PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016 TUGAS KESEHATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA MEMPERBAIKI STATUS KESEHATAN DAN KEMANDIRIAN LANJUT USIA THE FAMILY HEALTH TASKAS EFFORTS TO IMPROVE THE HEALTH STATUS AND INDEPENDENCE OF ELDERY Tutik Yuliyanti 1), Erna Zakiyah2) Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo [email protected], [email protected] Abstrak Keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kesehatan lansia. Sesuai dengan tugas kesehatan keluarga upaya untuk meningkatkan status kesehatan dan kemandirian lansia perlu dilakukan asuhan keperawatan keluarga.Tujuan penelitianini untuk menganalisis pengaruhtugas kesehatan keluarga terhadap status kesehatan dan kemandirian lanjut usia. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen)menggunakan rancangan Pre Eksperimental One Group Pretest and Posttest desigsn, melibatkan hanya satu kelompok eksperimen diberikanimplementasi tugas kesehatan keluarga dengan asuhan keperawatan keluarga.Teknik pengambilan sampel puposive samplingsejumlah sampel 30 keluarga dengan lanjut usia yang mempunyai masalah kesehatan.Hasil penelitian1) Ada pengaruh tugas kesehatan keluargasebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan keluarga terhadap status kesehatan lanjut usia (CI: 95%, p = 0,000) dengan harga t hitung sebesar 5.022 dan nilai signifikasi sebesar 0,000 (p < 0,005). 2) Tidak ada pengaruh tugas kesehatan keluarga sebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan keluarga terhadap kemandirian lanjut usia dengan harga t hitung sebesar -.0626 dan nilai signifikasi sebesar 0.536 (p > 0,005).Simpulan: tugas kesehatan keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga berpengaruhterhadap status kesehatan lanjut usia, tetapi tidak berpengaruh terhadap kemandirian lanjut usia. Kata Kunci: tugas kesehatan keluarga, kesehatan lansia, kemandirian lansia. Abstract Family is effective and aficient means to improve elderly. Match with family health task effect to improve the health state and the independence at elderly it is need to do family nurshing care. The purpose of this riset to analyze the influence of family health assignment to the status of health and independence of older persons. This research was a quasi-experimental research (quasi) using pre experimental design one group pretest and posttest desigsn, involves only one experimental group was given the task of implementing the family health nursing care family. The sampling technique was purposive sampling the sample was 30 families with elderly when has health problems. The results of the study shows 1) There is the influence of family health tasks before and after nursing care for their families to the health status of the elderly (95%, p = 0.000) with the price t count for 5022 and significant value of 0.000 (p <0.005). 2) There is no influence family health tasks before and after the independence of family nursing care of elderly at a price t count of -.0626 and significant value for 0536 (p> 0.005). Conclusion: The task of family health through family nursing care affect the health status of the elderly, but does not affect the independence of the elderly. Keyword:family health task, the health of theelderly, elderly independence. kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degenerative.Tahun 2012, penduduk lansia sebesar 7,56 % yang PENDAHULUAN Peningkatan umur harapan hidup mengakibatkan transisi epidemiologi dalam bidang 49 PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016 paling banyak adalah perempuan (8,2%). Lansia lebih banyak tinggal di pedesaan, dari sebaran penduduk lansia Indonesia 10,34% berada di Jawa Tengah. Rasio ketergantungan penduduk tua (old dependency ratio) terhadap usia produktif 11.90 %, artinya setiap 100 orang usia produktif harus menanggung 12 orang lansia. Pendidikan lansia relative masih rendah (59,16%) tidak sekolah, hal ini mempengaruhi aksesibiltas ke fasilitas kesehatan. Lansia masih memegang peranan penting dalam rumah tangga (90%) sebagai kepala rumah tangga. Sekitar 45,41% lansia Indonesia bekerja produktif di sektor pertanian karena pendidikan masih rendah. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat penyakit degenerative, sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut (hipertensi, stroke, diabetes melitus, radang sendi). Masalah degenerative mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh, sehingga rentan terserang infeksi (tuberculosis, diare, pneumonia, hepatitis). Faktor yang mempengaruhi kondisi fisik dan daya tahan tubuh adalah pola hidup yang dijalani sejak dini. Merokok dan obesitas merupakan faktor resiko penyakit degeneratife yang ratarata dialami pada kelompok umur 45 – 64 tahun (Kemenkes RI, 2013). Keberadaan lansia mempunyai dampak yang sangat besar pada keluarga dan pelayanan kesehatan, karena lansia merupakan pengguna pelayanan kesehatan dan pengguna bantuan pemberi asuhan terbesar dalam kehidupan keluarga. Penelitian di bidang kesehatan keluarga secara jelas menunjukkan bahwa keluarga berpengaruh besar pada kesehatan fisik anggotanya. Keluarga berperan penting dalam semua bentuk promosi kesehatan dan penurunan resiko. Saat ada masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapat bantuan yang lebih banyak dari keluarga. Keluarga merupakan sumber bantuan terpenting bagi anggotanya yang dapat mempengaruhi gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya yang berorientasi pada kesehatan. Keluarga dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Keluarga mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggotanya dan bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya kesehatan yang diinginkannya. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien untuk mengupayakan kesehatan (Friedman et al, 2010). Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang komprehensif yang diberikan kepada lansia dan keluarga dengan tujuan meningkatkan kesehatan, rehabilitasi kesehatan, memaksimalkan kemampuan lansia dan keluarga dalam meningkatkan status kesehatan serta meminimalkan dampak proses penuaan atau gangguan kesehatan yang terjadi pada lansia dengan pendekatan proses keperawatan (Mubarok, 2006). Keluarga diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan keluarganya, sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan. Keluarga mempunyai 5 (lima) tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu: kemampuan mengenal masalah kesehatan, kemampuan mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat, kemampuan merawat anggota keluarga, kemampuan mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan dan memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga, kemampuan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Andarmoyo, 2012). Berdasarkan hasil survey di Desa Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, didapatkan bahwa sebagian besar lansia tinggal dengan keluarganya namun ada yang tinggal sendiri dirumahnya. Masalah kesehatan yang dialami antara lain: hipertensi, radang sendi, stroke, diabetes mellitus. Sebagian besar aktifitas dan mata pencaharian warga adalah petani. Kegiatan posyandu lansia berjalan aktif, tetapi sebagian lansia kurang rutin untuk melakukan pemeriksaan. Lansia yang kurang sehat beralasan disebabkan karena tidak ada anggota keluarga yang mengantar ke posyandu lansia. Hasil wawancara peneliti dengan keluarga yang mempunyai lansia di desa Sukoharjo didapatkan: keluarga sudah mengenal masalah kesehatan, tetapi belum mengetahui tentang penyebab, tanda dan gejala yang pasti, penatalaksanaan yang tepat dan komplikasi penyakit yang diderita lansia. Keluarga belum mengetahui dengan jelas mengenai sifat dan perkembangan penyakit yang diderita lansia, karena tidak mendapat informasi yang lengkap dari tenaga kesehatan. Keluarga melakukan perawatan dengan penuh perhatian, tetapi ada yang merawat lansia dengan sisa waktu setelah bekerja. Penanggungjawab dalam perawatan lansia adalah anakanaknya sekaligus merupakan sumber keuangan yang diperlukan lansia. Keluarga berharap terhadap kesembuhan lansia yang mengalami 50 PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016 sakit, sehingga lansia dapat mandiri untuk mengurus dirinya sendiri. Keluarga telah berupaya untuk pencegahan penyakit dengan makan teratur, menjaga kesehatan badan dan lingkungan, tetapi jarang melakukan olah raga. Keberadaan fasilitas kesehatan yang ada di desa Sukoharjo antara lain: puskesmas, praktek dokter swasta, rumah sakit. Keluarga mengatakan banyak keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan yaitu: pengetahuan dan biaya yang terjangkau, apalagi setelah adanya program BPJS. Upaya lansia untuk mencapai sarana pelayanan kesehatan rata-rata diantar oleh anak-anaknya. Penelitian yang dilakukan oleh Agrina (2013),tentang efektifitas asuhan keperawatan keluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga mengatasi kesehatan di keluarga, hasil penelitian menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatankeluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga (p value = 