DATA MENCERDASKAN BANGSA BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003 Jakarta 10010 Telepon : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax. : (021) 3857046 BADAN PUSAT STATISTIK TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Nomor Katalog : 9214. ISBN : 979-598-628-7 Nomor Publikasi: 06330.0001 Naskah : DIREKTORAT NERACA PRODUKSI DIREKTORAT NERACA PENGELUARAN Gambar Kulit : SUBDIREKTORAT KONSOLIDASI NERACA PRODUKSI NASIONAL Diterbitkan oleh : BADAN PUSAT STATISTIK Dicetak oleh : CV. Putra Sejati Raya. menuangkan berbagai bahan pengajaran mereka ke dalam bentuk tulisan diucapkan banyak terima kasih. Kata Pengantar Akhirnya kepada para pihak yang telah membantu dan berperan dalam Konsep pembangunan ekonomi secara terpadu ternyata telah berkembang menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan terhadap informasi dan atau alat analisis yang dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi pun menjadi semakin penting. Salah satu jenis data yang dapat mewujudkan buku ini diucapkan terima kasih. Disadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam buku ini. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan segala bentuk kritik dan saran untuk perbaikan. Begitu pun diharapkan buku ini dapat bermanfaat. digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah data yang dimuat dalam kerangka tabel input-output. Tabel input-output sebagai sistem penyajian data sebenarnya telah mulai Jakarta, November 2008 dikembangkan pada dekade 1930-an oleh Profesor Wasilly Leontief. Akan tetapi minat terhadap penggunaan tabel ini berikut kerangka analisisnya baru benar-benar meningkat pada dekade 1970-an. Tabel input-output sebenarnya hanyalah merupakan sistem pencatatan setiap transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan analisis keterkaitan antar sektor dalam melakukan kegiatan produksi. Kemampuan terakhir inilah yang merupakan salah satu keunggulan tabel input-output. Sampai saat ini memang masih relatif sulit untuk menemukan referensi tentang tabel dan model input-output. Oleh karena itu salah satu tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk memperkaya referensi tentang tabel inputoutput, khususnya dalam hal teknik penyusunannya. Buku ini pada dasarnya dapat dianggap sebagai pelengkap dari Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output yang sebelumnya telah diterbitkan oleh BPS. Bab-bab yang dimuat sebenarnya merupakan kumpulan bahan yang telah disajikan dalam berbagai pelatihan tentang tabel input-output, baik yang diselenggarakan di BPS maupun di instansi lain. Oleh karena itu kepada para pengajar dari Direktorat Neraca Produksi dan Direktorat Neraca Pengeluaran Badan Pusat Statistik yang telah Tim Penyusun BAB 4. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................... BAB 1. Halaman i iii PENDAHULUAN ................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2. Sistematika Penyajian ........................................................... 5 PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK ESTIMASI PERMINTAAN ANTARA ..................................... 53 4.1. Survei yang Diperlukan ......................................................... 53 4.1.1. Survei Khusus Input-Output (SKIO) ......................... 4.1.2. Non-SKIO ................................................................. 54 55 4.2. Estimasi Output dan Struktur Input Sektoral ......................... 4.2.1. Sektor Pertanian ....................................................... 56 56 4.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ..................... 4.2.3. Sektor Industri Pengolahan ...................................... 62 63 4.2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ............................. 79 BAB 2. KERANGKA TABEL INPUT-OUTPUT .................................. 2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output ..................................... 7 7 4.2.5. Sektor Konstruksi ...................................................... 4.2.6. Sektor Perdagangan, restoran dan hotel ................. 84 86 2.2. Jenis-jenis Tabel Transaksi .................................................. 2.2.1. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli ........... 15 17 4.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................... 4.2.8. Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 90 19 ................................................................................... 94 4.2.9. Sektor Jasa-jasa ....................................................... 104 2.2.2. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Konstan ........... 2.2.3. Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli .................................................................... 21 PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK ESTIMASI PERMINTAAN AKHIR DAN IMPOR ................... 109 5.1. Estimasi Permintaan Akhir dan Impor ................................... 5.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ................... 110 110 5.1.2. Konsumsi Pemerintah ............................................... 120 27 27 5.1.3. Pembentukan Modal Tetap Bruto ............................. 5.1.4. Perubahan Inventori ................................................. 135 141 Persiapan ................................................................. Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output ................. 28 38 5.1.5. Ekspor ....................................................................... 5.1.6. Impor.......................................................................... 143 153 3.1.3. Rekonsiliasi .............................................................. 3.2. Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output ....................... 48 48 3.2.1. Pendekatan Langsung (Metode Survei) .................. 3.2.2. Pendekatan Tak Langsung ...................................... 49 2.2.4. Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen ................................................................. 2.3. Konsep dan Definisi .............................................................. BAB 3. BAB 5. 23 25 PROSEDUR UMUM DAN PENDEKATAN PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT ....................................................... 3.1. Prosedur Umum .................................................................... 3.1.1. 3.1.2. iii 51 iv BAB 6. PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: PROSES REKONSILIASI DAN PENYUSUNAN TABEL TRANSAKSI BAB 9. TABEL INPUT-OUTPUT REGIONAL ................................... 9.1. Tabel Input-Output Satu Region ........................................... 229 230 HARGA PRODUSEN ............................................................ 167 9.1.1. Teknik Penyusunan .................................................. 230 6.1. Proses Rekonsiliasi (Penyeimbang Sisi kolom dan Sisi Baris) ..................................................................................... 167 9.1.2. Permasalahan ........................................................... 9.2. Tabel Input-Output Antar Region .......................................... 232 237 9.2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Antar Region .... ............................................................................... 238 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 243 6.1.1. Ilustrasi Proses Rekonsiliasi ..................................... 6.1.2. Tahap dan Jenis Pelaksanaan Proses Rekonsiliasi 169 ................................................................................... 6.2. Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen .................... 173 184 BAB 7. TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: METODE TIDAK LANGSUNG .............................................. 195 7.1. Metode Non-Survei ............................................................... 7.1.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan 195 Metode Non-Survei ................................................... 197 7.1.2. Contoh Penerapan .................................................... 7.2. Metode Semi-Survei ............................................................. 200 210 7.2.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode Semi-Survei ................................................. 210 7.2.2. Contoh Penerapan .................................................... 212 PERLAKUAN KHUSUS ........................................................ 217 8.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ............................... 8.2. Konsumsi Pemerintah ........................................................... 217 221 8.3. Perlakuan Subsidi ................................................................. 8.4. Produk Ikutan dan Sampingan .............................................. 223 224 8.5. Perlakuan Barang Bekas dan Apkiran .................................. 8.6. Perbedaan Statistik (Statistical Discrepancy) ....................... 227 229 BAB 8. v vi TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 1. Pendahuluan Buku ini dimaksudkan untuk membahas tentang pendekatan dan teknik dalam menyusun suatu tabel input-output dan merupakan pelengkap dari buku yang telah diterbitkan BPS sebelumnya mengenai kerangka teori dan analisis tabel input-output. Berdasarkan hal ini maka pembahasan yang dilakukan akan lebih banyak tentang prosedur dan cara melakukan penaksiran atau estimasi dari isian sel-sel yang ada dalam suatu tabel inputoutput. Walaupun demikian kerangka teori dan pengertian dasar tabel inputoutput tetap akan dibahas secara ringkas, terutama pada beberapa bab awal. Tabel input-output pada dasarnya hanyalah merupakan suatu sistem pencatatan ganda (double entry system) dari neraca transaksi yang terjadi antar produsen dalam suatu perekonomian. Jadi, tabel input-output sama sekali bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai inventori dan arus (flow) barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi. Akan tetapi dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan terakhir inilah yang menjadikan tabel input-output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif. Tabel input-output sebagai suatu sistem penyajian data dikembangkan pertama kali oleh Profesor Wassily Leontief pada akhir dekade 1930-an. Pengembangan sistem tersebut berikut kerangka analisisnya bahkan telah menghantarkan Profesor Leontief sebagai penerima Hadiah Nobel untuk bidang ekonomi pada tahun 1973. Berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Leontief, informasi yang dimuat dalam suatu tabel inputoutput pada hakekatnya merupakan transaksi barang dan jasa yang terjadi antar industri atau sektor ekonomi di suatu perekonomian. Inilah yang menyebabkan tabel input-output populer juga disebut sebagai tabel transaksi antar industri. Pemberian nama terakhir ini sejalan dengan tujuan dasar dari penyusunan suatu tabel input-output, yaitu untuk melakukan analisis saling ketergantungan atau keterkaitan antar industri dalam suatu perekonomian. Tabel input-output pada dasarnya disusun berdasarkan data ekonomi dari suatu wilayah geografis tertentu (negara, provinsi, kabupaten/kodya dan sejenisnya) untuk suatu periode waktu tertentu (tahun, semester, triwulan, bulan dan sejenisnya). Informasi yang ada selanjutnya disajikan dalam bentuk matriks dan dapat digunakan untuk mengamati suatu kegiatan atau sekelompok kegiatan yang sekaligus bertindak sebagai produsen barang dan jasa (output) dan sebagai konsumen dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri lain (input). Dalam praktek, banyaknya sektor atau industri yang digunakan dalam penyusunan suatu tabel input-output dapat bervariasi, tergantung pada ketersediaan data, dana dan waktu. Jika data yang tersedia cukup rinci, maka dapat disusun tabel input-output dengan jumlah sektor relatif banyak. Begitupun jika dana yang tersedia terbatas, maka jumlah sektor tersebut harus dikurangi sesuai dengan kemampuan untuk membiayai pengolahan datanya. Begitu pula waktu yang tersedia juga dapat mempengaruhi penentuan jumlah sektor, karena umumnya semakin banyak sektor yang digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk melakukan pengolahan. Informasi dasar yang sangat penting dalam analisis input-output adalah tentang arus produk dari setiap sektor yang diperlakukan sebagai produsen ke masing-masing sektor yang bertindak sebagai konsumen. Dalam tabel input-output, informasi ini berada pada kuadran 1 atau tabel transaksi antara. Informasi sepanjang baris pada tabel ini menjelaskan distribusi produk atau output suatu sektor ke seluruh sektor ekonomi yang ada, sementara 1 2 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 1. Pendahuluan kolomnya menunjukkan komposisi input yang diperlukan untuk melakukan kegiatan produksi di suatu sektor tertentu. Berdasarkan informasi dasar inilah kemudian dapat dikembangkan suatu model yang dapat digunakan untuk melakukan analisis saling ketergantungan antar industri. Sehingga dengan mudah, misalnya, dapat diketahui dampak dari perubahan output (kapasitas produksi) terhadap output sektor lain. Barangkali kenyataan inilah yang membuat tabel input-output semakin banyak diminati oleh para analis dan perencana ekonomi akhir-akhir ini. Tabel input-output untuk Indonesia sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 1969, yaitu ketika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mulai melakukan exercise untuk menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1969 melalui metode tidak langsung atau non-survey method. Selanjutnya BPS bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Institute of Developing Economics (IDE)-Jepang menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1971 dengan metode langsung, yaitu pengumpulan datanya dilakukan secara langsung melalui berbagai survei. Sejak saat itulah Tabel Input-Output secara berkesinambungan disusun BPS untuk setiap periode lima tahunan. Jadi sampai saat ini BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia untuk tahun 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000 dan 2005. Disamping itu BPS telah beberapa kali melakukan updating (penyusunan tabel input-output melalui cara tidak langsung) yaitu tahun 1988, 1993, 1998 dan terakhir 2003. Pada awalnya penggunaan model input-output untuk perencanaan dan analisis ekonomi kurang diminati oleh para analis dan praktisi perencana pembangunan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh relatif kecilnya animo terhadap tabel-tabel input-output yang dihasilkan oleh BPS. Kebanyakan pengguna dari tabel-tabel tersebut justru lembaga-lembaga internasional dan konsultan asing. BPS telah melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan penggunaan model input-output, antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pelatihan, khususnya bagi tenaga-tenaga teknis dari departemen maupun dari BPS sendiri. Seiring dengan upaya tersebut dan munculnya kebutuhan terhadap instrumen perencanaan yang bersifat lintas sektoral, maka sejak awal 1980-an minat terhadap model input-output mulai meningkat. Model-model input-output yang diimplementasikan dalam analisis ekonomi antara lain adalah analisis dampak kegiatan pariwisata, APBN dan ekspor terhadap perekonomian. Implementasi lain adalah untuk melakukan analisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penggunaan sumber daya alam, teknologi dan lingkungan. Di tingkat internasional, BPS bekerjasama dengan IDE telah menyusun tabel input-output bilateral Indonesia-Jepang, untuk tahun 1975, 1985 dan 1990. Dengan menggunakan tabel-tabel ini maka dapat dikembangkan model input-output bilateral yang dapat digunakan untuk mengukur dampak kebijaksanaan ekonomi di suatu negara terhadap perekonomian negara lain. Bahkan sejak tahun 1999, atas kerja sama BPS dengan IDE-Jepang, telah dikembangkan tabel input-output multilateral untuk tahun 1995, 2000 dan 2005 yang meliputi 10 negara dan rest of the world (ROW). Pada tingkat regional, kebutuhan model input-output sebagai alat perencanaan pembangunan dan analisis ekonomi juga mulai muncul. Kondisi ini didukung oleh meningkatnya kebutuhan terhadap data dan alat analisis yang memadai untuk menyusun perencanaan pembangunan regional. Apalagi dengan semakin kuatnya arus disentralisasi melalui kebijakan otonomi daerah, tuntutan kebutuhan terhadap alat analisis yang handal akan semakin meningkat. Dengan demikian suka atau tidak, perencanaan pembangunan regional harus mampu merefleksikan proses desentralisasi perencanaan di satu pihak dan bottom-up planning di lain pihak. Tentu saja dengan tetap memperhatikan tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Salah satu model yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah model input-output regional. Melalui model ini antara lain dapat dilakukan analisis terhadap struktur dan keterkaitan ekonomi antar sektor di dalam suatu region tertentu atau keterkaitan dengan sektor di region lain bahkan dengan luar negeri. Untuk maksud tersebut, sejumlah provinsi telah mencoba melakukan penyusunan tabel input-output regional. Sebagian kecil dari tabel input-output provinsi tersebut disusun dengan metode langsung 3 4 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT (survey technique), dan sebagian besar justru masih menggunakan metode tidak langsung. Saat ini hampir semua provinsi telah berhasil menyusun tabel input-outputnya masing-masing, walaupun diakui masih banyak hambatan dan keterbatasan. Sampai saat ini penggunaan model input-output baik di tingkat nasional maupun regional tampak masih menghadapi berbagai kendala. Pertama, kurangnya pemahaman terhadap manfaat dan jenis-jenis model input-output yang dapat dikembangkan telah mengakibatkan kurangnya apresiasi terhadap model input-output. Disamping itu, sebagai produsen tabel inputoutput, BPS baik di tingkat pusat maupun daerah juga menghadapi kendala sumber daya manusia dalam menyusun tabel input-output. Kendala lain adalah masih adanya perbedaan dalam hal rincian dan kelengkapan data antara nasional dan daerah. Masih dijumpai adanya ketidakseragaman dalam penggunaan metode dan pendekatan antara satu daerah dengan daerah lainnya dan antara daerah dengan nasional, termasuk perbedaan dalam penggunaan data. Salah satu tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk mengurangi berbagai kendala yang telah disebutkan. Diharapkan buku ini dapat menjadi salah satu referensi utama, terutama bagi para penyusun tabel input-output atau para peminat lain. Tujuan ini penting mengingat sampai saat ini belum banyak referensi tentang input-output, khususnya tentang cara penyusunan tabel input-output. Bab 1. Pendahuluan Selain Bab 1, buku ini memuat 8 bab lainnya. Pada Bab 2 akan diuraikan tentang kerangka dan pendekatan dalam menyusun tabel input-output. Pembahasan antara lain mencakup konsep dan definisi penting yang digunakan dalam tabel input-output, jenis-jenis tabel transaksi yang biasa disajikan dan asumsi serta keterbatasan dari model yang dikembangkan berdasarkan suatu tabel input-output. Sementara itu Bab 3 menjelaskan tentang prosedur umum dan pendekatan penyusunan tabel input-output. Pembahasan dimulai dengan teknik penyusunan klasifikasi sektor dan dilanjutkan dengan cara melakukan estimasi terhadap isian sel-sel tabel input-output. Dalam bab ini didiskusikan pula secara ringkas beberapa metode yang biasa digunakan dalam penyusunan tabel input-output, yaitu metode langsung dan metode tak langsung. Diskusi lebih jauh tentang teknik penyusunan tabel input-output dengan metode langsung berturut-turut dilakukan pada Bab 4, 5 dan 6. Bahasan pada Bab 4 adalah cara melakukan estimasi permintaan antara. Sementara estimasi permintaan akhir dan impor dibahas pada Bab 5. Setelah estimasi tersebut, maka perlu dilakukan rekonsiliasi agar diperoleh tabel input-output yang konsisten. Pembahasan tentang teknik rekonsiliasi ini disajikan pada Bab 6 Sementara pada Bab 7 diuraikan tentang teknik penyusunan tabel inputoutput dengan metode tak langsung. Pembahasannya antara lain mencakup model-model yang dapat digunakan, data atau informasi yang diperlukan serta mekanisme penyusunan tabel, baik untuk teknik non-survei maupun semi-survei. Bab 8 secara khusus membahas tentang beberapa perlakuan khusus yang diperlukan sehubungan dengan alternatif yang akan ditempuh baik dalam penyusunan maupun penyajian tabel. Perlakuan khusus dimaksud mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pemerintah, barang bekas dan apkiran, subsidi dan produk sampingan. Sebagai bab terakhir, diskusi pada Bab 9 adalah tentang tabel inputoutput Regional, baik untuk tabel input-output suatu region (intra regional) maupun tabel input-output antar region (inter regional). Walaupun secara umum teknik penyusunan tabel input-output regional sama dengan tabel input-output nasional, namun ada beberapa hal yang berbeda. Penekanan bahasan pada bab ini adalah pada teknik penyusunan dan berbagai masalah berikut upaya penyelesaiannya. 5 6 1.2 Sistematika Penyajian Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT tabel input-output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh Kerangka Tabel Input-Output sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya. Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang disajikan dalam tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi 4 sub Tabel input-output pada dasarnya merupakan sistem penyajian data statistik tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Namun demikian, tabel input-output tidak mampu memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat oleh suatu tabel inputoutput terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi atau komoditi. Akan tetapi dengan segala keterbatasannya, tabel input-output tetap merupakan sumber informasi yang komprehensif dalam melakukan berbagai analisis ekonomi. Berdasarkan tabel input-output antara lain dapat dikembangkan suatu model yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam melakukan evaluasi, analisis dan perencanaan pembangunan di bidang matriks (kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Kerangka Penyajian Tabel Input-Output Kuadran I (n x n) Kuadran II (n x m) Kuadran III (p x n) Kuadran IV (p x m) ekonomi. Keterangan : Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks Untuk memberikan gambaran tentang cara penyajian dan menginterpretasikan informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output, pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom. pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka dasar tabel input-output, jenisjenis tabel transaksi serta beberapa konsep dan definisi pokok yang pada Isian dari kuadran I adalah informasi tentang transaksi barang dan jasa umumnya digunakan dalam penyusunan tabel input-output. yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kuadran I sering disebut juga 2.1 sebagai input/permintaan antara untuk menegaskan bahwa semua transaksi pada kuadran ini hanya merupakan "antara" untuk diproses lebih lanjut, dan Kerangka Dasar Tabel Input-Output Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian bukan untuk keperluan konsumsi akhir. Dengan demikian jelas, bahwa kuadran ini menunjukkan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris melakukan kegiatan produksi. Isian sepanjang baris pada kuadran I 7 8 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT menunjukkan alokasi output yang dihasilkan oleh suatu sektor dan digunakan sebagai input oleh sektor-sektor produksi. Sedangkan isian sepanjang permintaan akhir. Sedangkan informasi sepanjang kolom menunjukkan struktur NTB untuk setiap komponen permintaan akhir. Namun demikian, kolomnya menunjukkan struktur penggunaan/input oleh suatu sektor yang kuadran ini bukan merupakan tabel pokok dan untuk beberapa alasan dalam diperoleh dari output sektor lainnya. Sedangkan dalam kuadran II sekaligus dicakup dua jenis transaksi, yaitu transaksi permintaan akhir dan komponen penyediaan (supply). Permintaan penyusunan tabel input-output Indonesia, kuadran ini diabaikan. Oleh karena tabel input-output pada hakekatnya merupakan suatu sistem akhir yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permintaan atas barang dan pencatatan transaksi, maka dalam proses penyusunannya digunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan jasa selain yang digunakan dalam kegiatan/proses produksi. Permintaan akhir pada umumnya dirinci lebih lanjut ke dalam komponen-komponen tabel input-output adalah: pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan a. Homogenitas (homogeneity), yaitu asumsi bahwa satu sektor hanya akan modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Sedangkan yang dimaksud dengan penyediaan adalah semua barang dan jasa yang digunakan untuk menghasilkan satu jenis output dengan struktur input yang tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda. memenuhi permintaan (baik permintaan antara maupun akhir). Komponen penyediaan terdiri dari impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan b. Proporsionalitas menunjukkan struktur masing-masing komponen permintaan akhir dan penyediaan menurut sektor. Sementara itu, informasi pada kuadaran III adalah tentang input primer atau nilai tambah bruto (NTB), sehingga kuadran ini sering disebut sebagai yaitu asumsi bahwa kenaikan penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan serta output dari sektor-sektor domestik. Jadi, isian sepanjang baris pada kuadran II menunjukkan komposisi permintaan akhir dan penyediaan di suatu sektor menurut jenis komponen. Sedangkan isian sepanjang kolom (proportionality), output yang dihasilkan oleh sektor tersebut. c. Aditivitas (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan hasil penjumlahan dari setiap pengaruh pada masing-masing sektor tersebut. Asumsi ini sekaligus menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar sistem input-output diabaikan. kuadran Nilai Tambah Bruto (NTB) atau input primer. Input primer adalah input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi dan terdiri dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Isian Berdasarkan asumsi tersebut, maka model yang dikembangkan berdasarkan tabel input-output memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan sepanjang baris kuadran III menunjukkan distribusi penciptaan komponen NTB menurut sektor. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan tersebut antara lain adalah pada rasio input yang diasumsikan konstan komposisi penciptaan NTB menurut komponennya di suatu sektor. Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung selama periode analisis. Akibatnya perubahan susunan input atau perubahan teknologi dalam kegiatan produksi tidak dapat dideteksi menggunakan model didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi sepanjang baris input-output. Di samping itu, asumsi-asumsi tersebut juga menegaskan bahwa kuadran IV menunjukkan alokasi komponen NTB menurut komponen pelipatgandaan input di suatu sektor akan menghasilkan pelipatgandaan 9 10 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT output yang sebanding. Artinya, peningkatan output di suatu sektor hanya disebabkan oleh peningkatan inputnya dan bukan dipengaruhi oleh faktor- Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal faktor produksi yang digunakan seperti perubahan teknologi, peningkatan dari output domestik ( X i ) dan impor untuk produk sejenis ( M i ). Sedangkan produktivitas faktor-faktor produksi dan lain sebagainya. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan harga dan kuantitas input dalam model permintaannya terdiri dari permintaan antara ( xij ) dan permintaan akhir input-output akan selalu sebanding dengan perubahan harga dan kuantitas outputnya. ( F i ). Isian sepanjang kolom tabel tersebut menunjukkan susunan input yang Walaupun model input-output mengandung berbagai kelemahan seperti yang telah diuraikan, namun model input-output masih tetap merupakan alat input antara ( xij ) dan input primer ( V i ). analisis yang handal dan bermanfaat. Terutama karena kemampuannya untuk digunakan dalam analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif. Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian tabel input-output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel input-output (Tabel 2.2) pada sistem perekonomian yang terdiri dari 3 sektor produksi, yaitu sektor 1, 2 dan 3. digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut terdiri dari Sesuai dengan cara pengisian angka-angka dalam sistem matriks, maka angka-angka setiap sel pada tabel tersebut bermakna ganda. Angka pada sel di kuadran I (transaksi antara), misalnya x12 , dari sisi baris angka ini menunjukkan besarnya penyediaan di sektor 1 yang digunakan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom, angka tersebut menunjukkan besarnya input sektor 2 yang diperoleh dari penyediaan sektor 1. Berdasarkan cara membaca angka di setiap sel tersebut, terlihat bahwa Tabel 2.2 Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi Alokasi Output Struktur Input Permintaan Antara 1 2 3 1 2 3 x11 x21 x31 x12 x22 x32 x13 x23 x33 Input Primer V1 V2 V3 Jumlah Input X1 X2 X3 Input Antara Permintaan Akhir F1 F2 F3 Penyediaan Impor Jumlah Output M1 M2 M3 X1 X2 X3 penyajian informasi dalam tabel input-output menunjukkan suatu jalinan yang saling berhubungan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap sektor. Sebagai contoh untuk sektor 1, jumlah penyediaannya adalah sebesar X 1 + M 1 dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar sebesar x11 , x12 dan x13 ; sedangkan sisanya F 1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Cara pengamatan yang sama berlaku juga untuk sektor 2 dan 3. Selanjutnya, dari uraian tersebut maka untuk setiap baris pada tabel 2.2 dapat disusun persamaan: Keterangan: 1, 2 dan 3: kode sektor produksi. 11 12 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT x11 + x12 + x13 + F1 = X 1 + M 1 x11 + x 21 + x31 + V1 = X 1 x 21 + x 22 + x 23 + F2 = X 2 + M 2 x12 + x 22 + x32 + V2 = X 2 ..… (2.1) x31 + x32 + x33 + F3 = X 3 + M 3 x13 + x 23 + x33 + V3 = X 3 Persamaan (2.1) selanjutnya dapat dituliskan dalam bentuk persamaan atau dalam bentuk persamaan umum: umum: 3 3 ∑x j =1 ij ….. (2.4) ∑x + Fi = X i + M i , untuk I = 1,2,3 j =1 ….. (2.2) atau ij + V j = X j , untuk j = 1,2,3 ….. (2.5) di mana 3 X i = ∑ xij + Fi − M i ..... (2.3) = Input primer (NTB) sektor j Vj j =1 di mana: xij = Penyediaan sektor i yang digunakan oleh sektor j Xi = Jumlah output (domestik) sektor i Fi = Permintaan akhir terhadap sektor i Mi Sesuai dengan asumsi yang digunakan, pada tabel input-output berlaku bahwa jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor harus sama dengan X i = X j , untuk i = j atau jumlah outputnya. Hal ini berarti n n i =1 j =1 ∑ Xi = ∑ X j = Impor pada sektor i ….. (2.6) Dengan melakukan pengamatan dari sisi kolom terhadap tabel 2.2 dapat diperoleh gambaran susunan input di masing-masing sektor produksi. Persamaan (2.6) tersebut merupakan persamaan dasar yang menjelaskan hubungan antara angka-angka yang disajikan dalam tabel input-output Sebagai contoh, untuk sektor 1 jumlah input yang digunakan adalah sebesar dengan angka Produk Domestik Bruto (PDB). Dari persamaan (2.3) dan (2.5) diperoleh: X 1 . Jumlah input tersebut terdiri dari input antara dan input primer. Besarnya input antara yang diperoleh dari sektor 1, 2 dan 3 masing-masing adalah sebesar x11 , x 21 dan x31 . Sedangkan input primernya adalah sebesar V 1 . Dengan menggunakan cara yang sama dapat dilakukan pengamatan terhadap sektor 2 dan 3. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan terhadap kolom-kolom di tabel 2.2 dapat diturunkan persamaan aljabar: 13 n n n n n ∑ X = ∑∑x + ∑F - ∑M i i=1 ij i=1 n i n j=1 i=1 n j=1 ij j=1 i=1 …... (2.7a) n ∑ = ∑ ∑ x + ∑V Xj i i=1 ...... (2.7b) j j=1 14 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Berdasarkan persamaan (2.6), maka ∑x i i pada (2.7a) dapat di substitusikan ke dalam (2.7b), sehingga: n n n n n Di samping itu, penilaian atas transaksi yang disajikan dalam tabel inputn i ij karena, n i=1 n ∑∑ x i ij i i=1 n n j i ij j=1 i=1 output dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian atas dasar harga produsen dan atas dasar harga pembeli (konsumen). Jika penilaiannya n ∑ ∑ x + ∑ F - ∑ M = ∑ ∑ x + ∑V i=1 j=1 j dilakukan atas dasar harga produsen, maka nilai transaksinya hanya mencakup harga barang/jasa yang dibayarkan kepada produsen barang/jasa j=1 tersebut. Sedangkan nilai transaksi atas dasar harga pembeli disamping mencakup harga yang dibayarkan kepada produsen juga mencakup margin = ∑∑ xij maka diperoleh: j Sedangkan pada transaksi domestik hanya mencakup transaksi barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik). perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dari kegiatan penyaluran n n n ∑ F - ∑ M = ∑V i i=1 i i=1 ...... (2.8) j barang/jasa dari produsen ke konsumennya. Berdasarkan uraian di atas, maka jenis-jenis tabel transaksi yang dapat disajikan dalam penyusunan tabel input-output akan terdiri dari (a) tabel transaksi total atas dasar harga pembeli, (b) tabel transaksi total atas dasar i=1 Sisi kanan pada persamaan (2.8) adalah jumlah NTB dari semua sektor harga produsen, (c) tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dan perekonomian yang sebenarnya sama dengan angka Produk Domestik Bruto. Persamaan (2.8) hanya berlaku untuk sistem perekonomian secara (d) tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen. keseluruhan dan tidak berlaku untuk masing-masing sektor. Penjelasan dari masing-masing jenis tabel transaksi tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut 2.2 Jenis-jenis Tabel Transaksi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, informasi yang disajikan pada kuadran I, II dan III tabel input-output adalah transaksi barang dan jasa antara sektor ekonomi. Berdasarkan hal ini maka tabel-tabel dalam ketiga kuadran, disebut juga sebagai tabel transaksi. Sesuai dengan lingkup pencatatannya, transaksi yang disajikan pada tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu transaksi total dan transaksi domestik. Transaksi total mencakup semua transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari impor maupun dari produk sektor domestik. 15 16 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 2.2.1 Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli Nilai transaksi yang disajikan pada tabel ini mencakup nilai transaksi dari seluruh barang/jasa (impor dan domestik) dan menggunakan dasar penilaian harga pembeli. Oleh karena itu pada tabel jenis ini, impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai kolom penyediaan. Oleh karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan sudah dicakup pada setiap transaksi, maka tidak ada input antara yang berasal dari sektor perdagangan. Begitu juga input antara dari sektor pengangkutan, biaya pengangkutan selain biaya pengangkutan yang dicakup adalah seluruh biaya angkutan barang dagangan, seperti angkutan umum dan barang pindahan. Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga pembeli dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut. 17 18 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 2.2.2 Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen Nilai transaksi pada tabel ini juga mencakup nilai dari semua transaksi barang/jasa baik impor maupun domestik, akan tetapi harga yang digunakan untuk menilai transaksinya adalah harga produsen. Oleh karena setiap transaksi hanya mencakup harga produsen, maka margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input antara yang berasal dari sektor perdagangan dan biaya pengangkutan. Dengan demikian margin perdagangan dan biaya pengangkutan di kolom penyediaan nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi total atas dasar harga produsen dapat diperoleh dari tabel transaksi total atas dasar harga pembeli setelah margin perdagangan dan biaya pengangkutan dikeluarkan dari setiap sel transaksinya. Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga produsen disajikan pada tabel 2.4. 19 20 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 2.2.3 Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli Setiap sel pada tabel jenis ini hanyalah transaksi atas barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik) dan menggunakan dasar penilaian harga pembeli. Oleh karena setiap transaksinya hanya mencakup barang dan jasa domestik, maka kolom penyediaan yang berasal dari impor nilainya akan sama dengan nol. Untuk tetap menjaga keseimbangan jumlah input dan jumlah output, maka seluruh input yang berasal dari impor disajikan pada baris tersendiri. Contoh penyajiannya adalah seperti pada tabel 2.5. 21 22 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 2.2.4 Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Setiap nilai transaksi pada jenis tabel ini hanya mencakup barang/jasa domestik dan dinilai atas dasar harga produsen. Oleh karenanya kolom penyediaan dari impor dan margin perdagangan & biaya pengangkutan nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dapat juga diperoleh dari tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dengan mengeluarkan margin perdagangan dan biaya pengangkutan dari setiap transaksinya. Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen memiliki peran penting dalam analisis dengan model yang diturunkan dari tabel input-output, terutama karena transaksi pada jenis tabel ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah domestik yang dinilai dengan harga produsen. Contoh penyajian tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dapat dilihat pada tabel 2.6. 23 24 Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 2.3 Konsep dan Definisi Permintaan Akhir dan Impor Beberapa konsep dan definisi dasar yang diperlukan dalam membaca informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output akan diuraikan secara ringkas berikut ini. Output Output adalah nilai dari seluruh produk (barang/jasa) yang dihasilkan oleh sektor produksi di suatu wilayah domestik. Oleh karena itu output sering juga disebut sebagai output domestik. Penghitungan output dilakukan dengan menjumlah nilai dari barang/jasa yang telah dihasilkan oleh suatu sektor tanpa membedakan pelaku produksinya. Jadi pelaku produksinya dapat berupa penduduk di wilayah domestik tersebut atau perusahaan dan penduduk asing. Seluruh produk barang dan jasa yang telah dihasilkan sebagai bagian dari output, tanpa memperhatikan apakah produk tersebut terjual atau tidak. Dalam proses penyusunan tabel input-output penghitungan output memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai Control Total ( CT ) yang nilainya harus dipertahankan dalam proses rekonsiliasi antar sektor. Oleh karena itu penghitungan output harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Input Input adalah seluruh barang dan jasa yang diperlukan oleh suatu sektor dalam kegiatan produksinya. Input dibedakan menjadi dua, yaitu input antara dan input primer. Input antara adalah seluruh barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tersebut dapat berupa barang/jasa hasil produksi dalam negeri atau impor. Sedangkan input primer adalah balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi. Input primer dalam prakteknya berupa upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto. 25 Permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa yang digunakan untuk keperluan konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir dapat berupa barang dan jasa hasil produksi domestik dan impor. Khusus untuk permintaan ekspor hanya boleh dipenuhi dari hasil produksi domestik. Sejalan dengan penjelasan tersebut jelas bahwa impor bukan merupakan komponen permintaan akhir, melainkan sebagai komponen penyediaan. Ekspor dan impor dalam konteks tabel input-output adalah transaksi yang terjadi antara penduduk di suatu wilayah tertentu dengan penduduk di luar wilayah tersebut. Namun demikian khusus untuk pembelian langsung yang dilakukan oleh penduduk ada perlakuan khusus. Pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk asing diperlakukan sebagai transaksi ekspor, sebaliknya pembelian langsung oleh penduduk suatu wilayah yang dilakukan di luar wilayah tersebut diperlakukan sebagai transaksi impor. Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan Dalam praktek, produk yang dihasilkan oleh produsen pada umumnya melalui proses penyaluran terlebih dahulu agar dapat sampai ke produsen. Akibat dari proses penyaluran tersebut maka timbul selisih dari harga produk yang diterima oleh produsen dengan harga yang harus dibayar oleh pembeli (konsumen). Harga yang diterima oleh produsen disebut sebagai harga produsen dan harga yang dibayar oleh pembeli disebut harga pembeli. Margin perdagangan dan biaya pengangkutan adalah selisih harga pembeli dan harga produsen. Selisih tersebut mencakup keuntungan perdagangan dan biaya pengangkutan atas barang yang diperdagangkan dari produsen barang ke pembeli. 26 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output Diagram 3.1 Prosedur Umum Penyusunan Tabel Input-Output Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output 3. Persiapan: a. b. Penyusunan Tim Kerja Penyusunan Klasifikasi Sektor Diskusi dan pembahasan pada bab ini hanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang proses dan teknik yang dapat digunakan dalam menyusun suatu tabel input-output. Sedangkan pembahasan secara rinci akan dilakukan pada bab-bab berikutnya. Sejalan 1. a. b. c. d. e. dengan tujuan ini maka pembahasan pada bab ini hanya mencakup prosedur umum dan metode atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun tabel input-output. 3.1 Estimasi: Output Input Antara Input Primer Permintaan Akhir dan Impor Ekspor Prosedur Umum Secara umum tahapan penyusunan suatu tabel input-output adalah seperti yang disajikan pada diagram 3.1. Pertama, pada tahap persiapan 2. disusun tim kerja dan klasifikasi sektor. Langkah berikutnya adalah Proses Rekonsiliasi Penyeimbangan baris dan kolom melakukan penaksiran isian setiap sel dalam tabel input-output. Estimasi akan tabel input-output pada umumnya secara kolom terlebih dahulu, sehingga konsistensi isian secara baris belum tentu dapat terpenuhi. Untuk itulah perlu dilakukan proses rekonsiliasi yang tujuan utamanya untuk menyeimbangkan berbagai persamaan yang berlalu dalam suatu tabel inputoutput. 