yang ingin mendapatkan perkerjaan menyesuaikan dengan keahlian dimiliki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.9 di bawah ini. Tabel 2.9 Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Pendidikan ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma Universitas Jumlah 2008 2009 311.475 80.509 60.613 18.126 11.610 13.626 495.959 317.075 79.048 57.498 26.898 12.696 17.929 511.144 2010 324.074 82.429 65.340 26.969 13.491 19.868 532.171 2011 316.427 94.153 70.173 27.184 12.510 31.184 551.631 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008,2009,2010, dan 2011 2.4.3. Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Komposisi angkatan kerja menurut jenis kelamin dilihat dari tahun 2008-2011 didominasi oleh angkatan kerja yang berjenis kelamin laki-laki. Pada tahun 2008 angkatan kerja berjenis kelamin laki-laki berjumlah 310.664 orang dan perempuan berjumlah sebesar 185.295 orang, pada tahun 2009 untuk angkatan kerja berjenis kelamin laki-laki meningkat menjadi sebanyak 315.647 orang atau naik sebesar 1,60 persen, dan jumlah angkatan kerja perempuan meningkat menjadi sebanyak 195.497 orang atau 5.51 persen, selanjutnya pada tahun 2010 mengalami peningkatan untuk angkatan kerja jenis kelamin laki-laki sebanyak 316.412 orang atau | 29 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 sebesar 0,24 persen, sedangkan angkatan kerja jenis kelamin perempuan terjadi peningkatan menjadi sebesar 215.759 orang atau 10,36 persen dari tahun sebelumnya, dan tahun 2011 angkatan kerja jenis kelamin laki-laki menjadi sebesar 325.601 orang atau 2,90 persen sedangkan angkatan kerja jenis kelamin perempuan menjadi sebanyak 226.030 orang atau 4,76 persen. Dilihat dari komposisi jenis kelamin angkatan kerja perempuan setiap tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal tersebut secara umum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain meningkatnya tingkat pendidikan perempuan, perubahan gaya hidup keluarga yang sebelumnya banyak anak sekarang menjadi sedikit, sehingga dengan demikian sedikitnya jumlah anak serta berkembangnya teknologi peralatan rumah tangga maka akan mendorong perempuan untuk bersaing dengan laki-laki dipasar kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.10 dibawah ini. Tabel 2.10 Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2008 310.664 185.295 495.959 2009 2010 315.647 195.497 511.144 316.412 215.759 532.171 2011 325.601 226.030 551.631 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008, 2009, 2010, 2011 2.5. Penduduk yang Bekerja Penduduk yang bekerja selama tahun 2008-2011 mengalami peningkatan yang signifikan, pada tahun 2009 penduduk yang bekerja mengalami pertumbuhan sebesar 3,12 persen, yakni dari sebanyak 473.309 30 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 orang pada tahun 2008 meningkat menjadi sebanyak 488.080 orang. Pada tahun 2010 penduduk yang bekerja mengalami pertumbuhan sebesar 5,49 persen atau mengalami pertambahan sebanyak 26.787 orang sehingga menjadi 514.867 orang dan tahun 2011 terus mengalami pertumbuhan sebesar 4,11 persen atau mengalami pertambahan sebanyak 21.181 orang menjadi 536.048. Untuk mengetahui perkembangan penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan usaha selama tahun 2008-2011 dari berbagai karakteristiknya akan dijelaskan lebih rinci dibawah ini. 2.5.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Situasi perekonomian di Sulawesi Barat tahun 2008-2011 menunjukkan adanya perbaikan yang cukup signifikan, sehingga mempunyai dampak terhadap peningkatan didalam penyerapan tenaga kerja diberbagai sektor lapangan usaha. Penyerapan tenaga kerja masih didominasi sektor pertanian, perdagangan, Jasa dan sektor Industri. Pada tahun 2008 bahwa penyerapan tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 305.968 orang dan pada tahun 2009 menurun menjadi sebanyak 300.357 orang atau turun sebesar -1,83 persen, tahun 2010 meningkat menjadi 320.181 orang atau tumbuh sebesar 6,60 persen dan pada tahun 2011 turun lagi menjadi sebesar 315.762 orang atau turun sebesar -1,38 persen atau berkurang sebesar 4.419 orang. Sektor perdagangan pada penduduk yang bekerja tahun 2008 sebanyak 61.594 orang, pada tahun 2009 mengalami peningkatan sehingga menjadi 62.981 orang atau tumbuh sebesar 2,25 persen dan pada tahun 2010, meningkat menjadi sebanyak 64.463 orang atau tumbuh sebesar 2,35 persen serta pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan lagi menjadi sebesar 72.203 orang atau tumbuh sebesar 12,01 persen. | 31 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.11 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa Jumlah 2008 2009 2010 2011 305.968 2.369 25.443 530 13.479 61.594 16.554 1.672 45.700 300.357 1.711 31.058 836 16.734 62.981 15.856 1.668 56.879 320.181 2.295 29.414 336 14.864 64.463 15.907 1.703 65.704 315.762 5.629 30.973 1.236 20.758 72.203 14.685 4.508 70.294 473.309 488.080 514.867 536.048 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009, dan 2011 Sektor jasa mempunyai perkembangan yang cukup besar. Hal ini terlihat pada tahun 2008 penduduk yang bekerja disektor jasa sebanyak 45.700 orang, dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan sehingga menjadi sebesar 56.879 orang atau tumbuh sebesar 24,46 persen, tahun 2010 meningkat lagi menjadi 65.704 orang atau tumbuh sebesar 15,52 persen serta tahun 2011 terus mengalami pertumbuhan menjadi 70.294 orang atau tumbuh sebesar 6,99 persen Sektor industri pada tahun 2008-2011 masih mendominasi di dalam penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat, yaitu dari sebanyak 25.443 orang pada tahun 2008 meningkat menjadi sebanyak 31.058 orang pada tahun 2009 atau tumbuh sebesar 22,07 persen, pada tahun 2010 menurun cukup besar sehingga menjadi sebanyak 29.414 orang atau turun sebesar 5,29 persen dan pada tahun 2011 tumbuh menjadi 30.973 orang atau tumbuh sebesar 5,30 persen.. Dilihat dari perkembangan minat para pencari kerja telah mengalami perubahan dari sektor pertanian ke sektor lainnya, hal tersebut disebabkan adanya peningkatan dari 32 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 sisi pendidikan sehingga pola pencari kerja bergeser dari berbasis tradisional beralih pada cara kerja yang lebih modern, sesuai dengan perkembangan perekonomian. 2.5.2. Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Penduduk yang bekerja menurut golongan umur tahun 20082011 yang paling besar pada golongan umur 30-34 tahun. Pada tahun 2008 sebanyak 64.718 orang dan pada tahun 2009 mengalami kenaikkan menjadi sebanyak 66.274 orang atau mengalami pertumbuhan 2,40 persen, pada tahun 2010 meningkat menjadi sebanyak 79.224 orang atau tumbuh sebesar 19,54 persen dan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 78.693 orang atau pertumbuhan minus sebesar 0,67 persen. Sedangkan golongan umur 35-39 tahun pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan minus sebesar -3,06 persen, yakni dari 63.372 orang pada tahun 2008 menjadi 61.435 orang pada tahun 2009. Pada tahun 2010 penduduk yang bekerja rata-rata mengalami peningkatan, kecuali untuk golongan umur 20-24 tahun tumbuh minus sebesar 2,64 persen, dan golongan umur 45-49 tahun tumbuh minus sebesar 4,68 persen dan golongan umur 50-54 tahun tumbuh minus sebesar 4,86 persen. Untuk golongan umur 30-34 tahun mengalami pertumbuhan yang paling besar, yakni mencapai 19,54 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.12 di bawah ini. | 33 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.12 Penduduk Yang Bekerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Golongan Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ Jumlah 2008 2009 2010 2011 37.908 53.303 63.038 64.718 63.372 48.117 43.986 36.265 24.703 37.899 473.309 35.430 54.792 65.148 66.274 61.435 53.422 46.416 38.195 26.538 40.430 488.080 37.153 53.345 69.872 79.224 69.606 57.867 44.243 36.339 26.729 40.489 514.867 38.432 58.389 76.572 78.693 69.885 65.330 50.134 34.054 24.730 39.829 536.048 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 2.5.3 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan ditamatkan merupakan gambaran kualitas penduduk yang bekerja. Melihat kualitas sumber daya manusia yang bekerja menurut pendidikan ditamatkan dari tahun 2008-2011 sebagian besar masih didominasi yang berpendidikan maksimum Sekolah Dasar, walaupun setiap tahunnya sudah mengalami penurunan. Pada tahun 2008 penduduk yang bekerja dengan pendidikan maksimum SD sebanyak 300.994 orang, pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sehingga menjadi sebanyak 305.197 orang atau tumbuh 1,40 persen, pada tahun 2010 tumbuh lagi menjadi sebanyak 317.506 orang atau tumbuh 4,03 persen dan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 311.843 orang atau turun 1,78 persen, kondisi tersebut disebabkan adanya program pemerintah wajib belajar sembilan tahun, sehingga memperlambat tamatan pendidikan SD memasuki pasar kerja maka terjadi 34 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 pergeseran ke tamatan SMTP atau pendidikan lebih tinggi untuk memasuki pasar kerja. Pada tahun 2009 penduduk yang bekerja yang berpendidikan di atas SD rata-rata mengalami peningkatan, kecuali yang berpendidikan SMTP dan SMTA Umum masing-masing mengalami pertumbuhan minus sebesar 1,74 persen dan 4,90 persen, untuk tahun 2010 semua tingkat pendidikan mengalami peningkatan kecuali yang pertumbuhan berpendidikan minus sebesar SMTA 1,80 Kejuruan persen. mengalami Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kualitas penduduk yang bekerja semakin meningkat. Tabel 2.13 Penduduk Yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Pendidikan ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma I/II/III/Akademi Universitas Jumlah 2008 2009 2010 2011 300.994 76.531 55.592 16.306 305.197 75.199 52.868 25.484 317.506 79.467 62.115 25.026 311.843 92.544 64.756 24.036 11.147 11.956 12.416 12.157 12.739 17.376 18.337 30.712 473.309 488.080 514.867 536.048 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 Pada tahun 2010 penduduk yang bekerja dengan pendidikan SMTA Umum mengalami pertumbuhan yang paling besar, yakni mencapai 17,49 persen, yakni dari sebanyak 52.868 orang pada tahun 2009 meningkat menjadi sebanyak 62.115 orang pada tahun 2010 dan terus meningkat ditahun 2011 menjadi sebesar 64.756 orang atau tumbuh sebesar 4,25 persen. Besarnya laju pertumbuhan penduduk yang bekerja dengan pendidikan SMTA Umum ini | 35 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 menandakan semakin meningkatnya kualitas tenaga kerja, sehingga dapat berdampak pada kesejahteraan penduduk. 2.5.4 Penduduk Yang Bekerja Menurut Jenis Kelamin Penduduk yang bekerja menurut jenis kelamin didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Pada tahun 2008 penduduk bekerja jenis kelamin laki-laki sebanyak 300.631 orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 172.678 orang. Pada tahun 2009 jumlah penduduk bekerja yang berjenis kelamin laki-laki meningkat menjadi sebanyak 303.311 orang atau tumbuh sebesar 0,89 persen, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan meningkat menjadi sebanyak 184.769 orang atau tumbuh sebesar 7,00 persen, pada tahun 2010 jumlah penduduk bekerja yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 309.245 orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,96 persen, sedangkan pekerja yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 205.622 orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 11,29 persen dan tahun 2011 jumlah penduduk bekerja yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 317.447 orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,65 persen, sedangkan pekerja yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 218.601 orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 6,31 persen. Kenaikkan jumlah pekerja perempuan yang bekerja sangat banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain, semakin terbukanya meningkatnya lapangan tingkat pekerjaan pendidikan bagi perempuan, perempuan serta semakin adanya keleluasaan perempuan untuk berkiprah diluar rumah tangga untuk dapat menambah penghasilan didalam rumah tangga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.14 di bawah ini. 36 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.14 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2008 2009 2010 300.631 172.678 473.309 303.311 184.769 488.080 309.245 205.622 514.867 2011 317.447 218.601 536.048 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008,2009,2010 dan 2011 2.5.5 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Penduduk yang bekerja menurut satus pekerjaan utama dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok besar yaitu status pekerjaan utama disektor formal (kegiatan ekonomi formal) dan sektor informal (kegiatan ekonomi informal). Berusaha dengan buruh tetap dan sebagian dari pekerja/buruh/karyawan merupakan bagian dari sector formal. Sedangkan berusaha sendiri tanpa bantuan, berusaha dengan di bantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di sector pertanian, pekerja bebas di sektor non pertanian, pekerja tak di bayar dan sebagian dari pekerja/buruh/karyawan merupakan bagian dari sektor informal. Pada tahun 2008 yang bekerja disektor formal sebagian besar berusaha sebagai pekerja/buruh/karyawan 73.110 orang, dan selebihnya bekerja dengan buruh tetap sebanyak 13.460 orang, sedangkan yang termasuk pekerja informal yaitu berusaha sendiri sebanyak 98.955 orang dan berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap sebesar 149.002 orang serta berikutnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja terdapat pada pekerja tidak dibayar atau termasuk didalam pekerja keluarga sebanyak 113.933 orang. Pada tahun 2009 pada pekerja formal mengalami kenaikkan sangat signifikan, di sektor formal pada pekerja/buruh/karyawan naik menjadi 99.617 orang atau sebesar 36.26 persen dan bekerja | 37 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 dengan menggunakan buruh tetap turun menjadi sebesar 11.682 orang atau sebesar 13,32 persen. Sementara pada pekerja informal yang berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain adanya penurunan sehingga menjadi sebanyak 98.919 orang atau turun sebesar 0,04 persen, berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap turun menjadi sebanyak 134.864 orang atau turun sebesar 9.49 persen, berusaha sebagai pekerja tidak dibayar naik menjadi 117.469 orang atau tumbuh sebesar 3,10 persen. Tahun 2010 penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama disektor formal sebagai pekerja/buruh/karyawan jumlahnya turun menjadi 90.132 orang atau sebesar 9,52 persen, yang berusaha dengan buruh tetap mengalami pertambahan menjadi sebesar 12.258 orang atau naik sebesar 4,93 persen. Tahun 2011 penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama disektor formal sebagai pekerja/buruh/karyawan jumlahnya turun menjadi 119.017 orang atau sebesar 32,05 persen, yang berusaha dengan buruh tetap mengalami penurunan menjadi sebesar 11.193 orang atau turun sebesar 8,69 persen. Bila diperinci dalam empat tahun terakhir 2008-2011, penduduk yang bekerja masih didominasi pada sektor informal, seperti pekerja tidak dibayar dan pekerja berusaha dengan dibantu terus mengalami pertambahan cukup signifikan, padahal kondisi tersebut tidak memberikan nilai ekonomis bagi pekerja tersebut. Kondisi tersebut menggambarkan masih rendahnya produktivitas kerja, rendahnya kemampuan perekonomian dalam menyerap tenaga kerja sehingga berdampak pada banyaknya setengah pengangguran serta meningkatnya pekerja paruh waktu, walaupun secara umum bahwa pekerja informal tersebut merupakan jaring pengaman dalam penyerapan tenaga kerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.15 di bawah ini. 38 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.15 Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Status Pekerjaan 2008 2009 2010 2011 Berusaha Sendiri Berusaha Dibantu Buruh tidak tetap Berusaha dibantu buruh tetap Buruh/Karyawan/Pegawai Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja tidak dibayar 98.955 149.002 13.460 73.110 20.004 4.845 113.933 98.919 134.864 11.682 99.617 16.722 8.807 117.469 97.503 149.748 12.258 90.132 10.070 6.495 148.661 79.440 149.393 11.193 119.017 26.217 10.569 140.219 Jumlah 473.309 488.080 514.867 536.048 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009,2010 dan 2011 2.5.6. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jabatan Penduduk yang bekerja menurut jabatan tahun 2008-2011 masih didominasi pada jabatan, tenaga usaha pertanian, tenaga produksi, dan tenaga usaha penjualan, pada tahun 2008 proporsinya mencapai 89,85 persen, meningkat menjadi 91,82 persen pada tahun 2009, meningkat lagi menjadi 98,32 persen pada tahun 2010 dan terus meningkat menjadi 97,62 persen tahun 2011. Pada tahun 2008 jabatan tenaga usaha pertanian masih tetap dominan sebanyak 304.059 orang, disusul jabatan tenaga produksi, operator alat angkut dan tenaga kasar, yakni sebanyak 64.139 orang, pada jabatan tenaga usaha penjualan sebanyak 57.081 orang dan jabatan tenaga profesional, teknisi dan sejenis sebanyak 21.986 orang. Perkembangan pada tahun 2009 menunjukkan adanya peningkatan dari seluruh jabatan, kecuali pada jabatan tenaga usaha jasa mengalami penurunan sehingga menjadi 4.516 orang atau turun 44,00 persen, usaha penjualan juga mengalami penurunan menjadi 54.298 orang atau turun 4,88 persen, begitu juga usaha lainnya turun menjadi 1.439 atau turun 2,97 persen.Pada tahun 2010 untuk | 39 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 jabatan tenaga pertanian kembali mengalami kenaikkan sehingga menjadi sebanyak 314.797 orang atau tumbuh sebesar 16,45 persen, untuk tenaga produksi/operator mengalami penurunan sehingga menjadi 79.491 orang atau turun sebesar 27,72 persen, pada jabatan tenaga usaha penjualan naik menjadi sebanyak 56.883 orang atau meningkat sebesar 4,76 persen, untuk jabatan tenaga professional dan tenaga kepemimpinan dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, kondisi tersebut dikarenakan penduduk yang bekerja mengalami peningkatan dalam pendidikan maupun keahlian untuk sebagai tenaga profesional maupun kepemimpinan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.16 di bawah ini. Tabel 2.16 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Jenis Pekerjaan/Jabatan 0/1 Tenaga Profesional 2 Tenaga Kepemimpinan 3 Tenaga Tata Usaha 4 Tenaga Usaha Penjualan 5 Tenaga Usaha Jasa 6 Tenaga Usaha Pertanian 7/8/9 Tenaga Produksi X/00 Lainnya Jumlah 2008 2009 2010 2011 21,986 27,611 31,926 28,309 2,053 3,818 4,109 3,918 14,443 16,085 18,635 26,438 57,081 54,298 56,883 69,459 8,065 4,516 6,582 12,988 304,059 270,333 314,797 309,213 64,139 109,980 79,491 83,362 1,483 1,439 2,444 2,361 473,309 488,080 514,867 536,048 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009,2010 dan 2011 Keterangan : 0/1. Tenaga professional, 2. Tenaga kepemimpinan, 3. Tenaga tata usaha, 4. Tenaga usaha penjualan, 5. Tenaga usaha jasa, 6. Tenaga usaha pertanian, 7/8/9. Tenaga produksi, X/00. Lainnya 40 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 2.5.7. Penduduk Yang Bekerja Menurut Jam Kerja Perekonomian nasional yang membaik biasanya tercermin dari meningkatnya berbagai kegiatan produksi barang dan jasa diberbagai sektor lapangan usaha. Peningkatan tersebut dapat dicapai jika penduduk yang bekerja melaksanakannya diatas jam kerja normal (lebih 35 jam seminggu). Dilihat dari penduduk yang bekerja menurut jam kerja selama tahun 2008-2011 menggambarkan bahwa penduduk yang bekerja di atas 35 jam perminggu berflkuktuasi. Pada tahun 2008 penduduk yang bekerja antara 1-9 jam kerja sebanyak 15.236 orang, 10-14 jam sebanyak 26.722 orang, 15-24 jam sebanyak 79.727 orang, 25-34 jam sebanyak 99.246 orang, 35-44 jam sebanyak 118.959 orang, 45-59 jam sebanyak 80.970 orang dan > 60 jam sebanyak 38.219 orang. Pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun lalu adanya kenaikkan yang cukup signifikan terutama pada 35-44 jam kerja sehingga menjadi sebanyak 139.400 orang atau naik sebesar 17,18 persen, namun ditahun 2010 pada jam kerja yang sama mengalami penurunan sehingga menjadi sebanyak 98.546 orang atau turun sebesar 29,31 persen, dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi sebesar 105.729 orang atau naik 7,29 persen demikian juga pada penduduk yang bekerja 10-14 jam ditahun 2010 naik menjadi sebesar 39.111 orang atau naik 46,24 persen dan tahun 2011 naik lagi menjadi 53.698 orang atau naik sebesar 37,30 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.17 di bawah ini. | 41 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.17 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Jam Kerja 0** 1-9 10-14 15-24 25-34 35-44 45-59 ≥ 60 Jumlah 2008 2009 2010 2011 14.230 15.236 26.722 79.727 99.246 118.959 80.970 38.219 473.309 21.577 25.616 26.745 74.243 82.987 139.400 90.813 26.699 488.080 15.420 35.642 39.111 99.634 102.787 98.546 87.809 35.918 514.867 36.496 44.903 53.698 110.601 88.149 105.729 70.717 25.755 536.048 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009,2010 dan 2011 2.6. Penganggur Terbuka Penganggur terbuka adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Dilihat dari tahun 20082011 jumlah pengangguran terbuka di provinsi Sulawesi Barat mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2008 jumlah pengangguran sebanyak 22.650 orang, pada tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi sebanyak 23.064 orang, pada tahun 2010 menurun menjadi sebanyak 17.304 orang dan pada tahun 2011 terus menurun menjadi 15.583 orang. 