metodologi penelitian akuntansi multiparadigma

advertisement
Iwan Triyuwono
Fakultas Ekonomi-Universitas Brawijaya
[email protected]; [email protected]
Pengantar
 Pengembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan
dengan melakukan penelitian
 Metode penelitian tidak satu, tetapi banyak
 Seorang peneliti dapat dengan bebas menggunakan
metode penelitian sesuai dengan kemampuannya
(tingkat kesadaran kemanusiaannya)
Tingkat Kesadaran Manusia
 Manusia memiliki kesadaraan (consciousness)
 Kesadaran adalah kemampuan menyadari keadaan
diri sendiri dan realitas obyektif yang ada di luar diri
berdasarkan pada pengalaman hidup yang berhasil
dicerap, dipahami, dan direfleksikan oleh kesatuan
terpadu antara kecerdasan fisik, intelektual, mental,
dan spiritual
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kesadaran fisik
Kesadaran makna
Kesadaran emansipatif
Kesadaran transendental
Kesadaran spiritual, dan
Kesadaran ilahi
Kesadaran dan paradigma
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kesadaran fisik  paradigma positivis
Kesadaran makna  paradigma interpretivis
Kesadaran emansipatif  paradigma kritis
Kesadaran transendental  paradigma posmodernis
Kesadaran spiritual  paradigma spiritualis
Kesadaran ilahi  paradigma ilahi
Paradigma positivis
 Ontologi:
 Realitas sosial dipahami sebagai realitas yang sudah
given (sebagai konsekuensi memahami manusia
sebagai makhluk yang pasif), konkrit (fisik), tidak ada
Tuhan, obyektif, terukur, sebab-akibat
 Epistemologi:
 Ilmu pengetahuan yang benar adalah yang bersifat
universal (nomotethic), orientasi pada materi, hukum
sebab-akibat, obyektif, dan bebas nilai (value-free)
(epistemologi), mampu melakukan eksplanasi (to
explain) dan prediksi (to predict)
 Ilmu pengetahuan hanya dapat dikembangkan dengan
akal rasional manusia secara obyektif (epistemologi)
 Metodologi:
 Metodologi penelitian berorientasi pada verifikasi
teori (theory verification) dengan cara berpikir sebabakibat
 Metode penelitian:
 kuantitatif
 Kualitatif
 Disain penelitian:
 Eksperimen
 Eksplorasi
 Survey
Paradigma interpretivis
 Ontologi:
 Realitas sosial dipahami sebagai realitas yang
dibangun manusia melalui interaksi sosial, penuh
dengan makna, penuh dengan sistem makna, dinamis
dan berkembang
 Epistemologi:
 Ilmu pengetahuan yang benar adalah ilmu yang
mampu mengungkap makna realitas sosial (to
interpretation) yang ada dalam masyarakat dan
mampu memberikan pemahaman (to understand)
secara kontekstual (ideographic)
 Ilmu pengetahuan dapat dikembangkan melalui
pikiran manusia yang rasional dan intuitif
 Metodologi:
 Metodologi penelitian berorientasi pada konstruksi
teori atau konstruksi makna (theory building) dengan
cara berpikir subyektif dan refleksif
 Metode penelitian:
 kualitatif
 Disain penelitian:
 Fenomenologi (phenomenology)
 Etnografi (ethnography)
 Etnometodologi (ethnomethodology)
 Hermeneutika (hermeneutics)
 Narasi (narrative)
 Studi kasus (case study)
Paradigma kritis
 Ontologi:
 Realitas sosial dipahami sebagai realitas yang berkelas-
kelas (kelompok), penuh dengan kontradiksi, konflik,
eksploitasi, dan penindasan sebagai hasil kreasi
manusia yang selalu penuh dengan kepentingan
(interest) baik kepentingan individu maupun
kepentingan kelompok
 Epistemologi:
 Ilmu pengetahuan yang benar adalah ilmu yang
mampu melakukan kritik sosial yang berakibat pada