3.1.1 Persiapan Seperti halnya kegiatan lain, penyusunan tabel input-output pun memerlukan persiapan agar seluruh proses dapat berjalan lancar. Persiapanpersiapan yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antara lain 27 28 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output mencakup penyusunan tim kerja, pembuatan klasifikasi sektor, penetapan jadwal kegiatan dan penyusunan anggaran. Dua hal terakhir, jadwal dan jawab sektor adalah pengetahuan tentang karakteristik dari sektor yang bersangkutan. anggaran, sangat tergantung pada dua hal pertama, yaitu tim kerja dan Dalam bab-bab yang lalu telah pula dijelaskan bahwa setiap sel pada klasifikasi sektor yang digunakan. Semakin banyak anggota tim yang dilibatkan akan semakin besar dana yang dibutuhkan, sekurang-kurangnya suatu tabel memiliki makna ganda, yaitu sebagai bagian output dari suatu sektor (informasi sepanjang baris) dan sebagai bagian dari input sektor yang untuk balas jasa anggota tim. Begitu juga semakin banyak sektor yang akan digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan, di samping bersangkutan (informasi menurut kolom). Sesuai dengan hal ini maka seorang penanggung jawab sektor sekurang-kurangnya dituntut untuk semakin banyak pula tim yang diperlukan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka uraian lebih lanjut tentang tahap persiapan hanya akan dibatasi pada mengetahui secara logis susunan input dari sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga penanggung jawab sektor yang bersangkutan dapat dua hal pertama, yaitu penyusunan tim kerja dan klasifikasi sektor. Bagi para memutuskan apakah susunan input dari sektor yang diolahnya sudah layak pihak yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang penyusunan jadwal dan anggaran dapat menggunakan bacaan lain sebagai acuan, misalnya atau belum. Begitu juga seorang penanggung jawab sektor harus mengetahui sektor-sektor apa saja yang menjadi konsumen dari output sektor yang berbagai buku yang membahas tentang manajemen proyek dan sejenisnya. menjadi tanggung jawabnya dan diharapkan mampu menilai kelayakan dari alokasi output sektor bersangkutan ke sektor-sektor ekonomi lain. Dengan a. Penyusunan Tim Kerja kata lain, seorang tim ahli ekonomi yang terlibat dalam proses penyusunan Pada bab-bab terdahulu telah dijelaskan bahwa tabel input-output pada tabel input-output dituntut untuk mengetahui karakteristik input dan output dari sektor-sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan uraian hakekatnya hanyalah sebuah tabel yang memuat informasi tentang transaksi ekonomi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang disajikan dalam bentuk tersebut jelas bahwa banyaknya anggota dari tim ahli ekonomi yang diperlukan akan sangat tergantung dari banyaknya sektor ekonomi yang matriks. Kenyataan tersebut menyiratkan dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun tim kerja dalam rangka menyusun suatu tabel input-output, yaitu transaksi ekonomi dan bentuk matriks. Hal ini sekaligus digunakan dalam tabel dan tingkat kapabilitas masing-masing anggota untuk menjadi penanggung jawab sektor. menegaskan bahwa dalam penyusunan tabel input-output sekurangkurangnya diperlukan dua kelompok tenaga ahli, yaitu kelompok ahli penyusunan tabel input-output diperlukan juga tim ahli pengolahan data. Banyaknya tim ahli pengolahan data untuk penyusunan tabel input-output ekonomi dan kelompok ahli pengolahan data. Masing-masing tim ahli ekonomi dalam penyusunan tabel input-output pada umumnya sekitar dua atau tiga orang. Sedangkan kualifikasi dasar yang dibutuhkan adalah kemampuannya untuk mengolah data dalam bentuk pada umumnya mempunyai tanggung jawab terhadap suatu sektor ekonomi tertentu, oleh karena itu mereka biasa juga disebut sebagai penanggung matriks, yaitu sistem pengolahan data yang menggunakan dua dimensi, baris dan kolom. Dengan berkembangnya perangkat lunak komputer, terutama jawab sektor. Kualifikasi dasar yang diperlukan bagi seorang penanggung untuk melakukan pengolahan data dalam bentuk lembar-lembar kerja (spreadsheets), tuntutan kualifikasi ini relatif tidak sulit untuk dipenuhi. Sebab 29 30 Seperti yang telah disebutkan, disamping ahli ekonomi dalam TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output pada fasilitas yang disediakan oleh berbagai perangkat lunak sejenis ini, misalnya Excel atau Mini Tab, memungkinkan untuk melakukan pengolahan komoditi dalam perekonomian. Dalam hal ini peranan antara lain ditentukan dengan menggunakan parameter output, nilai tambah dan atau tingkat data dalam bentuk matriks menjadi mudah. pentingnya suatu komoditi dalam perekonomian. Namun demikian pada b. Penyusunan Klasifikasi Sektor umumnya pertimbangan terhadap peranan tersebut digabungkan dengn pertimbangan tentang ketersediaan data, sebab walaupun suatu komoditi Penyusunan klasifikasi sektor merupakan tahap penting yang harus memiliki peranan yang sangat penting tetapi jika datanya tidak memadai akan menimbulkan persoalan dalam proses penaksiran isian sel-sel untuk komoditi diselesaikan dengan baik dalam tahap persiapan. Hasil dari tahap ini akan menentukan dan mempengaruhi tahap pekerjaan berikutnya, termasuk akan yang bersangkutan. Selain berbagai pertimbangan seperti yang telah diuraikan, untuk mempengaruhi besar kecilnya tim yang diperlukan, jadwal penyelesaian dan menetapkan eksistensi suatu kegiatan dalam tabel input-output juga mengikuti prinsip teknologi tunggal dalam proses produksi.Teknologi anggaran yang diperlukan. Oleh karena itu penyusunan klasifikasi sektor dalam proses penyusunan tabel input-output pada umumnya justru dilakukan tunggal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa hanya ada satu sebelum tim kerja terbentuk. Walaupun ada juga yang melakukannya secara simultan bersamaan dengan pembentukan tim kerja. Untuk memperoleh teknologi atau cara yang digunakan untuk menghasilkan seluruh output oleh suatu sektor ekonomi. Atau dengan kata lain dalam satu sektor berlaku tabel input-output yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak, prinsip homogenitas output. Disamping itu hubungan antara output dengan maka dalam proses penyusunan klasifikasi sektor perlu dipertimbangkan untuk melibatkan berbagai pihak, baik pihak penyedia data maupun pihak input bersifat linier, artinya peningkatan output suatu sektor akan diikuti dengan peningkatan input yang sebanding. Penerapan prinsip dasar tersebut calon pengguna tabel. Tanpa melibatkan kedua pihak ini kemungkinan klasifikasi sektor yang dihasilkan justru tidak operasional atau kurang dalam penyusunan klasifikasi sektor untuk tabel input-output Indonesia diwujudkan dalam bentuk keseragaman komoditi dan atau aktivitas ekonomi bermanfaat. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun klasifikasi dalam satu sektor ekonomi. Sayangnya, prinsip teknologi tunggal ternyata tidak selalu mudah sektor antara lain adalah peranan suatu komoditi dalam perekonomian, diterapkan. Penciptaan suatu produk pada kenyataannya selalu memerlukan ketersediaan data dan berbagai kebijakan tentang komoditi strategis di wilayah perekonomian yang akan disusun tabel input-outputnya. teknologi tersendiri. Akibatnya jika prinsip teknologi tunggal diterapkan, maka jumlah sektor dalam tabel input-output akan sama banyaknya dengan jenis Pertimbangan-pertimbangan tersebut selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan apakah suatu komoditi dapat dijadikan suatu sektor produk yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan produksi yang beroperasi di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa jumlah sektor dalam tabel input-output ekonomi tersendiri atau harus digabungkan terlebih dahulu dengan komoditi lain. Indonesia harus mencapai puluhan ribu untuk mengakomodir seluruh produk yang dihasilkan oleh seluruh perekonomian Indonesia. Sudah barang tentu Dalam praktek penyusunan tabel input-output Indonesia yang dilakukan kondisi ini akan sangat menyulitkan pengolahan datanya, disamping oleh BPS, pertimbangan utama yang digunakan adalah peranan suatu kenyataan bahwa jumlah sektor yang digunakan dalam tabel input-output 31 32 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output juga sangat mempengaruhi besarnya biaya, waktu dan data atau informasi harus disediakan. pengangkutan, perdagangan dan pemerintahan yang digunakan sebagai nama sektor adalah nama kegiatannya. Namun demikian dalam tabel input- Itulah sebabnya penerapan prinsip teknologi tunggal untuk pembentukan sektor dalam tabel input-output harus dikompromikan dengan berbagai kondisi seperti ketersediaan data, dana dan waktu. Sebagai konsekwensi dari output Indonesia yang dihasilkan oleh BPS, pemberian nama sektor sejauh mungkin diupayakan menggunakan nama komoditi, misalnya sektor industri semen menjadi sektor semen saja, tidak lagi mengandung kata industri. hal tersebut maka beberapa komoditi yang mempunyai sifat fisik serupa atau diproses dengan teknologi serupa dapat digabungkan menjadi satu sektor b.2 Prinsip Dasar Penyusunan Klasifikasi yang sama. Bahkan untuk beberapa sektor terpaksa tidak lagi menganut prinsip dasar, karena eksistensinya merupakan tempat penampungan dari Disamping penggunaan prinsip teknologi tunggal, penyusunan klasifikasi komoditi atau teknologi yang heterogen sebagai sisa pilihan dari sektor- atau pengelompokkan komoditi/kegiatan, harus memenuhi syarat beberapa sektor yang terbentuk sebelumnya. Sektor yang terakhir ini biasanya diberi nama Sektor Lainnya. syarat, yaitu Jadi, dengan menggunakan berbagai pertimbangan, prinsip dan berbagai kondisi lain akhirnya diharapkan dapat disusun suatu klasifikasi sektor dalam a. Semua komoditi atau kegiatan perekonomian di suatu wilayah harus terbagi habis ke dalam sektor. Dengan kata lain tidak boleh ada satupun tabel input-output yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak. Baik komoditi/kegiatan yang tidak masuk ke dalam salah satu sektor tertentu. pihak yang menggunakan tabel input-output sebagai basis data maupun sebagai bahan dasar untuk melakukan analisis perekonomian. Sejauh b. Tidak ada penafsiran ganda terhadap penempatan suatu komoditi atau kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan pencatatan ganda mungkin juga harus diupayakan agar klasifikasi sektor yang dihasilkan sudah merupakan hasil optimal setelah mempertimbangkan data yang tersedia terhadap transaksi ekonomi yang terjadi. Tidak ada keragu-raguan terhadap cakupan komoditi pada setiap sektor c. serta tingkat ketelitian yang ingin dicapai. yang dibentuk. b.1 Sistem Pemberian Nama (Judul) Sektor Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, klasifikasi sektor tabel input- Ada dua sistem yang dapat digunakan untuk memberikan nama atau judul sektor dalam tabel input-output, yaitu berdasarkan nama komoditi, berdasarkan jenis kegiatan atau aktivitas dan gabungan antara keduanya. output dapat didasarkan pada: (a) komoditi, (b) aktivitas dan (c) gabungan antara komoditi dan aktivitas. Cara yang paling ideal sebenarnya adalah menempatkan satu jenis komoditi pada satu sektor. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan karena jumlah sektor yang akan terbentuk akan menjadi Pemberian nama sektor pada kegiatan yang termasuk dalam lapangan usaha pertanian dan pertambangan pada umumnya didasarkan pada nama terlalu banyak. Untuk memilih dan mengelompokkan komoditi atau aktivitas menjadi komoditi yang dihasilkan. Begitu juga pada sebagian lapangan usaha bangunan dan jasa-jasa. Sedangkan pada kegiatan ekonomi industri, suatu sektor dengan cermat maka harus dilakukan dengan membuat daftar atau listing dari semua jenis komoditi yang ada lengkap dengan segala sifat- 33 34 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output sifat fisik dan teknologi pembuatannya. Akan tetapi untuk melakukan hal ini ternyata tidak mudah. Oleh sebab itu akan lebih mudah bila sistem klasifikasi merupakan produk utama, maka yang lainnya merupakan produk ikutan, sampingan atau tambahan. Kegiatan bercocok tanam ketela pohon misalnya, tabel input-output diawali dan didasarkan pada klasifikasi yang sudah ada hanya menghasilkan satu produk utama yaitu umbi, tetapi di samping itu ada seperti Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), Klasifikasi Komoditi Indonesia (KKI), International Standard of Industrial Clasification hasil ikutan berupa daun dan batang ketela. Walaupun teknologi yang digunakan pada usaha penanaman ketela pohon merupakan teknologi (ISIC) dan Harmonized System (HS). Cara kedua inilah yang pada umumnya digunakan untuk menyusun klasifikasi sektor dalam penyusunan tabel-tabel tunggal, ternyata hasilnya tidak tunggal, yaitu terdiri tiga jenis komoditi. Ketiga jenis komoditi tersebut dalam tabel input-output dihimpun dalam satu sektor. input-output di Indonesia. Struktur klasifikasi pada KBLI terdiri dari lima tingkat, tiap tingkat Pembentukan sektor kadang-kadang hanya ditentukan oleh keseragaman dalam cara penggunaan satu komoditi tanpa memperhatikan menunjukkan digit dan diberi kode nomor. Digit pertama menunjukkan sektor, teknologi pembuatannya. Komoditi yang tergabung dalam sektor ini kadang- digit kedua, ketiga, keempat dan kelima berturut-turut menunjukkan subsektor, golongan pokok, golongan dan subgolongan. Subgolongan kadang mempunyai fisik yang sangat berbeda, begitu pula cara melakukan kegiatannya. Contohnya sektor buah-buahan terdiri dari berbagai jenis merupakan kelompok terkecil yang masih mencapai tingkat homogenitas. Oleh karena klasifikasi tabel input-output didasarkan pada homogenitas komoditi utama antara lain durian, semangka dan pepaya. Cara menanam durian dan semangka sudah barang tentu sangat berbeda, begitu pula sifat komoditi atau aktivitas, maka pengambilan kelompok KBLI tidak hanya fisiknya. Namun semua jenis komoditi buah-buahan dihimpun ke dalam bertumpu pada salah satu tingkat, melainkan beranjak dari subsektor sampai ke subgolongan. sektor yang sama. Hal ini terpaksa dilakukan untuk menghindari terlampau banyaknya jumlah sektor input-output. Untuk penyusunan sektor-sektor pertanian pada umumnya digunakan sampai tingkat golongan. Sedangkan untuk sektor-sektor industri pengolahan Beragamnya teknologi yang digunakan dalam suatu sektor akan menyebabkan koefisien teknis menjadi kurang akurat, sehingga matriks digunakan sampai pada tingkat subgolongan. Sebagai contoh, golongan 01111 KBLI adalah pertanian padi dan dalam tabel input-output menjadi sektor padi (dalam tabel input-output Indonesia 2005 kodenya adalah 001). pengganda yang dihasilkan juga menjadi kurang berdaya guna. Hal tersebut kerapkali tidak dapat dihindari, berhubung sangat banyaknya jenis komoditi Sementara subgolongan 15321 (KBLI, industri tepung terigu) menjadi sektor industri tepung terigu (kode 058 dalam tabel input-output Indonesia 2005). dalam suatu sektor, khususnya produk-produk industri manufaktur. Dalam sektor kosmetik, misalnya, terdapat ratusan jenis komoditi, begitu pula pada sektor kimia dasar, obat-obatan, tekstil, insektisida dan sebagainya. c. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Komoditi Di samping sektor-sektor seperti tersebut di atas yang mempunyai bermacam-macam teknologi, terdapat pula beberapa sektor yang amat biasanya heterogen komoditinya baik sifat fisik maupun teknologi pembuatannya, yaitu sektor-sektor dengan sebutan perkebunan lainnya. Contohnya adalah sektor menghasilkan satu jenis komoditi. Kalaupun hasilnya lebih dari satu jenis hasil perkebunan lainnya terdiri dari berjenis komoditi seperti kakao, panili Penggunaan teknologi tunggal pada proses produksi umumnya tidak mempunyai bobot yang sama dalam arti jika salah satu hasil 35 36 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output sirih, nilam dan lain-lain. Sifat fisik dan teknologi penanaman kakao jelas berbeda dengan panili, tetapi tetap dihimpun dalam satu sektor. kecap, tahu atau tempe yang berdiri sendiri maka sektor industri pengolahan kedele tetap menjadi satu sektor. d. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas e. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas dan Komoditi Hasil dari suatu kegiatan pada umumnya terdiri dari beberapa jenis komoditi, dan dalam proses produksinya sering kali menggunakan beberapa Cara menentukan sesuatu sektor berdasarkan aktivitas dan komoditi dilakukan apabila peran dari keduanya adalah sama. Misalnya industri semen teknologi. Kegiatan penyulingan minyak bisa dilakukan terhadap minyak bumi, minyak kayu putih, bahkan terhadap air. Teknologi yang digunakan akan menghasilkan semen, sehingga semen dimunculkan menjadi sektor karena pertimbangan kegiatan dan sekaligus komoditi. untuk penyulingan minyak bumi, jauh berbeda dengan teknologi penyulingan minyak kayu putih, begitu pula hasilnya amat berbeda baik sifat fisik maupun cara penggunaannya. Bandingkan misalnya kerosin sebagai hasil dari f. pengilangan minyak bumi dengan minyak kayu putih. Makna aktivitas ditinjau dari urutan proses lebih dekat dengan jenis kegiatan perusahaan/usaha (enterprise, establishment), sehingga Barang-barang impor dikelompokkan ke dalam suatu sektor berdasarkan komoditi, selaras dengan komoditi-komoditi domestik. Sebagian komoditi pembahasan tentang aktivitas selalu terkait dengan perusahaan. Produkproduk suatu perusahaan memang sangat beragam, namun tetap dapat lainnya terdapat perbedaan-perbedaan. Pensil impor, misalnya, serupa dengan pensil dalam negeri, tetapi buah apel impor berbeda dengan buah ditentukan jenis komoditi tertentu sebagai produk utamanya. Komoditi di luar produk utama harus dapat dipindahkan (transfer out) ke sektor lain sesuai apel dalam negeri. Barang-barang impor dapat dikenali dengan mempelajari keterangan- dengan jenis komoditinya. Sebagai contoh, yang dihasilkan pada perusahaan pupuk adalah pupuk, amoniak dan listrik. Dalam hal ini maka amoniak keterangan pada klasifikasi HS, sedang barang-barang dalam negeri dikenali melalui KBLI/KKI. Berdasarkan matching klasifikasi-klasifikasi tersebut maka ditransfer ke sektor amoniak dan listrik ditransfer ke sektor listrik, sehingga barang-barang impor dapat ditentukan dalam sektor input-output tertentu. perusahaan pupuk menjadi sektor tunggal yang hanya menghasilkan komoditi pupuk. 3.1.2 Bagi suatu kegiatan/perusahaan yang menghasilkan sejumlah komoditi dengan sifat fisik tidak serupa dengan produk utama sektor lain, maka tidak perlu dilakukan transfer out. Komoditi-komoditi itu tetap tergabung dalam Klasifikasi Impor impor, ditinjau dari segala aspek serupa dengan komoditi domestik, sebagian Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output Setelah klasifikasi sektor tabel input-output disusun, maka tahap kegiatan sektor yang sama. Contohnya industri pengolahan kedele menghasilkan berikutnya adalah mengisi sel-sel sesuai dengan kerangka tabel input-output. Untuk keperluan tersebut maka ada beberapa informasi yang diperlukan. tauco, kecap, tahu, tempe dan oncom. Sepanjang tidak ada sektor tauco, Untuk mengisi kuadran I dan III, misalnya, diperlukan data tentang output, input antara dan biaya primer (nilai tambah). Sedangkan untuk mengisi 37 38 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT kuadran III harus tersedia data tentang konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal termasuk perubahan inventori dan eksporimpor. Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output di mana: X i = output sektor i Pi = harga per unit produksi sektor i Dalam praktek, seluruh data yang diperlukan tersebut tidak selalu tersedia secara lengkap. Oleh karena itu diperlukan penaksiran atau estimasi Qi = kuantitas (jumlah) sektor i agar semua sel tabel input-output dapat terisi. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas tentang prosedur estimasi sel-sel tabel input-output beserta Namun demikian dalam praktek sering dijumpai masalah, yaitu jumlah (kuantitas) produksi tidak diketahui. Untuk mengatasinya diperlukan suatu pengertiannya. pendekatan dengan indikator produksi. Sebagai contoh, subsektor perikanan darat, terdapat indikator rata-rata produksi per bulan. Output perikanan darat a. Output dapat diperoleh dengan mengalikan produksi setahun (rata-rata produksi Output adalah nilai dari seluruh produksi yang dihasilkan oleh sektor- perbulan x bulan produksi) dengan harga tertimbang dari jenis ikan yang dibudidayakan. Secara lengkap metode estimasi penghitungan output setiap sektor produksi di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Produk dalam hal ini mencakup seluruh produksi yang dihasilkan tanpa memperhatikan sektor akan dibahas pada Bab 4. Produk yang dihasilkan oleh suatu sektor dapat dibedakan menjadi tiga apakah produk tersebut terjual atau tidak dalam periode perhitungan. Output jenis berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu produk utama, produk ikutan dan produk sampingan. Produk utama adalah hasil produksi yang disebut sebagai output domestik karena hanya mencakup produksi dalam suatu wilayah, tanpa melihat pelaku ekonominya. memiliki nilai atau kuantitas yang dominan di antara produk yang dihasilkan Produksi pada dasarnya dapat dibedakan antara produksi barang dan produksi jasa. Sektor-sektor yang wujud produksinya berupa barang adalah lainnya. Produk ikutan adalah hasil produksi yang terbentuk secara otomatis pada saat menghasilkan produk utamanya dengan menggunakan metode sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) dan sektor sekunder (industri, listrik, gas dan air minum). Sedangkan untuk sektor-sektor yang tunggal. Sedangkan produk sampingan adalah produk yang dihasilkan sejalan dengan produk utama tetapi menggunakan teknologi yang terpisah. produksinya berwujud jasa sebagai sektor tersier yang antara lain mencakup Misalnya, industri semen, untuk memenuhi kebutuhan listrik dan penciptaan outputnya, industri tersebut memproduksi listrik sendiri. Ada sebagian produk kegiatan usaha perdagangan, pengangkutan, bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintahan dan jasa-jasa lainnya. Oleh karena itu penghitungan listrik yang dijual ke pihak lain, dan ini merupakan produk ikutan yang dalam kedua wujud produksi tersebut memiliki ciri tersendiri. Untuk sektor-sektor produksi yang menghasilkan barang, penghitungan penyusunan input-output akan tercakup ke dalam sektor listrik. Sementara penghitungan sektor-sektor yang produknya berupa jasa outputnya dapat dirumuskan: harus digunakan pendekatan lain, sebab tidak dengan mudah dapat dihitung banyaknya jasa yang dihasilkan berikut harganya. Pendekatan yang lazim X i = Pi × Qi digunakan untuk menghitung output dari sektor penghasil jasa adalah nilai jual dari jasa yang dihasilkan oleh masing-masing sektor. Jika pendekatan ini 39 40 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT dirasa masih sulit maka digunakan pendekatan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan jasa yang bersangkutan. Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output c. Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian input yang berupa faktor b. Input Antara produksi, terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto yang merupakan selisih antara output Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan habis dalam proses produksi berupa bahan tidak tahan lama dan jasa. Barang dan jasa tersebut dan input antara. Komponen input primer dalam penyajian tabel input-output adalah upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak dapat diperoleh dari produksi dalam negeri maupun impor. Barang tidak tahan lama berupa barang yang habis dalam sekali pakai atau barang yang langsung neto. Pada dasarnya nilai tambah bruto yang diciptakan oleh setiap sektor ekonomi dalam tabel input-output adalah Produk Domestik umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Sebagai contoh adalah bahan Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bila cakupan baku, bahan penolong, jasa asuransi, jasa perusahaan dan sebagainya. Penilaian atas pembelian barang dan jasa yang digunakan sebagai input wilayahnya regional. PDB/PDRB diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah sektoral dengan pajak penjualan impor dan bea masuk yang antara dilakukan atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat pembelian barang dan jasa tersebut. sebenarnya merupakan bagian dari nilai tambah sektoral identik dengan PDB/PDRB maka penghitungannya ada beberapa pendekatan: Dalam praktek penghitungan kita harus berhati-hati memisahkan biaya yang dikeluarkan oleh produsen, apakah termasuk dalam input antara, input primer atau pembentukan modal. Misalnya produsen memberi cuma-cuma 1. Menurut pendekatan produksi, yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit/produksi di suatu wilayah dalam atau harga lebih rendah dari pasar kepada pegawainya, sepanjang pengeluaran tersebut untuk kesejahteraan pegawai dimasukkan sebagai jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendekatan unit-unit produksinya adalah setiap sektor yang tercakup dalam klasifikasi sektor balas jasa pegawai (upah dan gaji). Perbaikan ringan atas barang-barang modal dicatat sebagai input antara, sedangkan pengeluaran untuk perbaikan tabel input-output. berat atau rehabilitasi besar-besaran yang dapat memperpanjang usia 2. Menurut pendekatan pendapatan, merupakan jumlah balas jasa yang pemakaian barang modal dikategorikan sebagai pembentukan modal bagi produsen. Secara rinci estimasi pengisian sel-sel pada struktur input antara diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Komponen nilai tambah sektoral akan dibahas bab 4. Struktur input antara di dalam kuadran I, tabel input-output dibentuk dari dari pendekatan ini adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan atas barang modal dan pajak tak langsung neto. data/informasi yang diperoleh dari survei-survei yang dilakukan BPS maupun data penunjang lainnya. Di samping dari pendekatan survei, pembentukan 3. Menurut pendekatan pengeluaran, yaitu semua komponen permintaan komposisi input suatu sektor diperoleh dengan metode tak langsung yang akhir, seperti: a) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga dibahas pada Bab V. swasta yang tidak mencari untung, b) komsumsi pemerintah, c) 41 42 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT pembentukan modal tetap bruto, d) perubahan inventori dan e) ekspor neto, yaitu selisih ekspor dengan impor. Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output d.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang Pembahasan secara rinci masing-masing sektor akan dijelaskan pada bab 4. dilakukan oleh rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal d. Permintaan Akhir dan Impor ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga Dalam tabel input-output, permintaan dikelompokkan menjadi 2 bagian, mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Untuk menjaga konsistensi data, maka konsumsi penduduk suatu negara yang yaitu permintaan antara dan permintaan akhir. Permintaan antara adalah dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya konsumsi permintaan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang dan jasa lainnya. Jadi pengertian permintaan antara sebenarnya sama oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor. dengan input antara, hanya berbeda dalam cara membacanya dalam tabel input-output. Permintaan antara adalah input yang dibaca menurut baris Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup juga pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga swasta yang tidak mencari untung, seperti lembaga dalam tabel input-output, atau menyatakan alokasi output yang digunakan yang memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat dan sejenisnya. oleh sektor lain dalam proses produksi. Permintaan akhir adalah permintaan segala jenis barang dan jasa yang d.2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah digunakan sebagai konsumsi akhir, atau dengan kata lain permintaan atas barang dan jasa bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori dan ekspor. Barang dan jasa yang barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat tersedia untuk konsumsi permintaan akhir berasal dari dalam negeri maupun pemerintah daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah terdiri dari (domestik) dan impor. Dalam tabel input-output Indonesia impor merupakan bagian dari penyediaan (supply), bukan bagian dari permintaan akhir. belanja pegawai, belanja barang bukan barang modal dan penyusutan. Pengeluaran pemerintah untuk keperluan militer baik berupa pengeluaran Beberapa pengertian komponen-komponen permintaan akhir akan dijelaskan di bawah ini sebagai dasar pengisian sel-sel tabel input-output di rutin maupun pengeluaran untuk barang-barang seperti pesawat terbang, peralatan perang dan bangunan juga merupakan bagian dari pengeluaran kuadran II. konsumsi pemerintah. 43 44 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT d.3 Pembentukan Modal Tetap Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output d.4 Perubahan Inventori Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan atau Perubahan inventori merupakan selisih antara nilai inventori barang pada pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap akhir tahun dengan nilai inventori pada awal tahun. Perubahan inventori dapat digolongkan menjadi: yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri (domestik). Cakupan dari barang-barang modal tetap adalah sebagai 1. Perubahan inventori barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan berikut: oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas dan barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional. 1. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi, mesin-mesin, alat angkutan 2. Perubahan inventori bahan mentah dan bahan baku yang belum dan perlengkapan, yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih. digunakan oleh produsen. 3. Perubahan inventori di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang- 2. Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang akan meningkatkan produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian. 3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, perluasan barang dagangan yang belum terjual. d.5 Eskpor dan Impor areal hutan dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman keras. Ekspor dan impor meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk 4. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu, pengangkutan dan sebagainya, tidak termasuk ternak untuk suatu negara dengan penduduk negara lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, dipotong. 5. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan asuransi dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor mencakup juga pembelian langsung di dalam negeri oleh penduduk negara lain. Sebaliknya transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak pembelian langsung di luar negeri oleh penduduk suatu negara dikategorikan paten, hak cipta dan barang-barang modal bekas. sebagai transaksi impor. Transaksi ekspor barang dinyatakan dalam nilai free on board (f.o.b) Dalam tabel input-output, isian pada kolom pembentukan modal tetap hanya menggambarkan komposisi barang-barang modal yang dihasilkan oleh yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang sektor-sektor produksi dan tidak menunjukkan pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-sektor produksi. akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost insurance dan freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor. 45 46 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output d.6 Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan memproduksi barang itu tidak dimasukkan. Penjelasan lebih rinci akan dibahas dalam bab IV. Arus barang dan jasa di antara sektor-sektor ekonomi dapat terjadi karena adanya transaksi antara produsen dan konsumen. Transaksi barang yang berlangsung tidak selalu langsung terjadi antara produsen dengan 3.1.3 konsumen, tetapi lebih banyak melalui perantara. Perantara transaksi dalam kegiatan ekonomi dikenal dengan kegiatan perdagangan baik pedagang a. Dengan melakukan estimasi untuk setiap komponen, maka seluruh sel tabel input-output dapat terisi. Masalah yang tersisa adalah memeriksa besar maupun eceran dan sektor pengangkutan. Pencatatan transaksi barang dan jasa dimaksudkan untuk menggambarkan arus barang dan jasa konsistensi antar isi sel. Tabel input-output menuntut terpenuhinya hubungan: sektoral sehingga dapat diketahui peranan dan kaitannya satu dengan yang b. Jumlah penyediaan (output domestik ditambah impor) harus sama lain. Dalam rangka penyusunan tabel input-output pencatatan transaksi tidak dilakukan melalui sektor perdagangan karena akan sulit mendapatkan dengan jumlah permintaan (permintaan antara ditambah permintaan akhir) gambaran antar sektor dengan jelas. Pencatatan dilakukan langsung terhadap sektor-sektor perekonomian, misalnya berapa besarnya produksi c. Rekonsiliasi Jumlah output domestik (diperoleh dari informasi sepanjang baris) harus sama dengan jumlah input (input antara ditambah dengan input primer, (output) yang dihasilkan dan berapa input antara yang berasal dari sektor lain informasi sepanjang kolom). atau sektor sendiri. Demikian pula berapa input primer yang diperlukan untuk menghasilkan output tersebut. Jika kedua hubungan tersebut belum terpenuhi, maka harus dilakukan Oleh karena tidak semua sektor melakukan transaksi langsung, tetapi melalui pedagang dan pengangkutan, maka transaksi barang dan jasa pada penyesuaian terhadap isian masing-masing sel sampai hubungan tersebut dapat dipenuhi. Proses penyesuaian data inilah yang disebut sebagai umumnya terjadi pada tingkat harga pasar (harga pembeli). Kegiatan sektor perdagangan dan pengangkutan dalam transaksi menciptakan adanya rekonsiliasi dalam proses penyusunan tabel input-output. Uraian rinci tentang proses rekonsiliasi ini selanjutnya dapat diikuti dalam diskusi pada Bab IV. margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Margin perdagangan dan biaya pengangkutan dalam tabel input-output sangat penting dalam hal mendapatkan tabel input-output atas harga pembeli maupun produsen. 3.2 Angka-angka atau nilai-nilai margin perdagangan dan biaya pengangkutan menunjukkan distribusi margin perdagangan dan biaya pengangkutan di Sesuai dengan jenis data yang tersedia, maka penyusunan tabel inputoutput dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan langsung setiap sektor ekonomi. Biaya pengangkutan yang dimaksud di sini hanyalah biaya untuk distribusi perdagangan barang dari satu sektor ke sektor lainnya. dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung atau metode survei digunakan apabila seluruh data yang diperlukan dikumpulkan secara Sedangkan langsung melalui survei atau penelitian lapangan, sedangkan pendekatan biaya pengangkutan yang dikeluarkan dalam rangka Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output tidak langsung atau metode non survei dan semi survei digunakan apabila 47 48 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output seluruh atau sebagian data yang diperlukan diperoleh dari suatu tabel inputoutput lain yang sudah ada. Diskusi ringkas dari masing-masing pendekatan populasi atau rata-ratanya, namun informasi mengenai struktur/komposisi dari suatu variabel dapat diperoleh. tersebut adalah sebagai berikut. Dalam kaitannya dengan penyusunan tabel input-output dalam pembentukan unit-unit statistik biasanya digunakan metode non probability sampling atau dikenal sebagai "purposive sampling". Digunakan metode ini 3.2.1 Pendekatan Langsung (Metode Survei) Penyusunan tabel input-output memerlukan informasi yang akurat karena informasi yang ingin diperoleh adalah struktur input baik input antara maupun input primer dan indikator produksi guna estimasi output, tidak perlu terutama dalam perolehan data pendukung pembentukan matriks kuadran I, II dan III tabel input-output. Salah satu metode guna mendapatkan data pendugaan besarnya populasi. Sebagai contoh pemilihan sampel katakanlah sektor pertanian subsektor perikanan. Dalam pemilihan sampel dapat dalam penyusunan tabel input-output adalah metode survei. Metode survei ditentukan menjadi beberapa kelompok yaitu untuk jenis perikanan kolam, adalah suatu cara perolehan/pengumpulan data/informasi dari populasi yang ada kemudian diambil beberapa sampel untuk diamati. Sampel yang diambil tambak dan laut. Kemudian dari kelompok tersebut dipilih masing-masing unit sampel yaitu para nelayan/pengelola perikanan tersebut. Unit sampel bisa tersebut kemudian diukur sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Dari sampel yang diperoleh kita berkeinginan untuk menduga parameter yang sebagai perorangan maupun yang berbadan hukum. Masalah dalam survei ini adalah bila tidak ada kerangka sampel (sample frame) atau direktori dari menjadi tujuan pengukuran, misalkan pendugaan terhadap populasi, rata-rata banyaknya unit sampel di suatu wilayah pencacahan. Sehingga dalam populasi atau proporsi suatu populasi. Mengapa digunakan metode survei daripada sensus mengingat bahwa dengan langkah ini akan didapatkan penggantian sampel hanya digunakan alokasi secara subjektif, misalnya dengan unit sampel yang berdekatan dengan lokasi sampel terpilih. Tetapi dalam purposive sampling hal tersebut sah saja, karena tujuan utama adalah informasi yang akurat dan terinci sesuai penelitian, biaya lebih murah, waktu pengukuran lebih cepat, tenaga pencacah sedikit dan terutama konsentrasi melihat struktur input dan indikator produksi dalam kaitannya dengan variabel-variabel yang diukur dapat diperoleh secara rinci dengan menggunakan sampel. Metode survei dapat digolongkan ke dalam dua metode, yaitu "probability penyusunan tabel input-output. Guna menyusun struktur di dalam tabel inputoutput, BPS melakukan Survei Khusus Input Output (SKIO) dan non-SKIO sampling" dan "non-probability sampling". Metode probability sampling tahun kelipatan lima seperti input-output 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000, dan 2005 menggunakan SKIO sebagai dasar pembentukan matriks kuadran I mendasarkan pada penentuan peluang (probabilitas) dalam pemilihan sampel, seperti "simple random sampling (SRS)", "stratified random sampling", "cluster sampling" dan lain sebagainya. Metode non-probability sebagai data penunjang. Terutama dalam penyusunan tabel input-output dan III tabel input-output. Aplikasi teknik penyusunan dengan metode ini akan dibahas lebih lanjut pada bab IV. sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang tidak mendasarkan peluang dalam penentuan unit-unit sampel. Biasanya sebagai dasar pemilihan sampel digunakan indikator tertentu, misalnya output, capital, asset dan sebagainya. Di dalam metode ini kita tidak dapat menduga besarnya 49 50 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 3.2.2 Pendekatan Tak Langsung Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output Lagrangian, RECRAS dan RECRAS-Lagrangian. Metode yang sering digunakan dalam penyusunan input-output up-dating adalah RAS karena Model input-output dapat diaplikasikan untuk menerangkan keadaan lebih sederhana dari bentuk-bentuk yang lain. Penjelasan lebih jauh beserta perekonomian suatu wilayah pada periode yang telah dan sedang, serta yang akan dijalani, jika data yang diperlukan tersedia. Masalahnya, biaya, waktu aplikasinya akan diuraikan pada subbab 5.1. dan personil yang diperlukan untuk penyusunan tabel input-output sangat mahal dan memerlukan waktu lama, sehingga penyajian tabel input-output b. Metode Semi Survei menjadi terlambat. Mengingat kendala yang ada tersebut maka ada metode tak langsung dalam pembentukan tabel input-output di samping metode Di samping metode non-survei sebagai cara pendekatan penyusunan tabel input-output secara tak langsung, ada metode yang lebih unggul daya langsung. Sehingga dengan metode tak langsung ini diharapkan dapat akurasinya yaitu metode semi survei. Metode ini adalah gabungan antara digunakan sebagai alternatif dalam rangka penyusunan tabel input-output dengan mengurangi kendala yang ada. Manfaat metode ini juga dapat metode non-survei dengan survei, di mana data/informasi yang diperoleh akan mengisi sel-sel tertentu dalam kuadran I tabel input-output. Pada menerangkan kegiatan ekonomi pada waktu yang sedang dan telah berlangsung, atau dapat digunakan untuk memprediksi keadaan ekonomi di metode non-survei kadang-kadang terdapat komposisi/struktur input antara yang janggal akibat dari iterasi yang dilakukan. Dengan memasukkan masa mendatang. data/informasi baru ke dalam sel-sel kuadran I akan mengurangi atau a. Metode Non-Survei menghilangkan keanehan struktur input antara yang diperoleh. Bila metode non-survei digunakan metode RAS, kemudian dilakukan penambahan data Metode ini digunakan biasanya dalam penyusunan tabel input-output updating (pemutakhiran), di mana dalam pengisian sel-sel tabel input-output baru ke dalam input antara maka disebut sebagai metode RAS Modifikasi. Selanjutnya pendekatan penyusunan tabel input-output dengan menggunakan metode ini akan dijelaskan secara rinci pada Bab 5. tidak menggunakan metode survei. Terutama dalam menduga matriks kuadran I atau matriks transaksi antar industri yang rumit dalam penyusunan komponen-komponennya, karena data tidak selalu tersedia. Oleh karena itu tujuan utama metode non-survei adalah menaksir dan memperbaiki koefisien input antara atau koefisien teknis (A) pada tahun tabel input-output disusun. Sedangkan pembentukan matriks di kuadran II (permintaan akhir) perolehan datanya relatif lebih mudah, misalnya data pendapatan nasional, data ekspor dan impor yang setiap tahunnya tersedia. Sebagai metode yang efektif dan tepat waktu dalam penyusunan tabel input-output, ada beberapa metode yang dikenal seperti RAS, RAS- 51 52 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan teknik estimasi terhadap transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor produksi. Pembahasan Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara 4.1.1 Survei Khusus Input-Output (SKIO) Survei ini dirancang secara spesifik untuk mengumpulkan informasi yang berupa output, susunan input dan beberapa jenis indikator. Daftar pertanyaan yang dicakup di dalam SKIO lebih diarahkan kepada unit-unit kegiatan usaha yang di dalam tabel input-output dikelompokkan menjadi sektor-sektor ekonomi sesuai dengan karakteristik produk utamanya. Hasil SKIO sampai saat ini lebih banyak digunakan untuk mengisi sel-sel matriks kuadran I (susunan input antara atau permintaan antara) dan matriks kuadran III (input primer). didasarkan pada pendekatan penyusunan dengan metode langsung, yaitu estimasi berdasarkan data yang dikumpulkan melalui survei. Seiring dengan Masing-masing jenis daftar isian SKIO, secara umum, akan terdiri dari 3 blok utama, yaitu: Blok Indikator memuat pertanyaan mengenai jumlah hal ini maka pembahasan akan mencakup survei yang diperlukan dan teknik pekerja, jumlah bulan bekerja dan berbagai jenis indikator produksi sesuai dengan kegiatan lapangan usahanya; Blok Output memuat pertanyaan estimasi terhadap output dan struktur input masing-masing sektor produksi. Dengan mengikuti uraian pada bab ini diharapkan proses estimasi kuadran I mengenai jenis dan nilai produksi yang dihasilkan oleh suatu unit kegiatan dan II tabel input-output dapat dilakukan dengan mudah Uraian pada bab ini bersama-sama dengan Bab 5 dan Bab 6 pada usaha selama setahun. Output disini mencakup produksi utama, produksi ikutan serta produksi sampingan yang dihasilkan oleh unit kegiatan yang dasarnya merupakan rangkaian proses penyusunan tabel input-output dengan pendekatan survei. bersangkutan; Blok Pengeluaran memuat pertanyaan mengenai biaya produksi yang telah dikeluarkan selama setahun untuk menghasilkan output. 4.1 Secara garis besar komponen biaya antara dibedakan menjadi: biaya antara khusus yang merupakan pengeluaran untuk pengadaan bahan baku utama Survei yang Diperlukan sesuai dengan karakteristik kegiatan usahanya, dan biaya antara lainnya Penyusunan tabel input-output dengan pendekatan metode langsung ditempuh dengan mempersiapkan data penunjang yang dikumpulkan melalui yang merupakan pengeluaran untuk pengadaan berbagai jenis bahan penolong, seperti: biaya rekening listrik, bahan bakar, administrasi dan lain- SKIO dan non-SKIO. Kedua jenis kegiatan survei tersebut masih harus diikuti lagi dengan kegiatan pengumpulan data sekunder lainnya yang biasanya lainnya. Termasuk di dalam blok pengeluaran ini adalah komponen input primer yang terdiri dari pengeluaran untuk: upah dan gaji, surplus usaha, digunakan untuk memperoleh estimasi output. Penjelasan berikut akan penyusutan dan pajak tak langsung serta subsidi. Informasi yang dikumpulkan melalui SKIO memiliki beberapa tujuan memberikan gambaran mengenai peranan mendapatkan beberapa data pokok, seperti: susunan input, struktur pengeluaran konsumsi rumahtangga ganda, yaitu: (i) untuk sektor-sektor ekonomi yang data pendukung estimasi outputnya sudah tersedia, baik dari sumber-sumber di dalam maupun di luar dan pembentukan modal sektoral. 