2.6.1. Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Bila dilihat di Provinsi Sulawesi Barat jumlah pengangguran menurut golongan umur tahun 2008-2011 secara keseluruhan menunjukkan penurunan peningkatan. Untuk penurunan tersebut 42 | yang pada kecuali golongan signifikan. dasarnya di tahun 2009 mengalami umur 15-19 tahun mengalami Penurunan dipengaruhi jumlah oleh pengangguran beberapa faktor Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 diantaranya, makin membaiknya perekonomian daerah sehingga terbukanya perluasan kesempatan kerja diberbagai sektor lapangan usaha yang dapat mengurangi jumlah tingkat pengangguran. Pada tahun 2008 jumlah pengangguran terbuka menurut golongan umur 25-29 tahun sebanyak 3.563 orang pada golongan umur 30-34 tahun sebanyak 1.365 orang, untuk golongan umur 35-39 tahun sebanyak 1.121 orang. Namun pada tahun 2009 jumlah golongan umur 25-29 tahun mengalami penurunan sehingga menjadi sebanyak 2.761 orang, atau turun sebesar 22,51 persen, pada golongan umur 30-34 tahun dan 35-39 tahun juga mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Tahun 2010 penganggur terbuka untuk semua golongan umur mengalami penurunan kecuali pada golongan umur 25-29 tahun mengalami kenaikan menjadi sebesar 2.849 orang atau naik 3,19 persen dan umur 60+ naik menjadi sebesar 1.914 orang atau naik 1.772 menggambarkan persen. Menurunnya penambahan jumlah perluasan pengangguran kesempatan kerja dibeberapa sektor lapangan usaha seperti pertanian, perdagangan, jasa dan angkutan serta disektor informal cenderung juga mengalami kenaikkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.18 di bawah ini. | 43 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.18 Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Golongan Umur 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ Jumlah 2008 2009 2010 2011 9.116 4.304 3.563 1.365 1.121 601 1.243 455 523 359 22.650 6.781 5.654 2.761 1.921 1.972 1.298 1.611 389 535 142 23.064 4.321 3.685 2.849 1.696 838 937 559 184 321 1.914 17.304 4.281 5.341 1.987 1.440 283 134 1.443 1 671 2 15.583 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009,2010 dan 2011 Berdasarkan kelompok umur, kecenderungannya adalah semakin tinggi umur angkatan kerja semakin rendah pula tingkat penganggurannya. Tabel 2.19 Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Golongan Umur 2008 2009 2010 2011 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ Total 19,39 7,47 5,35 2,07 1,74 1,23 2,75 1,24 2,07 0,94 4,57 16,06 9,35 4,07 2,82 3,11 2,37 3,35 1,01 1,98 0,35 4,51 10,42 6,46 3,92 2,10 1,19 1,59 1,25 0,50 1,19 4,51 3,25 10,02 8,38 2,53 1,80 0,40 0,20 2,80 0,00 2,64 0,01 2,82 Sumber : BPS, data diolah 44 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 2.6.2. Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan yang cukup signifikan mengalami penurunan yaitu pada jenis pendidikan SD, SMTP dan SMTA Umum, penurunan penganggur pada jenis pendidikan tersebut disebabkan adanya keberhasilan program wajib belajar bagi angkatan kerja muda yang harus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan pengangguran dipasar kerja.yang mengalami penurunan yang cukup tinggi terdapat pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 10.481 orang pada tahun 2008 namun meningkat pada tahun 2009 yaitu sebanyak 11.878 orang tetapi mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu sebanyak 6.568 orang dan terus mengalami penurunan di tahun 2011 yaitu sebanyak 4584 orang. Untuk tingkat pendidikan SMTP sebanyak 3.978 orang serta yang berpendidikan SMTA Umum sebanyak 5.021 orang di tahun 2008, di tahun 2009 mengalami penurunan menjadi sebanyak 3.849 orang untuk tingkat pendidikan SMTP serta yang berpendidikan SMTA umum juga mengalami penurunan menjadi sebanyak 4.630 orang, di tahun 2010 tingkat pendidikan SMTP mengalami penurunan menjadi sebanyak 2.962 orang serta yang berpandidikan SMTP umum mengalami penurunan menjadi sebanyak 3.225 orang, dan di tahun 2011 terus mengalami penurunan menjadi sebanyak 1.609 orang yang berpandidikan SMTP. sementara untuk tingkat SMTA mengalami peningkatan dari tahun 2008 menjadi sebanyak 1.820 orang mengalami penurunan menjadi sebanyak 1.414 orang di tahun 2009 namun di tahun 2010 mengalami penurunan menjadi sebanyak 1.943 orang dan di tahun 2011 terus mengalami peningkatan menjadi sebanyak 3148 orang. Untuk yang berpendidikan Diploma dan Universitas mengalami fluktuasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.20 di bawah ini. | 45 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.20 Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Pendidikan ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma Universitas Jumlah 2008 2009 2010 2011 10.481 3.978 5.021 1.820 463 887 22.650 11.878 3.849 4.630 1.414 740 553 23.064 6.568 2.962 3.225 1.943 1.075 1.531 17.304 4.584 1.609 5.417 3.148 353 472 15.583 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 Pada tahun 2010-2011 tingkat penganggur terbuka yang berpendidikan SD sebesar 37,96 persen menurun menjadi sebesar 29,42 persen, pada tahun 2010 tingkat penganggur terbuka pada pendidikan SMTP dan SMTA Umum mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang berfluktuasi, adapun yang mengalami penurunan yang cukup besar terdapat pada pendidikan SMTP dan SMTA Umum. Penurunan tingkat pengangguran pada kedua jenis pendidikan tersebut disebabkan terbukanya peluang kesempatan kerja untuk kedua pendidikan tersebut. Sedangkan tahun 2010 tingkat pengangguran terbuka pada jenjang pendidikan lebih tinggi menunjukkan angka kenaikan dari tahun sebelumnya, namun masih menunjukkan jumlah tingkat pengangguran yang cukup besar, kendala tersebut dikarenakan terbatasnya ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga membuat kompetisi semakin ketat antar pencari kerja dan sering kali mereka melamar dan memerima pekerjaan apa saja meskipun tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 46 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 2.21 Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Pendidikan ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma Universitas Jumlah 2008 2009 3,36 4,94 8,28 10,04 3,99 6,51 4,57 2010 3,75 4,87 8,05 5,26 5,83 3,08 4,51 2011 2,03 3,59 4,94 7,20 7,97 7,71 3,25 1,45 1,71 7,72 11,58 2,82 1,51 2,82 Sumber : BPS, data diolah 2.6.3 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Apabila dilihat menurut jenis kelamin laki-laki, pada tahun 2008 pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 10.033 orang dan perempuan sebanyak 12.617 orang, dan pada tahun 2009 penganggur laki-laki sedikit mengalami peningkatan sehingga menjadi sebanyak 12.336 orang, sedangkan penganggur terbuka perempuan mengalami penurunan sehingga menjadi sebanyak 10.728 orang turun sebanyak 1.889 orang atau sebesar 14,97 persen, pada tahun 2010 jumlah penganggur terbuka laki-laki mengalami penurunan sehingga menjadi sebanyak 7.167 orang, turun sebanyak 5.169 orang atau sebesar 41,90 persen, sedangkan penganggur terbuka perempuan menurun sehingga menjadi sebanyak 10.137 orang atau mengalami penurunan sebanyak -591 orang atau turun sebesar 5,51 persen. Pada tahun 2011 jumlah penganggur terbuka laki-laki mengalami peningkatan menjadi 4.584 orang atau sebanyak 987 orang naik sebesar 13,77 persen sedangkan penganggur terbuka perempuan menurun sehingga menjadi sebanyak 7.429 orang atau mengalami penurunan sebanyak | 47 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 2.708 orang atau turun sebesar 26,71 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.22 di bawah ini. Tabel 2.22 Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Jenis Kelamin 2008 2009 2010 2011 Laki-laki Perempuan 10.033 12.617 12.336 10.728 7.167 10.137 8.154 7.429 Jumlah 22.650 23.064 17.304 15.583 Sumber : BPS, Sulawesi Barat Tahun 2008,2009,2010 dan 2011 Tingkat penganggur terbuka menurut jenis kelamin rata-rata mengalami penurunan setiap tahun, namun yang paling besar penurunan jumlah tingkat penganggur terbuka terdapat pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pada tahun 2009 tingkat penganggur terbuka jenis kelamin laki-laki naik sebesar 22,95 persen dan pada jenis kelamin perempuan turun sebanyak 14,97 persen pada tahun 2010 mengalami penurunan untuk keduanya. Tabel 2.23 Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Sumber : BPS, data diolah 48 | 2008 3,23 6,81 4,57 2009 3,91 5,49 4,51 2010 2,27 4,70 3,25 2011 2,50 3,29 2,82 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 2.7. Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena pendapatan nasional maupun pendapatan daerah banyak diperoleh dengan cara meningkatkan keefektivitasan dan mutu tenaga kerja. Sampai dengan tahun 2010 nilai tambah setiap tenaga kerja di Indonesia masih rendah. Tabel 2.24 Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2008-2011 (Juta Rp/TK) LAPANGAN USAHA 2008 2009 2010 2011 PERTANIAN 6,27 6,57 7,01 PERTAMBANGAN 11,82 19,29 19,22 INDUSTRI 11,52 10,11 14,18 LGA 30,19 21,53 68,78 BANGUNAN 13,13 11,47 14,86 PERDAGANGAN 8,13 8,51 9,34 ANGKUTAN 7,13 8,14 10,22 KEUANGAN 139,95 158,87 193,36 JASA 12,89 11,39 10,68 PDRB 8,18 8,41 9,21 Sumber : BPS, Sakernas Tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa 7,67 8,72 15,53 25,15 11,75 9,17 12,48 75,50 11,77 9,77 sektor keuangan merupakan sektor yang mempunyai nilai produktivitas tertinggi, selama empat tahun terakhir nilai produktivitas pada sektor tersebut terus mengalami peningkatan kecuali di tahun 2011. Pengingkatan tersebut dikarenakan sektor perbankan memperluas jaringan dengan cara membuka kantor cabang baru begitu juga dengan lembaga keuangan yang bukan bank yang juga ikut membuka cabang yang baru. dari data di atas laju pertumbuhan untuk sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor unggulan di Sulawesi Barat terus mengalami peningkatan. | 49 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 BAB III PERKIRAAN DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN TENAGA KERJA 2012-2016 Dalam perencanaan tenaga kerja, perkiraan persediaan tenaga kerja merupakan salah satu aspek penting. Perkiraan persediaan tenaga kerja meliputi perkiraan penduduk usia kerja, perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja, dan perkiraan angkatan kerja. Informasi lain yang dibutuhkan dalam perkiraan persediaan tenaga kerja adalah pertumbuhan penduduk, tingkat kelahiran, tingkat kematian, migrasi masuk, migrasi keluar dan lainnya. 3.1. Perkiraan Penduduk Usia Kerja Penduduk usia kerja dikelompokkan kedalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Secara teoritis, pertumbuhan penduduk usia kerja berbanding lurus terhadap pertumbuhan penduduk dan kesehatan penduduk. Berdasarkan perkiraan pertumbuhan penduduk Sulawesi Barat periode 2011 – 2016 terjadi kenaikan penduduk usia kerja sebesar 8,91 | 51 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 persen. Pada tahun 2012 penduduk usia kerja di Sulawesi Barat diperkirakan sebanyak 774.847 orang, pada tahun 2013 meningkat menjadi 787.725 orang. Dengan demikian ada pertambahan sebanyak12.878 orang atau dengan kata lain ada kenaikan sekitar 1,66 persen. Sedangkan tahun 2014meningkat menjadi 801.419 orang atau bertambah sebanyak 13.694 orang atau sebesar 1,74 persen, tahun 2015 meningkat menjadi 815.953 orang atau bertambah sebanyak 14.534 orang atau sebesar 1,81 persen dan tahun 2016 diperkirakan meningkat lagi menjadi 831.351 orang atau bertambah sebanyak 15.398 orang atau sebesar 1,89 persen. 3.1.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Pada periode tahun 2012 – 2013, menurut golongan umur, pertambahan terbesar diperkirakan pada golongan umur 20-24 tahun yakni sebanyak 5.244 orang, kemudianpada golongan umur40–44 tahun sebanyak 3.992 orang, selanjutnya umur 25-29 sebanyak 3.989 orang, umur 45-49 bertambah sebanyak 885 orang, umur 60+ bertambah sebanyak 727 orang, umur 55.59 tahun bertambah sebanyak 531 orang disusul umur 30-34 tahun bertambah sebanyak 516 dan yang bertambah paling sedikit yaitu umur 35-39 tahun yakni sebanyak 391 orang sedangkan yang diperkirakan mengalami penurunan yaitu umur 50-54 tahun diperkirakan turun sebanyak 2.280 orang dan umur 15-19 tahun diperkirakan turun sebanyak 1.117 orang. Pada periode tahun 2013 – 2014, menurut golongan umur, pertambahan terbesar diperkirakan pada golongan umur 20-24 tahun yakni sebanyak 5.518 orang, kemudianpada golongan umur40–44 tahun sebanyak 4.195 orang, selanjutnya umur 25-29 sebanyak 4.146 orang, umur 45-49 bertambah sebanyak 898 orang, umur 60+ bertambah sebanyak 734 orang, umur 55-59 tahun bertambah sebanyak 540 orang disusul umur 30-34 tahun 52 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 bertambah sebanyak 519 orang dan yang bertambah paling sedikit yaitu umur 35-39 tahun yakni sebanyak 392 orang sedangkan yang diperkirakan mengalami penurunan yaitu umur 50-54 tahun diperkirakan turun sebanyak 2.142 orang dan umur 15-19 tahun diperkirakan turun sebanyak 1.106 orang. Pada periode tahun 2014 – 2015, menurut golongan umur, pertambahan terbesar diperkirakan pada golongan umur 20-24 tahun yakni sebanyak 5.807 orang, kemudian pada golongan umur 40–44 tahun sebanyak 4.408 orang, selanjutnya umur 25-29 sebanyak 4.309 orang, umur 45-49 bertambah sebanyak 912 orang, umur 60+ bertambah sebanyak 742 orang, umur 55-59 tahun bertambah sebanyak 548 orang disusul umur 30-34 tahun bertambah sebanyak 522 orang dan yang bertambah paling sedikit yaitu umur 35-39 tahun yakni sebanyak 394 orang sedangkan yang diperkirakan mengalami penurunan yaitu umur 50-54 tahun diperkirakan turun sebanyak 2.012 orang dan umur 15-19 tahun diperkirakan turun sebanyak 1.095 orang Pada periode tahun 2015 – 2016, menurut golongan umur, pertambahan terbesar diperkirakan pada golongan umur 20-24 tahun yakni sebanyak 6.112 orang, kemudianpada golongan umur40–44 tahun sebanyak4.631 orang,selanjutnya umur 25-29 sebanyak 4.478 orang, umur 45-49 bertambah sebanyak 925 orang, umur 60+ bertambah sebanyak 749 orang, umur 55-59 tahun bertambah sebanyak 557 orang disusul umur 30-34 tahun bertambah sebanyak 525 orang dan yang bertambah paling sedikit yaitu umur 35-39 tahun yakni sebanyak 396 orang sedangkan yang diperkirakan mengalami penurunan yaitu umur 50-54 tahun diperkirakan turun sebanyak 1.891 orang dan umur 15-19 tahun diperkirakan turun sebanyak 1.083 orang. Untuk lebih detail dan lebih lengkap diperlihatkan pada tabel di bawah ini. | 53 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 3.1 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 (orang) Golongan Umur 2012 2013 2014 2015 2016 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 110.421 100.085 101.551 95.565 84.787 109.303 105.328 105.540 96.081 85.177 108.198 110.846 109.686 96.600 85.570 107.103 116.654 113.994 97.122 85.964 106.020 122.765 118.472 97.646 86.360 40-44 45-49 50-54 55-59 60+ Jumlah 78.638 58.455 37.696 33.972 73.678 82.630 59.340 35.416 34.503 74.405 86.825 60.238 33.274 35.043 75.139 91.233 61.149 31.262 35.591 75.881 95.864 62.075 29.372 36.147 76.630 774.847 787.725 801.419 815.953 831.351 Menurut Tingkat 3.1.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Pendidikan Tingkat pendidikan dalam hal ini dibatasi pada Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Tingkat Atas (Umum), Sekolah Menengah Tingkat Atas (Kejuruan), Diploma, dan Universitas. Perkiraan Penduduk Usia Kerja tahun 2012-2013 dari perkirakan tambahan penduduk usia kerja sebanyak 12.878 orang, diantaranya pengurangan sebanyak 5.105 orang pada tingkat SD, pada tingkat pendidikan SMTP terdapat penambahan sebanyak 5.067 orang, 1.965 orang pada tingkat SMTA Umum, sebanyak 1.881 orang pada tingkat SMTA Kejuruan, sebanyak-23 orang pada tingkat Diploma, dan sebanyak9.091 orang pada tingkat Universitas. Angka-angka tersebut menunjukkan pada tiga tingkat pendidikanterdapatpenambahan pertumbuhan penduduk usia kerja yang relatif besar dibandingkan pertambahan penduduk usia kerja 54 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 pada tingkat pendidikan lainnya. Keempat tingkat pendidikan tersebut berturut-turut SLTP, SMTA Umum, SMTA Kejuruan, dan Universitas. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan kualitas tingkat pendidikan penduduk usia kerjadan terlihat jelas pada tingkat pendidikan rendah seperti SD justru mengalami pengurangan jumlah penduduk usia kerja dan SMTP mengalami penambahan relatif lebih besar. Laju pertumbuhan, PUK dengan tingkat pendidikan Diploma diperkirakan akan berkurang sebesar 0,16 persen, pendidikan Universitas akan tumbuh sebesar 22,64 persen dan pendidikan SMTA Kejuruan tumbuh sebesar 4,52 persen. Dengan besarnya perkiraan laju pertumbuhan PUK yang berpendidikan SMTA ke atas, diharapkan kualitas SDM ke depan semakin maju. Perkiraan Penduduk Usia Kerja tahun 2013-2014 dari perkirakan tambahan penduduk usia kerja sebanyak 13.694 orang, diantaranya pengurangan sebanyak 5.356 orang pada tingkat SD, pada tingkat pendidikan SMTP terdapat penambahan sebanyak 3.879 orang, 3.425 orang pada tingkat SMTA Umum, pada tingkat SMTA Kejuruan sebanyak 1.884 orang, pada tingkat Diploma berkurang sebanyak 90 orang, dan pada tingkat Universitas bertambah sebanyak 9.953 orang. Angka-angka tersebut menunjukkan pada tiga tingkat pendidikan terdapat penambahan pertumbuhan penduduk usia kerja yang relatif besar dibandingkan pertambahan penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan lainnya. Keempat tingkat pendidikan tersebut berturut-turut SLTP, SMTA Umum, SMTA Kejuruan, dan Universitas. Perkiraan Penduduk Usia Kerja tahun 2014-2015 dari perkiraaan tambahan penduduk usia kerja sebanyak 14.534 orang, diantaranya pengurangan sebanyak 8.195 orang pada tingkat SD, pada tingkat pendidikan SMTP terdapat penambahan sebanyak | 55 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 5.229 orang, 4.611 orang pada tingkat SMTA Umum, pada tingkat SMTA Kejuruan sebanyak 2.823 orang, pada tingkat Diploma berkurang sebanyak 63 orang, dan pada tingkat Universitas bertambah sebanyak10.129 orang. Angka-angka tersebut menunjukkan pada tiga tingkat pendidikanterdapatpenambahan pertumbuhan penduduk usia kerja yang relatif besar dibandingkan pertambahan penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan lainnya. Keempattingkat pendidikan tersebut berturut-turut SLTP, SMTA Umum, SMTA Kejuruan, dan Universitas. Perkiraan Penduduk Usia Kerja tahun 2015-2016 dari perkiraan tambahan penduduk usia kerja sebanyak 15.398 orang, diantaranya pengurangan sebanyak 7.710 orang pada tingkat SD, pada tingkat pendidikan SMTP terdapat penambahan sebanyak 5.760 orang, pada tingkat SMTA Umum sebanyak 5.711 orang, pada tingkat SMTA Kejuruan sebanyak 3.362 orang, pada tingkat Diploma berkurang sebanyak 1.437 orang, dan pada tingkat Universitas bertambah sebanyak 9.711 orang. Angka-angka tersebut menunjukkan pada tiga tingkat pendidikan terdapat penambahan pertumbuhan penduduk usia kerja yang relatif besar dibandingkan pertambahan penduduk usia kerja pada tingkat pendidikan lainnya. Keempat tingkat pendidikan tersebut berturutturut SLTP, SMTA Umum, SMTA Kejuruan, dan Universitas. Tabel 3.2 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 Tingkat Pendidikan ≤ SD SMTP SMTA Umum SMTA Kejuruan Diploma Universitas Jumlah 56 | 2012 417.271 159.135 101.983 41.617 14.721 40.120 774.847 2013 412.138 164.186 103.939 43.494 14.767 49.201 787.725 2014 406.729 168.038 107.346 45.369 14.797 59.139 801.419 2015 398.482 173.238 111.937 48.183 14.864 69.249 815.953 2016 390.080 178.671 117.432 51.450 14.909 78.809 831.351 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 3.1.