Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia tan Ahli Teknik

advertisement
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Simposium Nasional dan Kongres X
Jakarta, 12 – 14 November 2008
Makalah Profesional
IATMI 08 – 048
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI MIGAS YANG RAMAH LINGKUNGAN
(GREEN OIL AND GAS INDUSTRY INITIATIVE)
oleh Suyartono, Yusni Yetti, Irine Yulianingsih
Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral
Abstrak
Untuk mewujudkan penyediaan dan pemanfaatan energi
bahan bakar migas dan bahan bakar lain dalam
mendukung tercapainya pembangunan berkelanjutan
perlu dibuat konsep kebijakan pengembangan industri
migas yang ramah lingkungan yang selanjutnya disebut
“Green Oil & Gas Industry Initiative (GOGII)” yang
menerapkan zero flare, zero discharge, zero waste,
clean air, clean water dan go renewable dengan cara
membudayakan optimalisasi pemanfaatan Bahan Bakar
Minyak (BBM) dan Bahan Bakar Gas (BBG) yang efisien
seperti pemanfaatan gas flare (konsep zero flare).
Pemanfaatan gas flare disamping dimanfaatkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan energi, di sisi lain
dimaksudkan untuk menurunkan emisi gas rumah kaca
(GRK) yang diatur dalam Protokol Kyoto tahun 1997 dan
telah diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No. 17 Tahun
2004, sehingga secara bertahap disubtitusi dengan
bahan bakar lain. Limbah diupayakan tidak dibuang ke
lingkungan tapi direinjeksikan kembali dengan
penerapan konsep zero discharge. Sistem penyediaan
dan pemanfaatan energi yang berkelanjutan telah
menjadi agenda internasional yang telah disepakati
pada Konferensi Tingkat Tinggi Pembangunan
Berkelanjutan
(World
Summit
on
Sustainable
Development) di Johannesburg, Afrika Selatan pada
September 2002.
Pendahuluan
Minyak dan gas bumi sebagai energi fosil
merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui. Di satu sisi sumber daya alam ini
mempunyai peran penting dalam pembangunan
nasional antara lain sebagai sumber energi utama,
IATMI 08 – 048
sumber devisa negara dan bahan baku industri. Namun
di sisi lain, kegiatan minyak dan gas bumi berpotensi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Cadangan
energi fosil yang dimiliki Indonesia khususnya minyak
bumi pada kenyataannya menunjukkan jumlah yang
terbatas. Pada tahun 1966, Indonesia mulai melakukan
eksplorasi dan produksi minyak bumi di Indonesia
mencapai puncaknya pada 1977 dan 1995 sekitar 600
juta barel. Sementara itu, konsumsi energi terus
meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi
dan pertambahan penduduk. Konsumsi BBM tahun 2007
mencapai 63,2 juta KL dipenuhi impor minyak mentah
115 ribu barel dan impor BBM 25 juta KL. Impor BBM
dilakukan karena kemampuan terpasang kilang sekitar
1,15 juta namun efektifnya hanya 948 ribu barel per hari
dan dari situ hanya 70% bisa menghasilkan BBM,
sisanya residu, elpiji dan lain-lain.
Pengelolaan
Sumber
Daya
Alam
harus
diusahakan secara cermat dan bijaksana agar tidak
merusak kelestarian fungsi lingkungan hidup. Hal
tersebut
berarti
bahwa
dalam
mewujudkan
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Integrasi
pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan
merupakan syarat mutlak yang harus dianut dalam
proses pembangunan di semua sektor (Yusni Yetti,
2008)
Upaya pencegahan kerusakan lingkungan hidup
harus senantiasa dilakukan dengan prediksi dan
antisipasi terhadap berbagai potensi dampak penting
yang akan terjadi akibat adanya kegiatan pembangunan
termasuk kegiatan usaha migas, sejak tahap
perencanaan sampai dengan tahap pasca operasi.
Kegiatan usaha migas tersebut memberikan
kontribusi terhadap perubahan iklim melalui pembakaran
sisa gas bumi yang dilakukan di flare stack oleh badan
usaha atau bentuk usaha tetap sehingga menimbulkan
gas rumah kaca (GRK) dan dianggap penyumbang
terbesar pemanasan global. Data yang dimiliki oleh
1
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
Ditjen Migas menunjukkan bahwa gas bumi yang
dibakar di flare stack adalah sebesar 115,2699
MMSCFD.
