MAKALAH “SISTEM POLITIK DI INDONESIA DAN ANALISIS CONTOH” Disusun Oleh : Nama : ANISA CHRISTIN T LUMBANGAOL Nim : H1B119079 Dosen Pengampu : HATTA ABDI MUHAMMAD S.IP.,M.IP Tahun Ajaran 2020-2021 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Politik Universitas Jambi KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul SISTEM POLITIK DI INDONESIA DAN ANALISIS CONTOH dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada bidang studi Ilmu Politik/mata kuliah Sosiologi Politik. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang SISTEM POLITIK DI INDONESIA DAN ANALISIS CONTOH bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak HATTA ABDI MUHAMMAD S.IP.,M.IP, selaku Dosen Bidang Studi Ilmu Politik/Mata Kuliah Teori Politik yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Jambi,Maret 2020, Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................i DAFTAR ISI .....................................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...................................................................................................1 1.2.Rumusan Masalah .............................................................................................. 4 1.3.Tujuan ................................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sistem Politik Indnesia .....................................................................................6 2.1.1. Pengertian Sistem ..................................................................................6 2.1.2. Pengertian Politik ...................................................................................6 2.1.3. Pengertian Sistem Politik .......................................................................7 2.1.4. Sistem Politik di Indonesia .....................................................................7 2.1.5. Batasan Sistem Politik .............................................................................9 2.1.6. Ciri – ciri Sistem Politik .........................................................................9 2.1.7. Pengertian Suku Anak Dalam ................................................................10 2.1.8. Macam-macam Sistem Politik ...............................................................13 2.1.9. Infrastruktur dan Suprastruktur Politik di Indonesia .............................16 2.1.10. Sikap Masyarakat Terhadap Sistem Politik ........................................19 2.1.11. Input, Ouput dan Lingkungan Dalam Sistem Politik ...........................20 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan ...................................................................................................22 3.2. Saran .............................................................................................................23 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................24 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Politik Indonesia adalah sebuah sistem politik yang berlaku di Indonesia, Faktor yang mempunyai nilai abadi sebagai fundamen dan merupakan konsekuensi pendirian Negara Indonesia,seperti falsafah Negara dan lain sebagainya, dalam banyak hal, walaupun bersifat transcendental tapi sudah nyata diterima sebagai suatu kenyataan kiranya perlu dipertimbangkan pengaruhnya terhadap sistem politik Indonesia, walaupun dipergunakan pendekatan yang menyisihkan pengaruh falsafah sebagai hasil aktivitas merenun- renung. Kemudian dapat diuraikan lebih lanjut bahwa pada sistem politik Indonesia akan ditemui faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Suatu sistem, termasuk sistem politik, harus secara terbuka pengaruh dari lingkungannya, disamping juga dapat mengubah lingkungannya. Artinya bahwa sistem politik Indonesia merupakan sistem politik yang dianut oleh Indonesia yang berdasarkan nilai budaya Indonesia yang bersifat turun-temurun dan juga bisa diadopsi dari nilai budaya asing yang positif bagi pembangunan sistem politik Indonesia. Sedangkan sistem politik di Indonesia lebih menekankan bahwa sistem ini adalah sistem politik yang pernah dilaksanakan di Indonesia pada masa lalu.1 Contoh : pada masa pemerintahan Orde lama, Orde baru dan bahkan masa pra kemerdekaan. Pengertian Sistem Politik Menurut Para Ahli Menurut Almond Sistem politik adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi.2 1 2 Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. A. Rahman, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. • Menurut Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell Jr. Sistem politik dikategorikan sebagai usaha untuk mengadakan pencarian kearah (1) Lingkup yang lebih luas, (2) realisme, (3) persisi/ketepatan, (4) ketertiban dalam teori politik agar hubungn yang terputus antara comparative goverment dengan political theory dapat ditata kembali. Hal itu cenderung dipengaruhi oleh konsep hukum, ideologi dan lembaga pemerintah. Menurut Drs. Sukarno Sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara. Menurut Rusadi Kartaprawira Sistem Politik adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langggeng. Menurut “ Samuel P. Huntington ” Menurut Samuel P. Huntington pengertian sistem politik terbagi atas lima pengertian yang disesuaikan dengan komponen yang dimilikinya yaitu : Sistem politik yang dinilai sebagai sebuah kultur yaitu yang terdiri dari seerangkat values atau nilai-nilai attitudes atau sikap-sikap, orientation-orientation atau orientasi, myths atau mitos dan beliefs atau kepercayaan yang dipandang relevan terhadap politik dan bisa membawa pengaruh dalam masyarakat. Sistem politik yang