TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK PROGRAM REGULER A16 SEMESTER 6 “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA KURANG GIZI DAN IATROGENESIS” Kelompok 5 : Sarah Maulida Rahmah (131611133006) Ragil Titihatmanti (131611133012) Rufaidah Fikriya (131611133018) Sekar Ayu Pitaloka (131611133021) Neni Indryani (131611133031) Nesya Ellyka (131611133038) Novalia Puspitasary (131611133044) FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2 1.3 Tujuan ............................................................................................... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 3 2.1 Iatrogenesis ....................................................................................... 3 2.1.1 Definisi Iatrogenesis ................................................................ 3 2.1.2 Etiologi Iatrogenesis................................................................ 3 2.1.3 Penatalaksanaan Medis ........................................................... 4 2.1.4 Pemeriksaan Fisik.................................................................... 6 2.1.5 Pemeriksaan Penunjang........................................................... 6 2.2 Kurang Gizi ....................................................................................... 6 2.2.1 Definisi Kurang Gizi............................................................... 6 2.2.2 Manifestasi Klinis Kurang Gizi .............................................. 7 2.2.3 Pemeriksaan Fisik................................................................... 8 2.2.4 Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 9 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................... 10 3.1 Pengkajian ......................................................................................... 11 3.2 Analisis Data ..................................................................................... 20 3.3 Diagnosa............................................................................................ 21 3.4 Intervensi Keperawatan..................................................................... 21 BAB 4 KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 23 4.2 Saran ................................................................................................. 23 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 24 ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia adalah setiap orang yang berusia 60 tahun atau lebih, yang secara fisik terlihat berbeda dengan kelompok umur lainnya. Umumnya setiap orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua adalah masa hidup manusia yang terakhir. Pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial hingga tidak melakukan tugasnya sehari-hari lagi dan bagi kebanyakan orang masa tua kurang menyenangkan (Departemen Kesehatan RI, 2003 dalam Senjaya, 2017). Dengan meningkatnya jumlah populasi usia lanjut, masalah kesehatan yang dialami oleh populasi usia lanjut juga semakin banyak. Jamal et. al. (2000) menyatakan bahwa karena berbagai sebab, penggunaan obat pada lansia perlu mendapat perhatian khusus para dokter dan apoteker. Misalnya, penggunaan obat yang diresepkan secara tidak teliti dapat berisiko serius bagi kesehatan lansia akibat terjadinya efek samping obat, interaksi obat dan dosis yang tidak tepat. Suatu literatur menunjukkan bahwa polifarmasi berisiko menimbulkan reaksi samping obat, interaksi obat, dan efek iatrogenic di kalangan lansia. Salah satu masalah kesehatan pada lansia yaitu kurang gizi atau biasa disebut malnutrisi. Malnutrisi sendiri merupakan masalah yang bersifat multifaktor, yaitu meliputi faktor fisik, sosial, dan ekonomi (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Suatu study melaporkan bahwa 30% sampai 40% lansia yang hospitalisasi berpengalaman dengan komplikasi iatrogenik (Jahnigen, 1986). Selama di rumah sakit penderita lansia lebih sering kemungkinan mengalami kejadian yang tidak diinginkan mengingat adanya kemunduran fisik dan lebih rentan. Pada lansia perlu mewaspadai status gizi yang menurun, mengingat prevalensi yang tinggi di kalangan mereka, yaitu sebesar 10-50%. Padahal malnutrisi ini merupakan faktor risiko utama bagi timbulnya kesakitan dan kematian, khususnya bagi mereka yang tinggal di panti. Seain itu, sering kali status gizi di kalangan lansia ini diabaikan orang (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Meenurut penelitian Rianto (2004), menyatakan bahwa angka kejadian malnutrisi di panti sebesar 43,2% sedangkan di 1 non panti sebesar 1.4%, dan angka kejadian resiko malnutrisi di panti sebesar 48,6% sedangkan di non panti sebesar 9,5%. Menurut Ansari et. al (2014), malnutrition iatrogenik adalah malnutrition energi protein akibat pengobatan dan perawatan yang didapat selama pasien berada di rumah sakit (RS). Survei menunjukkan bahwa prevalensi malnutrition iatrogenik relatif hampir merata, baik di RS daerah maupun RS pendidikan pada berbagai jenis penyakit dan status sosial ekonomi penderita, sehingga diperlukan upaya yang tepat untuk mencegah malnutrition ini. Menurut Rahmanstjah (2009), iatrogenesis merupakan penyakit yang disebabkan oleh tindakan dokter, baik dalam membuat diagnosis maupun dalam memberikan terapi untuk pasiennya. Iatrogenesis (penyakit akibat obat-obatan), sering dijumpai pada lansia yang mempunyai riwayat penyakit dan membutuhkan pengobatan dalam