0.000). Penting sekali perawat melakukan asuhan keperawatan pada keluarga dalam bentuk kunjungan rumah guna membantu keluarga mengatasi masalah kesehatan yang ada di keluarga sehingga status kesehatan keluarga dapat meningkat. Selanjutnya penelitian tentang hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia yang dilakukan Sutikno (2011), dengan hasil terdapat hubungan positif yang sangat kuat dan secara statistic signifikan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia. Kesimpulan tersebut dibuat setelah mengontrol pengaruh faktor perancu antara lain: usia, jenis kelamin, bentuk keluarga, pekerjaan. Dokter keluarga disarankan untuk membuka informasi dan edukasi kepada keluarga untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam rangka meningkatkan kualitas hidup lansia. Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman yaitu: a) Mengenal gangguan masalah perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami setiap anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga. b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan tindakan yang tepat untuk keluarga. c) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda. d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan yang ada. Tugas perkembangan keluarga pada tahap lanjut usia salah satunya menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan (Andarmoyo 2012). Lansia adalah seseorang yang mencapai 60 tahun keatas, menua merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang yang belum tergolong lansia atau masih muda tetapi sudah terlihat kemunduran-kemunduran yang menyolok. Pada lansia dapat mengalami perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan spiritual. Proses menua akan menyebabkan kemunduran berbagai fungsi organ pada lansia, seperti kemunduran pada system musculoskeletal akan menyebabkan seorang lansia akan menjadi lambat gerakannya, otot-otot menjadi kram, tremor, persendian menjadi kaku serta timbulnya nyeri. Perubahan mental dan psikososial akan mempengaruhi motivasi pada lansia. Semua perubahan tersebut menjadi kendala lansia untuk melakukan aktifitas secara mandiri. Kriteria kemandirian dapat dikategorikan: mandiri penuh, memerlukan alat bantu, memerlukan bantuan minimal, memerlukan bantuan berupa pengawasan, memerlukan pengawasan secara keseluruhan, memerlukan bantuan total. Tingkat kemandiran dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengkajian fungsional Bartel Indeks dikategorikan: ketergantungan, ketergantungan berat/sangat tergantung, ketergantungan sedang, ketergantungan ringan, mandiri (Azizah, 2011). METODEPENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) menggunakan rancangan penelitian Pre Eksperimental One Group Pretest and Posttest desigsn, melibatkan hanya satu kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberikan implementasi tugas kesehatan keluarga dengan asuhan keperawatan keluarga. Tempat penelitian 51 PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016 dilakukan di Desa Langsur, Desa Klaseman, Desa Sayegan, Desa Sukoharjo; Kecamatan Sukoharjo. Populasidalam penelitian ini adalah keluarga dengan lansia yang mempunyai masalah kesehatan. Sampel pada penelitian sejumlah 30 keluarga. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Langkah dalam melaksanakan penelitian dimulai mengidentifikasi masalah terkait dengan kemampuan perawatan kesehatan keluarga terhadap lansia. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi dan studi dokumentasi, memberikan pretest kepada responden menggunakan kuesioner status kesehatan lansia dan kemandirian lansia Pemberian asuhan keperawatan keluarga: Pengkajian menggunakan metode: wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga, data sekunder. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian.Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar. Implementasi keperawatan: menstimuli kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan ,menstimuli keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatanyang ada, Evaluasi keperawatan dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Melakukan post test kepada responden menggunakan kuesiner. Analisis data dilakukan dengan uji Paired Sampel t test. Data dianalisis menggunakan program SPSS for windows versi 18. lanjut:hipertensi, stroke, diabetes melitus, radang sendi (Azizah, 2011). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden Jenis kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 16 53,3% Perempuan 14 46,7% Total 30 100% Berdasarkan tabel 1. hasil analisis distribusi frekwensi yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 53,3 %, perempuan 46,7%.Hal ini berbeda dengan data Kemenkes (2013), bahwa penduduk lansia yang paling banyak adalah perempuan (8,2%) dan hasil penelitian Rinajumita (2013), bahwa responden penelitian yang berjenis kelamin perem-puan lebih banyak yaitu (56,7%) Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Pernikahan Responden Status pernikahan Menikah Janda Jumlah Persentase 23 6 76,7% 20% Duda 1 3,3% Total 30 100% Berdasarkan tabel 2. hasil analisis distribusi frekwensi status pernikahan yang menikah sebesar 76,7%, janda sebesar 20 %, duda 3,3%.Hal ini didukung dengan data Kemenkes (2013), lansia masih memegang peranan penting dalam rumah tangga (90%) sebagai kepala rumah tangga. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Pendidikan HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sampel Hasil distribusi 30 responden berdasarkan usia, rata-rata (mean) usia responden 65 tahun, usia minimum: 50 tahun, usia maximum: 86 tahun. Sesuai batasan lansia WHO usia biologis lansia meliputi usia pertengahan (middle age): usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly): 60-74 tahun, lanjut usia tua (old): 75-90 tahunDengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat penyakit degenerative, sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia Jumlah Persentase SD 9 30% SMP 2 6,7% SMA 7 23,3% Tidak Sekolah 12 40% Total 30 100% Berdasarkan tabel 3. hasil analisis distribusi frekwensi pendidikan yang lulus SD sebesar 30%, lulus SMP sebesar 6,7%, lulus SMA sebesar 23,3 52 PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016 Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6. hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesehatan lansia sebelum dilakukan asuhan keperawatan keluarga /data pretest rata-rata/mean: 106,07 dengan standar deviasi: 15,0, dan nilai rata-rata data posttest 98.53 dengan standar deviasi 14.52, sedangkan untuk nilai t hitung sebesar 5.022 dengan signifikansi 0.000 (p < 0,005) , yang berarti ada pengaruh yang bermakna status kesehatan lansia sebelum dan setelah dilakukan tugas kesehatan keluarga dengan asuhan keperawatan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian lansia rata-rata/mean: 4,63 dengan standar deviasi 0.80 dan nilai rata-rata data posttest 4.70 dengan standar deviasi 0.53, sedangkan untuk nilai t hitung sebesar .0626 dengan signifikansi 0.536 (p > 0,005), yang berarti tidak ada pengaruh yang bermakna kemandirian lansia sebelum dan setelah dilakukan tugas kesehatan keluarga dengan asuhan keperawatan keluarga. %, tidak sekolah 40%.Hal ini didukung dengan data Kemenkes (2013), bahwa pendidikan lansia relative masih rendah (59,16%) tidak sekolah sehingga hal ini mempengaruhi aksesibiltas ke fasilitas kesehatan. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Pekerjaan Jumlah Petani Persentase 8 26,7% 10 33,3% 2 6,7% Tidak bekerja 10 33,3% Total 30 100% Wiraswasta Lainnya Berdasarkan tabel 4. hasil analisis distribusi frekwensi pekerjaan yang bekerja petani sebesar 26,7%, wiraswasta sebesar 33,3%, lainnya sebesar 6,7 %, tidak bekerja 33,3%. Hal ini berbeda dengan data Kemenkes (2013), sekitar 45,41% lansia Indonesia bekerja produktif di sektor pertanian karena pendidikan masih rendah. PEMBAHASAN Pengaruh Tugas Kesehatan Keluarga Terhadap Status Kesehatan Lansia Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesehatan lansia sebelum dilakukan asuhan keperawatan keluarga /data pretest rata-rata/mean: 106,07 dengan standar deviasi: 15,0, dan nilai rata-rata data posttest 98.53 dengan standar deviasi 14.52, sedangkan untuk nilai t hitung sebesar 5.022 dengan signifikansi 0.000 (p < 0,005) , yang berarti ada pengaruh yang bermakna tugas kesehatan keluarga sebelum dan setelah dilakukan dengan asuhan keperawatan keluarga.terhadap status kesehatan lansia Keluarga diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan anggota keluarganya, sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan. Keluarga mempunyai 5 (lima) tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu: kemampuan mengenal masalah kesehatan, kemampuan mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat, kemampuan merawat anggota keluarga, kemampuan mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan dan memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga, kemampuan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Andarmoyo, 2012). Penelitian di bidang kesehatan keluarga secara jelas menunjukkan bahwa keluarga berpengaruh besar