ANALISIS KIMIA DAN PENGUJIAN SIFAT FISIK BATUBARA KELOMPOK 4 KELAS 4 KA Alda Marsela 061830400269 Rizki Nurjanah 061830400285 Selia Putri Ayu 061830400287 Mata Kuliah : Teknologi Minyak Bumi, Gas, dan Batubara Dosen Pengampu : Taufik Jauhari, S.T., M.T. 1. ANALISIS BATUBARA 2 Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menentukan kualitas batubara : 1. High Heating Value (HHV) 4. Ash Content dan Komposisi Semakin tinggi high heating value maka Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung aliran batubara setiap jamnya semakin rendah komposisinya mempengaruhi tingkat pengotoran sehingga (fouling), keausan dan korosi peralatan yang dilalui. kecepatan coal feeder harus 5. Sulfur Content disesuaikan. 2. Moisture Content Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat Mempengaruhi jumlah pemakaian udara korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen primernya. 3. pemanas udara. Volatile Matter Mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas nyala api. 3 6. Coal Size Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar. 7. Hardgrove Grindability Index (HGI) Makin tinggi harga HGI, makin lunak batubara tersebut. 8. Ash Fusion Characteristic Mempengaruhi tingkat fouling, slagging dan operasi blower. 4 Analisis Proksimat Kandungan Air Kandungan Fixed Carbon Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya Dalam penggerusan, kelebihan kandungan air akan berakibat pada komponen mesin penggerus karena abrasi. Semakin besar kadar air yang terkandung oleh batubara maka akan semakin besar pula nilai kalor dalam pembakaran. karbon yang terdapat dalam material sisa setelah volatile matter dihilangkan. Kandungan FC digunakan sebagai indeks hasil kokas dari batubara pada waktu dikarbonisasikan, Kandungan Abu Volatile Matter Abu mengandung oksida-oksida logam seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, dan CaO, yang terdapat didalam batubara. Dalam pembakaran, semakin tinggi kandungan ash batubara, semakin rendah panas yang diperoleh dari batubara tersebut. volatile matter (VM) ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah dikoreksi oleh kadar moisture). 5 Analisis Ultimat Karbon dan Hidrogen Oksigen Dibebaskan sebagai CO2 dan H2O ketika batubara dibakar. CO2 bisa berasal dari mineral karbonat, dan H2O bisa berasal dari mineral lempung. Kadar karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk nilai fuel ratio. Ketika batubara teroksidasi, oksigen dapat hadir sebagai oksida, hidroksida dan mineral sulfat, seperti material organik yang teroksidasi. Nitrogen Sulphur Batubara dengan nitrogen yang rendah lebih diharapkan pada industri. Batubara tidak boleh mengandung nitrogen lebih dari 1.5-2.0% (d.a.f.) Kandungan total dari sulfur pada steam coal untuk pembangkit listrik tidak boleh melebihi 0.8-1 % (air-dried);tergantung dari peraturan emisi local. Sulfur menyebabkan korosi dan pengotoran pada pipa boiler dan menyebabkan polusi udara ketika dikeluarkan sebagai asap cerobong. 6 Chlorine Salah satu elemen batubara yang dapat menimbulkan korosi (pengkaratan) dan masalah fouling/slagging (pengkerakkan) pada ketel uap. Calorivic Value Calorivic value adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh pembakaran contoh batubara di laboratorium. Phosporus Adanya phosphorus (posfor) di dalam coking coal sangat tidak diinginkan karena dalam peleburan baja, phosphorus akan berakumulasi dan tinggal dalam baja yang dihasilkan. Relative Density Relative density adalah perbandingan berat contoh batubara (+ 2 gram) yang telah dihaluskan (-212 micron), dengan berat air yang dipindahkan oleh contoh batubara tersebut dari pycnometer yang digunakan untuk pengujian pada suhu 30+0.1°C. Carbonate Carbondioxide untuk mendapatkan angka yang dapat dipergunakan sebagai pengoreksi hasil penetapan karbon, sehingga karbon yang dilaporkan hanyalah karbon organik 7 Tabel 1. ASTM Specifications For Solid Fuels high-volatile A hvAb <69 >31 8160 high-volatile B hvBb 57 57 6750-8160 high-volatile C hvCb 54 54 7410-8375 6765-7410 Fixed Volatile Heating carbon matter values subbituminous B Dry Dry Dry basis (%) (%) (Kcal/kg) Subbituminous subbituminous A subA Group Class Name Anthracite Bituminous Symbol meta-anthracite Ma >98 >2 7740 Anthracite An 92-98 2.0-8.0 8000 Semiantrahracite Sa 86-92 8.0-15 8300 low-volatile Lvb 78-86 14-22 8741 medium volatile Mvb 89-78 22-31 8640 high-volatile A hvAb <69 >31 8160 high-volatile B hvBb 57 57 6750-8160 high-volatile C hvCb 54 54 7410-8375 Lignite subbituminous B subA 55 55 6880-7540 sub 56 56 6540-7230 55 6880-7540 sub 56 56 6540-7230 subbituminous C subC 53 53 5990-6860 lignite A ligA 52 52 4830-6360 lignite B ligB 52 52 <5250 Sumber : Krik-Othmer, Volume 6 6765-7410 Subbituminous subbituminous A 55 8 II. PENGUJIAN SIFAT FISIK BATUBARA 9 Jenis – jenis pengujian sifat fisik batubara Pengujian Nilai Muai Bebas Penentuan Nilai Kalor angka yang menunjukkan pemuaian batubara yang dipanaskan pada kondisi standar, dengan cara membandingkan profil dari kokas yang terbentuk terhadap gambar profil standar Nilai kalor batubara adalah panas yang dihasilkan oleh pembakaran setiap satuan berat batubara pada kondisi standar Penentuan Nilai Ketergerusan Hardgrove Penentuan Sifat Pengkokasan Batubara Menurut Gray-King Yaitu angka yang menunjukkan kemudahan Pengujian batubara untuk digerus. Nilai HGI yang tinggi menyatakan batubara ini dilakukan dengan mengkarbonisasi sampel batubara dalam tersebut tabung pada suhu rendah (600) , kemudian mudah digerus dan sebaliknya. kokas yang terbentuk dibandingkan dengan gambar profil standar. 10 Pengujian dilatometri sampel batubara menurut Audibert Arnu. Dilatometri adalah nilai yang menunjukkan Penentuan titik leleh abu batubara terjadinya dilatasi dan Titik leleh adalah suhu yang menunjukkan kontraksi (pengerutan) sampel terjadinya perubahan karakteristik dari abu (pengembangan) selama batubara dipanaskan pada kondisi standar. batubara bila dipanaskan pada kondisi standar. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut: Penentuan sifat coking batubara menurut Abu batubara dcetak menjadi bentuk Roga (Roga Index) Nilai roga adalah angka yang menunjukkan piramida atau bentuk kubus, kemudian kemampuan batubara untuk menggumpal dipanaskan pada suasana reduksi atau (coking) oksidasi dan damai secara kontinu. bila dipanaskan pada kondisi standar. 11 Thanks! Ada Pertanyaan ? 12