pembebasan (to emancipate) dan transformasi (to
transform) masyarakat dan ilmu pengetahuan
 Ilmu pengetahuan dapat dibangun dengan
menggunakan pemikiran manusia yang rasional,
kritis, dan subyektif (penuh dengan kepentingan)
 Metodologi:
 Metodologi penelitian berorientasi pada konstruksi
teori baru dengan pemikiran yang rasional, kritis, dan
subyektif
 Metode penelitian:
 kualitatif
 Disain penelitian
 Kritis (Critical research design)
 Ekonomi politik di akuntansi [Political economy on
accounting (PEA)]
 Studi Kasus (Case study)
 Riset aksi (Action research)
Paradigma posmodernis
 Ontologi:
 Realitas sosial dipahami sebagai realitas yang
dibangun oleh manusia atas dasar kepentingan
tertentu, penuh dengan makna, sangat kompleks,
majemuk, transendental, tanpa pola yang jelas dan
tetap
 Epistemologi:
 Ilmu yang benar adalah ilmu yang di dalamnya
mengombinasikan dua hal yang berbeda menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan (sinergi oposisi
biner), mengombinasikan materi dengan non-materi,
ekonomi dan sosial, dan lain-lainnya
 Ilmu dapat dikembangkan dengan menggunakan
kesatuan pikiran dengan intuisi
 Metodologi:
 Metodologi penelitian berorientasi pada konstruksi
teori baru dengan cara memadukan berbagai aspek
yang bertentangan menjadi satu kesatuan
 Metode penelitian:
 kualitatif
 Disain penelitian:
 Kombinasi antara, misalnya etnografi kritis dengan
agama; etnografi dengan hipnosis; marxisme dengan
islam; marxisme dengan budaya (jawa, dayak, bugis,
dll);
Paradigma spiritualis
 Ontologi:
 Realitas sosial tidak lain adalah hukum-hukum Tuhan
yang disebarkan dalam kehidupan manusia seharihari
 Epistemologi:
 Ilmu yang benar adalah ilmu yang mampu memahami
hukum-hukum Tuhan dan mampu membawa manusia
pada pengenalan Tuhan lebih dekat dan mampu
mengantarkan manusia untuk kembali pada Tuhan
dengan jiwa yang tenang dan suci
 Ilmu dapat diperoleh dan dikembangkan dengan
menggunakan ruh suci manusia beserta hati, akal, dan
nafsu yang telah disucikan
 Metodologi:
 Orientasi penelitian konstruksi teori baru dan
pemahaman mendalam atas hukum-hukum Tuhan
yang dilaukan dengan cara berguru kepada Tuhan
dengan perantaraan ruh suci yang ada dalam diri
peneliti
 Metode penelitian:
 Dzikir, doa, dan tafakkur
 Disain penelitian:
 Berdasar pada kehendak Tuhan
Paradigma ilahi
 Ontologi:
 Realitas alam semesta dan segala sesuatu yang melekat
dan menyatu di dalamnya, termasuk realitas sosial,
adalah Tuhan
 Epistemologi:
 Ilmu yang benar adalah wahyu Tuhan
 Ilmu yang benar adalah ilmu yang diperoleh dengan
menyatu dengan Tuhan yanitu dengan jalan
menggunakan “Percikan Tuhan yang ada dalam
diri”(God-spot), Ruh Suci yang ada dalam diri, atau
“Kenabian” yang ada dalam diri
 Metodologi:
 Orientasi penelitian pada pemahaman batin atas
lapisan-lapisan kesatuan dari berbagai hal yang pada
akhirnya memantik kesadaran ketuhanan
Manunggaling kawulo-Gusti
 Metode penelitian:
 Dzikir tauhid (dzikir manunggaling kawulo-Gusti)
 Disain penelitian:
 Kehendak Tuhan
Penutup
 Paradigma penelitian idealnya tidak dipandang secara
dihkotomis, tetapi sebagai anak-anak tangga
perjalanan peneliti untuk kembali kepada Tuhan
(innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun)
 Kualitas ilmu pengetahuan bergradasi sesuai dengan
pilihan paradima, dari yang paling sederhana hingga
pada wahyu
 Capaian puncak adalah manunggaling kawulo-Gusti
Download