Makalah Seminar Kerja Praktik PEMASANGAN SISTEM PERTAHANAN (DEFENSE SCHEME) ISLAND OPERATION MENGGUNAKAN RELAI UFR (UNDER FREQUENCY RELAY) DI GARDU INDUK CENGKARENG LAMA Wiwit Rastini 1, Daru Tri Nugroho, S.T., M.T. 2 *Email: [email protected] 1Mahasiswa 2Dosen Pemakalah Pembimbing Kerja Praktik Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Jl. Mayjend Sungkono Km 5, Blater, Purbalingga 53371 Abstrak— Sistem proteksi adalah suatu sistem pengamanan terhadap peralatan listrik, yang diakibatkan adanya gangguan teknis, gangguan alam, kesalahan operasi, dan penyebab yang lainnya. Fungsi proteksi adalah memisahkan bagian sistem yang terganggu sehingga bagian sistem lainnya dapat terus beroperasi. Skema proteksi yang digunakan oleh PLN (Persero) UP2B DKI Jakarta dan Banten yaitu Defense Scheme (Sistem Pertahanan). Defense Scheme merupakan suatu skema proteksi yang digunakan untuk memproteksi sistem saat terjadi kondisi abnormal pada operasi sistem. Dalam penyelamatan operasi sistem, harus memperhatikan kondisi pasokan (pembangkitan) dan kondisi pembebanan. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan pembebanan, maka akan menimbulkan kondisi yang disebut abnormal sistem operasi.Salah satu defense scheme yang terpasang di UP2B DKI Jakarta dan Banten adalah UFLS (Under Frequency Load Shedding) yang kemudian bisa digunakan juga sebagai skema Island Operation. Relai yang digunakan dalam skema UFLS dan Island Operation yaitu Relai UFR (Under Frequency Relay). Relai ini bekerja apabila frekuensi sistem kurang dari settingan, untuk pengaturan defense scheme relai UFR di Gardu Induk Cengkareng Lama adalah 48.3 Hz. Jadi Relai akan trip jika frekuensi kurang dari 48.3 Hz. Dalam pemasangan defense scheme pada setiap gardu induk memiliki settingan yang berbeda tergantung kebutuhannya. Wiring yang digunakan untuk defense scheme dengan relai UFR Island relatif sama disetiap gardu induk, hanya dibedakan sensing dan target trip saja. Kata kunci — Sistem Proteksi, Defense Scheme, UFLS, Island Operation, Relai UFR. Abstract— Protection system is a system of security against electrical equipment, which is caused by technical problems, natural disturbances, operational errors, and other causes. The protection function is separate the disturbed parts of the system so that other parts of the system can continue to operate. The protection scheme used by PLN (Persero) DKI Jakarta UP2B and Banten is the Defense Scheme. Defense Scheme is a protection scheme that is used to protect the system when abnormal conditions occur in system operations. In the rescue of the system operation, it must pay attention to the supply conditions (generation) and loading conditions. If there is an imbalance between supply and loading, it will cause a condition called an abnormal operating system. One of the Defense Schemes installed at UP2B DKI Jakarta and Banten is UFLS (Under Frequency Load Shedding) which can then be used as Island Operation. Relays used in the UFLS and Island Operation schemes, namely UFR Relay (Under Frequency Relay). This relay works if the system frequency is less than the setting, for the setting of the UFR Relay Scheme in the Cengkareng Lama Substation is 48.3 Hz. So the relay will trip if the frequency is less than 48.3 Hz. In the installation of the Defense Scheme at each substation has different settings depending on their needs. Wiring used for defense schemes with UFR Island relays is relatively the same in each substation, only sensing and trip targets are distinguished. Keywords — Protection System, Defense Scheme, UFLS, Island Operation, UFR Relay. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya kebutuhan listrik dimasyarakat, maka besarnya daya beban konsumen juga semakin bertambah. Daya yang dibangkitkan dalam sistem tenaga listrik harus selalu sama dengan beban sistem. PT PLN (persero) sebagai BUMN yang bergerak dibidang kelistrikan berupaya untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Untuk mempermudah pelayanannya, PLN membentuk unitunit pengatur beban, untuk mengatur sistem kelistrikan di Indonesia. Salah satunya yaitu PLN UP2B (Unit Penyaluran dan Pengatur Beban) Jakarta dan Banten sebagai unit pengaturan beban yang saangat penting karena berada di ibukota Indonesia sehingga, beban yang dilayani sangat penting. Dalam rangka menjamin kebutuhan listrik yang ada di wilayah Jakarta dan Banten maka, PLN UP2B Jakarta dan Banten berupaya terus memperbaiki dan menambah infrastruktur yang ada, seperti penambahan Gardu Induk. Selain itu, dibangun juga sistem pertahanan (Defense Scheme) untuk mengantisipasi sistem apabila terjadi gangguan akibat beban yang berlebih atau gangguan pada pembangkitan listrik. Apabila beban sistem yang ditampung lebih besar dari daya yang dibangkitkan maka, frekuensi akan turun dan sebaliknya, jika daya yang dibangkitkan lebih besar dari beban sistem maka frekuensi akan naik. Akibatnya sistem tidak setimbang, untuk mengatasi hal tersebut dibuatlah skema Defense Scheme UFLS (Under Frequency Load Shedding) untuk mengantisipasi apabila frekuensi sistem turun dari settingan (<50 Hz) dan Skema Island Operation (Operasi Kepulauan), Skema ini adalah skema pengamanan sistem dimana unit – unit pembangkit yang saling interkoneksi dipisahkan secara otomatis untuk beroperasi sendiri atau bersama unit lain dalam wilayah yang lebih kecil dengan memikul beban sesuai kemampuan unit pembangkitnya ketika sistem mengalami gangguan yang parah. Untuk mengimplementasikan skema UFLS dan Island Operation maka digunakan relai UFR (Under Frequency Relay) sebagai sistem proteksi dalam sistem interkoneksi Jawa dan Bali khususnya Jakata dan Banten. Tahun 2018 PLN UP2B Jakarta dan Banten telah melakukan perencanaan proyek Defense Scheme dengan relai UFR dan di tahun 2019 masih dalam proses pengerjaan dan 2 pengaktifan di beberapa Gardu Induk (GI) yang termasuk wilayah PLN UP2B Jakarta dan Banten. B. Tujuan Tujuan kerja praktik yang dilakukan di PT. Indonesia Power UP Mrica sub unit PLTA Ketenger antara lain : 1. Untuk mengetahui setting frekuensi yang digunakan dalam pemasangan relai UFR untuk sistem pertahanan. 2. Untuk mengetahui peralatan, cara kerja dan diagram alaur yang digunakan dalam sistem Defense Scheme dengan relai UFR. 3. Untuk mengetahui tatacara pemasangan relai UFR dalam panel Defense Scheme di GI Cengkareng Lama. 4. Untuk mengetahui langkah pengujian dan persiapan pengaktifan relai UFR untuk digunakan dama sistem Defense Scheme Jakarta dan Banten. C. Ruang Lingkup 1. Secara umum akan membahas mengenai Sistem Proteksi yang ada di PT. PLN (Persero) UP2B DKI Jakarta dan Banten. 2. Secara khusus akan membahas tentang Defense Scheme (Sistem Pertahanan) dengan relai UFR (Under Frequency Relay) yang digunakan di gardu induk Cengkareng Lama. II. TINJAUAN PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan UP2B DKI Jakarta Banten merupakan Unit kerja dari P2B Jawa Bali yang bertugas untuk melakukan pengaturan beban di wilayah 1, yaitu wilayah Jakarta dan Banten. Kantor UP2B Jakarta dan Banten terletak di jalan Mayjen Soetoyo no.1 Jakarta Timur, DKI Jakarta. [3] UP2B DKI Jakarta dan Banten dalam menjalankan tugasnya melakukan pengaturan beban memiliki beberapa bidang kerja, diantaranya: [3] 1. Bidang Operasi Sistem 2. Bidang Fasilitas Operasi 3. Bidang Sumber Daya Manusia. B. Visi dan Misi Perusahaan 1) Visi Perusahaan Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani. [1] 2) Misi Perusahaan Misi dari PT. PLN (Persero) adalah sebagai berikut: 1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham. 2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. 