53 54 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara BPS, SKIO lebih ditekankan sasarannya kepada upaya untuk mendapatkan estimasi susunan input (koefisien input), (ii) untuk sektor-sektor ekonomi yang menggunakan data realisasi APBN dan APBD tingkat I serta Statistik Keuangan Daerah yang diolah dari daftar K1, K2 dan K3; Estimasi ekspor data dasarnya lenperti indikator tentang jumlah dokter, jumlah notaris dan sektoral menggunakan data Statistik Eskpor yang diolah dari dokumen jumlah bioskop, SKIO lebih ditekankan kepada upaya untuk mendapatkan data mengenai output per jenis indikator, misalnya output per dokter dan pemberitahuan ekspor barang (PEB); Kemudian estimasi impor sektoral menggunakan data Statistik Impor yang diolah dari dokumen PIUD; output per gedung bioskop; (iii) untuk tahun dimana tabel input-output disusun, SKIO bisa dimanfaatkan sebagai pengganti survei khusus Selanjutnya estimasi kolom pembentukan modal menggunakan data hasil survei khusus pembentukan modal (SKPM); Dan akhirnya estimasi pendapatan nasional/regional yang setiap tahun dilaksanakan di daerah dalam rangka memperoleh struktur input untuk penghitungan produk perubahan inventori menggunakan data dasar yang berasal dari berbagai sumber seperti: survei tahunan industri pengolahan besar/sedang dan survei domestik regional bruto (PDRB). pertambangan. Pada tingkat nasional alokasi sampel SKIO ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek teknis berikut: penyebaran unit-unit 4.2 Estimasi Output dan Struktur Input Sektoral kegiatan usaha di masing-masing region (provinsi) untuk sektor-sektor ekonomi yang akan disurvei, jenis indikator harga maupun produksi sektoral 4.2.1 Sektor Pertanian yang sudah tersedia dari berbagai sumber di luar dan di lingkungan BPS, jika mungkin kegiatan SKIO (nasional) dapat diatur waktu pelaksanaannya sejalan dengan kebutuhan data pendukung untuk keperluan penyusunan Sektor ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam dan merupakan benda atau barang biologis (hidup). Termasuk dalam kegiatan ini tabel input-output regional. adalah pengolahan lahan untuk bercocok tanam; memelihara ternak dan unggas; penebangan kayu; perburuan dan pengambilan hasil hutan lainnya; 4.1.2 serta usaha memelihara atau menangkap berbagai jenis ikan. Untuk kegiatan pengolahan sederhana seperti penumbukan beras; pembuatan gaplek; kopi Non-SKIO Yang dimaksud dengan non-SKIO adalah cara pengumpulan berbagai olahan; kopra; gula merah; dan sebagainya tidak digolongkan dalam sektor jenis data pendukung yang tidak melalui SKIO. Di dalam penyusunan tabel input-output, data yang diperoleh melalui jalur non-SKIO lebih banyak ini tetapi dimasukkan ke dalam sektor Industri Pengolahan. dimanfaatkan untuk estimasi komponen permintaan akhir dan impor yang mengisi matriks kuadran II di dalam format tabel input-output. Beberapa jenis Adapun komoditi yang dihasilkan oleh sektor pertanian adalah: sumber data yang dikumpulkan melalui non-SKIO untuk masing-masing komponen permintaan akhir adalah sebagai berikut: estimasi struktur pengeluaran konsumsi SUSENAS; Estimasi rumahtangga struktur menggunakanerikut pengeluaran 55 konsumsi data hasil pemerintah a. Komoditi hasil bercocok tanam, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun perkebunan besar seperti padi, jagung, umbi-umbian, kacangkacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, karet, kelapa, coklat, kelapa sawit, kopi, teh, tembakau, tebu, rempah-rempah, tanaman serat dan sebagainya. 56 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT b. Hasil dari peternakan antara lain anak ternak dan pertambahan berat ternak yaitu sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, itik serta ternak lainnya, Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara angka produksi padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Sedang data harga dapat diperoleh dari berbagai sumber publikasi harga di BPS. Karena termasuk juga di sini telur dan susu segar. tidak semua komoditi tersedia harga produsennya, maka dapat juga Hasil dari kehutanan berupa segala jenis kayu tebangan, rotan, arang, bambu, getah-getahan, binatang liar hasil perburuan seperti buaya, rusa, digunakan data Harga Perdagangan Besar, Harga Ekspor, Harga Eceran atau Harga Konsumen. Jika data harga yang tersedia bukan harga produsen babi hutan, dan sebagainya. d. Hasil perikanan yaitu berupa segala macam ikan baik yang berasal dari maka caranya mengestimasi output masing-masing sektor dengan cara mengalikan produksi dengan harga kemudian dikurangi margin perdagangan hasil budi daya maupun hasil tangkapan dari laut atau perairan umum, termasuk juga disini adalah penggaraman dan pengeringan ikan. dan biaya pengangkutan (TTM). Besarnya margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperoleh dengan menggunakan persentase margin c. perdagangan dan biaya pengangkutan terhadap output masing-masing Dalam penyusunan tabel input-output 2005 semua kegiatan di atas terbagi dalam 34 sektor dengan pengelompokan sebagai berikut: Tanaman sektor. Persentase ini diperoleh dari suatu survei khusus. Karena data produk ikutan/produk sampingan tidak tersedia maka untuk menghitungnya Bahan Makanan mencakup 11 (sebelas) sektor; Perkebunan mencakup 13 (tigabelas) sektor; Peternakan mencakup 4 (empat) sektor; Kehutanan digunakan persentase dari tabel input-output, atau melalui hasil Survei Khusus Input-Output (SKIO). mencakup 2 (dua) sektor; Perikanan mencakup 3 (tiga) sektor dan jasa Susunan input sektor pertanian dirinci atas input antara dan input primer. pertanian 1 (satu sektor). Input antara adalah seluruh biaya selain biaya faktor produksi yang dikeluarkan mulai dari mengolah tanah, menanam, memelihara, memanen a. Tanaman Bahan Makanan dan mengangkut hasil produksi ke gudang petani/tempat penjualan. Biaya antara disini misalnya bibit, pupuk, perbaikan saluran irigasi, obat-obatan, Dalam penyusunan tabel input-output, kelompok ini dipecah ke dalam 11 (sebelas) sektor meliputi Sektor Padi; Jagung; Ketela Pohon; Ubi Jalar, Umbi- bahan-bahan atau alat-alatnya yang digunakan (bukan barang modal), sewa alat pertanian, bahan pengikat, pembungkus, biaya administrasi, biaya Umbian lainnya, Kacang Tanah; Kedele; Kacang-kacangan Lainnya; Sayur- pengangkutan dan lain sebagainya. Input primer adalah balas jasa faktor sayuran; Buah-buahan; dan Padi-padian dan Bahan Makanan Lainnya. Tidak termasuk di dalamnya penumbukan beras dan pembuatan gaplek karena produksi berupa upah tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan serta pajak tak langsung neto. Data susunan input bersumber pada publikasi Struktur sudah dimasukkan ke dalam Sektor Industri Pengolahan. Output diperoleh dengan menilai seluruh produksi yang dihasilkan atas Ongkos Usaha Tani "Padi dan Palawija" (Survei Pertanian) BPS, serta survei khusus (SKIO) untuk komoditi selain padi dan palawija. dasar harga produsen dengan cara mengalikan produksi baik produksi utama, produksi ikutan maupun produksi sampingan dengan harga produsen. Data produksi dapat diperoleh dari publikasi tahunan Produksi Padi dan Palawija Indonesia (Survei Pertanian) dari Badan Pusat Statistik berupa 57 58 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara b. Perkebunan Dalam kelompok output, kelompok ini dipecah menjadi 4 (empat) sektor meliputi Sektor Ternak dan Hasil-hasilnya kecuali Susu Segar; Susu Segar; Unggas dan Hasilini mencakup semua jenis kegiatan tanaman hasilnya; dan Hasil Pemeliharaan Hewan Lainnya. perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Tidak termasuk di dalamnya hasil-hasil olahan seperti kopi Penghitungan produksi menggunakan tiga peubah yaitu pemotongan, kenaikan inventori dan ekspor neto dengan rumus banyaknya ternak/unggas olahan, kopra, gula merah, teh olahan, karet asapan, karet remah, dsb, karena kegiatan ini sudah digolongkan dalam Industri Pengolahan. Dalam yang dipotong ditambah selisih populasi dan selisih antara ekspor dan impor. Produksi ikutannya adalah pupuk kandang dan bulu. Sumber data diperoleh penyusunan tabel input-output, kelompok perkebunan ini dipecah ke dalam 13 (tigabelas) sektor yaitu: Sektor Karet; Tebu; Kelapa; Kelapa Sawit; Hasil dari Dirjen Peternakan Departemen Pertanian, berupa populasi ternak, pemotongan ternak, produksi telur dan susu segar. Angka ekspor dan impor Tanaman Serat; Tembakau; Kopi; Teh; Cengkeh; Kakao; Jambu Mete; Hasil diperoleh dari publikasi statistik ekspor dan impor BPS dan data harga Perkebunan Lainnya; dan Hasil Pertanian Lainnya. Output diperoleh dengan cara mengalikan produksi dengan harga diperoleh dari Harga Perdagangan Besar BPS. Estimasi output diperoleh dengan cara produksi dikalikan dengan harga dikurangi TTM. TTM berasal kemudian dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan (TTM) jika harga produsennya tidak tersedia. Tetapi jika harga produsen tersedia cukup dari survei khusus. Jika data tidak tersedia maka data dapat dilengkapi dengan melakukan survei khusus. dengan mengalikan produksi dengan harga. Besarnya margin perdagangan dan biaya pengangkutan (TTM) diperoleh dari survei khusus. Susunan inputnya dapat berupa biaya bibit, pupuk, obat-obatan, alat pertanian, bahan d. Kehutanan pengikat dan sebagainya. Data produksi dapat diperoleh dari Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian dan dari Bagian Statistik Perkebunan Dalam penyusunan tabel input-output, kelompok ini dipecah menjadi 2 (dua) sektor yaitu meliputi: Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya. Dalam BPS. Jika terdapat data yang tidak tersedia seperti produk ikutan maka cara mengestimasi output dengan menggunakan suatu persentase yang diperoleh sektor ini meliputi kegiatan penebangan kayu serta pengambilan getahgetahan dan akar-akaran. Hasil penebangan yang paling utama adalah kayu dari SKIO. Data susunan input juga bersumber pada SKIO. gelondongan sedangkan hasil penebangan lainnya adalah kayu bakar, rotan, c. Peternakan bambu dan sebagainya. Aktivitas bercocok tanam yang dilakukan di atas areal hutan yang merupakan tanaman tumpang sari tidak dimasukkan ke Kelompok ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala dalam kehutanan akan tetapi masuk dalam tanaman perkebunan. Kegiatan perburuan dimasukkan ke dalam hasil hutan lainnya yang meliputi kegiatan jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasil-hasilnya baik yang dilakukan oleh rakyat maupun penangkapan/ perburuan binatang liar seperti buaya, babi hutan, biawak, menjangan dan harimau baik untuk dikonsumsi dagingnya maupun diambil oleh perusahaan peternakan. Hasil-hasil peternakan meliputi anak-anak kulit, bulu dan tulangnya. Penangkapan untuk pelestarian, manfaat ternak, pertambahan berat, susu dan telur. Dalam penyusunan tabel input- pengambilan sarang burung dihitung dalam hasil buruan lainnya. 59 60 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Estimasi output menggunakan pendekatan produksi yaitu mengalikan produksi dengan harga dikurangi TTM nya apabila harga produsennya tidak Estimasi output diperoleh dari perkalian produksi dan harga dikurangi biaya pengangkutan dan margin perdagangan, karena harga yang tersedia tersedia. adalah harga perdagangan besar. Sedangkan susunan input antaranya Susunan input antara untuk pengusahaan kayu tebang meliputi benih dan bibit pohon, bahan bakar dan pelumas, makanan dan pemeliharaan lain adalah bibit dan pakan ikan, alat penangkapan ikan (misal: kail), pemeliharaan kolam, pemeliharaan kapal penangkap ikan, umpan, bahan untuk binatang/hewan penarik, bahan-bahan untuk pemeliharaan dan perawatan jalan, peralatan tangan serta komponen-komponennya, pembungkus dan pengikat, bahan bakar dan pelumas, bahan penolong (es batu), pupuk dan obat-obatan. pembayaran untuk kontrak kerja serta jasa lainnya. Bila mesin-mesin dan hewan penarik yang digunakan tergabung dalam 4.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian pertanian/cocok tanam dan kehutanan atau bila terjadi ada satu perusahaan memiliki dua atau lebih aktivitas pertanian dan kehutanan maka susunan inputnya harus diproporsikan. Ruang lingkup kegiatan pertambangan dan penggalian meliputi kegiatan penggalian, pemboran, penyaringan, pencucian, pemilihan, dan pengambilan Untuk perburuan, penangkapan dan penangkaran binatang liar, input antara berupa amunisi perburuan, perbaikan peralatan berburu, perbaikan segala macam barang tambang, mineral, dan barang galian yang tersedia di alam, baik berupa benda padat, cair, dan gas. Penambangan dan penggalian kendaraan berburu. Susunan input diperoleh berdasarkan Survei Khusus ini dapat dilakukan di bawah tanah maupun di atas permukaan bumi. Sifat Input Output. dan tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan nilai guna barang tambang dan galian tersebut sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual, atau e. Perikanan diproses lebih lanjut. Termasuk dalam sektor ini adalah kegiatan pembuatan garam kasar dengan cara menguapkan air laut. Kelompok ini mencakup semua kegiatan penangkapan dan pembenihan, budi daya segala jenis ikan dan binatang air (seperti ikan tuna, ikan hiu, Dalam penyusunan tabel input-output nasional, Sektor Pertambangan dan Penggalian dibagi atas 14 sektor yakni Batu Bara, Minyak Bumi, Gas dan udang, kerang mutiara, ikan hias, dan lain-lain) baik di air tawar maupun di air Panas Bumi, Bijih Timah, Bijih Nikel, Bijih Bauksit, Bijih Tembaga, Bijih Emas, asin. Termasuk juga disini kegiatan pengambilan hasil-hasil binatang air, tidak termasuk disini kegiatan pemindangan ikan. Bijih Perak, Bijih dan Pasir Besi, Barang Tambang Logam lainnya, Barang Tambang Mineral Bukan Logam, Garam Kasar dan Barang Galian Segala Dalam penyusunan tabel input-output, kelompok ini dipecah ke dalam 3 (tiga) sektor meliputi sektor Ikan Laut dan Hasil Laut Lainnya; Ikan Darat dan Jenis. Dalam penyusunan tabel input-output daerah (Provinsi/Kabupaten), pemecahan sektor Pertambangan dan Penggalian tergantung potensi barang Hasil Perairan Darat; dan Udang. Hasil-hasil ikan yang dimaksudkan di sini seperti telur ikan, sirip ikan dan bibit ikan. Sumber data diperoleh dari tambang dan penggalian yang tersedia di daerah tersebut. Karena biasanya suatu daerah belum tentu memiliki seluruh barang tambang atau galian yang publikasi Statistik Perikanan oleh Dirjen Perikanan Departemen Pertanian. seperti disebutkan di atas. 61 62 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Estimasi output menggunakan pendekatan produksi dengan mengalikan produksi dengan harga. Data produksi dapat diperoleh dari Buku Laporan tembakau, pembuatan kopra, gaplek & sagu serta penggaraman dan pengeringan ikan. Penyusunan tabel input-output sektor ini dipisahkan ke Tahunan Pertambangan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen dalam kelompok-kelompok komoditi (sebagai contoh dalam input-output Pertambangan dan Energi, Survai Tahunan Perusahaan Pertambangan BPS dan sumber lain yang mungkin tersedia di daerah misalnya Daerah Dalam tahun 2005 menjadi 92 sektor), dimana kilang minyak dan gas alam cair termasuk di dalamnya. Angka atau data dari Kanwil Pertambangan dan Energi Daerah. Sedangkan data harga dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Survei Tahunan Penghitungan estimasi output dan nilai tambah untuk industri pengolahan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu estimasi output dan nilai tambah industri Perusahaan Pertambangan BPS, publikasi Statistik Ekspor BPS, dan hasil Survei Khusus. pengolahan non migas dan industri migas. Susunan input dapat diturunkan dari Survei Khusus Input-Output (SKIO). Namun demikian, untuk beberapa komoditi, estimasi susunan inputnya dapat juga menggunakan hasil survei tahunan BPS, asalkan komponen biaya yang a. Industri Pengolahan Non-Migas Pada tahap awal penyusunannya, industri pengolahan nonmigas masih tergabung dapat dirinci. dibedakan ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu industri besar/sedang, kecil dan kerajinan rumah tangga. Dari masing-masing bagian tersebut dihitung baik 4.2.3 output maupun struktur inputnya untuk tiap-tiap sektor dalam klasifikasi sektor Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang input-output yang dikehendaki (dalam hal ini bisa 19, 66, atau 175 sektor, disesuaikan dengan kebutuhan). bertujuan untuk meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksinya dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi atau proses lainnya baik Sumber data utama penyusunan sektor ini adalah dari hasil survei tahunan industri yang dilakukan oleh BPS baik untuk besar/sedang, kecil menggunakan alat-alat sederhana maupun mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian, maupun kerajinan rumahtangga yang terdiri dari kelompok 5 digit KBLI sehingga perlu dilakukan pengelompokkan ke dalam klasifikasi sektor input- pertambangan maupun perusahaan lainnya. Jasa-jasa yang sifatnya output yang sama. Hal ini perlu dilakukan karena di dalam satu sektor input- menunjang kegiatan sektor industri seperti jasa maklon, perbaikan kapal, kereta api dan pesawat terbang termasuk juga dalam sektor ini. Jasa output biasanya terdiri dari beberapa kelompok 5 digit KBLI. Dari hasil pengolahan tersebut diperoleh output maupun inputnya, karena perbaikan yang dicakup dalam sektor ini adalah perbaikan terhadap barang modal, baik yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri maupun oleh pihak hasil survei tersebut sudah dalam bentuk nilai rupiah. Masalahnya dari hasil survei tersebut beberapa struktur inputnya masih dalam bentuk gabungan, lain. Perbaikan mesin-mesin milik rumah tangga dan kendaraan bermotor tidak dicakup disini, tetapi dimasukkan ke dalam sektor jasa-jasa. Termasuk tidak sesuai dengan klasifikasi sektor input-output, sebagai contoh alat-alat tulis kantor (ATK). Angka gabungan tersebut harus dipisahkan menurut juga di sini kegiatan pengolahan sederhana seperti pembuatan minyak banyaknya sektor input-output yang mencakup ATK. Untuk memisahkan nabati, gula merah, pengupasan & pembersihan biji-bijian, pengirisan angka tersebut, biasanya digunakan indikator pemisah (berupa rasio-rasio) 63 64 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT yang diperoleh dari hasil SKIO sebelum proses penyusunan tabel inputoutput atau jika tidak ada bisa juga digunakan rasio-rasio dari tabel input- Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara produk utamanya (main characteristic product). Produk utama adalah produk output yang sudah ada sebelumnya. Hal ini berlaku pula untuk pemecahan yang nilai outputnya paling besar dibandingkan dengan nilai produk-produk lainnya yang dihasilkan oleh suatu establishment. Pada kenyataannya terlihat struktur input lainnya yang sifatnya masih gabungan. bahwa dalam satu establishment ternyata dapat menghasilkan beberapa b. Industri Migas jenis produk disamping produk utama tersebut. Dengan digunakannya pendekatan establishment tersebut mengakibatkan bahwa seluruh jenis komoditi yang dihasilkan oleh suatu establishment akan masuk ke dalam 5 Industri migas dalam tabel input-output hanya terdiri dari industri barangbarang hasil kilang minyak bumi dan gas alam cair. Bila dilihat dari digit KBLI tertentu mengikuti produk utamanya. Oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa produk lainnya di luar produk utama tersebut komoditinya maka di Indonesia komoditi tersebut hanya dihasilkan oleh mempunyai ciri produk yang tidak sesuai lagi dengan ciri produk utamanya. Industri besar/sedang saja. Sumber data yang digunakan diperoleh dari Departemen Pertambangan & Energi, Pertamina dan Survei tahunan yang Ada kemungkinan bahwa produk lainnya tersebut memiliki kode 5 digit KBLI yang berbeda dengan produk utama. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dilakukan oleh BPS. Output diperoleh dari perkalian antara kuantum dengan harga untuk diperoleh suatu gambaran bahwa penyajian hasil survei tahunan industri besar/sedang dan IKKR yang dirinci menurut 5 digit KBLI belum secara murni masing-masing komoditi seperti: avtur, avigas, premium, minyak tanah, memperlihatkan identitas dari 5 digit KBLI tertentu, karena didalamnya masih minyak diesel, minyak bakar, LPG, dan sebagainya untuk pengilangan minyak bumi serta gas alam cair (LNG) untuk pengilangan gas alam. terdapat produk-produk di luar produk utama. Agar data hasil survei tahunan industri besar/sedang dan IKKR dapat digunakan untuk kebutuhan Struktur input diperoleh dari pengolahan hasil survei tahunan yang dilakukan oleh BPS. Seperti halnya pada industri nonmigas, jika ditemukan penyusunan tabel input-output perlu dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Proses tersebut dilakukan dalam upaya untuk memilah-milah agar struktur input yang sifatnya masih gabungan maka cara pemecahannya sama seperti pada penjelasan sebelumnya. setiap komoditi baik produk utama maupun produk lainnya dapat dikelompokkan ke dalam 5 digit KBLI yang sesuai. Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian kode 5 digit industri pada semua produk yang c. Proses Transfer-out Transfer-in (TOTI) dihasilkan (pengidentifikasian). Setelah proses identifikasi selesai, maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan produk-produk tersebut ke Penyusunan output dan struktur input industri besar/sedang, dan industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) untuk kelompok non migas dalam kode KBLI yang sama, sehingga dalam proses ini akan terjadi pemindahan antar kode KBLI tersebut. Perpindahan tersebut bisa berupa berdasarkan hasil survei tahunan industri. Survei tahunan industri tersebut dilakukan dengan pendekatan establishment, dan tabulasi akhirnya disajikan proses keluar maupun masuk di dalam masing-masing kode KBLI utamanya. Didalam penyusunan tabel input-output proses tersebut secara keseluruhan secara rinci menurut kelompok komoditi berdasarkan 5 digit KBLI. Penentuan suatu establishment masuk ke dalam 5 digit KBLI tertentu didasarkan kepada disebut transfer-out transfer-in (TOTI). Proses TOTI tersebut tidak hanya 65 66 mencakup komponen outputnya saja, akan tetapi mencakup juga susunan TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara input untuk masing-masing komoditi baik input antara maupun input primer. Contoh berikut menjelaskan bagaimana proses TOTI dilakukan untuk Tabel 4.1 Industri Pengalengan Sayuran dan Buah-buahan masing-masing kelompok komoditi menurut 5 digit KBLI suatu jenis industri, (kode KBLI 15131) misalnya pengalengan sayuran dan buah-buahan (15131). Prosedur kerja yang akan dipakai didalam TOTI pada contoh ini adalah sebagai berikut: Output Kode Nama Komoditi KBLI (2) (3) Input 1. Sumber data asli diperoleh dari survei tahunan industri besar/ sedang dan IKKR yang sudah disusun di dalam suatu neraca produksi yang disederhanakan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1 tersebut merupakan neraca produksi dari kegiatan industri pengalengan (1) Biaya Antara sayuran dan buah-buahan (kode 15131) yang menghasilkan 4 (empat) jenis komoditi, dimana dari 4 (empat) jenis tersebut sebenarnya hanya terdiri dari 2 (dua) jenis komoditi utama atau produk utama (sayuran dalam kaleng dan buah-buahan dalam kaleng yang betul-betul berkode 1. Sayuran dalam kaleng 15131 2. Buah-buahan dalam kaleng 15131 NTB KBLI 15131) dan 2 (dua) jenis produk lain yang ternyata kode KBLInya 3. Coklat bubuk berbeda. Sumber data dari input antara dalam proses produksi dan balas jasa faktor-faktor produksi (NTB) juga diperoleh berdasarkan survei yang 4. Sirop sama. Total Input 2. Dari produk-produk yang dihasilkan seperti pada butir 1 tersebut selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap masing-masing komoditi menurut 5 digit KBLI. Berdasarkan pengidentifikasian tersebut dapat dilihat bahwa di dalam kode 15131 selain komoditi sayuran dalam kaleng dan buah-buahan dalam kaleng sebagai produk utama masih terdapat komoditi lain yang dihasilkan yaitu komoditi coklat bubuk masuk kode KBLI 15431 dan sirop dengan kode KBLI 15424. Hasil selengkapnya dari Total Output XXXXX 3. Setelah dilakukan pengidentifikasian dari kegiatan industri berkode KBLI 15131, ternyata kode KBLI 15131 tersebut produknya terdiri dari 3 (tiga) jenis kode KBLI yang berbeda. Oleh karena produknya terdiri dari 3 (tiga) jenis KBLI, maka tidak hanya pada outputnya saja yang dipisahkan tetapi termasuk juga input antara dan nilai tambah brutonya (lihat Tabel 4.2). proses identifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.1. 67 15431 15424 68 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Tabel 4.2 Estimasi Output dan Susunan Input Menurut 5 Digit KBLI Misalkan data dari tiga kelompok industri yang berkode 5 digit KBLI sebagai berikut 15131, 15432, 15541. Masing-masing kelompok industri Kode KBLI Uraian Output IA NTB Input (1) (2) (3) (4) (5) (6) tersebut disamping mempunyai produk utama juga mempunyai produk sampingan. Proses awal yang akan dilakukan disini adalah memindahkan data asli tersebut ke dalam Lembar Kerja (LK 1) untuk masing-masing jenis 15131 15431 15424 Industri Pengalengan Sayuran dan Buahbuahan Industri Bubuk Coklat Industri Sirop O1 IA1 NTB1 I1 kelompok 5 digit KBLI. Melalui LK 1 tersebut akan dilakukan proses O2 O3 IA2 IA3 NTB2 NTB3 I2 I3 mengidentifikasi setiap jenis produksi yang dihasilkan oleh kelompok industri yang bersangkutan. Proses identifikasi tersebut dilakukan dengan memberi kode 5 digit KBLI untuk masing-masing jenis output yang dihasilkan dan Oi XXX XXX Ii hasilnya dapat dilihat pada kolom 3 untuk setiap daftar LK 1. LK 1 : Industri Pengalengan Sayuran & Buah-buahan (15131) Output sayuran dalam kaleng dan output buah-buahan dalam kaleng (lihat Tabel 4.2 kolom 2 dan kolom 3) termasuk dalam satu kode KBLI yaitu Input (000 Rp) Output Komoditi (000 Rp) Kode KBLI kode 15131 karena masih dalam komoditi yang sesuai dengan output (1) (2) (3) sebesar O1. Sedangkan output coklat bubuk sebesar O2 dan output sirop sebesar O3 tidak masuk pada kode KBLI 15131 lagi akan tetapi masuk pada kode KBLI yang lain. Kemudian input antara dan nilai tambah bruto (NTB) diperoleh dengan cara (salah satunya) proporsional terhadap besarnya output untuk masing-masing komoditi 5 digit KBLI tersebut. Dari output sebesar O1 diperoleh input antara sebesar IA1 dan nilai tambah bruto sebesar NTB1. Selengkapnya besarnya biaya antara dan nilai tambah bruto dapat dilihat pada Tabel 4.2 kolom 4 dan kolom 5. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas bagaimana proses TOTI dilakukan terhadap sumber data dari hasil survei tahunan industri besar/sedang dan IKKR, berikut ini diberikan contoh dengan menggunakan Input Antara: 1.Buah-buahan 2.Sayuran 3 Gula Pasir 4. Ayam, daging, udang 5.Minyak goreng 6.Coklat biji 7.Bumbu 8.Lainnya (Selain bahan baku) Komponen Biaya Primer (NTB) Jumlah 15.822.000 33.310.685 323.000 246.700 615 10.500 4.500 68.446.000 1 Sayur kalengan 2. Buah-buahan Kalengan 3. Coklat bubuk 4. Sirop 15131 51.054.000 256.000 191.000 15131 15431 15424 193.236.000 XXXXX 75.072.000 193.236.000 Jumlah data. 69 141.735.000 70 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara LK 1 : Industri makanan dari coklat dan kembang gula (31192) Keterangan daftar LK 1 : Input (000 Rp) Output Komoditi (000 Rp) Kode KBLI (1) (2) (3) Input Antara: 1. Coklat Biji 2. Gula Pasir 3. Coklat bubuk 4. Bahan Kimia 5. Lainnya (Selain bahan baku) 9.877.000 520.000 269.000 1.154.000 1.284.000 Komponen Biaya Primer (NTB) 1. Coklat segala jenis 2. Kembang gula kalengan 18.253.000 56.000 15432 15432 5.205.000 Jumlah 18.309.000 Jumlah 18.309.000 XXXXX LK 1 : Industri minuman ringan (15541) Input (000 Rp) Output Komoditi (000 Rp) Kode KBLI (1) (2) (3) Input Antara: 1. Gula 2. Buah-buahan 3. A i r 4. Bahan Kimia 5. Lainnya (Selain bahan baku) Komponen Biaya Primer (NTB) Jumlah 5.339.000 1.750.000 25.000 4.318.000 3.505.000 1. Minuman ringan 2. Sirup 3. Selai (Jam) 15.410.000 7.225.000 150.000 15541 15424 15133 7.848.000 22.785.000 Jumlah 71 22.785.000 XXXXX 1. LK 1 ini merupakan neraca produksi yang telah disederhanakan dan datanya merupakan data asli hasil survei. 2. Susunan input yang digunakan dalam proses produksi industri berkode 15131, terlihat pada kolom 1. 3. Seluruh produk yang dihasilkan oleh kegiatan industri berkode 15131 yaitu sayur dalam kaleng, buah-buahan dalam kaleng sebagai produk utama dan coklat bubuk, sirup sebagai produk sampingan terlihat pada kolom 2. 4. Hasil identifikasi kedalam 5 digit KBLI dari output yang dihasilkan oleh kegiatan industri berkode 15131, dapat dilihat pada kolom 3. Penjelasan daftar LK 1 untuk jenis industri yang lain sama seperti keterangan pada daftar LK 1 untuk industri berkode 5 digit KBLI 15131. Proses selanjutnya setelah dilakukan identifikasi kode 5 digit KBLI untuk masing-masing jenis output adalah memisahkan ke dalam kelompok 5 digit KBLI dari masing-masing jenis output untuk setiap LK 1, yang kemudian digabungkan menurut 5 digit KBLI yang sesuai. Sehingga melalui proses ini akan dapat diperoleh output dan susunan input masing-masing jenis komoditi dengan kode 5 digit KBLI yang tunggal. Proses pemisahan dan penggabungan ini biasa disebut transfer-out transfer-in (TOTI). Agar lebih jelas bagaimana dilakukan proses transfer-out atau transfer-in, maka akan ditunjukkan proses tersebut dengan menggunakan daftar lembar kerja (LK). Melalui daftar LK 2 akan dilakukan proses transfer-out dari jenis industri yang menghasilkan produk sampingan yang sifatnya berbeda dengan produk utama. Proses transfer-out dilakukan dengan memindahkan produk sampingan dari jenis industri tersebut ke dalam kode 5 digit KBLI yang sesuai. Pemindahan ke dalam kode 5 digit yang sesuai tersebut tidak hanya pada outputnya, akan tetapi juga terhadap susunan inputnya. Susunan input dipindahkan dengan cara proporsional terhadap besarnya output masingmasing komoditi. Input yang diproporsionalkan adalah input yang masih gabungan dari seluruh input yang digunakan. Penjelasan mengenai bekerjanya daftar LK 2 ini akan diperlihatkan dengan menggunakan contoh 72 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara industri yang berkode 15131 (LK 2). Dari seluruh output coklat bubuk yang merupakan produk sampingan akan dipindahkan ke kode 15431, demikian juga sebagian input primernya dipindahkan ke kode 15431. Cara mendapatkan sebagian input primer adalah : Output coklat bubuk/output keseluruhan x input primer keseluruhan apabila dengan angka adalah : Rp 256 000/Rp 193 236 000 x Rp 75 072 000 = Rp 99 456 Begitu juga untuk mendapatkan susunan input yang lain dilakukan dengan cara yang sama. LK 2 : Industri pengalengan sayuran & buah-buahan (15131) Uraian (1) Output 1. Sayur kalengan 2. Buah kalengan 3. Coklat bubuk 4. Sirop Jumlah Output Input 1. Buah-buahan 2. Sayuran 3. Gula pasir 4. Ayam, daging, dsj 5. Minyak goreng 6. Coklat biji 7. Bumbu 8. Lainnya (selain bh baku) 9. Komponen biaya primer Jumlah Input 15131 keluar ke: 15131 Data Asli (2) 141.735.000 51.054.000 256.000 191.000 193.236.000 15431 15424 (3) (4) 256.000 191.000 191.000 256.000 15131 setelah transfer-output 141.735.000 51.054.000 0 0 192.789.000 146.045 116.477 15.822.000 33.310.685 322.681 246.700 615 0 4.500 68.183.478 75.072.000 193.236.000 99.456 256.000 74.203 191.000 74.898.341 192.789.000 73 10.500 Uraian 15432 Data asli (1) (2) Keterangan : Output 1. Coklat segala jenis 2. Kembang gula Jumlah 18,253,000 56,000 18,309,000 Input 1. Coklat biji 2. Gula pasir 3. Coklat bubuk 4. Bahan kimia 5. Lainnya (selain bh baku) 6. Komponen biaya primer Jumlah 9,877,000 520,000 269,000 1,154,000 1,284,000 5,205,000 18,309,000 (5) 15.822.000 33.310.685 323.000 246.700 615 10.500 4.500 68.446.000 320 LK 2 : Industri makanan dari coklat & kembang gula (15432) Untuk kelompok industri 15432 setelah proses identitas di LK ternyata tidak terjadi proses transfer-out. Oleh karena itu untuk kelompok tersebut data pindahan dari LK 1 ke LK 2 tidak mengalami perubahan sama sekali. LK 2 : Industri minuman ringan ( 15541 ) Uraian (1) 15541 data asli 15133 15424 (2) (3) (4) 15541 pindah ke : Output 1. Minuman ringan 2. Sirup 3. Selai (jam) Jumlah 15,410,000 7,225,000 150,000 22,785,000 Input 1. Gula 2. Buah-buahan 3. Air 4. Bahan kimia 5. Lainnya (selain bh baku) 6. Komponen biaya primer Jumlah 5,339,000 1,750,000 25,000 4,318,000 3,505,000 7,848,000 22,785,000 74 150.000 150.000 35.148 11.521 28.427 23.239 51.666 150.000 15541 setelah transfer out (5) 0 7,225,000 7,225,000 15,410,000 0 0 15,410,000 1,692,968 554,916 7,927 1,369,214 1,111,417 2,488,558 7,225,000 3,610,884 1,183,564 17,073 2,920,359 2,370,345 5,307,776 15,410,000 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Setelah dilakukan proses transfer-out dengan menggunakan daftar LK 2, pekerjaan selanjutnya adalah melakukan proses transfer-in. Dengan LK 3 : Industri Pelumatan Sayuran & Buah-buahan (15133) menggunakan daftar LK 3 akan dilakukan proses transfer-in dari jenis industri yang mempunyai produk sampingan yang berbeda kode 5 digit KBLI dengan produk utama. Transfer-in akan terjadi apabila produk sampingan yang dihasilkan dari jenis industri tersebut akan masuk ke dalam suatu kelompok industri yang mempunyai kode 5 digit KBLI sama. Pemindahan dari jenis industri lain ke dalam 5 digit KBLI yang sesuai tidak hanya pada outputnya saja, akan tetapi juga pada susunan inputnya. Cara memindahkan sebagian susunan inputnya disini sama dengan pemindahan susunan input yang dilakukan pada proses transfer-out. Hasil dari proses transfer-in dapat dilihat pada masing-masing LK 3 berikut ini. LK 3 : Industri Sirup (15424) Uraian (1) 15424 data asli (2) 15131 15541 15424 Setelah Transfer-in (3) (4) (5) 15424 diterima dari Output 1. Sirup Jumlah 0 0 191.000 191.000 7.225.000 7.225.000 7.416.000 7.416.000 Input 1. Gula 2. Buah-buahan 3. Air 4. Bahan kimia 5. Lainnya 6. Biaya primer Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 319 1.692.968 554.916 7.927 1.369.214 1.111.417 2.488.558 7.225.000 1.693.287 554.916 7.927 1.369.214 1.227.894 2.562.762 7.416.000 116.477 74.203 191.000 75 Uraian 15133 data asli 15133 terima dari 15541 15133 Setelah Transfer-in (1) (2) (3) (4) Output 1. Selai (Jam) Jumlah 0 0 150.000 150.000 150.000 150.000 Input 1. Gula 2. Buah-buahan 3. Air 4. Bahan kimia 5. lainnya 6. Komponen biaya primer Jumlah 0 0 0 0 0 0 0 33.148 11.521 0 28.427 23.239 51.665 150.000 33.148 11.521 0 28.427 23.239 51.665 150.000 LK 3 : Industri Bubuk Coklat (15431) Uraian 15431 data asli 15431 terima dari 15541 15431 Setelah Transfer-in (1) (2) (3) (4) Output 1. Coklat bubuk Jumlah 0 0 256.000 256.000 256.000 256.000 Input 1. Coklat biji 2. Lainnya (selain bahan baku) 3. Komponen biaya primer Jumlah 0 0 0 0 10.500 146.045 99.455 256.000 10.500 146.045 99.455 256.000 76 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara LK 4: Sektor 052 (Buah-buahan & Sayuran Olahan dan Awetan) 1. LK 3 kode 5 digit KBLI 15424 yang muncul tersebut karena proses transfer-in. 2. Kelompok 5 digit KBLI 15424 ini mendapat pindahan produk sirup dari kelompok 5 digit KBLI 15131 (lihat kolom 3), juga menerima produk sirup Uraian 15131 15133 Jumlah dari kelompok 15541 (dapat dilihat pada kolom 4). Demikian juga (1) (2) (3) (4) 117.890.659 74.898.341 192.789.000 98.333 51.667 150.000 117.988.992 74.950.008 192.939.000 susunan inputnya sebagian dipindahkan ke sini. 3. Pada contoh ini kelompok 15424 tidak mengeluarkan produknya ke kode 5 digit KBLI yang lain. Input Antara Input Primer Output 4. Hasil setelah terjadi transfer-in dari kelompok 5 digit KBLI 15424 dapat LK 4: Sektor 064 dilihat pada kolom 5. Pada kolom tersebut sudah dapat diperoleh (Industri Coklat & Kembang Gula) estimasi output dan susunan input untuk masing-masing kelompok 5 digit KBLI dari seluruh jenis komoditi. Uraian 15431 15432 Jumlah (1) (2) (3) (4) 156.545 99.455 256.000 3.104.000 5.205.000 18.309.000 13.260.545 5.304.455 18.565.000 Berdasarkan contoh diatas maka dapat diperlihatkan melalui daftar LK 4 penggolongan output dan susunan input untuk masing-masing kelompok 5 digit KBLI ke dalam kode sektor INPUT-OUTPUT yang sesuai. Pada daftar Input Antara Input Primer Output LK 4 tersebut disajikan susunan hanya dalam bentuk agregatif (input antara dan input primer) sekedar untuk memperlihatkan bahwa output dan susunan Lk 4: Sektor 071 input sektoral untuk tabel input-output sudah bisa disediakan melalui proses (Minuman Tidak Beralkohol) TOTI. Uraian 15424 15541 Jumlah (1) (2) (3) (4) 4 853 239 2 562 762 7 416 001 10.102.225 5.307.776 15.410.001 14.955.464 7.870.538 22.826.002 Input Antara Input Primer Output 77 78 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 4.2.4 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Dalam penyusunan tabel input-output nasional biasanya sektor Listrik, Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Data harga listrik PLN dan Non-PLN dapat diperoleh dari salah satu sumber yaitu survei Tahunan BPS atau publikasi tahunan Statistik PLN yang diterbitkan oleh PLN. Gas, dan Air Bersih dikelompokkan menjadi dua sektor yaitu sektor Listrik dan Gas dan sektor Air Bersih. Penggolongan sektor dalam rangka Estimasi susunan input listrik PLN dan Non PLN dapat diperoleh langsung melalui SKIO. Namun demikian untuk memperoleh estimasi penyusunan tabel input-output daerah dapat dilakukan sesuai kondisi/potensi ekonomi di masing-masing daerah. Uraian berikut ini menjelaskan bagaimana susunan input listrik PLN dan Non PLN yang memasarkan listriknya langsung ke konsumen dapat juga digunakan hasil survei tahunan BPS, asalkan penyusunan estimasi output dan struktur input untuk masing-masing komoditi. komponen biaya yang masih tergabung dapat dirinci. Pemecahannya dapat digunakan SKIO tahun sebelumnya (tahun sebelum periode penyusunan tabel input-output). a. Listrik Melalui contoh berikut diperlihatkan bagaimana SKIO tahun sebelumnya digunakan untuk mengalokir susunan input listrik PLN dan Non PLN yang Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik dengan tujuan untuk dijual. Di Indonesia kegiatan ini disamping memasarkan listriknya langsung ke konsumen hasil survei tahunan BPS, sesuai dengan klasifikasi tabel input-output. dilakukan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) dapat juga dilakukan Dari Survei Tahunan BPS, dapat diperoleh output dan susunan input oleh perusahaan Non-PLN seperti perusahaan pemerintah (BUMN dan BUMD), perusahaan swasta, koperasi, dan perorangan. Listrik Non-PLN listrik PLN dan Non-PLN yang memasarkan listriknya melalui PLN seperti dapat dilihat pada Tabel 4.3. meliputi produksi listrik perusahaan Non-PLN yang dijual ke PLN dan yang dijual langsung ke konsumen oleh perusahaan tersebut. Dari Tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa biaya antara untuk jasa-jasa adalah sebesar Rp 52,0 miliar. Biaya antara jasa-jasa sebesar ini masih Estimasi Output listrik meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan yang dicuri. Output listrik tersebut dihitung berdasarkan sangat agregatif untuk digunakan dalam penyusunan tabel input-output. Untuk memecah biaya antara jasa-jasa tersebut dapat digunakan hasil SKIO perkalian antara produksi dan harga per satuan produksi untuk masing- tahun 2005. masing listrik PLN dan Non-PLN. Untuk listrik PLN, ke dalam nilai outputnya masih harus ditambahkan lagi dengan pendapatan lainnya yang berupa margin yang diperoleh karena mendistribusikan listrik Non-PLN. Data produksi listrik PLN dan Non-PLN yang pemasarannya lewat PLN dapat diperoleh dari Survei Tahunan BPS. Sedangkan data produksi listrik Non-PLN yang pemasarannya tidak melalui PLN, seperti rumah tangga yang membangkitkan listrik dan menjualnya langsung ke konsumen, dapat diperoleh melalui Survei Khusus Input-Output. 79 80 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Tabel 4.3 Susunan Output dan Input Listrik PLN Tabel 4.4 Lembar Kerja Pemecahan Input Antara Jasa-jasa untuk Menggunakan Hasil Survei Tahunan BPS Hasil SKIO (Juta Rp) (Dalam Miliar Rupiah) SKIO Perincian Nilai (%) (1) (2) (3) Biaya Antara - Bahan bakar dan pelumas - Alat tulis dan keperluan kantor - Suku cadang untuk perbaikan kecil - Pemeliharaan dan perbaikan kecil barang modal - Real estat, mesin, dan alat-alat - Jasa-jasa - Listrik hilang Upah dan Gajih - Pajak Tak Langsung Neto - Penyusutan Barang Modal 3528,3 100,00 2420,8 68,61 3. Jasa Angkutan Kereta Api 533,9 43,48 4. Jasa Angkutan Jalan Raya 2. Jasa Perhotelan 12,5 0,36 5. Jasa Angkutan Laut 195,6 5,54 6. Jasa Angkutan Sungai dan Danau 104,2 2,95 7. Jasa Angkutan Udara 1,2 0,03 8. Jasa Penunjang Angkutan 52,0 1,47 9. Jasa Komunikasi 521,4 14,78 10. Jasa Bank dan Lembaga Keuangan 1107,5 31,39 11. Jasa Asuransi 257,3 7,29 12. Jasa Perusahaan 1,8 0,05 13. Jasa Pendidikan 530,8 15,05 14. Jasa Kesehatan 317,6 9,00 Lainnya Biaya Primer (NTB) - (1) 1. Jasa Restoran Output Surplus Usaha 15. Jasa Kemasyarakatan Lainnya Jumlah Jasa-jasa Berdasarkan SKIO tahun 2005 dapat diperoleh rincian biaya jasa-jasa yang mengikuti klasifikasi tabel input-output dengan perincian seperti pada Tabel 4.4 berikut. Nilai (%) Nilai Utk Tabel I-O (2) (3) (4) Komponen 75 1,75 910 300 6,98 3630 0 0,00 0 360 8,38 4358 0 0,00 0 125 2,91 1513 151 3,51 1825 20 0,47 244 276 6,42 3338 1350 31,42 16338 87 2,03 1056 1552 36,13 18788 0 0,00 0 0 0,00 0 0 0,00 0 4296 100,00 52000 Tabel 4.4 kolom (2) dan (3) diturunkan dari hasil pengolahan SKIO dengan mengambil rincian-rincian yang berkaitan dengan biaya antara jasajasa. Kemudian dengan mengalikan nilai biaya antara jasa-jasa sebesar Rp 81 82 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 52,0 miliar (lihat tabel 4.3) dengan koefisien input antara jasa-jasa (Tabel 4.4 kolom 3) diperoleh rincian susunan input biaya antara jasa-jasa sektor listrik. Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara c. Air Bersih Estimasi output dan struktur input listrik Non-PLN yang memasarkan Sektor Air Bersih meliputi kegiatan penjernihan, penampungan dan listriknya langsung ke konsumen dapat diperoleh dari hasil survei tahunan industri besar/sedang khusus listrik Non-PLN yang dibangkitkan oleh pendistribusian air bersih secara langsung melalui pipa atau mobil tangki dengan tujuan untuk dijual. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh Perusahaan Air perusahaan industri. Sedangkan estimasi output dan struktur input listrik Non PLN yang dibangkitkan oleh perusahaan yang bukan industri, rumah tangga, Bersih (PAM) maupun bukan PAM. Output sektor Air Bersih merupakan perkalian antara produksi dengan dan koperasi yang memasarkan listriknya langsung ke konsumen, dapat diperoleh melalui SKIO. harga. Data produksi dan harga sektor Air Bersih dapat diperoleh dari survei tahunan BPS. Output dan struktur input listrik Non PLN yang memasarkan listriknya Estimasi susunan input Air Bersih dapat diperoleh dari SKIO atau hasil langsung ke konsumen diperoleh dengan menjumlahkan output dan struktur input perusahaan industri, perusahaan bukan industri, rumah tangga, dan Survei Tahunan BPS, asalkan komponen biaya yang masih tergabung dapat dirinci. Pemecahannya dapat menggunakan SKIO tahun sebelumnya seperti koperasi. Demikian pula untuk mendapatkan output dan struktur input sektor listrik yang dicontohkan pada komoditi listrik. diperoleh dengan menjumlahkan output dan struktur input listrik PLN dan Non 4.2.5 Kontruksi PLN. Sektor konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa b. Gas Sektor gas mencakup kegiatan penyediaan serta penyaluran gas untuk keperluan bahan bakar rumah tangga, industri, rumah sakit, hotel, dan bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya. Kegiatan di sektor ini dapat dilakukan oleh kontraktor umum (General Contractor) dan kontraktor khusus (Special Contractor) termasuk pula kegiatan konstruksi sebagainya. Di Indonesia kegiatan usaha ini hanya dilakukan oleh Perum yang dilakukan oleh perseorangan/individu. Gas Negara. Gas yang dihasilkan oleh sektor ini meliputi gas batu bara, gas minyak, dan gas campur yang diperoleh dari proses pembakaran batu bara, Pengertian kontraktor umum adalah perusahaan-perusahaan yang melaksanakan pekerjaan kontruksi baik untuk pihak lain atau untuk keperluan minyak bumi, dan cracking. Bersama dengan proses tersebut dihasilkan produk ikutan berupa ter, kokas, dan minyak ter, Mulai tahun 1991 bahan sendiri. Sedangkan kontraktor khusus adalah perusahaan/unit usaha yang biasanya hanya mengerjakan sebagian dari satu pekerjaan proyek atas dasar baku gas yang digunakan adalah gas alam tanpa produk ikutan. Output sektor Gas dihitung berdasarkan perkalian antara produksi suatu kontrak dengan pihak lain, Contoh: Pekerjaan pembuatan fondasi yang dilakukan oleh PT Franky Fondation dan pekerjaan pemasangan alat dengan harga, Data produksi dan harga diperoleh dari survei Tahunan BPS. pendingin ruangan (AC). 