waktu yang lama, jika tanpa pengawasan dokter maka akan menyebabkan timbulnya penyakit akibat obat-obatan. Proses menua pada lansia mengakibatkan banyak perubahan, antara lain perubahan struktur dan fungsi tubuh, kemampuan kognitif dan kesehatan mental. Salah satu diantaranya adalah perubahan anatomis dan fisiologis pada saluran pencernaan yang akan berdampak terhadap kemampuan kerja sistem pencernaan dan akan mempengaruhi status nutrisi lansia (Oktariyani, 2012). Status nutrisi merupakan keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi/nutrisi (Supariasa, 2002). Ketidakseimbangan intake nutrisi dengan kebutuhan tubuh akan mempengaruhi status nutrisi. Ketidakseimbangan itu bisa disebut malnutrisi. Setiati & Dinda (2010) menyatakan malnutrisi merupakan suatu keadaan defisiensi, kelebihan atau ketidakseimbangan protein energi dan nutrien lain yang dibutuhkan oleh tubuh yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh. Berdasarkan latar belakang di atas mengenai iatrogenesis dan kurang gizi pada lansia, perawat diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan dan melakukan asuhan keperawatan pada lansia dengan permasalahan tersebut. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi mengenai asuhan keperawatan pada kasus iatrogenesis dan kirang gizi yang banyak terjadi pada lansia. 2 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep iatrogenesis pada lansia? 2. Bagaimana konsep kurang gizi pada lansia? 3. Bagaimana asuhan keperawatan pada lansia dengan iatrogenesis dan inanition? 1.3 Tujuan 1. Menjelaskan konsep iatrogenesis pada lansia 2. Menjelaskan konsep kurang gizi pada lansia 3. Menjelaskan asuhan keperawatan pada lansia dengan iatrogenesis dan inanition 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iatrogenesis 2.1.1 Definisi Iatrogenesis Berasal dari bahasa Yunani “ iatros” yang berarti medis dan “genes” yang berarti origin/asal, iatrogenik didefinisikan sebagai terjadinya efek negatif yang disebabkan oleh prosedur medis. Iatrogenesis mengarah pada ketidaksengajaan efek samping atau kompliksi yang disebabkan oleh intervensi kedokteran atau peresepan obat.Iatrogenic juga mengarah pada pekerja professional kesehatan yang lain seperti psikologis, farmasis, terapis, perawat dan dokter gigi. Ketika seorang dokter (atau tenaga medis lain) dalam usahanya menyembuhan, memperbaiki, atau mengobati pasien menimbulkan kelainan psikologis, fungsional, atau organik dalam bentuk nyeri, penyakit atau gangguan, ia bersifat iatrogenik. Jadi, penyakit iatrogenik didefinisikan sebagai tindakan medis, terapetik, diagnostik, atau profilaksis apapun, yang secara tidak sengaja menyebabkan gejala yang membutuhkan terapi, menyebabkan perawatan di rumah sakit, meningkatkan lama rawat inap di rumah sakit, menyebabkan ketidamampuan permanen atau perlukaan, atau mengarah pada kematian. 2.1.2 Etiologi Penyakit iatrogenik adalah akibat dari prosedur terapi dan diagnosis yang diterima oleh pasien. Dengan berbagai macam jenis obat pada satu orang pasien maka reaksi efek samping obat dapat terjadi. Gangguan iatrogenik terjadi ketika efek samping dari regimen diagnosis atau terapi menyebabkan sebuah kondisi patologis. Prosedur diagnostik (mekanik dan radiologis), regiment terapi (obat, pembedahan, atau prosedur invasif lainnya), hospitalisasi dapat menyebabkan gangguan iatrogenik. Dari beberapa studi yang telah dilakukan, terdapat beberapa predictor penting untuk terjadinya iatrogenesis seperti usia tua, jumlah obat yang diminum per hari, 4 kondisi patologis yang berhubungan, kondisi medis yang buruk saat masuk rumah sakit, gangguan fungsi ginjal dan penggunaan akses intravena. Beberapa faktor resiko lain yang diketahui menyebabkan kejadian iatrogenesis di rumah sakit antara lain : 1) Kesalahan medis, penulisan resep obat yang buruk (tidak terbaca) 2) Kealpaan tenaga kesehatan 3) Prosedur, teknik, informasi dan metode yang tidak tepat 4) Interaksi obat akibat kesalahan peresepan dan polifarmasi 5) Efek samping obat 6) Penggunaan obat yang berlebihan dan ketidakpatuhan sehingga menyebabkan resistensi obat 7) Infeksi nosokomial 8) Tranfusi darah 9) Distress emosi yang membahayakan 2.1.3 Penatalaksanaan medis Pendekatan multidimensi berusaha untuk menguraikan berbagai masalah pada pasien geriatri, mengidentifikasi semua aset pasien, mengidentifikasi jenis pelayanan yangdibutuhkan, dan mengembangkan rencanna asuhan yang berorientasi pada kepentingan pasien. Beberapa penatalaksaan secara umum sindrom geriatrik diantaranya a.Pemberian asupan diet protein , vitamin C,D,E dan mineral yang cukup. Orang usia lanjut umumnya mengkonsumsi protein kurang dari angka kecukupan gizi. Proporsi protein yang adekuat merupakan faktor penting, bukan dalam jumlah besar pada sekali makan. Protein sebaiknya mengandung asam aminoesensial. Leusin adalah asam amino esensial dengan kemampuan anabolisme protein tertinggi sehingga dapat mencegah sarkopenia. b.Pengaturan olahraga secara teratur 5 Kemampuan dasar seperti berjalan, keseimbangan, fungsi kognitif. Aktivitas fisik dapat menghambat penurunan massa dan fungsi otot dengan memicu peningkatan masa dan kapasitas metabolik otot sehingga memengaruhi energi expenditure, metabolis glukosa dan cadangan protein c. Pencegahan infeksi dengan vaksin d. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres misalnya pembedahan elektif dan reconditioning cepat setelah mengalami stres dengan renutrisi dan fisioterapi individual e. Terapi pengobatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya. 2.1.4 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dimulai dengan pemeriksaan tanda vital. 1. Pemeriksaan fisik tekanan darah, dilaksanakan dalam keadaan tidur, duduk dan berdiri, masing-masing dengan selang 1-2 menit, untuk melihat kemungkinan terdapatnya hipotensi ortostatik 2. Pemeriksaan fisik untuk menilai sistem. Pemeriksaan organ dan sistem ini disesuaikan dengan tingkat kemampuan pemeriksa.Yang penting adalah pemeriksaan secara sistem ini menghasilkan dapatan ada atau tidaknya gangguan organ atau sistem. 3. Pemeriksaan fisik dengan urutan seperti pada anamnesis penilaian sistem, yaitu : a) Pemeriksaan susunan saraf pusat (Central Nervous System). b) Pemeriksaan panca indera, saluran nafas atas, gigi-mulut. c) Pemeriksaan leher, kelenjar tiroid, bising arteri karotis. d) Pemeriksaan dada, paru-paru, jantung dan abdomen perlu dilakukan dengan cermat. 6 e) Pemeriksaan ekstremitas, refleks-refleks, gerakan dan kelainan sendisendi perlu diperiksa :sendi panggul, lutut dan kolumna vertebralis. f) Pemeriksaan kulit-integumen, juga perlu dilakukan. Pemeriksaan fisik perlu dilengkapi dengan beberapa uji fisik seperti “get up and go” (jarak 3 meter dalam waktu kira-kira 20 detik), mengambil benda di lantai, beberapa tes keseimbangan, kekuatan, ketahanan, kelenturan, koordinasi gerakan.Bila dapat mengamati cara berjalan (gait), adakah sikap atau gerakan terpaksa.Pemeriksaan organ-sistem adalah melakukan pemeriksaan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki secara sistematis (Kuswardhani, RAT. 2011). 2.1.5 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan tambahan disesuaikan dengan keperluan penegakan kepastian diagnosis, tetapi minimal harus mencakup pemeriksaan rutin. a) X-foto thorax, EKG b) Laboratorium :- DL,UL, FL Apabila terdapat kecurigaan adanya kelainan yang belum jelas atau diperlukan tindakan diagnostik atau terapi, dapat dilakukan konsultasi (rujukan) kepada subbagian atau disiplin lain, atau pemeriksaan dengan alat yang lebih spesifik : FNB, EKG, CT-Scan. 2.2 Kurang Gizi 2.2.1 Definisi Kurang Gizi Kurang gizi atau Malnutrisi adalah suatu keadaan tidak terpenuhinya energi, protein atau keduanya dari asupan makanan. Malnutrisi pada pasien bisa terjadi karena proses penyakit yang dideritanya yang bisa mempengaruhi asupan makanan, meningkatkan kebutuhan, merubah metabolisme dan bisa terjadi malabsorpsi. Dan bisa juga karena tidak adekuatnya asupan kalori makanan yang dikonsumsi oleh 7 pasien. Umumnya kedua hal ini secara bersama-sama menyebabkan malnutrisi pada pasien. Malnutrisi pada lansia merupakan masalah gizi yang muncul pada saat tua yang dikarenakan akibat dari gaya hidup yang salah selama usia muda. Malnutrisi pada lansia terbagi menjadi 2 yaitu gizi kurang dan gizi lebih. Keadaan kurang gizi dapat dilihat sebagai suatu proses kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrien tidak terpenuhi, atau nutrien-nutrien tersebut hilang dengan jumlah yang lebih besar daripada yang didapat. Kekurangan gizi pada lansia yang ditandai dengan penurunan berat badan yang drastis terjadi akibat kurangnya nafsu makan (anoreksia) yang berkepanjangan. Penderita dengan penyakit infeksi kronis dan keganasan berat badannya juga menurun, misalnya pada penderita TBC dan kanker. Seorang dikatakan menderita kurang gizi apabila IMT <18,5, selain itu pemeriksaan klinis dapat terlihat bahwa orang tersebut sangat kurus dan tulang- tulangnya menonjol. 2.2.2 Manifestasi klinis Tanda-tanda pada pasien sering ditemukan dalam keadaan avitaminosis, defisiensi mineral atau hanya terdapat tanda berkurangnya berat badan, cepat lelah atau penurunan kemampuan kognitif Beberapa indikator keadaan gizi kurang/buruk pada lanjut usia (Kretchmer & Zimmermann, 1997) : 1. Penurunan berat badan secara berkelanjutan 2. Berat Badan / Tinggi Badan yang rendah secara bermakna 3. Penurunan serum protein secara bermakna 4. Perubahan fungsi tubuh secara bermakna 5. Asupan energi dan zat gizi lain di bawah AKG 6. Penurunan lingkar lengan atas secara bermakna 8 7. Penurunan tebal lemak bawah kulit/lipatan kulit secara bermakna 8. Munculnya obesitas berdasarkan berat badan ideal, indeks massa tubuh 9. Munculnya gangguan kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti osteoporosis, defisiensi asam folat dan vitamin B12. 2.2.3 Penatalaksanaan 1. Pemantauan nutrisi pada lansia Penimbangan Berat Badan a. Menghitung berat badan ideal pada dewasa: Rumus: Berat badan ideal = 0.9 x (TB dalam cm – 100) Catatan untuk wanita dengan TB kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus : Berat badan ideal = TB dalam cm – 100 Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang Mini Nutritional Assesment (MNA) Mini Nutrional Assesment (MNA) merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah seorang lansia memiliki resiko mengalami malnutrisi akibat penyakit yang di derita dan atau perawatan di rumah sakit. Kesimpulan dari pemeriksaan MNA adalah menggolongkan klien atau lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko malnutrisi ringan ataukah mengalami malnutrisi berat. 9 2. Perencanaan makan untuk lansia Perencanaan makan secara umum a. Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari: zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur. 10 b. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu: Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, pepaya Jam 16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang c. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi. d. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega dll. e. Bagi pasien lansia yang prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Makanlah makanan yang mudah dicerna Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang Makan dalam porsi kecil tetapi sering Makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan f. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan. g. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau. h. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng 3. Pemenuhan nutrisi untuk lansia 11 Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan sehingga prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah menjadi sorotan dalam sejumlah survei karena terdapat fakta bahwa sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi. a. Gizi tepat untuk lansia b. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB, kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan) c. Menu yang disajikan untuk lansia harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada makanan empat sehat lima sempurna. d. Karena lansia mengalami kemunduran dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus disesuaikan. Sebagai contoh: gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam disuwir, daging sapi dicincang/digiling) e. Makanan yang kurang baik bagi lansia adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati, ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi, kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim. 12 f. Lansia harus diberi pengertian untuk mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi? Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin sekali. g. Lansia harus memperbanyak makan buah dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan. h. Selain konsumsi sayur dan buah, Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500-2000 ml atau 6-8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang juga 13 berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk penyerapan makanan dalam usus memerlukan air. 2.2.4 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan keadaan fisik yang berhubungan dengan adanya malnutrisi. Prinsip pemeriksaan fisik adalah head to feet yaitu dari kepala ke kaki.tanda tanda atau gejala klinikdefisiensi nutrisi menurut (Kozier, 2004) adalah Sistem Tanda dan Gejala Kekurangan Nutrisi Kulit a. Kulit bersisik, kering a. Zinc / asam lemak esensial b. Hiperkeratosis folikuler b. Vitamin A, C c. Peteki c. Vitamin C, K d. Dermatitis fotosensitif d. Niacin e. Lamanya penyembuhan luka e. Zinc, vitamin C a. Tipis/depigmentasi a. Protein b. Mudahrontok b. Protein, seng a. Kebutaan malam a. Vitamin A, seng b. Peradangan konjungtiva b. Riboflavin c. Keratomalasia c. Vitamin A a. Pendarahan gusi a. Vitamin C, riboflavin b. Glositis b. Niasin, piridoxin, riboflavin c. Atrofi papila c. Besi d. Hypogeusia d. Zinc, vitamin A a. Pembesaran tiroid a. Yodium b. Parotis pembesaran b. Protein a. Diare a. Niacin, folat, vitamin B12 b. Hepatomegali b. Protein a. Tulang nyeri a. Vitamin D Rambut Mata Mulut Leher Abdomen Ekstremitas 14 b. Nyeri sendi b. Vitamin C c. Nyeri otot c. Tiamin d. Muscle wasting d. Protein, selenium vitamin D e. Edema e. Protein 2.2.5 Pemeriksaan penunjang 1. Serum albumin Serum albumin tidak menurun secara bermakna dengan meningkatnya usia pada lanjut usia sehat. Kadar albumin sering dipakai sebagai petunjuk dalam menentukan malnutrisi protein, tapi bukan marker yang baik untuk melihat perubahan status protein dalam jangka panjang. 2. Hemoglobin dan hematokrit Pengukuran hemoglobin (Hb) dan hematocrit (Ht) adalah pengukuran yang mengidentifikasi defisiensi berbagai bahan nutrisi. Pada malnutrisi berat, kadar hemoglobin dapat mencerminkan status protein. Nilai rentang normal hemoglobin adalah pria 13,0-17,0 gr/dL dan wanita 12,0-15,0 gr/dL 3. Transferin Nilai serum transferrin adalah parameter lain yang digunakan dalam mengkaji status protein viseral. Serum transferrin dalam rentang normal adalah 170-250 mg/dl 4. Kolesterol Kadar kolesterol yang sangat rendah mungkin terlihat pada keadaan malnutrisi berat. 15 BAB 3 KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN Seorang lansia Ny.P bersia 55 tahun, hidup di Panti Indah Kusuma selama 2 tahun. Ny.P menyatakan ia tidak memiliki penyakit berat yang sampai dibawa ke rumah sakit, ia mengatakan bahwa ia jarang sakit dan tidak pernah dirawat di rumah sakit. Ny. P diantar ke Rumah Sakit oleh anaknya yang bernama Tn.U berusia 30 tahun. Ny.P mengalami masalah pada pola makan, nafsu makan Ny.P berkurang, hanya mampu menghabiskan seperempat porsi makanan dari biasanya. Klien kurang makan sayur dan buah-buahan, BB sebelumnya 48 kg, BB saat ini 45 kg. Selain itu klien juga sering mengeluh rasa nyeri di kepala, matanya berkunang-kunang dan pusing ketika ia terlalu banyak melakukan aktifitas. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data : Gigi tidak lengkap Lidah terdapat sariawan Pola makan 2x/hr BB sebelumnya : 48kg, saat ini 45kg TD : 100/70 mmHg Nadi : 80x/mnt RR : 16x/mnt Konjungtiva anemis 3.1 Pengkajian FORMAT PENGKAJIAN LANSIA ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER Nama wisma : 1. IDENTITAS KLIEN Tanggal Pengkajian : 2 Februari 2019 : Nama : Ny. P Umur : 55 tahun 16 Agama : Islam Alamat asal : JL. Kancil Mas No.27, Surabaya Tanggal datang : 11 Januari 2017 Lama Tinggal di Panti 2 tahun 2. DATA KELUARGA : Nama : Ny. U Hubungan : Anak kandung Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : JL. Kancil Mas No.27, Surabaya Telp : 02122422 3. STATUS KESEHATAN SEKARANG : Keluhan utama: Penurunan nafsu makan, sering mengeluh rasa nyeri di kepala, kunang-kunang, pusing ketika ia terlalu banyak melakukan aktifitas. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan: Istirahat dan tidur Obat-obatan: - analgetika, - antihipertensi, 4. AGE RELATED CHANGES(PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) : Ya FUNGSI FISIOLOGIS 1. Kondisi Umum Kelelahan Perubahan BB Perubahan nafsu makan Masalah tidur Kemampuan ADL : : : : : Ya √ √ Tidak √ √ √ 2 : Klien masih dapat melakukan ADL secara mandiri. KETERANGAN 2. Integumen Ya Lesi / luka Pruritus Perubahan pigmen Memar Pola penyembuhan lesi KETERANGAN 3. √ √ √ : Terjadinya perubahan pigmentasi kulit (hiperpigmentasi) di area wajah Ya : : : √ : Konjungtiva klien anemis Tidak √ √ Kepala Sakit kepala Pusing Gatal pada kulit kepala KETERANGAN 5. Tidak √ √ Hematopoetic Perdarahan abnormal Pembengkakankellimfe Anemia KETERANGAN 4. : : : : : : : : Ya √ √ Tidak √ : Rasa nyeri di kepala, kunang-kunang, pusing ketika ia terlalu banyak melakukan aktifitas Mata Ya Perubahan penglihatan Pakai kacamata Kekeringan mata Nyeri Gatal Photobobia Diplopia Riwayat infeksi KETERANGN Tidak : √ : : √ : : : : : : Klien tidak ada keluhan pada mata √ √ √ √ √ √ 3 6. Telinga Ya Penurunan pendengaran Discharge Tinitus Vertigo Alat bantu dengar Riwayat infeksi Kebiasaan membersihkan telinga Dampak pada ADL KETERANGAN Tidak √ √ √ √ √ √ : : : : : : : √ : Tidak ada : Klien tidakada keluhan pada telinga 7. Hidung sinus Rhinorrhea Discharge Epistaksis Obstruksi Snoring Alergi Riwayat infeksi KETERANGAN 8. Ya : : : : : : : : Klien tidak ada keluhan pada sinus Tidak √ √ √ √ √ √ √ Mulut, tenggorokan Ya Nyeri telan Kesulitan menelan Lesi Perdarahan gusi Caries Perubahan rasa Gigi palsu Riwayat Infeksi Pola sikat gigi KETERANGAN Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ : : : : : : : : : Klien sikat gigi 2x sehari : Klien tidak ada keluhan pada mulut dan tenggorokan 9. Leher Kekakuan Nyeri tekan Massa KETERANGAN Ya : : : : Klien tidak ada keluhan pada leher Tidak √ √ √ 4 10. Pernafasan Ya Batuk Nafas pendek Hemoptisis Wheezing Asma KETERANGAN : : : : : : Klien tidak ada keluhan pada leher Tidak √ √ √ √ √ 11. Kardiovaskuler Ya Chest pain Palpitasi Dipsnoe Paroximal nocturnal Orthopnea Murmur Edema KETERANGAN : : : : Tidak √ √ √ √ : √ : √ : √ : Klien tidak ada keluhan pada kardiovaskuler 12. Gastrointestinal Ya Disphagia Nausea / vomiting Hemateemesis Perubahan nafsu makan Massa Jaundice Perubahan pola BAB Melena Hemorrhoid Pola BAB KETERANGAN : : : : Tidak √ √ √ √ : √ : √ : √ : √ : √ : Klien 1x sehari di pagi hari : Klien tidak mengalami keluhan pada gastrointestinal 13. Perkemihan Dysuria Frekuensi Hesitancy Urgency Hematuria Poliuria Oliguria Nocturia Ya : : 6-7 kali sehari : : : : : : Tidak √ √ √ √ √ √ √ 5 Inkontinensia Nyeri berkemih Pola BAK KETERANGAN : √ : √ : Masih normal : Klien tidak mengalami keluhan pada perkemihan 14. Reproduksi (laki-laki) Ya - Tidak - Lesi Disharge Testiculer pain Testiculer massa Perubahan gairah sex Impotensi : : : : : : Reproduksi (perempuan) Lesi Discharge Postcoital bleeding Nyeri pelvis Prolap Riwayat menstruasi Aktifitas seksual Pap smear KETERANGAN : √ : √ : √ : √ : √ : Klien mulai menopouse semenjak usia 48 tahun : √ : √ : Klien sudah menjadi janda. 15. Muskuloskeletal Ya Nyeri Sendi Bengkak Kaku sendi Deformitas Spasme Kram Kelemahan otot Masalah gaya berjalan Nyeri punggung Pola latihan Dampak ADL KETERANGAN Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ : : : : : : : : : : Klien jarang melakukan olahraga : Klien dapat melakukan ADL secara mandiri : Klien tidak mengalami gangguan pada muskuloskeletal 16. Persyarafan Ya Headache Seizures Syncope : : : Tidak √ √ √ 6 Tic/tremor Paralysis Paresis Masalah memori KETERANGAN : √ : √ : √ : √ : Klien tidak mengalami gangguan pada persyarafan 5. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL : Psikososial YA Tidak Cemas : √ Depresi : √ Ketakutan : √ Insomnia : √ Kesulitan dalam mengambil : √ keputusan Kesulitan konsentrasi : √ Mekanisme koping : Klien dapat tenang dan tidak cemas Persepsi tentang kematian : klien sudah pasrah akan kematian Dampak pada ADL : klien dapat melakukan ADL secara mandiri Spiritual Aktivitas ibadah : klien rajin dalam beribadah Hambatan : klien tidak mengalami kesulitan dalam beribadah KETERANGAN: tidak ada masalah dalam psikososial dan spiritual 6. LINGKUNGAN : Kamar: lantai tidak licin, ada pegangan untuk lansia, terdapat pencahayaan yang baik dan ventilasi. Kamar mandi: menggunakan WC duduk dan sudah baik untuk lansia Dalam rumahwisma: Luar rumah : terdapat pagar dan pegangan untuk lansia 7. ADDITIONAL RISK FACTOR 1. kemampuan ADL : mandiri 2. aspek kognitif : pasien tidak mengalami hambatan kognitif 3. keseimbangan : pasien mampu melakukan tes ini 4. hasil pemeriksaan diagnostik : 8. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES 1. 2. 3. 4. 