3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. III. TINJAUAN PUSTAKA A. Transformator Transformator atau lebih dikenal dengan nama “transformer” atau “trafo” sejatinya adalah suatu peralatan listrik yang mengubah daya listrik AC pada satu level tegangan atau arus yang satu ke level tegangan atau arus yang lainnya, berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik tanpa merubah frekuensinya. Tranformator biasa digunakan untuk mentransformasikan tegangan atau arus. Selain itu, transformator juga dapat digunakan untuk sampling tegangan, sampling arus dan juga mentransformasi impedansi. [4] Berikut ini beberapa fungsi dari potential transformer : [5] 1. Memperkecil besaran tegangan pada sistem tenaga listrik menjadi besaran tegangan untuk sistem pengukuran. 2. Mengisolasi rangkaian sekunder terhadap primer 3. Standarisasi rating arus untuk peralatan sisi sekunder. Suatu sistem proteksi yang terdiri dari satu atau lebih peralatan proteksi, transformator pengukuran, pengawatan, rangkaian tripping, catu daya dan sistem komunikasi bila tersedia. (IEV 448-11-04) [5] Tujuan utama sistem proteksi adalah sebagai berikut : [5] 1. Mendeteksi kondisi abnormal pada sistem tenaga listrik 2. Memerintahkan trip pada PMT dan memisahkan peralatan yang terganggu dari sistem yang sehat, sehingga sistem dapat terus berfungsi. Dasar pemilihan proteksi sistem tenaga listrik dan sistem proteksi adalah sebagai berikut : [5] 1. Mengurangi kerusakan pada peralatan yang terganggu dan peralatan yang berdekatan dengan titik gangguan 2. Mengurangi gangguan meluas 3. Meminimalisasi durasi gangguan 4. Meminimalisasi bahaya pada manusia 5. Memaksimalkan ketersediaan listrik untuk konsumen. Gambar 3.5 Zona Proteksi [5] Elemen – elemen yang membentuk suatu sistem proteksi yaitu : [5] 1. Transformator Arus/Transformator Tegangan 2. Relai Pengaman 3. PMT 4. PS (Power supply) 5. Pengawatan B. Sistem Proteksi Pengaturan dari satu atau lebih peralatan proteksi, dan peralatan lain yang dimaksudkan untuk melakukan satu atau lebih fungsi proteksi tertentu. 3 Gambar 3.6 Elemen Sistem Proteksi [5] Persyaratan desain proteksi harus dipertimbangkan untuk memastikan sistem proteksi yang andal. Desain juga harus mempertimbangkan tipe peralatan atau komponen sistem tenaga listrik yang akan diproteksi. [5] Sistem proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : [5] 1. Sensitif. Sistem proteksi harus mampu mendeteksi sekecil apapun ketidaknormalan sistem dan beroperasi dibawah nilai minimum gangguan. 2. Selektif. Sistem proteksi harus mampu menentukan daerah kerjanya dan atau fasa yang terganggu secara tepat. Peralatan dan sistem proteksi hanya memisahkan bagian dari jaringan yang sedang terganggu. 3. Andal. Proteksi diharapkan bekerja pada saat kondisi yang diharapkan terpenuhi dan tidak boleh bekerja pada kondisi yang tidak diharapkan. (SPLN T5.0021: 2010) [5] 4. Cepat. Elemen sistem proteksi harus mampu memberikan respon sesuai dengan kebutuhan peralatan yang dilindungi untuk meminimalisasi terjadinya gangguan meluas, lama gangguan dan gangguan pada stabilitas sistem. C. Frekuensi Frekuensi adalah salah satu besaran listrik yang merupakan gelombang sinusoidal dari tegangan atau arus listrik dalam satu detik dan diukur dengan besaran Hertz. Frekuensi merupakan salah satu tolok ukur kualitas tenaga listrik. Dalam kondisi normal, frekuensi menunjukkan keseimbangan sesaat antara pembangkitan dan beban (load and demand).[5] Keuntungan-keuntungan berikut dapat diperoleh dengan adanya pengendalian frekuensi sistem yang baik : [5] 4 1. Kestabilan frekuensi dapat mempermudah pengontrolan generator dan governor, khususnya untuk pembangkit termal dengan kapasitas besar. Kestabilan pada pengaturan kecepatan dapat mempermudah operasi boiler dan turbin, menurunkan tekanan termal dan vibrasi sudu-sudu rotor. Intensitas tekanan disebabkan oleh uap yang masuk ke sudu-sudu rotor turbin tidak tersebar merata. Intensitas terdiri dari frekuensi dasar dari satu putaran yang dianggap satu siklus dan menambah harmonik yang lebih besar. Sudu-sudu rotor menerima uap sebanding dengan frekuensi dasar dan harmonik yang lebih besar perputarannya. 