83 84 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Output sektor konstruksi adalah nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama satu tahun kalender (Januari-Desember) tanpa melihat apakah Tabel 4.5 Alokasi Output Konstruksi Menggunakan Indikator Survei AKI dan Non AKI konstruksi tersebut sudah seluruhnya jadi atau belum pada tahun tersebut. Pada penyusunan tabel input-output Indonesia, sektor konstruksi dibedakan menjadi 5 sektor utama yaitu Bangunan tempat tinggal dan bukan Survei AKI dan Non AKI tempat tinggal; Prasarana pertanian; Jalan/jembatan dan pelabuhan; Bangunan instalasi listrik, gas, air bersih, dan komunikasi; serta Konstruksi Perincian lainnya. Estimasi output total masih dapat diperoleh melalui cara lazim yang telah (1) ada, yaitu pendekatan produksi. Pendekatan produksi ini lebih dikenal dengan metode pendekatan arus barang (Commodity Flow Approach) yaitu 1. Bangunan Tempat tinggal dan suatu metode pendugaan output sektor konstruksi berdasarkan input yang diperoleh dari sektor lain. Untuk mendapatkan pemecahan output total sesuai dengan klasifikasi tabel input-output di atas, digunakan indikator yang Bukan Tempat tinggal 3. Jalan, jembatan, (3) (4) 10.27 3150.130 6026833 36.23 11.112.260 1106223 6.65 2.039.180 901525 5.42 1.663.980 16.634.939 100,00 30.671.450 air Bersih, dan komunikasi 5. Bangunan lainnya 4.2.6 (2) 1708503 dan pelabuhan Total % 41.43 4. Bangunan instalasi listrik, gas, AKI dan Non AKI dapat memecah output total menjadi output sektor-sektor menurut klasifikasi tabel input-output. Nilai 6891855 2. Prasarana Pertanian tersedia, misalnya hasil Survei Tahunan Perusahaan Konstruksi AKI (Asosiasi Konstruksi Indonesia) dan Non AKI yang dilakukan BPS. Tabel di bawah ini memperlihatkan contoh bagaimana indikator survei Output 12705900 Perdagangan, Restoran dan Hotel a. Sektor Perdagangan Sektor perdagangan mencakup kegiatan pengumpulan dan pendistribusian barang baru maupun bekas, oleh para pedagang. Pendistribusian tersebut dimulai dari tangan produsen (untuk produk dalam negeri) dan importir (untuk produk impor) sampai ke tangan konsumen tanpa merubah sifat dari barang tersebut. Produsen atau importir yang dimaksud disini adalah penyedia/pemasok (supplier) pertama pada suatu periode. Sedangkan konsumen adalah pemakai/pengguna barang tersebut yang 85 86 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara terdiri dari sektor-sektor produksi, rumah tangga, lembaga nirlaba, pemerintah, pembentukan modal, inventori dan ekspor. Termasuk di sini kegiatan pedagang perantara, agen dan bagian pemasaran dari yang menghasilkan produk (barang) yang diperdagangkan tersebut. Menurut fungsi dan tujuannya perdagangan dibedakan ke dalam 2 jenis kegiatan, yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar umumnya melayani penjualan dalam jumlah besar (grosir) sedangkan perdagangan eceran dalam jumlah kecil. Pembeli pada pedagang eceran umumnya adalah rumah tangga sedangkan pembeli pada pedagang besar umumnya pedagang eceran, pedagang besar lainnya, perusahaan, instansi pemerintah dan lembaga nirlaba. Barang yang siap untuk diperdagangkan meliputi barang baru maupun barang bekas yang berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun luar negeri (impor). Output perdagangan merupakan jumlah margin dari nilai barang yang diperdagangkan. Perhitungan output ini dilakukan dengan melakukan pendekatan arus barang, yaitu total nilai barang yang diperdagangkan dikalikan dengan rasio margin perdagangan. Data mengenai total nilai barang diperdagangkan yang berasal dari produk domestik diperoleh dari hasil estimasi output masing-masing komoditi, sedangkan yang berasal dari produk impor diperoleh dari statistik impor (BPS). Sedangkan data mengenai rasio margin perdagangan baik untuk produk domestik maupun impor diperoleh dari survei khusus. Struktur input kegiatan perdagangan antara lain meliputi pengeluaran untuk bahan pembungkus dan pengepakan, biaya promosi dan periklanan, sewa tempat, perlengkapan tulis menulis, listrik dan telepon, biaya pos dan pengiriman, iuran dan retribusi, biaya pegawai, pajak dan pengeluaran lainnya. Sumber data yang digunakan berasal dari SKIO, dimana dari hasil pengolahan survei tersebut akan diperoleh data rasio masing-masing komponen input terhadap total pendapatan/pengeluarannya. Dalam tabel input-output sektor perdagangan mendapatkan perlakuan khusus, yaitu sektor perdagangan dianggap tidak membeli atau menjual barang, tetapi dianggap sebagai penyedia pelayanan penyaluran. Akibatnya dalam tabel input-output diperlihatkan bahwa arus produksi seolah-olah bergerak dari sektor produsen langsung ke sektor pemakai dan konsumen akhir. 87 88 b. Sektor Restoran dan Hotel Kegiatan restoran mencakup kegiatan penyediaan makanan dan bersihan jadi untuk dikonsumsi dengan jalan menghidangkan di tempat penjualan (dikonsumsi langsung) atau tidak di tempat (dibawa pergi). Cara penjualannya bisa dilakukan pada suatu tempat tertentu secara menetap maupun dijajakan secara berkeliling. Contoh kegiatan ini antara lain restoran, warung, kafe, rumah makan, kantin, katering (jasa boga) dan sejenisnya. Termasuk disini kegiatan penyediaan makanan dan bersihan yang merupakan satu-satuan kegiatan usaha atau usaha sampingan pada perusahaan. Kegiatan penyediaan makanan dan bersihan yang bersifat menunjang usaha utama dan pada umumnya biayanya sudah termasuk dalam tarif per satuan hasil utamanya, tidak termasuk dalam kegiatan restoran tetapi dimasukkan ke dalam kegiatan utamanya, seperti perhotelan, angkutan bus malam, penerbangan, pengangkutan laut dan sejenisnya. Output restoran diperoleh dengan cara mengalikan tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Data jumlah tenaga kerja diperoleh dari Sensus Penduduk atau Survei Angkatan Kerja Nasional, sedangkan rata-rata output per tenaga kerjanya dari Survei Khusus Input Output (SKIO). Struktur input kegiatan restoran antara lain produk pertanian seperti jagung, kacangkacangan, buah-buahan, sayur-sayuran, rempah-rempah, produk peternakan, kayu bakar, arang, ikan segar, hasil laut lainnya, bahan bakar, daging dan ikan olahan, produk dari susu, buah-buahan dan sayur-sayuran dalam kaleng, minyak goreng, beras, tepung terigu dan sejenisnya, produk mie dan sejenisnya, gula, teh, kopi, produk bersihan lainnya, kecap dan produk kedelai lainnya, alat dan obat-obatan pembersih, bahan-bahan yang TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara terbuat dari tekstil, bahan pembungkus dan pengikat, peralatan makanan yang terbuat dari plastik dan kertas, biaya perjalanan, biaya pengangkutan, pengeluaran perbaikan barang modal yang bersifat reguler, biaya pengiriman, rekening telekomunikasi, biaya bank, real estat, jasa profesi, penyewaan alatalat, biaya promosi dan periklanan, pengeluaran pendidikan, honorarium artis/penghibur, dan sebagainya, Sumber data struktur input berasal dari SKIO. Melalui hasil pengolahan SKIO diperoleh data rasio dari masingmasing komponen input terhadap total pendapatan/pengeluaran. Kegiatan hotel mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan satu atau sebagian dari bangunan sebagai tempat penginapan, atas dasar suatu pembayaran, Kegiatan perhotelan yang tujuannya hanya untuk melayani anggota dari suatu organisasi tertentu, dan usahanya tidak bersifat komersial tidak dicakup disini, disamping data mengenai kegiatan tersebut sulit diperoleh. Termasuk di sini kegiatan penyediaan makanan dan bersihan serta fasilitas lain yang disediakan bagi tamu yang menginap. Fasilitas-fasilitas yang disediakan seperti kolam renang, fasilitas olah raga, penjemputan, discotique/bar dan sebagainya merupakan satu-satuan usaha yang sulit untuk dipisahkan dari kegiatan perhotelan. Tidak termasuk di sini kegiatan yang merupakan usaha sampingan penginapan yang berdiri sendiri dan datanya dapat dipisahkan, seperti usaha perparkiran, penyewaan ruang perkantoran, penyelenggaraan rapat/pesta dan sebagainya. Output perhotelan diperoleh dengan mengalikan jumlah kamar yang tersedia dikalikan dengan tingkat pengisian (load factor) dikali dengan ratarata output per kamar. Data mengenai jumlah kamar yang tersedia diperoleh dari Publikasi Statistik Pariwisata (BPS) dan Dirjen Pariwisata. Data mengenai rata-rata output per kamar diperoleh dari SKIO. Struktur input kegiatan hotel antara lain meliputi biaya pemeliharaan dan perbaikan, rekening listrik dan air bersih, seragam, bunga dan tanaman hias, promosi dan periklanan, biaya telekomunikasi, jasa informasi, bahan dan alat pembersih, barang dari tekstil, dan sebagainya. Sumber data struktur input diperoleh dari hasil pengolahan SKIO. 89 90 4.2.7 Pengangkutan dan Komunikasi a. Sektor Angkutan Kereta Api Kegiatan ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan jasa kereta api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia secara monopoli. Dalam prakteknya, PT. Kereta Api Indonesia hanya beroperasi di pulau Jawa dan Sumatera saja, sehingga untuk di daerah atau pulau lainnya tidak ada jasa angkutan kereta api. Output kegiatan ini diperoleh dari penjumlahan hasil penjualan karcis dan kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan pengangkutan kereta api yang bersumber dari laporan keuangan PT. Kereta Api Indonesia. Sedangkan struktur inputnya antara lain meliputi biaya bahan bakar, bensin, pelumas dan sejenisnya, biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin kereta api, biaya alat tulis kantor, biaya listrik dan telepon, biaya pegawai dan biaya sewa. Struktur input ini diperoleh berdasarkan pengolahan laporan keuangan PT. Kereta Api Indonesia. b. Sektor Angkutan Jalan Raya Sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum angkutan jalan raya baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk disini kegiatan lainnya seperti charter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lainnya yang diusahakan sebagai satu satuan usaha dengan kegiatan ini seperti jasa bongkar muat, keagenan barang dan penumpang, perbaikan dan pemeliharaan. TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Output sektor jalan raya diperoleh berdasarkan perkalian antara jumlah armada dengan rata-rata output per armada untuk masing-masing jenis angkutan. Struktur inputnya antara lain mencakup pembelian bahan bakar minyak dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perawatan kendaraan yang sifatnya rutin, pembelian ban dan spare parts, biaya pegawai, pembayaran retribusi dan pajak kendaraan. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output. Data mengenai jumlah armada angkutan jalan raya diperoleh dari DLLAJR (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya), sedangkan data mengenai rata-rata output per kendaraan dan rasio struktur input diperoleh dari hasil survei khusus. c. Sektor Angkutan Laut Kegiatan yang dicakup disini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal-kapal pelayaran nusantara/pelayaran antar pulau dan pelayaran samudera. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang dari kegiatan induknya. Data tersebut sulit untuk dipisahkan, misalnya tangker-tangker yang diusahakan oleh Pertamina untuk angkutan di dalam negeri, kapal milik perusahaan penangkapan ikan dan angkutan khusus lainnya. Output sektor ini diperoleh dengan mengalikan jumlah barang dan penumpang yang diangkut dengan rata-rata output per barang dan penumpang. Struktur inputnya antara lain meliputi pembelian bahan bakar, pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pelabuhan, biaya pegawai, perlengkapan ABK, suplai kapal, biaya alat tulis kantor dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output. 91 Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Data mengenai jumlah barang dan penumpang yang diangkut diperoleh dari Departemen Perhubungan. Sedangkan data mengenai rata-rata output barang dan penumpang serta rasio struktur input diperoleh dari hasil survei khusus. d. Sektor Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan/kapal sungai dan danau baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk juga disini kegiatan penyewaan/ charter kapal baik dengan maupun tanpa pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lain yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti pelabuhan sungai, perbaikan dan pemeliharaan kapal, baik yang dilakukan di bawah satu satuan usaha dengan angkutan sungai maupun secara terpisah. Output diperoleh dengan cara mengalikan indikator produksi (jumlah armada) dengan indikator harga (rata-rata output per armada) yang terdiri dari angkutan sungai dan danau serta penyeberangan. Struktur inputnya antara lain mencakup pembelian bahan bakar, pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pelabuhan, biaya pegawai, biaya alat tulis kantor dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output. Data mengenai jumlah armada kapal baik yang bermotor maupun tidak bermotor dapat diperoleh dari PT ASDP. Sedangkan data mengenai rata-rata output per kapal serta struktur inputnya diperoleh dari hasil survei khusus. e. Sektor Angkutan Udara Sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan nasional. Tidak termasuk disini kegiatan penerbangan yang dilakukan oleh instansi/perkumpulan yang sifatnya tidak terbuka untuk umum. 92 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Output angkutan udara merupakan jumlah penerimaan perusahaan angkutan udara di daerah tersebut baik yang mempunyai klasifikasi operasi berjadwal maupun tidak berjadwal (charter). Struktur inputnya antara lain meliputi biaya tenaga kerja, pembelian bahan bakar dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin, biaya hanggar, biaya asuransi pesawat, biaya stasiun dan fasilitas penerbangan, biaya pelayanan, promosi dan penjualan, serta biaya umum dan administrasi. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output. Data output serta rasio struktur input diperoleh dari hasil pengolahan Survei Angkutan Udara, BPS. f. Sektor Jasa Penunjang Angkutan Kegiatan yang dicakup di sini adalah kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa terminal dan parkir, pelabuhan laut, sungai dan udara, bongkar muat, pergudangan, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi muatan kapal laut dan udara, serta jalan tol. Pada umumnya output dari kegiatan-kegiatan ini diperkirakan berdasarkan pendekatan produksi yaitu perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. Untuk kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilakukan pendekatan produksi, maka dilakukan pendekatan institusi yaitu berdasarkan pengolahan laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam kegiatan tersebut, seperti pelabuhan laut dan keagenan. Struktur inputnya antara lain mencakup pembelian bahan bakar, pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pegawai, biaya alat tulis kantor, biaya listrik dan telepon, biaya retribusi dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara output dengan rasio struktur input yang diperoleh dari hasil survei khusus. Pada dasarnya sektor pengangkutan ditujukan untuk penumpang, angkutan barang dagangan dan angkutan barang bukan dagangan (barang 93 Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara milik sendiri). Dalam tabel input-output, angkutan untuk barang dagangan diperlakukan khusus seperti sektor perdagangan. g. Sektor Komunikasi Sektor ini terdiri atas dua kegiatan utama yaitu Pos dan Giro serta Telekomunikasi. Pos dan Giro meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos. Termasuk disini pemberian jasa kepada pihak ketiga seperti jasa giro, jasa tabungan, pemungutan iuran radio dan televisi dan lain-lainnya yang diusahakan oleh PT Pos Indonesia. Sedangkan telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan telex yang diusahakan oleh PT Telekomunikasi, PT Indosat dan operator swasta lainnya. Output sektor ini merupakan penjumlahan dari penerimaan atas kegiatan pos dan giro serta telekomunikasi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan komunikasi. Struktur inputnya antara lain meliputi pembelian bahan bakar, pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pegawai, biaya alat tulis kantor, biaya pos dan giro, biaya sewa, biaya listrik dan telepon dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan ketiga perusahaan tersebut. 4.2.8 Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Kegiatan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya mencakup usaha perbankan dan moneter, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang lembaga keuangan, dan usaha persewaan bangunan dan tanah. Cakupan dari masing-masing sektor tersebut adalah sebagai berikut: 94 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT a. Usaha Perbankan dan Moneter Usaha Jasa Perbankan dan Moneter adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini meliputi; menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan sebagainya. Dilihat dari segi fungsinya perusahaan Bank dapat merupakan Bank Sentral, Bank Umum, Bank Devisa, Bank Pembangunan, Bank Tabungan dan Bank Desa. Sedangkan jika ditinjau dari segi kepemilikannya dapat merupakan Bank Pemerintah, Bank Swasta Nasional dan Bank Asing, serta kalau ditinjau dari segi penciptaan uang giral dikenal dua jenis bank yaitu: a. Bank Primer adalah bank yang dapat menciptakan uang giral, dan yang tergolong dalam bank primer yaitu Bank Sentral (yang dapat menciptakan kredit dalam bentuk uang kertas dan uang giral) dan Bank Umum (yang dapat menciptakan uang giral). b. Bank Sekunder adalah Bank yang bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit. Yang tergolong dalam bank sekunder adalah Bank Tabungan dan Bank-bank lainnya (Bank Pembangunan dan Bank Hipotik) yang tidak menciptakan uang giral. Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara OUTPUT. Angka gabungan tersebut harus dipisahkan menurut banyaknya sektor INPUT-OUTPUT yang mencakup dalam struktur input. Untuk memisahkan angka gabungan tersebut biasanya digunakan indikator pemisah (dapat berupa rasio-rasio) yang diperoleh dari hasil SKIO. Output sektor Bank pada dasarnya bersumber pada Bank Indonesia, namun dalam penghitungan output tersebut tidak menutup kemungkinan adanya transfer in dan transfer out dari dan ke sektor lain. Pada umumnya transfer in dan transfer out dilakukan baik untuk output maupun inputnya. Hal yang sering terjadi pada sektor Bank dan lembaga keuangan lainnya adalah transfer out ke sektor Real estat dan tanah, sedangkan transfer in yang biasa terjadi masih pada sub sektor Bank dan lembaga keuangan lainnya. Contohnya : Kegiatan Dana Pensiun 1. Pendapatan operasional : - Bunga deposito a - Bunga obligasi b - Bunga surat berharga lainnya c - Bunga pinjaman dari anggota d - Dividen e - Jasa giro f - Lainnya g 2. Pendapatan non operasional: - Pendapatan dari usaha persewaan: - Bangunan / Gedung h - Kendaraan I - Mesin dan peralatannya (komputer, scanner, dan sebagainya) j - Selisih kurs k Output dari usaha jasa perbankan meliputi penerimaan provisi dan komisi, penerimaan neto dari transaksi devisa, pendapatan operasional lainnya serta imputasi jasa pelayanan bank. Data perbankan, baik output maupun struktur inputnya diperoleh langsung dari Bank Indonesia. Masalahnya, beberapa struktur input data yang diperoleh dari Bank Indonesia ada masih gabungan, belum sesuai dengan klasifikasi sektor INPUT- Dari kegiatan tersebut diatas bahwa yang termasuk dalam output Dana Pensiun adalah pendapatan operasional (rincian a s/d g), sedangkan 95 96 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT pendapatan non operasionalnya harus diperlakukan sebagai transfer out ke sektor lainnya, yaitu: - Pendapatan dari usaha persewaan bangunan/gedung (rincian h) harus ditransfer out ke sektor Real estat dan tanah. Pendapatan dari usaha persewaan kendaraan (rincian i) harus ditransfer out ke sektor jasa perusahaan. Pendapatan dari usaha persewaan mesin dan peralatannya (rincian j) harus ditransfer ke sektor jasa perusahaan. Pendapatan dari selisih kurs (rincian k) harus ditransfer ke sektor jasa penunjang keuangan (pedagang valuta asing). b. Lembaga Keuangan Bukan Bank Mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan (Sewa Guna Usaha, Modal Ventura, Anjak Piutang Pembiayaan Konsumen dan Kartu Kredit). Usaha Jasa Asuransi, mencakup asuransi jiwa dan asuransi bukan jiwa, termasuk asuransi kerugian dan asuransi sosial yang dikelola oleh PT Taspen, Perum Asabri, PT Astek, dan sejenisnya (broker asuransi, adjuster asuransi). Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas terjadinya kerugian finansial terhadap sesuatu barang atau jiwa manusia yang disebabkan oleh terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang tersebut (termasuk tunjangan hari tua), sehingga mengakibatkan hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian. Asuransi Jiwa adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko kematian, kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa depan pihak tertanggung dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya 97 Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara sudah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian. Asuransi Kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko atas kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk juga tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap benda/ harta milik tertanggung karena sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian. Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha asuransi jiwa dan bukan jiwa (kerugian) yang dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh/ segolongan masyarakat untuk tujuan sosial. Pihak asuransi akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti; jasa angkutan, jasa kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan bermotor dan pelayanan hari tua. Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa, asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, asuransi dan reasuransi kerugian, serta broker asuransi). Data output kegiatan usaha jasa asuransi diperoleh dari Departemen Keuangan yang berupa data Laporan Tahunan Kegiatan Perasuransian di Indonesia, Namun secara teoritis perhitungan output asuransi adalah sebagai berikut: Asuransi Jiwa outputnya adalah premi dikurangi klaim dikurangi selisih cadangan aktuaria. Untuk praktisnya cadangan aktuaria ini dianggap sama dengan cadangan premi, oleh karena perusahaan asuransi seringkali mengasuransikan kembali premi yang diterima ke perusahaan reasuransi maka pengertian premi dan klaim di atas dalam bentuk nilai neto, sehingga: Output = Premi neto - (klaim neto + cadangan aktuaria) Berdasarkan data yang tersedia, konsep output ini ekivalen dengan Surplus Underwriting untuk asuransi jiwa dan Reasuransi Umum. Sedangkan 98 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT untuk asuransi sosial (Taspen, Asabri, Astek, Askes dan sejenisnya), data surplus underwriting tidak tersedia dan apabila rumus output diatas yang digunakan akan diperoleh nilai negatif. Untuk itu output asuransi sosial dianggap sama dengan premi neto dikurangi klaim neto. Perkiraan penghitungan output asuransi bukan jiwa yang meliputi asuransi kredit (Askrindo), asuransi dan reasuransi kerugian, broker asuransi adalah: Output asuransi kredit = jumlah premi neto - klaim neto Output broker asuransi = jumlah komisi yang diterima Premi yang diterima oleh broker asuransi tidak dimasukkan sebagai bagian output, karena premi tersebut sudah tercermin dalam premi yang diterima asuransi lain yang mengadakan kontrak dengan broker asuransi. Sedangkan ouput asuransi dan reasuransi kerugian adalah surplus underwriting + hasil lainnya. Struktur input dari usaha jasa asuransi diperoleh dari pengolahan terhadap data yang bersumber pada Departemen Keuangan berupa Laporan Tahunan Kegiatan Perasuransian di Indonesia, dan jika masih ditemukan struktur input yang sifatnya masih gabungan maka cara pemecahannya sama seperti pada penjelasan sebelumnya (lihat penjelasan pada usaha perbankan). Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, yang dikelompokkan ke dalam dua bentuk program pensiun yaitu: a. Program pensiun manfaat pasti, yaitu program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau program pensiun lainnya yang bukan merupakan program pensiun iuran pasti. b. Program pensiun iuran pasti, yaitu program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun, dan seluruh iuran serta hasil 99 Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun. Manfaat Pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun terdiri dari manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat, manfaat pensiun cacat dan manfaat pensiun ditunda. Jenis dana pensiun dibedakan menjadi dua yaitu: a. Dana Pensiun Pemberi Kerja dan b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Output dan struktur input dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Neraca Rugi/Laba) kegiatan tersebut. Pegadaian, mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang, yang tugasnya antara lain membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, cepat, aman dan hemat kepada para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif, kaum buruh/pegawai negeri ekonomi lemah. Tujuannya tidak lain untuk pencegahan praktek ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar lainnya. Kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman uang kepada segolongan masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan nilai barang jaminan yang diserahkan pihak peminjam tanpa syarat apapun mengenai penggunaan dananya Output dan struktur input dari kegiatan Pegadaian diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Neraca Rugi/Laba) Perum Pegadaian. 100 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan, dan berdasarkan pada Undang-undang Nomor 12 tahun 1967. Koperasi dibagi menjadi dua yaitu: koperasi perkotaan (Non KUD) dan koperasi pedesaan (KUD). Pembagian ini umumnya didasarkan pada wilayah kerjanya. Dalam penghitungan output koperasi simpan pinjam diperoleh dengan mengalikan indikator produksi (banyaknya koperasi simpan pinjam) dan indikator harga (rata-rata output per koperasi) dimana datanya diperoleh dari Direktorat Jenderal Koperasi dan hasil SKIO. Sedangkan struktur input diperoleh dari hasil pengolahan survei khusus input output. Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan dengan melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Pengelolaan sumber pembiayaan pembangunan diarahkan untuk dapat lebih menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Lembaga pembiayaan ini mencakup kegiatan Sewa Guna Usaha, Modal Ventura, Anjak Piutang, Kartu Kredit dan Pembiayaan Konsumen. Output dan struktur input lembaga pembiayaan ini diperoleh dari Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan (Dirjen Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan). Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Pedagang Valuta Asing adalah suatu badan usaha/perusahaan yang memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk melakukan transaksi (jual-beli) valuta asing dan membeli travel-check. Perusahaan tersebut tidak boleh melakukan pengiriman uang dan menagih sendiri keluar negeri. Pasar Modal adalah tempat atau sistem yang mempertemukan penjual dan pembeli modal/dana jangka panjang. Modal yang diperjual belikan itu secara konkrit diwakili oleh bentuk-bentuk efek (surat berharga). Perantara Perdagangan Efek/Pialang/Broker adalah perusahaan perantara perdagangan efek yang berperan mempertemukan antara penjual dan pembeli efek, menyediakan informasi bagi kepentingan para pemodal, memberikan saran kepada para pemodal dan lain-lain. Perusahaan yang bertindak sebagai perantara perdagangan efek dapat dilakukan oleh perorangan atau institusi badan hukum. Mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal dan jasa penunjangnya (Perantara Perdagangan Efek/Pialang/Broker, Adjuster (Penilai), Underwriter (Penjamin Emisi), LKPP (Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan), Manajer Investasi, Penasehat Investasi, Reksa Dana (Investment Fund), Biro Administrasi Efek, Tempat Penitipan Harta atau Custodian, dan sejenisnya. Underwriter (Penjamin Emisi) adalah perusahaan yang menjamin penjualan seluruh efek yang diemisikan, baik saham maupun obligasi. Adjuster (Perusahaan Penilai) adalah suatu lembaga yang berfungsi menilai kewajaran harta kekayaan emiten. Penilaian khususnya meliputi tanah, bangunan, mesin-mesin, dan sarana pelengkap lainnya. Disamping itu juga meneliti apakah harta kekayaan tersebut digunakan sesuai dengan tujuan semula serta mempunyai manfaat secara teknis dan ekonomis. Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, serta penyimpanan efek dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk jasa nasabah, termasuk perusahaan asuransi, dana pensiun atau bank dalam usaha perbankan yang diizinkan. Penasehat Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya memberi nasehat, membuat analisa, dan membuat laporan mengenai efek tak terkecuali kepada sekurang-kurangnya 15 (lima belas) pihak lain tetapi tidak termasuk: a) Penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, wakil penjamin 101 102 Jasa Penunjang Lembaga Keuangan TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT emisi efek atau wakil perantara pedagang efek, b) Pihak penyelenggara perusahaan yang kegiataannya bukan dalam bidang efek, c) Setiap profesi yang tidak memerlukan izin usaha sebagai penasehat investasi. Biro Administrasi Efek (BAE) adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa melaksanakan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak opsi, emisi sertifikat atau laporan tahunan untuk emiten. Reksa Dana (Investment Fund) adalah emiten yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi kembali atau perdagangan efek. Tempat Penitipan Harta atau Custodian adalah perusahaan yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. Output dari pedagang valuta asing merupakan selisih penjualan valuta asing dengan pembelian valuta asing. Adapun output dari kegiatan-kegiatan lainnya pada umumnya merupakan nilai dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. Sumber data jasa penunjang lembaga keuangan lainnya seperti pedagang valuta asing bersumber pada Bank Indonesia, Pasar modal bersumber dari BEI (Bursa Efek Indonesia), BPI (Bursa Paralel Indonesia) dan Bapepam. Sedangkan untuk penyusunan struktur input diperoleh dari sumber data masing-masing kegiatan. c. Usaha Real Estat dan Tanah Usaha real estat dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil. Output untuk real estat tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan 103 Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data usaha real estat tempat tinggal diperoleh berdasarkan hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) dan hasil Sensus Penduduk (SP). Sedangkan output usaha real estat bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata ouput per tenaga kerja, yang datanya diperoleh dari hasil SKIO dan Sensus Penduduk (SP). Output real estat bukan tempat tinggal juga dapat diperoleh dari hasil perkalian antara banyaknya perusahaan dengan rata-rata output per perusahaan, yang datanya dapat diperoleh dari asosiasi atau instansi terkait (perusahaan REI) dan dari hasil SKIO. Untuk struktur input pada usaha real estat tempat tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari hasil SKIO. Dalam klasifikasi sektor tabel input output yang termasuk dalam klasifikasi sektor jasa bank dan lembaga keuangan lainnya adalah kegiatan bank, lembaga keuangan bukan bank tidak termasuk asuransi seperti dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam dan lembaga pembiayaan (sewa guna usaha, modal ventura, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan kartu kredit), serta kegiatan jasa penunjang lembaga keuangan seperti pedagang valuta asing, pasar modal dan jasa penunjangnya. Sedangkan kegiatan asuransi yang meliputi asuransi jiwa, asuransi kerugian dan asuransi sosial digolongkan dalam klasifikasi sektor jasa asuransi. Begitu juga dengan kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil digolongkan dalam klasifikasi sektor real estat dan tanah. 4.2.9 Sektor Jasa-jasa Sektor Jasa-jasa mencakup kegiatan usaha jasa perusahaan, jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan, dan jasa perorangan 104 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara dan rumah tangga. Adapun cakupan dari masing-masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: tambang/pencarian bijih logam untuk pertambangan dan jasa penyelidikan dan sejenisnya. a. Usaha Jasa Perusahaan Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang memberikan pelayanan kepada pihak lain (perusahaan/perseorangan) dalam bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen tentang produk dari suatu perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya dapat melalui berbagai media massa seperti: audio visual (TV, bioskop), radio, halaman surat kabar/majalah, poster dan sebagainya. Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan adalah usaha persewaan mesin dan peralatannya untuk keperluan pertanian, pertambangan dan ladang minyak, industri pengolahan, konstruksi, penjualan dan mesin-mesin keperluan kantor. Mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (advokat dan notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan, Semua jasa ini biasanya diberikan berdasarkan sejumlah bayaran atau kontrak. Jasa Hukum (Advokat/pengacara, Notaris), yang dimaksud dengan Advokat/pengacara adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata. Sedangkan Notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa (oleh Departemen Kehakiman) untuk mensyahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, akte dan sebagainya. Jasa Akuntansi dan Pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku dan pemeriksaan pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan tabulasi yang merupakan bagian dari jasa akuntansi dan pembukuan. Jasa Pengolahan dan Penyajian Data adalah usaha jasa pengolahan dan penyajian data yang bersifat umum baik secara elektronik komputer maupun manual atas dasar balas jasa atau kontrak, termasuk didalamnya adalah jasa komputer programing dan sebagainya yang ada hubungannya dengan kegiatan komputer. Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik adalah usaha jasa konsultasi bangunan arsitek/perancang bangunan, jasa survei geologi, penyelidikan 105 Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output per perusahaan atau rata-rata ouput per tenaga kerja). Struktur input diperoleh dari hasil survei (SKIO). Data jumlah perusahaan diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi. Perusahaan (asosiasi) seperti Ikatan Akuntan Indonesia, Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo), Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dan sejenisnya, serta jumlah tenaga kerja diperoleh dari hasil Sensus Penduduk (SP). b. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat/YPAC, rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Output jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil perkalian antara masing-masing indikator produksi seperti jumlah murid menurut 106 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT jenjang pendidikan, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat, jumlah anak cacad yang dirawat dengan rata-rata output per masing-masing indikator. Struktur input sektor jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil survei (SKIO), sedangkan data produksi diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Laporan Kegiatan Palang Merah Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN, BPS (Susenas, Sensus Penduduk) serta beberapa sumber lainnya. c. Jasa Hiburan dan Kebudayaan Meliputi kegiatan produksi dan distribusi film komersial dan dokumenter untuk kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olah raga, kolam renang, klab malam, taman hiburan, studio televisi dan stasiun pemancar radio yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah. Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang diproduksi dengan rata-rata output per film, Output kegiatan distribusi film diperoleh dari perkalian antara rasio biaya sewa film dengan output bioskop, sedangkan output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton dengan rata-rata output per penonton. Output panggung hiburan/kesenian dihitung berdasarkan pembagian antara pajak tontonan yang diterima pemerintah dengan rasio pajak tontonan, kemudian dikurangi dengan output bioskop. Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing dengan rata-rata outputnya. Struktur input pada kegiatan ini didasarkan pada hasil survei (SKIO), sedangkan indikator produksi untuk jasa hiburan dan kebudayaan diperoleh dari Direktorat Jenderal Radio, Televisi dan Film, Statistik Keuangan Daerah, Statistik Bioskop, Statistik Lingkungan Hidup, Direktorat Jenderal Pariwisata dan berbagai sumber lainnya. 107 Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara d. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga, yang terdiri dari: a. Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan kecil-kecilan dari kendaraan roda empat, roda tiga dan dua, seperti mobil pribadi, mobil umum, bemo, sepeda motor dan sebagainya. b. Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam, televisi, radio, lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang-barang rumah tangga lainnya. c. Jasa pembantu rumah tangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh bayi dan anak, dan sejenisnya. d. Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu, dan sejenisnya. Output untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumah tangga diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumah tangga, pengasuh bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara pengeluaran perkapita untuk pembantu rumah tangga dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Struktur input untuk kegiatan jasa perorangan dan rumah tangga diperoleh dari hasil survei (SKIO) yang dilengkapi dengan data pendukung dari sumber lainnya. Indikator produksi jasa perbengkelan, jasa perorangan dan rumah tangga adalah jumlah tenaga kerja di sektor tersebut. Angka tenaga kerja tersebut dihitung berdasarkan pertumbuhan tenaga kerja dari Sensus Penduduk. 108 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Sama halnya dengan Bab 4, teknik estimasi yang dibahas pada bab ini adalah berdasarkan pendekatan survei sebenarnya transaksi permintaan akhir memiliki kharakteristik yang relatif berbeda dengan transaksi impor. Transaksi permintaan akhir merupakan komponen permintaan terhadap Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor 5.1 Estimasi Permintaan Akhir dan Impor 5.1.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri atas pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periode satu tahun, dikurangi dengan hasil penjualan netto dari barang bekas atau apkiran. Selain pengeluaran untuk makanan, minuman, pakaian, bahan bakar, jasa-jasa termasuk juga barang yang tidak ada duanya (tidak diproduksi kembali) seperti hasil karya seni, barang antik dan lain-lain. Barang tahan lama yang dikonsumsi rumah tangga seperti mobil, motor, furniture, radio, kulkas, televisi, dan lain-lain. Seandainya barang tersebut output suatu sektor ekonomi, sedangkan transaksi impor merupakan disamping digunakan untuk rumah tangga dipakai untuk usaha rumah tangga, maka nilai pembelian, biaya pemeliharaan, dan lain-lain harus komponen penyediaan dari suatu sektor ekonomi. Akan tetapi karena dipisahkan berapa yang masuk konsumsi atau usaha rumah tangga secara permintaan akhir dan impor dalam tabel input-output berada pada kuadran proporsional. Pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan, rekreasi, yang sama (kuadran III) maka pembahasannya dilakukan pada satu bab pengangkutan dan jasa-jasa lainnya, keperluan sewa rumah, perbaikan rumah, rekening bank, air, telepon dan sebagainya merupakan pengeluaran yang sama. Seperti yang telah diuraikan pada bab terdahulu, transaksi permintaan akhir akan mencakup semua transaksi barang dan jasa yang digunakan konsumsi rumah tangga sedangkan pembelian rumah tidak termasuk pengeluaran konsumsi. untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Dalam bab ini permintaan akhir Pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk pembelian alat- dirinci menjadi pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, alat kerja, seperti buruh tambang membeli sekop, linggis, lampu senter yang ditanggung oleh perusahaan. Tidak termasuk konsumsi rumah tangga dari pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori dan ekspor. Sementara transaksi impor barang dan jasa yang diperoleh dari luar wilayah pengamatan dalam rangka memenuhi permintaan terhadap output suatu sektor ekonomi. buruh tambang, tetapi merupakan biaya antara perusahaan tambang tempat buruh bekerja. Dalam memperkirakan konsumsi rumah tangga ada hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan, misalnya penduduk yang sedang melakukan perjalanan ke daerah lain (dalam atau luar negeri) baik dalam rangka bertugas, urusan bisnis atau untuk keperluan lainnya. Biasanya penduduk 109 110 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor tersebut mengeluarkan uang untuk memenuhi konsumsinya baik berupa barang (makanan, bukan makanan) ataupun jasa-jasa lainnya. Pengeluaran Metode penghitungan yang biasa dipakai untuk memperkirakan pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah metode langsung yaitu yang dilakukan selama berada di daerah lain tersebut menurut konsep harus berdasarkan pada hasil survei pengeluaran konsumsi rumah tangga seperti diperhitungkan sebagai impor (barang masuk). Tetapi karena belum tersedianya data yang mencatat berapa jumlah penduduk yang berpergian Susenas atau Survei Biaya Hidup dan metode penilaian harga eceran. Metode langsung ini pada pokoknya adalah untuk memperoleh perkiraan serta jumlah biaya yang dikeluarkan selama di daerah lain, maka pengeluaran yang semacam ini sudah terhitung di rumah tangganya yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga secara keseluruhan dengan cara mempergunakan rasio yang diperoleh dari Survei Pengeluaran Rumah melalui konsumsi perkapita. Begitu pula sebaliknya penduduk dari daerah lain yang berada di daerah tersebut, seharusnya diperlakukan sebagai tangga. Data yang dikumpulkan dengan metode ini mengukur arus barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga atas dasar harga pembelian. Pada ekspor, namun karena tidak tersedianya data maka diasumsikan merupakan dasarnya metode ini menyeluruh dalam ruang lingkup barang dan jasa yang konsumsi rumah tangga di daerah asalnya. Contoh lain, seorang pegawai negeri mendapat makan dari kantor sehabis rapat. Seharusnya pengeluaran diselidiki dan dapat dipakai untuk menganalisa pengeluaran konsumsi rumah tangga, menurut jenis barang dan tujuan pengeluaran. Metode ini tersebut diperlakukan sebagai konsumsi makanan jadi yang berasal dari restoran. Tetapi karena tidak tersedia data berapa banyak pegawai negeri memungkinkan klasifikasi data pengeluaran menurut karakteristik rumah tangga seperti tingkat pendapatan atau status ekonominya. Apabila metode yang mendapat makanan, maka pengeluaran tersebut dimasukkan sebagai ini dipakai, hasil yang akan diperoleh hanyalah pengeluaran konsumsi yang pengeluaran pemerintah. termasuk pengeluaran langsung di dalam wilayah oleh rumah tangga penduduk, sedangkan pengeluaran oleh turis, anggota diplomatik dan lain- Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk barang dan jasa dapat dirinci menurut jenisnya sebagai berikut: lain tidak termasuk dalam survei yang diadakan. Hal ini disebabkan karena: a. Kelompok makanan, minuman dan tembakau b. Kelompok pakaian, alas kaki dan tutup kepala a. Survei-survei tersebut pada umumnya hanya mencakup sebagian kecil rumah tangga atau hanya ditujukan pada kelompok tertentu dari c. Kelompok perumahan, bahan bakar, penerangan dan air d. Kelompok barang-barang tahan lama dan perlengkapan rumah tangga e. Kelompok perawatan dokter dan pengeluaran untuk obat-obatan penduduk saja. b. Rumah tangga khusus biasanya belum mencakup. c. Penyimpangan-penyimpangan data yang dikumpulkan dapat terjadi f. Kelompok transportasi dan komunikasi g. Kelompok pengeluaran atau peralatan untuk keperluan rekreasi, hiburan, dalam data yang diberikan oleh rumah tangga dan kesulitan-kesulitan yang dapat dipercaya mengenai jenis-jenis pengeluaran terhadap barang dan jasa sosial lainnya h. Kelompok macam-macam barang dan jasa yang jarang dibeli atau barang-barang yang terlarang diperjualbelikan. 