5. Kemampuan ADL : madiri Aspek Kognitif : tidak ada gangguan Tes Keseimbangan : normal Fungsi social lansia : baik Hasil pemeriksaan Diagnostik : hasil pemeriksaan kadar Alb: 3,2 g/dL dan Hb: 10 gr/dL (normalnya: Alb: 3,5 - 5,0 gr/dL dan Hb: 11,7 - 13,8 gr/dL. Kasus di atas mengalami penurunan kadar albumin dan Pengkajian khusus: 1. Kemampuan ADL 7 Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel) No. 1. Item yang dinilai Skor Makan 0 = Tidak mampu 1 = Butuhbantuanmemotong lauk, mengoles mentega dll 2 = Mandiri 2. Mandi 3. Perawatandiri 4. 0 = Tergantung orang lain 1 = Mandiri 0 = Membutuhkanbantuanorang lain 1 = Mandiridalamperawatanmuka, rambut, gigi, danbercukur 6. 7. 8. 9. 10. 2 1 1 Berpakaian 0 = Tergantung orang lain 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing baju) 2 = Mandiri 5. Skor Klien Buang air kecil Buang air besar Penggunaan toilet 2 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol 1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari) 7 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu) 2 = Kontinensia (teratur) 2 0 = Tergantung bantuan orang lain 1 = Membutuhkanbantuan, tapidapatmelakukanbeberapahalsendiri 2 = Mandiri 2 Transfer Mobilitas (berjalan di permukaan datar) Naik turuntangga 0 1 2 3 = = = = Tidak mampu Butuhbantuanuntuk bisa duduk (2 orang) Bantuankecil (1 orang) Mandiri 0 1 2 3 = = = = Immobile (tidak mampu) Menggunakankursi roda Berjalandenganbantuansatu orang Mandiri (meskipun menggunakanalat bantu seperti,tongkat) 0 = Tidak mampu 3 3 2 8 1 = Membutuhkanbantuan (alat bantu) 2 = Mandiri Interpretasi: 1. Skor 20 : Mandiri 2. Skor 12-19 : Ketergantungan Ringan 3. Skor 9-11 : Ketergantungan Sedang 4. Skor 5-8 : Ketergantungan Berat 5. Skor 0-4 : Ketergantungan Total (Lewis, Carole & Shaw, Keiba, 2006) 2. MMSE (Mini Mental Status Exam) Nama : Tgl/Jam: No Aspek Nilai Nilai Kognitif maksimal Klien 1 Orientasi 5 5 2 3 Orientasi Registrasi 5 3 5 5 Kriteria Menyebutkan dengan benar : Tahun : .......................................... Hari :............................................... Musim : .......................................... Bulan : ........................................... Tanggal :........................................ Dimanasekarangkitaberada ? Negara: …………..........……..….… Panti : ……………………….…..….. Propinsi: …………………................ Wisma : …………………………...... Kabupaten/kota : ……………….…. Sebutkan 3 namaobyek (misal : kursi, meja, kertas), kemudian ditanyakankepadaklien, menjawab : 1) Kursi 4 Perhatiandan kalkulasi 5 5 2). Meja 3). Kertas Meminta klien berhitung mulai dari 100 kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat. Jawaban : 1). 93 2). 86 5). 65 ATAU 3). 79 4). 72 Ejalah kata "DUNIA" secara mundur. Skor 1 poin per huruf dalam urutan yang benar Variasi Jawaban Klien: 9 AINUD = 5; AIND = 4; AND = 3; AN = 2; UINDA=1 5 Mengingat 3 3 6 Bahasa 9 9 Mintaklienuntukmengulangiketigaoby ekpadapoinke- 2 (tiappoinnilai 1) Menanyakan pada klien tentang benda (sambil menunjukan benda tersebut). 1)................................... 2)................................... 3). Minta klien untuk mengulangi kata berikut : “ tidak ada, dan, jika, atau tetapi Klien menjawab : ........................................................ Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang terdiri 3 langkah. 4) Ambil kertas ditangan anda 5) Lipat dua 6)Taruh dilantai. Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktifitas sesuai perintah nilai satu poin) 7). Meminta klien untuk membaca kalimat yang bertuliskan: “Tutup mata anda” 8). Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat dan 9). Menyalin gambar 2 segi lima yang saling bertumpuk Total nilai 30 30 Interpretasihasil : 24 – 30 : tidakadagangguankognitif 18 – 23 : gangguankognitifsedang 10 0 - 17 : gangguankognitifberat Kesimpulan : tidak ada gangguan kognitif 3. Tes Keseimbangan Time Up Go Test No Tanggal Pemeriksaan 1 - Hasil TUG (detik) Rata-rata Waktu TUG - Interpretasi hasil - Hasilpengamatan - Interpretasi hasil: Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut: Tidak ada resiko jatuh ≤13,5 detik >13,5 detik Resiko tinggi jatuh Diperkirakan jatuh dalam kurun waktu 6 bulan Diperkirakan membutuhkan bantuan >30 detik dalam mobilisasi dan melakukan ADL (Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen, Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991) >24 detik 11 4. GDS Pengkajian Depresi No 1. 2. 3. 4. 5. 8. 7. 8. 9. Pertanyaan Jawaban Ya Tdk Hasil 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 Anda puas dengan kehidupan anda saat ini Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong Anda sering merasa bosan Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu Anda sering merasakan butuh bantuan Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan sesuatu hal 10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 14. Anda merasa tidak punya harapan 1 15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 Jumlah (Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam Gerontological Nursing, 2006) Interpretasi :Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 12 5. Status Nutrisi Pengkajian determinan nutrisi pada lansia: Skrining Skor Mengalami penurunan asupan makanan lebih dari tiga bulan selama adanya penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, menelan dan kesulitan menelan makanan A 0 = Adanya penurunan asupan makanan yang besar 1 1 = Adanya penurunan asupan makanan yang sedang 2 = Tidak