EPISTIMOLOGI PENDIDIKAN FISIKA (Tugas Mata Kuliah Ilmu Filsafat) Oleh : Haza Kurnia Dinantika 1923022008 Ayu Novitasari Pane 1923022009 Rika Dwi Kurniati 1923022010 Dini Anggreini 1923022011 Ani Latifatun Najiyah 1923022012 Irani Diansyah 1923022013 Sestika Sari 1923022014 MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur kehdirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang ontologi pendidikan fisika. Tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai salah satu persyaratan penyelesaian tugas dalam mata kuliah Filsafar Ilmu serta melatih berfikir cerdas dan kreatif dalam menulis karya ilmiah. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi sesama. . Bandar Lampung, 1 November 2019 Penulis DAFTAR ISI Halaman COVER...........................................................................................................i KATA PENGANTAR.................................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................2 C. Tujuan ....................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Epistomologi............................................................ 3 B. Pengertian Ilmu Fisika ............................................................... 5 C. Epistimologi Pendidikan Fisika..................................................7 BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan ............................................................................... 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir merupakan sifat alami yang dimiliki manusia. Hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya adalah akal yang dimilikinya. Dengan akal, manusia memperoleh berbagai macam pengetahuan serta ilmu melalui sifat berpikirnya. Pengetahuan adalah suatu persepsi manusia terhadap obyek atau fakta. Menurut Darmodjo (1986), pengetahuan adalah apa saja yang diketahui manusia, tanpa menghiraukan apakah benar atau salah serta dari mana asla mulanya pengetahuan itu. Sedangkan ilmu merupakan bagian dari pengetahuan manusia yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah. Sehingga ilmu pengetahuan diartikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Ilmu pengetahuan tidak hanya satu, melainkan plural (banyak) serta bersifat terbuka yaitu dapat dikritik. Ilmu dibagi menjadi dua golongan besar yaitu ilmu-ilmu alamiah dan ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu alamiah mengkaji alam semesta termasuk manusia didalamnya. Ilmu alamiah dibagi kembali menjadi dua golongan besar, yaitu ilmu alam yang bidang kajiannya adalah benda-benda tak hidup dan ilmu hayat yamg bidang kajiannya adalah makhluk hidup dan lingkunganya. Fisika merupakan cabang ilmu alam yang mempelajari energi, gelombang, medan, dan lain-lainnya (Hamid, 2005). Filsafat ilmu pengetahuan mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan secara rasional. Filsafat ilmu pada dasarnya adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan untuk mengkaji ilmu tertentu, baik secara empiris maupun rasional. Filsafat melakukan dua hal yaitu membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta serta menyajikannya sebagai landasan- landasan bagi keyakinan juga tindakan, dan filsafat juga memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan tindakan (Gie, 1997). Selain itu beberapa hal yang dibahas dalam filsafat adalah mengenai ontologi, epistimologi dan axiologi. Berbicara tentang filsafat ilmu, pasti akan menjumpai istilah epistimologi, sebab manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja, Akan tetapi manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia seringkali melakukan komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan. Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan. Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak jarang manusia harus mempelajari Epistemologi. Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolak ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu manusia yang bersifat gamblang, merupakan dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan Epistimologi? 2. Apa yang dimaksud dengan ilmu fisika? 3. Apakah Epistimologi dari pendidikan fisika? C. Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan pengertian epistimologi. 2. Menjelaskan pengertian ilmu fisika. 3. Menjelaskan epistimologi pendidikan fisika. BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Epistimologi Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa Yunani berasal dari kata kerja epistamai, artinya menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Bagi suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmu itu, jenis pengetahuannya, pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya, merupakan bahan-bahan pembahasan dari epistemologinya. Epistemologi sering juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya. Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi dari pada epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan. Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, stukture, methods and validity of knowledge. Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971-1994). M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan, bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang tertentu. Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi, ternyata hanya aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof, sehingga mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu. Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan. M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak. Namun, penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula untuk mengenali sistematika filsafat, khususnya bidang epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi, tentunya tidak bisa hanya memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan, akan tetapi epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas, yaitu komponen-komponen yang terkait langsung dengan “bangunan” pengetahuan. Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi. Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu, perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan sebagainya. B. Pengertian Ilmu Fisika Fisika berasal dari kata physic yang artinya alam. Ilmu fisika merupakan sebuah imu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat dan fenomena alam atau gejala alam dan seluruh interaksi yang terjadi didalamnya. Para ahli fisika atau yang sering disebut sebagai fisikawan mempelajari perilaku dan sifat dari benda yang mana dalam fisika lebih dikenal dengan sebutan materi (anorganik/benda tak hidup) dalam bidang yang sangat beragam dan luas. Fisika mempelajari materi dari tingkat mikroskopis yang menyusun segala sesuatu (fisika partikel) sampai tingkat makroskopis bahkan sampai alam semesta sebagai kesatuan kosmos (astro fisika). Fisika mempelajari beberapa sifat yang sebenarnya telah ada dalam suatu benda seperti energi, massa, jumlah zat, dan lain-lain. Karena 5 cakupannya yang luas, penelitian dalam fisika menjadi pelajaran dalam bidang kajian ilmu yang lain. Sebagai contoh dalam kajian fisika terkait materi dan kuantum, dalam ilmu kimia menjadi bahasan dengan tema unsur dan bilangan kuantum. Fisika yang terkait dengan bidang kesehatan dan alat-alat kedokteran dikenal dengan fisika medik. Keterkaitan ilmu fisika dengan bidang ilmu pengetahuan yang lain dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Contoh kaitan yang tidak langsung adalah seperti berikut: dalam ilmu kimia dipelajari reaksi antar unsur untuk membentuk suatu senyawa dengan ikatan kimia dalam konteks yang lebih dalam reaksi antar zat satu dengan zat lain dipelajari dalam bidang kajian electromagnet, gaya, afinitas electron, entalphi, dan lain-lain. Dalam fisika juga sering digunakannya kajian matematis dan ini sering dikenal sebagai salah satu bahasa dari fisika yaitu persamaan matematika. Matematika menajdi jembatan untuk menjelaskan baik fenomena mikrotentang gerak electron dan posisinya dalam mengelilingi inti atom maupun makro yakni gerak planet dan benda-benda alam semesta. Keluasan pembahasan atau kajian ilmu fisika membuat ilmu fisika menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang lainnya. Fisika sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari yang di alami oleh seseorang. Dari aktivitas bangun tidur sampai seseorang terlelap tidur kembali dapat dikaji secara fisika. Banyak hal yang dapat dicontohkan, ambillah contoh kehidupan seorang ibu rumah tangga. Di pagi hari tentunya seorang ibu rumah tangga yang baik akan memasak untuk keluaranya. Dapur merupakan medan pertempuran seorang ibu atau istri dan banyak teknologi yang menggunakan prinsip fisika yang mudah kita dapatkan di dapur. Pisau adalah sebuah hasil teknologi fisika yang menerapkan prinsip tekanan dan material. Panci juga termasuk produk fisika yang menerapkan prinsip material. Refrigrator menerapkan prinsip thermodinamika, listrik, magnet, material. Dispenser juga menerapkan prinsip themodinamika bahkan teknologi sekarang ada yang menggunakan prinsip thermolistrik dan juga ada yang menggunakan prinsip geophysic sebagai penyaring alami dalam air minum. Young dan Freedman (2003) berpendapat bahwa fisika ialah suatu cara untuk melihat semesta ini, memahami bagaimana semesta ini bekerja dan bagaimana berbagai bagian