111 112 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Data yang dipakai untuk penghitungan konsumsi rumah tangga dengan metode ini adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Susenas. Data mengenai jumlah penjualan barang yang terkena cukai misalnya minuman keras, rokok, dapat diperoleh dari dinas pajak. dilakukan di daerah perkotaan dan pedesaan. Dalam penghitungan konsumsi dengan metode ini yang digunakan Selain penyimpangan diatas termasuk juga kelemahan ini adalah konsep yang dipakai agak berbeda dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah data Susenas yaitu rata-rata konsumsi perkapita seminggu dalam kuantum. Untuk mendapatkan nilai konsumsi dipakai rata-rata harga yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pengeluaran konsumsi pada Susenas adalah semua pembelian oleh rumah tangga untuk dikonsumsi, kalau barang konsumen atau harga eceran yang sudah ditimbang. Selain data hasil SUSENAS, untuk perkiraan konsumsi rumah tangga yang telah dibeli dijual sebagian atau barang bekas yang dibeli setelah dipakai beberapa lama dijual kembali, tidak tercakup dalam Susenas. digunakan pula data lainnya seperti pendapatan perkapita atas dasar harga konstan yang bersumber dari PDRB sektoral (lapangan usaha). Rata-rata Seharusnya yang termasuk konsumsi adalah seluruh barang yang dibeli harga eceran dan Indeks Harga Konsumen bersumber dari Statistik Harga untuk dikonsumsi langsung, sedangkan barang bekas yang dikonsumsi hanyalah yang benar-benar dipakai atau sebesar selisih harga pembelian Konsumen di kota dan pedesaan. Jumlah penduduk pertengahan tahun bersumber dari publikasi Sensus Penduduk, Survei penduduk Antar Sensus dengan harga penjualan. Tetapi oleh karena data lain tidak tersedia maka data Susenas dapat juga dipakai dalam penghitungan konsumsi rumah (SUPAS) dan dari data perkiraan penduduk. Estimasi konsumsi rumah tangga dengan metode seperti disebut diatas tangga, dan harus dilengkapi dengan data lainnya. dilakukan menurut kelompok pengeluaran sebagai berikut: Metode penilaian harga eceran dipakai apabila data konsumsi rumah tangga tersedia dalam bentuk kuantum. Nilai konsumsi rumah tangga dapat a. Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Makanan. diperoleh dengan jalan mengalikan kuantum barang tersebut dengan harga eceran yang dibayar oleh konsumen. Perkiraan konsumsi untuk kelompok makanan ini adalah konsumsi Dalam metode ini pembelian barang-barang dinilai langsung atas dasar harga beli. Data kuantum yang tersedia mungkin lebih dapat dipercaya (kuantum) yang diperoleh dari Survei Rumah Tangga (Susenas) dinilai dengan harga eceran yaitu harga yang dibayar konsumen rumah tangga. daripada data nilai yang dikumpulkan. Sebaliknya menghitung harga eceran Data konsumsi perkapita (kuantum) yang dipakai adalah bersumber dari rata-rata yang akan dipakai untuk menilai kuantum barang yang dibeli oleh rumah tangga adalah sulit. Hal ini disebabkan tidak tersedianya penimbang SUSENAS yaitu dalam bentuk rata-rata konsumsi perkapita dalam seminggu. Konsumsi perkapita sebulan didapatkan dengan cara mengalikan konsumsi yang tepat untuk menimbang harga yang berbeda-beda menurut tempat, kualitas dan sebagainya. perkapita seminggu dengan 30/7 (1 minggu = 7 hari ). Namun karena modul konsumsi dalam Susenas tidak dicacah setiap Perkiraan mengenai jumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga dapat bersumber dari data resmi penyediaan dan perubahan inventori tahun, maka untuk memperkirakan konsumsi rumah tangga untuk penyusunan I-O yang tahunnya tidak bertepatan dengan Susenas digunakan barang dan jasa, dari serikat-serikat dagang atau hasil-hasil survei analisa regresi silang. Dalam regresi ini dikaitkan antara variabel pendapatan pengeluaran konsumsi rumah tangga antara lain konsumsi perkapita dengan variabel konsumsi. Dari regresi ini dapat diketahui koefisien 113 114 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor elastisitas permintaan yaitu besaran yang menggambarkan perubahan permintaan suatu barang akibat berubahnya pendapatan. ∑ ln Y ln Q − (∑ ln Y ∑ ln Q ) n ∑ ln Y − (∑ ln Y ) n b= i pada suatu saat (titik jenuh) konsumsi tersebut mulai menurun, maka bentuk kurvanya seperti parabola. dimana: S n (∑ ln Q = Qi = Rata-rata konsumsi/kapita/sebulan (kuantum) r= ) (n − 2)(∑ ln Y − (∑ ln Qi ) n − b(∑ ln Yi ∑ ln Qi − (∑ ln Yi ∑ ln Qi ) n ) 2 i i 2 i Sebelum digunakan untuk mengestimasi, terhadap nilai koefisien ( b ) ini dilakukan pengujian untuk meyakinkan koefisien ini dapat dipakai atau tidak. Syarat yang harus dipenuhi adalah nilai koefsien b harus significant/highly significant dan mempunyai nilai koefisien regresi ( r ) yang tinggi atau mendekati 1 (satu). penghitungan persamaan eksponensial Qi = a ⋅ Yi b dibentuk dalam persamaan linier dengan melogaritmakannya. Qi = a ⋅ Yi b 2 t obs = tabel i i 2 ) i 2 2 i i n b Sb α = 10% ; 5% a = anti log a Ketentuan nilai b harus significant/super significant maksudnya adalah sebagai berikut: ( t obs α = 10% ; α = 5% > t tabel) untuk nilai t observasi positif ( t obs α = 10% ; α = 5% < t tabel) untuk nilai t observasi negatif ln Qi = ln(Yi ) Catatan ln Qi = ln a + b ln Yi Bentuk hipotesa adalah sebagai berikut : b − (∑ ln Yi ) n ∑ ln Y ln Q − (∑ ln Y ∑ ln Q ) n ∑ ln Y (∑ ln Y ) n ∑ ln Q − (∑ ln Q ) 2 a = konstanta b = koefisien elastisitas menyederhanakan 2 i i Yi = Pendapatan/kapita/sebulan Untuk i ln Qi − b∑ ln Yi a= 2 b i 2 i Bentuk fungsi eksponensial tersebut adalah: Qi = a ⋅ Yi b i 2 Model yang digunakan untuk kelompok makanan adalah Fungsi Eksponensial. Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa setiap penambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi, tetapi i H0 : β = 0 H1 : β ≠ 0 β =0 115 artinya antara pengeluaran dan konsumsi tidak ada hubungan. 116 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT β ≠0 artinya terdapat hubungan antara besarnya pengeluaran dan Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor C (n + 1) = Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun (n + 1) atau tahun disusunnya I-O banyaknya konsumsi Dengan bentuk hipotesa diatas, maka dalam penyajiannya digunakan uji Cn = Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun dua arah sebagai berikut: dasar dpt (n) /data Susenas = Perubahan pendapatan perkapita harga konstan tahun ke-n dengan tahun ke b Daerah Tolak Daerah Tolak + t tabel - t tabel n +1 = Koefisien elastisitas Konsumsi makanan rumah tangga diperkirakan melalui: C (n + 1) = C n + {(b )(dpt )(C n )} Dari formulasi di atas didapatkan konsumsi dalam satuan kuantum, Jika nilai tobs berada di daerah tolak berarti diterima hipotesa alternatif ( H1 : β ≠ 0 ) artinya terdapat hubungan yang erat antara perubahan konsumsi akibat perubahan pendapatan. Demikian pula sebaliknya jika nilai . berada di daerah terima ( H 0 : β = 0 ) artinya tidak terdapat hubungan antara perubahan konsumsi dengan perubahan pendapatan. Koefisien elastisitas ( b ) yang didapatkan dengan regresi silang tersebut perkapita sebulan. Total konsumsi penduduk akan diperoleh bila dikalikan dengan 12 dan jumlah penduduk pertengahan tahun. Untuk memperoleh nilai konsumsi atas dasar harga berlaku dikalikan dengan harga konsumen atau harga eceran. Harga konsumen atau harga eceran merupakan harga yang dibayar oleh rumah tangga konsumen yang tujuannya untuk dikonsumsi. Harga tersebut merupakan rata-rata harga eceran di kota dengan harga eceran di pedesaan. digunakan untuk memperkirakan konsumsi perkapita tahun lainnya atau pada tahun yang tidak ada data Susenasnya. Dengan menggunakan variabel lain yaitu perubahan pendapatan perkapita (atas dasar harga konstan), konsumsi perkapita (data Susenas), maka konsumsi perkapita tahun lainnya dapat diperkirakan. Formulasinya adalah : b. Konsumsi Kelompok Rumah Tangga Bukan Makanan Perkiraan konsumsi kelompok bukan makanan sama dengan metode kelompok makanan yaitu dengan menghitung koefisien elastisitas ( b ) dari masing-masing jenis pengeluaran rumah tangga, yaitu regresi linier. Regresi C (n + 1) = C n + {(b )(dpt )(C n )} linier tersebut adalah: Qi = a + bYi dimana : 117 118 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT dimana: Ketentuan dan bentuk hipotesanya adalah sama seperti pada Elastisitas Konsumsi Makanan. Qi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan Kemudian dengan menggunakan formulasi: a = Konstanta b = Koefisien elastisitas C (n + 1) = C n + {(b )(dpt )(C n )} diperoleh konsumsi pada tahun ke (n+1). Yi = Pendapatan perkapita sebulan Sehingga bentuk formulasinya sebagai berikut: a= b= ∑Q i dengan mengalikan konsumsi perkapita sebulan atas dasar harga konstan dengan 12 dan jumlah penduduk masing-masing tahunnya. n ∑Y ∑ (Y )∑ (Q ) i 2 ∑ (Y ) 2 i ∑ (Q ) i Sb = atas dasar harga konstan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks tersebut adalah sama dengan yang digunakan untuk menginflate konsumsi n ∑ R2 = Nilai konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku didapatkan dengan cara menginflate/mengalikan total nilai konsumsi i n 2 ∑ (Qi ) i 2 Dengan menggunakan penduduk pertengahan tahun maka total nilai konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan dapat diestimasi, yaitu − b∑ (Yi ) ∑ Yi Qi − 2 (Y )(Q ) (Y )(Q ) − ∑ − − Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor i i i 2 ∑ (Yi ) n perkapita sebulan (Susenas). 2 i n ∑ (Q ) ∑ (Q ) − i n 2 ∑ (Qi ) ∑ (Qi )(Yi ) − n 5.1.2 2 ∑ (Q )∑ (Y ) i − ∑ (Y ) − (Y ) (n − 2)∑ (Y ) − ∑ n 2 i i Yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi akhir pemerintah adalah nilai output pemerintahan umum baik pusat maupun daerah termasuk n angkatan bersenjata dikurangi dengan hasil penjualan barang dan jasa (output pasar) pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan i i R 2 diperoleh dari koefisien korelasi r yang dikuadratkan. t tabel α = 10% ; 5% a. Ruang Lingkup Dan Definisi n 2 ∑ (Yi ) 2 2 Konsumsi Pemerintah i 2 pemerintah (yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah). Output pemerintah tersebut diperoleh dengan menggunakan input yang terdiri dari biaya antara (pembelian barang, jasa dan bantuan sosial), pembayaran balas jasa pegawai (belanja pegawai) serta perkiraan penyusutan barang modal. Konsumsi pemerintah disebut juga dengan output non-pasar lainnya pemerintah. 119 120 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Sejak tahun 1995 sub sektor pemerintahan umum selain berada di kuadran II sebagai konsumsi akhir pemerintah (terisi hanya di diagonal dengan jasa-jasa yang telah disebutkan baik pada tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan desa. Jasa pemerintahan lainnya ini disebut sektor/perpotongan antar pemerintah sendiri), juga ada di kuadran I sebagai juga sebagai jasa pemerintah yang diberikan secara individu kepada input antara (biaya antara) dan di kuadran III sebagai input primer (balas jasa pegawai dan penyusutan). masyarakat. Guru/staf pengajar di sekolah pemerintah digolongkan ke dalam jasa pendidikan pemerintah, dokter/paramedis di rumah Jasa Pemerintahan Umum terdiri dari: sakit/poliklinik/klinik/rumah bersalin pemerintah dikategorikan ke dalam jasa kesehatan pemerintah, sedangkan aparat pemerintah yang melayani 1. Jasa Pemerintahan Umum/ Jasa Administrasi Pemerintahan dan penyuluhan keluarga berencana (KB) dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terasing dan lain-lain dimasukkan sebagai jasa sosial Pertahanan (164) kemasyarakatan lainnya. Sedangkan pegawai pemerintah yang menjual Jasa Pemerintahan Umum/Jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan pertahanan mencakup semua jasa administrasi pemerintahan dan yang diberikan oleh departemen dan non departemen, badan/lembaga tinggi Negara, kantor-kantor dan badan-badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan pada tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan desa termasuk karcis masuk taman hiburan pemerintah, museum pemerintah atau yang melayani masyarakat di perpustakaan pemerintah termasuk kedalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan pemerintah. Jasa sosial kemasyarakatan lainnya dan jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan dikelompokkan kedalam jasa pemerintahan Jasa pemerintahan lainnya dalam tabel IO 2005 diklasifikasikan menjadi: Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan POLRI. Jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan merupakan hasil − jasa pendidikan pemerintah (166), aktivitas pemerintahan sehari-hari dalam melayani masyarakat umum/publik dalam bidang administrasi dan pertahanan. Jasa administrasi pemerintahan − jasa pemerintahan lainnya (jasa sosial kemasyarakatan lainnya dan jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan pemerintah) (168). − jasa kesehatan pemerintah (167), dan dan pertahanan ini disebut juga dengan jasa pemerintah yang diberikan secara kolektif kepada masyarakat. b. Sumber Data 2. Data realisasi APBN diperoleh dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DPbn) Departemen Keuangan. Jasa Pemerintahan lainnya, terdiri dari: Jasa pemerintahan lainnya meliputi kegiatan pemerintah di bidang jasa sosial kemasyarakatan (seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan dan Disamping itu untuk melengkapi data ini, beberapa informasi diperoleh juga dari sumber-sumber lain yang berhubungan seperti Direktorat Jenderal jasa sosial kemasyarakatan lainnya) serta jasa hiburan, rekreasi dan Anggaran (DJA). Sedangkan data realisasi APBD diperoleh dari Direktorat kebudayaan yang diberikan oleh unit-unit pemerintah yang berhubungan 121 122 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Keuangan, TI dan Pariwisata, BPS dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Departemen Keuangan. Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Bagan Neraca Produksi Pemerintah Input Output c. Metode Estimasi c.1. Estimasi Konsumsi Pemerintah (302) Hubungan antara Konsumsi Pemerintah dan Sub Sektor Pemerintah. Antara Konsumsi pemerintah dan Sub Sektor Pemerintah saling terkait satu sama lain. Sub Sektor Pemerintah merupakan bagian dari Konsumsi Pemerintah. Untuk lebih jelasnya terlebih dahulu harus disusun neraca produksi pemerintah. Neraca produksi pemerintah, meliputi biaya antara/belanja barang yaitu pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang-barang yang tidak tahan lama dan habis dipakai dalam proses produksi, jasa dan bantuan sosial, selain biaya antara termasuk dalam neraca produksi yaitu balas jasa pegawai/belanja pegawai dan penyusutan (balas jasa pegawai + penyusutan = NTB Sub Sektor Pemerintah) disisi kiri, serta konsumsi pemerintah (output non pasar lainnya) dan penjualan dari barang dan jasa (output pasar) disisi kanan. Konsumsi pemerintah merupakan faktor penyeimbang antara total input disisi kiri dikurangi dengan output pasar disisi kanan. Bagan Neraca Produksi Pemerintah dapat dilihat pada diagram berikut ini : 1. Biaya antara (belanja barang dan bantuan sosial) (A) (kuadran I): a. Biaya antara Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b. Biaya antara Jasa Pemerintahan lainnya (165-167) 2. Nilai tambah bruto (B) = (B1)+(B2) (kuadran III) 2.1 Belanja Pegawai (B1) a. Belanja pegawai Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b Belanja pegawai Jasa Pemerintahan lainnya (165-167) 2.2 Penyusutan (B2) a. Penyusutan Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b. Penyusutan Jasa Pemerintahan lainnya (165-167) 3. 3.1 Pengeluaran konsumsi pemerintah (Output non pasar lainnya) (D)= (C) - (E) (kuadran II) a. Pengeluaran konsumsi pemerintah Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b. Pengeluaran konsumsi pemerintah Jasa Pemerintahan lainnya (165-167) 3.2 Penjualan barang dan jasa (Output pasar) (E) a. Output pasar Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b. Output pasar Jasa Pemerintahan lainnya (165-167) TOTAL INPUT (C) = (A) + (B) 123 Output (C) TOTAL OUTPUT (C) 124 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Neraca Produksi Pemerintah Tahun 2005 (Juta Rp) pendidikan, kesehatan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, serta BKKBN. Output jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan terdiri dari output pasar dan output non pasar lainnya (produksi yang dikonsumsi Input 1. Total input antara: Output 102.279.118 4. Total Output non pasar lainnya 224.980.540 sendiri/merupakan konsumsi akhir jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan). Data realisasi anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan (APBD) secara langsung tidak dapat diidentifikasikan kedalam kode I-O. a. Jasa Pemerintahan umum 61.028.277 (Total konsumsi pemerintah) b. Jasa pendidikan pemerintah 27.713.200 a . Jasa Pemerintahan umum 139.509.973 c. Jasa kesehatan pemerintah 8.586.366 b. Jasa pendidikan pemerintah 58.084.282 d. Jasa pemerintahan lainnya 4.951.275 c. Jasa kesehatan pemerintah 17.572.567 Kenyataan ini disebabkan karena realisasi APBN maupun APBD tidak terinci sampai ke rincian komoditi yang dapat diidentifikasikan dengan kode I-O. d. Jasa pemerintahan lainnya 9.813.718 Untuk memperoleh rincian pengeluaran pemerintah menurut kode I-O 12.431.284 digunakan indikator-indikator yang dapat dipertanggungjawabkan. Belanja Negara dan belanja daerah dirinci menurut kelompok 2. Total belanja pegawai 119.145.547 a. Jasa Pemerintahan umum 73.837.119 5. Total Output pasar b. Jasa pendidikan pemerintah 30.791.162 a. Jasa Pemerintahan umum 5.313.819 c. Jasa kesehatan pemerintah 9.315.118 b. Jasa pendidikan pemerintah. 4.517.101 d. Jasa pemerintahan lainnya 5.202.148 c. Jasa kesehatan pemerintah 1.568.229 d. Jasa pemerintahan lainnya 1.032.135 3. Total penyusutan 15.987.159 a. Jasa Pemerintahan umum 9.958.396 b. Jasa pendidikan pemerintah 4.097.021 c. Jasa kesehatan pemerintah 1.239.312 d. Jasa pemerintahan lainnya TOTAL INPUT pengeluaran per mata anggaran keluaran. Prosedur pengolahan untuk mencapai hasil pengeluaran pemerintah menurut kode I-O dilakukan secara manual. Metode tersebut dimaksudkan untuk mencapai hasil yang maksimal, karena dalam proses pengolahan demikian dilakukan adjustifikasi. Ada enam tahap pengolahan untuk mendapatkan rincian pengeluaran pemerintah menurut kode I-O: 1. Mendapatkan rincian pengeluaran pemerintah pusat menurut mata anggaran keluaran. Rincian ini didapat melalui indikator belanja Negara menurut mata anggaran keluaran. (lampiran 1) 692.430 237.411.824 TOTAL OUTPUT 237.411.824 a. Estimasi Output dan Struktur Input Sektor Pemerintahan Umum dan Jasa Pemerintahan Lainnya. Struktur Input jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan/jasa pemerintahan umum (164): diperoleh dari rincian APBN dan APBD per mata anggaran keluaran, dirinci menurut departemen dan kanwil tidak termasuk APBN dan APBD per mata anggaran keluaran dari departemen dan kanwil 125 2. Memisahkan pengeluaran pemerintah yang merupakan pengeluaran pemerintah murni (administrasi pemerintah) dan yang menjadi bagian dari jasa pemerintah lainnya. 3. Menguraikan masing-masing pengeluaran pemerintah menurut susunan kode mata anggaran keluaran (MAK) kedalam kode I-O dengan indikator rasio susunan input table I-O kuadran I. 4. Mengelompokkan pengeluaran pemerintah menurut kode I-O hasil hitungan nomor 3. Hal ini dilakukan karena satu kode tabel I-O bisa berasal dari lebih dari satu mata anggaran keluaran atau satu mata 126 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor anggaran keluaran bisa untuk beberapa kode tabel I-O. 5. Menyusun pengeluaran pemerintah menurut kode I-O. Dari pengolahan - Mata anggaran keluaran 522114 (belanja sewa) dapat diidentifikasikan ke kode 8-163 real estat dan sewa tanah ini sudah diperoleh rincian pengeluaran pemerintah menurut kode I-O. - Mata anggaran keluaran 522115 (belanja jasa profesi) dapat - diidentifikasikan ke kode 9-64 jasa sosial kemasyarakatan Mata anggaran keluaran 52311 (belanja biaya pemeliharaan gedung diidentifikasikan ke kode I-O, 201 upah dan gaji. Mata anggaran keluaran 53. belanja modal administrasi pemerintahan - dan bangunan) dapat diidentifikasikan ke kode 5-52 bangunan Mata anggaran keluaran 52312 (belanja biaya pemeliharaan peralatan dan pertahanan/jasa pemerintahan umum, diidentifikasikan ke kode IO, 203 penyusutan, di mana nilai penyusutan diperkirakan sebesar 20 - dan mesin) dapat diidentifikasikan ke kode 9-65 jasa lainnya Mata anggaran keluaran 541 (belanja pembayaran bunga utang) dapat - - Mata anggaran keluaran 51. belanja pegawai administrasi pemerintahan dan pertahanan/jasa pemerintahan umum bisa langsung % dari belanja modal. - - - diidentifikasikan ke kode 8-61 (lembaga keuangan) Mata anggaran keluaran 521111 (belanja keperluan kantor) dapat diidentifikasikan ke kode 3-38 Industri kertas, barang dari kertas dan - Mata anggaran keluaran 55 (belanja subsidi) /bantuan ke lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan, sekolah dan badan keagamaan, karton dan kode 3-50 industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun. usaha social, ekonomi dan lain-lain. Oleh karena klasifikasi bantuan tersebut, maka mata anggaran tersebut dapat diidentifikasikan ke kode Mata anggaran keluaran 521112 (belanja pengadaan bahan makanan) 9-64 (jasa sosial kemasyarakatan). dapat diidentifikasikan ke kode 3-27 sampai dengan kode 3-33 (industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri minyak dan Setelah semua pengeluaran pemerintah menurut mata anggaran diidentifikasikan kedalam kode I-O, tahap akhir dari prosedur pengolahan lemak, industri penggilingan padi, industri tepung segala jenis, industri gula, industri makanan lainnya, dan industri minuman) pengeluaran pemerintah adalah dengan mengumpulkan kode I-O yang sama. Lampiran 4 menunjukkan hubungan antara mata anggaran dengan kode I-O. Mata anggaran keluaran 521113 (belanja untuk menambah daya tahan tubuh) dapat diidentifikasikan ke kode 3-27 sampai dengan kode Lampiran 1: 3-33 (industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri minyak - dan lemak, industri penggilingan padi, industri tepung segala jenis, industri gula, industri makanan lainnya, dan industri minuman) No. 51 Belanja pegawai Mata anggaran keluaran 521114 (belanja pengiriman surat dinas pos pusat) dapat diidentifikasikan ke kode 7-60 komunikasi 1 511 Belanja gaji dan tunjangan 2 512 Belanja honorarium/lembur/vakasi 52 Belanja barang Mata anggaran keluaran 522111 (belanja langganan daya dan jasa) dapat diidentifikasikan ke kode 4-51 listrik, gas dan air bersih Mata anggaran keluaran 522113 (belanja jasa konsultan) dapat diidentifikasikan ke kode 8-164 jasa perusahaan 127 Mata anggaran Uraian mata anggaran 3 521 Belanja barang 4 522 Belanja jasa 5 523 Belanja pemeliharaan 6 524 Belanja perjalanan 128 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 53 Belanja modal 7 531 Belanja modal tanah 8 532 Belanja modal peralatan & mesin 9 533 Belanja modal gedung & bangunan 10 534 Belanja modal jalan, irigasi & 11 535 Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Lampiran 2: No. jaringan Jasa pemer. umum Belanja pemeliharaan yang Pusat 536 Belanja modal fisik lainnya 54 Belanja pembayaran kewajiban 2 541 Daerah Jasa pendidikan Belanja Jumlah Barang Belanja pembayaran bunga utang 3 Daerah Jasa kesehatan 55 Belanja subsidi 14 551 Belanja subsidi perusahaan Negara 15 552 Belanja subsidi perusahaan swasta 16 56 Belanja hibah 17 561 Belanja hibah kepada pemerintah Daerah Jasa pemerintahan LN lainnya 18 562 Belanja hibah kepada organisasi Int Pusat 19 563 Belanja hibah kpd pemerintah Daerah Pasar Jasa-jasa 9.958.396 61.028.277 144.823.792 5.313.819 139.509.973 30.791.162 4.097.021 27.713.200 62.601.383 4.517.101 58.084.282 9.315.118 1.239.312 8.586.366 19.140.796 1.568.229 17.572.567 5.202.148 692.43 4.951.275 10.845.853 1.032.135 9.813.718 Pusat 4 57 Belanja bantuan sosial 20 571 Belanja bantuan kompensasi sosial 21 572 Belanja bansos. lemb. Pendidikan Mata anggaran 210 ( biaya kantor ) 22 573 Belanja lembaga sosial lainnya 3-37 industri kayu, bambu dan rotan 58 Belanja lain-lain 3-38 industri kertas, barang dari kertas dan karton 581 Belanja lain-lain 3-40 industri kimia Lampiran 3 3-42 industri barang karet dan plastik 3-43 industri barang-barang dari mineral bukan logam 3-47 industri barang dari logam 3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 6-54 restoran dan hotel 129 Konsumsi 73.837.119 daerah 23 Output Pusat utang 13 Penyusutan Pegawai 1 dikapitalisasi 12 Belanja Uraian 130 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor 7-55 angkutan kereta api 3-38 industri kertas, barang dari kertas dan karton 7-56 angkutan darat 3-40 industri kimia 7-57 angkutan air 3-42 industri barang karet dan plastik 7-58 angkutan udara 3-43 industri barang-barang dari mineral bukan logam 7-59 jasa penunjang angkutan 3-50 industri barang lain yang tidak digolongkan di mana-mana 7-60 komunikasi 8-62 usaha bangunan dan jasa perusahaan Mata anggaran 260 ( lain-lain ) 3-36 industri tekstil, pakaian dan kulit Mata anggaran 220 ( inventaris kantor ) 3-41 pengilangan minyak bumi 3-37 industri kayu, bambu dan rotan 3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 3-42 industri barang karet dan plastik 3-43 industri barang-barang dari mineral bukan logam Mata anggaran 285 ( angsuran hutang dalam negeri ) 3-47 industri barang dari logam 4-51 listrik, gas dan air minum 3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 7-60 komunikasi Mata anggaran 231 ( listrik ) Mata anggaran 286 ( bunga hutang dalam negeri ) 4-51 listrik, gas dan air minum 8-61 lembaga keuangan Mata anggaran 232 ( telepon ) Mata anggaran 310 ( pemeliharaan gedung kantor ) 7-60 komunikasi 5-52 bangunan 9-65 jasa lainnya Mata anggaran 233 ( gas dan air ) Mata anggaran 320 ( pemeliharaan rumah dinas ) 4-51 listrik, gas dan air minum 5-52 bangunan 9-65 jasa lainnya Mata anggaran 240 ( lauk pauk ) 1-17 tanaman lainnya 1-18 peternakan Mata anggaran 330 ( pemeliharaan kendaraan bermotor ) 6-54 restoran dan hotel 3-49 industri alat pengangkutan dan perbaikannya 9-65 jasa lainnya Mata anggaran 250 ( bahan-bahan, alat-alat dan barang-barang lain) 3-36 industri tekstil, pakaian dan kulit Mata anggaran 340 ( pemeliharaan inventaris kantor ) 3-37 industri kayu, bambu dan rotan 3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 131 132 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 9-65 jasa lainnya Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Lampiran 4 Mata anggaran 350 ( pemeliharaan peralatan ) 3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 9-65 jasa lainnya Mata anggaran 360 ( pemeliharaan lain-lain ) 3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 5-52 bangunan 9-65 jasa lainnya Kode I-O 66 x 66 1-17 1-18 3-36 3-37 3-38 Mata anggaran 410 ( perjalanan dinas biasa )= Mata anggaran 420 ( perjalanan dinas tetap )= Mata anggaran 440 ( biaya perjalanan dinas lain-lain ) 3-41 pengilangan minyak bumi 3-40 3-41 3-42 3-43 3-47 3-48 6-54 restoran dan hotel 7-55 angkutan kereta api 3-49 7-56 angkutan darat 7-57 angkutan air 3-50 7-58 angkutan udara 7-59 jasa penunjang angkutan 8-61 lembaga keuangan Mata anggaran 430 (biaya penampungan/uang pesangon pegawai yang dipindahkan) 6-54 restoran dan hotel 7-55 angkutan kereta api 7-56 angkutan darat 7-57 angkutan air 7-58 angkutan udara 7-59 jasa penunjang angkutan 8-61 lembaga keuangan 133 4-51 5-52 6-54 7-55 7-56 7-57 7-58 7-59 7-60 8-61 8-62 9-65 Uraian Mata Anggaran tanaman lainnya peternakan industri tekstil, pakaian dan kulit industri kayu, bambu dan rotan industri kertas, barang dari kertas dan karton industri kimia pengilangan minyak bumi industri barang karet dan plastik industri barang-barang dari mineral bukan logam industri barang dari logam industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik industri alat pengangkutan dan perbaikannya industri barang lain yang tidak digolongkan di mana-mana listrik, gas dan air minum bangunan restoran dan hotel angkutan kereta api angkutan darat angkutan air angkutan udara jasa penunjang angkutan komunikasi lembaga keuangan usaha bangunan dan jasa perusahaan jasa lainnya 134 240 240 250, 260 210, 220, 250 210, 250 210, 250 260, 410, 420, 440 210, 220, 250 210, 220, 250 210, 220 210, 220, 260, 340, 350, 360 330 250 231, 233, 285 310, 320, 360 210, 240, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 232, 285 286, 410, 420, 430, 440 210 310, 320, 330, 340, 350, 360 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 5.1.3 Pembentukan Modal Tetap Bruto Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor - Salah satu komponen dari permintaan akhir (final demand) yang terletak pada kuadran II dalam penyusunan I-O adalah pembentukan modal tetap bruto yang dalam klasifikasi I-O diberi kode 303. Komponen ini bisa berasal Bangunan atau konstruksi lainnya seperti: jalan, jembatan, irigasi, pembangkit tenaga listrik dan jaringannya, instalasi telekomunikasi, pemancar TV, pelabuhan terminal, jaringan pipa untuk minyak, gas - dan air, pertanian, monumen dan lain-lain. Perbaikan besar-besaran dari bangunan di atas. dari produksi dalam negeri atau dari luar negeri (impor). Isian di kolom pembentukan modal tetap dalam I-O hanya menggambarkan barang-barang Pembentukan modal berupa bangunan/konstruksi dinilai sesuai dengan output bangunan yaitu nilai pekerjaan seluruh bangunan pada modal yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dan bukan menunjukkan pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-sektor produksi. Dengan satu tahun tertentu tanpa memperhatikan bangunan tersebut sudah selesai atau belum. kata lain, pembentukan modal tetap yang terdapat dalam I-O merupakan pembentukan modal tetap yang dirinci menurut jenis komoditi. a. Ruang lingkup dan Definisi (ii)- Pembentukan modal tetap perlengkapan yang terdiri dari: berupa mesin-mesin dan alat-alat - Alat-alat transpor seperti kapal laut, kapal terbang, kereta api, bus, truk, motor dan lain-lain. Pembentukan modal tetap bruto meliputi pengadaan, pembuatan atau - Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk pertanian. pembelian barang-barang modal baru baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor (termasuk barang modal bekas dari luar negeri), - Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk industri, listrik dan pertambangan. dikurangi penjualan neto barang bekas yang dilakukan oleh sektor-sektor produksi dalam perekonomian domestik. - Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk pembuatan jalan, jembatan dan lain lain. Yang dimaksud barang modal adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau - Mesin-mesin dan perabot untuk perlengkapan kantor, toko, hotel restoran, rumah dan lain-lain. lebih, serta mempunyai nilai per unit relatif besar dibanding dengan output sektor yang memakainya. Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang sedang dalam proses pembuatan tidak dimasukkan dalam pembentukan modal tetap bruto, melainkan dimasukkan sebagai inventori dari produsennya. Pembentukan modal tetap bruto mencakup: (iii)- Perluasan perkebunan dan penanaman baru untuk tanaman keras. Yang (i)- Pembentukan modal tetap berupa bangunan/konstruksi, yang terdiri dari: - Bangunan tempat tinggal; - Bangunan bukan tempat tinggal; dimaksud dengan tanaman keras disini adalah macam-macam tanaman yang hasilnya baru akan diperoleh setelah berumur satu tahun atau lebih. Termasuk juga disini adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh perkebunan besar selama perkebunan itu belum mendatangkan 135 136 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT hasil (berproduksi) dan kegiatan penanaman kembali (reboisasi) yang dilakukan oleh perusahaan pemerintah dan pemerintah sendiri. (iv)- Penambahan ternak yang khusus dipelihara untuk diambil susunya atau bulunya atau untuk dipakai tenaganya dan sebagainya, kecuali ternak yang dipelihara untuk dipotong. Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor mendapatkan rasio tertentu dari output/produksi suatu komoditi yang menjadi barang modal. Nilai barang modal yang berasal dari impor diperoleh dari Statistik impor, dimana penilaiannya merupakan penjumlahan dari nilai cost insurance freight (cif), bea masuk, pajak penjualan dan pajak-pajak lainnya. Dimana nilai ini masih harus dikalikan dengan persentase alokasi komoditi impor ke pembentukan modal, untuk memisahkan komoditi impor yang benar-benar (v)- Margin pedagang atau makelar, service charge dan ongkos-ongkos pemindahan hak milik dalam traksaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak pengusaha hutan, hak paten, hak cipta dan barang-barang modal bekas tercakup dalam pembentukan modal tetap. menjadi pembentukan modal. Persentase alokasi dari TTM ini diperoleh dari survei khusus, sedangkan data cif, bea masuk, PPn dan pajak lainnya tersedia dalam statistik perdagangan luar negeri. Data jenis komoditi yang berasal dari impor tersebut dirinci menurut kode Harmonized System (HS). Sehingga untuk penyusunan I-O perlu dilakukan destinasi kode HS ke dalam b. Metode Estimasi dan Sumber Data klasifikasi kode I-O. Hasil ini diperoleh dari destinasi komoditi impor secara keseluruhan yang dilakukan pada subbab 4.3.6. Bila ditambah dengan Ada dua pendekatan dalam penyusunan tabel input-output yaitu dengan margin perdagangan dan pengangkutan (TTM) serta biaya lainnya, maka metode langsung (menggunakan berbagai survei) dan metode tak langsung. Estimasi data pembentukan modal dalam hal ini menggunakan kedua akan menghasilkan nilai di lokasi pembeli. Nilai pembentukan modal berupa bangunan diperoleh dari output sektor pendekatan tersebut. Untuk pendekatan dengan metode langsung, penghitungan nilai pembentukan modal dilakukan melalui pendekatan secara bangunan, yaitu nilai output sektor bangunan yang ke pembentukan modal tetap bruto. Proporsi yang digunakan adalah sekitar 92 persen dari output langsung ke sektor-sektor yang memiliki barang modal. Sedangkan dengan pendekatan metode tak langsung, penghitungan nilai pembentukan modal menggunakan pendekatan arus barang (commodity flow approach), yaitu bangunan yang menjadi nilai pembentukan modal tetap, sedangkan sisanya merupakan perbaikan kecil dari sektor bangunan. Proporsi ini diperoleh dari pendekatan melalui penyediaan barang-barang modal baik yang berasal dari produksi dalam negeri, impor maupun yang berupa bangunan/konstruksi. pembukaan tanah, pengembangan dan perluasan areal hutan, pertambangan dan peremajaan tanaman hias, margin perdagangan dan biaya lain yang Nilai barang modal produksi dalam negeri diperoleh dari berbagai publikasi yang disajikan oleh BPS, seperti Statistik Industri Besar/Sedang, berkaitan dengan pemindahan hak milik seperti jual beli tanah, sumber mineral, hak pengusahaan hutan, hak paten, hak cipta dan barang-barang Statistik Pertambangan dan Statistik Listrik/Gas/Air. Data barang modal yang diperoleh tidak terinci kedalam semua jenis komoditi. Sehingga untuk merinci bekas diperkirakan berdasarkan persentase tertentu dari hasil suatu survei. Contoh Penghitungan : hasil suatu studi. Pembentukan modal dalam bentuk pengembangan dan kedalam semua komoditi dilakukan suatu survei ke berbagai sektor untuk 137 138 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Tabel 5.1 Estimasi Barang Modal Impor No Komoditi (Kode HS) CIF (Juta Rp.) (1) (2) (3) 1 2 3 4 5 . . . 401699340 731511900 731581000 820712000 720740000 . . . 9 13290 1511 34750 2060 . . . Tabel 5.2 Estimasi Barang Modal Produksi Dalam Negeri dan Bangunan Nilai Pajak Persen Penjuala Landed Barang Alokasi Bea Masuk Cost n Modal TTM (Juta Rp.) Barang (Juta (Juta Rp.) Harga Modal Rp.) Produsen (4) (5) 1 14 2 4 1 . . . (6) 1 344 23 211 56 . . . 11 13648 1536 34965 2117 . . . (7) 56 62 55 65 72 . . . (8) 6 8462 845 22727 1524 . . . (9) 1 1269 177 5682 290 . . . Nilai Barang Modal Harga Pembeli No Komoditi Output (Juta Rp.) (1) (2) (3) (4) Nilai Barang Modal Harga TTM (Juta Rp.) Pembeli (Juta Rp.) (5) (6) (10) 7 9731 1022 28409 1814 . . . 1 2 3 4 5 6 7 8 9 TOTAL Persen Alokasi Barang Modal 16753569 10 11 Peternakan 2 248 388 Inds. tekstil, pakaian dan kulit 10 971 070 Inds. bammbu, kayu dan rotan 9 030 376 Inds. kertas, brg dr kertas dan 4 323 467 karton Inds. brg dr mineral bkn logam 1 638 342 Inds. brg dr logam 3 196 928 Inds. mesin, alat dan perl. listrik 7 609 972 Inds. alat pengangkutan & 6 005 865 perbaikannya Inds. brg lain yang belum 562 805 digolongkan dimanapun Bangunan 38 907 704 Jasa lainnya 12 746 225 0.03 0.04 2.17 0.01 46 1 109 14 640 141 639 5 514 210 813 664 0.80 14.57 31.44 24.60 36 690 338 486 1 037 113 69 220 49 798 804 341 3 429 584 1 546 605 2.06 21 290 32 882 92.15 8.39 - 35 854 445 1 069 187 Keterangan : Kolom (6) = kol (3) + kol (4) + kol (5) Kolom (8) = kol (7) x kol (6) Kolom (10) = kol (9) + kol (8) ∑ 43 004 172 Dari hasil estimasi komoditi impor yang telah dilakukan, nilai landed cost dikalikan dengan persentase tertentu, akan mendapat nilai komoditi tersebut yang menjadi barang modal. Nilai barang modal yang telah diperoleh masih berdasarkan harga produsen sehingga untuk memperoleh nilai barang modal atas dasar harga pembeli perlu ditambahkan dengan TTM. Proses untuk mendapatkan nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 di atas. Sedangkan pada Tabel 5.2 ditunjukkan estimasi barang modal yang berasal dari produksi dalam negeri dan yang berupa bangunan. 139 140 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 5.1.4 Perubahan Inventori Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor inventori. Penilaian harus berdasarkan harga yang berlaku pada waktu penambahan inventori tersebut dilakukan. a. Ruang Lingkup Pengurangan terhadap inventori untuk proses produksi atau untuk dijual Yang dimaksud dengan inventori adalah persediaan barang-barang baik dinilai atas dasar harga produsen apabila dihasilkan sendiri dan atas harga pembeli apabila diperoleh dari unit ekonomi lainnya. Barang-barang yang berasal dari pembelian, yang akan dipakai sebagai input pada suatu kegiatan ekonomi atau untuk dijual lagi, maupun barang yang dihasilkan oleh unit-unit sedang dalam proses pengerjaan dinilai dengan harga produsen apabila ada harganya di pasaran, akan tetapi bila tidak ada harga di pasar, maka barang produksi yang belum terjual, baik dalam bentuk barang jadi maupun barang setengah jadi. tersebut dinilai berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Prinsip penilaian perubahan inventori adalah konsisten dengan prinsip penilaian output kotor Para pemegang inventori tersebut adalah produsen, pedagang dan (gross output) dan biaya antara. pemerintah. Yang disebut inventori pada pemerintah adalah barang-barang yang dibeli untuk keperluan strategi, seperti bahan pangan dan bahan bakar c. Klasifikasi Inventori Menurut Jenis Barang yang disediakan guna keperluan pada waktu krisis. Alat-alat berat seperti kapal, pesawat terbang dan lain-lain yang sedang dalam proses pengerjaan 1. Sektor penghasil barang yaitu pertanian, kehutanan, perikanan, merupakan inventori pada produsen. Bangunan yang sedang dikerjakan tidak pertambangan, industri, gas dan air minum dan bangunan/konstruksi, termasuk inventori merupakan bagian dari pembentukan modal tetap bruto. Dalam hal peternakan, pemeliharaan ternak untuk dipotong dengan jenis inventori seperti: a. Bahan baku dan bahan penolong diklasifikasikan sebagai inventori. Dalam praktek sangat sulit memisahkan ternak untuk dipotong dengan ternak untuk tujuan lainnya, karena pada Semua bahan baku dan bahan penolong yang disediakan untuk proses lebih lanjut, dirakit atau dicetak dan untuk perbaikan. akhirnya semua ternak itu akan dipotong. Apabila semua inventori akhir tahun yang ada pada produsen, pedagang Termasuk barang lainnya yang digunakan untuk sektor bangunan dan minyak, bahan bakar lainnya yang dibeli untuk keperluan dan pemerintah tersebut dikurangi dengan inventori pada awal tahun maka konsumsi. Tercakup pula inventori dari pupuk, pembasmi hama, bibit akan diperoleh perubahan inventori pada tahun bersangkutan. dan barang-barang pertanian lainnya. b. Barang-barang yang sedang dalam proses pengerjaan dan belum b. Penilaian Terhadap Penambahan dan Pengurangan inventori c. Penambahan inventori dinilai berdasarkan harga pembelian apabila barang tersebut dibeli dari unit ekonomi lainnya dan berdasarkan harga terjual. Binatang ternak yang dipelihara untuk dipotong dan binatang ternak lainnya kecuali yang termasuk dalam pembentukan modal tetap. d. Barang-barang hasil produksi yang siap untuk dijual. produsen jika barang tersebut merupakan hasil produksi dari si pemegang 141 142 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor 2. Pedagang besar dan eceran Barang-barang yang ada pada pedagang besar dan pedagang eceran dalam f.o.b (free on board). Transaksi barang dan jasa pada prinsipnya baik yang akan dijual maupun yang akan dipakai sebagai bahan baku tersebut diberikan ke bukan penduduk. Untuk itu akan dijelaskan lebih lanjut dan penolong untuk pembungkus, pengepak dan lain-lainnya. mengenai transaksi barang dan jasa, penduduk dan f.o.b yang sesuai dengan konsep SNA dan Neraca Pembayaran. 3. Sektor penghasil barang lainnya Diantaranya mencakup inventori minyak dan bahan bakar lainnya dan barang-barang untuk perbaikan dan pemeliharaan dan lain-lainnya. 4. Barang-barang strategi pemerintah Inventori barang-barang strategi pemerintah seperti bahan pangan dan bahan bakar yang disediakan untuk keperluan pada waktu kritis. d. Metode Estimasi dan Sumber data dicatat pada saat kepemilikan barang tersebut berpindah atau pada saat jasa Transaksi ekonomi adalah suatu pertukaran nilai ekonomi oleh satu unit ekonomi dengan unit ekonomi lainnya. Yang dimaksud dengan nilai ekonomi adalah barang, jasa dan instrumen finansial. Transaksi ekonomi pada garis besarnya dapat digolongkan atas: penjualan barang-barang untuk ditukarkan dengan instrumen finansial, barter atau pertukaran barang dan jasa dengan barang dan jasa lainnya dan dapat juga merupakan pemberian barang dan jasa tanpa ada imbalan seperti hadiah, bantuan dan lain-lain. Penduduk, yang dimaksud dengan penduduk dalam hal ini adalah lembaga pemerintah, perorangan, perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan negara, serta lembaga swasta nirlaba yang berada di Dalam penyusunan tabel input-output, data perubahan inventori diperoleh dari berbagai survei maupun dari beberapa publikasi terbitan BPS. Data wilayah domestik (wilayah yang berada dalam batas geografis). - Penduduk Lembaga pemerintah terdiri atas pemerintah pusat dan daerah perubahan inventori yang tersedia hanya beberapa sektor, serta tidak terinci secara detail menurut komoditi yang ada pada klasifikasi input-output. termasuk kedutaan dan konsulat di luar negeri. Badan dunia seperti IMF, Bank Dunia dan sejenisnya serta kedutaan dan konsulat asing yang Sehingga untuk memperoleh data perubahan inventori menurut klasifikasi input-output dilakukan melalui proses rekonsiliasi dengan memperhatikan berlokasi di wilayah domestik dianggap sebagai bukan penduduk. Penduduk perorangan adalah semua orang yang tinggal di wilayah - antara alokasi penggunaan output dengan jumlah penyediaan. domestik, kecuali: 5.1.5 a. wisatawan asing yang tinggal di wilayah domestik kurang dari satu tahun dengan tujuan untuk bertamasya, berobat, beribadah, Ekspor Pengertian ekspor dalam tabel input-output adalah transaksi-transaksi kunjungan keluarga, pertandingan olah raga, konperensi dan sebagainya. ekonomi yang dilakukan oleh penduduk suatu negara/region dengan pihak luar negeri/region lain. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa b. awak kapal/pesawat asing yang sedang singgah atau perbaikan di wilayah domestik. pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi dan transaksi komoditi c. lainnya. Penilaian ekspor barang atas dasar harga produsen dinyatakan 143 pengusaha atau pegawai perusahaan yang berlokasi di luar negeri sedang berada di wilayah domestik kurang dari satu tahun. 