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Selanjutnya ditinjau menurut jenis kelamin, pada periode 2012 -2013 pertambahan penduduk usia kerja berjenis kelamin lakilaki diperkirakan mencapai sebanyak6.068 orang, sedangkan pada perempuan terdapat pertambahan hanya sebanyak 6.811 orang. Ini berarti perkembangan perempuan lebih dominan dibanding lakilaki dalam penduduk usia kerja. PUK laki-laki diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,57 persen, sedangkan PUK perempuan tumbuh sebesar 1,76 persen.Pada periode 2013 -2014 pertambahan penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki diperkirakan mencapai sebanyak 7.261 orang, sedangkan pada perempuan terdapat pertambahan sebanyak 6.433 orang. PUK lakilaki diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,85 persen, sedangkan PUK perempuan tumbuh sebesar 1,63 persen.Periode 2014 -2015 pertambahan penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki diperkirakan mencapai sebanyak6.882 orang, sedangkan pada perempuan terdapat pertambahan sebanyak 7.652 orang. PUK laki-laki diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,72 persen, sedangkan PUK perempuan tumbuh sebesar 1,91 persen. Pada periode 2015 -2016 pertambahan penduduk usia kerja berjenis kelamin laki-laki diperkirakan mencapai sebanyak 7.217 orang, sedangkan pada perempuan terdapat pertambahan sebanyak 8.181 orang. PUK lakilaki diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 1,77 persen, sedangkan PUK perempuan tumbuh sebesar 2,00 persen. Secara lebih lengkap dipaparkan pada tabel dibawah ini. | 57 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 3.3 Perkiraan Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 (orang) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah 3.2 2012 387.496 387.351 774.847 2013 393.563 394.162 787.725 2014 400.824 400.595 801.419 2015 407.706 408.246 815.953 2016 414.923 416.428 831.351 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja ditentukan dengan cara membandingkan angkatan kerja terhadap perkiraan penduduk usia kerja. Perkiraan tingkat partisipasi angkataan kerja pada tahun 2012 sebesar 72,66 persen, tahun 2013 menjadi 72,94 persen, tahun 2014 sebesar 73,25 persen, tahun 2015 sebesar 73,69 persen dan tahun 2016 diperkirakan akan terus meningkat sebesar 74,17 persen. Selama periode tersebut besarnya TPAK diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 1,51 persen. 3.2.1 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Ditinjau dari sisi golongan umur perkiraan tingkat partisipasi angkatan kerja pada tahun 2012-2013 terjadi penurunan pada golongan umur 15–19 tahun, umur 20-24 tahun dan 30–34 tahun. Sementara itu, TPAK golongan umur rata-rata mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar diperkirakan pada golongan umur 55-59 tahun, dengan laju pertumbuhan terbesar, yakni mencapai sebesar 1,14 persen disusul 60+ sebesar 1,10 persen. Pada tahun 2013-2014 terjadi penurunan pada golongan umur 15 – 19 tahun sebesar 1,07 persen, umur 20-24 tahun sebesar 0,49 persen dan umur 30–34 tahun sebesar 0,11 persen. Sementara itu, TPAK golongan umur yang lain rata-rata mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar diperkirakan pada golongan umur 55-59 tahun, 58 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 dengan laju pertumbuhan terbesar, yakni mencapai sebesar 1,14 persen, disusul umur 60+ dengan laju pertumbuhan sebesar 1,13 persen Pada tahun 2014-2015 masih terjadi penurunan pada golongan umur 15–19 tahun, golongan umur 20-24 tahun dan golongan umur 30–34 tahun. Sementara itu, TPAK golongan umur yang lain rata-rata mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar diperkirakan pada golongan umur 55-59 tahun dengan laju pertumbuhan terbesar, yakni mencapai sebesar 1,18 persen, disusul golongan umur 60+ tahun sebesar 1,15 persen dan golongan umur 40-44 tahun sebesar 1,10 persen. Pada tahun 2015-2016 diperkirakan masih terjadi penurunan pada golongan umur 15-19 tahun, golongan umur 20-24 tahun dan golongan umur 30-34 tahun. Sementara itu, TPAK golongan umur yang lain diperkirakan masih mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar diperkirakan pada golongan umur 55-59 tahun dengan laju pertumbuhan terbesar yakni mencapai sebesar 1,19 persen, disusul golongan umur 60+ tahun sebesar 1,19 persen, selanjutnya disusul umur 40-44 tahun dengan laju pertumbuhan sebesar 1,17 persen dan golongan umur umur 40-44 tahun sebesar 1,11 persen. Sedangkan TPAK golongan umur 15-19 tahun diperkirakan mengalami penurunan sebesar 1,01 persen, golongan umur 20-24 tahun sebesar 0,29 persen, dan golongan umur 30-34 tahun. Penurunan TPAK golongan umur ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan yang lebih tinggi sudah semakin baik, selain itu juga menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat juga sudah semakin meningkat sehingga semakin banyak orang tua yang mampu membiayai pendidikan yang lebih tinggi. | 59 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 3.4 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 (Dalam Persen) Golongan Umur 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 + TPAK 2012 37,94 67,71 81,22 83,71 84,04 87,69 89,72 85,03 74,01 55,68 72,66 2013 36,81 67,01 82,06 83,59 84,95 87,90 89,96 85,53 75,15 56,78 72,94 2014 35,74 66,52 82,90 83,48 85,87 88,12 90,03 85,94 76,31 57,91 73,25 2015 34,70 66,03 83,76 83,37 86,81 89,22 90,18 86,52 77,49 59,06 73,69 2016 33,69 65,74 84,62 83,26 87,75 90,33 90,33 87,20 78,68 60,23 74,17 3.2.2 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Dilihat dari jenjang lulusan sekolah atau pendidikan tingkat partisipasi angkatan kerja pada tahun 2012-2013 secara umum diperkirakan akan mengalami kenaikan kecuali yang berpendidikanMaksimum SD diperkirakan mengalami penurunan. Tingkat partisipasi angkatan kerja pada pendidikan SMTA Umum sebesar 71,20 persen dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 71,40 persen. Hal ini dapat saja diartikan bahwa lulusan-lulusan SMTA Umum memasuki pendidikan yang lebih tinggi. TPAK SMTA Kejuruan pada tahun 2012-2013 diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu mencapai sebesar 2,15 persen, untuk TPAK pendidikan lainnya juga mengalami pertumbuhan positif, kecuali TPAK yang berpendidikan maksimum SD mengalami pertumbuhan minus, yakni sebesar 0,43 persen dan SLTP juga mengalami pertumbuhan minur yaitu sebesar 0,56 persen. Besarnya laju pertumbuhan TPAK SMTA Kejuruan ini 60 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 diperkirakan akan selalu mengalami peningkatan. Hal ini karena gencarnya sosialisasi pemerintah tentang “SMK Bisa”. TPAK tahun 2013-2014 semua mengalami peningkatan dimana berturut-turut TPAK tertinggi yaitu SLTA Kejuruan sebesar 1,66 persen SLTA Umum sebesar 1,47 persen, Diploma sebesar 0,70 persen dan disusul Universitas sebesar 0,50 persen kecuali TPAK SD dan SLTP mengalami penurunan berturut-turut sebesar 0,09 persen dan 1,02 persen. TPAK tahun 2014-2015 semua mengalami peningkatan dimana berturut-turut TPAK tertinggi yaitu SLTA Kejuruan sebesar 2,24 persen SLTA Umum sebesar 2,05 persen, Diploma sebesar 0,15 persen dan disusul Universitas sebesar 0,04 persen kecuali TPAK SD dan SLTP mengalami penurunan berturut-turut sebesar 0,15 persen dan 0,58 persen. TPAK tahun 2015-2016 semua mengalami peningkatan dimana berturut-turut TPAK tertinggi yaitu SLTA Kejuruan sebesar 2,34 persen SLTA Umum sebesar 2,15 persen, Diploma sebesar 0.54 persen dan disusul Universitas sebesar 0,01 persen kecuali TPAK SD dan SLTP mengalami penurunan berturut-turut sebesar 0,12 persen dan 0,54 persen. Tentunya mulai dari tahun 2012-2016 TPAK SD dan SLTP cenderung mengalami penurunan, hal ini tentunya sejalan dengan rencana pemerintah untuk wajib belajar sembilan tahun. | 61 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 3.5 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 (Dalam Persen) Tingkat Pendidikan ≤ SD SLTP SLTA Umum SLTA Kejuruan Diploma Universitas 2012 Jumlah 2013 2014 2015 2016 74,88 61,58 71,52 68,54 85,15 96,12 74,45 61,02 73,51 70,69 86,54 96,82 74,36 60,00 74,98 72,35 87,24 97,32 74,21 59,42 77,03 74,59 87,39 97,36 74,09 58,88 79,18 76,93 87,93 97,37 72,66 72,94 73,25 73,69 74,17 3.2.3 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tingkat partisipasi angkatan kerjalaki-laki pada periode tahun 2012-2013 diperkirakan jauh lebih dominan dibanding perempuan. Namun dilihat dari besarnya penambahan, partisipasi perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki yakni sebesar 0,59 persen. Bila dilihat laju pertumbuhannya, TPAK perempuan mengalami pertumbuhan lebih besar dibanding dengan TPAK laki-laki. TPAK perempuan meningkat sebesar 0,35 persen, sedangkan laki-laki hanya 0,24 persen. Pada tahun 2013-2014 Tingkat partisipasi angkatan kerja lakilaki diperkirakan jauh lebih dominan dibanding perempuan. Namun dilihat dari besarnya penambahan, partisipasi perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki yakni sebesar 0,42 persen sedangkan laki-laki sebesar 0,17 persen. Bila dilihat laju pertumbuhannya, TPAK perempuan mengalami pertumbuhan lebih besar dibanding dengan TPAK laki-laki. TPAK perempuan meningkat sebesar 0,71 persen, sedangkan laki-laki hanya 0,20 persen. 62 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Pada tahun 2014-2015 Tingkat partisipasi angkatan kerja lakilaki diperkirakan jauh lebih dominan dibanding perempuan. Namun dilihat dari besarnya penambahan, partisipasi perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki yakni sebesar 0,47 persen sedangkan laki-laki sebesar 0,42 persen. Bila dilihat laju pertumbuhannya, TPAK perempuan mengalami pertumbuhan lebih besar dibanding dengan TPAK laki-laki. TPAK perempuan meningkat sebesar 0,79 persen, sedangkan laki-laki hanya 0,48 persen. Pada tahun 2015-2016 Tingkat partisipasi angkatan kerja lakilaki diperkirakan jauh lebih dominan dibanding perempuan. Namun dilihat dari besarnya penambahan, partisipasi perempuan lebih besar dibandingkan laki-laki yakni sebesar 0,60 persen sedangkan laki-laki sebesar 0,40 persen. Bila dilihat laju pertumbuhannya, TPAK perempuan mengalami pertumbuhan lebih besar dibanding dengan TPAK laki-laki. TPAK perempuan meningkat sebesar 1,00 persen, sedangkan laki-laki hanya 0,46 persen. Hal ini menandakan bahwa dengan semakin tingginya pendidikan kaum perempuan mendorong para perempuan untuk memasuki pasar kerja serta adanya pengakuan terhadap perempuan dalam dunia kerja semakin membaik dan juga dapat diartikan bahwa berbagai jenis pekerjaan yang selama ini didominasi laki-laki sudah dapat dikerjakan oleh tenaga kerja perempuan. Pergeseran TPAK tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 3.6 Perkiraan Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaMenurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 (Dalam Persen) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 2012 86,31 59,01 72,66 2013 86,55 59,36 72,94 2014 86,72 59,78 73,25 2015 2016 87,14 60,25 73,69 87,54 60,85 74,17 | 63 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Angkatan Kerja merupakan bagian dari penduduk usia kerja. Pada tahun 2012 jumlah angkatan kerja diperkirakan sebanyak 566.548 orang dan pada tahun 2016 diperkirakan meningkat sehingga menjadi 638.882 orang atau mengalami kenaikan sebesar 12,76 persen. Dalam berbagai karakteristik, perkembangaan angkatan kerja disajikan sebagai berikut. 3.3.1 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Pada tahun 2012-2013 perkiraan angkatan kerja golongan umur 15-19 tahun dan golongan umur 50-54 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan jumlah angkatan kerja masing-masing yakni tahun 2012 sebesar 41.895 orang menjadi sebesar 40.234 orang dan 32.053 orang tahun 2012 menjadi sebesar 30.290 orang pada tahun 2013, akan tetapi pada golongan umur lainnya diperkirakan akan mengalami kenaikan termasuk pada golongan usia lanjut. Penurunan angkatan kerja pada golongan umur tersebut kemungkinan disebabkan kesadaran angkatan kerja muda memasuki dunia pendidikan. Angkatan kerja pada tahun 2012 paling banyak pada golongan umur 25-29 tahun yakni mencapai sebanyak 82.485 orang dan pada tahun 2013 diperkirakan menjadi 86.606 orang, pada golongan umur 30-34 tahun sebanyak 79.994 orang dan meningkat menjadi 80.319 orang di tahun 2013 sedangkan golongan umur 40-44 tahun juga meningkat yakni sebesar 68.957 orang tahun 2012 menjadi 72.636 orang tahun 2013. Tambahan angkatan kerja yang paling besar diperkirakan pada golongan umur 25-29 tahun, yaitu mencapai 4.121 orang atau diperkirakan tumbuh sebesar 5,00 persen. Pada tahun 2013-2014 perkiraan angkatan kerja golongan umur 15-19 tahun dan golongan umur 50-54 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan jumlah angkatan kerja masing-masing yakni tahun 2013 sebesar 40.234 orang menjadi sebesar 38.667 orang pada tahun 2014 dan 30.290 orang tahun 2013 menjadi sebesar 64 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 28.595 orang tahun 2014, akan tetapi pada golongan umur lainnya diperkirakan akan mengalami kenaikan termasuk pada golongan usia lanjut. Angkatan kerja pada tahun 2013-2014 paling banyak pada golongan umur 25-29 tahun yakni mencapai sebanyak 90.934 orang pada tahun 2014, dan pada golongan umur 30-34 tahun sebanyak 80.645 orang, golongan umur 40-44 tahun sebanyak 76.511 orang sedangkan golongan umur 20-24 tahun, golongan umur 35-39 tahun sebanyak 73.482 orang, golongan umur 45-49 tahun sebesar 54.230 orang, golongan umur 60+ tahun sebanyak sebanyak 43.512 orang, golongan umur 50-54 tahun sebanyak 26.741 orang dan golongan umur 55-59 tahun sebanyak 26.741 orang. Tambahan angkatan kerja yang paling besar diperkirakan pada golongan umur 25-29 tahun, yaitu mencapai 4.328 orang, dan juga mengalami pertumbuhan paling besar yakni 5,00 persen. Pada tahun 2014-2015 perkiraan angkatan kerja golongan umur 15-19 tahun dan golongan umur 50-54 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan jumlah angkatan kerja masing-masing yakni tahun 2014 sebesar 38.667 orang menjadi sebesar 37.161 orang pada tahun 2015 dan 30.290 orang tahun 2014 menjadi sebesar 28.595 orang tahun 2015, akan tetapi pada golongan umur lainnya diperkirakan akan mengalami kenaikkan termasuk pada golongan usia lanjut. Angkatan kerja pada tahun 2014-2015 paling banyak pada golongan umur 25-29 tahun yakni mencapai sebanyak 95.478 orang dan pada tahun 2015, dan pada golongan umur 40-44 tahun sebanyak 81.397 orang sedangkan golongan umur 30-34 tahun, yakni sebanyak 80.972 orang. Tambahan angkatan kerja yang paling besar diperkirakan pada golongan umur 40-44 tahun, yaitu mencapai 4.886 orang, dan juga mengalami pertumbuhan paling besar yakni 6,39 persen. Pada tahun 2015-2016 perkiraan angkatan kerja golongan umur 15-19 tahun dan golongan umur 50-54 tahun diperkirakan masih akan mengalami penurunan jumlah angkatan kerja masingmasing yakni tahun 2015 sebesar 37.161 orang menjadi sebesar | 65 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 35.713 pada tahun 2016 dan 27.049 orang tahun 2015 menjadi sebesar 25.611 orang tahun 2016, akan tetapi pada golongan umur lainnya diperkirakan akan mengalami kenaikan termasuk pada golongan usia lanjut. Angkatan kerja pada tahun 2015-2016 paling banyak pada golongan umur 25-29 tahun yakni mencapai sebanyak 100.249 orang dan pada tahun 2016, dan pada golongan umur 40-44 tahun sebanyak 86.595 orang sedangkan golongan umur 30-34 tahun, yakni sebanyak 81.300 orang. Tambahan angkatan kerja yang paling besar diperkirakan pada golongan umur 40-44 tahun, yaitu mencapai 5.198 orang, disusul umur 25-29 tahun sebesar 4.771 orang dan umur 20-24 tahun sebesar 3.680 orang, umur 60+ sebesar 1.340 orang dan umur 35-39 tahun sebesar 1.157 orang, umur 45-49 tahun sebanyak 930 orang, umur 55-59 tahun sebanyak 863 orang dan disusul umur 30-34 tahun sebanyak 328 orang. Tabel 3.7 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 (Orang) Golongan Umur 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 + Jumlah 2012 41.895 67.765 82.485 79.994 71.256 2013 40.234 70.575 86.606 80.319 72.360 2014 38.667 73.739 90.934 80.645 73.482 2015 37.161 77.030 95.478 80.972 74.621 2016 35.713 80.710 100.249 81.300 75.778 68.957 52.447 32.053 25.142 41.022 563.015 72.636 53.384 30.290 25.929 42.249 574.582 76.511 54.230 28.595 26.741 43.512 587.056 81.397 55.145 27.049 27.578 44.813 601.243 86.595 56.075 25.611 28.441 46.153 616.626 3.3.2 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Angkatan kerja pada tahun 2012-2013 menurut tingkat pendidikan diperkirakan akan mengalami kenaikan kecuali pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Angkatan kerja yang berpendidikan 66 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 maksimum SD diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 1,80 persen atau sebesar 5.618 orang. Penurunan angkatan kerja yang berpendidikan maksimum SD ini diperkirakan karena meningkatnya kesadaran akan pendidikan yang lebih tinggi serta pengurangan alamiah yaitu meninggalnya angkatan kerja yang berpendidikan maksimum SD ini banyak yang sudah berusia lanjut. Kenaikan tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan Univesitas sebesar 23,52 persen atau sebesar 9.071 orang, kemudian pada tingkat SLTA Umum sebesar 4,75 persen atau sebesar 3.466 orang, SLTA Kejuruan sebesar 7,78 persen atau sebesar 2.220 orang dan Diploma sebesar 1,95 persen atau sebesar 244 orang. Ini menandakan bahwa kualitas angkatan kerja menurut pendidikan cenderung meningkat terbukti dari perkembangan pergeseran SMTP dan SMTA Umum dan Kejuruan yang lebih rendah dibanding Universitas. Pada tahun 2013-2014 menurut tingkat pendidikan diperkirakan Sekolah Dasar (SD) mengalami penurunan sebesar 1,43 persen atau sebesar 4.381. Sedangkan tingkat pendidikan yang lain mengalami kenaikan masing-masing terdapat pada tingkat pendidikan tingkat Universitas sebesar 20,82 persen atau sebesar 9.920, SLTA Umum sebesar 5,35 persen atau sebesar 4.085 orang, SLTA Kejuruan sebesar 6,77 persen atau sebesar 2.080 orang, SLTP sebesar 641 orang dan Diploma sebesar 1,02 persen atau sebesar 130 orang. Pada tahun 2014-2015 menurut tingkat pendidikan diperkirakan Sekolah Dasar (SD) mengalami penurunan sebesar 2,23 persen atau sebesar 6.741 orang. Sedangkan tingkat pendidikan yang lain mengalami kenaikan masing-masing terdapat pada tingkat pendidikan Universitas sebesar 17,13 persen atau | 67 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 sebesar 9.862 orang, SLTA Umum sebesar 7,14 persen atau sebesar 5.743 orang, SLTA Kejuruan sebesar 9,49 persen atau sebesar 3.114 orang, SLTP sebesar 9,49 persen atau sebesar 3.114 orang dan Diploma sebesar 0,63 persen atau sebesar 81 orang. Pada tahun 2015-2016 menurut tingkat pendidikan diperkirakan Sekolah Dasar (SD) mengalami penurunan sebesar 2,27 persen atau sebesar 6.708 orang. Sedangkan tingkat pendidikan yang lain mengalami kenaikan masing-masing terdapat pada tingkat pendidikan Universitas sebesar 13,82 persen atau sebesar 9.318 orang, SLTA Umum sebesar 7,83 persen atau sebesar 6.053 orang, SLTA Kejuruan sebesar 10,13 persen atau sebesar 3.640 orang, SLTP sebesar 2,20 persen atau sebesar 2.260 orang dan Diploma sebesar 0,92 persen atau sebesar 120 orang. Tabel 3.8 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 (Orang) Tingkat Pendidikan Maksimum SD 2012 2013 2014 2015 2016 312.462 306.844 302.463 295.722 289.014 SMTP 97.995 100.178 100.819 102.946 105.206 SMTA Umum 72.935 76.401 80.486 86.229 92.982 SMTA Kejuruan 28.524 30.744 32.824 35.938 39.578 Diploma 12.535 12.779 12.909 12.990 13.110 Universitas 38.565 47.636 57.556 67.418 76.736 563.015 574.582 587.056 601.243 616.626 Jumlah 3.3.3 Perkiraan Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Pada tahun 2012-2013 angkatan kerja yang berjenis kelamin perempuan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan lebih besar dibanding dengan laki-laki. Persentase perubahan angkatan kerja 68 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 laki-laki diperkirakan sebesar 1,85 persen sedangkan angkatan kerja perempuan diperkirakan sebesar 2,36 persen. Pada tahun 2013-2014 persentase perubahan angkatan kerja laki-laki diperkirakan sebesar 2,04 persen sedangkan angkatan kerja perempuan diperkirakan sebesar 2,35 persen. Pada tahun 2014-2015 persentase perubahan angkatan kerja laki-laki diperkirakan sebesar 2,21 persen sedangkan angkatan kerja perempuan diperkirakan sebesar 2,72 persen . Pada tahun 2015-2016 persentase perubahan angkatan kerja laki-laki diperkirakan sebesar 2,25 persen sedangkan angkatan kerja perempuan diperkirakan sebesar 3,01 persen. Berikut disajikan perkiraan Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin. Tabel 3.9 Perkiraan Angkatan Usia Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 (Orang) Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016 Laki – laki 334.455 340.626 347.591 355.256 363.239 Perempuan 228.560 233.957 239.465 245.987 253.387 Jumlah 563.015 574.582 587.056 601.243 616.626 | 69 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 BAB IV PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA 2012-2016 4.1 Perkiraan Perekonomian Tahun 2012 – 2016 Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan PDRB. PDRB merupakan nilai tambah pada semua sektor yang dihitung berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. PDRB harga konstan dapat melihat perkembangan nilai produksi rill per sektor pada tahun tertentu. Hal