didalamnya berkaitan satu sama lain . oleh karena itu pembelajaran fisika merupakan proses membangun pengetahuan dalam mengkaji berbagai fenomena fisika yang terjadi dialam semesta. C. Epistimologi Pendidikan Fisika Epistimologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana cara mencapai tujuan pendidikan baik tujuan jauh maupun tujuan dekat. Cara mencapai tujuan pendidikan itu mencakup apa yang perlu di didik dalam proses pendidikan, bagaimana cara mempengaruhi pembelajaran agar potensinya berkembang ke arah yang menjadi tujuan pendidikan untuk mecapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Dalam pendidikan, ilmu pengetahuan merupakan substansi esensial yang tidak dapat tergantikan. Dengan bertambahnya ilmu manusia berubah cara pandangnya tentang dunia dan sikapnya terhadap lingkungan. Melalui ilmu manusia dipengaruhi perkembangan kognitif, efektif dan pola perilakunya. Filsafat ilmu pengetahuan memiliki perbedaan dengan sejarah ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, filsafat dapat dipahami dengan sungguhsungguh jika refleksi tentang sejarah ilmu pengetahuan telah dipelajarai sebelumnya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi kita untuk meilihat bagaimana proses perkembangan ilmu pengetahuan dalam konteks historisnya sehingga kita dapat memperoleh pemahaman yang umum dan menyeluruh tentang proses perkembangan ilmu pengetahua tersebut. Penting juga dalam memahami isu-isu utama filsafat dan ilmu pengetahuan. Khususnya, ada isu utama tentang filsafat alam dan bagaimana perkembangan serta perubahannya selama lebih dari 2500 tahun sejarahnya (Wattimena, 2009). Mengingat pedagogi kaitannya dengan disiplin epistemologi tampaknya mengundang harmonisasi belajar dan mengajar dalam fisika dengan sifat pengetahuan dan proses karakteristik penciptaan pengetahuan dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran siswa (Sin, 2013). Pendekatan filosofis adalah cara pandang atau paradigma yang bertujuan untuk menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formalnya. Dengan kata lain, pendekatan filosofis adalah upaya sadar yang dilakukan untuk menjelaskan apa dibalik sesuatu yang nampak. Pendekatan filosofis untuk menjelaskan suatu masalah dapat diterapkan dalam aspek-aspek kehidupan manusia, termasuk dalarn pendidikan. Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan adalah filsafat terapan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang dihadapi. John Dewey (1964) berpendapat bahwa filsafat merupakan teori umum tentang pendidikan. Filsafat sebagai suatu sistem berpikir akan menjawab persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban filosofis pula. Epistemologi diperlukan dalam kurikulum pengajaran fisika antara lain dalam hubungannya Pengetahuan apa yang harus diberikan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan cara menyempaikannya seperti apa? Semua itu adalah epistemologinya pendidikan. Epistemologi ditandai dengan perilaku di mana siswa mencoba untuk mencari tahu fenomena tentang dunia fisik. Perilaku yang terkait dengan akal termasuk membuat koneksi ke dunia nyata atau pengalaman hidup, koordinasi beberapa representasi, mengingat solusi, dan menyelesaikan masalah sebagai salah satu yang masuk akal untuk memecahkan. Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasardasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya (Endraswara, 2015). Epistemologi dapat didefenisikan juga sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan. Epistemologi sebagai subbidang filsafat yang bersangkutan dengan pengetahuan, khususnya apa yang kita tahu dan bagaimana kita tahu itu. Hofer dan Pintrich (1997) menyebut ulasan ini dua dimensi sebagai sifat pengetahuan (Percaya apa pengetahuan) dan sifat atau proses mengetahui (bagaimana seseorang untuk tahu). Ulasan Dimensi ini mewakili referensi dalam megoreksi pengetahuan fisika dan metode untuk penciptaan dan validasi. Lebe (2015) Persoalan-persoalan dalam epistemologi hukum archimedes adalah: 1) Apakah hukum archimedes itu ? 