144 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor d. pekerja musiman yang berada di wilayah domestik kurang dari satu tahun. b. Ekspor Barang Dagangan Ekspor barang dagangan mencakup perpindahan barang dagangan dari e. staf kedutaan/konsulat asing yang tinggal di wilayah domestik f. - - pegawai badan internasional bukan warga negara yang bertugas di wilayah domestik kurang dari satu tahun. Penduduk perusahaan adalah unit usaha yang melakukan kegiatan produksi dan transaksi di wilayah domestik, termasuk cabang wilayah domestik ke luar negeri, meliputi: - penjualan kapal laut dan pesawat udara, baru maupun bekas, terlepas - dari apakah barang tersebut melalui bea cukai atau tidak penjualan listrik, gas dan air perusahaan asing. Penduduk lembaga nirlaba terdiri atas semua lembaga nirlaba yang - penjualan emas untuk keperluan industri oleh penduduk ke bukan penduduk berlokasi di wilayah domestik. - penjualan bahan baku dan perbekalan lainnya untuk kapal laut, pesawat - udara dan sejenisnya oleh penduduk ke bukan penduduk minyak dan gas bumi yang diambil oleh penduduk dari perairan nasional negara pengekspor, yang meliputi: harga barang, pajak ekspor dan sejenisnya, biaya pengangkutan sampai ke batas negara, biaya asuransi - atau internasional kemudian didaratkan langsung di luar negeri ikan yang dijual langsung oleh kapal nelayan nasional di luar negeri pengangkutan sampai ke atas kapal, komisi, biaya pembuatan dokumen, - penjualan persenjataan dan peralatan militer biaya kontainer, biaya pengepakan, biaya kapal/pesawat udara/alat transport lainnya. - penjualan karya seni dan koleksi barang antik barang selundupan, ditemukan atau tidak oleh bea cukai - paket pos, selain langganan langsung surat kabar dan majalah dan sebagainya Harga Free on Board (f.o.b) adalah harga barang sampai di atas kapal pemuatan barang ke a. Klasifikasi Ekspor Barang dan Jasa Jenis komoditi yang dicakup dalam transaksi ekspor barang dan jasa dirangkum dalam suatu klasifikasi yang meliputi: - transaksi ekspor barang dagangan transaksi ekspor jasa pengangkutan dan komunikasi - transaksi ekspor jasa asuransi pembelian langsung di wilayah domestik oleh kedutaan/konsulat asing - serta badan internasional yang berada di wilayah dometik pembelian langsung di wilayah domestik oleh rumahtangga bukan penduduk - Yang tidak termasuk ekspor barang dagangan seperti: - barang transit langsung - barang keperluan sehari-hari wisatawan manca negara barang untuk pameran, contoh atau barang yang tidak diperdagangkan, kontainer, serta binatang-binatang untuk pengembangbiakkan dan perlombaan - pemindahan barang ke luar negeri semata-mata untuk perbaikan transfer mesin, peralatan dan barang lainnya (termasuk film untuk gedung bioskop dan teknisinya) ke bukan penduduk dengan sistem sewa ekspor barang dan jasa lainnya 145 146 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT c. Ekspor Jasa Pengangkutan dan Komunikasi Ekspor jasa pengangkutan dan komunikasi mencakup jasa angkutan barang (freight), jasa angkutan penumpang, serta jasa pengangkutan lainnya dan komunikasi. Jasa angkutan barang meliputi pengangkutan barang oleh perusahaan Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor dikeluarkan oleh bukan penduduk sehubungan penggunaan jasa dari perusahaan penduduk. d. Ekspor Jasa Asuransi penduduk melalui pengoperasian alat angkutannya seperti kapal laut, Ekspor jasa asuransi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu jasa asuransi pengangkutan barang dan jasa asuransi lainnya. Ekspor jasa pesawat udara dan sejenisnya. asuransi pengangkutan barang meliputi jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan penduduk sehubungan dengan jaminan terhadap: Ekspor jasa angkutan barang meliputi jasa angkutan barang yang dilakukan - ekspor barang dagangan perusahaan penduduk, sehubungan dengan: - pengangkutan barang dagangan - pengangkutan barang yang tidak tergolong barang dagangan dari/ke wilayah domestik atas biaya bukan penduduk - pengangkutan barang impor ke batas bea cukai negara pengimpor pengangkutan barang impor ke batas bea cukai negara pengekspor - pengangkutan barang transit milik bukan penduduk yang melalui wilayah domestik - pengangkutan barang milik bukan penduduk dalam dan antar negara di - luar negeri pengangkutan barang impor menuju batas bea cukai negara pengekspor barang impor tersebut barang impor tersebut. Ekspor jasa asuransi lainnya meliputi biaya sehubungan dengan asuransi kebakaran, kehilangan dan kerusakan barang yang tidak berkaitan dengan pengangkutan barang, reasuransi pengangkutan barang, asuransi Ekspor jasa angkutan penumpang meliputi semua jasa yang diberikan perusahaan penduduk untuk pengangkutan penumpang bukan penduduk ke kecelakaan, kerugian, kesehatan dan sejenisnya, asuransi jiwa dan sebagainya yang dikeluarkan oleh bukan penduduk sehubungan dengan jasa luar negeri, antar dan dalam negeri di luar negara. Tidak termasuk disini asuransi yang dihasilkan. pengangkutan penumpang bukan penduduk di wilayah domestik oleh perusahaan penduduk (dimasukkan sebagai pembelian langsung barang dan Pembelian langsung di wilayah domestik oleh kedutaan/konsulat asing, badan internasional serta oleh rumah tangga bukan penduduk dicakup jasa diwilayah domestik oleh rumah tangga bukan penduduk). sebagai ekspor komoditi dan pembelian langsung oleh konsulat negara dan rumah tangga penduduk di luar negeri digolongkan sebagai impor komoditi. Ekspor jasa angkutan lainnya dan komunikasi meliputi biaya carter/sewa alat angkutan, biaya buruh dan bongkar muat lainnya dan biaya pelabuhan (laut/udara), biaya untuk jasa kapal tunda dan sejenisnya, biaya untuk operasi penyelamatan, jasa pos, telegram, telepon, radio dan televisi yang 147 148 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT e. Ekspor Barang dan Jasa Angkutan Lainnya Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor warga negara Indonesia dengan warga negara asing dapat dibedakan dengan jelas, namun tidak demikian halnya dengan penduduk provinsi, Bagian ini meliputi ekspor barang dan jasa selain dari ekspor barang sangat sulit membedakan apakah orang tersebut penduduk provinsi tersebut dagangan, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa asuransi, pembelian langsung di wilayah domestik oleh kedutaan/konsulat asing serta badan atau bukan. Sehingga jasa yang diberikan ke penduduk provinsi lain sulit diperkirakan, misalnya jasa angkutan, jasa komunikasi dan sebagainya. internasional yang berada di wilayah domestik, pembelian langsung di wilayah domestik oleh rumah tangga bukan penduduk. Bagian ini terdiri atas Sumber data yang digunakan dalam memperkirakan nilai ekspor barang dan jasa diperoleh dari buku Statistik Perdagangan Luar Negeri terbitan BPS, barang dan jasa yang sangat beraneka ragam seperti: (i) biaya reparasi barang yang diterima dari luar negeri, (ii) margin perdagangan atas barang- Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia publikasi BI, buku Tahunan Statistik Pertambangan Indonesia publikasi Departemen Pertambangan dan barang yang dibeli dari negara lain ke negara ketiga, (iii) biaya administrasi, Energi dan dari sumber data lainnya. pengolahan dan konsultasi serta biaya kantor perusahaan cabang dan anak perusahaan yang dibayarkan perusahaan induk serta transaksi sejenis antara Dalam tabel Input-output transaksi ekspor barang dan ekspor jasa, masing-masing diberi kode: 305 dan 306. nonresiden dan residen, (iv) komisi untuk penanggung dan biaya lainnya atas penerbitan surat-surat berharga swasta yang dijual di luar negeri, (v) biaya g. Ekspor Barang agen perantara yang beroperasi untuk pihak asing dan biaya yang berkaitan Perkiraan nilai ekspor barang dagangan (merchandise) dilakukan dengan dengan emas bukan industri, (vi) penyewaan mesin, peralatan, film, dan sejenisnya, (vii) biaya advertensi, (viii) penyewaan ruang kantor dan menggunakan data statistik Perdagangan Luar Negeri BPS. Nilai ekspor pengeluaran lain yang dibayar kembali oleh perusahaan, (ix) pembayaran langganan langsung surat kabar dan majalah, (x) keuntungan atau kerugian barang yang tersedia adalah nilai ekspor barang yang diolah dengan metode "carry over". Untuk kebutuhan penyusunan tabel input-output, nilai ekspor akibat pengambilan keputusan dalam hal pembagian deviden dengan orang asing, (xi) hadiah barang yang dikirim ke luar negeri oleh rumah tangga barang yang diolah dengan metode carry over tersebut perlu disesuaikan penduduk, (xii) barang dan harta benda milik rumah tangga migran, dan (xiii) tersedia pada tahun yang bersangkutan. Nilai ekspor barang yang tersedia tersebut dirinci menurut kode Harmonized System (HS), sehingga harus transaksi barang dan jasa yang tidak tergolong dimana-mana. untuk memperoleh nilai ekspor barang aktual, yaitu nilai ekspor barang yang dilakukan konversi ke dalam klasifikasi kode input-output. Kode HS dalam hal f. Metode Estimasi dan Sumber Data ini adalah merupakan suatu kode klasifikasi baik untuk barang dagangan sebagai ekspor maupun sebagai impor yang digunakan sebagai pedoman Untuk menghitung nilai ekspor barang dan jasa dalam penyusunan tabel input-output pada tingkat nasional permasalahan yang dihadapi tidak begitu dalam transaksi perdagangan internasional. Barang dagangan yang diekspor dari suatu negara atau region adalah merupakan bagian dari output/hasil sulit. Pada tingkat regional atau pada tingkat provinsi penghitungan ekspor produksi dari suatu sektor tertentu, karena itu kode HS yang digunakan harus menghadapi berbagai permasalahan, antara lain pada tingkat nasional antara disesuaikan dengan sektor yang identik. Dalam penyusunan input-output, 149 150 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor klasifikasi yang dibentuk sesuai dengan sifat atau karakteristik dari suatu komoditi. Sehingga semua ekspor barang yang mempunyai kode HS tertentu kode HS ke dalam klasifikasi input-output, misalnya untuk kode HS 100610900 yang merupakan komoditi padi-padian. Dengan melihat dari jenis dapat dibagi habis ke dalam klasifikasi input-output. Tidak ada satupun kode komoditi dengan kode HS tersebut, ini bisa merupakan hasil produksi/output HS yang tidak dapat disesuaikan atau dikonversi ke dalam kode input-output. Untuk satu kode input-output bisa terdapat satu atau lebih kode HS. Nilai dari sektor padi. Pada klasifikasi input-output berkode 001. Dan selanjutnya mengidentifikasi kode HS secara keseluruhan ke dalam klasifikasi input- ekspor barang yang dirinci menurut kode HS masih dalam satuan dolar US, sehingga untuk mendapatkan nilai barang dalam satuan rupiah perlu output. Hasil dari konversi ini dapat ditunjukkan pada Tabel 5.4 Setelah diperoleh konversi kode HS ke dalam klasifikasi input-output, sub jumlah nilai dikalikan dengan kurs ekspor (kurs dolar US terhadap rupiah untuk barang ekspor). Kurs tersebut diperoleh dari rata-rata kurs beli dolar US yang FOB dari setiap kode input-output adalah merupakan ekspor barang yang terletak pada kolom 305 pada kuadran II. diperoleh dari BI, ditimbang dengan nilai nominal ekspor barang bulanan dolar US. Sebagai ilustrasi dapat dilihat prosedur konversi kode HS ke dalam kode input-output pada contoh penghitungan di bawah ini. Tabel 5.3 Ekspor Barang (aktual) Indonesia No Kode HS Uraian Berat Bersih FOB (Rp. Ribu) Tabel 5.4 Ekspor Barang Menurut Klasifikasi input-output Kode IO (baris) Kode HS 001 100610900 10.513,00 sub total 10.513,00 Harga per Unit (Rp) 002 1. 060110000 Bulbs, tubus, tubuous, roots, couns & rhizuous, dormant Peas 2. 070810000 fresh/chilled 87465 74562 116.864,09 13.444,05 265.081,43 9.727,22 : dst . . dst 47.490.039.119,32 1.339.733,50 1.366.959,36 29.432.546,34 sub total 32.139.239,20 10.513,00 32.139.239,20 . . 42.490.039.119,32 9.093.215.526,82 Nilai ekspor yang telah ditransformasikan ke dalam nilai rupiah dapat dilihat pada Tabel 5.3 kemudian dari tabel tersebut dilakukan konversi dari 151 Ekspor Barang (Kode 305/kolom) 070990300 100510000 100590000 . . Total Jumlah FOB (Rp. Ribu) 152 42.490.039.119,32 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT h. Ekspor Jasa Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor - impor barang dagangan impor jasa pengangkutan dan komunikasi Nilai ekspor jasa diperkirakan dari publikasi Neraca Pembayaran BI. Nilai - Impor jasa asuransi yang tersedia masih dalam dolar US, sehingga perlu dikalikan dengan kurs ekspor untuk mendapatkan nilai jasa dalam rupiah. Dalam publikasi tersebut, - Pembelian langsung oleh kedutaan/konsulat negara di luar negeri Pembelian langsung oleh rumah tangga penduduk di luar negeri nilai ekspor jasa tidak tersedia secara terpisah, tetapi masih tergabung dengan nilai impor jasa. Perkiraan nilai ekspor jasa, dihitung berdasarkan - Impor barang dan jasa lainnya komponen-komponen ekspor jasa yang terdiri dari penggunaan fasilitas jasa yang disediakan oleh penduduk Indonesia yaitu jasa perjalanan dan 1. Impor Barang Dagangan parawisata, jasa asuransi, jasa komunikasi, jasa perusahaan, serta jasa-jasa Impor barang dagangan mencakup pemasukan barang dagangan ke wilayah lainnya. domestik dari luar negeri, seperti: 5.1.6. Impor - pembelian kapal laut dan pesawat terbang baru maupun bekas, terlepas apakah barang tersebut melalui bea cukai atau tidak Dalam tabel input-output transaksi impor barang dan jasa merupakan - pembelian listrik, gas dan air bagian dari penyediaan bukan merupakan komponen permintaan akhir. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan transaksi ekonomi dan - pembelian emas untuk keperluan industri dari bukan penduduk pembelian bahan bakar dan perbekalan lain untuk kapal laut, pesawat - udara dan sejenisnya ikan yang dibeli langsung dari kapal nelayan asing penduduk dalam cakupan impor sama halnya dengan pengertian dalam komponen ekspor. Penilaian impor barang atas harga produsen dinilai dalam at landed cost yaitu penjumlahan dari nilai barang cif (cost insurance freight), pajak penjualan dan bea masuk. Yang dimaksud dengan harga cif adalah - minyak dan gas bumi milik bukan penduduk yang didaratkan langsung di wilayah domestik harga barang sampai di pelabuhan negara pengimpor, meliputi: harga fob, - pembelian persenjataan dan peralatan militer lainnya oleh pemerintah biaya pengangkutan dari batas negara pengekspor ke batas negara pengimpor, biaya bongkar barang dan biaya asuransi pengiriman barang. - bukan dari penduduk pembelian karya seni dan koleksi barang antik dari luar negeri - pengiriman barang titipan dari luar negeri untuk dijual atau diproses lebih lanjut - barang selundupan, apakah ditemukan atau tidak oleh bea cukai paket pos dari luar negeri, selain langganan langsung surat kabar dan a. Klasifikasi Impor Barang dan Jasa Secara garis besar transaksi impor barang dan jasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: majalah 153 154 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Tidak termasuk impor barang dagangan seperti pemasukan barangbarang yang bukan termasuk ekspor barang dagangan di atas. Impor jasa angkutan penumpang meliputi semua jasa yang diberikan perusahaan bukan penduduk untuk pengangkutan penumpang penduduk antar negara di luar negeri, dari luar negeri ke wilayah domestik dan wilayah 2. Impor Jasa Pengangkutan dan Komunikasi domestik. Tidak termasuk disini pengangkutan penumpang penduduk oleh perusahaan bukan penduduk dalam suatu negara di luar negeri (akan Impor jasa pengangkutan dan komunikasi dapat dirinci menjadi jasa angkutan barang (freight), jasa angkutan penumpang, serta jasa dimasukkan sebagai pembelian langsung barang dan jasa di luar negara oleh rumah tangga penduduk). pengangkutan lainnya dan komunikasi. Jasa angkutan barang meliputi pengangkutan barang oleh perusahaan Jasa angkutan lainnya dan komunikasi meliputi: biaya carter/sewa alat melalui pengoporasian alat angkutannya seperti kapal laut, pesawat udara, angkutan, biaya buruh dan bongkar muat lainnya dan biaya pelabuhan dan sejenisnya. (laut/udara), biaya untuk jasa kapal tunda dan sejenisnya, biaya untuk operasi penyelamatan, jasa pos, telegram, telepon, radio dan televisi. Tidak Impor jasa angkutan barang meliputi jasa angkutan barang yang dilakukan oleh: termasuk disini barang untuk keperluan alat pengangkutan seperti bahan bakar dan perbekalan lain kapal laut dan pesawat udara (akan dimasukkan sebagai barang dagangan). Termasuk jasa perbaikan dan pemeliharaan alat 1. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan impor barang dagangan dari pelabuhan negara pengekspor. angkutan yang diberikan oleh perusahaan pengangkutan, tetapi bila jasa tersebut diberikan oleh perusahaan bukan pengangkutan tidak dimasukkan 2. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang milik penduduk dalam dan antar negara di luar negeri. disini (dimasukkan sebagai barang dan jasa lainnya). 3. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang milik penduduk yang tidak tergolong barang dagangan ke/dari wilayah Impor jasa pengangkutan lainnya dan komunikasi adalah besarnya pengeluaran penduduk atas penggunaan jasa pengangkutan lainnya dan komunikasi dari perusahaan bukan penduduk seperti tercakup dalam ruang domestik. 4. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang ekspor ke batas bea cukai negara pengekspor. lingkup di atas. pengeluaran Alat angkutan yang dicarterkan/disewakan pemiliknya, sebenarnya tidak terjadi perubahan kepemilikan. Bila pemilik alat angkutan tersebut adalah penumpang di atas kapal serta biaya lainnya (biaya bagasi atau biaya barang yang dibawa penumpang serta mobil dan sebagainya) sehubungan dengan perusahaan di luar negeri sedang penggunaan atau pengoperasian alat angkutan tersebut atas dasar carter/sewa oleh perusahaan penduduk, maka pengangkutan penumpang. biaya carter/sewa ini dianggap sebagai pembayaran jasa sewa oleh Jasa angkutan penumpang meliputi 155 tiket penumpang, 156 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor penduduk dan alat angkutan tersebut diperlakukan sebagai barang modal negara pemilik alat angkutan tersebut. Impor jasa asuransi lainnya adalah jasa asuransi lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan bukan penduduk atas biaya penduduk. Perlu dicatat bahwa apabila sewa/carter hanya untuk periode terbatas seperti pelayaran/perjalanan satu arah dimana pemilik alat angkutan juga sebagai operator, hal ini bukan jasa carter yang dimaksud di atas. 4. Pembelian Langsung oleh Kedutaan/Konsulat di Luar Negeri Yang dimaksud pembelian langsung kedutaan/konsulat negara di luar negeri adalah pembelian dikurangi penjualan barang, peralatan serta barang 3. Impor jasa Asuransi Impor jasa asuransi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu jasa dan jasa lainnya oleh kedutaan/konsulat negara di luar negeri. Termasuk pengeluaran pembangunan gedung dan pekerjaan lainnya, sewa gedung dan asuransi pengangkutan barang dan jasa asuransi lainnya. bangunan lainnya, komisi untuk penanggung surat berharga pemerintah yang Impor jasa asuransi pengangkutan barang mencakup: 1. Jasa asuransi baik yang dihasilkan oleh perusahaan bukan penduduk dijual di luar negeri. Pembelian langsung oleh kedutaan konsulat di luar negeri digolongkan maupun perusahaan penduduk sehubungan pengangkutan impor barang dagangan. dengan resiko 2. Jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan bukan penduduk sehubungan sebagai impor komoditi. 5. Pembelian Langsung oleh Rumah Tangga Penduduk di Luar negeri dengan resiko pengangkutan barang dalam dan antar negara di luar negeri atas biaya penduduk. Bagian ini mencakup pengeluaran penduduk perorangan di luar negeri 3. Jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan jaminan pengangkutan bukan barang dagangan dari/ke wilayah seperti wisatawan, pegawai pemerintah, awak kapal, pekerja perbatasan maupun pekerja musiman, anggota korps diplomatik dan anggota militer yang domestik atas biaya penduduk. 4. Jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan bukan penduduk sehubungan ditempatkan di luar negeri. Pengeluaran yang dicakup termasuk pengeluaran konsumsi rumah tangga, apakah dikonsumsi di tempat, di tempat lain, atau dengan resiko pengangkutan barang ekspor ke batas bea cukai negara dibawa ke negara tempat tinggal, termasuk juga jasa pengangkutan lokal. pengekspor. Pengeluaran wisatawan bisnis, pegawai pemerintah, awak kapal dan sebagainya, yang diganti kembali oleh perusahaan mereka, tidak Impor jasa asuransi lainnya meliputi biaya sehubungan dengan asuransi dimasukkan. kebakaran, kehilangan dan kerusakan barang yang tidak berkaitan dengan pengangkutan barang, reasuransi pengangkutan barang, asuransi kecelakaan, asuransi kerugian, kesehatan dan sejenisnya, asuransi jiwa, dan 6. Impor Barang dan Jasa Lainnya Bagian ini meliputi impor barang dan jasa selain dari impor barang sebagainya. dagangan, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa asuransi, pembelian 157 158 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor langsung oleh kedutaan/konsulat di luar negeri, dan pembelian langsung di luar negeri oleh rumah tangga penduduk. Bagian ini terdiri atas barang dan tersedia juga dirinci menurut kode HS serta masih dalam satuan dolar US. Untuk memperoleh nilai impor barang dalam rupiah maka harus dikalikan jasa yang sangat beraneka ragam seperti: (i) biaya reparasi barang yang dengan kurs impor (kurs dolar US terhadap rupiah untuk barang impor). Kurs dikirim ke luar negeri, (ii) margin perdagangan atas barang-barang yang dikirim atau dijual ke negara ketiga, (iii) biaya administrasi, pengolahan dan diperoleh dari rata-rata kurs jual dolar US bulanan dari BI ditimbang dengan nilai nominal impor barang bulanan BPS. Kemudian dilakukan konversi dari konsultasi serta biaya kantor perusahaan cabang dan anak perusahaan yang dibayarkan perusahaan induk serta transaksi yang sejenis antara nonresiden kode HS kedalam klasifikasi input-output sama halnya dengan ekspor barang. Contoh penghitungan impor barang Indonesia. dan residen, (iv) komisi untuk penanggung dan biaya lainnya atas penerbitan surat-surat berharga swasta yang dijual di luar negeri, (v) biaya agen Tabel 5.5 perantara yang beroperasi untuk pihak asing dan biaya lain yang berkaitan Impor Barang (aktual) Indonesia dengan emas bukan industri, (vi) penyewaan mesin, peralatan, film, dan sejenisnya, (vii) biaya advertensi, (viii) penyewaan ruang kantor dan (Setelah dikalikan dengan kurs impor) pengeluaran lainnya yang dibayar kembali oleh perusahaan, (ix) pembayaran langganan surat kabar dan majalah, (x) keuntungan atau kerugian akibat pengambilan keputusan dalam hal pembagian deviden dengan orang asing, (xi) hadiah barang yang dikirim atau diterima dari luar negeri oleh rumah tangga penduduk, (xii) barang dan harta benda milik rumah tangga migran, dan (xiii) transaksi barang dan jasa yang tidak tergolong dimana-mana. b. Metode Estimasi dan Sumber Data 1. Impor Barang Dagangan CIF (Rp Ribu) PPN (Rp Ribu) Bea Masuk (Rp Ribu) Landed Cost (Rp Ribu) 100510000 100590000 060110000 260120000 061209000 720230000 . . 425 200 165 550 350 170 50 40 30 150 25 10 25 60 20 50 25 20 500 300 215 750 400 200 Jumlah 10.000 3.000 2.000 15.000 No. Kode HS 1 2 3 4 5 6 Perkiraan nilai impor barang dagangan (merchandise) dilakukan dengan menggunakan data statistik Perdagangan Luar Negeri yang diterbitkan oleh BPS. Nilai impor barang yang tersedia adalah nilai impor barang yang diolah dengan metode carry over seperti halnya ekspor barang. Untuk kebutuhan penyusunan tabel input-output, nilai impor barang hasil pengolahan dengan carry over tersebut perlu disesuaikan untuk memperoleh nilai impor barang aktual (perlakukannya sama dengan ekspor barang). Nilai impor barang yang 159 Dari Tabel 5.5 impor barang menurut kode HS, kemudian diidentifikasi dengan memperhatikan karakteristik atau sifat dari kode HS tersebut ke dalam klasifikasi input-output yang sesuai. Sebagai contoh untuk kode HS 100510000 yang merupakan komoditi biji jagung (corn seeds) dan kode HS 100590000 biji jagung lainnya (corn other seeds) ini merupakan komoditi yang sesuai pada sektor 002 yaitu pertanian biji-bijian jagung. 160 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Kode HS 060110000 yaitu umbi-umbian dan kode HS 061209000 yaitu umbiumbian lainnya. Keduanya tersebut pada klasifikasi INPUT-OUTPUT sesuai pada sektor 004 yaitu umbi-umbian lainnya. Kode HS 26120000 alat pemanggang dari besi, dan kode HS 720230000 logam besi campuran. Dilihat dari jenis komoditinya ini sesuai pada klasifikasi input-output sektor 105 yaitu industri besi dan baja dasar. Ini semua dilakukan untuk semua kode HS yang ada pada suatu tahun tertentu. Untuk lebih jelasnya contoh konversi kode HS ke dalam klasifikasi input-output dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Konversi Komoditi Impor Menurut Kode HS ke Dalam Klasifikasi Input-Output Kode I-O Kode HS CIF (Rp Ribu) PPN (Rp Ribu) Bea Masuk (Rp Ribu) Landed Cost (Rp Ribu) 002 100510000 100590000 425 200 50 40 25 60 500 300 Sub Total 625 90 85 800 060110000 061209000 165 350 30 25 20 25 215 400 Sub Total 515 55 45 615 260120000 720230000 550 170 150 10 50 20 750 200 10.000 3.000 2.000 15.000 004 105 Grand Total Di dalam penyusunan input-output terutama yang terletak pada kuadran I yaitu permintaan antara serta pada kuadran II yaitu mengenai permintaan 161 akhir, kedua-duanya mengandung unsur dari komoditi impor. Atau dengan kata lain adanya alokasi komoditi impor baik yang ke permintaan antara maupun yang ke permintaan akhir. Sehingga setelah diperoleh nilai impor barang yang telah dikonversi dari kode HS ke dalam klasifikasi input-output perlu dilakukan satu tahapan yang memerlukan tingkat konsentrasi yang relatif tinggi yaitu "Destinasi Komoditi Impor". Destinasi komoditi impor merupakan identifikasi komoditi impor yang dirinci menurut kode HS yang telah diklasifikasikan ke dalam kode input-output untuk dialokasikan yang sesuai dengan karakteristik klasifikasi input-output apakah sebagai input antara pada sektoral atau sebagai permintaan akhir. Pada tahap pertama dilakukan destinasi yang hanya mengidentifikasi kode HS yang telah dikonversi untuk dialokasikan apakah sebagai input antara ke masing-masing sektor atau digunakan sebagai permintaan akhir. Misalnya sebagai contoh, dari Tabel 2 dengan kode HS 100510000 yang ada di sektor input-output berkode (002) setelah diidentifikasi ternyata sesuai dengan karakteristik dari komoditi impor tersebut, digunakan sebagai permintaan antara pada sektor 052 yaitu sektor tepung lainnya selain terigu, padi-padian giling dan umbi-umbi kupasan, dan pada sektor 060 yaitu sektor makanan lainnya. Selain itu juga sebagai konsumsi rumah tangga (301) dan sebagai inventori (304) pada permintaan akhir. Kode HS 060110000 yang ada di sektor 004 digunakan sebagai permintaan antara pada sektor 140 (sektor restoran) dan sektor 155 (sektor jasa kesehatan). Begitupun digunakan sebagai konsumsi rumah tangga (kode 301) pada permintaan akhir. Kode HS 260120000 yang ada pada sektor 105 bila dilihat dari karakteristik komoditinya, ini sesuai digunakan sebagai permintaan antara pada sektor 106 (sektor barang-barang dari besi dan baja dasar), pada sektor 114 (mesin dan perlengkapannya), sektor 119 (perlengkapan listrik lainnya) serta sektor-sektor lainnya. Sedangkan pada permintaan akhir hanya mungkin sebagai inventori (kode 304). Karena sesuai dengan sifat dari komoditi tersebut tidak mungkin digunakan sebagai konsumsi maupun sebagai pembentukan modal. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Tabel 5.7. 162 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Tabel 5.7 Destinasi Komoditi Impor menurut Kode HS dan Kode Input-Output Kode I-O(Baris) Kode HS 100510000 002 100590000 060110000 061209000 . . . 260120000 105 720230000 . . . . . . 163 Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Tahap selanjutnya untuk mengalokasikan nilai komoditi impor yang digunakan ke masing-masing sektor sebagai input antara maupun ke permintaan akhir, menggunakan proporsi alokasi output. Dengan kata lain Kode I-O (Kolom) 052 060 301 304 052 060 301 140 155 301 140 141 151 301 . . . 106 114 119 304 081 106 114 115 116 134 304 . . . setelah tahap pertama diperoleh destinasi kode HS seperti pada Tabel 5.7, maka nilai yang dialokasikan adalah merupakan nilai landed cost dengan menggunakan alokasi output ke masing-masing sektor baik sebagai permintaan antara maupun sebagai permintaan akhir. Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut: M hij = X ij ∑X × M hi ij X ij = output sektor (baris) i yang digunakan pada sektor (kolom) j M hi = nilai impor komoditi HS h pada sektor (baris) i M hij = impor komoditi Hs h dari sektor (kolom) j. ∑X ij = jumlah output sektor (baris) i yang digunakan pada sektor (kolom) j. Hasil destinasi nilai komoditi impor sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Tabel 5.8. Untuk sektor industri penggunaan input antara yang bersumber dari komoditi impor disesuaikan dengan struktur input dari statistik industri yang berasal dari komoditi impor. Jumlah nilai impor yang telah didistribusikan ke masing-masing sektor (kolom) baik sebagai permintaan antara maupun sebagai permintaan akhir, jumlah nilai tersebut merupakan jumlah permintaan/demand berkode 310. Nilai tersebut harus sesuai dengan nilai impor dari sisi penyediaan/supply yang merupakan nilai landed cost. 164 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Tabel 5.8 Contoh Penghitungan Alokasi Nilai Impor per Kode HS Ke dalam Sektor Input-Output yang Menggunakan (Kode Input-Output Secara Kolom) (3) 052 060 301 304 Alokasi Output (Rp. Ribu) (4) 150 200 125 300 Jumlah - 775 100590000 052 060 301 150 200 125 Jumlah - 475 140 155 301 140 141 155 301 75 100 125 300 25 50 45 60 180 200 100 50 50 400 Kode I-O Baris Kode HS (1) (2) 100510000 002 060110000 Jumlah 004 061209000 Kode I-O Kolom Jumlah 260120000 005 Jumlah . . . 106 114 119 304 - Nilai Impor (Rp. Ribu) (5) 97 129 81 193 500 (Nilai landed cost) 95 126 79 300 (Nilai landed cost) 54 72 89 215 55 111 100 134 400 375 187 94 94 750 Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor 2. Impor Jasa Nilai impor jasa diperkirakan dengan menggunakan data dari buku yang sama dengan ekspor jasa yaitu statistik ekonomi dan keuangan Indonesia yang diturunkan dari neraca pembayaran yang disajikan oleh BI. Ikhtisar, pendekatan dan metode penghitungan yang digunakan pada impor jasa sama seperti yang dipakai pada ekspor jasa. . . . 165 166 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi dan Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen Dengan menggunakan teknik yang telah dibahas pada Bab 5 dan 6 Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen dilakukannya proses keseimbangan ini adalah untuk melihat sampai seberapa jauh tingkat konsistensi data yang digunakan. Dengan demikian proses rekonsiliasi ini akan membawa data ke dalam suatu sistem yang harmonis dan sempurna. Seperti diketahui bahwa dalam menyusun tabel Input-Output akan menggunakan bermacam-macam data yang diperoleh dari berbagai sumber. Meskipun data yang dikumpulkan oleh masing-masing sumber tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama, tetapi kadang kala menghasilkan data yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan data yang dikumpulkan menjadi tidak konsisten antara satu sumber dengan sumber maka sudah dapat disusun kuadran I, II dan III tabel input-output. Akan tetapi basis estimasi yang digunakan adalah untuk memperoleh estimasi kolom per lain. Perbedaan yang mendasar antara lain disebabkan karena: kolom, sehingga kaidah hubungan antar variabel sepanjang baris tabel inputoutput belum tentu dapat terpenuhi. Untuk itu masih diperlukan satu tahap a. Ruang lingkup/cakupan data b. Teknik pengumpulan dan pengolahannya lagi dalam menyusun tabel input-output, yaitu tahapan proses rekonsiliasi. c. Kegiatan utama ini adalah melakukan penyeimbangan antara transaksi sepanjang baris dengan transaksi sepanjang kolom. Pengertian dan teknik Kepentingan penyajian dan informasi yang akan disampaikan, dan sebagainya. untuk melakukan proses rekonsiliasi inilah yang akan dibahas lebih jauh pada bab ini. Apabila data yang tersedia dan akan digunakan dalam penyusunan tabel input-output tidak konsisten, maka akan berpengaruh terhadap penyusunan Selain tentang rekonsiliasi, bab ini akan membahas pula tentang penyusunan tabel transaksi harga produsen. Pokok bahasan terakhir ini tabel input-output itu sendiri. Penggunaan data yang tidak konsisten akan menyebabkan ketidak seimbangan (unbalance), baik pada sisi kolom penting mengingat model input-output pada umumnya dikembangkan dengan (struktur input) maupun sisi baris (alokasi output). Agar keseimbangan dapat menggunakan penilaian harga produsen, sementra estimasi tabel inputoutput tahap awal adalah untuk harga pembeli sesuai dengan data yang dicapai, maka perlu dilakukan proses rekonsiliasi dengan cara membuat seimbang antara isian sisi baris dan sisi kolom. tersedia. Oleh karena itu penyusunan tabel input-output disamping sangat berguna untuk menilai dan mengevaluasi sampai seberapa jauh tingkat konsistensi 6.1 Proses Rekonsiliasi (Penyeimbangan Sisi Kolom dan Sisi Baris) data yang dikumpulkan oleh berbagai sumber, juga dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan lainnya. Proses rekonsiliasi adalah suatu proses di mana isian data dalam sel-sel pada matriks tabel input-output harus dibuat seimbang (balance). Tujuan 167 168 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 6.1.1 Ilustrasi Proses Rekonsiliasi Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen b. Perapihan Baris Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penyusunan tabel Proses perapihan baris dilakukan setelah perapihan kolom. Proses ini input-output ini dapat dipelajari dan disajikan keseimbangan antara penyediaan (supply) dan permintaan (demand). Dengan kata lain proses bertujuan untuk meneliti isian sel-sel data yang terbentuk dari perapihan kolom. Ditinjau dari sisi baris, isian pada setiap sel menunjukkan besaran rekonsiliasi adalah menyamakan isian data pada sisi penyediaan dan sisi permintaan, atau isian sisi baris sama dengan sisi kolom. Sebelum proses output dari masing-masing sektor penghasil yang menjadi input di sektor pengguna baik sebagai permintaan antara maupun permintaan akhir. rekonsiliasi, perlu dilakukan proses perapihan data baik dari sisi kolom maupun sisi baris dengan uraian sebagai berikut: Dengan membaca baris secara berurutan dari sektor kolom berkode 1 sampai dengan yang terakhir, menunjukkan alokasi/distribusi output yang bervariasi antar sektor pengguna. Memang secara otomatis sel-sel yang a. Perapihan Kolom terisi berasal dari pengisian pada sisi kolom. Bila sel terisi pada sektor kolom dan baris yang berkode sama, maka sel tersebut biasa disebut Yang pertama kali dilakukan adalah menyusun dan mengurutkan struktur input dari masing-masing kelompok komoditi (kolom), mulai dari kolom sebagai sel diagonal. Pengisian sel tersebut bisa dilakukan dari 2 sisi baik dari struktur input ataupun dari alokasi output pada sektor yang yang berkode 1 sampai dengan terakhir. Susunan input yang terdiri dari sama. input antara dan input primer ini akan membentuk "matriks", yang di dalam tabel input-output merupakan isian pada kuadran I dan III. menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan data antara permintaan dan penyediaan. Isian pada sel yang sama tetapi sumbernya berbeda, Kuadran I menggambarkan struktur input/permintaan antara dari masingmasing sektor, sedangkan kuadran III menggambarkan struktur input Apabila perapihan kolom dan baris sudah selesai, maka bisa dilanjutkan primer/nilai tambah brutonya. Langkah berikutnya adalah menyusun komponen konsumsi/ penggunaan dengan proses rekonsiliasi. Proses ini bertujuan untuk memb. uat seimbang antara isian sisi kolom dan sisi baris yang biasanya dilakukan secara dari masing-masing kelompok permintaan/ konsumen akhir menurut berulang kali. kolom. Isian dari sel-sel tersebut menjadi bagian pada kuadran II. Apabila isian kolom demi kolom tersebut sudah disusun, bukan berarti Dari hasil perapihan kolom dan baris akan terbentuk kerangka tabel input- penyusunan tabel input-output selesai, karena masih ada komponen 1) impor yang masih harus ditambahkan sebagai bagian dari sisi output dengan posisi sebagai berikut: persediaan. Selain itu masih perlu ditambahkan pula dengan komponen TTM (Trade and Transport Margin). 1 Total input/penggunaan di masing-masing kolom bisa berasal dari produksi domestik (dalam negeri) dan impor (luar negeri) 169 170 Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen b. Sisi baris : Kolom 1 2 3 4 5 180 309 310 409 509 600 700 800 Baris 1 2 3 4 kolom kode 1 s.d 5 = sektor ekonomi sebagai pengguna/ pemakai dari sektor baris sebagai permintaan antara kolom 180 = jumlah permintaan antara (1 s.d. 5) kolom 309 = jumlah permintaan akhir (301 s.d. 306) kolom 310 = jumlah permintaan (antara dan akhir) kolom 409 = jumlah impor (401 s.d. 404) kolom 509 = jumlah marjin perdagangan dan biaya pengangkutan (501 s.d 503) kolom 600 = jumlah/total output domestik kolom 700 = jumlah penyediaan (supply) kolom 800 = sel-sel ketidak seimbangan (unbalance) 5 Dengan kerangka tersebut di atas, proses rekonsiliasi dapat menggunakan formula matematis yang dijabarkan dalam bentuk persamaan, yaitu merupakan penjumlahan/ pengurangan pada masing-masing isian sel kolom/baris di setiap sektor. Formula/persamaan tersebut adalah sebagai berikut: 190 200 209 210 220 a. Secara kolom (190) = (1) + (2) + (3) + (4) + (5) (209) = (201) + (202) + (203) + (204) - (205) (210) = (600) = (190) + (209) ---> pada tahap awal (220) = (190) + (209) (Secara mekanis) (230) = (210) - (220) 230 a. Sisi kolom: baris kode 1 s.d 5 baris 190 baris 200 baris 209 baris 210 baris 220 baris 230 = sektor ekonomi sebagai penghasil/ penyedia produk yang digunakan oleh sektor lain (sektor kolom) sebagai input antara = jumlah input antara = jumlah input antara barang impor = jumlah biaya primer (nilai tambah bruto) = jumlah/total input = isian dari proses penjumlahan secara mekanis = sel-sel ketidak seimbangan (unbalance) 171 b. Secara baris: (180) = (1) + (2) + (3) + (4) + (5) (309) = (301) + (302) + (303) + (304) + (305) + (306) (310) = (180) + (309) (409) = (401) + (402) + (403) + (404) (509) = (501) + (502) + (503) (600) = output (control total) diperoleh dari perhitungan (700) = (409) + (509) + (600) (Secara mekanis) (800) = (310) - (700) 172 Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 6.1.2 Tahap dan Jenis Pelaksanaan Proses Rekonsiliasi Proses ini bertujuan untuk menyeimbangkan sisi input dan sisi output dari masing-masing sektor pada kode yang sama. Ini mengacu kepada sistim penyusunan neraca produksi dimana pada keseimbangan sektoral, total input harus sama dengan total output di masing-masing sektor (domestik). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi berikut: Dari ilustrasi tabel di atas, terlihat bahwa sisi kolom pada sektor (3), total input yang digunakan sebesar 900, terdiri dari 500 sebagai biaya antara dan 400 sebagai biaya primer. Pada setiap perapihan kolom, komposisi isian selsel biasanya selalu dibuat dalam keadaan seimbang (230 = 0), tetapi jika dilihat dari sisi baris pada sektor yang sama (3), jumlah output dari sektor tersebut hanya sebesar 650. Ini tidak sama dengan jumlah susunan inputnya (210). Padahal jumlah output harus sama dengan jumlah input pada sektor yang sama (210 = 600). Dengan asumsi bahwa total input sebesar 900 jauh lebih benar daripada total output sebesar 650, maka ketidak seimbangan tersebut dapat dihilangkan dengan merubah total output menjadi 900, disamping juga dapat menambah/ menaikkan isian pada sel-sel permintaan baik permintaan antara maupun permintaan akhir, sehingga kondisi tabel tersebut berubah seperti pada ilustrasi berikut: Ilustrasi 1 Ilustrasi 2 Meskipun dalam pengertian sederhana tujuan dari proses rekonsiliasi ini adalah menyeimbangkan isian sel-sel antara kolom dan baris, tetapi secara bertahap proses tersebut dapat dimulai dengan cara sebagai berikut: a. Rekonsiliasi Antara Jumlah Input dan Output (210 vs 600) Kolom Kolom 1 2 3 180 309 310 409 509 600 700 1 800 2 3 1 175 1 175 2 50 2 50 155 25 10 125 3 190 4 5 180 309 310 409 509 600 700 800 350 300 750 500 1100 800 150 50 900 650 1100 850 0 (50) Baris Baris 25 125 50 200 300 350 200 500 150 50 400 600 (50) 3 4 75 5 75 190 530 500 209 200 200 210 550 209 400 220 550 210 900 230 0 220 930 900 230 (30) 173 60 100 50 90 174 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ketidak seimbangan antara jumlah input dengan output sebesar 250 (selisih antara 900 dan 650) serta komoditi unbalance sebesar -50 dibalancing pada sektor (3), (4), (5) dan (309); nilai sebesar 300 (tambahnya nilai persediaan) didistribusikan dengan menaikkan isian pada sektor-sektor tersebut. Akibat rekonsiliasi tersebut, total input pada kolom 3 menjadi tidak seimbang (210 ╪ 220). Ketidak seimbangan pada sisi kolom tersebut sebesar -30, harus dibuat menjadi 0 Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen Ilustrasi 3 Kolom 1 2 3 1 175 2 50 (nol); dimana salah satu caranya bisa dengan jalan mengurangkan komponen nilai tambah (209) dari 400 menjadi 370. Cara lain dapat juga 3 4 75 dilakukan dengan mengurangkan struktur input yang lain pada kuadran I. 5 75 190 530 Dengan demikian isian sel dalam tabel menjadi sebagai berikut: 4 5 180 309 310 409 509 600 700 800 350 750 1100 150 50 900 1100 (50) Baris 25 10 155 60 100 200 a.1 Rekonsiliasi pada kuadran III. Penyeimbangan ini dilakukan dengan cara menurunkan komponen nilai tambah bruto (209). Biasanya dilakukan pada kelompok surplus usaha (202). 209 370 400 370 210 900 220 900 230 0 a.2 Rekonsiliasi pada kuadran I. Penyeimbangan ini dilakukan dengan cara menurunkan salah satu komponen input pada kuadran I, baris (1) dari 175 menjadi 145. 175 176 Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Ilustrasi 4 Kolom 1 2 3 4 5 180 309 310 409 509 600 700 800 Baris 1 145 175 2 50 3 25 10 155 4 75 5 75 190 500 530 Dengan adanya perubahan output akan mengakibatkan susunan input secara keseluruhan juga berubah, akibat dari perubahan susunan input tersebut (utamanya input antara) maka akan berdampak pada sektor baris yang menjadi tidak seimbang (unbalance) b. Rekonsiliasi Antara Penyediaan dan Permintaan (700 vs 310) 60 100 350 700 1100 150 50 900 1100 0 Pada ilustrasi 3 dan 4 terlihat bahwa posisi sektor (3) sudah seimbang antara susunan input dan alokasi outputnya (230 = 0, 800 = 0 serta 210 = 600). Tetapi misalnya total penyediaan (700) belum seimbang dengan total permintaan (310), maka kolom (800) masih belum = 0 (nol) seperti pada ilustrasi berikut: Ilustrasi 5 200 Kolom 209 210 220 230 1 400 370 400 2 3 4 5 180 309 310 409 509 600 700 800 350 700 1050 150 50 900 1100 -50 Baris 900 900 1 145 2 150 3 0 Tabel di atas menunjukkan bahwa secara kolom posisi sektor (3) sudah balance (230 = 0) begitu pula sisi baris (800 = 0). Untuk itu proses rekonsiliasi sementara dianggap selesai. Perlu diketahui bahwa selama proses rekonsiliasi sebaiknya perubahan output (utamanya untuk kode 210) kalau bisa dihindari, karena biasanya akan menimbulkan banyak kesulitan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu pada waktu penyusunan output (biasa disebut dengan Control Total/CT) untuk pertama kali sebelum masuk ke dalam proses rekonsiliasi harus dilakukan dengan secermat-cermatnya. 