Uploaded by User50620

TUGAS KESEHATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA MEMPERBAIKI

advertisement
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016
TUGAS KESEHATAN KELUARGA SEBAGAI UPAYA MEMPERBAIKI STATUS
KESEHATAN DAN KEMANDIRIAN LANJUT USIA
THE FAMILY HEALTH TASKAS EFFORTS TO IMPROVE THE HEALTH STATUS AND
INDEPENDENCE OF ELDERY
Tutik Yuliyanti 1), Erna Zakiyah2)
Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo
[email protected], [email protected]
Abstrak
Keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kesehatan lansia. Sesuai
dengan tugas kesehatan keluarga upaya untuk meningkatkan status kesehatan dan kemandirian lansia
perlu dilakukan asuhan keperawatan keluarga.Tujuan penelitianini untuk menganalisis pengaruhtugas
kesehatan keluarga terhadap status kesehatan dan kemandirian lanjut usia. Metode penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen)menggunakan rancangan Pre Eksperimental One Group
Pretest and Posttest desigsn, melibatkan hanya satu kelompok eksperimen diberikanimplementasi tugas
kesehatan keluarga dengan asuhan keperawatan keluarga.Teknik pengambilan sampel puposive
samplingsejumlah sampel 30 keluarga dengan lanjut usia yang mempunyai masalah kesehatan.Hasil
penelitian1) Ada pengaruh tugas kesehatan keluargasebelum dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan
keluarga terhadap status kesehatan lanjut usia (CI: 95%, p = 0,000) dengan harga t hitung sebesar 5.022
dan nilai signifikasi sebesar 0,000 (p < 0,005). 2) Tidak ada pengaruh tugas kesehatan keluarga sebelum
dan sesudah dilakukan asuhan keperawatan keluarga terhadap kemandirian lanjut usia dengan harga t
hitung sebesar -.0626 dan nilai signifikasi sebesar 0.536 (p > 0,005).Simpulan: tugas kesehatan keluarga
melalui asuhan keperawatan keluarga berpengaruhterhadap status kesehatan lanjut usia, tetapi tidak
berpengaruh terhadap kemandirian lanjut usia.
Kata Kunci: tugas kesehatan keluarga, kesehatan lansia, kemandirian lansia.
Abstract
Family is effective and aficient means to improve elderly. Match with family health task effect to improve
the health state and the independence at elderly it is need to do family nurshing care. The purpose of this
riset to analyze the influence of family health assignment to the status of health and independence of
older persons. This research was a quasi-experimental research (quasi) using pre experimental design
one group pretest and posttest desigsn, involves only one experimental group was given the task of
implementing the family health nursing care family. The sampling technique was purposive sampling the
sample was 30 families with elderly when has health problems. The results of the study shows 1) There is
the influence of family health tasks before and after nursing care for their families to the health status of
the elderly (95%, p = 0.000) with the price t count for 5022 and significant value of 0.000 (p <0.005). 2)
There is no influence family health tasks before and after the independence of family nursing care of
elderly at a price t count of -.0626 and significant value for 0536 (p> 0.005).
Conclusion: The task of family health through family nursing care affect the health status of the elderly,
but does not affect the independence of the elderly.
Keyword:family health task, the health of theelderly, elderly independence.
kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka
kesakitan karena penyakit degenerative.Tahun
2012, penduduk lansia sebesar 7,56 % yang
PENDAHULUAN
Peningkatan umur harapan hidup mengakibatkan transisi epidemiologi dalam bidang
49
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016
paling banyak adalah perempuan (8,2%). Lansia
lebih banyak tinggal di pedesaan, dari sebaran
penduduk lansia Indonesia 10,34% berada di Jawa
Tengah. Rasio ketergantungan penduduk tua (old
dependency ratio) terhadap usia produktif 11.90
%, artinya setiap 100 orang usia produktif harus
menanggung 12 orang lansia. Pendidikan lansia
relative masih rendah (59,16%) tidak sekolah, hal
ini mempengaruhi aksesibiltas ke fasilitas
kesehatan. Lansia masih memegang peranan penting dalam rumah tangga (90%) sebagai kepala
rumah tangga. Sekitar 45,41% lansia Indonesia
bekerja produktif di sektor pertanian karena
pendidikan masih rendah. Dengan bertambahnya
umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat penyakit degenerative, sehingga penyakit
tidak menular banyak muncul pada usia lanjut
(hipertensi, stroke, diabetes melitus, radang
sendi). Masalah degenerative mengakibatkan
penurunan daya tahan tubuh, sehingga rentan
terserang infeksi (tuberculosis, diare, pneumonia,
hepatitis). Faktor yang mempengaruhi kondisi
fisik dan daya tahan tubuh adalah pola hidup yang
dijalani sejak dini. Merokok dan obesitas merupakan faktor resiko penyakit degeneratife yang ratarata dialami pada kelompok umur 45 – 64 tahun
(Kemenkes RI, 2013).