ini karena peningkatan PDRB dapat pula dipengaruhi karena kenaikan harga, tanpa adanya peningkatan produksi/output rill sektoral. Perekonomian Sulawesi Barat pada tahun 2012 diperkirakan tumbuh sebesar 7,88 persen, dan tahun 2013 diperkirakan laju pertumbuhannya meningkat, yakni sebesar 8,65 persen dan 8,85 persen tahun 2014, sebesar 9,11 persen tahun 2015 dan diperkirakan sebesar 9,31 persen pada tahun 2016. Peningkatan ini terjadi di semua sektor perekonomian, dengan adanya peningkatan ini diharapkan akan memperbaiki tingkat kesejahteraan | 71 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 masyarakat, yang tercermin pada peningkatan pendapatan per kapita dan menurunkan tingkat kemiskinan. Tabel 4.1 Perkiraan Kontribusi dan Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012 – 2016 (%) 2012 No Sektor Lapangan Usaha 1 2 3 4 5 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Manufaktur Listrik, Gas Dan Air Bers ih Bangunan Perdagangan, Hotel Dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Lemkeu, Sw Bgnan, Js Pswaan & Jasa Perush Pemerintahan, Pertahanan & Jasa-2 Lainnya Jumlah 6 7 8 9 2013 46.37 0.93 9.12 0.58 4.68 Laju Pertumb 8.26 6.54 7.17 5.97 8.47 12.53 3.50 2014 46.22 0.94 9.00 0.62 4.68 Laju Pertumb 8.30 10.47 7.27 15.46 8.53 6.99 12.36 7.79 3.47 6.44 6.94 15.85 100 Kontribusi 2015 46.01 0.96 8.88 0.66 4.67 Laju Pertumb 8.36 11.25 7.36 15.49 8.60 7.19 12.18 7.79 3.44 6.90 16.36 8.26 15.81 7.88 100 Kontribusi 2016 45.73 0.98 8.74 0.70 4.68 Laju Pertumb 8.43 11.30 7.41 15.51 9.37 7.26 11.98 7.85 3.40 7.45 17.56 8.36 15.75 8.65 100 Kontribusi 45.39 1.00 8.60 0.74 4.68 Laju Pertumb 8.50 11.32 7.57 15.53 9.40 7.36 11.79 7.56 7.92 3.36 8.05 8.12 18.96 8.85 19.06 8.46 15.67 8.55 15.59 8.75 8.85 100 9.11 100 9.31 Kontribusi Kontribusi Sektor pertanian diperkirakan tetap menjadi penyumbang terbesar dalam penyediaan kesempatan kerja, hal ini disebabkan karena sektor ini dijadikan sumber pendapatan bagi mayoritas Sulawesi Barat. Ini terbukti dengan adanya program pemerintah untuk menjadikan Sulawesi Barat khususnya sebagai wilayah lumbung padi. Pemerintah terus mencetak lahan persawahan baru dibeberapa daerah yang dinilai berpotensi menjadi lumbung padi. Sumbangan sektor pertambangan pada tahun 2012-2016 diperkirakan menduduki urutan kedua terendah yakni sebesar 0,93 persen pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,00 persen pada tahun 2016. Sektor ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan sebesar 6,54 persen pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan menjadi sebesar 11,32 persen pada tahun 2016. Kedepan pemerintah daerah harus berupaya untuk meningkatkan peranan sektor pertambangan ini dengan membuka peluang bagi investor untuk berinvestasi di sektor ini. Adapun upaya pemerintah diantaranya dengan membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan investor, seperti jalan, jembatan, pelabuhan dan lainnya. Sektor industri diperkirakan sebagai penyumbang terbesar keempat dalam pembentukan PDRB Sulawesi Barat, pada tahun 2012 menyumbang 72 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 9,12 persen, menurun menjadi 8,60 persen pada tahun 2016. Dari segi penyerapan tenaga kerjanya sektor ini juga berada pada urutan keempat setelah sektor perdagangan. Pertumbuhan di sektor listrik, gas dan air pada tahun 2012 diperkirakan merupakan sektor terendah yakni mencapai 5,97 persen dan mengalami peningkatan yang sangat signifikan sehingga menjadi 15,53 persen pada tahun 2016. Apabila dilihat menurut proporsinya sektor ini terkecil dalam pembentukan PDRB yakni 0,58 persen dan meningkat menjadi 0,74 persen pada tahun 2016. Sektor listrik, gas dan air, merupakan sektor pendukung sektor lainnya, terutama untuk kegiatan konsumsi, industri, dan rumah tangga. Sumbangan sektor bangunan dalam mendukung perekonomian Sulawesi Barat mampu menyumbang 8,47 persen pada tahun 2012 dan 8,53 persen pada tahun 2013, pertumbuhan ini masih terus meningkat pada akhir tahun 2016 menjadi sebesar 9,40 persen. Perkembangan sektor bangunan diperkirakan karena meningkatnya proyek-proyek infrastruktur baik yang dibiayai pemerintah maupun swasta di antaranya jalan raya, pelabuhan, jembatan, perumahan dan real estate, hotel, restoran dan ruko. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh sebesar 6,99 persen pada tahun 2012 dan terus meningkat menjadi 7,56 persen pada tahun 2016. Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran dipengaruhi oleh aktivitas dan perkembangan daya beli masyarakat. Salah satu faktor yang mendorong meningkatnya pertumbuhan sektor ini adalah sub sektor perhotelan, yakni dengan membaiknya tingkat hunian, baik dilihat dari jumlah maupun lamanya menginap dari wisatawan domestik dan wisatawan asing. Pertumbuhan sektor angkutan pada tahun 2012-2016 mengalami sedikit peningkatan yakni sebesar 7,79 persen pada tahun 2012 meningkat menjadi 8,05 persen pada tahun 2016. Dilihat dari kontribusinya sektor ini terendah ketiga setelah sektor pertambangan dan penggalian dan sektor | 73 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 listrik, gas dan air yakni pada tahun 2012 sebesar 3,50 persen bagi perekonomian di Sulawesi Barat, dan menurun menjadi 3,36 persen pada tahun 2012. Pola pertumbuhan sektor keuangan diperkirakan meningkat dalam periode 5 tahun kedepan, sehingga mempengaruhi kontribusinya terhadap PDRB. Meningkatnya sektor ini dikarenakan semakin banyaknya lembaga keuangan (Bank pemerintah, swasta dan BPR), lembaga pembiayaan (leasing) dan pegadaian. Sektor jasa kemasyarakatan pada tahun 2012 diperkirakan menyumbang 15,85 persen dari total PDRB atau senilai 896 milyar rupiah. Sampai dengan tahun 2016 diperkirakan akan meningkat menjadi sebesar 1.243 milyar rupiah atau 15,59 persen. 4.2. Perkiraan Kesempatan Kerja Penciptaan kesempatan kerja merupakan salah satu langkah untuk penanggulangan pengangguran. Semakin banyak kesempatan kerja yang tercipta menyebabkan rendahnya atau berkurangnya pengangguran. Penciptaan kesempatan kerja di berbagai sektor atau lapangan usaha sangat diharapkan sehingga memberikan peluang kepada penduduk untuk bekerja. Perkiraan kesempatan kerja tahun 2012-2016 merupakan perkiraan besarnya peluang kesempatan kerja pada tahun dimaksud. Kesempatan kerja pada tahun 2012 – 2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 yakni dari 547.682 orang meningkat menjadi 559.682 orang pada tahun 2013, meningkat menjadi 572.384 pada tahun 2014, meningkat menjadi 587.088 orang pada tahun 2015 dan meningkat lagi menjadi 602.948 orang pada tahun 2016. 4.2.1 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Untuk tahun 2012-2013, perkiraan kesempatan kerja menurut lapangan usaha masih didominasi oleh 3 lapangan usaha yaitu sektor 74 | pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 kemasyarakatan. Untuk sektor pertanian diperkirakan memiliki kesempatan kerja sebanyak 315.774 orang pada tahun 2012 meningkat sebanyak 133 orang menjadi 315.907 orang pada tahun 2013. Sektor jasa kemasyarakatan berada pada urutan kedua dengan 13,76 persen atau 75.349 orang pada tahun 2012 dan 79.922 orang atau 14,28 persen di tahun 2013. Meningkatnya dunia jasa menyebabkan sektor ini semakin terbuka kesempatan kerjanya. Sektor perdagangan menempati urutan ketiga dengan kesempatan kerja pada tahun 2012 sebanyak 74.555 orang dan pada tahun 2013 menjadi 77.492 orang. Sektor ini diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan semakin besarnya sektor informal.Sedangkan sektor bangunan tahun 2012 sebesar 22.292 orang menjadi 24.061 orang pada tahun 2013 atau bertambah sebanyak 1.769 orang, industri pengolahan pada tahun 2012 sebesar 31.994 orang menjadi 32.764 orang pada tahun 2013 atau bertambah sebanyak 770 orang, sektor angkutan bertambah sebanyak 97 orang dari 14.776 orang tahun 2012 menjadi 14.873 orang pada tahun 2013, sektor keuangan bertambah sebanyak 845 orang dari 5.194 orang tahun 2012 menjadi 6.038 orang tahun 2013, sektor pertambangan bertambah sebanyak 630 orang dari 6.164 orang tahun 2012 menjadi 6.794 orang pada tahun 2013, dan sektor listrik, gas dan air bertambah sebanyak 244 orang dari 1.585 orang tahun 2012 menjadi sebanyak 1.829 orang tahun 2013. Untuk tahun 2013-2014, perkiraan kesempatan kerja menurut lapangan usaha berturut-turut sektor pertanian diperkirakan memiliki kesempatan kerja sebanyak 315.907 orang pada tahun 2013 meningkat sebanyak 641 orang menjadi 316.548 orang pada tahun 2014. Sektor jasa kemasyarakatan berada pada urutan kedua dengan 14,28 persen atau 79.922 orang pada tahun 2013 dan 85.081 orang di tahun 2014. Sektor perdagangan menempati urutan | 75 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 ketiga dengan kesempatan kerja pada tahun 2013 sebanyak 77.492 orang dan pada tahun 2014 menjadi 79.448 orang, sektor ini memiliki pertambahan terbesar ketiga juga yaitu sebanyak 1.956 orang. Sedangkan sektor bangunan tahun 2013 sebesar 24.061 orang menjadi 26.121 orang pada tahun 2014 atau bertambah sebanyak 2.060 orang, industri pengolahan pada tahun 2013 sebesar 32.764 orang menjadi 33.562 orang pada tahun 2014 atau bertambah sebanyak 798 orang, sektor angkutan bertambah sebanyak 125 orang dari 14.873 orang tahun 2013 menjadi 14.998 orang pada tahun 2014, sektor keuangan bertambah sebanyak 1.056 orang dari 6.038 orang tahun 2013 menjadi 7.094 orang tahun 2014, sektor pertambangan bertambah sebanyak 751 orang dari 6.794 orang tahun 2013 menjadi 7.545 oang pada tahun 2014, dan sektor listrik, gas dan air bertambah sebanyak 156 orang dari 1.829 orang tahun 2013 menjadi sebanyak 1.986 orang tahun 2014. Untuk tahun 2014-2015, perkiraan kesempatan kerja menurut lapangan usaha berturut-turut sektor pertanian diperkirakan memiliki kesempatan kerja sebanyak 316.548 orang pada tahun 2014 meningkat sebanyak 1.062 orang menjadi 317.610 orang pada tahun 2015. Sektor jasa kemasyarakatan berada pada urutan kedua dengan 14,86 persen atau 85.081 orang pada tahun 2014 dan 90.944 orang di tahun 2015. Sektor perdagangan menempati urutan ketiga dengan kesempatan kerja pada tahun 2014 sebanyak 79.448 orang dan pada tahun 2015 menjadi 81.586 orang, sektor ini memiliki pertambahan terbesar ketiga juga yaitu sebanyak 2.120 orang. Sedangkan sektor bangunan tahun 2014 sebesar 26.121 orang menjadi 28.549 orang pada tahun 2015 atau bertambah sebanyak 2.428 orang, industri pengolahan pada tahun 2014 sebesar 33.562 orang menjadi 34.435 orang pada tahun 2015 atau bertambah sebanyak 873 orang, sektor angkutan bertambah sebanyak 125 76 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 orang dari 14.998 orang tahun 2014 menjadi 15.123 orang pada tahun 2015, sektor keuangan bertambah sebanyak 1.341 orang dari 7.094 orang tahun 2014 menjadi 8.435 orang tahun 2015, sektor pertambangan bertambah sebanyak 707 orang dari 7.545 orang tahun 2014 menjadi 8.252 oang pada tahun 2015, dan sektor listrik, gas dan air bertambah sebanyak 185 orang dari 1.986 orang tahun 2014 menjadi sebanyak 2.171 orang tahun 2015. Untuk tahun 2015-2016, perkiraan kesempatan kerja menurut lapangan usaha berturut-turut sektor pertanian diperkirakan memiliki kesempatan kerja sebanyak 317.610 orang pada tahun 2015 meningkat sebanyak 1.907 orang menjadi 319.517 orang pada tahun 2016. Sektor jasa kemasyarakatan berada pada urutan kedua dengan 15,49 persen atau 90.944 orang pada tahun 2015 dan 96.346 orang di tahun 2016. Sektor perdagangan menempati urutan ketiga dengan kesempatan kerja pada tahun 2015 sebanyak 81.586 orang dan pada tahun 2016 menjadi 83.878 orang, sektor ini memiliki pertambahan terbesar ketiga juga yaitu sebanyak 2.310 orang. Sedangkan sektor bangunan tahun 2015 sebesar 28.549 orang menjadi 30.916 orang pada tahun 2016 atau bertambah sebanyak 2.367 orang, industri pengolahan pada tahun 2015 sebesar 34.435 orang menjadi 35.397 orang pada tahun 2016 atau bertambah sebanyak 962 orang, sektor angkutan bertambah sebanyak 355 orang dari 15.123 orang tahun 2015 menjadi 15.478 orang pada tahun 2016, sektor keuangan bertambah sebanyak 1.512 orang dari 8.435 orang tahun 2015 menjadi 9.946 orang tahun 2016, sektor pertambangan bertambah sebanyak 825 orang dari 8.252 orang tahun 2015 menjadi 9.077 orang pada tahun 2016, dan sektor listrik, gas dan air bertambah sebanyak 221 orang dari 2.171 orang tahun 2015 menjadi sebanyak 2.392 orang tahun 2016. | 77 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 4.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2016 (Orang) Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 315,774 315,907 316,548 317,610 319,517 2. Pertambangan 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air 5. Bangunan 6,164 31,994 1,585 22,292 6,794 32,764 1,829 24,061 7,545 33,562 1,986 26,121 8,252 34,435 2,171 28,549 9,077 35,397 2,392 30,916 6. Perdagangan 7. Angkutan 8. Keuangan 9. Jasa Kemasyarakatan 74,555 14,776 5,194 75,349 77,492 14,873 6,038 79,922 79,448 14,998 7,094 85,081 81,568 15,123 8,435 90,944 83,878 15,478 9,946 96,346 547,682 559,682 572,384 587,088 602,948 1. Pertanian Jumlah 4.2.2 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Kesempatan kerja tahun 2012-2013 untuk golongan umur 1519 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 1.589 orang dari 37.975 orang menjadi 36.385 orang, golongan umur tersebut termasuk dalam usia sekolah. Menurunnya kesempatan kerja untuk golongan umur ini, diperkirakan karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat dan meningkatnya peranan pemerintah terhadap peningkatan partisipasi sekolah. Begituj uga golongan umur 50-54 tahun diperkirakan menurun sebanyak 1.754 orang dari 31.856 orang menjadi 30.101 orang Sedangkan golongan umur yang lain diperkirakan cenderung mengalami kenaikan berturut-turut yakni golongan umur 20-24 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 2.903 orang dari 63.122 orang menjadi 66.025 orang, golongan umur 25-29 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 4.159 orang dari 81.141 orang menjadi 85.300 orang, golongan umur 30-34 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 365 orang dari 78.244 orang menjadi 78 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 78.610 orang, golongan umur 35-39 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 1.119 orang dari 70.681 orang menjadi 71.800 orang, golongan umur 40-44 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 3.712 orang dari 68.330 orang menjadi 72.042 orang, golongan umur 45-49 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 978 orang dari 51.653 orang menjadi 52.631 orang, golongan umur 55-59 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 859 orang dari 24.308 orang menjadi 25.168 orang, demikan pula dengan golongan umur 60+ yang mengalami kenaikan sebesar 1.249 orang dari 40.373 orang menjadi 41.621 orang, banyaknya tambahan kesempatan kerja untuk golongan umur ini, karena membaiknya kesehatan akibat meningkatnya harapan hidup bangsa Indonesia walaupun mereka yang sudah memasuki usia pensiun. Kesempatan kerja tahun 2013-2014 untuk golongan umur 1519 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 1.534 orang dari 36.385 orang menjadi 34.851 orang,begitu juga golongan umur 50-54 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 1.688 orang dari 30.101 orang menjadi 28.414 orang. Sedangkan kesempatan kerja diperkirakan mengalami kenaikan berturut-turut golongan umur 20-24 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 3.206 orang dari 66.025 orang menjadi 69.231 orang, golongan umur 25-29 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 4.344 orang dari 85.300 orang menjadi 89.643 orang, golongan umur 30-34 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 342 orang dari 78.610 orang menjadi 78.952 orang, golongan umur 35-39 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 1.135 orang dari 71.800 orang menjadi 72.935 orang, golongan umur 40-44 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 3.890 orang dari 74.588 orang menjadi 80.669 | 79 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 orang, golongan umur 45-49 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 876 orang dari 52.631 orang menjadi 53.507 orang, golongan umur 55-59 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 857 orang dari 25.168 orang menjadi 26.025 orang, golongan umur 60+ tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 1.274 orang dari 41.621 orang menjadi 42.895 orang. Kesempatan kerja tahun 2014-2015 untuk golongan umur 1519 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 1.449 orang dari 34.851 orang menjadi 32.014 orang, begitu juga golongan umur 50-54 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 1.534 orang dari 28.414 orang menjadi 26.879 orang. Sedangkan kesempatan kerja diperkirakan mengalami kenaikan berturut-turut golongan umur 20-24 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 3.407 orang dari 69.231 orang menjadi 72.638 orang, golongan umur 25-29 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 4.623 orang dari 89.643 orang menjadi 94.266 orang, golongan umur 30-34 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 393 orang dari 78.952 orang menjadi 79.345 orang, golongan umur 35-39 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 1.199 orang dari 72.935 orang menjadi 74.133 orang, golongan umur 40-44 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 4.889 orang dari 75.931 orang menjadi 80.830 orang, golongan umur 45-49 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 924 orang dari 53.507 orang menjadi 54.430 orang, golongan umur 55-59 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 903 orang dari 26.025 orang menjadi 26.927 orang, golongan umur 60+ tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 1.340 orang dari 42.895 orang menjadi 44.235 orang. Kesempatan kerja tahun 2015-2016 untuk golongan umur 1519 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 1.389 80 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 orang dari 33.403 orang menjadi 32.014 orang, begitu juga golongan umur 50-54 tahun diperkirakan akan mengalami penurunan sebanyak 1.425 orang dari 26.879 orang menjadi 25.454 orang. Sedangkan kesempatan kerja diperkirakan mengalami kenaikan berturut-turut golongan umur 20-24 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 3.738 orang dari 72.638 orang menjadi 76.377 orang, golongan umur 25-29 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 4.860 orang dari 94.266 orang menjadi 99.126 orang, golongan umur 30-34 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 393 orang dari 79.345 orang menjadi 79.738 orang, golongan umur 35-39 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 1.217 orang dari 74.133 orang menjadi 75.350 orang, golongan umur 40-44 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 5.213 orang dari 80.830 orang menjadi 86.044 orang, golongan umur 45-49 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 939 orang dari 54.430 orang menjadi 55.369 orang, golongan umur 55-59 tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 933 orang dari 26.927 orang menjadi 27.861 orang, golongan umur 60+ tahun, diperkirakan mengalami kenaikan sebanyak 1.381 orang dari 44.235 orang menjadi 45.616 orang. Tabel 4.