177 25 10 155 4 75 5 75 190 500 60 100 200 209 400 210 900 220 900 230 0 178 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen Menurut persamaan matematisnya, kolom (700) harus sama dengan kolom (310). Untuk membuat komposisi tersebut seimbang, atau dengan kata lain menghilangkan nilai -50 dari kolom (800) maka dapat dilakukan dengan cara menaikkan permintaan (demand) secara keseluruhan sebesar 50 atau menurunkan penyediaan (supply) sebesar 50. Selain itu bisa juga dilakukan dengan proses kombinasi diantara keduanya, yaitu secara bersama-sama menaikkan sebagian permintaan dan menurunkan sebagian penyediaan. Dengan demikian maka permintaan dan penyediaan pada baris (3) dapat dibuat seimbang dengan proses sebagai berikut: Proses rekonsiliasi tersebut di atas akan menyebabkan ketidak seimbangan pada kuadran II, dan biasanya bisa langsung dibalancing pada kolom (304). Ini menggambarkan adanya penambahan level pada permintaan akhir. b.2 Menaikkan permintaan pada komponen permintaan antara Ilustrasi 7 Kolom b.1 Menaikkan permintaan pada komponen permintaan akhir (kolom 309) 1 2 3 4 5 180 309 310 409 509 600 700 800 70 115 60 100 400 350 700 1100 150 50 900 1100 0 (50) (5) (5) (15) (10) (15) (50) Baris Ilustrasi 6 1 145 Kolom 1 2 3 4 5 180 309 310 409 509 600 700 800 2 Baris 1 145 2 50 3 25 10 155 4 75 5 75 190 3 60 100 350 500 200 209 400 210 900 220 900 230 0 750 700 1100 1050 150 50 900 1100 0 30 25 15 10 50 170 155 4 75 5 75 190 515 209 400 210 900 220 915 230 Proses rekonsiliasi di atas akan menyebabkan ketidak seimbangan pada sektor dalam kuadran I, dimana semua sektor menjadi tidak seimbang (unbalance). Untuk menyeimbangkan isian baris pada masing-masing kolom 179 180 Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT tersebut dapat dilakukan proses seperti pada ilustrasi yang sebelumnya (ilustrasi 3). Hal yang perlu diperhatikan bahwa baris (230) harus menjadi 0 c. Rekonsiliasi sektor khusus (nol). Proses rekonsiliasi ini dilakukan pada sektor yang pada umumnya mempunyai perlakuan khusus seperti pada sektor perdagangan, pengangkutan dan impor. Biasanya proses dimulai dari sisi kolom yang kemudian dibalancing pada sisi baris. Untuk mendukung proses tersebut diperlukan lembar kerja tambahan yang berisi data rinci dari kegiatan tersebut (lembar kerja ini tidak dipublikasikan). Bahkan tabel transaksi atas dasar harga pembeli harus dilampirkan secara bersama-sama dengan harga produsen. Pada waktu melakukan rekonsiliasi ini dibutuhkan tingkat ketelitian yang lebih tinggi, karena prosesnya terjadi secara beruntun dan berkesinambungan. c. Menaikkan permintaan akhir dan menurunkan penyediaan Ilustrasi 8 Kolom 1 2 3 4 5 180 309 310 350 725 700 1075 1050 409 509 150 25 50 600 700 800 900 1075 1100 0 (50) Baris 1 145 2 50 3 25 10 155 4 75 5 75 190 500 209 400 210 900 220 900 230 0 60 100 Proses rekonsiliasi di atas dilakukan dengan jalan misalnya menurunkan komponen penyediaan (509) dari nilai 50 menjadi sebesar 25 sehingga total penyediaan berubah dari 1100 menjadi 1075. Di sisi lain menaikkan total permintaan (pada permintaan akhir) dari 700 menjadi 725. Sehingga terjadilah keseimbangan antara sisi kolom dan sisi baris (310 = 700). c.1 Margin Perdagangan Rekonsiliasi pada sektor kolom 501 dan 502 ini harus diimbangi dengan penyesuaian pada sektor perdagangan (besar maupun eceran) di sisi baris. Secara kolom jumlah kedua sektor tersebut pada transaksi harga pembeli maupun harga produsen harus sama dengan 0; tetapi sel pada masingmasing sektor hanya akan terisi pada transaksi harga pembeli dan kosong (0) pada transaksi harga produsen. Supaya jumlah/total kedua sektor tersebut menjadi 0, maka nilai penjumlahan dari masing-masing baris pada kolom tersebut harus dibuat sama dengan nilai total margin perdagangan yang ada pada baris sektor perdagangan; dimana isian pada baris sektor perdagangan harus diberi tanda berlawanan (negatif). Pada transaksi atas dasar harga produsen, kolom (501) dan kolom (502) seluruh sel baris harus berisi angka nol (0), tetapi di sisi lain baris sektor perdagangan akan mengisi hampir diseluruh sektor kolom. c.2 Margin Pengangkutan Proses rekonsiliasi pada sektor 503 ini pada prinsipnya hampir sama dengan sektor perdagangan. Perbedaan yang terjadi hanya pada 181 182 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen penyesuaian kolom (503) dengan total margin pengangkutan yang timbul di sektor pengangkutan. Perlu diperhatikan bahwa total output perdagangan semua menjadi margin, tetapi tidak demikian halnya dengan margin pengangkutan. Hanya sebagian dari output sektor pengangkutan yang merupakan margin, sedangkan sisanya adalah biaya pengangkutan. Pada transaksi atas dasar harga pembeli, proses rekonsiliasi hanya dilakukan pada kolom 503 dan baris sektor pengangkutan. Pada kolom tersebut jumlah isian dari masing-masing sel baris harus sama dengan jumlah isian pada baris sektor pengangkutan: dimana baris sektor pengangkutan diberi tanda berlawanan (negatif), sehingga jumlah kolom 503 menjadi 0 (nol). Pada transaksi atas dasar harga produsen, kolom (503) seluruh sel baris berisi angka nol (0), tetapi di sisi lain baris sektor pengangkutan akan mengisi hampir di seluruh sektor kolom. Meskipun dasar penyelesaiannya di sini hampir sama dengan sektor perdagangan di atas, tetapi ada perbedaan biaya angkut yang bukan merupakan komponen margin. merupakan penjumlahan dari nilai impor barang (401), pajak penjualan barang impor (402), bea masuk (403) dan impor jasa (404). Sisi baris dengan kode (200) merupakan jumlah nilai impor yang menjadi input pada masingmasing sektor kolom. Perlakuan impor ini terjadi karena adanya transaksi total dan transaksi domestik baik atas dasar harga pembeli maupun atas dasar harga produsen. Pada transaksi total baik atas dasar harga pembeli maupun harga produsen kolom (409) berisi angka, sedangkan pada baris (200) berisi angka 0 (nol). Sebaliknya pada transaksi domestik, maka kolom (409) berisi angka 0 (nol) dan baris (200) berisi angka. Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa pada setiap tahap rekonsiliasi, ketidakseimbangan baik didalam sisi kolom maupun sisi baris semakin lama harus semakin kecil; oleh sebab itu proses rekonsiliasi dianggap selesai kalau setiap isian sel pada kolom (800) atau baris (230) berisi angka 0 (nol). Pada prakteknya proses rekonsiliasi ini harus dilakukan berulang kali, karena setiap melakukan penyeimbangan pada sisi baris kemungkinan akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada sisi lain (sisi kolom), begitu juga sebaliknya. Setelah proses ini selesai, maka pada tahap selanjutnya tabeltabel pokok, tabel penunjang maupun tabel-tabel analisis lainnya dapat disajikan dengan menghilangkan terlebih dahulu kolom 800 dan baris 230 yang hanya disiapkan sebagai sel pembantu dalam proses rekonsiliasi. c.3 Matriks Impor Tujuan dari rekonsiliasi ini adalah menyeimbangkan total nilai impor terhadap sisi permintaan domestik. Dalam penyusunan tabel input-output selama ini, data impor selalu dianggap mapan karena sistem pendataannya yang cukup baik. Sistem pencatatan yang hanya menggambarkan total kuantiti dan nilai impor tidak dapat menjelaskan alur pendistribusian barangbarang tersebut. Oleh sebab itu perlu disusun sebuah tabel penunjang yang dikenal dengan matriks destinasi impor. Fungsi daripada matriks ini adalah menyusun alur komponen impor dalam penggunaannya pada sektor domestik baik sebagai permintaan antara maupun permintaan akhir. Pada kondisi ini proses rekonsiliasi perlu dilakukan apabila pada masingmasing sel nilai pemakaian baik sebagai permintaan antara maupun permintaan akhir secara total jauh lebih kecil daripada nilai impor yang dialokasikan. Padahal seharusnya sel-sel tersebut berisi nilai yang lebih besar atau sama dengan nilai impor. Proses rekonsiliasi impor ini dapat dilakukan pada sisi kolom dan sisi baris. Sisi kolom dengan kode (409) 183 6.2 Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen Seperti telah disebutkan pada bagian terdahulu bahwa tabel-tabel dasar yang disajikan terdiri tabel input-output transaksi harga pembeli, transaksi harga produsen, dan transaksi domestik. Pekerjaan yang dilakukan dalam subbab 4.1 sampai 4.4 akan menghasilkan tabel input-output transaksi harga pembeli. Dalam tabel tersebut semua transaksi dinilai atas harga pembeli, yang berarti dalam nilai transaksi tersebut sudah termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Pada dasarnya margin perdagangan dan biaya pengangkutan merupakan selisih antara harga pembeli atau harga konsumen dengan harga produsen, yang mencakup keuntungan pedagang besar dan eceran serta biaya 184 Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT pengangkutan yang timbul dalam menyalurkan barang dari tangan produsen sampai ke konsumen. Jika tabel input-output transaksi harga pembeli dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dalam transaksi pembeli tersebut, maka akan diperoleh tabel input-output transaksi harga produsen. Tabel ini memperlihatkan hubungan langsung antar sektor tanpa dipengaruhi margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Perkiraan margin perdagangan dan biaya pengangkutan dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan arus barang (commodity flow approach), yaitu untuk setiap komoditi yang diperdagangkan diteliti besarnya margin perdagangan dan rasio biaya pengangkutan terhadap harga produsen. Rasio-rasio ini dapat diperoleh dari hasil survei khusus terhadap barang-barang yang menimbulkan marjin. Untuk lebih jelasnya cara penyusunan tabel input-output transaksi harga produsen, perhatikan contoh berikut. Tabel 6.1 Tabel Input-Output Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli (Milyar Rupiah) SEKTOR 1 2 3 180 309 1 73,994 508,686 56,464 639,144 467,397 2 85,558 1,078,930 419,849 1,584,336 2,284,180 3 25,795 178,409 383,699 587,903 965,446 190 185,346 1,766,025 860,011 2,811,383 3,717,023 200 0 0 0 0 0 209 692,785 1,029,454 1,154,653 2,876,892 210 878,131 2,795,479 2,014,664 5,688,274 185 SEKTOR 310 409 501 + 502 503 600 1 1,106,541 104,210 103,274 20,926 878,131 2 3,868,516 576,388 404,545 92,103 2,795,479 3 1,553,349 159,533 (507,819) (113,029) 2,014,664 190 6,528,406 840,132 0 0 5,688,274 200 0 0 0 0 0 209 210 Keterangan : 1 = sektor primer 2 = sektor sekunder 3 = sektor Tersier 180 = total permintaan antara 309 = total permintaan akhir 310 = total permintaan 409 = impor 501 + 502 = margin perdagangan 503 = biaya pengangkutan 600 = output 700 = total penawaran 186 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen Tabel 6.2 Matriks Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan (Milyar Rupiah) Tabel 6.3 Tabel Input-Output Transaksi Harga Produsen SEKTOR 1 2 1 4,137 40,651 12,731 57,519 66,681 2 12,398 141,399 55,269 209,067 287,582 3 (16,535) (182,050) (68,001) (266,586) (354,262) 190 0 0 0 0 0 200 0 0 0 0 209 0 0 0 0 210 0 0 0 0 SEKTOR 310 409 3 501+502 180 (Milyar Rupiah) 503 309 600 SEKTOR 1 2 3 180 309 1 69,857 468,036 43,732 581,625 400,716 2 73,159 937,530 364,579 1,375,269 1,996,598 3 42,330 360,459 451,699 854,489 1,319,708 190 185,346 1,766,025 860,011 2,811,383 3,717,023 200 0 0 0 0 0 209 692,785 1,029,454 1,154,653 2,876,892 210 878,131 2,795,479 2,014,664 5,688,274 700 SEKTOR 310 409 501 + 502 503 509 600 700 496,648 1 982,341 104,210 0 0 0 878,131 982,341 0 (620,848) 2 3,371,868 576,388 0 0 0 2,795,479 3,371,868 0 0 0 3 2,174,197 159,533 0 0 0 2,014,664 2,174,197 0 0 0 0 190 6,528,406 840,132 0 0 0 5,688,274 6,528,406 0 0 0 0 0 200 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 209 0 0 0 0 0 0 0 210 0 0 0 0 0 0 0 1 124,200 0 103,274 20,926 0 124,200 2 496,648 0 404,545 92,103 0 3 (620,848) 0 (507,819) (113,029) 190 0 0 0 200 0 0 209 0 210 0 Tabel 6.1 adalah Tabel input-output transaksi harga pembeli tahun 2005 yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan akhir dinilai atas dasar harga pembeli. Ini berarti dalam nilai tersebut sudah termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Oleh sebab itu 187 188 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen dalam struktur input setiap sektor, tidak ada input yang berasal dari sektor perdagangan serta input sektor pengangkutan hanya mencakup biaya pengangkutan penumpang dan barang sendiri (bukan barang dagangan). Dengan kata lain alokasi output sektor perdagangan bernilai nol dan alokasi output sektor pengangkutan hanya untuk pengangkutan penumpang dan barang sendiri (bukan pengangkutan barang dagangan). Selanjutnya karena nilai transaksi dalam Tabel 6.1 sudah termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan, maka total margin perdagangan dan biaya pengangkutan diletakkan pada kolom khusus (kolom 501 dan 502 serta 503), dan diperhitungkan sebagai bagian dari supply bersama dengan output agar terjadi keseimbangan pada masing-masing baris. Tabel 6.2 memperlihatkan margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang terjadi dalam menyalurkan barang dari tangan produsen ke konsumen. Dari Tabel 6.1 nilai input sektor sekunder (sektor 2) yang berasal dari sektor primer (sektor 1) sebesar 508.686 milyar rupiah (baris dan kolom 2). Dalam menyalurkan barang-barang sektor primer ke sektor sekunder tersebut terjadi margin perdagangan (keuntungan pedagang) dan biaya untuk mengangkut barang sebesar 40.651 milyar rupiah (Tabel 6.2, baris 1, kolom 2). Maka untuk mendapatkan transaksi atas harga produsen, transaksi harga pembeli harus dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan dan diperoleh sebesar 468 036 milyar rupiah (Tabel 6.3, baris 1, kolom 2). Tabel 6.3 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi harga produsen, yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan akhir dinilai atas dasar harga produsen (dalam nilai transaksi tersebut tidak termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan). Tetapi karena total input antara masing-masing kolom Tabel 6.2 harus tetap sama dengan total input antara pada Tabel 1, maka nilai margin perdagangan diperlakukan sebagai input yang berasal dari sektor perdagangan dan nilai biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input yang berasal dari sektor pengangkutan. Akibatnya, karena nilai transaksi tidak termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan maka total margin perdagangan dan biaya pengangkutan dalam kolom 501 dan 502 serta 503 sebagai pengimbangnya harus bernilai nol. Secara praktis, nilai transaksi pada Tabel 6.3 diperoleh dengan mengurangkan nilai transaksi atas harga pembeli pada Tabel 6.1 dengan margin perdagangan dan biaya pengangkutan pada Tabel 6.2. 189 190 a. Penyusunan Tabel Transaksi Domestik Harga Produsen Tabel input-output transaksi domestik harga produsen merupakan turunan dari tabel input-output transaksi harga produsen, yaitu dengan mengeluarkan seluruh komponen impor dari setiap transaksi. Dengan kata lain, transaksi domestik harga produsen menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakai tanpa dipengaruhi oleh komponen impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Dalam tabel transaksi domestik harga produsen, semua nilai transaksi hanya mencakup produksi barang dan jasa produksi dalam negeri dan dinilai atas dasar harga produsen. Untuk menjaga keseimbangan input setiap sektor, maka input antara yang berasal dari impor dicatat pada baris khusus (baris 200). Secara praktis, penyusunan tabel transaksi domestik harga produsen diperoleh berdasarkan selisih antara tabel transaksi harga produsen dengan matriks impor. Matriks impor tersebut diperoleh dengan menguraikan total impor (kolom 409) pada masing-masing sektor ke dalam sektor-sektor yang menggunakan komponen impor tersebut. Penguraian total impor masingmasing sektor tersebut dapat didasarkan pada sensus, survei, lembagalembaga terkait atau sumber-sumber lainnya. Sebagai contoh untuk sektorsektor industri, komponen impor setiap sektor diperoleh berdasarkan Survei Industri Besar dan Sedang. Penjelasan yang lebih rinci mengenai penguraian/destinasi impor dapat dilihat pada subbab 4.3. Untuk lebih jelasnya penyusunan tabel transaksi domestik atas harga produsen perhatikan contoh berikut. Tabel 6.3 diberikan lagi disini untuk memperjelas penyusunan tabel input-output transaksi domestik harga produsen. SEKTOR TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen Tabel 6.3 Tabel Input-Output Transaksi Harga Produsen (Milyar Rupiah) Tabel 6.4 Matriks Destinasi Impor (Milyar Rupiah) 1 2 3 180 309 SEKTOR 1 2 3 180 309 1 69,857 468,036 43,732 581,625 400,716 1 9,918 86,200 194 96,312 7,898 2 73,159 937,530 364,579 1,375,269 1,996,598 2 9,660 292,816 64,978 367,454 208,934 3 42,330 360,459 451,699 854,489 1,319,708 3 3,798 36,872 62,568 103,237 56,296 190 185,346 1,766,025 860,011 2,811,383 3,717,023 190 23,376 415,887 127,739 567,003 273,129 200 0 0 0 0 0 200 (23,376) (415,887) (127,739) (567,003) (273,129) 209 692,785 1,029,454 1,154,653 2,876,892 209 0 0 0 0 210 878,131 2,795,479 2,014,664 5,688,274 210 0 0 0 0 SEKTOR 310 409 501 + 502 503 600 700 SEKTOR 1 982,341 104,210 0 0 878,131 982,341 2 3,371,868 576,388 0 0 2,795,479 3,371,868 3 2,174,197 159,533 0 0 2,014,664 2,174,197 190 6,528,406 840,132 0 0 5,688,274 6,528,406 200 0 0 0 0 0 0 209 0 0 0 0 0 0 210 0 0 0 0 0 0 191 310 409 501+502 503 509 600 700 1 104,210 104,210 0 0 0 0 104,210 2 576,388 576,388 0 0 0 0 576,388 3 159,533 159,533 0 0 0 0 159,533 190 840,132 840,132 0 0 0 0 840,132 200 (840,132) (840,132) 0 0 0 0 (840,132) 209 0 0 0 0 0 0 0 210 0 0 0 0 0 0 0 192 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen Tabel 6.5 Tabel Input-Output Transaksi Domestik Harga Produsen (Milyar Rupiah) Tabel 6.3 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi harga produsen yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan SEKTOR 1 2 3 180 309 akhir masih mengandung komponen impor. Untuk mendapatkan tabel inputoutput transaksi domestik harga produsen maka setiap transaksi yang mengandung komponen barang impor harus dikeluarkan. 1 59,939 381,836 43,538 485,313 392,818 2 63,499 644,715 299,601 1,007,815 1,787,664 3 38,533 323,588 389,132 751,252 1,263,412 190 161,970 1,350,138 732,271 2,244,380 3,443,895 104.210 milyar rupiah (baris 1, kolom 409) digunakan oleh sektor 1, 2, dan 3 sebagai permintaan antara sebesar 9.918, 86.200, dan 194 milyar rupiah, 200 23,376 415,887 127,739 567,003 273,129 serta komponen impor yang digunakan sebagai permintaan akhir sebesar 209 692,785 1,029,454 1,154,653 2,876,892 0 210 878,131 2,795,479 2,014,664 5,688,274 0 7.898 milyar rupiah. Tabel 6.5 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi domestik Tabel 6.4 memperlihatkan matriks destinasi impor dari setiap sektor. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa total impor sektor 1 (sektor primer) sebesar harga produsen, yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan akhir merupakan produksi domestik (tidak termasuk komponen impor). Tetapi karena total input antara masing-masing kolom Tabel 6.5 SEKTOR 310 409 501+502 503 600 700 1 878,131 0 0 0 878,131 878,131 2 2,795,479 0 0 0 2,795,479 2,795,479 3 2,014,664 0 0 0 2,014,664 2,014,664 190 5,688,274 0 0 0 5,688,274 5,688,274 200 840,132 840,132 0 0 0 840,132 209 0 0 0 0 0 0 210 0 0 0 0 0 0 193 harus tetap sama dengan total input antara pada Tabel 6.3, maka nilai impor harus diletakkan pada baris khusus yaitu baris 200. Secara praktis, nilai transaksi pada Tabel 6.5 diperoleh dengan mengurangkan nilai transaksi atas harga produsen dengan nilai impornya. 194 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung menjamin hasil peramalan yang konsisten. Artinya semua persyaratan Teknik Penyusunan Tabel Input Output : Metode Tidak Langsung identitas ekonomi makro sudah terpenuhi. Misalnya jumlah penawaran sama dengan jumlah permintaan. Dalam tabel input-output diperoleh suatu hubungan fungsional antara 1 output ( X ) dengan permintaan akhir ( F ) ; Berdasarkan hubungan ini misalnya, melalui tabel input-output 2005 dapat diperkirakan besarnya output tahun 2006-2010. Dengan melakukan proyeksi tersebut berarti kita Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci teknik penyusunan tabel input output dengan metode tak langsung, yang terdiri dari metode non-survei dan semi survei. Metode pertama benar-benar mengandalkan pendekatan matematis untuk menghitung matriks koefisien teknis, sedangkan metode kedua menggabungkan pendekatan secara langsung dengan metode tak langsung, yaitu sebagian sel-sel matriks koefisien teknis diperkirakan dari hasil survei dan sebagian lagi melalui pendekatan matematis. Disamping itu dalam bab ini akan diuraikan pula contoh penghitungan kedua metode tersebut dengan menggunakan data hipotesis. 7.1 menganggap bahwa koefisien teknis tidak banyak berubah selama kurun waktu proyeksi. Padahal kita tahu bahwa koefisien teknis atau matriks A ini tentunya tidak akan stabil dalam waktu yang cukup panjang. Paling tidak ada tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu perubahan teknologi, harga, dan klasifikasi yang digunakan. Disamping faktor tersebut, umumnya untuk negara yang sedang berkembang mutu statistiknya kurang begitu baik, sehingga masalah ini perlu dipertimbangkan sebagai salah satu faktor lagi yang mempengaruhi perubahan koefisien teknis. Walaupun demikian, menurut para ahli, untuk periode yang pendek matriks A masih dapat dipakai untuk proyeksi. Masalahnya pengertian pendek ini sangat relatif apakah l, 2, Metode Non Survei 3, 4, atau 5 tahun. Untuk dapat menjawab pertanyaan ini secara seksama, Banyak cara yang bisa digunakan untuk memperkirakan perkembangan ekonomi suatu “wilayah’. Ada yang sederhana, ada pula yang kompleks. Karena sifat variabel-variabel makro ekonomi saling berkaitan satu perlu dilakukan suatu penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan koefisien teknis tersebut, terutama tingkat perkembangan teknologi yang digunakan dalam perekonomian. Paling tidak ada tiga dengan yang lainnya, maka dalam pemilihan metode peramalan tersebut pendekatan yang dapat ditempuh dengan cara (1) survei langsung untuk perlu dipikirkan unsur keterkaitannya. Tabel Input-Output secara tidak seluruh sektor perekonomian, disebut juga metode survei, (2) setengah langsung telah memberikan suatu kerangka analisis yang komprehensif dan konsisten, sehingga dengan memanfaatkan kerangka 195 tersebut akan 1 Dalam analisis I-O kedua variabel tersebut dihubungkan dengan suatu matriks multiplier Leontief "(I-A)-1" yang merupakan alat ampuh dalam analisis dampak. Hubungan tersebut secara matematis ditulis sebagai X=(I-A)-1F. 196 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung survei, yaitu sebagian koefisien teknis diestimasi dengan metode tertentu dan dibahas. Hal ini dilakukan karena metode ini dari segi metodologi cukup sebagian lagi disurvei, (3) cara tidak langsung atau disebut juga metode non- sederhana, banyak dipakai dan hasilnya cukup memuaskan. tetapi Secara sederhana metode RAS merupakan suatu metode untuk memerlukan sumber daya yang cukup besar. Pendekatan kedua dan ketiga memperkirakan matriks koefisien input yang baru pada tahun t " A(t ) " biasanya merupakan jalan kompromi yang lazim ditempuh untuk melakukan dengan menggunakan informasi koefisien input tahun dasar " A(0 ) ", total survei. Pendekatan pertama merupakan pendekatan terbaik, perbaikan (up-dating) terhadap matriks A . permintaan antara tahun t, dan total input antara tahun t. Secara matematis 3 metode RAS dapat diuraikan sebagai berikut. 7.1.1 Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode NonAndaikan matriks koefisien input pada tahun dasar adalah Survei { a t (0 ) }, i,,j =1,2,...,n. Tabel input-output umumnya terdiri dari kuadran I, II dan III. Kuadran I merupakan matriks input antara atau disebut juga koefisien teknis (matriks A ). Dua kuadran berikutnya berkaitan dengan matriks permintaan akhir dan nilai tambah yang secara praktis lebih mudah disusun dibanding matriks A , karena data/informasi yang tersedia seperti data pendapatan nasional, matriks ekspor impor dan lain-lain sudah sangat membantu. Jika pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk memperbaiki matriks A , maka kita mau tidak mau harus berhadapan dengan pendekatan matematis. Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk memperbaharui matriks A , misalnya metode RAS, RECRAS, Lagrangian, Residual Minimum, Two 2 Stage RAS/Lagrangian Dalam makalah ini hanya metode RAS yang akan Matriks koefisien input untuk tahun proyeksi t diperkirakan dengan rumus yang matriks elemen-elemennya diagonal A(0) = yang A(t ) = R ⋅ A(0) ⋅ S di mana R = matriks diagonal menunjukkan pengaruh elemen-elemennya substitusi, dan S = menggambarkan pengaruh fabrikasi. Pengaruh substitusi menunjukkan seberapa jauh suatu komoditi (baca menurut baris dalam tabel input-output) dapat digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi. Pengaruh fabrikasi menunjukkan seberapa jauh suatu sektor (baca menurut kolom dalam tabel input-output) dapat menyerap input antara dari total input yang tersedia. Andaikan ri dan S j berturut-turut merupakan elemen matriks diagonal R dan S. Misalkan pula x t (0) adalah input antara sektor j yang berasal dari output sektor i pada tahun dasar. Untuk menjaga konsistensi hasil estimasi ri 2 Pembahasan secara matematis keseluruhan metode ini dapat dipelajari, misalnya dalam Yukio Kaneko, On the Method of Updating and Forecasting Input Coefficients Matrix, A Quantitative Study on Medium/Long-Term Prospect of Indonesian Economy, Bappenas, Occasional Paper l7, March l982, dan dalam An Emperical Study on Projecting and Forecasting the Input Coefficient Matrix in Leontief Model, Discussion Paper No. 2, December l983. Dalam paper yang disebut terakhir ini berbagai metode dibandingkan dengan menggunakan data empiris Tabel input-output Jepang l975. 3 Penurunan metode ini mengikuti logika tulisan Kaneko, ibid halaman 1-2, dengan beberapa perubahan notasi dan penjelasan. 197 198 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT dan Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung S j , perlu ditambahkan dua persamaan pembatas seperti tertera di 7.1.2 Contoh Penerapan bawah ini. Untuk lebih meresapi dan menghayati prosedur estimasi menggunakan ∑ r i x ij (0 ) s j = b i , i = 1 , 2 ,..., n n Metode RAS Sederhana berikut ini diberikan contoh yang diambil dari hasil i =1 Studi Penyusunan Tabel Input-Output Sektor Transportasi 2006 dengan dan beberapa penyederhanaan. ∑ r i x ij (0 ) s j = k i , i = 1, 2 ,..., n n Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa Metode RAS i =1 dengan merupakan suatu metode/cara untuk mencari satu set bilangan pengganda bi = jumlah permintaan antara sektor i pada tahun t baris dan pengganda kolom untuk mendapatkan matriks kuadran I yang baru. k i = jumlah input antara sektor j pada tahun t. Apabila A adalah matriks koefisien input yang berasal dari kuadran I, dan Dengan dua persamaan pembatas tersebut diperoleh 2n persamaan dengan 2n bilangan yang tidak diketahui ( n buah ri dan n buah S j ). Akan tetapi jika kita perhatikan lebih jauh, sebenarnya hanya ada 2 t −1 persamaan yang bebas, sedangkan persamaan yang satunya bergantung dengan persamaan lainnya. Coba tunjukkan hal ini untuk kasus n = 2 . Ingat bahwa adalah elemennya, maka at a t tersebut terbentuk dari dua macam pengaruh, yaitu: 1. Pengaruh substitusi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi i dapat digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi. 2. Pengaruh fabrikasi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi j dapat menyerap input antara dari total input yang tersedia. jumlah seluruh permintaan antara sama dengan jumlah seluruh input antara. Oleh karena itu kita tidak dapat secara langsung menyelesaikan sistem Besarnya pengaruh pengganda substitusi yang bekerja di sepanjang persamaan ini. Suatu penyelesaian yang sifatnya aproksimatif dapat baris i sangat dipengaruhi oleh besarnya total permintaan antara sektor i. digunakan. Lazimnya pemecahan ini menggunakan prosedur iteratif yang Demikian pula besarnya pengaruh pengganda fabrikasi yang bekerja di konvergen, artinya kecermatan hasil perhitungan sangat tergantung pada sepanjang kolom j, sangat dipengaruhi oleh total input antara yang digunakan jumlah iterasi yang dilakukan. Karena sifatnya konvergen, berarti oleh sektor j. Apabila pengganda substitusi diberi notasi makin banyak jumlah iterasi yang dilakukan, makin dekat hasilnya pada suatu angka tertentu. fabrikasi diberi notasi S j , sedangkan ri dan pengganda A(0) adalah matriks koefisien input dasar (dalam kasus ini adalah tahun 2005) maka matriks koefisien input yang 199 200 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT baru (2006) adalah Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung A(t ) = RA(0 )S . Dalam hal ini R dan S adalah matriks diagonal yang masing-masing terbentuk dari vektor r dan s . X . j = jumlah permintaan antara sektor i, kode l90 f i. = jumlah permintaan akhir sektor i, kode 309; Untuk dapat menghitung besarnya vektor r dan s , terlebih dahulu harus dihitung secara manual jumlah permintaan antara masing-masing sektor ( x i ) dan jumlah input antara masing-masing sektor ( x j ). Untuk lebih jelas tentang proses penggunaan metode RAS, berikut ini diberikan contoh hipotetik dengan menggunakan kerangka input-output ukuran m = n = 3 .  200  ( X ) =  0  0 ï£ (1) Tabel Input-Output Dasar (Tahun 2005) 0 Sektor Produksi j X i′. f i′. X i′ 1 160 40 200 300 2 150 250 400 100 200 3 120 180 300 350 700 X .′j 100 250 80 430 470 900 250 V.′j 100 150 220 470 700 X .′j 200 400 300 900 X i. f i. Xi 1 2 3 1 50 100 0 150 50 200 2 30 50 20 100 200 3 20 50 30 100 X.j 100 200 50 350 V. j 100 100 150 X.j 200 300 200 i 400 (2) Tabel Input-Output Hipotetik Tahun 2006 Sektor Produksi j 0   0   300  0 i X . j = jumlah input antara sektor j, kode l80 1 2 3 a. Sel-sel yang terisi angkanya, disiapkan secara manual dan merupakan angka-angka tahun 2006 yang sebenarnya; V. j = jumlah input primer (nilai tambah bruto) sektor j, kode 209 X . j = X i. = jumlah output sektor j, kode 210 = 600, untuk i = j 201 b. Sel-sel yang kosong merupakan kuadran I, yang harus diisi dengan menggunakan matriks A(0) berikut: 202 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT a ij = X ij Xj Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung X .′j = output tahun 2006 sektor j , i = j = 1,2,3 Hitung ⇒ a11 = X i′ = jumlah input antara tahun 2006 sektor j x i′. = jumlah permintaan antara tahun 2006 sektor i X 11 50 = = 0,250 X 1 200 Hitung ⇒ r 1 i = , i = 1,2,3 X 1i 160 r 11 = = 0,873 183,3 150 r 12 = = 1,184 126,7 120 r 13 = = 0,911 131,7 X 30 Hitung ⇒ a 33 = 33 = = 0,150 X 3 200 Merupakan matriks diagonal output atau input tahun 2006 A(0 ) (3) MATRIKS j 1 2 3 1 0,250 0,333 0 2 0,150 0,167 0,100 3 0,100 0,167 0,150 i X i′ Diperoleh matriks diagonal pengaruh substitusi: (4) MATRIKS j A(0 )X ′ 1 2 3 Jumlah X .′j 1 50 133,3 0 183,3 160 2 30 66,7 30 126,7 150 3 20 66,7 45 131,7 120 Jumlah 100 266,7 75 X i′ 100 250 80 i 203  0,873  1 R = 0   0 ï£ 0 1,184 0 0   0   0,911 204 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT (5) MATRIKS j Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung R ′A(0 )X ′ (6) MATRIKS j 1 2 3 Jumlah 1 44,8 113,6 0,0 158,4 150,0 2 36,5 77,1 37,1 150,7 120,0 3 18,7 59,3 42,9 120,9 Jumlah 100,0 250,0 80,0 1 2 3 Jumlah 1 43,6 116,4 0,0 160,0 2 35,5 79,0 35,5 3 18,2 60,8 41,0 Jumlah 97,3 256,2 76,5 i R ′A(0 )X ′S 1 i p = 1, j = 1,2,3 1,010  R2 =  0   0 ï£ p = putaran ke p Hitung ⇒ S 1 i = S 11 = X ′j X p , j = 1,2,3 j 100 = 1,028 97,3 S 12 = 250 = 0,976 256,2 S 13 = 80 = 1,045 76,5 0 0,995 0 0   0   0,993  Proses penyusunan matriks dengan menggunakan matriks pengaruh substitusi, R dan matriks pengaruh pabrikasi S akan terus berlanjut seperti contoh di atas sampai diperoleh R p = S p = I , p = putaran ke p. Dari hasil perhitungan selanjutnya, akhirnya diperoleh matriks akhir yang merupakan matriks R 3 R 2 R 1 A(0) X ′S 1 S 2 S 3 . Diperoleh matriks diagonal pengaruh fabrikasi: 1,027  1 R = 0   0 ï£ 0 0,976 0 0   0   1,045  205 206 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT (7) MATRIKS j Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung 1 2 3 Jumlah 1 45,3 114,7 0,0 160,0 2 36,2 76,6 37,2 150,0 3 18,5 58,7 42,8 120,0 Jumlah 100,0 250,0 80,0 i  0 ,883  R =R R R = 0  0 ï£ 1 atau 3 0 1,178 0    0 ,903  0 0 i =1  1, 025  S =S S S = 0  0 ï£ ï£«1 0 0   4 4  R = S = I = 0 1 0   0 0 1 ï£ ï£¸ Dari matriks akhir di atas, dapat diturunkan matriks koefisien input 2 R 3 = πR ′ 1 atau S 3 2 3 0 0 ,975 0    1, 053  0 0 = πS ′ i =1 A(t ) yaitu dengan membagi nilai pada masing-masing kolom terhadap nilai output Untuk menghitung matriks At = RA(0 )S (8) MATRIKS R 3 R 2 R 1 A(0 )X ′S 1 S 2 S 3 X j. . 0 0   0,250 0,333 0,000  1,025 0 0   0,883       A(t ) = RA(0 )S =  0 1,178 0  ⋅  0,150 0,167 0,100  ⋅  0 0,975 0         0   0,100 0,167 0,150   0  0 0 , 903 0 1 , 053 ï£ ï£¸ ï£ ï£¸ ï£ ï£¸ A(t ) tersebut dapat pula diturunkan melalui  0,226 0,287 0,000     = 0,181 0,191 0,124     0,093 0,147 0,143  ï£ ï£¸ penggunaan vektor pengganda baris r dan pengganda kolom s , sebagai berikut: Setelah matriks akhir selesai dikerjakan, maka Tabel input-output updated tahun 2006 dapat disusun dengan memasukkan matriks tersebut ke dalam kerangka tabel input-output, seperti tercantum dalam tabel di bawah ini. 207 208 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung (9) Tabel Input-Output Tahun 2006 Updated j Metode Semi-Survei Sebenarnya cara yang terbaik untuk memperkirakan matriks A adalah Sektor Produksi i 7.2 x i′ f i′ X i′ 1 2 3 1 45,3 114,7 0,0 160,0 40,0 200,0 2 36,2 76,6 37,2 150,0 250,0 400,0 3 18,5 58,7 42,8 120,0 180,0 300,0 x.′j 100,0 250,0 80,0 430,0 470,0 900,0 v.′j 100,0 150,0 220,0 470,0 melalui survei langsung. Tetapi mengingat biaya, waktu dan tenaga, maka metode RAS akan sangat membantu. Untuk memaksimalkan hasil estimasi, dapat saja dimasukkan beberapa informasi penting ke dalam beberapa elemen matriks A yang akan diperbaharui. Misalnya untuk sektor-sektor kunci yang datanya tersedia, seperti sektor industri pengolahan, sektor X .′j tanaman bahan makanan dan sebagainya. Dengan memasukkan informasi baru tersebut berarti kita tidak perlu lagi melakukan estimasi untuk elemen bersangkutan. Konsekuensinya nilai jumlah permintaan antara ( bi ) dan input antara ( k j ) yang terkena pengaruh tersebut harus dikurangkan sebesar 200,0 400,0 300,0 900,0 angka yang sudah dimasukkan dalam matriks A . Metode RAS tanpa memberikan informasi baru ke dalam matriks A disebut Metode RAS Metode RAS merupakan salah satu metode untuk memperkirakan matriks koefisien input atau koefisien teknis yang sangat berguna bagi Sederhana, sedangkan metode RAS yang sudah memberikan tambahan informasi baru ke dalam matriks A disebut Metode RAS Modifikasi. penyusunan tabel input-output dan analisis I-O lanjutan. Dengan memahami metode ini secara baik, merupakan suatu landasan yang kuat untuk mempelajari metode-metode yang lebih rumit seperti RECRAS, Lagrangian, 7.2.1 Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode SemiSurvei dan sebagainya. Bahan yang diberikan di sini masih bersifat pengantar dan belum Jika diperhatikan secara seksama angka-angka di dalam kuadran I yang lengkap. Untuk mendalami masalah ini secara baik dapat dipelajari dari dihasilkan oleh metode RAS, sepenuhnya diperoleh dari matriks A(0 ) dan berbagai literatur atau paling tidak melalui referensi yang diberikan pada catatan kaki. pengaruh angka-angka pengganda baris dan kolom seperti telah diuraikan sebelumnya. Sekarang yang menjadi persoalan apakah angka-angka yang dihasilkan tersebut sudah cukup akurat, teliti dan mampu menggambarkan keadaan sebenarnya untuk tahun 2006. 209 210 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung Suatu perkiraan sudah barang tentu akan mengalami ketidaktepatan, apabila diingat bahwa hubungan antar industri yang digambarkan oleh mempengaruhi terlebih dahulu beberapa sel pada kuadran I, selanjutnya disebut Metode RAS Modifikasi. matriks di kuadran I, bukan saja dipengaruhi oleh faktor teknis berupa angka Pada Tabel input-output Indonesia Sektor Transportasi tahun 2006, substitusi dan fabrikasi, tetapi juga oleh kejadian-kejadian sosial dan ekonomi angka-angka yang dimasukkan pada kuadran I adalah angka untuk beberapa yang secara sektor kunci khususnya yang menggunakan bahan baku tertentu seperti: padi proporsional terhadap semua angka di sepanjang baris dan kolom tanpa untuk industri penggilingan beras, gandum untuk industri tepung terigu, kapas pertimbangan lain, walaupun dilakukan melalui proses komputer yang untuk industri pemintalan benang, minyak mentah untuk industri pengilangan, tentunya memberikan hasil yang lebih tepat dan cepat. Dari pengamatan besi dan baja bahan untuk industri besi dan baja, CKD dan komponen mesin terhadap angka-angka di kuadran I yang dihasilkan oleh metode RAS untuk industri mesin dan sebagainya. bersifat non-teknis. Kedua angka pengganda bekerja sederhana ternyata muncul beberapa kejanggalan, seperti contoh berikut ini. Dalam proses penghitungan dengan menggunakan metode RAS Output dari industri perbengkelan kereta api seluruhnya merupakan input modifikasi, semua sel terpilih tidak diproses dan diberikan nilai nol, sehingga antara dari sektor angkutan kereta api, sehingga seharusnya tanpa pengaruh jumlah input antara dan jumlah permintaan antara pada masing-masing substitusi atau fabrikasi angkanya langsung dipakai. Tetapi akibat pengaruh kolom dan baris akan berkurang sebesar nilai sel terpilih tadi. Proses tersebut, angka akhir selalu berbeda antara jumlah penyediaan dan penyusunan kuadran I untuk selanjutnya sama dengan proses menggunakan permintaan. Contoh lain, minyak mentah yang dialokasikan untuk input metode RAS sederhana. Setelah proses RAS selesai dilakukan, maka sel-sel antara industri pengilangan minyak, angkanya terlalu besar dibandingkan pilihan yang bernilai 0 tadi diganti dengan nilai perkiraan yang sebenarnya. seluruh input antara industri pengilangan tersebut. Masih banyak lagi Berikut ini adalah contoh penggunaan metode RAS modifikasi dengan kejanggalan-kejanggalan yang ditemui seperti pada industri kendaraan menggunakan ilustrasi angka. Untuk mudahnya ikuti lebih dahulu contoh bermotor, bangunan tempat tinggal, angkutan udara dan sebagainya. penggunaan metode RAS sebelumnya. Untuk mengurangi kejanggalan-kejanggalan seperti yang disebutkan di atas, maka harus dilakukan pengisian angka pada sel-sel tertentu di kuadran 7.2.1 Contoh Penerapan I. Angka pada sel-sel terpilih tersebut diperkirakan secara tersendiri dan didasarkan pada data dan informasi yang tersedia pada tahun 2006. Angka- Dengan memanfaatkan semua data dan informasi yang ada pada angka pilihan ini tidak diikutsertakan dalam proses RAS, dan besarnya tetap Tabel (2) subbab (c), serta menambahkan informasi pada kuadran I, sama hingga proses RAS selesai dikerjakan. Metoda RAS dengan baris ke-2 kolom ke-1 sebesar 40, maka diperoleh tabel (1) berikut. 211 212 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung XXXX 0000 AAAA (1) Tabel Input-Output yang Dihitung Tahun 2006 Sektor Produksi j i 1 2 2 40 3 x.′j x i′ f i′ X i′ 160 40 200 150 250 400 120 180 300 470 900 j 100 250 80 430 v.′j 100 150 220 470 X .′j 200 400 300 900 2 3 Jumlah x’i. 1 50 133,3 0 183,3 160 2 0 66,7 30 96,7 110 3 20 66,7 45 131,7 120 Jumlah 70 266,7 75 x’.j 60 250 80 Seperti biasa, pertama-tama dicari matriks: Angka 40 di atas merupakan angka yang ditaksir tersendiri dan tidak diikutsertakan ′ 1 i 3 1 ( ) (2) MATRIKS dalam proses RAS. Perlu diingat bahwa dengan dimasukkannya angka 40 ini, sehingga jumlah input antara di kolom 1 tidak  0 ,873  R = 0  0 ï£ 0 1,138 1 0    0 , 911  0 0 lagi 100 tetapi 60 (100-40). Begitu pula jumlah permintaan antara baris ke-2 sebesar 110 (150-40). Selanjutnya, prosedur yang sama dengan RAS sederhana dilakukan. Pada Tabel (2) berikut tampak bahwa pada (2,1) sama dengan nol (tidak ikut dalam proses RAS) dan jumlah input antara untuk Setelah proses iterasi berjalan hingga dicapai: n ∏R =∏S i i =1 i =I i =1 masing-masing sektor berturut-turut sebesar 60, 250 dan 80. maka akan diperoleh matriks akhir berikut dengan memasukkan kembali angka 40 di sel (2,1). 213 214 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung j (5) MATRIKS 1 2 3 Jumlah 1 42,8 117,2 0,0 160,0 2 40,0 73,7 36,3 3 17,2 59,1 43,7 Jumlah 100,0 250,0 80,0 i AAAA tttt (3) MATRIKS AKHIR j 1 2 3 1 0,214 0,293 0,000 150,0 2 0,200 0,184 0,121 120,0 3 0,087 0,148 0,146 i Proses penyusunan kuadran I dengan menggunakan metoda semi survei Akhirnya dengan menambahkan data nilai tambah, permintaan akhir dan output setiap sektor ke dalam Tabel (3), diperoleh Tabel (4) berikut: baris dan kolom tetap bekerja dan berlanjut terus sampai dipenuhi suatu kondisi dimana jumlah input antara dan jumlah permintaan antara masing- (4) Tabel Input-Output Tahun 2006 Updated masing sektor sama dengan angka "plafond" yang diberikan. Pengaruh pengganda baris (substitusi) dan pengganda kolom (fabrikasi) pada metode Sektor Produksi j sebenarnya sama dengan penggunaan RAS sederhana, artinya pengganda x i′ f i′ X i′ RAS modifikasi tidak bekerja secara utuh seperti pada metode RAS 1 2 3 1 42,8 117,2 0,0 160,0 40,0 200,0 kwadran I diperkirakan tersendiri, maka sel-sel tersebut tidak terkena 2 40,0 73,7 36,3 150,0 250,0 400,0 pengaruh pengganda baris maupun kolom. Di lain pihak bila kedua pengaruh 3 17,2 59,1 43,7 120,0 180,0 300,0 x.′j tadi bekerja secara utuh, (metode RAS sederhana) maka kelemahan pun 100,0 250,0 80,0 430,0 470,0 900,0 akan timbul karena setiap sel di sepanjang baris dan kolom akan mendapat v.′j 100,0 150,0 220,0 470,0 X .′j 200,0 400,0 300,0 900,0 i sederhana. Karena dalam metode RAS modifikasi sebagian sel pada perlakuan yang homogen dan perubahannya pun akan selalu proporsional; padahal dalam kenyataannya pengaruh tadi bisa berbeda antara satu sektor dengan sektor lainnya. Dengan berbagai pertimbangan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tabel input-output pembaharuan yang Matriks A setelah dilakukan perbaikan dengan pendekatan semi survei disusun berdasarkan metoda RAS modifikasi akan lebih baik dibandingkan adalah: dengan tabel berdasarkan metode RAS sederhana. 215 216 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Perlakuan Khusus Bab 8. Perlakuan Khusus terbuka; Kedua sebagai produsen penghasil jasa dari faktor produksi tenaga kerja seperti pada model input-output tertutup. Contoh model inpuI-output terbuka ditunjukkan oleh tabel-tabel input-output pada bab-bab sebelumnya, sedangkan contoh model input-output tertutup seperti ditunjukkan berikut ini dengan menggunakan Tabel input-output Indonesia 2005. Perlakuan khusus dalam tabel input-output meliputi perlakuan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, subsidi, produk Tabel 8.1.a Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Input-Output 2005 Klasifikasi 3 Sektor Industri ikutan dan sampingan, barang bekas dan apkiran dan perbedaan statistik. Perlakuan khusus ini disajikan dalam kaitannya dengan model konvensional dan Rumah tangga yang umum dipakai di Indonesia. Oleh karena data Input-Output dapat (Model Input-Output Tertutup) (Milyar Rupiah) digunakan untuk berbagai kebutuhan analisis, maka dengan perlakuanperlakuan khusus ini akan mampu mengarahkan hasil analisis yang menggunakan model Input-Output lebih sesuai dengan tujuan-tujuannya. Model Input-Output konvensional yang dimaksudkan adalah seperti yang SEKTOR 1 2 3 301 180 ditunjukkan pada bab II, dimana konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah ditempatkan pada kuadran II, subsidi pada kuadran I atau sektor yang menerima subsidi, barang bekas pada sektor dummy, dan produk 1 2 3 59,939 63,499 38,533 381,836 644,715 323,588 43,538 299,601 389,132 181,118 618,376 803,457 485,313 1,007,815 88116347 ikutan dan sampingan pada sektor yang sesuai dengan ciri-ciri (characteristics) output sektor tersebut. Penempatan semua hal tersebut 201 128,399 312,959 440,860 0 882,218 dapat diubah sesuai dengan tujuan dan analisis tabel input-output. 190 161,970 1,350,138 732,271 1,602,950 2,244,380 200 23,376 415,887 127,739 182,641 567,003 NTB Lain 564,386 716,495 713,794 0 1,994,674 210 878,131 2,795,479 2,014,664 8.