2. Frekuensi yang stabil bermanfaat untuk mesin-mesin yang bekerja secara otomatis. 3. Kestabilan dan kecepatan putar motor-motor listrik dapat meningkatkan kualitas produksi, khususnya dalam bidang tekstil dan industri kertas yang menggunakan motor-motor berkecepatan tinggi. Dalam kondisi normal (steady state), perubahan frekuensi akibat fluktuasi beban atau gangguan pembangkit yang relatif kecil masih bisa direspon oleh aksi governor pembangkit-pembangkit yang aktif (free governor mode) dan LFC (Load Frequecy Control). Keberhasilan atau efektifitas kedua sistem kontrol tersebut dalam merespon frekuensi sangat di pengaruhi oleh ketersediaan cadangan putar (spinning reserve) yang tersedia pada masing-masing pembangkit tersebut. Untuk perubahan frekuensi yang relatif besar yang disebabkan oleh trip-nya pembangkit ataupun terputusnya saluran pasokan, antisipasinya tidak bisa mengandalkan aksi governor dan LFC, tetapi harus ada sistem pertahanan (defense scheme) yang tepat dan memadai. [5] D. Defense Scheme Suatu skema proteksi yang digunakan untuk memproteksi sistem saat terjadi kondisi abnormal pada operasi sistem. Dalam penyelamatan operasi sistem harus memperhatikan kondisi pasokan (pembangkitan) dan kondisi pembebanan. Apabila terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan pembebanan, maka akan menimbulkan kondisi yang disebut abnormal operasi sistem. Kondisi yang dimaksud yaitu: [5] 1. Apabila satu atau beberapa pembangkit yang trip akan menyebabkan pasokan ke sistem berkurang secara tiba-tiba, maka dapat menyebabkan frekuensi turun dan atau tegangan turun (pasokan daya lebih kecil dari beban). 2. Apabila ada beban yang cukup besar keluar dari sistem secara tiba-tiba, maka dapat menyebabkan frekuensi naik dan atau tegangan naik. Selain disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan dan pembebanan, gangguan (saat terjadinya perubahan parameter arus, tegangan, frekuensi dan daya) juga dapat menyebabkan ketidakstabilan sistem. Jika terjadi gangguan di salah satu titik, maka akan mempengaruhi di titik lain pada sistem. Hal ini berdampak terhadap ketidakstabilan sistem. Ketidakstabilan dan ketidakseimbangan sistem tersebut dapat menyebabkan pemadaman yang lebih luas. Klasifikasi dari penyebab pemadaman tersebut dapat dilihat pada bagan berikut: [5] Gambar 3.9 System dan non system fault [5] Berdasarkan Gambar 3.9, passive system fault diamankan oleh proteksi penyelamatan operasi sistem. Proteksi penyelamatan operasi sistem berusaha menjaga ketersediaan energi ke sebagian besar konsumen, agar kondisi operasi darurat tersebut tidak bekembang menjadi sebuah gangguan yang berdampak luas. Dengan demikian, waktu pemulihan lebih cepat dan kerugian menjadi minimum.[5] Tujuan penyelamatan operasi sistem adalah: [5] 1. Meminimalkan dampak akibat gangguan 2. Mengatasi kondisi N-1 yang tidak terpenuhi 3. Mengantisispasi kenaikan beban Macam-macam defense scheme yang terpasang di UP2B Jakarta dan Banten [5] 1. OLS (Over Load Shedding) 2. UFLS (Under Frequency Load Shedding) 3. OGS (Over Generation Shedding) 4. OFGS (Over Frequency Generation Shedding) 5. NLS (No Load Shedding) 6. NGS (No Generation Shedding) 7. Island Operation. Frekuensi merupakan salah satu indikator yang menunjukan kualitas tenaga listrik. Dalam suatu sistem tenaga listrik, frekuensi sistem menunjukkan keseimbangan sesaat antara daya aktif (MW) pembangkitan dengan daya aktif (MW) yang dikonsumsi beban (load demand). Bila terjadi ketidakseimbangan daya aktif maka akan menimbulkan perubahan frekuensi sistem. Operasi sistem pada frekuensi diluar batas frekuensi yang diizinkan dapat menyebabkan kerusakan pada turbin dan atau generator serta mengganggu beban industri yang tersambung. Korelasi perubahan frekuensi dengan tingkat daya konsumen dan daya aktif pembangkitan: [5] 1. Pada kondisi normal keseimbangan daya yang dibangkitkan dengan beban dinyatakan pada frekuensi 50 Hz. 2. Frekuensi sistem akan