Uploaded by User48609

OKSIGRNASI

advertisement
TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
OKSIGENASI
OLEH :
1. WENI MAHARANI
(48)
2.
(49)
YULIA CAHAYA UTAMI
3. ZAKINA MAWADDAH
(50)
KELAS I/B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
PRODI DIII KEBIDANAN
2018/2019
0
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang kebutuhan oksigen.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kebutuhan oksigen ini dapat
memberikan
manfaat
maupun
inpirasi
terhadap
pembaca.
Mataram,7 September 2018
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………...1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..3
A. Latar Belakang…………………………………………………………………3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...3
C. Tujuan………………………………………………………………………….3
D. Manfaat………………………………………………………………………...4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Definisi Oksigenasi……………………………………………………………5
2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi…………………5
3. Tujuan Oksigenasi……………………………………………………………..8
4. Indikasi Oksigenasi……………………………………………………………8
5. Bagaimana Proses Oksigenasi………………………………………………...9
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi……………………………...11
7. Tata Laksana Pemberian Oksigen……………………………………………12
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan……………………………………………………......................17
2. Saran……………………………………………………………....................17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………..18
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.
Dalam tubuh,oksigen berperan penting di dalam proses metabolism sel. Kekurangan
oksigen akan menimbulkan dampak bermakna terhadap tubuh,salah satunya
kematian. Karenanya,berbagai upaya perlu selalu dilakukan untuk menjamin agar
kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Dalam pelaksanaannya,pemenuhan
kebutuhan dasar tersebut masuk ke dalam bidang garapan perawat. Karenanya,setiap
perawat harus paham dengan manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada kliennya
serta mampu mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan
tersebut. Untuk itu,perawat perlu memahami secara mendalam konsep oksigenasi
pada manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kebutuhan oksigenasi ?
2. Apa sajakah sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi ?
3. Apa tujuan oksigenasi?
4. Apa saja indikasi oksigenasi?
5. Bagaimana proses oksigenasi ?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi ?
7. Bagaimana tata laksana pemberian oksigenasi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami tentang kebutuhan dasar manusia yaitu oksigenasi pada prinsip
pelayanan kebidanan
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan definisi dari kebutuhan oksigenisasi
b. Menyebutkan sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenisasi
c. Menjelaskan tujuan oksigenasi
d. Menyebutkan Indikasi Oksigenasi
e. Menjelaskan terjadinya proses oksigenisasi
3
f. Menyebutkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenisasi
g. Menjelaskan tata laksana pemberian oksigen.
D. Manfaat
1. Bagi pembaca, makalah ini di buat agar menjadi refrensi dalam pahaman
kebutuhan oksigenasi.
2. Bagi penulis, sebagai sumber dan bahan masukan bagi penulis lain untuk
menggali dan melakukan eksperimen tentang oksigenasi.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Definisi Kebutuhan Oksigenasi
Pemberian oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu dan oksigen. Pemberian oksigen pada klien dapat melalui
kanula nasal dan masker oksigen. (Suparmi, 2008:66)
Yaitu memasukkan zat asam ( oksigen ) ke dalam paru – paru melalui saluran
pernafasan menggunakan alat khusus .( Tim Dep Kes RI , 1985 )
Definisi Pengertian Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar manusia
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan
oksigenasi yaitu saluran pernapasan bagian atas, bagian bawah dan paru (Hidayat,
2006).
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar
dan mendesak, tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh akan mengalami
kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang
sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi
kekurangan oksigen antara 3-5 menit. Apabila kekurangan kekurangan oksigen
berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen
(Kozier dan Erb, 1998).
B. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi.
Sistem pernapasan manusia memiliki organ-organ pernapasan yang menunjang
proses pernapasan. Organ-organ pernapasan tersebut memiliki struktur dan fungsi
yang berbeda-beda. Organ-organ pernapasan manusia terdiri atas hidung, faring,
laring, trakea, bronkus, dan alveous. Bagaimanakah struktur dan fungsi dari masingmasing organ pernapasan tersebut yang berperan dalam proses oksigenasi ?
Perhatikan penjelasan berikut.
a. Organ Pernapasan Hidung
Hidung merupakan alat pernapasan pertama yang dilalui oleh udara. Ujung