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2016 (Orang) Golongan Umur 15 - 19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 - 59 60 + Jumlah 2012 37,975 63,122 81,141 78,244 70,681 68,330 51,653 31,856 24,308 40,373 547,682 2013 36,385 66,025 85,300 78,610 71,800 72,042 52,631 30,101 25,168 41,621 559,682 2014 34,851 69,231 89,643 78,952 72,935 75,931 53,507 28,414 26,025 42,895 572,384 2015 33,403 72,638 94,266 79,345 74,133 80,830 54,430 26,879 26,927 44,235 587,088 2016 32,014 76,377 99,126 79,738 75,350 86,044 55,369 25,454 27,861 45,616 602,948 | 81 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 4.2.3 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi pada saat ini kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas menjadi sebuah kebutuhan. Oleh karena itu kesempatan kerja untuk tingkat pendidikan Maksimum SD diperkirakan mengalami penurunan sebanyak 5.579 orang selama tahun 2012-2013, pada tahun 2012 diperkirakan jumlah kesempatan kerja yang tercipta sebanyak 308.300 orang dan pada tahun 2013 sebanyak 302.721 orang. Sedangkan untuk perkiraan kesempatan kerja dengan jenjang pendidikan Universitas diperkirakan akan mengalami kenaikan walaupun secara keseluruhan jumlah kesempatan kerja yang tersedia masih sedikit sebanyak 37.185 orang pada tahun 2012 dan 46.355 orang pada tahun 2013. Sedangkan perkiraan jumlah kesempatan kerja yang dapat dikatakan relatif masih kecil terdapat pada jenjang pendidikan Diploma, yakni sebanyak 12.019 orang pada tahun 2012 dan 12.272 orang pada tahun 2013. Kesempatan kerja tahun 2013-2014 untuk tingkat SD diperkirakan turun sebesar 4.343 orang dari 302.721 orang menjadi 298.378 orang. Sementara tingkat pendidikan yang lain mengalami kenaikan yaitu tingkat SMTP bertambah sebanyak 654 orang dari 98.745 orang menjadi 99.399 orang, tingkat SMTA Umum bertambah sebanyak 4.117 orang dari 71.756 orang menjadi 75.872 orang, tingkat SMTA Kejuruan bertambah sebanyak 2.093 orang dari 27.833 orang menjadi 29.926 orang, untuk Diploma bertambah sebanyak 138 orang dari 12.272 orang menjadi 12.410 orang. Tingkat Universitas bertambah sebanyak 10.044 orang dari 46.355 orang menjadi 56.399 orang. Kesempatan kerja tahun 2014-2015 untuk tingkat SD diperkirakan turun sebesar 6.682 orang dari 298.378 orang menjadi 291.696 orang. Sementara tingkat pendidikan yang lain mengalami 82 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 kenaikan yaitu tingkat SMTP bertambah sebanyak 2.156 orang dari 99.399 orang menjadi 101.555 orang, tingkat SMTA Umum bertambah sebanyak 5.954 orang dari 75.872 orang menjadi 81.826 orang, tingkat SMTA Kejuruan bertambah sebanyak 3.173 orang dari 29.926 orang menjadi 33.098 orang, untuk Diploma bertambah sebanyak 91 orang dari 12.410 orang menjadi 12.500 orang. Tingkat Universitas bertambah sebanyak 10.013 orang dari 56.399 orang menjadi 66.412 orang. Kesempatan kerja tahun 2015-2016 untuk tingkat SD diperkirakan turun sebesar 6.575 orang dari 291.696 orang menjadi 285.121 orang. Sementara tingkat pendidikan yang lain mengalami kenaikan yaitu tingkat SMTP bertambah sebanyak 2.300 orang dari 101.555 orang menjadi 103.855 orang, tingkat SMTA Umum bertambah sebanyak 6.763 orang dari 81.826 orang menjadi 88.590 orang, tingkat SMTA Kejuruan bertambah sebanyak 3.771 orang dari 33.098 orang menjadi 36.869 orang, untuk Diploma bertambah sebanyak 206 orang dari 12.500 orang menjadi 12.706 orang. Tingkat Universitas bertambah sebanyak 9.395 orang dari 66.412 orang menjadi 75.807 orang. Tabel 4.4 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2016 (Orang) Tingkat Pendidikan Maksimum SD SLTP SMTA Umum 2012 308,300 96,532 68,150 2013 302,721 98,745 71,756 2014 298,378 99,399 75,872 2015 291,696 101,555 81,826 2016 285,121 103,855 88,590 SMTA Kejuruan D1 - D3 Universitas 25,497 12,019 37,185 27,833 12,272 46,355 29,926 12,410 56,399 33,098 12,500 66,412 36,869 12,706 75,807 Jumlah 547,682 559,682 572,384 587,088 602,948 | 83 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 4.2.4 Perkiraan Kesempatan KerjaMenurut Jenis Kelamin Kesempatan kerja menurut jenis kelamin diperkirakan masih di dominasi oleh laki-laki. Hal ini terlihat dari komposisi jumlah kesempatan kerja untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 326.384 orang pada tahun 2012 dan bertambah sebanyak 6.320 orang sehingga menjadi 332.703 orang di tahun 2013. Kesempatan kerja untuk jenis kelamin perempuan diperkirakan juga mengalami kenaikan sebanyak5.680 orang dari 221.298 orang tahun 2012 menjadi sebanyak 226.979 orang pada tahun 2013. Perkiraan kesempatan kerja laki-laki lebih banyak daripada perempuan dikarenakan laki-laki sebagai tulang punggung keluarga sehingga harus mencari nafkah. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin tahun 2013-2014 diperkirakan masih di dominasi oleh laki-laki. Hal ini terlihat dari komposisi jumlah kesempatan kerja untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 332.703 orang pada tahun 2013 dan bertambah sebanyak 7.086 orang sehingga menjadi 339.789 orang di tahun 2014. Kesempatan kerja untuk jenis kelamin perempuan diperkirakan juga mengalami kenaikan sebanyak 5.616 orang dari tahun 2013 yang sebanyak 226.979 orang menjadi sebanyak 232.595 orang pada tahun 2014. Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin tahun 2014-2015 diperkirakan masih di dominasi oleh laki-laki. Hal ini terlihat dari komposisi jumlah kesempatan kerja untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 339.789 orang pada tahun 2014 dan bertambah sebanyak 7.875 orang sehingga menjadi 347.644 orang di tahun 2015. Kesempatan kerja untuk jenis kelamin perempuan diperkirakan juga mengalami kenaikan sebanyak 6.849 orang dari tahun 2014 yang sebanyak 232.595 orang menjadi sebanyak 239.444 orang pada tahun 2015. 84 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin tahun 2015-2016 diperkirakan masih di dominasi oleh laki-laki. Hal ini terlihat dari komposisi jumlah kesempatan kerja untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 347.644 orang pada tahun 2015 dan bertambah sebanyak 7.875 orang sehingga menjadi 355.865 orang di tahun 2016. Kesempatan kerja untuk jenis kelamin perempuan diperkirakan juga mengalami kenaikan sebanyak 7.639 orang dari tahun 2015 yang sebanyak 239.444 orang menjadi sebanyak 247.083 orang pada tahun 2016. Tabel 4.5 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2016 (Orang) Jenis Kelamin 2012 2013 2014 2015 2016 Laki-laki 326,384 332,703 339,789 347,644 355,865 Perempuan 221,298 226,979 232,595 239,444 247,083 Jumlah 547,682 559,682 572,384 587,088 602,948 4.2.5 Perkiraan Kesempatan KerjaMenurut Status Pekerjaan Status pekerjaan dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori yaitu informal dan formal. Kategori informal memiliki presentase yang cukup besar dibandingkan dengan kategori formal. Hal ini terlihat pada tabel di bawah yang termasuk dalam kategori informal sebesar 74,81 persen pada tahun 2012 dan 74,30 persen pada tahun 2013. Yang termasuk ke dalam kategori informal adalah berusaha sendiri, berusaha dibantu, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di non pertanian serta pekerja keluarga/tidak dibayar. Yang termasuk kedalam kategori formal adalah berusaha dibantu buruh tetap (pengusaha/majikan) sebesar2,05 persen pada tahun 2012 menurun menjadi 2,00 persen pada tahun 2016 dan buruh/karyawan/pekerja diperkirakan memiliki tambahan selama | 85 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 tahun 2012-2016 sebanyak 25.231 orang. Pada kategori informal ada beberapa status pekerjaan utama yang mengalami penurunan proporsi selama tahun 2012-2016 yaitu berusaha sendiri tanpa bantuan, berusaha dengan dibantu, dan pekerja tak dibayar, sedangkan pekerja bebas dipertanian memiliki proporsi 5,39 orang pada tahun 2012 dan mengalami kenaikan menjadi 7,18 persen pada tahun 2016, untuk pekerja bebas di non pertanian memiliki proporsi 2,07 persen pada tahun 2012 dan mengalami kenaikan menjadi 2,69 persen pada tahun 2016. Tabel 4.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2016 (Orang) Status Pekerjaan 1. Brsh Sendiri tanpa bantuan 2. Brsh Dengan Dibantu 3. Brsh. Dengan Buruh 4. Pekerja/Buruh/karyawan 5. Pkj. Bebas di Pertanian 6. Pkj. Bebas di Non Pertanian 7. Pekerja tak dibayar Jumlah 2012 81,881 146,339 11,230 126,730 29,514 11,323 140,665 547,682 2013 82,387 147,950 11,412 132,447 32,435 12,377 140,675 559,682 2014 82,824 149,449 11,587 138,301 35,613 13,517 141,093 572,384 2015 83,563 151,506 11,807 144,934 39,244 14,816 141,220 587,088 2016 84,350 153,669 12,037 151,961 43,266 16,247 141,418 602,948 4.2.6 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Perkiraan kesempatan kerja menurut jabatan utama pada tahun 2012-2016 masih di dominasi oleh mereka yang jenis pekerjaannya sebagai tenaga usaha pertanian.Proporsi tenaga usaha pertanian mencapai sebesar 56,87 persen pada tahun 2012 dan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 4,88 persen sehingga menjadi 51,98 persen. Untuk kesempatan kerja yang menyerap tenaga kerja terbesar kedua yaitu tenaga produksi dan lainnya, proporsinya mengalami peningkatan sebesar 0,94 persen, yaitu dari sebesar 16,21 persen pada tahun 2012 dan menurun menjadi 17,14 persen pada tahun 2016. 86 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 4.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jabatan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2013 (Orang) Jenis Pekerjaan Utama 0/1. Tenaga Profesional 2. Tenaga Kepemimpinan 3. Tenaga Tata Usaha 4. Tenaga Usaha Penjualan 5. Tenaga Usaha Jasa 6. Tenaga Usaha Pertanian 7/8/9. Tenaga Produksi & lainnya Jumlah 2012 30,070 4,147 29,010 70,192 14,053 311,450 88,761 547,682 2013 32,042 4,444 31,695 73,260 15,112 311,786 91,344 559,682 2014 34,714 4,841 34,200 77,115 16,117 312,290 93,107 572,384 2015 37,667 5,463 37,284 80,395 17,411 312,838 96,029 587,088 2016 40,102 6,447 39,880 81,015 18,696 313,434 103,374 602,948 Sumber : BPS, data diolah 4.2.7 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Jam kerja menunjukkan pemakaian waktu yang digunakan oleh tenaga kerja selama mereka bekerja. Jam kerja dibagi 2 kategori yaitu bekerja penuh (penduduk yang bekerja lebih dari 35 jam seminggu) dan setengah penganggur (penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu). Kesempatan kerja menurut jam kerja diatas 35 jam pada tahun 2016-2016 diperkirakan mengalami peningkatan sebanyak 15.810 orang. Peningkatan ini untuk semua jam kerja, peningkatan terbesar terjadi pada jam kerja 60 jam keatas yaitu mencapai sebanyak 7.632 orang. Proporsi kesempatan kerja untuk jam kerja 35-44 jam sebesar 19,27 persen pada tahun 2012 dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 19,93 persen. Peningkatan jam kerja ini diperkirakan semakin meningkatnya produksi perusahaan yang mengakibatkan para kerja membutuhkan waktu kerja lebih lama dibandingkan dengan waktu kerja normal. | 87 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 4.8 Perkiraan Kesempatan Kerja Menurut Jam Kerja Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2016 (Orang) 4.3 Jam Kerja 2012 2013 2014 2015 2016 0 36,928 38,962 41,997 46,753 51,760 1-9 47,358 49,640 51,703 53,661 55,386 10-14 57,335 59,709 61,787 63,107 64,713 15-24 111,170 112,157 113,538 115,085 117,130 25-34 88,808 89,274 89,701 90,690 92,066 35-44 105,517 105,704 106,260 107,480 109,162 45-59 72,811 74,507 75,759 76,760 77,345 ≥ 60 27,755 29,728 31,639 33,553 35,387 Jumlah 547,682 559,682 572,384 587,088 Keterangan **) Sementara tidak bekerja (sakit, cacat, dll) 602,948 Perkiraan Produktivitas Tenaga Kerja Besarnya produktivitas tenaga kerja merupakan gambaran besarnya aktifitas tenaga kerja yang dapat dihasilkan, tinggi rendahnya tingkat produktivitas tenaga kerja yang dicapai setiap sektor lapangan usaha tergantung pada nilai pendapatan dan banyaknya jumlah pekerja yang bekerja di sektor tersebut. Secara umum pada tahun 2012 produktivitas tenaga kerja di Sulawesi Barat dilihat menurut sektor/lapangan usaha produktivitas tertinggi terdapat di sektor keuangan sebesar 70,08 juta/tenaga kerja, sektor listrik, gas dan air sebesar 20,78 juta/tenaga kerja, kemudian sektor industri pengolahan sebesar 16,11 juta/tenaga kerja selanjutnya diikuti sektor angkutan sebesar 13,37 juta/tenaga kerja, sektor jasa kemasyarakatan sebesar 11,89 juta/tenaga kerja, sektor bangunan sebesar 11,87 juta/tenaga kerja, sektor perdagangan sebesar 9,50 juta/tenaga kerja dan sektor pertambangan sebesar 8,49 juta/tenaga kerja, sektor pertanian sebesar 8,30 juta/tenaga kerja. Pada tahun 2013 produktivitas tenaga kerja di Sulawesi Barat dilihat menurut sektor/lapangan usaha produktivitas tertinggi terdapat di sektor lembaga keuangan mencapai Rp. 70,14 juta/tenaga kerja, kemudian sektor 88 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 listrik, gas dan air sebesar 20,79 juta/tenaga kerja, sektor industri pengolahan sebesar 16,87 juta/tenaga kerja, sektor angkutan sebesar 14,32 juta/tenaga kerja, sektor jasa kemasyarakatan sebesar 12,15 juta/tenaga kerja, sektor bangunan sebesar 11,93 juta/tenaga kerja, sektor perdagangan sebesar 9,79 juta/tenaga kerja, sektor pertanian sebesar 8,98 juta/tenaga kerja dan sektor pertambangan sebesar 8,51 juta/tenaga kerja. Pada tahun 2014 produktivitas tenaga kerja di Sulawesi Barat dilihat menurut sektor/lapangan usaha produktivitas tertinggi terdapat di sektor lembaga keuangan mencapai Rp. 70,18 juta/tenaga kerja, kemudian sektor listrik, gas dan air sebesar 22,12 juta/tenaga kerja, sektor industri pengolahan sebesar 17,68 juta/tenaga kerja, sektor angkutan sebesar 15,31 juta/tenaga kerja, sektor jasa kemasyarakatan sebesar 12,37 juta/tenaga kerja, sektor bangunan sebesar 11,94 juta/tenaga kerja, sektor perdagangan sebesar 10,25 juta/tenaga kerja, sektor pertanian sebesar 9,71 juta/tenaga kerja dan sektor pertambangan sebesar 8,52 juta/tenaga kerja. Pada tahun 2015 produktivitas tenaga kerja di Sulawesi Barat dilihat menurut sektor/lapangan usaha produktivitas tertinggi terdapat di sektor lembaga keuangan mencapai Rp. 70,22 juta/tenaga kerja, kemudian sektor listrik, gas dan air sebesar 23,38 juta/tenaga kerja, sektor industri pengolahan sebesar 18,51 juta/tenaga kerja, sektor angkutan sebesar 16,39 juta/tenaga kerja, sektor jasa kemasyarakatan sebesar 12,57 juta/tenaga kerja, sektor bangunan sebesar 11,95 juta/tenaga kerja, sektor perdagangan sebesar 10,71 juta/tenaga kerja, sektor pertanian sebesar 10,50 juta/tenaga kerja dan sektor pertambangan sebesar 8,67 juta/tenaga kerja. Pada tahun 2016 produktivitas tenaga kerja di Sulawesi Barat dilihat menurut sektor/lapangan usaha produktivitas tertinggi terdapat di sektor lembaga keuangan mencapai Rp. 70,90 juta/tenaga kerja, kemudian sektor listrik, gas dan air sebesar 24,51 juta/tenaga kerja, sektor industri pengolahan sebesar 19,37 juta/tenaga kerja, sektor angkutan sebesar 17,30 juta/tenaga kerja, sektor jasa kemasyarakatan sebesar 12,90 | 89 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 juta/tenaga kerja, sektor bangunan sebesar 12,07 juta/tenaga kerja, sektor perdagangan sebesar 11,21 juta/tenaga kerja, sektor pertanian sebesar 11,32 juta/tenaga kerja dan sektor pertambangan sebesar 8,78 juta/tenaga kerja. Tabel 4.9 Perkiraan Produktivitas Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2016 (Juta Rp./Tenaga Kerja) 90 | Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 1. Pertanian 2. Pertambangan 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air 5. Bangunan 6. Perdagangan 8.30 8.49 16.11 20.78 11.87 9.50 8.98 8.51 16.87 20.79 11.93 9.79 9.71 8.52 17.68 22.12 11.94 10.25 10.50 8.67 18.51 23.38 11.95 10.71 11.32 8.78 19.37 24.51 12.07 11.21 7. Angkutan 8. Keuangan 9. Jasa Kemasyarakatan 13.37 70.08 11.89 14.32 70.14 12.15 15.31 70.18 12.37 16.39 70.22 12.57 17.30 70.90 12.90 Jumlah 10.32 10.97 11.68 12.42 13.22 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 BAB V PERKIRAAN DAN PERENCANAAN KESEIMBANGAN ANTARA PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AKAN TENAGA KERJA Dalam proses perencanaan tenaga kerja, persediaan tenaga kerja menjadi tumpuan awal yang menentukan kuantitas dan kualitas tenaga kerja,sedangkan kebutuhan tenaga kerja adalah sesuatu yang harus diciptakan. Sementara itu dengan kondisi negara yang cenderung surplus persediaan tenaga kerja seperti di Indonesia maka penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya adalah upaya yang mutlak harus dilakukan apapun kondisi tenaga kerja yang tersedia. Demikian pula perbaikan berbagai sistem yang berkenaan dengan penanggulangan pengangguran. Konsep ini berkaitan erat dengan kondisi nyata di daerah untuk mengatasi masalah pengangguran yang dengan jelas menunjukkan ketidak seimbangan antara persediaan dan kebutuhan tenaga kerja sebagaimana telah disampaikan pada Bab II. | 91 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Untuk itu berbagai cara dapat dilakukan antara lain dengan peningkatan mobilitas tenaga kerja dan modal yaitu memindahkan calon tenaga kerja menuju kesempatan kerja yang lowong dengan melatih ulang keterampilannya untuk memenuhi kualifikasi di tempat yang baru atau menempatkan modal/industri (padat karya) ke wilayah yang jumlah penganggurnya sangat tinggi, mengelola permintaan/kebutuhan masyarakat, yaitu strategi mengarahkan permintaan masyarakat ke barang/jasa yang jumlahnya melimpah, menyediakan informasi yang cepat dan akurat mengenai kebutuhan tenaga kerja, baik perusahaan di daerah mana saja yang membuka lowongan berikut kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan; menciptakan pertumbuhan ekonomi yang dititikberatkan pada upaya penciptaan kesempatan kerja yang seluas-luasnya, hal perlu dilakukan ini agar hasil dari pembangunan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat, paling tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya melalui hasil kerjanya sendiri; pengefektifan program pendidikan dan pelatihan agar dapat langsung ditempatkan dan memenuhi kebutuhan di tempat kerja, serta yang tidak kalah penting adalah menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan agar mampu dengan cepat melihat peluang pasar dan menciptakan kesempatan kerja paling tidak bagi dirinya sendiri. Sejalan dengan berbagai upaya yang aktif dan terencana yang akan dan harus terus dilakukan, maka angka penganggur terbuka di Provinsi Sulawesi barat diharapkan akan terus menurun dari tahun ke tahun sehingga pada tahun 2012 diperkirakan menjadi 15.333 orang, pada tahun 2013 di perkirakan menjadi 14.900 orang, pada tahun 2014 diperkirakan menjadi 14.672 orang, pada tahun 2015 diperkirakan menjadi 14.155 orang, dan pada tahun 2016 diperkirakan terus menurun menjadi 13.678 orang. Begitu juga untuk Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) nya yang diharapkan terus menurun pada tahun 2012 menjadi 2,72 persen pada tahun 2013 menjadi 2,59 persen, pada tahun 2014 menjadi 2,50 persen, pada tahun 2015 menjadi 2,35 persen dan 2016 terus menurun menjadi 2,22 persen. 92 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Jika ditinjau dari sisi persediaan, sesungguhnya jumlah angkatan kerja usia muda (15-19 tahun) tidaklah sebanyak angkatan kerja usia produktif (25-54 tahun) namun karena kesempatan kerja yang tersedia bagi mereka terbatas maka akibatnya penganggur usia muda dan terutama usia sekolah diperkirakan jumlahnya masih cukup tinggi yaitu mencapai 3.920 orang pada tahun 2012 dan diharapkan turun menjadi 3.849 orang pada tahun berikutnya. Demikian juga untuk TPT yang tertinggi adalah pada usia sekolah yaitu golongan umur 15-19 tahun yang diperkirakan TPTnya mencapai 9,36 persen pada tahun 2012 dan 9,57 persen pada tahun 2013. TPT yang tergolong tinggi berikutnya adalah pada golongan umur 20-24 tahun yaitu sebesar 6,85 persen dan 6,45 persen pada tahun berikutnya. Tabel 5.1 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Golongan Umur Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2016 2012 Golongan Umur 2013 2014 2015 2016 Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) 15-19 3.920 9,36 3.849 9,57 3.816 9,87 3.758 10,11 3.700 10,36 20-24 4.643 6,85 4.550 6,45 4.508 6,11 4.391 5,70 4.334 5,37 25-29 1.344 1,63 1.307 1,51 1.291 1,42 1.212 1,27 1.124 1,12 30-34 1.750 2,19 1.709 2,13 1.693 2,10 1.627 2,01 1.563 1,92 35-39 575 0,81 561 0,77 547 0,74 488 0,65 428 0,56 40-44 627 0,91 594 0,82 580 0,76 567 0,70 551 0,64 45-49 794 1,51 754 1,41 724 1,33 714 1,30 705 1,26 50-54 198 0,62 189 0,62 181 0,63 169 0,63 157 0,61 55-59 834 3,32 762 2,94 716 2,68 651 2,36 580 2,04 60+ 649 1,58 627 1,48 617 1,42 578 1,29 537 1,16 Jumlah 15.333 2,72 14.900 2,59 14.672 2,50 14.155 2,35 13.678 2,22 | 93 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tingginya angka penganggur usia sekolah ini mengindikasikan bahwa upaya yang sungguh-sungguh dalam menahan agar penduduk yang masih berusia sekolah ini masih harus ditingkatkan dan bukan menitikberatkan pada penambahan kesempatan kerja bagi mereka. Hal ini karena dalam upaya pengurangan penganggur ini selain menciptakan kesempatan kerja seluas-luasnya di sisi lain harus juga ditekankan pada peningkatan kualitas tenaga kerja secara fisik maupun psikis termasuk tingkat kematangan dalam bekerja. Ini sejalan dengan upaya pengurangan pekerja anak (di bawah 18 tahun) yang terus harus ditingkatkan. Angka yang berbeda adalah pada golongan usia yang lebih senior dimana jumlah penganggur terbukanya diperkirakan rata-rata akan terus mengecil dalam tiap tingkatan usia yang lebih tua. Hal ini karena secara alami persediaan tenaga kerjanya juga terus mengecil dalam tingkatan yang lebih tua, sehingga ketika kesempatan kerja tersedia menurun tidak membuat penganggur terbukanya meningkat. 