Keberadaan lansia mempunyai dampak yang
sangat besar pada keluarga dan pelayanan kesehatan, karena lansia merupakan pengguna
pelayanan kesehatan dan pengguna bantuan pemberi asuhan terbesar dalam kehidupan keluarga.
Penelitian di bidang kesehatan keluarga secara
jelas menunjukkan bahwa keluarga berpengaruh
besar pada kesehatan fisik anggotanya. Keluarga
berperan penting dalam semua bentuk promosi
kesehatan dan penurunan resiko. Saat ada masalah
kesehatan, kebanyakan individu mendapat bantuan yang lebih banyak dari keluarga. Keluarga
merupakan sumber bantuan terpenting bagi
anggotanya yang dapat mempengaruhi gaya hidup
atau mengubah gaya hidup anggotanya yang
berorientasi pada kesehatan. Keluarga dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya
sendiri. Keluarga mempunyai peran utama dalam
pemeliharaan kesehatan seluruh anggotanya dan
bukan individu itu sendiri yang mengusahakan
tercapainya kesehatan yang diinginkannya.
Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan, keluarga merupakan perantara yang efektif
dan efisien untuk mengupayakan kesehatan
(Friedman et al, 2010).
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia
adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang
komprehensif yang diberikan kepada lansia dan
keluarga dengan tujuan meningkatkan kesehatan,
rehabilitasi kesehatan, memaksimalkan kemampuan lansia dan keluarga dalam meningkatkan
status kesehatan serta meminimalkan dampak
proses penuaan atau gangguan kesehatan yang
terjadi pada lansia dengan pendekatan proses
keperawatan (Mubarok, 2006). Keluarga diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan
keluarganya, sesuai dengan fungsi pemeliharaan
kesehatan. Keluarga mempunyai 5 (lima) tugas di
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, yaitu: kemampuan mengenal masalah
kesehatan, kemampuan mengambil keputusan
tindakan kesehatan yang tepat, kemampuan
merawat anggota keluarga, kemampuan mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
dan memodifikasi lingkungan untuk menjamin
kesehatan keluarga, kemampuan memanfaatkan
fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga (Andarmoyo, 2012).
Berdasarkan hasil survey di Desa Sukoharjo,
Kecamatan Sukoharjo, didapatkan bahwa sebagian besar lansia tinggal dengan keluarganya
namun ada yang tinggal sendiri dirumahnya.
Masalah kesehatan yang dialami antara lain:
hipertensi, radang sendi, stroke, diabetes mellitus.
Sebagian besar aktifitas dan mata pencaharian
warga adalah petani. Kegiatan posyandu lansia
berjalan aktif, tetapi sebagian lansia kurang rutin
untuk melakukan pemeriksaan. Lansia yang
kurang sehat beralasan disebabkan karena tidak
ada anggota keluarga yang mengantar ke
posyandu lansia.