hidung ditunjang oleh tulang rawan dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang
nasalis. Kedua tulang hidung menghubungkan rongga hidung dengan atmosfer
untuk mengambil udara. Rongga hidung tersusun atas sel-sel epitel berlapis pipih
dengan rambut-rambut kasar. Rambut-rambut kasar tersebut berfungsi menyaring
5
debu-debu kasar. Rongga hidung tersusun atas sel-sel epitel berlapis semu bersilia
yang memiliki sel goblet. Sel goblet merupakan sel penghasil lendir yang
berfungsi menyaring debu, melekatkan kotoran pada rambut hidung, dan
mengatur suhu udara pernapasan. Sebagai indra pembau, pada atap atau rongga
hidung terdapat lobus olfaktorius yang mengandung sel-sel pembau. Perjalanan
udara memasuki paru-paru dimulai ketika udara melewati lubang hidung. Di
lubang hidung, udara disaring oleh rambut-rambut di lubang hidung. Udara juga
menjadi lebih hangat ketika melewati rongga hidung bagian dalam. Di rongga
hidung bagian dalam, terdapat juga ujung-ujung saraf yang dapat menangkap zatzat kimia yang terkandung dalam udara sehingga kita mengenal berbagai macam
bau. Ujung-ujung saraf penciuman tersebut kemudian akan mengirimkan impuls
ke otak.
b. Organ Pernapasan Faring.
Setelah melalui rongga hidung, udara akan melewati faring. Faring adalah
percabangan antara saluran pencernaan (esofagus) dan saluran pernapasan (laring
dan trakea) dengan panjang kurang lebih 12,5–13 cm. Faring terdiri atas tiga
bagian, yakni nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Faring merupakan
pertemuan antara saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Oleh karena itu,
ketika menelan makanan, suatu katup (epiglotis) akan menutup saluran
pernapasan (glotis) sehingga makanan akan masuk ke saluran pencernaan. Pada
percabangan ini, terdapat klep epiglotis yang mencegah makanan memasuki
trakea.
c. Laring
Setelah melewati faring, udara akan menuju laring. Laring sering disebut
sebagai kotak suara karena di dalamnya terdapat pita suara. Laring merupakan
suatu saluran yang dikelilingi oleh sembilan tulang rawan. Salah satu dari
sembilan tulang rawan tersebut adalah tulang rawan tiroid yang berbentuk
menyerupai perisai. Pada laki-laki dewasa, tulang rawan tiroid lebih besar
daripada wanita sehingga membentuk apa yang disebut dengan jakun.
d. Organ Pernapasan Trakea.
Dari faring, udara melewati laring, tempat pita suara berada. Dari laring, udara
memasukitrakea. Trakea disebut juga “pipa angin” atau saluran udara. Trakea
memiliki panjang kurang lebih 11,5 cm dengan diameter 2,4 cm. Trakea tersusun
atas empat lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan submukosa, lapisan tulang
rawan, dan lapisan adventitia. Lapisan mukosa terdiri atas sel-sel epitel berlapis
6
semu bersilia yang mengandung sel goblet penghasil lendir (mucus). Silia dan
lendir berfungsi menyaring debu atau kotoran yang masuk. Lapisan submukosa
terdiri atas jaringan ikat. Lapisan tulang rawan terdiri atas kurang lebih 18 tulang
rawan berbentuk huruf C. Lapisan adventitia terdiri atas jaringan ikat. Dinding
trakea dilapisi oleh epitel berlapis banyak palsu bersilia. Epitel ini menyekresikan
lendir di dinding trakea. Lendir ini berfungsi menahan benda asing yang pada
membran sel epitel.
e. Bronkus dan Bronkiolus.
Setelah melalui trakea, saluran bercabang dua. Kedua cabang tersebut
dinamakan bronkus. Setiap bronkus terhubung dengan paru-paru sebelah kanan
dan
kiri.
Bronkus
bercabang-cabang
lagi,
cabang
yang
lebih
kecil
disebut bronkiolus. Dinding bronkus juga dilapisi lapisan sel epitel selapis
silindris bersilia. Di sekitar alveolus terdapat kapiler-kapiler pembuluh darah.
Dinding kapiler pembuluh darah tersebut sangat berdekatan dengan alveolus
sehingga membentuk membran respirasi yang sangat tipis. Membran yang tipis
ini memungkinkan terjadinya difusi antara udara alveolus dan darah pada kapilerkapiler pembuluh darah. Bronkus, bronkious, dan alveolus membentuk satu
struktur yang disebut paru-paru.
Paru-paru manusia terdiri dari sekitar 300 juta alveoli, yang merupakan
kantung berbentuk cangkir dikelilingi oleh jaringan kapiler. Sel darah merah
melewati kapiler dalam file tunggal, dan oksigen dari setiap alveolus memasuki
sel darah merah dan mengikat hemoglobin. Selain itu, karbon dioksida yang
terkandung dalam plasma dan sel darah merah meninggalkan kapiler dan
memasuki alveoli ketika napas diambil. Kebanyakan karbon dioksida mencapai
alveoli sebagai ion bikarbonat, dan sekitar 25 persen saja terikat longgar pada
hemoglobin.
f. Alveolus.
Bronkiolus bermuara pada alveoli (tunggal: alveolus), struktur berbentuk
bola-bola mungil yang diliputi oleh pembuluh-pembuluh darah. Epitel pipih yang
melapisi alveoli memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler darah mengikat
oksigen dari udara dalam rongga alveolus.
Ketika seseorang menghirup, otot-otot tulang rusuk dan diafragma