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga dalam tabel input-output konvensional biasanya ditempatkan pada bagian permintaan akhir. Model ini secara implisit menunjukkan rumah tangga sebagai pelaku eksogen atau sebagai pihak penentu awal dalam menentukan tingkat dan struktur output seluruh sektor ekonomi. Dalam analisis input-output, rumah tangga dapat diperlakukan dengan 2 cara. Pertama sebagai konsumen akhir seperti pada model Input-Output 217 218 5,688,274 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT SEKTOR PA Lain 310 409 509 Bab 8. Perlakuan Khusus 600 terutama disebabkan karena nilai input dan output kedua model tersebut 700 adalah tidak berbeda. Akan tetapi besaran pengganda yang ditunjukkan oleh 1 2 3 211,700 1,169,289 459,956 878,131 2,795,479 2,014,664 0 0 0 0 0 0 878,131 2,795,479 2,014,664 878,131 2,795,479 2,014,664 201 0 0 0 0 0 0 190 1,840,945 5,688,274 0 0 5,688,274 5,688,274 200 90,488 840,132 840,132 0 840,132 tabel ini adalah lebih besar dibanding dengan besaran pengganda model input-output terbuka. Hal ini disebabkan karena peran rumah tangga dalam proses produksi menjadi aktif sebagai pelaku ekonomi yang menghasilkan 0 jasa penunjang untuk menciptakan barang dan jasa. Tabel 8.1.b Koefisien Input Output 2005 (Model Input-Output Tertutup) NTB Lain 210 Pada tabel di atas konsumsi rumah tangga dimasukan dalam kolom 4 dan menggambarkan struktur pengeluaran rumah tangga Di lain pihak baris rumah tangga (baris 4) menunjukkan sumber-sumber dana pendapatan rumah tangga yang digunakan untuk 1 2 3 301 180 1 2 3 0.06826 0.07231 0.04388 0.13659 0.23063 0.11575 0.02161 0.14871 0.19315 0.11299 0.38577 0.50124 0.08532 0.17717 0.13207 201 0.14622 0.11195 0.21883 0,00000 0.15509 190 0.18445 0.48297 0.36347 1.00000 0.39456 untuk mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor-sektor produksi. atau SEKTOR membiayai konsumsinya. Pendapatan-pendapatan ini berasal dari upah, gaji, surplus usaha dan pendapatan lainnya. Jumlah baris rumah tangga disamakan dengan jumlah kolom rumah tangga, agar memenuhi konsep input sama dengan output. Seperti pada model input-output terbuka atau model konvensional, Pada Tabel 8.1.c ditunjukkan pula besaran masing-masing angka kelanjutan analisis dengan menggunakan model input-output tertutup adalah pengganda pada setiap sel matriks. Jumlah sel dari matriks tersebut, yaitu menghitung koefisien input, matriks pengganda dan dampak-dampak jumlah baris dan jumlah kolom, menunjukkan angka yang lebih besar dari ekonomi lainnya. Pada tabel berikut ditunjukkan data koefisien input dan jumlah baris dan kolom pada matriks pengganda model input-output terbuka, pengganda perekonomian Indonesia tahun 2005 menurut 3 sektor ekonomi selisih masing-masing angka tersebut sebagai akibat aktifnya rumah tangga bila rumah tangga sebagai faktor endogen. Besaran koefisien input pada dalam kegiatan ekonomi. sektor 1, 2 dan 3 pada Tabel 8.1.b jika dibandingkan dengan besaran koefisien model input-output terbuka adalah sama semuanya. Kondisi ini, 219 220 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 8. Perlakuan Khusus Tabel 8.1.c Matriks Pengganda Input-Output 2005 Secara institusi pemerintah melakukan kegiatannya yang direalisir melalui pengeluaran rutin dan pembangunan yang ditempatkan sebagai (Model Input-Output tertutup) kelompok permintaan akhir dalam model input-output konvensional. Pengeluaran rutin ini dapat diperlakukan dengan cara lain yaitu dengan menempatkannya dalam kuadran I seperti sektor produsen barang dan jasa. SEKTOR 1 2 3 301 180 1 1.08502 0.20882 0.10104 0.25380 1.64868 2 0.22130 1.49672 0.47430 0.84013 3.03246 3 0.19695 0.36411 1.52832 0.92877 3.01816 201 0.19082 0.24207 0.36661 1.29870 2.09821 190 1.69410 2.31172 2.47028 3.32141 9.79751 Pada tabel input-output Indonesia 2005, konsumsi pemerintah ditempatkan dalam kuadran II, dan output sektor pemerintahan dimasukan dalam pertemuan sel konsumsi pemerintah dan baris sektor pemerintahan. Akibatnya isian semua kolom kecuali kolom pemerintahan pada permintaan akhir adalah bernilai nol, dan kolom pemerintah pada kuadran I kecuali baris nilai tambah juga bernilai nol. Perlakuan Sektor Pemerintahan dalam Tabel Input-Output Indonesia 2005 8.2 Konsumsi Pemerintah Fg G Pemerintah dalam tabel input-output juga mempunyai peran ganda. Pertama sebagai penghasil jasa dan kedua sebagai pemakai barang dan Fgl jasa atau sebagai bagian dari permintaan akhir. Jasa yang dihasilkan sektor G O O O Fg kepada masyarakat, jasa-jasa yang sudah dicakup oleh sektor-sektor produksi lainnya, misalnya jasa kesehatan, pendidikan dan sosial kesejahteraan lainnya, tidak termasuk dalam jasa yang dihasilkan sektor pemerintah dan semua jasa ini ditampung dalam sektor jasa sosial dan NTB Vg x Xg kemasyarakatan. Jasa sektor pemerintahan adalah jasa umum yang dihasilkan oleh instansi pemerintahan dan kantor perwakilan atau cabang- G = Sektor pemerintahan cabangnya di daerah-daerah. Fgl = Pengeluaran konsumsi pemerintah untuk komoditi i NTB = Nilai Tambah Bruto 221 x Fgl O pemerintahan meliputi jasa pelayanan administrasi, keamanan dan lain-lain M 222 Xg TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT M x Bab 8. Perlakuan Khusus output Indonesia, subsidi dimasukkan di kuadran III (kode baris 205), dan = Impor = Output besarannya sesuai dengan besarnya bantuan pemerintah terhadap masingmasing sektor. Pada beberapa tahun yang lalu, subsidi-subsidi yang Pada versi lain, pengeluaran konsumsi pemerintah pada tabel hipotesis diberikan pemerintah adalah untuk industri pupuk, gandum, beras dan Fg dengan memindahkan isian tersebut dari minyak. Pada tahun akhir-akhir ini subsidi pemerintah hanya terbatas untuk di atas dapat pula diperlakukan, permintaan akhir ke kolom permintaan antara G . Semua sel kolom dari sektor G menjadi terisi dari baris 1 sampai dengan baris n sesuai dengan pupuk. Namun demikian, subsidi ini bisa saja berkembang ke berbagai jenis komoditi dan sangat tergantung kepada situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini. penggunaan barang dan jasa untuk konsumsi pemerintah. Untuk memenuhi Sebagai contoh subsidi pupuk, walaupun yang menerima subsidi adalah konsep dasar input-output dimana jumlah input harus sama dengan output industri pupuk, akan tetapi yang merasakan manfaat subsidi secara langsung maka jumlah baris sektor pemerintahan harus juga bertambah sebesar adalah para petani. Para petani sebagai pengguna pupuk tersebut berada pertambahan jumlah kolom di sektor pemerintah. Pertambahan pada baris pada tersebut didistribusikan pada kolom-kolom yang terdapat pada baris sektor menunjukkan besaran subsidi yang diterima oleh petani atau suatu industri pemerintah sesuai dengan jasa pelayanan pemerintah terhadap sektor maka subsidi tersebut ditempatkan pada komponen nilai tambah di sektor produksi dan masyarakat. Oleh karena jasa keamanan pada masyarakat industri pupuk. Akibatnya nilai tambah di sektor industri pupuk mencerminkan memegang peranan penting dalam fungsi pemerintahan sehingga baris nilai subsidi sebagai pengurang pajak tak langsung dan harga pupuk yang sektor pemerintahan dan kolom konsumsi pemerintahan akan terdapat isian. diterima petani adalah harga pupuk yang telah disubsidi. sektor-sektor yang menghasilkan komoditi pertanian. Untuk Kemudian sebagai faktor penyeimbang, sisa jumlah kolom dengan jasa yang didistribusikan dimasukkan pada kolom pemerintah di permintaan akhir. 8.3 Perlakuan Subsidi 8.4 Produk Ikutan dan Sampingan Produk Ikutan (by product) dan produk sampingan (subsidiary product) suatu kegiatan adalah hasil lain atau tambahan yang diperoleh dari kegiatan Seperti yang dijelaskan pada uraian sektoral bahwa subsidi yang dicakup tersebut. Hasil ini menurut sifat atau karakteristiknya berbeda dengan produk dalam tabel input-output adalah subsidi komoditi, agar harga jual dari utama dari kegiatan itu. Jika produk tersebut merupakan komoditi yang dihasilkan oleh industri tersebut sesuai dengan harga yang sektor lain, maka produk ikutan harus dipindahkan (transfer) ke sektor lain. ditetapkan oleh pemerintah. Besaran subsidi tersebut sama dengan bantuan Akan tetapi jika tidak merupakan produk utama sektor lain yang menunjang, rutin pemerintah pada suatu industri dan diperlakukan sebagai faktor maka produk ikutan tersebut tidak dipindahkan. pengurang di pajak tidak langsung (pajak tak langsung neto). Pada input- 223 224 produk utama TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 8.5 Perlakuan Barang Bekas dan Apkiran Bab 8. Perlakuan Khusus c. Metode Transfer Input dan Output Metode ini menempatkan output dan input barang bekas pada sektor Yang dimaksudkan barang bekas dan apkiran adalah barang yang dihasilkan dan dianggap tidak bernilai bagi produsen barang tersebut dan yang menghasilkan barang sejenisnya. Pada contoh di Tabel 8.5.3 nilai barang bekas dimasukkan pada kolom sektor 2 dan baris sektor lainnya. atau yang dihasilkan pada tahun-tahun sebelumnya tetapi masih bermanfaat dan berperan dalam proses produksi. Barang bekas dan apkiran diperlakukan khusus dalam Tabel input-output Ketiga metode di atas mempunyai dampak terhadap besaran output seluruh sektor dari struktur input beberapa sektor, dan pada akhirnya oleh karena secara fisik barang tersebut masih dapat digunakan dan mempengaruhi besaran-besaran tabel analisis input-output. diperjualbelikan tetapi secara konsep konsumsi sudah habis dipakai. Barang penggunanya, metode yang akan dipilih tergantung pada: peranan dari bekas tersebut dalam kenyataannya mempunyai nilai transaksi. Disamping barang bekas tersebut dalam perekonomian, kesepakatan atas nilai barang itu barang bekas banyak diperjualbelikan dan menjadi bahan utama dalam bekas (utility of the waste product), dan kegunaan barang-barang tersebut industri daur ulang (recycling). Dengan sifat-sifat tersebut, maka penilaian dalam ekonomi dan masyarakat, serta tujuan analisis ekonomi yang dan perlakuan barang bekas dalam tabel input-output dapat dilakukan dalam dilakukan. 3 cara: Contoh: Perlakuan untuk Barang bekas, Sisa dan Produk Ikutan a. Metode Biaya Negatif Tabel 8.5.1 Metode Input Negatif Cara ini adalah menempatkan pembelian barang bekas dengan nilai negatif pada input sektor yang menggunakan barang bekas tersebut dan baris output yang menampungnya atau pada baris dummy (biasanya dimasukkan sebagai unclasified sector). Ke Dari 1 2 1 b. Metode Transfer Output Metode ini menempatkan output/nilai barang bekas pada output sektor Lainnya Output 90 90 2 -10 10 0 Lainnya 100 100 100 Input 90 100 190 yang menghasilkan barang sejenisnya. Pada contoh di Tabel 8.5.2 nilai barang bekas dimasukkan pada kolom sektor 2 dan baris sektor 1. 225 0 226 Dalam TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Bab 8. Perlakuan Khusus Tabel 8.5.2 Metode Transfer Output Ke 1 Dari 2 tersebut dipilih setelah memperhitungkan data yang tersedia dan yang sesuai dengan konsep-konsep tabel input-output. Lainnya Secara teoritis, tabel input-output menunjukkan jumlah permintaan harus Output sama dengan penyediaan. Jika permintaan dan penyediaan ini diperkirakan 1 10 90 100 10 10 secara terpisah, maka seringkali besarannya menunjukkan angka yang berbeda. Perbedaan ini dimasukan dalam kelompok perbedaan statistik dan 2 Lainnya 100 Input 100 ditempatkan pada bagian akhir dari kolom permintaan. Dalam tabel inputoutput Indonesia sebelumnya, besaran perbedaan statistik ini masih 100 10 100 tergabung dalam kolom selisih inventori dari kelompok permintaan akhir. 210 Tabel 8.5.3 Metode Transfer Output dan Input Ke 1 Dari 8.6 2 Lainnya Output 1 90 90 2 10 10 Lainnya 90 10 Input 90 10 100 100 200 Perbedaan Statistik (Statistical Discrepancy) Perbedaan statistik dalam tabel input-output timbul sebagai akibat atas pendekatan-pendekatan (approaches) yang digunakan dalam memperkirakan output dan input setiap sektor. Pendekatan-pendekatan 227 228 Bab 9. Tabel Input-Output Regional TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 9.1.1 Tabel Input-Output Regional Dewasa ini tabel input-output telah digunakan sebagai kerangka analisis pada tingkat regional. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya pihak yang berminat mendalami masalah tersebut. Berbagai studi atau usaha penyusunan tabel input-output regional juga telah dilakukan, walaupun 1 kebanyakan masih terbatas untuk keperluan yang sifatnya khusus. Tabel Input-Output Satu Region Tabel input-output regional jenis yang pertama pada prinsipnya sama dengan tabel input-output nasional. Oleh karena hal-hal yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, seperti kerangka dasar tabel input-output, konsep dan definisi masing-masing variabel, prosedur maupun berbagai metode pendekatan penyusunan tabel input-output nasional juga berlaku untuk inputoutput regional. Perbedaan antara tabel input-output nasional dengan tabel input-output regional adalah pada konsep wilayah. Pada tabel input-output nasional wilayah cakupannya meliputi negara (nasional) sedangkan pada tabel input-output regional yang dimaksudkan dengan wilayah adalah provinsi (daerah). Tabel input-output regional yang telah dikenal selama ini ada dua jenis. Jenis yang pertama adalah tabel input-output satu region (Intra regional), dan jenis yang kedua adalah tabel input-output antar region (Intra regional). Tabel Input-Output satu region adalah suatu tabel yang menggambarkan arus transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi dalam satu daerah pada periode tertentu. Sedangkan tabel input-output regional jenis yang kedua menggambarkan arus transaksi antar sektor antar daerah. Salah satu keunggulan tabel input-output jenis yang kedua yaitu mampu menunjukkan ketergantungan antar daerah. Pada Bab ini akan dibahas kedua jenis tabel input-output regional secara ringkas. Mengingat perbedaan antara tabel input-output nasional dan regional hanya pada cakupan wilayah, maka pembahasan umumnya tidak dilakukan secara rinci. 9.1.2 Teknik Penyusunan Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pada dasarnya tabel inputoutput nasional sama dengan tabel input-output regional. Sehubungan dengan itu, maka seluruh metode yang digunakan untuk penyusunan tabel input-output nasional juga berlaku (dapat digunakan) untuk penyusunan input-output regional. Teknis penyusunan tabel input-output sebagaimana yang telah diterangkan pada bab-bab terdahulu bisa dilakukan melalui berbagai metode. Metode tersebut bisa merupakan metode langsung (survei) maupun metode tidak langsung (non survei dan semi survei). Berikut ini akan dibahas secara singkat mengenai masing-masing metode tersebut. a. Metode Langsung 1 Misalnya usaha penyusunan tabel I-O regional yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM), misalnya: Penyusunan Tabel Input-Output Regional Provinsi Bali 1983, PPTM, Bandung 1987. Metode langsung atau sering juga disebut metode survei adalah suatu metode penyusunan tabel input-output, di mana data yang digunakan untuk mengisi sel-sel yang membentuk tabel input-output diperoleh dari penelitian 229 230 Bab 9. Tabel Input-Output Regional TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT langsung di lapangan. Sehubungan dengan adanya penelitian/survei secara langsung tersebut, maka penyusunan tabel input-output dengan metode ini memerlukan banyak biaya, tenaga, maupun waktu yang tidak sedikit. Misalnya untuk menyusun koefisien input (koefisien teknis) setiap sektor, diperlukan data yang diperoleh dari hasil pencatatan mengenai masingmasing nilai pengeluaran untuk setiap kegiatan/usaha di setiap sektor. Untuk memperoleh data pengeluaran setiap kegiatan/usaha tersebut, maka perlu dilakukan penelitian langsung di lapangan, baik melalui suatu survei khusus 2 maupun sumber-sumber lain yang mendukung. Uraian lengkap mengenai teknis penyusunan tabel input-output melalui metode langsung ini dapat dibaca kembali pada Bab 4, 5 dan 6. b. Metode Tidak Langsung Penyusunan tabel input-output regional secara langsung akan menghasilkan data yang akurat, yang mampu mencerminkan kondisi daerah yang sebenarnya. Namun demikian, penyusunan tabel input-output dengan metode langsung bukan merupakan pekerjaan yang ringan. Hal ini dikarenakan berbagai kendala, baik dari sisi tenaga, waktu maupun biaya. Berpangkal tolak dari kendala tersebut, maka para ahli telah mengembangkan teknik penyusunan tabel input-output melalui pendekatan tidak langsung, baik melalui metode survei maupun metode non survei, sebagaimana yang telah diterangkan pada Bab V buku ini. Berbeda dengan metode penyusunan tabel input-output nasional, pada penyusunan tabel input-output regional selain metode-metode yang telah diterangkan di atas, juga masih terdapat metode-metode alternatif untuk penyusunan tabel input-output regional. Metode dimaksud misalnya metode persentase penawaran regional maupun metode koefisien lokasi. Pembahasan kedua metode tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Bab 2 Survei yang bertujuan untuk mengatahui struktur pengeluaran setiap kegiatan usaha yang dilakukan oleh BPS, biasanya disebut Survei Khusus Input-Output (SKIO) 231 VI buku Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output, BPS Desember 2008. Karena secara teori sudah ada pembahasan mengenai metode yang digunakan dalam penyusunan input-output regional, maka pada bagian ini hal tersebut tidak akan dibahas lagi. Pembahasan selanjutnya pada bab ini lebih difokuskan kepada berbagai permasalahan yang dihadapi dalam praktek penyusunannya. 9.1.3 Permasalahan Penyusunan tabel input-output regional mengalami berbagai masalah. Bahkan masalah yang ada lebih banyak dan lebih rumit dibandingkan penyusunan tabel input-output nasional. Oleh karena itu, agar tabel inputoutput regional tetap bisa disusun, maka untuk mengatasi masalah-masalah tersebut terpaksa dikenakan suatu perlakuan-perlakuan khusus, antara lain: a. Masalah Ekspor dan Impor Untuk memperkirakan nilai ekspor dan impor provinsi atau lalulintas perdagangan antar daerah jauh lebih sulit dibandingkan dengan perkiraan perdagangan secara nasional (negara). Hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu: 1. Konsep ekspor & impor daerah mencakup tiga pengertian, yaitu: ekspor luar negeri, antar pulau dan ekspor darat (antar provinsi). Sebaliknya pada input-output nasional, konsep ekspor & impor hanya mencakup satu pengertian saja, yaitu luar negeri. 2. Semakin kecil lingkup suatu daerah, sudah barang tentu sistem perekonomiannya juga semakin terbuka. Dengan demikian dalam menghitung lalu lintas perdagangannya, akan semakin banyak masalah yang dihadapi. 232 Bab 9. Tabel Input-Output Regional TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT 3. Dalam penghitungan input-output nasional, masih dapat dibedakan antara warga negara Indonesia (WNI) dengan warga negara asing (WNA). Demikian pula masih ada pencatatan berapa jumlah WNA yang masuk ke Indonesia maupun WNI yang bepergian keluar negeri. Ini berarti bahwa ekspor dan impor jasa meskipun masih mengalami banyak kendala, namun masih bisa diperkirakan. Kondisi ini sangat berbeda dengan keadaan di daerah. Pada tingkat provinsi, penduduk yang keluar masuk sama sekali tidak ada pencatatannya. Berapa jumlah penduduk luar daerah yang masuk dan berapa penduduk daerah yang bersangkutan yang ke luar daerah. Apalagi sudah menyangkut rupiah yang dibelanjakan di luar daerah, untuk berbagai pelayanan jasa yang diterima. Kondisi ini lebih parah lagi terutama pada daerah-daerah perbatasan. Namun demikian, penggunaan masing-masing sumber data sebagai dasar untuk mengestimasi ekspor/impor provinsi juga masih sangat lemah. Hal ini dikarenakan dalam kenyataannya, statistik perdagangan luar negeri yang digunakan sebagai sumber dalam mengestimasi ekspor/impor luar negeri, datanya hanya didasarkan dari hasil pencatatan pada pelabuhan muat (ekspor) dan pelabuhan bongkar (impor). Demikian pula statistik bongkar muat barang di Indonesia, pencatatannya juga hanya didasarkan pada pelabuhan di mana barang/komoditi tersebut dibongkar dan pelabuhan di mana barang/komoditi tersebut dimuat. Akibat adanya sistem pencatatan seperti itu, maka sangat mungkin bagi provinsi-provinsi yang tidak mempunyai pelabuhan, maka ekspornya tidak tercatat. Sebaliknya provinsi yang mempunyai pelabuhan, maka nilai ekspornya relatif besar. Bahkan sangat mungkin akan banyak barang asing (barang yang tidak diproduksi di daerah yang bersangkutan), akan tetapi muncul pada statistik ekspornya. Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai kemungkinan itu, perlu adanya suatu kontrol, baik melalui jumlah produksi domestik, maupun dari data impornya. Selanjutnya untuk mengestimasi ekspor dan impor jasa selama ini tidak ada sumber data yang bisa digunakan. Satu-satunya sumber yang mungkin yaitu jumlah wisatawan. Ini hanya untuk mengestimasi ekspor jasa ke luar negeri. Perkiraan ekspor jasa luar negeri dilakukan dengan mengalikan berapa jumlah wisatawan asing yang datang dengan rata-rata jumlah konsumsi (pengeluaran) setiap kunjungan. Statistik ini juga hanya didasarkan pada pelabuhan kedatangan dan keberangkatan. Jadi sumber ini juga belum memberikan jawaban/penyelesaian yang memuaskan. Karena kembali pada konsep ekspor daerah, mestinya juga mencakup ekspor ke daerah/provinsi lain. Akan tetapi karena tidak ada sumber lain, maka hal ini setidak-tidaknya dapat memberikan gambaran, khususnya tentang ekspor jasa luar negeri (wisman). Sedangkan untuk mengestimasi ekspor jasa ke provinsi lain, hal yang mungkin dilakukan adalah dengan mengidentifikasi jumlah tamu hotel yang berasal dari luar daerah. Karena jika jumlah tamu hotel yang berasal dari luar daerah dapat diketahui, maka nilai ekspor jasanya dapat diestimasi dengan mengalikan jumlah tamu tersebut dengan rata-rata pengeluaran per tamu. 233 234 Sehubungan dengan adanya beberapa masalah sebagaimana disebutkan di atas, maka untuk keperluan penghitungan/estimasi ekspor/impor provinsi dilakukan beberapa pendekatan/perlakuan. Sesuai dengan konsep ekspor barang provinsi yang mencakup ekspor luar negeri, antar pulau dan antar provinsi (darat), maka untuk mengestimasi ekspor barang dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: a Ekspor/Impor barang luar negeri diestimasi melalui statistik perdagangan luar negeri. b. Ekspor/impor antar pulau diestimasi melalui statistik bongkar muat barang di pelabuhan.c. c. Ekspor/impor darat (antar provinsi) diestimasi melalui hasil pencatatan barang dari DLLAJR atau jembatan timbang. Bab 9. Tabel Input-Output Regional TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT b. Masalah Perusahaan Multi-Regional Untuk memperkirakan output maupun struktur input suatu kegiatan/usaha di daerah juga tidak lepas dari berbagai masalah. Hal ini kembali pada kondisi yang ada di lapangan. Kenyataan yang ada, sering dijumpai perusahaan-perusahaan yang bergerak di daerah merupakan perusahaan multi-regional. Perusahaan-perusahan semacam itu biasanya pembukuannya dilakukan secara terpusat. Hal tersebut akan menjadi suatu masalah apabila akan dihitung secara regional. Hal ini sering dijumpai misalnya pada perusahaan penerbangan, perusahaan angkutan darat, angkutan laut, maupun perusahaan listrik dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk memperkirakan besarnya output yang ditimbulkan di suatu daerah, serta besarnya masing-masing input yang digunakan bisa dilakukan melalui alokasi secara proporsional sesuai dengan nilai produksi yang ada di masingmasing daerah. Namun demikian, penggunaan metode alokasi ini juga harus memperhatikan jenis output kegiatan yang dialokasikannya. Jangan sampai kalau outputnya sudah dialokasikan, maka struktur inputnya secara proporsional langsung ikut dialokasikan. Karena bisa terjadi struktur input suatu sektor di daerah yang satu berbeda dengan daerah yang lain. Misalnya dalam penghitungan output sektor listrik, dan sektor air minum. Konsep output pada sektor listrik adalah jumlah Kwh yang disalurkan, tanpa memandang apakah daerah yang bersangkutan mempunyai pembangkit sendiri atau tidak. Oleh karena itu bila penyusunan struktur inputnya dilakukan juga secara proporsional berdasarkan jumlah Kwh yang disalurkan itu, maka akan timbul kejanggalan (kurang sesuai). Karena struktur input sektor listrik di daerah yang mempunyai pembangkit sendiri (baik dengan tenaga air, generator ataupun lainnya) tentunya berbeda dengan struktur input sektor listrik di daerah yang tidak mempunyai pembangkit. Karena pada daerah yang tidak mempunyai pembangkit struktur inputnya hanya mencakup biaya operasional pendistribusian saja. Oleh karena itu, walaupun dalam 235 penghitungan output boleh saja dilakukan secara proporsional, akan tetapi dalam menyusun struktur input sektor, perlu diperhatikan jenis kegiatannya. c. Penyusunan Matriks Impor Untuk menyusun tabel input-output transaksi domestik, maka perlu adanya matriks Impor. Padahal sebagaimana disebutkan di atas, untuk mengestimasi jumlah impor masing-masing jenis barang saja sangat sulit, apalagi untuk mencari sektor-sektor yang menggunakannya. Oleh karena itu, untuk menghitung tabel input-output transaksi domestik tingkat provinsi selama ini hanya dilakukan dengan suatu model. Model yang biasa digunakan adalah model persentase suplai regional. Model ini pada dasarnya membagi barang impor secara proporsional sesuai dengan masing-masing jenis penggunaan input di setiap sektor pengguna. Model ini hanya mengasumsikan bahwa setiap barang impor digunakan oleh setiap sektor pengguna. Adanya asumsi ini mengandung beberapa kelemahan, karena dalam kenyataannya banyak sektor-sektor yang semestinya tidak menggunakan barang impor, tapi karena sifat dari sektor tersebut mengandung jenis barang yang kebetulan sebagian barang tersebut merupakan barang impor, maka terpaksa diperlakukan sama dengan barang yang benar-benar menggunakan bahan impor. d. Penyusunan Matriks TTM Tabel transaksi harga produsen dapat dihitung jika ada matriks perdagangan dan biaya pengangkutan (TTM). Sementara itu, penghitungan matriks TTM untuk tingkat provinsi sampai sekarang juga belum pernah dilakukan secara langsung. Karena itu, agar tabel harga produsen dapat dihitung, maka perlu diturunkan suatu matriks TTM provinsi yang bersumber dari TTM nasional. Penghitungan matriks TTM provinsi dilakukan dengan mengalikan rasio TTM nasional dengan jumlah penawaran barang di provinsi. 236 Bab 9. Tabel Input-Output Regional TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Selanjutnya dari matriks TTM tersebut, dilakukan penyesuaian dengan menggunakan kontrol output sektor pengangkutan maupun sektor perdagangan itu sendiri. Dengan adanya kontrol dari kedua sektor tersebut, maka matriks TTM dapat direkonsiliasi, sehingga diperoleh keseimbangan baik menurut baris maupun menurut kolom. Di samping itu juga perlu diperhatikan kelayakannya. Jika matriks TTM tersebut sudah diperoleh, maka dengan mengurangkan tabel transaksi domestik dengan matriks TTM tersebut dapat diperoleh tabel transaksi harga produsen. 9.2 Tabel Input-Output Antar Region Semua pembahasan pada sub-bab terdahulu adalah tentang penyusunan tabel input-output untuk suatu wilayah atau regional tertentu. Berdasarkan tabel input-output tersebut dapat diketahui tentang keterkaitan antar sektor ekonomi di regional yang bersangkutan. Akan tetapi akan sulit untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi dengan wilayah lain hanya berdasarkan tabel input-output tersebut. Seluruh sektor ekonomi di regional tertentu seolah-olah diputuskan hubungannya dengan wilayah lain. Untuk negara seperti Indonesia yang terdiri dari beberapa provinsi, mengamati keterkaitan sektor-sektor industri hanya untuk lingkup regional (provinsi) mungkin kurang memberikan hasil analisis yang tajam. Dalam prakteknya, kebijakan ekonomi terhadap sektor ekonomi tertentu di suatu provinsi seringkali memiliki dampak ke provinsi lainnya. Begitu juga dengan pergeseran pola konsumsi. Peningkatan konsumsi rumah tangga untuk produk elektronika provinsi A yang produk elektronikanya tidak terlalu kuat, misalnya, akan mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap produk elektronika diprovinsi B yang produk elektronikanya maju. Peningkatan permintaan ini sudah barang tentu akan mempengaruhi sektor industri produk elektronika di B dan pada gilirannya berpengaruh terhadap semua sektor ekonomi di B . Dalam rangka menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah yang berlainan tersebut itulah, maka perlu disusun tabel input-output antar regional. Jenis tabel inputoutput ini sebenarnya telah dikembangkan oleh Isard pada tahun 1951. Pembahasan pada bab ini hanya sebatas kerangka dan ide dasar dalam penyusunan tabel input-output antar region. Bagi peminat yang ingin mengetahui aspek pemodelan input-output antar region lebih jauh dapat membaca buku yang ditulis oleh Miller dan Blair 3 (1985). 9.2.1 Kerangka Dasar Tabel Input-Output Antar Region Sebagai ilustrasi pada Tabel 9.2.1 disajikan tabel input-output dua region, yaitu region A dan B . untuk penyederhanaan diandaikan bahwa di region A hanya ada 3 sektor ekonomi dan diregion B ada 2 sektor ekonomi. Notasi yang digunakan adalah seperti notasi pada bab-bab sebelumnya yaitu x untuk transaksi antara, X untuk ouput, F untuk pemintaan akhir, E untuk ekspor, M untuk impor dan V untuk nilai tambah. Superskrip menunjukkan kode region dan subskrip menunjukkan sektor ekonomi. Dengan notasi tersebut maka oleh sektor 1 di region x12 AB dapat dibaca sebagai transaksi antara A dengan sektor 2 di region B . 3 Input-Output Analysis: Foundations and Extensions, Bab 3 237 238 Bab 9. Tabel Input-Output Regional TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Tabel Input-Output Antar Regional Permintaan Antara Output Tabel 9.2.2 Kerangka Tabel Input-Output Antar Region A dan B Dalam Bentuk Matriks BBBB AAAA Tabel 9.2.1 dan Output Permintaan Akhir Permintaan Antara Permintaan Akhir X Region A Input Antara Input Region A Region B Import NTB Region A Region B 3 1 Region B Ekspor Output Input Region A Region B A B E x AA x BA F AA F AB EA X x BA x BB F BA F BB EB XB F MA F MB Impor Antara A B Impor M MA MB A NTB V VA VB E3 A X3A Input A XB F1 BB E1 B X 1B F2 BA F2 BB E2 B X 2B F MA F MB 1 2 2 1 x11 AA x12 AA x13 AA x11 AB x12 AB F1 AA F1 AB E1 A X1A 2 x 21 AA x 22 AA x 23 AA x 21 AB x 22 AB F2 AA F2 AB E2 A X 3 x 31 AA x 32 AA x 33 AA x 31 AB x 32 AB F3 AA F3 AB 1 x11 BA x12 BA x13BA x11 BB x12 BB F1 BA 2 x 21 BA x 22 BA x 23 BA x 21 BB x 22 BB x1 MA x 2 MA x 3 MA x1 MB x 2 MB V1 A V2 A V3 A V1 B V2 B A B B 2 X X A Perhatikan bahwa ordo matriks-matriks diagonal pada transaksitransaksi, x AA dan x BB adalah kuadrat sesuai dengan banyaknya sektor x AA , misalnya, ordonya adalah 3 x 3 karena 3 sektor ekonomi di region A . Sementara matriks di luar diagonal AB BA AB (x dan x ) bukan merupakan matriks kuadrat. Ordo x adalah 3 x 2 karena ada 3 sektor ekonomi di A dan 2 sektor ekonomi di B . pada masing-masing region. Untuk Matriks-matriks non diagonal pada Tabel 9.2.2 sebenarnya merupakan Output X1 A X A 2 X3 X1 X2 B matriks ekspor-impor antar region ekspor dari region Transaksi yang disajikan dalam tabel 9.2.1 menggunakan sistem penilaian impor tidak bersaing, yaitu semua transaksi impor dikumpulkan ke dalam satu baris tersendiri. Tabel 9.2.1 tersebut dapat pula disajikan dalam bentuk matriks dan menjadi lebih sederhana seperti Tabel 9.2.2. A dan B . Sebagai contoh x AB adalah A yang digunakan sebagai input oleh sektor-sektor B . Matriks ini secara simultan juga menunjukkan impor region B dari region A yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor produksi di region produksi di region B. Dalam konteks tabel input-output, transaksi antara untuk matriks-matriks non diagonal sering juga disebut sebagai perdagangan antar region. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa transaksi impor pada baris impor ( M ), hanyalah impor yang dilakukan oleh region yang bersangkutan selain dari region yang dicakup dalam tabel. Jadi 239 240 M A adalah seluruh impor Bab 9. Tabel Input-Output Regional TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT A selain yang berasal dari region B . Begitu juga M B adalah seluruh impor ke B selain yang berasal dari B . hal yang sama berlaku juga region bagi impor yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Misalnya F MA adalah impor yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir sektor A selain yang berasal dari B . Seiring dengan pengertian impor tersebut, maka ekspor pada Tabel 9.2.2 adalah ekspor selain ke region-region yang dicakup dalam tabel. Jadi adalah seluruh ekspor dari EA A selain ekspor ke region B . Hal ini berlaku juga saat ini penelitian terhadap arus barang dan jasa antar wilayah sampai ke tingkat sektor pengguna memang relatif jarang, bahkan dapat dikatakan tidak ada. Itulah sebabnya jenis tabel input-output belum dapat disusun berdasarkan data yang sebenanya. Begitupun mengingat pentingnya jenis tabel ini, maka BPS bekerjasama dengan Keiai University-Jepang pada tahun 1995 telah berusaha mengembangkan tabel input-output antar pulau. Dalam hal ini region yang digunakan adalah pulau. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun 4 tabel input-output antar pulau tersebut adalah sebagai berikut : B untuk E . Dalam penyusunan tabel input-output satu region tertentu antara lain dapat disusun sepenuhnya dengan metode tidak langsung, terutama untuk menyusun atau mengisi sel-sel transaksi antara. Cara tak langsung ini relatif sulit diterapkan pada penyusunan tabel input-output antar region. Sebab untuk menyusun arus barang antar region paling tidak diperlukan survei mendalam. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antar region. Pertama, lakukan survei ke perusahaan-perusahaan di kedua wilayah untuk mengetahui berapa banyak input yang digunakan berasal dari produk lokal (region domisili perusahaan) dan berapa banyak yang berasal dari region lain. Dengan cara ini maka akan diperoleh informasi sepanjang kolom-kolom transaksi antara. Sementara untuk kolom permintaan akhir datanya dapat dikumpulkan melalui penelitian terhadap pola konsumsi terhadap produk lokal dan impor. Pedekatan kedua adalah dengan menanyakan pola penjualan produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi, berapa banyak yang dijual ke sektor produksi di region yang sama dan region lain, berapa yang dijual ke konsumen di region yang sama dan region lain dan berapa pula di ekspor. Dengan cara kedua ini maka diperoleh estimasi tabel input-output antar regional menurut baris. Secara ideal kedua cara tersebut akan memberikan hasil yang sama, walaupun dalam praktek bisa saja terjadi bias. Kendala utama dalam penyusunan tabel input-output antar regional di Indonesia selama ini adalah terbatasnya jenis data yang tersedia. Sampai 241 R 1. Lakukan estimasi terhadap output ( X ), permintaan akhir FD R , dan R nilai tambah ( V ) menurut sektor dan regional. 2. Lakukan survei untuk menyusun matriks arus perdagangan barang dan jasa. 3. Estimasi ekspor ( ELR ) dan Impor ( MLR ) dan dari luar negeri. 4. Jika tabel input-output suatu region tidak tersedia, transaksi antara dapat ditaksir dengan menggunakan koefisien input nasional, yaitu koefisien input nasional kali output untuk regional yang bersangkutan, R diperoleh X ij . 5. Berdasarkan arus perdagangan barang dan jasa, maka secara kasar dapat ditaksir ekspor domestik ( EDR ) dan impor domestik ( MDR ). Domestik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dalam satu wilayah negara. Jadi EDR dan MDR merupakan ekspor dan impor ke pulau lain. 6. Dari langkah-langkah tersebut dapat diperoleh hubungan: X ijR + FD R + ELR − MLR + ED R − MD R = X R . 7. Jika hubungan tersebut R rekonsiliasi terhadap X ij , belum dipenuhi, maka perlu dilakukan ED R , dan MD R . 4 Diadaptasi dari Estimation Method of The Inter Regional Input-Output Table of 5 Regions of Indonesia oleh Prof. Koichi Nidaira. 242 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Daftar Pustaka Blin, J.M. and Cohen, C., Technological similarity ang aggregation in inputoutput system: a cluster-analytic approach, Review of economic and DAFTAR PUSTAKA Abraham, William I., National Income and Economic Accounting, PrenticeHall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1969. Allen, R. I. G. Some experiments with the RAS method of input-output coefficients, Bulletin of the Oxford University Institute of Economics and Statistics, 36, pp. 215-228, 1974. Allen, R. I. G. and Lecomber, J. R. C., Some tests on a generalized version of RAS, in Allen, R. I. G. and Gossling, W. F. (eds.), Estimating and Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing Co., 1975. Almon, C., Investment in input-output models and treatment of secondary products, In Carter, A. and Brody, A. (eds.), Contributions to InputOutput Analysis, Vol. II. Amsterdam: North-Holland, 1970. Ara, K., The aggregation problem in input-output analysis, Econometrica, 27, pp. 257-262, 1959. Armstrong, A. G., Technology assumptions in the construction of U.K. inputoutput tables, in Allen, R. I. G. and Gossling, W.F. (eds.), Estimating and Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing Co., 1975. Bacharach, M., Biproportional Matrices and Input-Output Change. Cambridge: CUP, 1970. Balderston, J.B. and Whitin, T.M., Aggregation in the input-output model, in Morgensten, o. (ed.), Economic Activity Analysis. New York: Wiley, 1954. Barker, T., Some experiments in projecting intermediate demand, in Allen, R. I. G. and Gossling, W. F. (eds.), Estimating and Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing Co, 1975. Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia 2004-2007, Jakarta. Statistics, 60, pp. 82-91, 1977. de Boer, P. M. C., On the relationship between production functions and input-output analysis with fixed value shares, Weltwitschaftliches Archiv, Band 112, pp. 754-759, 1976. de Boer, P. M. C., "Effects of relative price changes on input-output ratios-an empirical study for the Netherlands", Paper presented to the Seventh International Conference on Input-Output Techniques, Innbruck, April, 1979. Brown, D.M. and Giarratini, F., "Input-Output as a simple econometric model: a comment", Review of Economics and statistics, 61, pp. 621-623, 1979. Bruno, M., Dougherty, C. and Fraenkel, M, "Dynamic input-output, trade and development", in Carter, A. P. and brody, a. (eds.), Applications of InputOutput Analysis, Vol. II. Amsterdam: North-Holland, 1972. Bulmer-Thomas, V., "The valuation of transactions in input-output tables", Journal of Economic Studies, 5, pp. 1-19, 1978. Carter, A., "Incremental flow coefficients for a dynamic input-output model with changing technology", in Barna, T. (eds.), Structural interdependence and Economic Development. London: Macmillan, 1963. Chenery, H.B. and Clark, P., Interindustry Economics, J. Wiley & Sons, Inc., New York, 1959. Drabek, Z., "Input-output price models and their use in inter-country comparisons", Discussion Paper No. 80-26, dept. of economics, University of British Colombia, 1980. Evans, W.D. and Hoffenberg, M., "The interindustry relations study for 1947", Review of Economics and Statistics, 34, pp. 97-142, 1952. Fisher, W., "Criteria for aggregation in input-output analysis", Review of Economics and Statistics, 40, pp. 250-260, 1958. Badan Pusat Statistik, Tabel Input-Output Indonesia 2005, Jakarta. 243 244 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Daftar Pustaka Geary, R. C., "A method of estimating the elements of an interindustry matrix, knowing the row and colomn totals". Economic and Social Review, 4, pp. Jones, L. P. The Measurement of Hirschmanian linkages, Quartely Journal of 477-485, 1973. Gerking, S.D., Input-output as a simple econometric model: a reply, Review Kaneko, Yukio, Input-Output Table and Input-Output Analysis, ESD, Bank of economics and statistics and statistics, 61, pp. 623-626, 1979. Ghosh, A., Input-output models for planning in a mixed economy-a new approach, Paper presented to the Seventh International Conference on Input-Output Techniques, Innsbruck, April, 1979. Government of Japan, 1970 Input-Output Tables, Explanatory Report, Tokyo, 1974. Economics, 90, pp. 323-333, 1976. Indonesia, Jakarta, 1973. Kaneko, Yukio, On the Treatment of Imports in the Entry of the Input-Output Table, ESD, Bank Indoseia, jakarta, 1973. Kendrick, John, Economic accounts and Their uses, Mc. Graw Hill, New York, 1972. Kossov, V., The theory aggregation in input-output models, in Carter, A.P. and Brody, A. (eds.), Contributions to Input-Output Analysis, Vol. I. Hadley, G., Linear Algebra. Reading, Mass : Addison-Wesley, 1961. Henry, E. W., Relative efficiency of RAS versus least squares methods of Amsterdam: North-Holland, 1970. Kuyvenhoven, A., Planning with the semi input-output method. Leiden : updating input-output structures, as adjudged by application to Irish data, Martinus Nijhoff, 1978. Lecomber, J.R.C., A generalisation of RAS, Cambridgr, Departmen of Applied Economic and Social Review, 5, pp. 7-29, 1973. Hoover, E., An Introduction to Regional Economics. New York : Alfred A. Knopf, 1971. Institute of Developing Economics, Detailed Programme of 1970 Input-Output Economics, growth Project Paper No.196, 1964. Lecomber, J.R.C., A critique of methods of adjusting, updating and projecting matrices, in Allen R.I.G. and Gossling, W.F. (eds.), Estimating and Table of Japan, Tokyo, 1974. Institute of Developing Economics, International Input-Output Table Japan- Projecting Input-Output Coefficientson: Input-Output Publishing Co, 1975. Korea 1970, Tokyo, 1975. Isard, W., International and regional input-output analysis : a model of a LEKNAS-KYODAI, Input-Output Table of Indonesia, 1969 Inter-Industrial Transactions Studies, Kyoto, 1973. space economy, Review of Economics and Statistics and Statistics, 33, Leontif, W., The Structure of american Economy 1919-1939. Cambridge, pp. 318-328, 1951. Isard, W. and langford, T., Regional Input-Output Study : Recollections, Mass. : Harvard University Press, 1951. Leontif, W., Interregional Theory, in Leontif, W. (ed.), Studies in the Structure Reflections and Diverse Notes on the Pliladelphia Experience. Cambridge, Mass : MIT Press, 1971. Johansen, L., On the theory of dynamic input-output models with defferent time profiles of capital construction and finite life-time of capital of the United State Economy. New York, OUP, 1953. Leontif, W., Domestic Produstion and Foreign Trade : the American capital position re-examined, in Input-Output Economics, Oxford: Oxford University Press, 1966. equipment, Journal of Economic Theory, 19, pp. 513-533, 1978. 245 246 TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Leontif, W., The dynamic inverse, in Carter, A. and brody, A. (eds.), Contributions to Input-Output Analysis, Vol. I. Amsterdam: North- Daftar Pustaka Stone, R. et al., Input-Output Relationships 1954-66. Vol. 3 of a Programme for Growth, Cambridge, Department of Applied Economics, London : Holland, 1970. Lynch, R. G., An assessment of the RAS method for updating input-output tables, Paper presented to the Seventh International Conference on Taylor, L., Macro Models for Developing Countries. New York: McGraw-Hill, 1979. Input-Output Techniques, Innsbruck, April, 1979. Malinvaud, E., Aggregation problems in input-output models, in Barna, T. United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F, No.2, Rev.3, New York, 1968. (ed.), The Structural Interdependence of the Economy. New York: Wiley, 1956. United Nations, Problems of Input-Output Tables and analysis, Studies in Methods, Series F, No.14, Rev.1, New York, 1973. Meirnyk, William H., The Elements of Input-Output Analysis, Random House, United Nations, Input-Output Tables and Analysis, Studies in Methods, Series Inc., New York, 1965. Morimoto, Y., On aggregation problems in input-output analysis. Review of F, No.14, Rev.1, New York, 1973. United Nations, International standard Classification, International Standard Economic Studies, 37, pp. 119-126, 1970. Morimoto, Y., A note on weighted aggregation in input-output analysis, Classification of All Goods and Services (ICGS), Draft, E/CN. 3/493, New Delhi, 1976. Waugh, F., Inversion of the Leontief matrix by a power series, Econometrica, International Economic Review, 12, pp. 138-143, 1971. O-Connor, R. and Henry, E. W., Input-Output Analysis and its Applications, London: Charles Griffin, 1975. Rassmussen, P., Studies in Intersectoral Relations. Amsterdam: NorthHolland, 1957. Chapman and Hall, 1963. 18, pp. 142-154, 1950. Yamashita, Shoishi, Elementary Mathematics for Input-Output Analysis, ESD, Bank Indonesia, Jakarta, 1973. Richarson, H., Input-Output and Regional Economics, London: Weidenfeld and Nicolson, 1972. Riefler, R. and Tiebout, C. M., International input-output: an empirical California-Washington model. Journal of Regional Science, 10, pp. 135152, 1970. Schaffer, W. A. and Chu, K., Non-survey techniques for constructing Regional interindustry models, Paper and Proceedings of the Regional Science Association, 23, pp. 83-101, 1969. Stone, R., Input-Output and National Accounts, OEEC, Paris, June, 1961. 247 248 Tim Penyusun Buku Pengarah 1. Sugito Suwito, MA 2. Kusmadi Saleh, MA Penanggung jawab Penanggung jawab : 1. DR. Komet Mangiri Penyunting : Penyunting : 1. Arie Sukarya, M.Com 2. Drs. Waris Marsisno, M.Stat 3. Budi Cahyono, SSi 4. Wikaningsih, SE Penulis : Pengetikan : Tim Subdit Konsolidasi Neraca Produksi Nasional Pengetikan : Tim Revisi Buku : Tjahyani Sudirman, BSt; Dr. Komet Mangiri; Dr. Slamet Sutomo; Rusman Heriawan, SE; Supriyanto, MA; Arie Sukarya, M.Com; Drs. Waris Marsisno, M.Stat; Budi Cahyono, SSi; Wiwiek Arumwati, M.Si; Nursinah Amal Urai, MA; Abdul Rahman, SE; Dyan Pramono Effendi, SE; Ir. Emil Azman, MBA; Dianawati, BSt; Sudartono Busmin Oloan M : 1. Supriyanto M.A. 1. Ihsanurijal, M.Si. 2. Suryadiningrat, MM 3. Eko Oesman M.Si 4. Rerta Mastiani S.Si 5. Suryadi, MM 6. Busminoloan, SE 7. Arif Maelan Khasani, S.ST 8. Ratna Sulistyowati, S.ST 9. Budi Triyanto