Hasil wawancara peneliti dengan keluarga
yang mempunyai lansia di desa Sukoharjo
didapatkan: keluarga sudah mengenal masalah
kesehatan, tetapi belum mengetahui tentang
penyebab, tanda dan gejala yang pasti, penatalaksanaan yang tepat dan komplikasi penyakit
yang diderita lansia. Keluarga belum mengetahui
dengan jelas mengenai sifat dan perkembangan
penyakit yang diderita lansia, karena tidak
mendapat informasi yang lengkap dari tenaga
kesehatan. Keluarga melakukan perawatan dengan
penuh perhatian, tetapi ada yang merawat lansia
dengan sisa waktu setelah bekerja. Penanggungjawab dalam perawatan lansia adalah anakanaknya sekaligus merupakan sumber keuangan
yang diperlukan lansia. Keluarga berharap
terhadap kesembuhan lansia yang mengalami
50
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016
sakit, sehingga lansia dapat mandiri untuk
mengurus dirinya sendiri. Keluarga telah berupaya untuk pencegahan penyakit dengan makan
teratur, menjaga kesehatan badan dan lingkungan,
tetapi jarang melakukan olah raga. Keberadaan
fasilitas kesehatan yang ada di desa Sukoharjo
antara lain: puskesmas, praktek dokter swasta,
rumah sakit. Keluarga mengatakan banyak keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan
yaitu: pengetahuan dan biaya yang terjangkau,
apalagi setelah adanya program BPJS. Upaya
lansia untuk mencapai sarana pelayanan
kesehatan rata-rata diantar oleh anak-anaknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Agrina
(2013),tentang efektifitas asuhan keperawatan
keluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga
mengatasi kesehatan di keluarga, hasil penelitian
menunjukan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan pemberian asuhan keperawatankeluarga
terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga (p value =
0.000). Penting sekali perawat melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga dalam bentuk
kunjungan rumah guna membantu keluarga
mengatasi masalah kesehatan yang ada di
keluarga sehingga status kesehatan keluarga dapat
meningkat. Selanjutnya penelitian tentang
hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup
lansia yang dilakukan Sutikno (2011), dengan
hasil terdapat hubungan positif yang sangat kuat
dan secara statistic signifikan antara fungsi
keluarga dan kualitas hidup lansia. Kesimpulan
tersebut dibuat setelah mengontrol pengaruh
faktor perancu antara lain: usia, jenis kelamin,
bentuk keluarga, pekerjaan. Dokter keluarga
disarankan untuk membuka informasi dan edukasi
kepada keluarga untuk meningkatkan fungsi
keluarga dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup lansia.
Tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman yaitu: a) Mengenal
gangguan masalah perkembangan kesehatan
setiap anggota keluarga. Perubahan sekecil
apapun yang dialami setiap anggota keluarga
secara tidak langsung menjadi perhatian dan
tanggung jawab keluarga. b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama
untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai
dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai
kemampuan memutuskan tindakan yang tepat
untuk keluarga. c) Memberikan perawatan kepada
anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usianya terlalu muda. d) Mempertahankan
suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara
keluarga dan lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas kesehatan
yang ada. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap lanjut usia salah satunya menyesuaikan
terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
(Andarmoyo 2012).
Lansia adalah seseorang yang mencapai 60
tahun keatas, menua merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh.
Proses menua setiap individu pada organ tubuh
juga tidak sama cepatnya. Ada kalanya orang
yang belum tergolong lansia atau masih muda
tetapi sudah terlihat kemunduran-kemunduran
yang menyolok. Pada lansia dapat mengalami
perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial,
dan spiritual.
Proses menua akan menyebabkan kemunduran berbagai fungsi organ pada lansia, seperti
kemunduran pada system musculoskeletal akan
menyebabkan seorang lansia akan menjadi lambat
gerakannya, otot-otot menjadi kram, tremor,
persendian menjadi kaku serta timbulnya nyeri.
Perubahan mental dan psikososial akan mempengaruhi motivasi pada lansia. Semua perubahan
tersebut menjadi kendala lansia untuk melakukan
aktifitas secara mandiri. Kriteria kemandirian
dapat dikategorikan: mandiri penuh, memerlukan
alat bantu, memerlukan bantuan minimal,
memerlukan bantuan berupa pengawasan, memerlukan pengawasan secara keseluruhan, memerlukan bantuan total. Tingkat kemandiran dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan pengkajian
fungsional Bartel Indeks dikategorikan: ketergantungan, ketergantungan berat/sangat tergantung, ketergantungan sedang, ketergantungan
ringan, mandiri (Azizah, 2011).
METODEPENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian
eksperimen semu (quasi eksperimen) menggunakan rancangan penelitian Pre Eksperimental
One Group Pretest and Posttest desigsn,
melibatkan hanya satu kelompok eksperimen.
Kelompok eksperimen diberikan implementasi
tugas kesehatan keluarga dengan asuhan
keperawatan
keluarga. Tempat
penelitian
51
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016
dilakukan di Desa Langsur, Desa Klaseman, Desa
Sayegan, Desa Sukoharjo; Kecamatan Sukoharjo.