dinilai sebagi sebuah struktur masyarakat yaitu merupakan organisasi yang berbasis formal yang ada didalam tatanan masyarakat di mana strukstur tersebut digunakan untuk menjalankan suatu putusan yang berwenang misalnya seperti partai politik, badan perwakilan rakyat, badan eksekutif dan badan birokrasi. Sistem politik yang dinilai sebagai sebuah kelompok atau The Political System as a group yang membentuk kelompok sosial dan ekonomi baik kelompok yang formal ataupun kelompok nonformal. Sistem politik yang dinilai sebagai sebuah kepemimpinan di dalam lembaga-lembaga politik. Sistem politik yang dinilai sebagai sebuah kebijakan pola kegiatan pemerintahan. Menurut Robert Dahl Menurut Robert Dahl pengertian sistem politik ialah sistem yang membentuk suatu pola yang tetap dari hubungan yang terjalin antar manusia yang melibatkan makna aturan-aturan, kekuasaan dan kewenangan.1 Menurut David Easton Menurut David Easton pengertian sistem politik ialah sistem yang terdiri dari seperangkat nilai-nilai yang bersifat paksaan. Serta mengikat sebuah masyarakat disuatu negara secara keseluruhan. David Easton juga mengemukakan bahwa sistem politik dapat pula dikenal sebagai suatu interaksi yang dapat diabstraksikan dari keseluruhan tingkat sosial melalui makna yang dialokasikan secara otoritatif. Menurut Gambriel Almond Menurut Gambriel Almond pengertian sistem politik ialah sistem yang meliputi kegiatan interaksi dalam masyarakat yang merdeka yang menjalankan fungsi dari integrasi serta adaptasi sosial yang dijalankan untuk mencapai kesatuan dan persatuan didalam tatanan masyarakat yang ada didalam sebuah negara yang bersangkutan • Menurut Sukarna Menurut Sukarna pengertian sistem politik ialah sistem yang mengatur atau mengelola kekuasaan dalam negara dan mempertahankan kedudukan dari sebuah kekuasaan dalam negara. Selain itu sistem tersebut juga mengatur hubungan pemerintah dengan warga negaranya, negara dengan negara atau rakyat dengan rakyatnya. 1 A. Rahman, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Analisis tentang sistem politik Indonesia pasca reformasi. Sebagaimana diketahui bahwa sistem politik sering dianggap sebagai alokasi nilai yang berkembang di tengah-tengah masyarakat dan setiap warga masyarakat menghargainya sebagai ways of life. Penghargaan terhadap nilai di tengah-tengah masyarakat adalah sebuah prestasi yang diperjuangkan untuk dapat diperoleh.1 Upaya yang ditempuh dengan melakukan mobilitas intergenerasi internal dari komunitas politik untuk mencapai tingkat stabilitas politik. Pasca reformasi, sistem politik menjadi lebih baik, di mana peranan rakyat lebih nyata dalam hal reposisi sistem politik, mulai dari pemilihan anggota DPR/DPRD, pemilihan anggota DPD, sampai dengan pemilihan kepala daerah secara langsung. Distribusi kekuasaan sudah pada tingkat yang berarti, hanya saja rakyat di daerah belum memiliki kemampuan untuk memahami bahwa distribusi kekuasaan merupakan kesempatan untuk membangun daerah. Sebaliknya, distribusi kekuasaan yang ada di daerah justru melahirkan semangat korup yang sudah mengakar dalam kehidupan masysrakat. Contoh dan Dampak dari Sistem Politik Indonesia yaitu Sifat - sifat manusia sebagai insan politik. Sifat-sifat ingin menguasai, menonjolkan diri, mendapatkan pengakuan, dan ingin selamanya menjadi pemenang Sifat ini mendorong persaingan antarmanusia. Maka, tak salah pula bila kemudian politik didefinisikan sebagai alat untuk meraih kekuasaan, Sifat-sifat ingin menguasai, menonjolkan diri, mendapatkan pengakuan, dan ingin selamanya menjadi pemenang. 1.2. Rumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang tersebut, maka permasalahannya dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud sistem politik? 2. Bagaimana sistem politik di Indonesia dan bagaimana perkembangannya? 3. Apa yang dimaksud infrastruktur dan suprastuktur politik di Indonesia? 4. Apa perbedaan sistem politik antar negara? 5. Bagaimana peran serta dalam sistem politik di Indonesia. 1 Haris, Syamsudin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005 1.3. Tujuan Berkaitan dengan latar belakang tersebut, maka permasalahannya dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud sistem politik? 2. Bagaimana sistem politik di Indonesia dan bagaimana perkembangannya? 3. Apa yang dimaksud infrastruktur dan suprastuktur politik di Indonesia? 4. Apa perbedaan sistem politik antar negara? 5. Bagaimana peran serta dalam sistem politik di Indonesia? BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sistem Politik Indonesia 2.1.1. Pengertian Sistem Sistem menurut pamudji (1981:4) merupakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang komplek atau terorganisir, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang komplek atau utuh. Sistem juga dapat diartikan sebagai kerjasama suatu kelompok yang saling berkaitan secara utuh, apabila suatu bagian terganggu maka bagian yang lain akan merasakan kendalanya. Namun, apabila terjadi kerjasama maka akan tercipta hubungan yang sinergis yang kuat. Pemerintah Indonesia adalah suatu contoh sistem, anak cabangnya adalah sistem pemerintahan daerah, kemudian seterusnya sampai sistem pemerintahan desa dan kelurahan.1 2.1.2. Pengertian Politik Kata ”politik” (Yunani) ”polis” berarti negara kota. “Polis” berarti “city state” merupakan segala aktivitas yang dijalankan oleh Polis untuk kelestarian dan perkembangannya “politike techne” (politika). Politik dalam bahasa arabnya disebut “siyasyah” yang kemudian diterjemahkan menjadi siasat, atau dalam bahasa inggrisnya “politics”.. Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara pemerintahan, dasar-dasar pemerintahan, ataupun dalam hal kekuasaan Negara.2 Politik pada dasarnya menyangkut tujuan-tujuan masyarakat, bukan tujuan pribadi. Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan organisasi kemasyarakatan. Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu. 1 2 Pamudji, 1988. Perbandingan Pemerintahan, Jakarta: PT Bina Aksara. Sukarna, 1981. Sistim Politik, Bandung: Penerbit Alumni. 2.1.3. Pengertian Sistem Politik Sistem Politik adalah berbagai macam kegiatan dan proses dari struktur dan fungsi yang bekerja dalam suatu unit atau kesatuan (masyarakat/negara). Ada beberapa definisi mengenai sistem politik, diantaranya : 1. Menurut Almond, Sistem Politik adalah interaksi yang terjadi dalam masyarakat yang merdeka yang menjalankan fungsi integrasi dan adaptasi. 2. Menurut Rober A. Dahl, Sistem politik adalah pola yang tetap dari hubungan – hubungan antara manusia yang melibatkan sampai dengan tingkat tertentu, control, pengaruh, kekuasaan, ataupun wewenang. 3. Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama lain dan menunjukkan suatu proses yang langgeng. 4. Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip yang membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan Negara. Dapat disimpulkan bahwa sistem politik adalah mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik dalam hubungan satu sama lain yang menunjukan suatu proses yang langsung memandang dimensi waktu (melampaui masa kini dan masa yang akan datang).1 2.1.4. Sistem Politik Di Indonesia Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala prioritasnnyaDi Indonesia, sistem politik yang dianut adalah sistem politik demokrasi pancasila yakni sistem politik yang didasarkan pada nilai-nilai luhur, prinsip, prosedur dan kelembagaan yang demokratis. Sistem politik Indonesia berdasar pada ketentuan-ketentuan dalam UUD1945. Sistem politik Indonesia mengalami banyak perubahan setelah ada amandemen terhadap UUD 1945. Amandemen terakhir atas UUD 1945 dilakukan pada tahun 2002.2 1 2 Syafiie, Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, 2008. Bandung: PT Refika Aditama. Sukarna, 1981. Sistim Politik, Bandung: Penerbit Alumni. Perbandingan sistem politik Indonesia sebelum amandemen dan sesudah amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut : 1. Sistem Politik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945 Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Hal itu berarti bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan sepenuhnya dijalankan oleh MPR, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensiil artinya presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.1 UUD 1945 adalah konstitusi negara Indonesia yang mengatur kedudukan dan tanggung jawab penyelenggaraan negara, kewenangan, tugas, dan hubungan antara lembaga-lembaga negara. UUD 1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga negara. Lembaga legislatif terdiri atas MPR yang merupakan lembaga tertinggi negara dan DPR. Lembaga eksekutif terdiri atas presiden dan menjalankan tugasnya yang dibantu oleh seorang wakil presiden serta kabinet. Lembaga yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman yang dilakukan oleh MA sebagai lembaga kehakiman tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain yang berada dibawahnya. 2. Sistem Politik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945 Pokok-pokok sistem politik di Indonesia setelah amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut : 1. Bentuk negara adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahan adalah republik. NKRI terbagi dalam 33 provinsi dengan menggunakan prinsip desentralisasi. 2. Kekuasaan eksekutif berada ditangan presiden. Presiden tidak bertanggung jawab pada parlemen, dan tidak dapat membubarkan parlemen. Masa jabatan presiden beserta wakilnya adalah 5 tahun dan setelahnya dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan. 3. Tidak ada lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara. Yang ada lembaga-lembaga negara seperti MPR, DPR, DPD, BPK, presiden, MK, KY dan MA. 4. DPA ditiadakan yang kemudian dibentuk sebuah dewan pertimbangan yang berada langsung dibawah presiden. 5. Kekuasaan membentuk UU ada ditangan DPR. Selain itu DPR menetapkan anggaran belanja negara dan mengawasi jalannya pemerintahan. 1 Syafiie, Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, 2008. Bandung: PT Refika Aditama. 2.1.5. Batasan Sistem Politik Di dalam kerangka kerja suatu sistem politik, terdapat unit-unit yang satu sama lain saling berkaitan dan saling bekerja sama untuk menggerakkan roda sistem politik. Unit-unit ini adalah lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk menjalankan sistem politik seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik, lembaga masyarakat sipil, dan sejenisnya. Unit-unit ini bekerja di dalam batasan sistem politik, misalnya cakupan wilayah negara atau hukum, wilayah tugas, dan sebagainya. Untuk dapat membedakan antara sistem politik dengan lingkungannya, maka sistem politik mempunyai batas-batas tertentu. Batas suatu sistem politik ditentukan oleh unsur tindakan yang kurang lebih berhubungan dengan pengambilan keputusan yang mengikat (otoritatif) bagi suatu masyarakat. Setiap aksi sosial yang tidak memiliki ciri-ciri ini sudah jelas tidak termasuk ke dalam sistem politik.1 2.1.6. Ciri - ciri Sistem Politik Secara umum,Sistem Politik memiliki 7(tujuh) ciri ciri,yaitu sebagai berikut : 1.Sistem politik memiliki tujuan atau target yang ingin dicapai. 2.Sistem politik memiliki komponen-komponen yang menjadi penggerak dari sistem tersebut. 