berkontraksi, sehingga meningkatkan volume rongga dada. Peningkatan ini
menyebabkan penurunan tekanan udara di rongga dada, dan udara bergegas ke
alveoli, memaksa mereka untuk memperluas dan mengisi. Paru-paru pasif
7
memperoleh udara dari lingkungan dengan proses ini. Selama pernafasan, otototot tulang rusuk dan diafragma rileks, daerah rongga dada berkurang, dan
meningkatkan tekanan udara internal. Udara yang dikompresi memaksa alveoli
untuk menutup, dan udara mengalir keluar.
Aktivitas saraf yang mengontrol pernapasan muncul dari impuls diangkut
oleh serabut saraf yang lewat ke dalam rongga dada dan berakhir pada otot tulang
rusuk dan diafragma. Dorongan ini diatur oleh jumlah karbon dioksida dalam
darah: tinggi konsentrasi karbon dioksida menyebabkan peningkatan jumlah
impuls saraf dan tingkat pernapasan yang lebih tinggi.
C. Tujuan Oksigenasi
1. Meningkatkan ekspansi dada
2. Memperbaiki status oksigenasi klien dan memenuhi kekurangan oksigen
3. Membantu kelancaran metabolisme
4. Mencegah hipoksia
5. Menurunkan kerja jantung
6. Menurunkan kerja paru –paru pada klien dengan dyspnea
7. Meningkatkan rasa nyaman dan efisiensi frekuensi napas pada penyakit paru
(Aryani, 2009:53)
D.
Indikasi Oksigenasi
1. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal O2
dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2 dan
CO2 sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi metabolisme tubuh.
2. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen.
3. Kelumpuhan alat pernafasan
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi secara
adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
4. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan
bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi kebiru8
biruan pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea (tidak
bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal
dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari
normal dengan frekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
5. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat mempertahankan
sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami penurunan oksigenasi.
6. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera
akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
7. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua kali
lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
8. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari
obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga sel tidak
mendapat asupan oksigen yang cukup.
9. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup karena
akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin dalam darah.
(Aryani, 2009:53)
E. Proses Oksigenasi
Bernafas/pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi
Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paruparu atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan
tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada
mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan
ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
9
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat
2. Difusi
Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara
alveolus dan kapiler paru-paru.
Proses
keluar
masuknya
udara
yaitu
dari
darah
yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang
lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan
pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut
membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi
membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien
tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal
sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli
3. Transpor
Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh
dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan
karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru.
Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel
darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 %
ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Didalam literature yang lain dikatan bahwa proses oksigenasi terbagi menjadi 4
bagian :
1. Ventilasi : Proses masuknya udara melalui hidung.
10
2. Difusi : Proses pertukaran o2 dan co2 menghasilkan o2 yang terjadi di
membrane alveoli kapiler.
3. Transfortasi : Proses penyebaran o2 ke seluruh tubuh.
4. Perfusi : Proses pertukaran o2 dan co2 menghasilkan co2 yang terjadi di
kapiler.
F. Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan
oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup
dan status kesehatan.
1. Lingkungan
Pada lingkungan yang panas tubuh berespon dengan terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah perifer, sehingga darah banyak mengalir ke kulit. Hal
tersebut mengakibatkan panas banyak dikeluarkan melalui kulit. Respon
demikian menyebabkan curah jantung meningkat dan kebutuhan oksigen pun
meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin, pembuluh darah mengalami
konstriksi dan penurunan tekanan darah sehingga menurunkan kerja jantung dan
kebutuhan oksigen.
Pengaruh lingkungan terhadap oksigen juga ditentukan oleh ketinggian
tempat. Pada tempat tinggi tekanan barometer akan turun, sehingga tekana
oksigen juga turun. Implikasinya, apabila seseorang berada pada tempat yang
tinggi, misalnya pada ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut, maka tekanan
oksigen alveoli berkurang. Ini menindikasikan kandungan oksigen dalam paruparu sedikit. Dengan demikian, pada tempat yang tinggi kandungan oksigennya
berkurang. Semakin tinggi suatu tempat maka makin sedikit kandungan
oksigennya, sehingga seseorang yang berada pada tempat yang tinggi akan
mengalami kekurangan oksigen.
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara
yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara, konsentrasi
oksigennya rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh
tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan polusi udara
diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa tercekik.
2. Latihan Fisik
11
Latihan fisik atau peningkatan aktivitas dapat meningkatkan denyut jantung
dan respirasi rate sehingga kebutuhan terhadap oksigen semakin tinggi.
3. Emosi
Takut, cemas, dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.
4. Gaya Hidup
Kebiasaan merokok akan memengaruhi status oksigenasi seseorang sebab
merokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh darah arteri.
Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah perifer dan pembuluh darah darah koroner. Akibatnya, suplai
darah ke jaringan menurun.
5. Status Kesehatan
orang sehat, sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi berfungsi dengan baik
sehingga dapat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh secara adekuat. Sebaliknya,
orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit pernapasan dapat
mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh
memerlukan oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen
dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya lingkungan, latihan,
emosi, gaya hidup dan status kesehatan.
G. Tata Laksana Pemberian Oksigen
1. Pemberian Oksigen Melalui Nasa Kanula
a. Pengertian
Pemberian
oksigen
pada
klien
yang
memerlukan oksigen secara kontinyu dengan
kecepatan
aliran
1-6
liter/menit
serta
konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan
selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung
dan
mengaitkannya
di
belakang
telinga.
Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar
0,6 – 1,3 cm.
Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah,
sederhana, murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala
12
umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan
efektif dalam mengirimkan oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak
mengganggu klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau
makan. (Aryani, 2009:54)
b. Tujuan
1. Memberikan oksigen dengan konsentrasi relatif rendah saat kebutuhan
oksigen minimal.
2. Memberikan oksigen yang tidak terputus saat klien makan atau
minum.(Aryani, 2009:54)
c. Indikasi
Klien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal
kanula untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak
sesak). (Suparmi, 2008:67)
d. Prinsip
a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau
rendah, biasanya hanya 2-3 L/menit.
b.
Membutuhkan pernapasan hidung
c.
Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.
(Suparmi, 2008:67)
e. Cara pemasangan :
1. Terangkan prosedur pada klien
2. Atur posisi klien yang nyaman(semi fowler)
3. Atur peralatan oksigen dan humidiflier
4. Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan
aliran oksigen yang rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung
kanula.
5. Masukan ujung kanula ke lubang hidung
6. Fiksasi selang oksigen
7. Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.
f. Keuntungan
1. Toleransi klien baik
2. Pemasangannya mudah
13
3. Klien bebas untuk makan dan minum
4. Harga lebih murah
g.
Kerugian
1. Mudah terlepas
2. Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%
3. Suplai oksigen berkurang jika klien bernafas lewat mulut
4. Mengiritasi selaput lender, nyeuri sinus
2. Pemberian Oksigen Melalui Masker Oksigen
a. Pengertian
Pemberian
oksigen
kepada
klien
dengan menggunakan masker yang dialiri
oksigen dengan posisi menutupi hidung
dan
mulut
umumnya
klien.
Masker
berwarna
oksigen
bening
dan
mempunyai tali sehingga dapat mengikat
kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari
face mask bermacam-macam. Perbedaan
antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve
yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani, 2009:54)
b. Macam Bentuk Masker
1. Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60%
dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.