Populasidalam penelitian ini adalah keluarga
dengan lansia yang mempunyai masalah kesehatan. Sampel pada penelitian sejumlah 30
keluarga. Tehnik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling.
Langkah dalam melaksanakan penelitian
dimulai mengidentifikasi masalah terkait dengan
kemampuan perawatan kesehatan keluarga
terhadap lansia. Data dikumpulkan dengan
wawancara, observasi dan studi dokumentasi,
memberikan pretest kepada responden menggunakan kuesioner status kesehatan lansia dan
kemandirian lansia Pemberian asuhan keperawatan keluarga: Pengkajian menggunakan
metode: wawancara keluarga, observasi fasilitas
rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga,
data sekunder. Diagnosa keperawatan dirumuskan
berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian.Perencanaan keperawatan keluarga terdiri
dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan
umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan
kriteria dan standar. Implementasi keperawatan:
menstimuli kesadaran atau penerimaan keluarga
mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
,menstimuli keluarga untuk memutuskan cara
perawatan yang tepat, memberikan kepercayaan
diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,
membantu keluarga untuk menemukan cara
bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
memotivasi keluarga untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatanyang ada, Evaluasi keperawatan
dilakukan penilaian untuk melihat keberhasilannya. Melakukan post test kepada
responden menggunakan kuesiner. Analisis data
dilakukan dengan uji Paired Sampel t test. Data
dianalisis menggunakan program SPSS for
windows versi 18.
lanjut:hipertensi, stroke, diabetes melitus, radang
sendi (Azizah, 2011).
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jenis
Kelamin Responden
Jenis kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki
16
53,3%
Perempuan
14
46,7%
Total
30
100%
Berdasarkan tabel 1. hasil analisis distribusi
frekwensi yang berjenis kelamin laki-laki sebesar
53,3 %, perempuan 46,7%.Hal ini berbeda dengan
data Kemenkes (2013), bahwa penduduk lansia
yang paling banyak adalah perempuan (8,2%) dan
hasil penelitian Rinajumita (2013), bahwa
responden penelitian yang berjenis kelamin
perem-puan lebih banyak yaitu (56,7%)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status
Pernikahan Responden
Status pernikahan
Menikah
Janda
Jumlah
Persentase
23
6
76,7%
20%
Duda
1
3,3%
Total
30
100%
Berdasarkan tabel 2. hasil analisis distribusi
frekwensi status pernikahan yang menikah sebesar 76,7%, janda sebesar 20 %, duda 3,3%.Hal ini
didukung dengan data Kemenkes (2013), lansia
masih memegang peranan penting dalam rumah
tangga (90%) sebagai kepala rumah tangga.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Pendidikan Responden
Pendidikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Sampel
Hasil distribusi 30 responden berdasarkan
usia, rata-rata (mean) usia responden 65 tahun,
usia minimum: 50 tahun, usia maximum: 86
tahun. Sesuai batasan lansia WHO usia biologis
lansia meliputi usia pertengahan (middle age):
usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly): 60-74
tahun, lanjut usia tua (old): 75-90 tahunDengan
bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami
penurunan akibat penyakit degenerative, sehingga
penyakit tidak menular banyak muncul pada usia
Jumlah
Persentase
SD
9
30%
SMP
2
6,7%
SMA
7
23,3%
Tidak Sekolah
12
40%
Total
30
100%
Berdasarkan tabel 3. hasil analisis distribusi
frekwensi pendidikan yang lulus SD sebesar 30%,
lulus SMP sebesar 6,7%, lulus SMA sebesar 23,3
52
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016
Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6. hasil penelitian
menunjukkan bahwa status kesehatan lansia sebelum
dilakukan asuhan keperawatan keluarga /data pretest
rata-rata/mean: 106,07 dengan standar deviasi: 15,0,
dan nilai rata-rata data posttest 98.53 dengan standar
deviasi 14.52, sedangkan untuk nilai t hitung sebesar
5.022 dengan signifikansi 0.000 (p < 0,005) , yang
berarti ada pengaruh yang bermakna status kesehatan
lansia sebelum dan setelah dilakukan tugas kesehatan
keluarga dengan asuhan keperawatan keluarga.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian
lansia rata-rata/mean: 4,63 dengan standar deviasi 0.80
dan nilai rata-rata data posttest 4.70 dengan standar
deviasi 0.53, sedangkan untuk nilai t hitung sebesar .0626 dengan signifikansi 0.536 (p > 0,005), yang
berarti tidak ada pengaruh yang bermakna kemandirian
lansia sebelum dan setelah dilakukan tugas kesehatan
keluarga dengan asuhan keperawatan keluarga.