ada penurunan asupan makanan Mengalami penurunan berat badan selama tiga bulan terakhir 0 = Penurunan BB >3 kg B 2 1 = Tidak diketahui 2 = Penurunan BB 1-3 kg 3 = Tidak mengalami penurunan BB Mobilitas 0 = Tidak dapat turun dari tempat tidur / kursi roda C 2 1 = Dapat turun dari tempat tidur / kursi roda namun tidak dapat berjalan jauh 2 = Dapat berjalan jauh Mengalami stres psikologis atau memiliki penyakit akut tiga bulan terakhir D 0 =Ya 2 2 = Tidak Mengalami gangguan neuropsikologis 0 = Mengalami demensia atau depresi berat 2 E 1 = Mengalami demensia ringan 2 = Tidak mengalami gangguan neuropsikologis Indeks massa tubuh (IMT) 0 = IMT < 19 2 F1 1 = IMT 19-21 2 = IMT 21-23 13 3 = >23 Jika IMT tidak dapat diukur ganti pertanyaan F1 dengan F2 Jangan menjawab pertanyaan F2 jika pertanyaan F1 sudah terpenuhi Lingkar betis (cm) F2 0 = jika < 31 11 3 = jika > 31 Hasil Skor 11 Resiko mengalami malnutrisi Interpretasi: 12-14 8-11 0-7 : Status gizi normal : Resiko mengalami malnutrisi : Mengalami malnutrisi 14 6. Fungsi sosial lansia APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia NO URAIAN FUNGSI SKORE 1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (temanteman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya ADAPTATION 2 2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya PARTNERSHI P 2 3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas / arah baru GROWTH 2 4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya seperti marah, sedih/mencintai AFFECTION 2 5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya meneyediakan waktu bersama-sama RESOLVE 2 TOTAL 10 Kategori Skor: Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab: 1). Selalu : skore 22). Kadang-kadang : 1 3). Hampir tidak pernah : skore 0 Intepretasi: < 3 = Disfungsi berat 4 - 6 = Disfungsi sedang > 6 = Fungsi baik Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005 15 7. Pengkajiankualitastidur (PSQI) KUESIONER KUALITAS TIDUR (PSQI) 1. Jam berapa biasanya anda mulai tidur malam? 20.00 2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam? 30 menit 3. Jam berapa anda biasanya bangun pagi? 04.30 4. Berapa lama anda tidur dimalam hari? 7 jam 5 SeberapaseringmasalahTidakpern 1x 2x masalahdibawahinimengganggutid ah seming seming uranda? (0) gu gu (1) (2) a . b . c . d . e . f. g . h . i. j. 6 7 Tidak mampu tertidur selama 30 menit sejak berbaring Terbangunditengahmalamatauterlalud ini Terbangun untuk ke kamar mandi 1 1 1 Tidak mampu bernafas dengan leluasa 0 Batukataumengorok 0 Kedinginandimalamhari Kepanasandimalamhari 0 0 Mimpiburuk 0 Terasanyeri Alasan lain ……… Seberapa sering anda menggunakan obat tidur Seberapa sering anda mengantuk ketika melakukan aktifitas disiang hari 0 0 0 2 Tidakantus ias (0) 8 9 Kecil (1) Sedang (2) Besar (3) 3 Seberapa besar antusias anda ingin menyelesaikan masalah yang anda hadapi Pertanyaan pre-intervensi : Bagaimana kualitas tidur anda selama sebulan yang lalu Pertanyaan post-intervensi : Bagaimana kualitas tidur anda selama seminggu yang lalu ≥3x seminggu (3) Sangatbai k (0) 0 Baik (1) Kurang Sangatkuran (2) g (3) 0 16 Cara perhitungan Skor PSQI dan Interpretasi Skor KOMPONEN KETERANGAN Komponen 1 Komponen 2 Komponen 3 Komponen 4 Komponen 5 Komponen 6 Komponen 7 TOTAL SKOR SKOR Skor pertanyaan #9 Skor pertanyaan #2 + #5a Skor pertanyaan #2 ( <15 menit=0), (16-30 menit=1), (31-60 menit=2), ( >60 menit=3) + skor pertanyaan #5a, jika jumlah skor dari kedua pertanyaan tersebut jumlahnya 0 maka skornya = 0, jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-4=2 ; 5-6=3 Skor pertanyaan #4 ( >7=0 ; 6-7=1 ; 5-6=2 ; <5=3 ) Jumlah jam tidur pulas ( #4 ) / Jumlah jam ditempat tidur ( kalkulasi #1 & #3 ) x 100%, ( >85%=0 ; 7584%=1 ; 65-74%=2 ; <65%=3 ) Jumlah skor 5b hingga 5j ( bila jumlahnya 0 maka skornya =0, jika jumlahnya 1-9=1 ; 10-18=2 ; 1827=3 Skor pertanyaan #6 Skor pertanyaan #7 + #8, jika jumlahnya 0 maka skornya =0, jika jumlahnya 1-2=1 ; 3-4=2 ; 5-6=3 Jumlah skor komponen 1-7 INTERPRETASI: JIKA TOTAL SKOR = ≤5 menunjukkan kualitas tidur klien yang BAIK, JIKA TOTAL SKOR = >5-21 menunjukkan kualitas tidur klien yang BURUK 0 0 0 0 0 0 0 0 3.2 Analisa data dan Diagnosa No. Keluhan 1. DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan Klien mengatakan bahwa klien hanya mampu menghabiskan ¼ porsi makanan Klien mengatakan bahwa ia kurang makan sayur dan jarang makan buah-buahan Klien mengatakan muncul rasa penuh tiba-tiba setelah makan Etiologi Gizi kurang MK Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Mengambil cadangan makanan dibawah kulit Penyusutan jaringan 17 Badan kurus DO : Gigi tidak lengkap Lidah terdapat sariwan Pola makan : 2x/hr BB sebelumnya : 48 Kg, BB saat ini : 45 Kg Nadi : 80x/mnt RR : 16x/mnt Kongjungtiva anemis 2. DS Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Gizi kurang Intoleransi aktifitas Klien mengatakan ia merasa sakit kepala, pusing dan berkunang-kunang jika terlalu banyak aktifitas Asupan nutrisi tidak adekuat DO : TD : 100/70 mmHg Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktifitas Pusing atau kelemahan Anoreksia, mual dan muntah Mukosa membrane atau konjungtiva pucat Metabolisme turun Energi tidak adekuat Intoleransi aktivitas 3. DS Klien mengatakan tidak nafsu makan Klien mengatakan bahwa ia kurang makan sayur dan jarang makan buah-buahan DO: Penurunan BB (48g menjadi 45kg) Pusing atau kelemahan ketika terlalu banyak beaktivitas Gizi buruk Kelemahan Asupan nutrisi dan protein tidak adekuat Hilangnya massa otot Kelamahan 18 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Domain : 2, kelas : 1, kode : 00002) 2. Intoleransi aktifitas (Domain : 4, kelas : 3, kode : 00092) 3. Keletihan (Domain : 4, kelas : 3, kode : 00093) 3.3 Rencana Asuhan Keperawatan No. 1. 