pada kesehatan fisik anggotanya. Keluarga berperan penting dalam semua bentuk promosi kesehatan dan penurunan resiko (Campbell (2000) dalam Friedman et al, 2010). Saat ada masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapat bantuan yang lebih banyak dari keluarga. Keluarga merupakan sumber bantuan terpenting bagi anggotanya yang dapat mempengaruhi gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya yang berorientasi pada kesehatan. Keluarga dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Keluarga mempunyai peran utama dalam Analisis Data Penelitian Uji T Status kesehatan dan kemandirian lansia Tabel 5. Paired Samples Statistics. Pair 1 Pair 2 Variabel Mean N Std.De viation Std.Error Mean Status kesehatan (pretest) Status kesehatan (posttest) 106.07 30 15.00 2.74 98.54 30 14.52 2.65 4.63 30 .80 .15 4.70 30 .53 .09 Kemandirian lansia (pretest) Kemandirian lansia (posttest) Tabel 6. Paired Samples Test. Paired Differences Variabel 95% Confidence interval of the Difference Lower t Sig.(2tailed) Upper Pair 1 Status kesehatan (pretest) Status kesehatan (posttest) 4.47 10.60 Pair 2 Kemandirian lansia (pretest) Kemandirian lansia (posttest) -.28 .15 5.022 .000 .626 .536 53 PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016 pemeliharaan kesehatan seluruh anggotanya dan bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya kesehatan yang diinginkannya. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien untuk mengupayakan kesehatan. Tujuan perawatan kesehatan keluarga adalah mengharapkan keluarga mengelola masalah kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga dan melindungi serta memperkuat pelayanan masyarakat tentang perawatan kesehatan (Friedman et al, 2010). Penelitian Griffin et al (2013), keluarga dan perawat/caregiver dalam memberikan intervensi perawatan kesehatan effektif meningkatkan hasil status kesehatan pada lansia dengan gangguan memori dan kanker. Terbukti bahwa keluarga terlibat dalam intervensi meningkatkan hasil pasien yaitu efikasi, spesifisitas dan efektivitas. Penelitian Dobrzyn-Matusiak et al (2014), menemukan bahwa aspek kesehatan lanjut usia bervariasi tergantung bentuk perawatan yang diberikan , status kesehatan yang paling rendah ditemukan pada lansia yang dirawat di rumah. Lansia yang dirawat di rumah menunjukkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari serta beresiko tinggi terjadi depresi dan gangguan kognitif. Depresi dan gangguan kognitif pada lansia tersebut terkaid dengan kesepian akibat kesendirian,lamanya perawatan di siang hari. Otawa (2015), meninjau bukti klinis bahwa asuhan pada keluarga efektif dalam perawatan klien yang berpusat pada keluarga dengan delapan prinsip perawatan (menghormati pasien, preferensi, dan kebutuhan express; koordinasi dan integrasi perawatan; informasi dan pendidikan; kenyamanan fisik; dukungan emosional, pengentasan ketakutan dan kecemasan; keterlibatan teman-teman dan keluarga; kontinuitas dan transisi; akses ke pelayanan kesehatan). raga. Dari hasil penelitiannya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia, jenis kelamin, pendidikan, aktivitas sosial tetapi terdapat hubungan kondisi kesehatan, kehidupan beragama dan kondisi ekonomi. Didukung dari hasil penelitian Sutikno (2011), tidak menemukan hubungan yang secara statistik signifikan antara jenis kelamin, pekerjaan dengan kualitas hidup lansia. Yenny dan Herwana (2006), melakukan penelitian tentang Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup pada lanjut usia. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi penyakit kronis pada lansia besarnya 87,3% (267/300). Penyakit musculoskeletal, kardiovaskuler, urogenital, dan pernapasan lebih banyak dialami pria dibandingkan wanita. Sedangkan penyakit digestif dan metabolik lebih banyak dijumpai pada lansia wanita. Kejadian keganasan baik pada lansia pria maupun wanita tidak besar jumlahnya. Kualitas hidup lansia cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Rata-rata domain sosial kualitas hidup pada kelompok usia > 75 tahun paling rendah dibandingkan kelompok usia lainnya. Kualitas hidup domain fisik dan lingkungan berbeda secara bermakna antara lansia yang mengalami dan tidak mengalami penyakit kronis. Penyakit kronis secara bermakna menurunkan kualitas hidup lansia. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Agrina (2013), bahwa ada pengaruh yang signifikan pemberian asuhan keperawatan keluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan khusus: 1) lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan system tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Lansia berupaya meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan pola hidup sehat. 2) menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup, lansia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas hidupnya. 3) mempertahankan kepuasan pengaturan hidup, kehidupan lansia membutuhkan periode penyesuaian yang lama selama lansia memerlukan bantuan dan dukungan profesional perawatan kesehatan dan keluarga. Sesuai teori penuaan secara psikologis activity teory seseorang yang dimasa mudanya aktif dan akan terus memelihara keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori tersebut menyatakan bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak kegiatan sosial (Azizah, 2011). Pengaruh Tugas Kesehatan Keluarga Terhadap Kemandirian Lansia Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian lansia rata-rata/mean: 4,63 dengan standar deviasi 0.80 dan nilai rata-rata data posttest 4.70 dengan standar deviasi 0.53, sedangkan untuk nilai t hitung sebesar .0626 dengan signifikansi 0.536 , yang berarti tidak ada pengaruh tugas kesehatan keluarga sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga terhadap kemandirian lansia. Meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan berbagai permasalahan yang kompleks bagi lansia, keluarga dan masyarakat. Secara alami proses penuaan mengakibatkan perubahan fisik dan mental yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya. Perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sejalan dengan hasil penelitan Rinajumita (2011), factor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian lansia antara lain: faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, kondisi kesehatan, kehidupan beragama, kondisi ekonomi, aktivitas sosial, dukungan keluarga dan olah SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan ada pengaruh antara tugas kesehataan keluarga sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga terhadap status kesehatan lansia, tetapi tidak ada pengaruh antara tugas kesehataan keluarga 54 PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016 sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga terhadap kemandirian lansia. Griffin. J.M., Meis.L., Greer.N., Jensen.A., Macdonald.R MS.,Rutks I.,Carlyle. M.,Wild.T. 2013.Effectiveness of Family and Caregiver Interventions on Patient Outcomes Among Adult with Cancer or Memory-Related Disorder: A Systematic Review. Departement of Veterans Affair (US). Washington DC. http://www.ncbi. nlm.nih.gov/pubmed Saran Bagi keluarga dengan lansia dan kader kesehatan diharapkan lebih memperhatikan dalam mengupayakan peningkatan status kesehatan dan kemandirian lansia, sedangkan bagi instansi pelayanan kesehatan diharapkan dapat melakukan upaya – upaya (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang dapat meningkatkan status kesehatan dan kemandirian lansia melalui tugas kesehatan keluarga. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta: Buletin Data dan Informasi kesehatan RI. DAFTAR PUSTAKA Azizah. Lilik Ma‘rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ottawa. 2015. Patient- and Family- Centered Care Initiatives in Acute Care Settings: A Review of the Clinical Evidence, Safety and Guidelines. Canadian Agency for Drugs ang Teechnologies in Health. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Agrina, Reni Zulfitri. 2013. Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi Masalah Kesehatan Di Keluarga. http://resporitory.unri.ac.id/xmlui/bitstre am/…/isi10001.PDF. Rinajumita. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lansia. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. http://repository. unand.ac.id/16884/l. Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktek Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sutikno., Ekawati. 2011. Hubungan Antara Fungsi Keluarga Dan Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Kedokteran Indonesia. Volume 2 Nomor 1/Januari 2011. Halaman 73-79 Dobrzyn-Matusiak. Doroto., Marcisz. Czeslaw., Bak.Ewelina., Kulik. Halina., Marcisz. Ewa., 2014. Physical and Mental Health Aspects of Eldery in Social Care in Poland. Clinical Interventions in Aging. http://health.ebsco.com Yenny., Hernawa, E. 2006. Prevalensi Penyakit Kronis dan Kualitas Hidup pada lanjut usia di Jakarta Selatan. Universa Medicina. Oktober-Desember 2006, Vol 25 No.4, Hal 164 - 171. Friedman, Marilin.M, Bowden, Vicky.R., Jones, Elaine G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori dan Praktek. EGC. Jakarta 55