3.Masing-masing komponen dari sistem politik memiliki fungsi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. 4.Antar komponen sistem politik memiliki interaksi antara satu dengan yang lain. 5.Dalam sistem politik ada struktur kerja yang telah diatur secara jelas atau disebut juga dengan mekanisme kerja. 6.Dalam setiap komponen sistem politik terdapat suatu kekuasaan dengan tingkat yang berbedabeda (kekuasaan tersebut berfungsi untuk mengatur kinerja maupun interaksi dalam komponen). 7.Sistem politik memiliki suatu kebudayaan yang berisi prinsip dan pemikiran, dan menjadi pemicu berkembangnya sistem yang telah ada.2 1 2 Syafiie, Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, 2008. Bandung: PT Refika Aditama. Sulardi, 2012. Menuju Sistem Presidensiil Murni, Malang: Setara Press. 2.1.7. Fungsi Sistem Politik Politik Sistem Berfungsi Sebagai Berikut : 1.Fungsi merumuskan kepentingan, yang dimana ialah fungsi untuk menyusun dan mengungkapkan tuntutan politik dalam suatu negara. 2.Fungsi pemaduan kepentingan, yang dimana ialah fungsi menyatupadukan tuntutan-tuntutan politik dari berbagai pihak dalam suatu negara dan mewujudnyatakan ke dalam berbagai alternatif kebijakan. 3.Fungsi pembuatan kebijakan umum, yang dimana ialah merupakan fungsi untuk mempertimbangkan berbagai alternatif kebijakan yang telah diusulkan oleh partai-partai politik dan pihak-pihak lain, untuk dipilih salah satu diantaranya sebagai suatu kebijakan pemerintahan. 4.Fungsi penerapan kebijakan, yang dimana ialah merupakan fungsi untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang. 5.Fungsi pengawasan pelaksanaan kebijakan, ialah merupakan fungsi untuk menyelaraskan perilaku masyarakat dan pejabat publik yang menentang atau menyeleweng dari kebijakan pemerintahan, dengan norma-norma yang telah berlaku. 6.Fungsi komunikasi politik ialah merupakan proses dalam penyampaian informasi mengenai politik dari masyarakat kepada pemerintah dan juga dari pemerintah kepada masyarakat. 7.Sosialisasi politik ialah merupakan proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat.1 Rekrutmen politik ialah merupakan proses dalam menyeleksi orang-orang yang dimana akan dipilih atau diangkat sebagai pejabat dari jabatan-jabatan yang telah ada dalam suatu negara atau partai politik.2 1 2 Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Daud Busroh, Abu, 1989. Sistem Pemerintahan Republik Indonesia, Jakarta: Bina Aksara. Sistem politik mempunyai beberapa fungsi, diantaranya: Kapabilitas, adalah kemampuan sistem politik dalam menjalankan fungsinya (eksistensi) di lingkungan yang lebih luas. Kantaprawira,(2006) mengemukakan bentuk kapabilitas suatu sistem politik berupa.1 a. Kapabilitas Regulatif, Kapabilitas regulatif suatu sistem politik merupakan penyelenggaraan pengawasan terhadap tingkah laku individu dan kelompok yang ada di dalamnya; bagaimana penempatan kekuatan yang sah (pemerintah) untuk mengawasi tingkah laku manusia dan badan-badan lainnya yang berada di dalamnya, semuanya merupakan ukuran kapabilitas untuk mengatur atau mengendalikan. b. Kapabilitas Ekstraktif, SDA dan SDM sering merupakan pokok pertama bagi kemampuan suatu sistem politik. Berdasarkan sumber-sumber ini, sudah dapat diduga segala kemungkinan serta tujuan apa saja yang akan diwujudkan oleh sistem politik. Dari sudut ini, karena kapabilitas ekstraktif menyangkut soal sumber daya alam dan tenaga manusia, sistem politik demokrasi liberal, sistem politik demokrasi terpimpin, dan sistem politik demokrasi Pancasila tidak banyak berbeda. SDA dan SDM Indonesia boleh dikatakan belum diolah secara otpimal. Oleh karena masih bersifat potensial. c. Kapabilitas Distributif Kapabilitas ini berkaitan dengan sumber daya yang ada diolah, hasilnya kemudian didistribusikan kembali kepada masyarakat. Distribusi barang, jasa, kesempatan, status, dan bahkan juga kehormatan dapat diberi predikat sebagai prestasi riil sistem politik. Distribusi ini ditujukan kepada individu maupun semua kelompok masyarakat, seolah-olah sistem poltik itu pengelola dan merupakan pembagi segala kesempatan, keuntungan dan manfaat bagi masyarakat. 1 Kantaprawira, Rusadi. (2006). Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo. d. Kapabilitas Responsif Sifat kemampuan responsif atau daya tanggap suatu sistem politik ditentukan oleh hubungan antara input dan output. Bagi para sarjana politik, telaahan tentang daya tanggap ini akan menghasilkan bahan-bahan untuk analisis deskriptif, analisa yang bersifat menerangkan, dan bahkan analisa yang bersifat meramalkan. Sistem politik harus selalu tanggap terhadap setiap tekanan yang timbul dari lingkungan intra-masyarakat dan ekstra-masyarakat berupa berbagai tuntuan. e. Kapabilitas Simbolik. Efektifitas mengalirnya simbol dari sistem politik terhadap lingkungan intra dan ekstra masyarakat menentukan tingkat kapabilitas simbolik. Faktor kharisma atau latar belakang sosial elit politik yang bersangkutan dapat menguntungkan bagi peningkatan kapabilitas simbolik. Misalnya Ir Soekarno Megawati, dengan keidentikan seorang pemimpin dengan tipe “panutan” dalam mitos rakyat, misalnya terbukti dapat menstransfer kepercayaan rakyat itu menjadi kapabilitas benar-benar riil. f. Kapabilitas Dalam Negeri dan Internasional Suatu sistem politik berinteraksi dengan lingkungan domestik dan lingkungan internasional. Kapabilitas domestik suatu sistem politik sedikit banyak juga ada pengaruhnya terhadap kapabilitas internasional. Yang dimaksud dengan kapabilitas internasional ialah kemampuan yang memancar dari dalam ke luar. Misalnya kebijakan sistem politik luar negeri Amerika Serikat terhadap Israel, juga akan mempengaruhi sikap politik negara-negara di timur tengah. Oleh karena itulah pengaruh tuntutan dan dukungan dari luar negeri terhadap masyarakat dan mesin politik resmi, maka diolahlah serangkaian respons untuk menghadapinya.Politik luar negeri suatu negara banyak bergantung pada berprosesnya dua variabel, yaitu kapabilitas dalam negeri dan kapabilitas internasional.1 1 Kantaprawira, Rusadi. (2006). Sistem Politik Indonesia. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2. Konversi Menggambarkan kegiatan pengolahan input menjadi ouput mulai dari : penyampaian tuntutan, perangkuman tuntutan menjadi tindakan pembuatan aturan, pelaksanaan peraturan, menghakimi, dan komunikasi. 3. Adaptif Yaitu menyangkut sosialisasi & rekruitmen yg bertujuan memantapkan bangunan struktur politik dari sistem politik. Fungsi sistem politik Pemeliharaan dan penyesuaian (adaptation) adalah menyangkut sosialiasasi dan rekrutmen yang bertujuan untuk memantapkan bangunan struktur politik dari sistem politik (Untari, 2006).1 Sukarna (1979:28-29) mengemukakan ada dua fungsi utama yang merupakan ciri esensial (yang perlu ada) dalam sistem politik, ialah:2 a. Perumusan kepentingan rakyat (identification of interest in the population); dan b. Pemilihan pemimpin atau pejabat pembuat keputusan (selection of leaders or Official decision maker). 2.1.8. Macam – macam Sistem Politik 1. Sistem Politik Liberal Menurut Cambridge Dictionary, sistem politik liberal adalah suatu bentuk sistem perwakilan demokrasi bekerja atas prinsip liberalisme, yaitu melindungi hak individu dengan menuangkannya pada aturan.Salah satu ciri utama dari sistem politik liberal adalah kekuasaan negara yang terletak pada parlemen. Adapun kelebihan dari sistem politik liberal ini yaitu kecil kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan, hal ini karena kekuasaan tidak berada pada satu pemegang kekuasaan saja. Sedangkan kekurangan dari sistem politik liberal adalah memicu adanya monopoli kekuasaan oleh sekelompok pemangku kekuasaan yang bekerja sama. 1 2 untari, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Sukarna (1979:28-29). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Pers. 2. Sistem Politik Komunis Sistem politik komunis adalah sistem politik yang memposisikan negara sebagai pengatur dan penguasa penuh atas segala aspek kehidupan bernegara.Dalam sistem politik ini negara tidak hanya menguasai dan mengatur aspek ekonomi dan politik saja,tapi juga kepercayaan/paham warga negaranya serta hal-hal yang dinilai baik buruk dalam kehidupan. Hal yang mencolok dalam sistem politik komunis adalah keadaan dimana masyarakat merupakan pelayan negara. Bentuk pelayanan ini merujuk kepada rakyat yang bekerja di lembaga pemerintahan, mereka diberikan berbagai tugas yang melebihi kapasitasnya. 3. Sistem Politik Parlementer Sistem politik parlementer adalah sistem politik yang menjadikan parlemen sebagai pemegang kekuasaan tertinggi. Dalam sistem politik terdapat seorang presiden sebagai kepala negara, dan seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.Adapun kelebihan sistem politik parlementer yaitu memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap pendapat publik. Sedangkan kelemahan dari sistem politik ini adalah proses pelaksaaan pemerintahan yang tidak stabil serta tidak ada perbedaan yang jelas antara kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. 4. Sistem Politik Presidensial Sistem politik presidensial adalah sistem politik yang memisahkan antara kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif. Sistem politik presidensial memiliki nama lain yaitu sistem kongresional. Dalam sistem politik presidensial, presiden merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.Presiden menduduki kekuasaan terkuat yang tidak dapat dijatuhkan oleh lembaga lainnya yang berada dalam pemerintahan negara tersebut. Presiden dapat dilengserkan dari kursi kekuasaannya hanya jika ia terlibat dalam pelanggaran berat seperti : pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara dan terlibat masalah kriminal.Keutamaan dari sistem politik ini adalah presiden memiliki jaminan kewenangan legislatif oleh konstitusi, dan presiden berwenang untuk mengangkat pejabat-pejabat pemerintahan yang akan membantunya dalam menjalankan pemerintahan.1 1 1 untari, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Sukarna (1979:28-29). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Pers. 5. Sistem Politik Otoriter/Totaliter Sistem politik otoriter adalah sistem politik dimana segala bentuk peraturan dan kebijakan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara berasal dari satu sumber, yakni dari pemangku kekuasaan tertinggi. Sistem politik otoriter dikenal juga dengan sistem politik diktator karena pada sistem politik ini dipimpin oleh seseorang yang diktator. Klasifikasi sistem politik menurut Alfian : 1. Otoriter/Totaliter 2. Anarki 3. Demokrasi 4. Demokrasi dalam transisi. Ramlan Surbakti mengklasifikasikan sistem politik dengan kriteria : 1. Otokrasi Tradisional, 2. Totaliter, 3. Demokrasi, 4. Negara Berkembang Menurut Almond dan Coleman, macam-macam sistem politik yg banyak berlaku di negara berkembang : 1. Demokrasi Politik, 2. Demokrasi Terpimpin, 3. Oligarki Pembangunan, 4. Oligarki Totaliter, 5. Oligarki Tradisional. 