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Tenaga kerja di Provinsi Sulawesi Barat masih didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah baik dari segi persediaan maupun kebutuhannya sehingga penganggur terbukanya juga masih didominasi oleh penganggur terbuka berpendidikan rendah. Pada tahun 2012 jumlah penganggur terbuka berpendidikan SD diperkirakan mencapai 4.162 orang dan diperkirakan menurun pada tahun 2016 sehingga menjadi 3.893 orang. Demikian juga penganggur berpendidikan SMTP diperkirakan menurun menjadi 1.463 orang dan 1.351 orang pada tahun 2012 dan 2016. Penganggur terbuka berpendidikan SMTA Umum diperkirakan masih cukup tinggi mencapai 4.785 orang pada tahun 2012 dan pada tahun 2016 diharapkan turun menjadi 4.393 orang. Sedangkan untuk SMTA Kejuruan diperkirakan akan menurun dari 3.027 orang pada tahun 2012 menjadi 94 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 2.708 orang pada tahun 2016. Lebih tingginya angka pengangguran terbuka mereka yang berpendidikan SMTA Umum dibanding SMTA Kejuruan karena dari segi persediaan tenaga kerjanya jumlah angkatan kerja SMTA Umum memang masih jauh lebih tinggi dari pada SMTA Kejuruan namun demikian kesempatan kerja bagi yang SMTA Umum pun masih mencapai dua kali lipat daripada yang Kejuruan. Secara historis perbandingan penganggur terbuka antara yang Umum dan Kejuruan ini berlangsung fluktuatif sehingga perkiraan kedepan juga masih dipengaruhi oleh kondisi di lapangan. Pemerintah dalam hal ini melalui Dinas Pendidikan telah cukup gencar mencanangkan program “SMK Bisa” untuk meningkatkan daya tampung dan merubah mind set masyarakat terutama yang memiliki keterbatasan minat, kemampuan dan biaya agar lebih memilih program kejuruan. Tujuannya antara lain untuk meringankan beban orang tua dengan mempersingkat masa pendidikan, mempersiapkan calon tenaga kerja agar lebih terampil sesuai kejuruan yang menjadi minatnya dan juga yang tidak kalah penting adalah dalam menjawab kebutuhan pasar kerja. Pada kenyataannya dunia kerja akan lebih banyak membutuhkan pekerja setingkat operator dibanding setingkat manajer yang seharusnya merupakan ciri lulusan perguruan tinggi, demikian pula dengan berbagai inovasi tidak menutup kemungkinan mereka membuka usaha mandiri dengan bekal keterampilan yang dimilikinya tersebut. Bahkan bisa jadi dengan peluang sukses yang lebih besar karena mereka langsung berhadapan dengan kebutuhan pasar, tahu persis pekerjaan yang digelutinya dan pada umumnya bisa dimulai dengan permodalan yang jauh lebih kecil. Namun, harapan tersebut pada kenyataannya masih terkendala dengan pola pikir yang cenderung standar mengikuti tatanan kebiasaan baik bagi calon tenaga kerja dan pemberi kerja tapi terutama karena masih sangat minimnya jiwa kewirausahaan masyarakat di daerah pada umumnya. Dengan demikian proyeksi penganggur terbuka menurut tingkat pendidikan | 95 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 SMTA Umum dan Kejuruan ini pun masih fluktuatif mengikuti pola pikir yang berkembang di tengah masyarakat. Tabel 5.2 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Tingkat Pendidikan Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2016 2012 Tingkat Pendidikan 2013 2014 2015 2016 Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Maksimum SD 4.162 1,33 4.123 1,34 4.085 1,35 4.026 1,36 3.893 1,35 SMTP 1.463 1,49 1.433 1,43 1.420 1,41 1.391 1,35 1.351 1,28 SMTA Umum 4.785 6,56 4.646 6,08 4.613 5,73 4.403 5,11 4.393 4,72 SMTA Kejuruan 3.027 10,61 2.911 9,47 2.898 8,83 2.839 7,90 2.708 6,84 Diploma 516 4,12 508 3,97 499 3,87 489 3,77 404 3,08 Universitas 1.381 3,58 1.280 2,69 1.157 2,01 1.006 1,49 929 1,21 Jumlah 15.333 2,72 14.900 2,59 14.672 2,50 14.155 2,35 13.678 2,22 Jumlah penganggur terbuka lulusan pendidikan Diploma dan Universitas dimana walau secara jumlah masih jauh lebih kecil daripada tingkat pendidikan di bawahnya namun mulai menunjukkan kecenderungan untuk merambat naik. Walau demikian dengan berbagai upaya yang perluasan kesempatan kerja baik untuk pekerjaan formal maupun upaya menumbuh kembangkan jiwa usahawan di kalangan lulusan perguruan tinggi diharapkan angka penganggurnya pada tahun 2012 dan 2016 mengalami penurunan. 5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Pada tahun 2012 penganggur laki-laki diperkirakan masih cukup besar yaitu sebanyak 8.072 orang dan pada akhir tahun 2016 terus menurun menjadi sebanyak 7.374orang. Sedangkan untuk angka penganggur perempuan diperkirakan akan terus menurun mencapai 7.262 orang pada 96 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 tahun 2012 dan diperkirakan menurun menjadi 6.304 orang penganggur pada tahun 2016. Tabel 5.3 Perkiraan Penganggur Terbuka Menurut Jenis Kelamin Provinsi Sulawesi Barat, Tahun 2012-2013 2012 Jenis Kelamin 2013 2014 2015 2016 Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Absolut (Orang) TPT (%) Laki-Laki 8.072 2,41 7.923 2,33 7.802 2,24 7.613 2,14 7.374 2,03 Perempuan 7.262 3,18 6.987 2,98 6.870 2,87 6.543 2,66 6.304 2,49 Jumlah 15.333 2,72 14.900 2,59 14.672 2,50 14.155 2,35 13.678 2,22 Jika dibandingkan antara kedua jenis kelamin ini untuk angka penganggur laki-laki hingga saat ini memang masih cukup besar, hal ini karena secara tradisi laki-laki dipandang sebagai tulang punggung keluarga sehingga yang masuk pasar kerja dan termasuk angkatan kerja jauh lebih banyak daripada perempuan. Di sisi lain justru banyak perusahaan yang lebih memilih perempuan sebagai tenaga kerjanya bukan semata karena karakteristik jenis pekerjaannya tetapi (di luar keterbatasan fisiknya) tenaga kerja perempuan dianggap lebih menguntungkan pihak manajemen perusahaan seperti lebih telaten dan lebih mudah diatur. Hal ini menyebabkan berbanding terbalik dengan konsep kesetaraan gender dari tahun ke tahun jumlah penganggur laki-laki di Indonesia masih selalu lebih tinggi dari pada perempuan. | 97 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 BAB VI ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI SULAWESI BARAT Provinsi Sulawesi Barat merupakan provinsi hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki luas wilayah sekitar 16,796.19 kilometer persegi dengan jumlah penduduk lebih dari 1,1 juta jiwa, memiliki 5 kabupaten. Sulawesi Barat dikenal memiliki banyak objek lokasi wisata. Selain kakao, daerah ini juga penghasil kopi robusta ataupun kopi arabika, kelapa dan cengkeh. Di sektor pertambangan terdapat kandungan emas, batubara dan minyak bumi. Sektor pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, yang semakin membaik seiring dengan program pemerintah yang terus mengembangkan sektor itu dalam rangka memacu ekonomi daerah. Selain | 99 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 itu, pembangunan infrastuktur juga merupakan salah satu faktor yang memicu tingginya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat sehingga menjadikan Sulawesi Barat menjadi Provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sulawesi. Pembangunan infrastruktur merupakan kontribusi dari sektor investasi dan jasa seiring dengan pertumbuhan pembangunan Sulawesi Barat sebagai Provinsi baru menjadi pemicu ekonomi Sulawesi Barat membaik, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah Sulawesi Barat terus membaik, karena pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat ini telah melampaui rata rata pertumbuhan ekonomi nasional yang masih di bawah tujuh persen. Tingginya pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat tidak menjadikan provinsi ini terlepas dari masalah ketenagakerjaan, kompleksnya permasalahan ketenagakerjaan perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Beberapa permasalahan ketenagakerjaan yang dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Barat, yakni kualitas angkatan kerja masih relatif rendah, penciptaan lapangan kerja yang relatif masih terbatas, kesempatan kerja yang didominasi oleh sektor informal. Untuk mengatasi permasalahan ketenagakerjaan, maka diperlukan kebijakan ketenagakerjaan merupakan masalah yang kompleks dan luas, sehingga mempunyai multi dimensional, dimana terdapat saling keterkaitan antara berbagai faktor ekonomi, faktor sosial, faktor politik dan sebagainya. Jadi, pemecahan masalah ketenagakerjaan tidak dapat dilakukan dengan mengandalkan suatu kebijakan. Sehubungan dengan itu, maka kebijakan komprehensif yang dibutuhkan adalah kebijakan berkaitan dengan perluasan kesempatan kerja, pembinaan angkatan kerja dan peningkatan perlindungan dan kesejahteraan pekerja. Secara lebih rinci, uraian kebijakan tersebut adalah sebagai berikut : 100 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 6.1 Rekomendasi Kebijakan Perekonomian Untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur pemerintah melaksanakan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan usaha untuk menaikkan dan mempertahankan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapitadengan tetap memperlihatkan tingkat pertumbuhan penduduk disertai adanya perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Dalam proses pembangunan ekonomi, pemerintah secara sadar dan terencana mengadakan perubahan-perubahan kearah peningkatan taraf hidup masyarakat. Hasil perkiraan Perencanaan Tenaga Kerja Daerah (PTKD) Tahun 2012-2016 memberikan nuansa yang optimis. Hal ini disebabkan perekonomian Sulawesi Barat pada lima tahun mendatang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 7,88 – 9,31 persen. Pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut juga diperkirakan akan mendorong penciptaan kesempatan kerja, sehingga jumlah kesempatan kerja pada rentang tahun 2012-2016 diperkirakan akan bertambah sebanyak 55.266 orang menjadi 602.948 orang. Peningkatan penciptaan kesempatan kerja ini juga berdampak positif terhadap tingkat dan jumlah penganggur terbuka. Pada tahun 2012, Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) diperkirakan menurun menjadi 2,72 persen atau sebanyak 15.333 orang. Pada tahun 2016, Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) diperkirakan menurun menjadi 2,22 persen atau sebanyak 13.678 orang. Kondisi perekonomian Sulawesi Barat pada 2012-2016 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi dan berada pada kisaran 7% - 9%. Hal ini disebabkan adanya optimisme pemerintah akan kenaikan penghasilan pada lima tahun yang akan datang yang memberikan dampak positif yaitu meningkatnya jumlah lapangan kerja dan akan semakin membaiknya kondisi ekonomi di Provinsi Sulawesi Barat. Secara sektoral, kinerja sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Kinerja sektor ini | 101 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 pada lima tahun mendatang antara lain dipengaruhi oleh peningkatan produksi beras di Sulawesi Barat karena bertambahnya areal tanaman padi petani berkat program percetakan sawah baru, penggunaan benih bermutu dan perbaikan saluran drainase dan pompanisasi. Lebih lanjut, sektor keuangan dan jasa kemasyarakatan juga diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan di Sulawesi Barat. Pada sisi penggunaan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat pada 2012-2016 diperkirakan akan didorong oleh permintaan dalam negeri/domestik terutama konsumsi baik konsumsi rumah tangga maupun pemerintah. Peningkatan Konsumsi rumah tangga didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat yang diperkirakan akan terus meningkat dan konsumsi pemerintah meningkat seiring dengan makin bertambahnya anggaran setiap tahunnya. Sementara itu, investasi pada 2012-2016 juga diperkirakan akan tumbuh baik yang bersumber dari sektor swasta untuk konstruksi dan pertambangan dengan semakin kondusifnya iklim investasi di Sulawesi Barat. Kedepan, stabilitas makro ekonomi harus diikuti secara linear dengan peningkatan investasi sektor riil, sehingga pertumbuhan ekonomi tidak lagi mengandalkan kekuatan konsumsi, melainkan investasi. Sektor ekonomi potensial padat pekerja harus didorong maju. Untuk itu, perbaikan iklim usaha harus diperbaiki agar dapat menarik investasi domestik dan asing. Selain itu, kebijakan ekonomi juga harus diarahkan kepada ekonomi pasar yang berporos kepada pengembangan usaha berskala kecil dan menengah yang produktif. Jadi, selain melalui pengembangan sumber daya manusia terus-menerus, perluasan lapangan kerja dengan kebijakan daerah harus dilakukan melalui jembatan investasi. Berikut Pemerintah adalah dalam langkah-langkah upayanya untuk pokok menciptakan kesempatan kerja melalui kebijakan makro ekonomi: 102 | yang perlu dan ditempuh memperluas Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 1. Pemerintah secara aktif menyusun kebijakan makro ekonomi yang ditujukan untuk mencari sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru menggunakan jalur investasi, teknologi serta perdagangan(ekspor-impor) dengan mendorong berkembangnya sektor swasta. 2. Pembangunan infrastruktur di wilayah Provinsi Sulawesi Barat guna membuka isolasi wilayah serta pelayanan sampai ke kampung serta menghubungkannya dengan pusat kegiatan ekonomi. 3. Peningkatan Aksesbilitasi Pendidikan dan Kesehatan. 4. Membangun dan mengembangkan memperkuat usaha kecil ekonomi dan kerakyatan menengah serta guna mengentaskan kemiskinan di Sulawesi Barat. 5. Membangun dan menyebarkan Pusat Pertumbuhan di Sulawesi Barat guna menciptakan keseimbangan antar wilayah. 6. Mengembangkan kegiatan ekonomi yang bersifat moderen yang terkait dengan ekonomi rakyat, usaha kecil dan menengah dengan memperhatikan aspek lingkungan dan daya dukung sumber daya alam. 7. Meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara kawasan andalan dan tertinggal dalam rangka peningkatan kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar kawasan andalan. 8. Membangun kemitraan antar wilayah (kabupaten/kota) guna mendukung terlaksananya pemerataan dan penyebaran pertumbuhan. 9. Menghapus hambatan investasi, khususnya dalam hal perijinan, keamanan dan kepastian hukum (legal certainty). Berbagai upaya yang bisa dilakukan diantaranya : a. Pengurangan biaya dalam kaitan pendirian badan usaha. | 103 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 b. Pengurangan biaya yang terkait dengan pengenaan pajak dan masalah administrasi perpajakan. c. Akselerasi reformasi dalam bidang legalisasi guna mempengaruhi persepsi investor secara positif. d. Menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan property rights karena ketidakpastian dalam hal property rights (misalnya, ketidakpastian kepemilikan dan peruntukan tanah) akan sangat menghambat penciptaan iklim investasi. f. Pemeliharaan dan penambahan sarana dan prasarana (infrastruktur). g. Memperbaiki berbagai Peraturan Daerah (Perda). 10. Memacu pertumbuhan ekonomi wilayah Sulawesi Barat melalui pengembangan sektor-sektor unggulan yang berbasis sumber daya setempat dan meningkatkan keterkaitan antar pusat pertumbuhan wilayah; 11. Meningkatkan keterkaitan yang saling menguntungkan antara kawasan andalan dan tertinggal dalam rangka peningkatan kesejahteraan ekonomi daerah di sekitar kawasan andalan; 12. Membukaakses terhadap sumber dinamika pertumbuhan internal UKM itu sendiri, sepertipembiayaan dan kredit, akses pasar, teknologi dan perbaikan manajemen. 13. Menampung berbagai kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan usaha melalui pengembangan kawasan dan pusat pertumbuhan. Harapan serta target pembangunan ekonomi dan pembangunan ketenagakerjaan yang optimistis dalam RTKD Tahun 2012-2016 ini dapat tercapai jika didukung oleh kuatnya serta kondusifnya kondisi perekonomian domestik dan eksternal, termasuk juga didalamnya keberhasilan implementasi kebijakan Pemerintah dalam jangka pendek, khususnya dalam 104 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 penanganan dampak krisis. Jika implementasi kebijakan pemerintah dimaksud berhasil, maka hal ini akan menjadi pijakan yang kuat sebagai penopang dan penentu implementasi kebijakan pemerintah lainnya yang berspektrum jangka panjang guna mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik. Konsistensi antara kebijakan fiskal dan moneter juga harus terus dijaga agar menumbuhkan ekspektasi pelaku ekonomi yang positif, yang pada akhirnya dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Meskipun harapan serta target pembangunan ekonomi dan pembangunan ketenagakerjaan beserta asumsi yang digunakan dalam RTKD Tahun 2012-2016 inicenderung optimistis, namun tetap harus menjaga kewaspadaan mengingat masih rawannya perekonomian terhadap dampak krisis. 6.2 Rekomendasi Kebijakan Umum Perencanaan Tenaga Kerja pada kenyataannya terkait dengan berbagai segi kehidupan penduduk suatu negara dan hanya dapat diimplementasikan melalui berbagai jenis kebijakan. Segala upaya yang dilakukan secara sadar dan terintegrasi untuk menyusun perencanaan tenaga kerja itulah yang pada akhirnya menentukan hasil akhir yang menjadi tujuan pembangunan nasional. Sebagaimana diungkapkan di depan permasalahan ketenagakerjaan sangat banyak dan kompleks. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diantaranya melalui kebijakan umum, yang termasuk dalam kebijakan umum tersebut antara lain kebijakan pendidikan dan kesehatan. Semua itu terkait dengan kualitas penduduk. 6.2.1 Kebijakan Pendidikan Kebijakan pendidikan dan kesehatan bertujuan bagi peningkatan kualitas tenaga kerja tersedia. Hal ini terutama dari segi pendidikannya. Tersedianya penduduk usia kerja yang terdidik dan terampil merupakan | 105 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 dasar dari perencanaan tenaga kerja karena dengan demikian pada umumnya akan terbuka ketersediaan perluasan dan peluang pasar kerja yang lebih besar dan berkualitas pula. Tenaga kerja seperti itu otomatis akan dicari oleh berbagai pelaku usaha di dalam maupun di luar negeri. Tergantung pada individu yang bersangkutan apakah akan mengembangkan diri sebagai pribadi mandiri dengan usaha sendiri (sebagai wirausaha) atau melibatkan diri pada usaha yang telah terorganisasi sebagai tenaga kerja yang sangat diperlukan bagi terlaksananya suatu proses produksi. Pada dasarnya semua jenis kemajuan atau pembangunan dapat dipandang sebagai hasil kinerja manusia, yaitu manusia yang telah melalui proses investasi pengembangan mutu sumber daya manusia menjadi manusia terdidik (educated people). Suatu bangsa akan mampu mengembangkan sistem tata kepemerintahan yang baik, memiliki pertahanan negara yang tangguh, tata perekonomian yang mensejahterakan dan adil,memajukan berbagai jenis pengetahuan yang diperlukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, maupun secara soliter sebagai manusia yang sadar dirinya merupakan bagian dari ‘one earth’, kesemuanya itu hanya dan jika telah melalui proses pendidikan. Proses pendidikan harus dipandang sebagai investasi karena jika berhasil diwujudkan akan menghasilkan nilai tambah yang berbentuk maslahat pribadi (private benefit) dan maslahat sosial (social benefit). Dengan maslahat pribadi memungkinkan seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara bermartabat, antara lain dengan memiliki pekerjaan yang layak dan hidup sehat lahir maupun bathin. Sedangkan kemaslahatan ditunjukkan dengan sosial dimilikinya berwujud nilai produktivitas tambah berkarya yang untuk mewujudkan kesejahteraan lingkungan sosialnya. Proses pendidikan memiliki dua dimensi, dimensi yang pertama bahwa dengan melakukan pendidikan maka kualitas angkatan kerja 106 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Indonesia meningkat. Dengan meningkatnya kualitas, maka dapat bersaing di pasar kerja dalam negeri dan luar negeri, serta dapat termotivasi dalam berwirausaha/menjadi entrepreneur, sehingga dapat mengolah dan mengembangkan berbagai peluang dan sumber daya alam yang ada. Dimensi lain, bahwa peningkatan pendidikan, khususnya penduduk usia sekolah, maka akan berpengaruh pada pengurangan jumlah angkatan kerja khususnya penduduk usia sekolah. Dengan berkurangnya angkatan kerja usia sekolah, maka sangat berpotensi besar mengurangi jumlah penganggur terbuka juga didominasi usia muda, khususnya usia sekolah. Kebijakan peningkatan pendidikan telah dicanangkan oleh Pemerintah melalui program wajib belajar. Selain itu Pemerintah pusat juga membatasi pendirian SMA dan membuka peluang pendirian SMK, pemberian dana BOS, dan lainnya. Kebijakan ini semua memberikan peluang pendidikan yang lebih tinggi. Berikut adalah kebijakan umum Provinsi Sulawesi Barat dalam bidang pendidikan : 1. Mendekatkan fasilitas dan pelayanan pendidikan pada derah terpencil dan terbelakang, melalui PAUD, Wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun, pendidikan menengah, pendidikan formal, pendidikan non formal, pendidikan luar biasa. 2. Memberikan pelayanan pendidikan gratis bagi masyarakat di kabupaten Mamuju. 3. Mendorong pengembangan dan Pemanfaatan IPTEK, melalui peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan. Dengan berbagai program pendidikan tersebut, maka jumlah tambahan angkatan kerja pada tahun mendatang, yakni tahun 20122016 jumlahnya semakin berkurang. | 107 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 6.2.2 Kebijakan Kesehatan Sedangkan kebijakan di bidang kesehatan merupakan faktor pendukung peningkatan sumber daya manusia tersebut. Kesehatan merupakan modal awal dan sekaligus merupakan indikator tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Dari sisi pembangunan nasional, generasi yang sehat dan sejahtera merupakan tujuan pembangunan negara sementara dari sisi perencanaan tenaga kerja tingkat kesehatan digunakan sebagai batasan perlindungan tenaga kerja dan tingkat kesehatan. Dengan demikian segala upaya perlu dilakukan dalam penciptaaan tenaga kerja yang berkualitas dalam hal kesehatan, pendidikan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja. Di dalam kebijakan umum selain dipengaruhi oleh kualitas penduduk adalah pengaturan kuantitas. Pengaturan ini seperti selama ini yang dikenal, yakni melalui program Keluarga Berencana (KB), melalui program ini tingkat kelahiran penduduk dapat dikendalikan. Program ini telah mengalami pasang surut sejak negara ini berdiri dan selama ini mencapai perkembangan tertingginya pada era Orde Baru. Oleh karena itu dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, maka Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat di bidang kesehatan memiliki kebijakan untuk mengupayakan pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin, dengan program sebagai berikut: 1. Peningkatan faslitas dan pelayan KIA, terutama pada daerah terpencil dan terbelakang. 2. Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak. 3. Sosialisasi dan penerapan program Keluarga Berencana (KB) 4. Pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin dan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan tidak menular. 5. Peningkatan sumber daya manusia kesehatan. 108 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Kebijakan dibidang kesehatan merupakan faktor pendukung peningkatan sumber daya manusia tersebut. Kesehatan merupakan modal awal dan sekaligus merupakan indikator tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Dari sisi pembangunan regional, generasi yang sehat dan sejahtera merupakan tujuan pembangunan daerah sementara dari sisi perencanaan tenaga kerja tingkat kesehatan digunakan sebagai batasan perlindungan tenaga kerja dan tingkat kesehatan. Dengan demikian segala upaya perlu dilakukan dalam penciptaan tenaga kerja yang berkualitas dalam hal kesehatan, pendidikan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja. 6.3 Rekomendasi Kebijakan Penciptaan Kesempatan Kerja Pada hakekatnya, semua kegiatan ekonomi baik berskala besar, menengah maupun kecil, formal dan informal mempunyai identitas sektoral. Setiap sektor atau sub sektor mempunyai instansi pembina, baik ditingkat Pusat maupun tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota. Dengan demikian maka kebijakan sektoral menjadi ujung tombak dalam penciptaan kesempatan kerja. Oleh karena itu,kebijakan sektoral diarahkan pada pengembangan aktivitas produksi dilingkupnya sedapat mungkin berorientasi pada perluasan lapangan kerja. Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektoral sangat ditentukan oleh kebijakan-kebijakan moneter, fiskal, investasi, sektoral, pendidikan dan penggunaan teknologi. Instansi teknis dan lembaga pendukung kegiatan teknis perlu melakukan koordinasi dan aktivitas pengembangan masing-masing lapangan usaha. Dengan demikian tanggung jawab setiap instansi melalui kegiatan teknisnya dapat berperan serta dalam menciptakan kesempatan kerja yang berkelanjutan. | 109 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 6.3.1. Sektor Pertanian Lapangan usaha primadona dalam pertanian penyerapan masih merupakan sektor lapangan pekerjaan, walaupun kalangan muda kurang berminat. Berbagai kebijakan perlu dilakukan guna meningkatkan sektor pertanian agar dapat menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang bekerja di dalamnya. Kebijakan yang dilakukan antara lain : 1. Pembangunan infrastruktur pertanian dan perkebunan dalam rangka peningkatan produksi sektor pertanian dan sektor perkebunan di Provinsi Sulawesi Barat. 2. Pembangunan balai pertanian di setiap kecamatan dalam rangka mendukung program peningkatan produksi pertanian dan sebagai posko Program Peningkatan Beras Nasional (P2BN). 3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia petani melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan petani. 4. Peningkatan kualitas petani dan produktivitas pertanian, perikanan dan kehutanan. 5. Peningkatan ketahanan pangan yang mengarah pada swasemba beras dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap impor. 6. Meningkatkan produksi perkebunan dan hasil hutan untuk membuka peluang ekspor melalui program pola kemitraan. 6.3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan di Sulawesi Barat diperkirakan akan menyerap tenaga kerja cukup besar. Lapangan usaha ini untuk kedepan memiliki proporsi yang makin meningkat karena mengingat Provinsi Sulawesi Barat masih banyak memiliki potensi pertambangan dan penggalian yang belum dieksplorasi. Tetapi perlu diperhatikan, sektor ini merupakan sektor yang membutuhkan waktu 110 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 yang cukup lama untuk memperbaharui sumber atau bahannya (unrenewable resources). Beberapa strategi dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja antara lain: 1. Pengubahan status kawasan hutan lindung di Mamuju dari areal hutan lindung menjadi areal penggunaan lain (APL) sehingga lahan tambang yang masuk dalam areal hutan lindung dapat dikelola. 2. Peningkatan SDM tenaga kerja lokal di sektor pertambangan dan kehutanan. 3. Substitusi tenaga kerja asing dengan tenaga kerja lokal. 4. Perluasan skala usaha pertambangan dengan mekanisme pemberian insentif yang lebih besar. 6.3.3 Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan memperlihatkan gejala yang menggembirakan. Ditahun-tahun mendatang, sektor ini memperlihatkan peningkatan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini terjadi dikarenakan Provinsi Sulawesi Barat merupakan provinsi baru yang potensial baik dilihat dari ketersediaan SDA-nya, khususnya rotan dan kakao maupun dari letak geografis yang strategis. Selain sebagai sumber bahan baku industri pengolahan rotan dan industri pengolahan kakao, Sulawesi Barat juga merupakan penghasil komoditi lain yang potensial yaitu nilam dan ubi kayu. Adapun rekomendasi berikut untuk peningkatan Sektor Industri ini : 1. Pengembangan Industri berbasis sumber daya alam. 2. Pemberian fasilitasi kepada industri yang melakukan pengembangan teknologi seperti, mesin peralatan penyulingan | 111 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 minyak nilaim; bantuan Mesin atau peralatan bengkel; bantuan mesin atau peralatan pengolahan tapioka. 3. Pengembangan industri kakao dengan membangun pabrik pengolahan Kakao dan pabrik industri kakao. 4. Pembangunan industri rotan sebagaimana Provinsi Sulawesi Barat akan dicanangkan sebagai daerah industri rotan. 5. Mengembangkan pasar baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dengan melakukan pameran dan mendorong peningkatan penggunaan mebel rotan. 6. Meningkatkan kualitas dan keterampilan SDM. 6.3.4 Sektor Listrik, Gas & Air Bersih Sektor ini merupakan yang paling rendah dalam menyerap kesempatan kerja. Walaupun penyerapan dalam sektor ini tidaklah besar, akan tetapi peranan maupun keberadaannya sangatlah penting dan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya seperti sektor industri, bangunan, perdagangan dan kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan yang perlu ditempuh sektor ini harus disesuaikan dengan sektor dan bidang yang terkait seperti : 1. Pengembangan jaringan listrik untuk desa-desa yang belum mendapatkan penerangan dengan pengembangan teknologi sederhana dan tepat guna. 2. Penyediaan air bersih akan menjadi sektor yang berkembang seiring dengan menurunnya kualitas dan volume air tanah, pengembangan teknologi dalam penciptaan air bersih akan membuat penyerapan tenaga kerja menjadi lebih besar. 3. Pengelolaan potensi migas dan kekayaan alam yang belum tereksplorasi. 112 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 6.3.5 Sektor Bangunan Berkembangnya suatu wilayah dapat ditandai dengan majunya pembangunan infrastruktur. Secara umum program yang tercakup dalam sektor ini meliputi pengembangan infrastruktur publik, pembangunan perkantoran, perumahan termasuk juga real estate. Tumbuhnya sektor ini diharapkan akan membuat dampak terhadap penciptaan dan perluasan kesempatan kerja karena sektor konstruksi umumnya merupakan program padat karya. Sehubungan dengan itu, maka kebijakan yang dapat diterapkan adalah tetap meningkatkan aktivitasnya dengan mempertahankan prinsip efisiensi dan produktivitas usaha. Sehubungan dengan itu maka kebijakan yang dapat diambil untuk sektor ini adalah : a. Meningkatkan pembangunan infrastruktur perumahan dan pemukiman yang layak huni dan berkelanjutan. b. Meningkatkan daya dukung struktur dan kapasitas jalan akses menuju pusat-pusat produksi dan pemasaran. c. Kebijakan tata ruang wilayah/kota dan pertahanan yang jelas dan konsisten. d. Dukungan pendanaan untuk industri jasa konstruksi. 6.3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Pembangunan perdagangan merupakan salah satu kegiatan bidang ekonomi yang mempunyai peran strategis dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, penciptaan lapangan usaha. Dengan kata lain aktivitas perdagangan sangat berperan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi dan mempunyaimultiplier effect yang ditimbulkan sangat besar. Beberapa kebijakan yang dapat diberlakukan antara lain : a. Penciptaan iklim usaha dan penyediaan tempat usaha serta bantuan kredit lunak. | 113 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 b. Mengembangkan industri kreatif, agar tumbuh dan dapat bersaing di pasar internasional. c. Pemberian informasi perdagangan lewat penyuluhan. d. Merevitalisasi pasar-pasar tradisional agar mampu bersaing dengan pasar modern. 6.3.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor angkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan positif, yang mana hal ini tidak terlepas dari fungsinya mengantarkan barang dan orang. Semakin besar barang yang dihasilkan oleh sektor pertanian, pertambangan dan industri pengolahan serta bangunan, maka semakin besar pula mobilitas distribusi barang. Yang lebih mangesankan adalah pertumbuhan subsektor komunikasi (meliputi telepon seluler, bisnis internet, Media cetak dan elektronik, dan kantor pos). Kebijakan untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor ini diantaranya berkaitan dengan : a. Perluasan jangkauan pelayanan pos dan telekomunikasi hingga ke daerah terpencil. b. Meningkatkan peran swasta/masyarakat sebagai mitra usaha di bidang pos dan telekomunikasi dalam iklim persaingan investasi yang kondusif. c. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu melalui penataan system jaringan, manajemen lalu lintas, pemasangan fasilitas dan rambu jalan, penataan jaringan dan izin trayek serta kerja sama antar lembaga pemerintah pusat dan daerah. d. Memberikan kemudahan kepada pihak pengguna telekomunikasi (masyarakat) dalam mendapatkan pelayanan. 114 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 6.3.8 Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangungan, Jasa Persewaan dan Jasa Perusahaan Peran sektor ini dalam perekonomian memiliki fungsi yang strategis. Walaupun konstribusinya masih sangat kecil dalam memberikan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja. Apabila terganggunya fungsi lembaga keuangan (Bank, Asuransi, Koperasi, Pasar Modal, Dana Pensiun, Leasing) akan memberikan dampak buruk terhadap sektor lain. Untuk itu kebijakan yang diterapkan dalam sektor ini akan sangat membantu terhadap pertumbuhan sektor-sektor lainnya seperti sektor barang. Berikut adalah beberapa kebijakan yang dapat ditempuh : a. Mendorong lembaga untuk mendanai usaha-usaha yang dijalankan dengan prinsip padat karya. b. Penciptaan regulasi kelembagaan untuk mengamankan kepentingan semua pemangku kepentingan lembaga c. Pembinaan dan penyediaan sumber daya manusia, guna memenuhi kebutuhan bidang keuangan secara berkelanjutan. 6.3.9 Sektor Pemerintah, Pertahanan & Jasa & Kemasyarakatan Berkembangnya sektor-sektor yang ada menuntut munculnya tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus. Dan hal ini yang menjadikan nilai tambah bagi seorang tenaga kerja. Demikian pula dengan sektor ini, dimana cakupan yang sangat luas sehingga memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak. Cakupan dari lapangan usaha atau sektor ini adalah jasa pemerintahan umum dan pertahanan, jasa kemasyarakatan pemerintahan dan swasta serta jasa perseorangan. Kesempatan kerja yang ada untuk tahuntahun mendatang cukup besar, dan hal ini diharapkan akan terus bertambah besar. Mempersiapkan para tenaga kerja yang kompeten | 115 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 diharapkan akan membuat tenaga kerja yang berada pada sektor ini bertambah. Untuk pengembangan sektor jasa diperlukan kebijakan antara lain : a. Optimalisasi peran subsektor swasta dalam pengembangan ekonomi Sulawesi Barat. b. Bantuan promosi dalam pengembangan subsektor swasta. c. Pendampingan dan pelatihan pelaku jasa subsektor swasta. d. Bantuan akses permodalan dan informasi pasar dalam pengembangan jasa swasta. 6.4 Rekomendasi Kebijakan Pelatihan Tenaga Kerja Kebijakan pelatihan tenaga kerja bertujuan untuk meningkatkan keterampilan, keahlian, dan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas. Peningkatan kualitas tenaga kerja dilakukan melalui pendidikan formal, pelatihan kerja, dan pengembangan di tempat kerja sebagai satu kesatuan sistem pengembangan SDM yang komprehensif dan terpadu. Pelatihan kerja akan semakin penting peranannya dalam peningkatan kualitas tenaga kerja dalam mengantisipasi perubahan teknologi dan persyaratan kerja. Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja menurut status pekerjaan utama, bahwa sebagai prioritas yang perlu kita lakukan pelatihan adalah mereka-mereka yang akan berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu dan pekerja atau buruh dan berpendidikan maksimum SMTA Umum. Sementara berusaha dengan buruh (pengusaha) tidak perlu diberikan pelatihan, karena untuk menjadi seorang pengusaha sebagian melalui usaha sendiri atau usaha dibantu dan apabila langsung menjadi pengusaha kemungkinan besar sudah belajar dari keluarganya. Sedangkan mereka yang akan bekerja dengan status pekerja bebas dan pekerja keluarga tidak perlu kita lakukan pelatihan. Selain itu mereka-mereka yang berpendidikan SMTA Kejuruan diperkirakan sewaktu sekolah sudah mendapat pengetahuan praktek sesuai dengan bidangnya dinilai sudah cukup, sedangkan yang 116 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 berpendidikan diploma dan universitas rata-rata memiliki kemampuan yang cukup apabila ingin bekerja sebagai karyawan maupun berusaha. Berdasarkan perkiraan kesempatan kerja tahun 2012-2016, bahwa yang perlu dilakukan pelatihan tentang : a. Kewirausahaan (usaha sendiri dan dibantu) sebanyak 4.922 orang. b. Karyawan sebanyak 12.675 orang. Jumlah sasaran yang perlu dilatih selama tahun 2012-2016 adalah sebanyak 17.597 ribu orang. Tabel. 6.1 Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Tingkat Pendidikan Tahun 2012 – 2016 Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan SMTA SMTA Umum Kejuruan Maks SD SLTP 1. Brsh Sendiri tanpa bantuan (1,036) 327 913 2. Brsh Dengan Dibantu 3. Brsh. Dengan Buruh (3,074) (339) 971 107 4. Pekerja/Buruh/karyawan Jumlah D1 - D3 Universitas 508 31 1,726 2,469 2,711 299 1,508 166 91 10 5,122 564 7,330 807 (20,364) 3,343 9,332 5,192 485 27,243 25,231 5. Pkj. Bebas di Pertanian 6. Pkj. Bebas di Non Pertanian 7. Pekerja tak dibayar 4,014 (2,065) (316) 1,822 652 100 5,086 1,821 278 2,830 1,013 155 61 9 3,441 526 13,752 4,924 753 Jumlah (23,179) 7,323 20,440 11,373 688 38,623 55,266 Sumber : Data diolah Tabel 6.2 Kapasitas Lembaga Latihan dan Instruktur Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011 No Provinsi 1 Sulawesi Barat Kapasitas Lembaga Latihan 1.440 Instruktur 12 orang Dengan melihat kebutuhan latihan pada tahun 2012-2016 seperti yang tertera pada tabel. 6.1 yang jumlahnya cukup besar, serta melihat kapasitas lembaga latihan yang masih sedikit dibandingkan dengan jumlah | 117 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 tenaga kerja yang harus dilatih, maka target kebutuhan latihan tersebut semestinya terus ditingkatkan selama lima tahun mendatang. Peningkatan jumlah peserta dan kapasitas lembaga latihan mengandung konsekuensi terhadap peningkatan anggaran maupun instruktur. Untuk mengurangi jumlah tenaga kerja yang harus dilatih maka diperlukan penambahan jumlah SMK di masing-masing kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Barat. Hal ini dimaksudkan agar siswa lulusan SMTP diarahkan untuk melanjutkan ke SMK sehingga semakin banyak lulusan terampil yang siap masuk ke pasar kerja. Berikut akan diuraikan beberapa kebijakan yang berkaitan dengan pelatihan yang difokuskan kepada kewirausahaan dan untuk menjadi pekerja/buruh/karyawan. 6.4.1 Pelatihan Berdasarkan Status Pekerjaan Utama 6.4.1.1 Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan dan Berusaha dengan Dibantu. Dari perkiraan tambahan kesempatan kerja berdasar Tabel. 6.1 terdapat 4.922 orang pada tahun 2012-2016 yang perlu mendapatkan pelatihan dengan fokus kewirausahaan. Dengan banyaknya tenaga kerja yang perlu dilatih maka dibutuhkan pula biaya besar yang harus dikeluarkan. Selain itu, jumlah lembaga pelatihan, instruktur, serta daya tampung lembaga pelatihan itu sendiri perlu ditambah mengingat besarnya tenaga kerja yang perlu dilatih. Program pelatihan yang potensial dikembangkan untuk kelompok berusaha sendiri tanpa bantuan dan diantaranya : 1. Pelatihan cara bercocok tanam yang lebih efisien 2. Pelatihan budidaya perikanan dan peternakan 3. Pelatihan penggunaan alat-alat mesin pertanian 4. Pelatihan tata boga 118 | dibantu Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 5. Pelatihan kerajinan tangan 6. Pelatihan pertukangan 7. Pelatihan meubel 8. Pelatihan elektronika 9. Pelatihan otomotif 6.4.1.2 Pekerja/buruh/karyawan Berdasarkan pada perkiraan tambahan kesempatan kerja seperti pada tabel 6.1 diperkirakan akan terdapat tambahan sebanyak 12.675 orang pada tahun 2012-2016 yang perlu dilatih untuk menjadi pekerja/buruh/karyawan. Jumlah tersebut adalah mereka yang berpendidikan SMTA kebawah. Prioritas pelatihan yang bisa dikembangkan bagi mereka yang akan menjadi pekerja/buruh/karyawan diantaranya : 1. Pelatihan otomotif 2. Pelatihan teknologi mekanik 3. Pelatihan elektronika 4. Pelatihan komputer, sekretaris 5. Pelatihan operator mesin 6. Pelatihan pembukuan/akuntansi 7. Pelatihan perhotelan, dan lain-lain. 6.4.1.3 Pelatihan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Selain prioritas pelatihan tersebut diatas, pelatihan yang perlu dilakukan juga bisa didasarkan pada jenis pekerjaan yang akan dimasuki pencari kerja. Dari beberapa jenis jabatan yang ada, dapat kita bedakan jenis pelatihan prioritasnya agar pelatihannya lebih terarah dan keluarannya dapat diserap pasar kerja. 1. Pertanian Di sektor pertanian, ada beberapa jenis pelatihan yang bisa dikembangkan, misalnya : | 119 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 a. Pelatihan peternak unggas b. Pelatihan operator mesin pertanian dan kehutanan c. Pelatihan pekerja pertanian, perkebunan, dan pembibitan d. Pelatihan petani dan nelayan e. Pelatihan pekerja pertanian dan peternakan 2. Industri Manufaktur Untuk sektor industri manufaktur sebisa mungkin disesuaikan dengan potensi daerah dan jenis industri yang ada di daerah masingmasing. Hal ini diperlukan agar jenis pelatihan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Beberapa jenis pelatihan yang bisa dikembangkan, diantaranya : a. Pelatihan pembuat roti, kue kering, dan kembang gula b. Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat topi c. Pelatihan penyulam d. Pelatihan tukang kayu dan meubel e. Pelatihan operator mesin jahit 3. Konstruksi Di bidang konstruksi, jenis pelatihan yang masih bisa dikembangkan diantaranya : a. Pelatihan tukang kayu dan meubel b. Pelatihan pembuat kerangka bangunan c. Pelatihan teknisi teknik sipil 4. Jasa-jasa Untuk sektor jasa, sebenarnya banyak pelatihan yang bisa dikembangkan. Karena sektor ini memang mengharuskan memiliki tingkat keterampilan yang tinggi. Beberapa jenis pelatihan yang bisa dikembangkan diantaranya : a. Pelatihan montir kendaraan b. Pelatihan pemangkas rambut, perias, dan kecantikan. c. Pelatihan pembantu dan pembersih rumah tangga. 120 | perawat Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 d. Pelatihan pengemudi mobil taksi. e. Pelatihan tukang jahit, pembuat pakaian, dan pembuat topi, dan lain-lain. 5. Sektor lainnya Untuk sektor lainnya yang masih bisa dikembangkan, untuk menambah keterampilan tenaga kerja yang akan memasuki pasar kerja diantaranya : a. Pelatihan operator mesin forklift. b. Pelatihan teknisi teknik mesin. c. Pelatihan teknisi teknik listrik. d. Pelatihan juru masak. e. Pelatihan operator komputer dan mesin pengolah data. 6. Pelatihan pelayan restoran dan bar. 7. Pelatihan perakit peralatan listrik, dan lain-lain. Dari uraian diatas, diperlukan strategi yang dapat mendukung terlaksananya pelatihan yang terencana dan terarah. Strategi dimaksud antara lain : 1. Adanya perencanaan pelatihan berdasarkan pada kebutuhan sektor, jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan status pekerjaan. 