Cara pemasangan :
a. Terangkan prosedur pada klien
b. Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
c. Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana
dengan humidiflier.
d. Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung
dan mulut klien
e. Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak
lepas
f. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.

Keuntungan :
14
a. Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari nasal kanula
b. System humidifikasi dapat di tingkatkan

Kerugian :
a. Umumnya tidak nyaman bagi klien
b. Membuat rasa panas, sehingga mengiritasi mulut dan pipi
c. Aktivitas makan dan berbicara terganggu
d. Dapat menyebabkan mual dan muntah, sehingga dapat
menyebabkan aspirasi
e. Jika alirannya rendah dapat menyebabkan penumpukan
karbondioksida
2. Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80%
dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus
mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat
inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup
dan kantung reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk
dalam lubang ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian
tercampur dengan udara ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih
tinggi daripada simple face mask. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
Indikasi : klien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah. (Asmadi,
2009:33)
3.

Cara pemakaian :
1. Terangkan prosedur pada klien
2. Hubungkan selang oksigen dengan humidiflier dengan aliran
rendah
3. Isi oksigen kedalam kantong dengan cara menutup lubang
antara kantung dengan sungkup
4. Atur tali pengikat sungkup sehingga menutup rapat dan
nyaman. Bila perlu pakai kasa pada daerah yang tertekan.
5. Sesuaikan aliran oksigen, sehingga kantung akan terisi waktu
ekspirasi dan hampir kuncup waktu inspirasi

Keuntungan
1. Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari pada sungkup muka
sederhana
2. Tidak mengeringkan selaput lendir

Kerugian
1. Kantung oksigen bisa terlipat
2. Menyebabkan penumpukan oksigen jika aliran terlalu rendah
Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen
sampai 80-100% dengan kecepatan aliran 10-12 liter/menit. Pada
prinsipnya, udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
15
karena mempunyai 2 katup, 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup saat pada saat ekspirasi, dan 1 katup yang fungsinya
mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan akan membuka
pada saat ekspirasi. (Tarwoto&Wartonah, 2010:37). Indikasi : klien
dengan kadar tekanan CO2 yang tinggi. (Asmadi, 2009:34)
Cara pemasangan sama dengan sungkup muka kantong rebreathing.

Keuntungan
1. Konsentrasi oksigen hampir diperoleh 100% karena adanya
katup satu arah antara kantong dan sungkup, sehingga
kantung mengandung konsentrasi oksigen yang tinggi dan
tidak tercampur dengan udara ekspirasi.
2. Tidak mengeringkan selaput lendir

Kerugian
1. Kantung oksigen bisa terlipat
2. Berisiko untuk terjadi keracunan oksigen
3. Tidak nyaman bagi klien
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar pada manusia yaitu
kebutuhan fisiologis. Pemenuhuan kebutuhan oksigenasi ditujukan untuk menjaga
kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidupnya, dan melakukan
aktivitas bagi berbagai organ atau sel. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas
oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen
meningkat dalam tubuh.
Banyak sekali faktor – faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi
seseorang. Bisa dari sistem tubuh, lingkungan, gaya hidup, dll. Dan ada beberapa cara
yang dapat membantu menyembuhkan kelainan pada ganaguan kebutuhan
oksigenisasi.
B. Saran
Dari pemaparan diatas, kami memberikan saran dalam ilmu kesehatan penting sekali
memahami dan mahir memenuhi kebutuhan oksigenasi klien dalam asuhan secara
tepat agar terhindar dari kesalahan dalam tindakan baik itu dirumah sakit maupun di
masyarakat yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Dep Kes RI .1985 .Teknis perawatan dasar . Bandung : PT Granesia
Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Joyce, K & Everlyn, R.H. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan.
Jakarta : EGC
Kusmiyati , yuni .2007 . Ketrampilan dasar paktek klinik kebidanan . Yogyakarta
: Fitramaya .
.Mubarak,Iqbal wahit,2008,Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi Dalam Praktik,Jakarta : EGC
http://nursingbegin.com/tag/kebutuhan oksigenasi/ (Diakses pada tanggal 9
September 2018 Pukul 14.15 WITA).
http://nurseviliansyah.blogspot.com/2015/01/kebutuhanoksigenasi.html#.W5YqehFqPIU(Diakses pada tanggal 10 September 2018 Pukul 16.45
WITA).
http://ahlinyaasuhankeperawatan.blogspot.com/2014/05/oksigenasi.html
(Diakses pada tanggal 15 September 2018 Pukul 08.45 WITA).
18
Download