2.1.9. Infrastruktur dan Suprastruktur Politik di Indonesia Infrastruktur Politik Infrastruktur politik yaitu suasana kehidupan politik rakyat yang berhubungan dengan kehidupan lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam kegiatannya dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kebijakan lembaga-lembaga kenegaraan dalam menjalankan fungsi serta kekuasaannya masing-masing. Untuk menyalurkan aspirasi dan kepentingan rakyat dalam penyelanggaraan pemerintahan negara. Berdasarkan teori politik, infrastruktur politik mencakup :1 Partai politik (political party), sebagai institusi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan masyarakat dalam mengendalikan kekuasaan. Berikut merupakan beberapa fungsi partai politik : Komunikasi politik : Penyalur aspirasi rakyat kepada pemerintah, Sosialisasi politik : Pengenalan nilai dan norma etika. Rekruitmen politik : Merekrut anggota partai politik. 1) Masa Pra Kemerdekaan Budi Utomo (Jakarta, 20 Mei 1908), merupakan organisasi modern pertama yang melakukan perlawanan secara non fisik. Dalam perkembangannya menjadi partai-partai politik yang didukung kaum terpelajar dan buruh tani. 2) Masa Pasca Kemerdekaan Tumbuh suburnya partai-partai politik, didasarkan pada Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.Persaingan antar elit partai politik besar, telah membawa negara pada instabilitas politik, sehingga mandeknya pemb ekonomi dan rawannya keamanan. Akibat konflik berkepanjangan pada Badan Konstituante (merumuskan UUD), mendorong Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang selanjutnya melahirkan demokrasi terpimpin. 1 1 untari, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Sukarna (1979:28-29). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Pers. 3) Masa Orde Baru Orde Baru (1966) melakukan pembenahan institusi politik, karena jumlah parpol yang banyak, tidak menjamin stabilitas politik.Terjadi penyederhanaan partai politik : Partai berbasis Islam (NU, Parmusi, PSII, dan Partai Islam) menjadi Partai Persatuan Pembangunan (PPP); Partai berbasis sosialis dan nasionalis (Parkindo, Partai Katolik, PNI, Murba dan IPKI) menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Berdasarkan UU No. 3 Tahun 1975, Pemilu 1977 dan 1982 hanya diikuti 3 (tiga) peserta : PPP (ke-Islaman & ideologi Islam); Golkar (kekaryaan dan keadilan sosial); PDI (demokrasi, kebangsaan/ nasionalisme dan keadilan). 4) Masa/Era Reformasi Berdasarkan UU No. 3/1999, partai-partai politik di Indonesia diberikan kesempatan hidup kembali mengikuti pemilu multi partai (diikuti 48 parpol).Kelompok kepentingan (interest group), dalam gerak langkahnya akan sangat tergantung pada sistem kepartaian yang diterapkan dalam suatu negara. Jenis-jenis kelompok kepentingan : 1.Kelompok Anomik (kelompok spontan dan tidak memiliki nilai/norma), 2.Kelompok Asosiasional (biasanya jarang terorganisir dan kegiatannya kadang-kadang), 3.Kelompok Institusional (merupakan kelompok pendukung kepentingan institusional : seperti partai politik, korporasi bisnis, dll.), 4.Kelompok Assosiasonal (merupakan kelompok yang terorganisir yang menyatakan kepentingan dari suatu kelompok dan memiliki prosedur teratur). Kegiatan kelompok kepentingan di dalam suatu negara, sangat bergantung kepada sistem politik pemerintah apakah menerapkan sistem kepartaian tunggal/ dua partai/ lebih. - Pada sistem partai tunggal, kelompok kepentingan sangat dibatasi, karena pemerintahan totaliter. Pada umumnya dianut oleh negara komunis (Rusia, RRC, Vietnam, Korea Utara, Kuba dll.). - Pada sistem dua partai/ lebih, kelompok kepentingan berpeluang tumbuh dan berkembang dengan pesat. Pada umumnya dianut oleh negara-negara yang Demokratis.1 1 untari, Rusadi, 2006. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Sinar Baru Algesindo. Suprastruktur Politik Suprastruktur politik adalah struktur politik pemerintahan yang berkaitan dengan lembaga-lembaga negara yang ada, serta hubungan kekuasaan antara lembaga satu dengan yang lain. Perkembangan ketatanegaraan modern, pada umumnya elit politik pemerintah dibagi dalam kekuasaan : Eksekutif. Kekuasaan eksekutif berada di tangan presiden, presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan negara. Presiden di bantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri, untuk melaksanakan tugas sehari-hari. Wewenang, kewajiban, dan hak presiden antara lain : Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD; Menetapkan peraturan pemerintah; Mengangkat memberhentikan menteri-menteri; dll • Legislatif. Indonesia menganut sistem bikameral. Di tandai dengan adanya lembaga perwakilan, yaitu DPR dan DPD. Dengan merujuk asas trias politika. Kekuasaan legislatif terletak pada MPR dan DPD. • MPR. Kewenangan: Mengubah menetapkan UUD Melantik presiden dan wakil presiden, dll Tugas: Membentuk UU Membahas RAPBN bersama presiden, dll. 1 Sukarna (1979:28-29). Perilaku Politik. Semarang: IKIP Semarang Pers. • DPD. Fungsi : Mengawas atas pelaksanaan UU tertentu Pengajuan usul • Yudikatif (mengadili pelanggaran undang-undang). Pasal 24 UUD 1945 menyebutkan tentang kekuasaan kehakiman dan memiliki tugas masing-masing. Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh : • Mahkamah Agung (MA) • Mahkamah Konstitusi (MK) • Komisi Yudisial (KY) • Insfektif 2.1.10. Sikap Masyarakat terhadap Dunia Politik di Indonesia Pelaksanaan demokrasi indonesia saat ini sedang berjalan menuju demokrasi yang dewasa, dimana peran dan partisipasi rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, semakin terlihat jelas. Antusiasme dan partisipasi masyarakat dalam politik menunjukkan bahwa demokrasi semakin tampak maju di indonesia.1 Partisipasi politik masyarakat merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari proses demokratisasi. Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan negara, dan juga peran aktif secara langsung atau tidak langsung, untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Dengan demikian Partisipasi politik erat kaitanya dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah. “Budiardjo(2009:367)2 1 Rush, Michael dan Althoff, Philip. (1993). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 128 2 Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari warga masyarakat dimana mereka mengambil bagian secara aktif, dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukkan kebijakan umum. Di Indonesia berpartisipasi politik dijamin oleh Negara, tercantum dalam UUD 1945 pasal 28 yang berbunyi “kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Dan diatur secara jelas dalam dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus dilindungi oleh Negara mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dll. Sedangkan, bentuk partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum, adalah merupakan salah satu implementasi nilai-nilai demokrasi di Indonesia, yang mencerminkan nilai Kebebasan , dimana masyarakat diberi kebebasan penuh untuk memilih, dan mendukung calon yang di inginkan. Disisi yang lain, masyarakat Indonesia juga menunjukkan nilai kebebasan demokrasi dalam hal melakukan protes terhadap pemerintah. Ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam politik di Indonesia mengalami peningkatan. Tingginya partisipasi atau peran serta masyarakat, dianggap sebagai satu hal yang positif. Didalam konteks pemikiran ini, tingginya tingkat partisipasi masyarakat, ditunjukkan pada sikap warga negara untuk mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan itu. (Budiarjo 1996:185).1 Sebagai bentuk pelaksanaan nilai demokrasi, partisipasi masyarakat dalam politik memiliki peran penting. Karena demokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Disertai nilai-niai yang terkandung dalam demokrasi, yaitu Kebebasan dan Kesetaraan. 2.1.11. INPUT, OUTPUT DAN LINGKUNGAN DALAM SISTEM POLITIK A. Input Input terdiri atas tuntutan (demands) dan dukungan (support). Dalam sistem politik, input diperlukan sebagai sumber energi dalam sitem politik. Masyarakat dengan berbagai kebutuhan, tingkat kebutuhan, tingkat pendidikan, kesehatan, pelayanan dan sebagainya memerlukan kepuasan dari sistem. 1 Rush, Michael dan Althoff, Philip. (1993). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 128 1 Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Adapun mengenai input yang berupa dukungan, tidak semata-mata berupa dukungn yang tampak dari luar, namun juga dukungan yang berupa pandangan atau suasana pikiran. Mengenai dukungan, ada 2 hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Wilayah Dukungan a. Komunitas Politik Dukungan dalam komunitas politik dapat digunakan sebagai usaha untuk menyelesaikan perbedaan yang ada dan mendorong pembuatan keputusan yang mengikat. Dukungan semacam ini akan terlihat melalui pertumbuhan kesadaran dan kesatuan nasional. b. Rezim Rezim dapat diartikan sebagai dukungan terhadap aturan dasar yang mengatur dan menyelaraskan berbagai tindakan dari anggota sistem untuk menyelasaikan masalah yang muncul sebagai konnsekuensi dukungan terhadap suatu komunitas politik. c. Pemerintah Artinya, ada dukungan terhadap suatu pemerintahan yang bertugas menyelesaikan beragam masalah dan konflik yang muncul diantara sesama anggota sistem. 2. Mekanisme Dukungan Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam mekanisme dukungan, yaitu output dan sosialisasi. 1. Output. Output berwujud suatu keputusan atau kebijakan politik. 2. Sosalisasi. Proses pembelajaran anggota masyarakat secara turun-temurun dalam suatu sistem politik merupakan bagian dari salah satu usaha untuk menciptakan dan mengakumulasikan suatu sumber atau cadangan dukungan yang besar. Proses pembelajaran ini berlangsung terus menerus, mulai dari masa kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Sosialisasi politik ini secara efektif menciptakan dan mewariskan nilai-nilai politik dan ukuran legitimasi dari suatu generasi ke genersi lain nya.1 B. Output Demands yang telah di seleksi akan mengalami suatu proses yang hasilnya berupa keputusan, tindakan maupun kebijakan tertentu. Apabila output sesuai dengan yang diinginkan maka akan terjadi pembaharuan dukungan. Akan tetapi apabila output yang dihasilkan tidak sesuai, maka akan terjadi erosi dukungan yang akan menggangu stabilias sistem tersebut. Pihak yang terlibat dalam sistem politik dapat mengetahui kebijakan- kebijakan yang dihasilkan di output melalui feedback loop. 1 Rush, Michael dan Althoff, Philip. (1993). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 128 1 Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. C. Lingkungan Lingkungan dalam pengertian disini adalah semua sistem, baik sosial maupun fisik yang bukan termasuk dalam sistem politik. Lingkungan terbagi menjadi lingkungan interasocietal yang merupakan komponen dalam sistem politik dan extrasocietal yang mencakup semua sistem diluar suatu sistem politik.1 Lingkungan menurut Easton terbagi menjadi empat yaitu : 1. Sistem ekologi merupakan semua lingkungan dan kondisi-kondisi nonhumanis dari kehidupan manusia. Lingkungan fisik misalnya kekayaan alam, flora, fauna dan lain-lain. 2. Sistem biologi. Sistem biologi mengacu pada susunan biologis manusia dari suatu masyarakat yang dianggap mempunyai pengaruh pembentukan perilaku politik tertentu. 3. Sistem kepribadian. Pemahaman mngenai sistem keribadian akan membantu untuk mengetahui motivasi masyarakat dalam pencapaian tujuan bersama. 