Kegiatan usaha migas juga menghasilkan limbah
yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan sehingga perlu dilakukan pengelolaan
dengan baik dengan mengupayakan tidak membuang
limbah ke lingkungan, karena limbah cair yang
dihasilkan dari kegiatan usaha migas dapat berpengaruh
terhadap kualitas perairan disamping itu, emisi dari
bahan bakar fosil dapat menurunkan kualitas udara
(Yusni Yetti, 2008)
Untuk
mendorong
pengembangan
dan
pemanfaatan industri migas yang andal, aman dan
akrab lingkungan dan demi meningkatkan efisiensi
pemakaian BBM dan BBG di Indonesia, diperlukan
kebijakan pengelolaan sumber daya alam migas sebagai
acuan penyediaaan dan pemanfaatan bahan bakar
minyak dan gas untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan yang dapat memenuhi kebutuhan nasional
(generasi saat ini) serta mampu mengkompromikan
dengan kebutuhan generasi yang akan datang.
Pembangunan berkelanjutan menitikberatkan
kepada keseimbangan antara dimensi ekonomi, sosial,
dan lingkungan hidup. Ketiga dimensi tersebut harus
dipahami secara seimbang dan bersinergi. Sebuah
kebijakan tidak dapat semata-mata meletakkan basis
sumber daya alam sebagai andalan pertumbuhan
ekonomi, tanpa mempertimbangkan faktor lingkungan
dan masyarakat yang ada di sekitarnya (Suyartono,
2007).
Sehubungan dengan hal-hal diatas maka perlu
dibuat kebijakan pengembangan industri migas yang
ramah lingkungan (Green Oil and Gas Industry Initiative)
yang selanjutnya disebut GOGII.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup kebijakan pengembangan industri migas
yang ramah lingkungan meliputi pemanfaatan bahan
bakar lain, pemanfaatan gas flare serta minimalisasi
pembuangan limbah ke lingkungan dengan penerapan
zero flare, zero discharge, zero waste, clean air, clean
water dan go renewable.
Visi dan Misi
Visi kebijakan pengembangan industri migas yang
ramah lingkungan adalah terwujudnya penyediaan dan
pemanfaatan energi, bahan bakar migas dan bahan
bakar lain yang andal, aman, akrab lingkungan dan
efisien dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan visi tersebut di atas, misi kebijakan
pengembangan industri migas yang ramah lingkungan
adalah:
IATMI 08 – 048
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Meningkatkan eksplorasi dan produksi migas yang
ramah lingkungan;
Menjaga kesinambungan ketersediaan BBM dan
BBG yang berkelanjutan (security of supply);
Secara bertahap beralih ke pemanfaatan bahan
bakar lain (Gambar 1);
Mendorong pemanfaatan gas flare;
Mendorong pemanfaatan teknologi yang efisien dan
ramah lingkungan;
Mendorong terciptanya budaya hemat BBM dan
BBG (Gambar 2);
Meningkatkan penguasaan teknologi bahan bakar
lain;
Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat
dan dunia usaha dalam penyediaan dan
pemanfaatan bahan bakar lain;
Mewujudkan
pemerataan
kesejahteraan
masyarakat;
Mendorong minimalisasi pembuangan limbah migas
ke lingkungan;
Meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan
teknologi bahan bakar migas dan bahan bakar lain.
Tujuan dan Sasaran
Tujuan pengembangan industri migas yang ramah
lingkungan adalah untuk mewujudkan penyediaan dan
pemanfaatan energi, bahan bakar migas dan bahan
bakar
lain
dalam
mendukung
tercapainya
pembangunan berkelanjutan.
Sasaran yang hendak dicapai adalah:
A. Sisi Permintaan
• Menurunkan pemanfaatan minyak bumi dalam
bauran energi pada tahun 2025 menjadi lebih kecil
dari 20%;
• Bahan bakar yang memenuhi kriteria Euro 4 pada
tahun 2012;
• Terwujudnya produk fine chemical dari minyak dan
gas bumi;
• Tercapainya penggunaan bahan bakar gas untuk
tranportasi umum;
• Pemanfaatan bahan bakar nabati dalam bauran
energi pada tahun 2025 minimal sebesar 5%
(Gambar 3).