%, tidak sekolah 40%.Hal ini didukung dengan
data Kemenkes (2013), bahwa pendidikan lansia
relative masih rendah (59,16%) tidak sekolah
sehingga hal ini mempengaruhi aksesibiltas ke
fasilitas kesehatan.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Pekerjaan Responden
Pekerjaan
Jumlah
Petani
Persentase
8
26,7%
10
33,3%
2
6,7%
Tidak bekerja
10
33,3%
Total
30
100%
Wiraswasta
Lainnya
Berdasarkan tabel 4. hasil analisis distribusi
frekwensi pekerjaan yang bekerja petani sebesar
26,7%, wiraswasta sebesar 33,3%, lainnya sebesar
6,7 %, tidak bekerja 33,3%. Hal ini berbeda
dengan data Kemenkes (2013), sekitar 45,41%
lansia Indonesia bekerja produktif di sektor
pertanian karena pendidikan masih rendah.
PEMBAHASAN
Pengaruh Tugas Kesehatan Keluarga Terhadap Status Kesehatan Lansia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status
kesehatan lansia sebelum dilakukan asuhan keperawatan keluarga /data pretest rata-rata/mean: 106,07
dengan standar deviasi: 15,0, dan nilai rata-rata data
posttest 98.53 dengan standar deviasi 14.52, sedangkan
untuk nilai t hitung sebesar 5.022 dengan signifikansi
0.000 (p < 0,005) , yang berarti ada pengaruh yang
bermakna tugas kesehatan keluarga sebelum dan
setelah dilakukan dengan asuhan keperawatan
keluarga.terhadap status kesehatan lansia
Keluarga diperlukan untuk meningkatkan status
kesehatan anggota keluarganya, sesuai dengan fungsi
pemeliharaan kesehatan. Keluarga mempunyai 5 (lima)
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan
dilakukan, yaitu: kemampuan mengenal masalah kesehatan, kemampuan mengambil keputusan tindakan
kesehatan yang tepat, kemampuan merawat anggota
keluarga, kemampuan mempertahankan suasana rumah
yang menyenangkan dan memodifikasi lingkungan
untuk menjamin kesehatan keluarga, kemampuan
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi keluarga (Andarmoyo, 2012).
Penelitian di bidang kesehatan keluarga secara
jelas menunjukkan bahwa keluarga berpengaruh besar
pada kesehatan fisik anggotanya. Keluarga berperan
penting dalam semua bentuk promosi kesehatan dan
penurunan resiko (Campbell (2000) dalam Friedman et
al, 2010). Saat ada masalah kesehatan, kebanyakan
individu mendapat bantuan yang lebih banyak dari
keluarga. Keluarga merupakan sumber bantuan terpenting bagi anggotanya yang dapat mempengaruhi
gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya
yang berorientasi pada kesehatan. Keluarga dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan dalam kelompoknya
sendiri. Keluarga mempunyai peran utama dalam
Analisis Data Penelitian
Uji T Status kesehatan dan kemandirian lansia
Tabel 5. Paired Samples Statistics.
Pair 1
Pair 2
Variabel
Mean
N
Std.De
viation
Std.Error
Mean
Status kesehatan
(pretest)
Status kesehatan
(posttest)
106.07
30
15.00
2.74
98.54
30
14.52
2.65
4.63
30
.80
.15
4.70
30
.53
.09
Kemandirian
lansia (pretest)
Kemandirian
lansia (posttest)
Tabel 6. Paired Samples Test.
Paired Differences
Variabel
95% Confidence
interval of the
Difference
Lower
t
Sig.(2tailed)
Upper
Pair 1
Status
kesehatan
(pretest)
Status
kesehatan
(posttest)
4.47
10.60
Pair 2
Kemandirian lansia
(pretest)
Kemandirian lansia
(posttest)
-.28
.15
5.022
.000
.626
.536
53
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016
pemeliharaan kesehatan seluruh anggotanya dan bukan
individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya
kesehatan yang diinginkannya. Masalah kesehatan
dalam keluarga saling berkaitan, keluarga merupakan
perantara yang efektif dan efisien untuk mengupayakan
kesehatan. Tujuan perawatan kesehatan keluarga
adalah mengharapkan keluarga mengelola masalah
kesehatan dan mempertahankan fungsi keluarga dan
melindungi serta memperkuat pelayanan masyarakat
tentang perawatan kesehatan (Friedman et al, 2010).