2) Bagaimanakah Archimedes dapat menemukan hukum Archimedes ? |3) Bagaimanakah validitas Hukum Archimedes itu dapat dinilai ? Langkah dalam epistemologi hukum Archimedes antara lain berpikir deduktif dan induktif. Berpikir deduktif memberikan sifat yang rasional kepada pengetahuan ilmiah dan bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan sebelumnya. Secara sistematik dan kumulatif pengetahuan inilah yang disusun setahap demi setahap dengan menyusun argumentasi mengenai sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah ada. Secara konsisten dan koheren maka ilmu mencoba memberikan penjelasan yang rasional kepada objek yang berada dalam fokus penelaahan. Berikut akan dijawab keempat pertanyaan diatas, sehingga dasar epistimologi hukum Archimedes dapat ditunjukkan secara jelas: 1) Hukum Archimedes adalah hukum yang membahas tentang perilaku suatu benda yang mengalami gaya ketas ketika berada dalam suatu fluida. Berdasarkan kisah yang diabadikan sejarah fisika. (Tugas archimedes pada waktu itu adalah menentukan apakah sebuah mahkota dibuat dari emas murni atau tidak. Berat mahkota tersebut sama dengan berat emas yang telah disediakan sebelumnya. Ia mau mengukur kandungan emas di dalam mahkota tersbut untuk mengukur kandungan emas di dalamnya. Dengan memperhatikan jumlah air yang keluar dari bak mandi setelah ia masuk kedalam bak tersebut, ia telah menemukan metode yang sederhana untuk megukur berat dirinya sendiri. Metode yang sama dapat digunakan untuk mengukur kandungan emas di dalam mahkota) 2) Untuk validitas hukum Archimedes dapat dilakukan dengan prinsip konfirmasi dengan penjelasan lengkap sebagai berikut: Fungsi Ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolute dengan menggunakan landasan : asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga dapat ditampilkan sebagai konfirmasi probabiliti dengan menggunakan metode induktif, deduktif, reflektif. Untuk memastikan kebenaran penjelasan atau kebenaran prediksi Archimedes, dapat didasarkan pada dua aspek yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Dalam hal konfirmasi, sampai saat ini dikenal ada tiga teori konfirmasi, yaitu : 1. Decision Theory Teori ini menerapkan kepastian berdasar keputusan apakah hubungan antara hipotesis dengan evidensi memang memiliki manfaat actual 2. Estimation Theory Menetapkan kepastian dengan memberi peluang benarsalah dengan menggunakan konsep probabilitas. 3. Reliability Analysis Menetapkan kepastian dengan mencermati stabilitas evidensi (yang mungkin berubah-ubah karena kondisi atau karena hal lain) terhadap hipotesis. Hukum Archimedes telah melewati tahapan konfirmasi, dan terbukti bahwa hukum Archimedes merupakan suatu hukum yang valid dan merupakan hukum fisika dan bagian dari ilmu pengetahuan. Terdapat keutungan atau manfaat dalam mengajarkan filsafat sains sebagai berikut: a. Menciptakan kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan dalam metode berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis, dan objektif dalam melihat dan memecahkan masalah dalah kehidupan sehari-hari b. Melatih peserta didik untuk mampu meningkatkan kualitas berfikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter. c. Memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan, memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan semua pengetahuan dan kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan yang baik. d. Menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara serius. Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh kemampuan memecahkan masalah, menemukan akar persoalan yang terdalam, menemukan sebab dari suatu permasalah. III. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dalam makalah ini adalah 1. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitas) pengetahuan. 2. Ilmu fisika merupakan sebuah imu pengetahuan yang mempelajari tentang sifat dan fenomena alam atau gejala alam dan seluruh interaksi yang terjadi didalamnya. 3. Epistemologi diperlukan dalam kurikulum pengajaran fisika antara lain dalam hubungannya Pengetahuan apa yang harus diberikan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan dan cara menyempaikannya seperti apa DAFTAR PUSTAKA Achmadi,asmoro,2012. Filsafat umum. PT. Raja grafindo persada, jakarta. Hal 118119 Ahmad tafsir, 2009. filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra. Remaja Rosdakarya, Bandung.hal 23 Ahmad Tafsir,2009. Filsafat umum akal dan hati sejak thales sampai capra.Bandung. PT.Remaja Rosdakarya. Hal 24-28 Endraswara, S. (2015). Filsafat Ilmu (Edisi Revisi). CAPS : Yogyakarta. Hake, R. (2002). Lessons from the physics education reform effort. Conservation Ecology, 5(2), 28. Hakim, M.A. dan Drs. Bani Ahmad Saebani, M.Si. 2008. filsafat umum dari metologi sampai teofilosofi. Pustaka Setia, Bandung. Hal 206 Hofer, B. K., & Pintrich, P. R. (1997). The development of epistemological theories: Beliefs about knowledge and knowing and their relation to learning. Review of educational research, 67(1), 88-140. Lebe, E. (2015). Aliran Filsafat yang Mempengaruhi Konsep Fisika (Mekanika). Sin, C. (2013). Epistemology, Sociology, and Learning and Teaching in Physics. Science Education: Wiley Online Library. Wattimena A, AR. (2009). Filsafat sains (Sebuah pengantar). Grasindo: Jakarta.