2. Mendayagunakan seluruh potensi lembaga pelatihan baik yang dikelola oleh pemerintah, swasta, dan perusahaan serta membangun BLK baru. 3. Memberikan pelatihan kepada angkatan kerja baru untuk meningkatkan kualitasnya agar mampu mengisi kesempatan kerja yang ada di dalam negeri maupun luar negeri. 4. Membangun link and match antara program pendidikan dan program pelatihan dengan dunia kerja. | 121 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 6.5 Rekomendasi Kebijakan Penempatan Tenaga Kerja Kebijakan penempatan tenaga kerja diarahkan untuk pengembangan pasar kerja, penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri, pengembangan kesempatan kerja serta pengendalian penggunaan tenaga kerja asing. Keempat kebijakan tersebut dilaksanakan dalam rangka untuk mengatasi permasalahan di bidang ketenagakerjaan yaitu masalah pengangguran dan setengah pengangguran. Pendekatan yang digunakan untuk memformulasikan kebijakan penempatan tenaga kerja dalam Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi (PTKP) Tahun 2012-2016 ini adalah dengan cara menentukan target utama penempatan tenaga kerja berdasarkan jenis status pekerjaan dan lapangan usaha (sektor). Adapun ketiga jenis status pekerjaan yang menjadi target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016 adalah kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan, Berusaha Dengan Dibantu, dan Pekerja/Buruh/Karyawan. Dasar pertimbangan penetapan kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan serta Berusaha Dengan Dibantu sebagai target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016 adalah karena kedua jenis status pekerjaan tersebut merupakan bentuk dari Kewirausahaan. Dengan menciptakan banyak Kewirausahaan, maka akan mendorong terciptanya banyak kesempatan kerja baru. Sedangkan, dasar pertimbangan penetapan kesempatan kerja dengan status Pekerja/Buruh/Karyawan sebagai salah satu target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016 adalah karena pekerjaan ini merupakan jenis pekerjaan yang bersifat formal. Seperti kita ketahui bersama bahwa penciptaan kesempatan kerja formal dalam jumlah yang banyak merupakan salah satu sasaran pembangunan ketenagakerjaan nasional. Hal ini disebabkan pekerja sektor formal merupakan pekerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan yang mendapatkan perlindungan negara, menghasilkan pendapatan yang tetap, dengan tempat kerja yang 122 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 memiliki keamanan kerja (job security), serta dengan status permanen pada unit usaha atau lembaga yang berbadan hukum. Kelima lapangan usaha yang menjadi sektor prioritas dan ditetapkan sebagai target utama penempatan tenaga kerja pada tahun 2012-2016 adalah Sektor Pertanian, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa.Sektor Perdagangan dan Jasa termasuk sektor prioritas di Sulawesi Barat dikarenakan merupakan salah satu fokus koridor ekonomi sehingga diharapkan kesempatan kerjanya meningkat dalam lima tahun kedepan. Berdasarkan hasil proyeksi, diperkirakan akan terdapat tambahan kesempatan kerja sebesar 55 ribu orang pada tahun 2012-2016 (lihat Tabel 6.1). Berdasarkan Status Pekerjaan Utama, tambahan kesempatan kerja terbesar selama lima tahun tersebut adalah untuk Pekerja/Buruh/Karyawan. Sedangkan, berdasarkan Lapangan Usaha Utama, tambahan kesempatan kerja terbesar selama lima tahun tersebut adalah terdapat pada Sektor Jasa. Tabel 6.3 Tambahan Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Usaha Tahun 2012 – 2016 (dalam ribu) Status Pekerjaan Lapangan Usaha Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Brsh Sendiri tanpa bantuan 2. Brsh Dengan Dibantu 3. Brsh. Dengan Buruh 4. Pekerja/Buruh/karyawan 5. Pkj. Bebas di Pertanian 6. Pkj. Bebas di Non Pertanian 7. Pekerja tak dibayar (675) (2,005) (221) (6,902) 13,752 (206) 178 528 58 1,817 278 54 208 617 68 2,122 325 63 49 146 16 503 77 15 526 1,562 172 5,378 824 160 569 1,689 186 5,815 891 173 43 127 14 438 67 13 290 861 95 2,964 454 88 1,282 3,804 419 13,095 2,007 391 2,469 7,330 807 25,231 13,752 4,924 753 Jumlah 3,743 2,913 3,403 807 8,624 9,324 702 4,753 20,997 55,266 Sumber : Data diolah Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Sendiri Tanpa Bantuan pada tahun 2012-2016 ditargetkan bertambah sebanyak 2.469 orang. Di lapangan usaha pertanian, untuk status ini diperkirakan akan terjadi penurunan kesempatan kerja sebanyak 675 orang pada tahun 20122016. Di lapangan usaha bangunan, untuk status ini diperkirakan akan | 123 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 terjadi kenaikan kesempatan kerja sebanyak 526 orang pada tahun 20122016. Di lapangan usaha perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 569 orang pada tahun 2012-2016. Di lapangan usaha keuangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 290 orang pada tahun 2012-2016. Sedangkan, di lapangan usaha Jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 1.282 orang pada tahun 2012-2016. Untuk kesempatan kerja dengan status Berusaha Dengan Dibantu pada tahun 2012-2016 ditargetkan bertambah sebanyak 7.330 orang. Di lapangan usaha pertanian, untuk status ini diperkirakan akan terjadi penurunan kesempatan kerja sebanyak 2.005 orang pada tahun 2012-2016. Di lapangan usaha bangunan, untuk status ini diperkirakan akan terjadi kenaikan kesempatan kerja sebanyak 1.562 orang pada tahun 2012-2016. Di lapangan usaha perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 1.689 orang pada tahun 2012-2016. Di lapangan usaha keuangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 861 orang pada tahun 2012-2016. Sedangkan, di lapangan usaha Jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak sebanyak 3.804 orang pada tahun 20122016. Untuk kesempatan kerja dengan status Pekerja/Buruh/Karyawan pada tahun 2012-2016 ditargetkan bertambah sebanyak 25.231 orang. Di lapangan usaha pertanian, untuk status ini diperkirakan akan terjadi penurunan kesempatan kerja sebanyak 6.902 orang pada tahun 2012-2016. Di lapangan usaha bangunan, untuk status ini diperkirakan akan terjadi kenaikan kesempatan kerja sebanyak 5.378 orang pada tahun 2012-2016. Di lapangan usaha perdagangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 5.815 orang pada tahun 2012-2016. Di lapangan usaha keuangan, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak 2.964 orang pada tahun 2012-2016. Sedangkan, di lapangan usaha Jasa, untuk status ini ditargetkan bertambah sebanyak sebanyak 13.095 orang pada tahun 2012-2016. 124 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Kebijakan, strategi, dan program penempatan tenaga kerja yang perlu dilakukan adalah: 1. Kebijakan penciptaan pasar kerja yang luwes melalui penyempurnaan peraturan perundang-undangan. 2. Konsolidasi program perluasan kesempatan kerja. 3. Peningkatan kualitas pelayanan penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia di luar negeri. 4. Peningkatan kualitas pusat-pusat pelayanan informasi ketenagakerjaan. 5. Peningkatan konsolidasi program-program perluasan kesempatan kerja. 6. Kebijakan pendukung lainnya. a. Pengembangan pusat-pusat informasi ketenagakerjaan; b. Pengembangan kualitas dan sistem informasi pasar kerja, bursa kerja dan sistem perluasan kesempatan kerja; c. Penyusunan Perencanaan tenaga kerja sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan program yang ramah ketenagakerjaan. 6.6 Rekomendasi Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja Dalam pembangunan bidang ketenagakerjaan, tenaga kerja merupakan pelaku utama sekaligus tujuan pembangunan ketenagakerjaan. Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional ini semakin meningkat begitu pula dengan berbagai tantangan dan risiko yang dihadapinya. Untuk itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas. Selain itu kebijakan perlindungan tenaga kerja ditujukan untuk menciptakan suasana hubungan kerja yang harmonis melalui peningkatan pelaksanaan fungsi dan peranan sarana hubungan industrial bagi pelaku proses produksi barang dan jasa. Dengan demikian kebijakan perlindungan tenaga kerja ini berguna baik pada tenaga kerja itu sendiri maupun bagi para pelaku usaha dan lainnya sehingga mampu menciptakan iklim usaha | 125 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 yang kondusif, menimbulkan ketenangan bekerja dan berusaha, meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pekerja, pengusaha, dan berbagai pihak terkait. Dengan upaya ini pada akhirnya juga berpotensi membuka berbagai peluang berusaha dan berinvestasi untuk menciptakan perluasan kesempatan kerja baru. 6.6.1 Pengawasan Ketenagakerjaan Bentuk perlindungan, pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk pengawasan ketenagakerjaan, penyelesaian perselisihan hubungan industrial dan program jaminan sosial tenaga kerja. Bentuk perlindungan ini berlaku umum untuk seluruh kegiatan yang menyangkut upaya produksi yang melibatkan bidang ketenagakerjaan baik formal maupun informal, untuk kelas industri berskala besar, menengah, kecil bahkan mikro dan perorangan atau tidak dapat diklasifikasikan sekalipun. Hanya saja untuk proses pengukuran dan perencanaan perlindungan yang terstruktur dan sistematis perlu adanya landasan berupa data tempat usaha/perusahaan. Dalam bidang ketenagakerjaan, perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Untuk itu, berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1981 tentang wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan, sampai dengan tahun 2011 terdapat 3.220 perusahaan yang telah melapor, dimana jumlah perusahaan terbanyak berada di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 922 perusahaan disusul oleh Kabupaten Mamuju sebanyak 737 perusahaan dan Kabupaten Majene sebanyak 675 perusahaan. Sedangkan untuk pegawai pengawas yang ada saat ini berjumlah 9 orang dengan jumlah terbanyak berada di dinas provinsi sebanyak 3 126 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 orang dan selebihnya tersebar di kabupaten yang ada. Jika dilihat perbandingan antara jumlah perusahaan dengan jumlah pegawai pengawas terdapat perbandingan yang besar, apabila dirata-ratakan maka satu orang pegawai pengawas mengawasi 30 perusahaan dalam satu bulan dimana seharusnya jumlah perusahaan ideal yang diawasi adalah 5 perusahaan tiap bulannya. Tabel 6.4 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Fungsional Pengawas KONDISI PENGAWAS SAAT INI NO 1 2 3 4 5 6 PROVINSI, KABUPATEN/KOTA JUMLAH PERUSAHAAN Provinsi Kabupaten Majene Kabupaten Polewali Mandar Kabupaten Mamasa Kabupaten Mamuju Kabupaten Mamuju Utara 675 922 276 737 610 3 1 0 1 2 2 PERUSAHAAN YG DIAWASI PER BULAN PER PENGAWAS 56 23 31 25 3,220 9 30 Jumlah JUMLAH PERKIRAAN KEBUTUHAN PENGAWAS 11 15 5 12 10 PERUSAHAAN YG DIAWASI PER BULAN PER PENGAWAS 5 5 5 5 5 54 5 JUMLAH Untuk kedepannya diharapkan jumlah pegawai pengawas dapat ditambah, begitu pula untuk kabupaten/kota yang belum memiliki pengawas untuk memilikinya agar pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di kabupaten/kota tersebut dapat berjalan maksimal. Dalam mendukung peningkatan kuantitas dan kualitas pelaporan serta upaya sosialisasi tersebut sangat dibutuhkan pengawas ketenagakerjaan yang memadai, sementara jumlahnya masih sangat minim dibandingkan jumlah perusahaan maupun jumlah tenaga kerja yang ada. Untuk itu jumlah pengawas ketenagakerjaan harus bertambah dari yang ada sekarang 9 orang tenaga pengawas menjadi 54 tenaga pengawas, dengan demikian | 127 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 setiap pengawas ketenagakerjaan mampu mengawasi 5 perusahaan tiap bulan. Untuk mempercepat penambahan pengawas ketenagakerjaan perlu dilakukan : a. Pembiayaan bersama (sharing) antara pemerintah pusat dan daerah. Hal ini karena bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari kewenangan/urusan wajib setiap tingkat pemerintahan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan dasar pada masyarakat sebagaimana diatur dalam PP Nomor 38 tahun 2007. b. Pelatihan jarak jauh (distance training) untuk materi dan teori, praktek di kelas maupun di lapangan. c. Pengadaan pengawas ketenagakerjaan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 6.6.2 Perselisihan Hubungan Industrial dan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Perlindungan tenaga kerja tidak hanya berkaitan dengan pengawasan norma ketenagakerjaan sebagaimana tersebut di atas tetapi juga industrial. menyangkut Untuk penyelesaian penyelesaian yang perselisihan bersifat hubungan antisipatif telah diundangkan berbagai peraturan yang mengatur adanya perangkat hubungan industrial ini yaitu minimal adanya Peraturan Perusahaan (PP) atau lebih baik lagi jika ada Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang dapat menjadi acuan bersama bagi pekerja dan pemberi kerja/ pengusaha. Selain itu sebagaimana aturan yang berlaku secara internasional perlu dibentuk Serikat Pekerja (SP) yang menjamin kebebasan berpendapat bagi pekerja. Perangkat hubungan industrial yang terutama adalah adanya Lembaga Kerjasama (LKS) Bipartit karena diharapkan menjadi jembatan utama dalam pencarian solusi yang menguntungkan kedua belah pihak. 128 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Tabel 6.5 Perangkat Hubungan Industrial Tahun 2009 2010 2011 1 PP 9 45 160 2 PKB 23 41 3 SP/SB 86 4 LKS Bipartit 5 1 175 Sumber : Disnakertrans Provinsi Sulawesi Barat No Keterangan Jumlah perusahaan yang memiliki PP dan PKB diharapkan terus meningkat, sehingga pada rentang tahun 2012-2016 jumlah perusahaan yang memiliki PP diharapkan bertambah sesuai dengan target sebanyak 50 perusahaan pada tahun 2012-2016.Sedangkan jumlah perusahaan yang memiliki PKB ditargetkan sebanyak 25 perusahaan pada tahun 2012-2016.Kebijakan yang dapat dilakukan adalah melalui sosialisasi dan perusahaan yang bermasalah dihimbau segera menyusun PP dan PKB. Tabel 6.6 Target Penambahan Perangkat Hubungan Industrial No 1 2 3 4 Keterangan PP PKB SP/SB LKS Bipartit Tahun 2012* 2013* 2014* 2015* 10 10 10 10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2016* 10 5 5 5 Dalam hal penyelesaian perselisihan hubungan industrial langkah terbaik adalah adanya dialog antara pekerja dan pengusaha dalam penyelesaian yang menguntungkan kedua belah pihak (winwin solution). Untuk itu seharusnya pekerja memiliki kebebasan berpendapat yang disalurkan secara terarah dan pada jalurnya melalui Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Dengan demikian upaya | 129 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 perlindungan tetap menitikberatkan pada upaya preventif sebelum terjadinya kasus-kasus yang harus diselesaikan secara hukum. Untuk jumlah mediator yang dimiliki sampai saat ini adalah sebanyak 5 orang mediator. Penambahan mediator diharapkan akan bertambah dikarenakan kemampuan mediator dalam menangani kasus yang ada semakin maksimal serta adanya kemungkinan pegawai mediator yang memasuki usia pensiun. Untuk Provinsi Sulawesi Barat diharapkan adanya penambahan mediator yang saat ini berjumlah 5 orang menjadi 34 orang dengan penambahan ini diharapkan kerja mediator dalam menangani kasus yang ada menjadi maksimal. Tabel 6.7 Perkiraan Tambahan Kebutuhan Tenaga Mediator KONDISI MEDIATOR SAAT INI NO PROVINSI, KABUPATEN/KOTA JUMLAH PERUSAHAAN JUMLAH PERUSAHAAN YG DIBINA PER BULAN PER MEDIATOR PERKIRAAN KEBUTUHAN MEDIATOR JUMLAH PERUSAHAAN YG DIBINA PER BULAN PER MEDIATOR 1 Provinsi - - - - - 2 Kabupaten Majene 675 2 28 7 8 3 Kabupaten Polewali Mandar 922 - - 10 8 4 Kabupaten Mamasa 276 - - 3 8 5 Kabupaten Mamuju 737 3 20 8 8 6 Kabupaten Mamuju Utara 610 - - 6 8 3,220 5 54 34 8 Jumlah Kerjasama yang baik antara pekerja dan pengusaha akan menimbulkan ketenangan bekerja bagi pekerja karena yakin hakhaknya akan dijamin sesuai dengan kontribusinya. Pengusaha pun akan memetik keuntungan dengan peningkatan produktivitas dan terciptanya budaya kerja yang baik. Untuk itu dari keseluruhan perangkat hubungan industrial berupa adanya PP, PKB maupun SP dan tenaga mediator maka yang terbaik adalah keberadaan perangkat hubungan industrial berupa Lembaga Kerjasama (LKS) 130 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 Bipartit yang berfungsi sesuai seharusnya. LKS Bipartit yang berfungsi baik akan meminimalisir peran pemerintah melalui LKS Tripartit. Dengan sosialisasi dan penekanan pelaksanaan peraturan perundangan yang berlaku maka pembentukan LKS Bipartit ini diharapkan semakin meningkat sehingga ditargetkan pada tahun 2012-2016 menjadi 200 perusahaan yang memiliki LKS Bipartit. Tidak dapat dipungkiri bahwa walau telah diupayakan adanya perangkat hubungan industrial yang memadai tetapi sangat dimungkinkan terjadi perselisihan hubungan industrial apalagi berbagai perangkat tersebut diatas dari segi jumlah masih jauh dari kebutuhan. Hal ini terutama agar perselisihan tersebut tidak perlu masuk dalam ranah hukum yang pada akhirnya cenderung merugikan kedua belah pihak baik dari segi biaya, waktu, tingkat kerepotan yang ditimbulkan, citra buruk, rusaknya hubungan baik hingga berbagai kerugian non materil lainnya. Untuk itu diperlukan banyak tenaga mediator yang kompeten dalam rangka memediasi perselisihan yang timbul. Perlindungan tenaga kerja erat pula kaitannya dengan pemenuhan jaminan sosial terhadap tenaga kerja dan juga bagi keluarganya. Pekerja dan keluarganya yang hidup sejahtera inilah yang hakekatnya menjadi tujuan dari konstitusi. Negara diwajibkan menyediakan pekerjaan yang (berpenghasilan) layak bagi tiap-tiap warga negaranya. Dengan demikian, masyarakat yang sejahtera dapat terwujud. Perwujudan ini melalui jalur yang memang seharusnya, yaitu bukan dari serangkaian program subsidi dan bantuan namun di sisi lain mengesampingkan hak-hak pekerja yang telah bekerja keras bagi peningkatan kesejahteraan diri dan keluarganya. Pada kenyataannya, tenaga kerja memang relatif mempunyai kedudukan yang lebih lemah sehingga tanggung jawab utama dalam perlindungan dan kesejahteraan pekerja ini berada di | 131 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 tangan pengusaha, selain tenaga kerja yang juga turut berperan aktif dalam pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja ini. Adanya program jaminan sosial ini berkenaan dengan pemeliharaan kesejahteraan pada saat tenaga kerja kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko sosial seperti kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia, dan hari tua. Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek, antara lain : 1. memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya; 2. memberikan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Tabel. 6.8 Upah Minimum Provinsi dan Kebutuhan Hidup Layak Tahun 2011 Tahun UMP 2011 1.006.000 Sumber : Kemnakertrans KHL UMP/KHL 1.381.470 72,82 Untuk meningkatkan daya beli buruh/karyawan, UMP setiap tahun harus ditinjau dan ditingkatkan. Peningkatan ini harus lebih tinggi dari peningkatan inflasi yang ada sehingga UMP yang ditetapkan akan meningkat persentasenya bila dibandingkan dengan KHL. Besarnya UMP Sulawesi Barat tahun 2011 sebesar Rp. 1.006.000,- meningkat sebesar 6,55 persen dibandingkan tahun 2010 yang sebesar Rp. 944.200,-. Besaran UMP ini jika dibandingkan dengan kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi Sulawesi Barat baru mencapai 72,82 persen. Diharapkan proporsi UMP terhadap KHL ini terus meningkat setiap tahunnya sehingga kesejahteraan buruh/karyawan juga ikut meningkat. 132 | Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 BAB VII PENUTUP Buku Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Barat disusun sebagai acuan dalam menyusun perencanaan pembangunan ekonomi secara makro, khususnya apabila dikaitkan dengan Perencanaan Kesempatan Kerja Daerah Sulawesi Barat selama periode tahun 2012-2016. Melalui penyusunan buku ini diharapkan dapat diperoleh bahan masukan yang berharga bagi para perencana dan pengambil keputusan, serta pengguna lainnya dibidang ketenagakerjaan di Daerah. | 133 DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2010. Pendapatan Nasional Indonesia 2006 2010. BPS Sulawesi Barat Bappenas dan UNSFIR. 2002. Indonesia 2020: long-term Issues and priorites. Jakarta. Internasional Labor Organization. 1999. Indonesia Imploment strategi Mission. ILO : Jakarta. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I 2010. Perencanaan Tenaga Kerja Nasional Tahun 2011 – 2012. Kemenakertrans : Jakarta. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I 2010. Rencana Tenaga Kerja Kabupaten Sragen Tahun 2011 – 2014. Kemenakertrans : Jakarta. Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2009 Rencana Tenaga Kerja 2010-2014. Kemenakertrans : Jakarta. Universitas Indonesia dan Bappenas. 1992 Studi Pegembangan sistem dan Kebijaksanaan dan Sumber Daya Manusia. UI dan Bappenas. Jakarta. Universitas Indonesia perncanaan dan Sumber Bappenas : Jakarta. Beppenas. Daya 1992. Manusia Model Nasional. terpadu UI dan