4. Sistem sosial. Easton mengelompokkan sistem sosial dalam berbagai sistem, yaitu sistem budaya, sistem ekonomi, sistem ekonomi, sistem demografi dan struktur sosial. Lebih lanjut Easton mengkategorikan analisis sistem politik menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Interaksi politik dalam masyarakat membentuk sistem perilaku. 2. Sistem politik berada dalam lingkungan fisik, sosial, dan psikologi. 3. Sistem politik sifatnya terbuka, artinya tidak terlepas dari pengaruh sistem yang lain. Lebih dari itu, sistem politik (melalui kebijakan yang dihasilkan) turut mempengaruhi sistem yang lain. 4. Sistem politik harus memiliki keterampilan untuk merespon ancaman dari gangguan yang datang, serta beradaptasi dalam segala kondisi. 1 Rush, Michael dan Althoff, Philip. (1993). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 128 1 Budiarjo, Miriam, 1998. Partisipasi dan Partai Politik: Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Bahwa sistem politik yang berlaku di Indonesia adalah Demokrasi Pancasila, dimana rakyat turut serta dalam politik dengan memiliki hal politik masing-masing sesuai dengan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Kenapa Indonesia tidak menganut sistem politik liberal, fasisme, dan komunisme? itu semua dikarenakan Indonesia sebagai negara demokratis tidak cocok menganut sistem politik tersebut. Indonesia menganut reformasi sebagai pandangan politiknya, setelah rezim orde lama digantikan oleh orde baru, lalu muncullah reformasi yang digadang-gadang dapat memperbaiki kehidupan rakyat. Namun, hingga kini tujuan tersebut belum dapat terealisasi dengan sempurna karena proses demokrasi yang berkembang menjadi tidak murni lagi dan juga paham patrimony dan otoriter masih berkembang kuat di dalam pelaku politik. Politik Indonesia dewasa ini seperti sedang mendominasi wacana di media. Layaknya gula yang sedang di kelilingi semut, seperti itulah media yang memberitakan kondisi politik di Indonesia. Saat ini kondisi politik yang terjadi justru saling memperebutkan kekuasaan. Para penjabat yang memiliki kekuasaan telah melupakan masyarakat. Janji – janji yang dulu di buat justru di lupakan seiring dengan kursi kekuasaan yang di peroleh. Seolah tidak menerima dengan kemenangan sang rival, maka berusaha mencari kesalahan untuk dapat menggulingkan. Kondisi politik di Indonesia sangatlah memprihatinkan. Masyarakat memandang elite politik tidak mengalami perubahan yang jelas. Hal ini bisa dari masyarakat yang menjadi korban kebijakan politik yang sedang berkuasa. Ada sebagian masyarakat yang sangat mengerti sekali dengan politik tetapi pemilu tak ubahnya hanya sandiwara politik karena hakikatnya, pemilu hanya akan menguntungkan secara politik dan ekonomi kepada elit politik. Golput pun muncul karena berdasarkan bahwa keberadaan pemilu dan aktivitas memilih tidak akan berdampak lebih baik pada diri pemilih. Hal ini terjadi ditengah masyarakat yang terjebak pada apatisme. Kecenderungan ini muncul ketika norma-norma sosial yang selama ini disepakati dan dijabarkan dalam suatu masyarakat mengalami kelonggaran, kegoyahan, dan kehilangan fungsinya yang efektif. Golput bukanlah pilihan tepat dan cenderung mendorong masyarakat menjadi apatis. Kondisi ini bisa menciptakan rendahnya legitimasi pemerintah serta mendorong munculnya masyarakat yang antipati (ketidaksukaan untuk sesuatu atau seseorang), terhadap perkembangan politik. 3.2. Saran Rakyat Indonesia belum merasakan kinerja yang baik dari pemerintah Indonesia, malahan membuat mereka memandang buruk terhadap politik itu sendiri. Selain itu, para generasi muda Indonesia haruslah diperkenalkan dengan politik yang sebenarnya, agar dikemudian hari mereka dapat menjadi generasi baru yang lebih bertanggung jawab. Sehingga kondisi bangsa ini tidak terus terpuruk akibat politik tidak bertanggungjawab para pejabat sekarang. Sedah seharusnya kita membanahi bangsa ini. Karena bila kondisi seperti ini terus di budayakan, maka bukanlah hal yang mustahil jika suatu saat nanti nama Indonesia hanya tinggal sejarah. DAFTAR PUSTAKA Budiardjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008. Haris, Syamsudin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005 A. Rahman, Sistem Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007. Almond, Gabriel A, and Bingham, Comparative Politics Today,ed III, Canada: Little Brown and Company Canada Limited, 1998. Alo Lili Weri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya (Yogyakarta: Lkis, 2007). Andriani, Lusiana, Pemahaman Praktis Komunikasi Antarbudaya, Medan: USUPress, 2012. Annawawi, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf, Tarjamah Riyadhus shalihin, Alih bahasa: H. Salim Bahreisy, Bandung: Al-Ma’arif, 1997. Ardianto Elvinaro, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama media, cet.2, 2009. Arikunto, Suhaimi, ProsedurPenelitianSuatuPraktek, Jakarta, RinekaCipta, 2002. Bungin, Burhan, MetodePenelitianKualitatif, Jakarta: Kencana, 2006. Chilcote, Ronald H, Teori Perbandingan PolitikJakarta: PT Raja Grafindo Persada. Djumala, Darmansyah, Soft Power untuk Aceh Resolusi Konflik dan Desentralisasi (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2013). Departemen Agama RI,Al- Quran dan Terjemahannya, Surabaya:DutaIlmu, 2002. Daud Mohd Kalam, Qanun Meukuta Alam, Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: Citra Aditya Bakti ,2003. Eickelmen, Dale F. James Piscatori, Ekspresi Politik Muslim, Bandung: Mizan, 1998. Hadad, Ismid, Budaya Politik dan Keadilan Sosial, Jakarta: LPJES, 1979. Syafiie, Inu Kencana, Sistem Politik Indonesia, 2008. Bandung: PT Refika Aditama. Teras Narang, Agustin, 2003. Reformasi Hukum, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.