Penelitian Griffin et al (2013), keluarga dan perawat/caregiver dalam memberikan intervensi perawatan
kesehatan effektif meningkatkan hasil status kesehatan
pada lansia dengan gangguan memori dan kanker.
Terbukti bahwa keluarga terlibat dalam intervensi
meningkatkan hasil pasien yaitu efikasi, spesifisitas
dan efektivitas. Penelitian Dobrzyn-Matusiak et al
(2014), menemukan bahwa aspek kesehatan lanjut usia
bervariasi tergantung bentuk perawatan yang diberikan
, status kesehatan yang paling rendah ditemukan pada
lansia yang dirawat di rumah. Lansia yang dirawat di
rumah menunjukkan keterbatasan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari serta beresiko tinggi terjadi depresi
dan gangguan kognitif. Depresi dan gangguan kognitif
pada lansia tersebut terkaid dengan kesepian akibat
kesendirian,lamanya perawatan di siang hari.
Otawa (2015), meninjau bukti klinis bahwa
asuhan pada keluarga efektif dalam perawatan klien
yang berpusat pada keluarga dengan delapan prinsip
perawatan (menghormati pasien, preferensi, dan
kebutuhan express; koordinasi dan integrasi perawatan;
informasi dan pendidikan; kenyamanan fisik;
dukungan emosional, pengentasan ketakutan dan
kecemasan; keterlibatan teman-teman dan keluarga;
kontinuitas dan transisi; akses ke pelayanan kesehatan).
raga. Dari hasil penelitiannya tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara usia, jenis kelamin, pendidikan,
aktivitas sosial tetapi terdapat hubungan kondisi
kesehatan, kehidupan beragama dan kondisi ekonomi.
Didukung dari hasil penelitian Sutikno (2011),
tidak menemukan hubungan yang secara statistik
signifikan antara jenis kelamin, pekerjaan dengan
kualitas hidup lansia. Yenny dan Herwana (2006),
melakukan penelitian tentang Prevalensi penyakit
kronis dan kualitas hidup pada lanjut usia. Hasil
penelitian menunjukkan prevalensi penyakit kronis
pada lansia besarnya 87,3% (267/300). Penyakit
musculoskeletal, kardiovaskuler, urogenital, dan
pernapasan lebih banyak dialami pria dibandingkan
wanita. Sedangkan penyakit digestif dan metabolik
lebih banyak dijumpai pada lansia wanita. Kejadian
keganasan baik pada lansia pria maupun wanita tidak
besar jumlahnya. Kualitas hidup lansia cenderung
menurun seiring bertambahnya usia. Rata-rata domain
sosial kualitas hidup pada kelompok usia > 75 tahun
paling rendah dibandingkan kelompok usia lainnya.
Kualitas hidup domain fisik dan lingkungan berbeda
secara bermakna antara lansia yang mengalami dan
tidak mengalami penyakit kronis. Penyakit kronis
secara bermakna menurunkan kualitas hidup lansia.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan Agrina (2013), bahwa ada pengaruh
yang signifikan pemberian asuhan keperawatan
keluarga terhadap tingkat kemandirian keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga.Seiring tahap
kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan
khusus: 1) lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring terjadinya penuaan system tubuh,
perubahan penampilan dan fungsi. Lansia berupaya
meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit
dengan pola hidup sehat. 2) menentukan cara untuk
mempertahankan kualitas hidup, lansia harus belajar
menerima aktivitas dan minat baru untuk mempertahankan kualitas hidupnya. 3) mempertahankan
kepuasan pengaturan hidup, kehidupan lansia
membutuhkan periode penyesuaian yang lama selama
lansia memerlukan bantuan dan dukungan profesional
perawatan kesehatan dan keluarga.
Sesuai teori penuaan secara psikologis activity
teory seseorang yang dimasa mudanya aktif dan akan
terus memelihara keaktifannya setelah menua. Sense of
integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap
terpelihara sampai tua. Teori tersebut menyatakan
bahwa pada lansia yang sukses adalah mereka yang
aktif dan ikut banyak kegiatan sosial (Azizah, 2011).