B. Sisi Pasokan
• Terwujudnya industri migas yang bersih tanpa
pembuangan limbah ke lingkungan dan tanpa
pembakaran gas flare;
• Terwujudnya jaringan gas nasional;
• Terwujudnya jaringan minyak nasional;
2
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
•
•
Tersedianya biodiesel, bioetanol dan minyak nabati
murni untuk sektor transportasi, industri dan
pembangkit listrik;
Terwujudnya swasembada bahan bakar minyak.
Langkah-langkah
Industry Initiative
Green
Oil
and
Gas
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut, ditempuh
langkah-langkah berikut:
1. Menyusun kebijakan keteknikan migas
2. Menyusun kebijakan investasi dan pendanaan dan
insentif dalam industri migas dan bahan bakar lain;
3. Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia
bidang migas dan bahan bakar lain;
4. Menetapkan kebijakan penetapan harga BBM dan
BBG;
5. Meningkatkan akses informasi dalam usaha migas
dan bahan bakar lain;
6. Menerapkan standardisasi dan sertifikasi ketentuan
pada SNI untuk peralatan pemanfaatan dan teknis
di bidang migas dan bahan bakar lain.
7. Reward and punishment.
Pengembangan industri migas yang ramah
lingkungan diterapkan pada kegiatan usaha minyak dan
gas bumi, dari kegiatan usaha hulu migas sampai
kegiatan usaha hilir migas. Kegiatan usaha hulu minyak
dan gas bumi mencakup survei umum/seismik, kegiatan
eksplorasi dan kegiatan produksi, sementara itu
kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi mencakup
kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan
niaga.
Pengembangan industri migas yang ramah
lingkungan berupa kewajiban untuk melakukan
pencegahan,
penanggulangan
dan
pemulihan
lingkungan dari tahap persiapan (pra konstruksi dan
konstruksi), tahap operasi sampai tahap pasca operasi.
Pengembangan industri migas yang ramah
lingkungan menerapkan zero flare, zero discharge, zero
waste, clean air, clean water dan go renewable.
Terkait dengan program zero flare, telah dilakukan
inventarisasi jumlah gas suar bakar (flare gas) dan CO2
venting yang dihasilkan oleh BU dan BUT kegiatan
usaha migas. Kebijakan pengurangan gas suar bakar
sebesar 30% - 60% pertahun dalam upaya mencapai
zero flare pada tahun 2012 (paska Protokol Kyoto).
Dari data yang berhasil dikumpulkan diketahui
bahwa BU dan BUT kegiatan usaha migas memiliki
kemampuan untuk mengurangi emisi gas flare sebesar
30% sampai dengan 60% per tahun.
Terkait dengan zero discharge, saat ini sedang
disiapkan draf Kepmen Pedoman Teknis Pengelolaan
Limbah dengan Teknik Reinjeksi, dimana draf tersebut
telah dibahas dengan stakeholder (Geologi Tata
Lingkungan, BU/BUT) dan akan dibahas dengan Bagian
IATMI 08 – 048
Perundangan dan Biro Hukum, Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Terkait dengan clean air, semua kilang di
Indonesia sudah memproduksi bensin tanpa timbale,
sedangkan untuk go renewable, saat ini sedang
digalakkan pemanfaatan bahan bakar nabati.
Penutup
Dalam
rangka
mendorong
tercapainya
pembangunan
nasional
berkelanjutan,
dengan
meningkatkan efisiensi pemakaian BBM dan BBG di
Indonesia dan penggunaan teknologi energi yang
efisien, perlu menerapkan pengembangan industri migas
yang ramah lingkungan melalui zero flare, zero
discharge, zero waste, clean air, clean water dan go
renewable antara lain dengan cara memanfaatkan gas
flare, meminimalisasi pembuangan limbah ke lingkungan
tapi direinjeksikan kembali, dan memanfaatkan bahan
bakar nabati dengan indikator keberlanjutan lingkungan,
ekonomi, sosial dan teknologi.
Pustaka
1. Direktorat Pembinaan Usaha Hilir Migas, 2008.
“Data Penjualan Pertamina”, Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi.
2. Direktorat Teknik dan Lingkungan Migas, 2008.
”Data Penurunan Gas Flare, Direktorat Jenderal
Minyak dan Gas Bumi.
3. Peraturan Presiden No. 05 Tahun 2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional
4. Suyartono, 2007. “Pertambangan Berwawasan
Lingkungan Perannya Bagi Pertumbuhan Ekonomi
dan Pembangunan Berkelanjutan”, CV Media Yasa,
Jakarta.