2. Diagnosa Keperawatan NOC Ketidakseimbangan nutrisi Tujuan : kurang dari kebutuhan Setelah dilakukan tubuh tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan Definisi : dapat diatasi dengan kriteria hasil : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi Status Nutrisi : Nutrisi kebutuhan metabolic. adekuat Intoleransi aktifitas Definisi : Ketidakcukupan energy psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus Nafsu makan meningkat Berat badan meningkat Adanya perubahan pola makan Konjungtiva normal Klien tidak tampak lemah Tujuan : Setelah dilakukan tndakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah keperawatan dapat diatasi dengan kriteria hasil : NIC Manajemen Nutrisi (1100): Kaji adanya alergi makanan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung tinggi serat Ajarkan pasien membuat catatan makanan harian Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan Toleransi Aktivitas (4310) : Mengobservasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktvitas Mengkaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan Memonitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat 19 atau yang ingin dilakukan. 3 Toleransi Terhadap Aktifitas : Memonitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi, disritmia, dyspnea, diaphoresis, pucat dan perubahan hemodinamik) Memonitor pola tidur dan lamanya Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR Mampu melakukan sktivitas seharihari (ADLs) secara mandiri Keseimbangan aktivitas dan istirahat Keletihan Tujuan : Manajemen Energi (0180) : Setelah dilakukan Kaji status fisiologis pasien Definisi : tindakan keperawatan yang menyebabkan kelelahan Keletihan terus-menerus selama 3x24 jam, sesuai dengan konteks usia dan penurunan kapasitas masalah keperawatan dan perkembangan untuk kerja fisik dan dapat diatasi dengan Pilih intervensi untuk mental pada tingkat yang kriteria hasil : mengurangi kelelahan baik lazim. Tingkat kelelahan: secara farmakologis maupun non farmakologis Tidak ada kelelahan Monitor intake/ asupan nutrisi Selera makan naik untuk mengetahui sumber ADL tidak energy yang adekuat terganggu Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan Partisipasi latihan : ketegangan otot Merencanakan Instruksikan pasien untuk latihan dengan tepat mengenali tanda dan gejala dengan tenaga kelelahan yang memerlukan kesehatan s pengurangan aktifitas Melakukan olah raga dengan teratur Peningkatan Latihan (0200) : Damping individu pada saat mengembangkan program latihan untuk memenuhi kebutuhannya Libatkan keluarga/orang yang memberi perawatan dalam merencanakan dan meningkatkan program latihan 20 Terapi Latihan : Kontrol Otot (0226) : Evaluasi fungsi sensori (misalnya, penglihatan, pendengaran dan perabaan ) 21 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Gizi sangat dibutuhkan bagi usia lanjut untuk mempertahankan kualitas hidupnya. Bagi lanjut usia yang mengalami gangguan gizi diperlukan untuk penyembuhan dan mencegah agar tidak terjadi komplikasi pada penyakit yang dideritanya.Gizi merupakan unsur penting bagi kesehatan tubuh dan gizi yang baik (Darmojo, 2011). Lansia juga rentan mengalami penyakit iatrogenik yaitu tindakan medis, terapetik, diagnostik, atau profilaksis apapun, yang secara tidak sengaja menyebabkan gejala yang membutuhkan terapi, menyebabkan perawatan di rumah sakit, meningkatkan lama rawat inap di rumah sakit, menyebabkan ketidamampuan permanen atau perlukaan, atau mengarah pada kematian. Beberapa penatalaksaan secara umum sindrom geriatrik diantaranya a.Pemberian asupan diet protein , vitamin C,D,E dan mineral yang cukup. b.Pengaturan olahraga secara teratur c. Pencegahan infeksi dengan vaksin d. Antisipasi kejadian yang dapat menimbulkan stres e. Terapi pengobatan pada lansia berbeda dari pasien pada usia muda, karena adanya perubahan kondisi tubuh yang disebabkan oleh usia, dan dampak yang timbul dari penggunaan obat-obatan yang digunakan sebelumnya. 4.2 Saran Perawat membutuhkan pengetahuan mengenai lansia dengan berbagai kekurangan serta rentan terhadap penyakit salah satunya yaitu Iatrogenesis dan Kurang gizi, dengan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa perawat mampu menerapkan Asuhan keperawatan yang baik pada Lansia dengan masalah kurang gizi. 22 DAFTAR PUSTAKA Kuswardhani, RAT. 2011. Relationship between age and metabolic disorders in the population of Bali. Journal of Clinical Gerontology and Geriatrics Volume 2, Issue 2, June 2011, Pages 47-52 Stanley, Mickey.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Darmono,B . 2010. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Balai penerbit FK UI. Jakarta Kozier, B., et al. 2004. Fundamental of Nursing: Concepts, Process and Practice.(7th ed). New Jersey: Prentice -Hall, Inc. Meridean,L., Maas et al, 2011. Asuhan Keperawatan Geriatrik: Diagnosis Nanda, Kriteria Hasil NOC dan Intervensi NIC. Jakarta: EGC Boedhi, Darmojo, R. (2011).Buku Ajar Geriatic (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia) edisi ke4.Jakarta :BalaiPenerbit FKUI 23