Pengaruh Tugas Kesehatan Keluarga Terhadap
Kemandirian Lansia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian
lansia rata-rata/mean: 4,63 dengan standar deviasi 0.80
dan nilai rata-rata data posttest 4.70 dengan standar
deviasi 0.53, sedangkan untuk nilai t hitung sebesar .0626 dengan signifikansi 0.536 , yang berarti tidak ada
pengaruh tugas kesehatan keluarga sebelum dan
setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga
terhadap kemandirian lansia.
Meningkatnya jumlah lansia akan menimbulkan
berbagai permasalahan yang kompleks bagi lansia,
keluarga dan masyarakat. Secara alami proses penuaan
mengakibatkan perubahan fisik dan mental yang akan
mempengaruhi kondisi ekonomi dan sosialnya. Perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap kemandirian lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Sejalan dengan hasil penelitan Rinajumita (2011),
factor-faktor yang berhubungan dengan kemandirian
lansia antara lain: faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, kondisi kesehatan, kehidupan beragama, kondisi
ekonomi, aktivitas sosial, dukungan keluarga dan olah
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil penelitian, peneliti dapat menyimpulkan ada pengaruh antara tugas kesehataan keluarga
sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan
keluarga terhadap status kesehatan lansia, tetapi tidak
ada pengaruh antara tugas kesehataan keluarga
54
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016
sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan
keluarga terhadap kemandirian lansia.
Griffin. J.M., Meis.L., Greer.N., Jensen.A.,
Macdonald.R MS.,Rutks I.,Carlyle.
M.,Wild.T. 2013.Effectiveness of Family
and Caregiver Interventions on Patient
Outcomes Among Adult with Cancer or
Memory-Related Disorder: A Systematic
Review. Departement of Veterans Affair
(US). Washington DC. http://www.ncbi.
nlm.nih.gov/pubmed
Saran
Bagi keluarga dengan lansia dan kader kesehatan
diharapkan lebih memperhatikan dalam mengupayakan
peningkatan status kesehatan dan kemandirian lansia,
sedangkan bagi instansi pelayanan kesehatan
diharapkan dapat melakukan upaya – upaya (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif) yang dapat
meningkatkan status kesehatan dan kemandirian lansia
melalui tugas kesehatan keluarga.
Kementrian Kesehatan RI. 2013. Gambaran
Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.
Jakarta: Buletin Data dan Informasi
kesehatan RI.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah. Lilik Ma‘rifatul. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ottawa. 2015. Patient- and Family- Centered
Care Initiatives in Acute Care Settings:
A Review of the Clinical Evidence,
Safety and Guidelines. Canadian Agency
for Drugs ang Teechnologies in Health.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
Agrina, Reni Zulfitri. 2013. Efektifitas Asuhan
Keperawatan Keluarga terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi
Masalah Kesehatan Di Keluarga.
http://resporitory.unri.ac.id/xmlui/bitstre
am/…/isi10001.PDF.
Rinajumita. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lansia.
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Andalas
Padang.
http://repository.
unand.ac.id/16884/l.
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan
Keluarga Konsep Teori, Proses dan
Praktek Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sutikno., Ekawati. 2011. Hubungan Antara Fungsi
Keluarga Dan Kualitas Hidup Lansia.
Jurnal Kedokteran Indonesia. Volume 2
Nomor 1/Januari 2011. Halaman 73-79
Dobrzyn-Matusiak. Doroto., Marcisz. Czeslaw.,
Bak.Ewelina., Kulik. Halina., Marcisz.
Ewa., 2014. Physical and Mental Health
Aspects of Eldery in Social Care in
Poland. Clinical Interventions in Aging.
http://health.ebsco.com
Yenny., Hernawa, E. 2006. Prevalensi Penyakit
Kronis dan Kualitas Hidup pada lanjut
usia di Jakarta Selatan. Universa
Medicina. Oktober-Desember 2006, Vol
25 No.4, Hal 164 - 171.
Friedman, Marilin.M, Bowden, Vicky.R., Jones,
Elaine G. 2010. Buku Ajar Keperawatan
Keluarga Riset, Teori dan Praktek.
EGC. Jakarta
55
Download