5. Undang-Undang No 22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi
6. Yusni Yetti, 2008. “Pengembangan Kebijakan
AMDAL Dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan
Pada Kegiatan Usaha Migas”, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
***
3
Ikatan
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
17072008
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI
Kegiatan Usaha
PENANGGULANGAN
PEMULIHAN
Tahap Operasi
Tahap Paska Operasi
Standar & Spesifikasi,
Teknologi, Peralatan
Penutupan Sumur
Hulu Migas
60
SDM
Survei Umum
50
Standar dan Spesifikasi
SMK3PL
Penanggulangan Emergency
pengangkutan
Bahan dan Bahan Kimia
Blue Sky, Bahan Bakar Lain
crude (pipa,
Risk Analysis, ERP
Penanggulangan Limbah ( 3
Eksplorasi
40
MINYAK
SOLAR
30
Penutupan pipa
Penutupan & pembongkaran
fasilitas produksi/platform
Penanganan sisa bahan
kimia
tanker, trucking)
Sistem Pencegahan
Kegiatan Usaha Hilir
MINYAK TANAH
20
penanggulangan Pencemaran
Studi Lingkungan
Eksploitasi
Juta KL
PENCEGAHAN
Tahap Persiapan
(Pra Kontruksi &Kontruksi)
Pencemaran
R, zero discharge, zero flare,
clean air, clean water & go
Pemulihan Lahan:
rehabilitasi/revegetasi
Migas
Pengolahan
10
Penimbunan
PREMIUM
Pengangkutan
Ekonomi Lingkungan,
Jaminan Lingkungan
Reward and punishment
renewable)
BML, Monitoring dan Evaluasi
Monitoring & Pemeliharaan
Reward and punishment
Reward and punishment
Niaga
0
2000
2001
2002
2003
2004
LGV
LPG 3 Kg
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
BBG (Alt Premium) Biopremium
Minyak Tanah
Biosolar
2013
2014
2015
PREMIUM
BBG (Alt Solar)
2016
2017
2018
2019
2020
Gas Kota
SOLAR
GREEN OIL AND GAS INDUSTRY
Catatan:
- Mulai Oktober 2005 Minyak Solar untuk industri tidak lagi disubsidi
PRIORITASKAN KESELAMATAN OPERASI MIGAS
3
© DJ MIGAS 2008
© DJ MIGAS 2008
33
PRIORITASKAN KESELAMATAN MIGAS (PRIORITY OF PETROLEUM SAFETY)
Gambar 1. Roadmap penggunaan BBM bersubsidi dan
bahan bakar alternatifnya
Gambar 4 Desain Konseptual Pengembangan Industri
Migas Yang Ramah Lingkungan
17072008
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
60
50
Rata-rata
Penghematan
Penggunaan
BBM adalah
sebesar 20 juta
KL per tahun
Juta KL
40
30
20
MINYAK
SOLAR
MINYAK TANAH
10
PREMIUM
0
2000
2001
2002
2003
2004
PREMIUM
Biopremium
2005
2006
2007
Minyak Tanah
Gas Kota
2008
2009
2010
2011
SOLAR
LPG 3 Kg
2012
2013
2014
2015
LGV
BBG (Alt Solar)
2016
2017
2018
2019
2020
BBG (Alt Premium)
Biosolar
Catatan:
- Mulai Oktober 2005 Minyak Solar untuk industri tidak lagi disubsidi
PRIORITASKAN KESELAMATAN MIGAS (PRIORITY OF PETROLEUM SAFETY)
© DJ MIGAS 2008
34
Gambar 2. Perkiraan penghematan penggunaan BBM
17072008
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
TARGET BAURAN ENERGI
(Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006)
Bauran Energi (Primer) Saat ini
Bauran Energi Tahun 2025
Tenaga Air
3.11%
Panas Bumi
1.32%
Gas Alam
28.57%
Minyak Bumi
20%
Gas, 30%
Minyak Bumi
51.66%
Batubara
15.34%
PRIORITASKAN KESELAMATAN MIGAS (PRIORITY OF PETROLEUM SAFETY)
Energi
Terbarukan
17%
Batubara 33%
31
Bahan Bakar Nabati, 5%
Panas Bumi, 5%
Biomasa, Nuklir, Tenaga air
Energi Matahari,
Tenaga angin, 5%
Batubara cair, 2%
© DJ MIGAS 2008
Gambar 3. Kebijakan Energi Nasional
IATMI 08 – 048
4
Download