bernilai di dibawah 50 Hz saat daya aktif pembangkitan lebih kecil dari daya aktif yang dikonsumsi beban sehingga titik keseimbangannya berada pada frekuensi yang lebih rendah. Untuk mengembalikan frekuensi ke 50 Hz, maka dilakukan pengaturan di sisi pembangkitan, dan jika tidak mampu lagi maka dilakukan pengurangan disisi beban. Dan sebaliknya apabila terjadi kenaikan frekuensi maka dilakukan pengurangan disisi pembangkitan. Perubahan frekuensi diluar batas toleransi akan mempengaruhi unit pembangkit maupun beban konsumen yang mengunakan motor. Frekuensi dalam batas toleransi yang diizinkan, yaitu frekuensi sistem dipertahankan dalam kisaran ±0,2 Hz di sekitar 50 Hz, kecuali dalam priode transien yang singkat, dimana penyimpangan sebesar ±0,5 Hz diizinkan. Penurunan frekuensi diluar batas toleransi yang diperbolehkan mengakibatkan unit-unit pembangkit trip. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan pelepasan beban (Load shedding) dengan UFR (Under Frequency Relay) yang mampu 5 bekerja secara cepat untuk memperbaiki frekuensi kerja sistem ke batas frekuensi yang diperbolehkan. UFR juga digunakan untuk keperluan pemisahan sistem pulau-pulau (sistem islanding). Sistem island berfungsi untuk mempertahankan pembangkit yang masih beroperasi sebelum sistem padam total (sesuai seting titik frekuensi island). Sistem island akan membuka PMT di GI tertentu secara otomatis menggunakan UFR, sehingga terbentuk suatu sistem yang terisolasi dari sistem interkoneksi grid. Adapun jenis-jenis relai frekuensi adalah: [5] 1. Under frequency. Pelepasan beban dilakukan jika frekuensi sistem yang terukur dibawah seting frekuensi relai ini. Pelepasan beban dapat diatur waktunya dengan terlebih dahulu memberikan sinyal start saat batas seting frekuensi dilampaui. 2. Rate of Change of Frequency Relay atau yang biasa disebut dengan df/dt merupakan relai yang mendeteksi perubahan frekuensi terhadap perubahan waktu. Pelepasan beban dilakukan jika kecepatan perubahan frekuensi melampaui batas setingnya. Fungsi ini dapat diterapkan untuk perubahan frekuensi atau kehilangan pembangkitan yang besar, yang dengan tahapan pelepasan beban parsial tidak cukup untuk kembali ke frekuensi normal. Fungsi ini dapat mempercepat pelepasan beban pada keadaan darurat. Karakteristik kerja df/dt ditunjukkan pada Gambar 3.13 [5] Gambar 3.13 Karakteristik kerja df/dt [5] Jika terjadi gangguan pada sistem yang menyebabkan pembangkit terlepas dari sistem, maka pembangkit harus tetap beroperasi membentuk island. Dalam beberapa kejadian Island operation di sistem tidak dapat terbentuk untuk menganalisa penyebab kegagalan tersebut maka dilakukan 6 rekonstruksi Digsilent. [5] melalui simulasi menggunakan IV. PEMBAHASAN A. Setting UFR Island Lontar Under Frequency Relay Penyulang (UFR) adalah relay yang digunakan dalam skema pertahanan sistem karena adanya penurunan frekuensi dengan cara melepas beban-beban. UFR terdiri dari beberapa settingan bisa dilihat pada tabel dibawah UFR ini akan digunakan untuk keperluan pemisahan sistem pulau-pulau (Island Operation). [6] Island Operation atau UFR Island adalah bagian dari sistem kelistrikan yang terpisah dari sistem interkoneksi yang tetap beroperasi. Sistem island berfungsi untuk mempertahankan pembangkit yang beroperasi sebelum sistem padam total (sesuai dengan setting titik frekuensi island). Tujuan penerapan island operation adalah melindungi pembangkit pada island tersebut agar tidak padam (Trip). Island dibentuk dengan melepas beberapa transmisi serta beban sedemikian rupa sehingga dicapai kesetimbangan antara kemampuan pembangkit yang sedang beroperasi dengan beban di island tersebut. UFR Island memiliki rentang frekuensi dari 48.3 Hz-48.1 Hz. [7] GI Cengkareng Lama merupakan Subsistem Lontar-Balaraja 3,4- Kembangan 1. Sebagian besar sistem operasi Gardu Induk yang berada dalam subsistem tersebut dipasok dari PLTU Lontar. Untuk mengatasi berbagai gangguan di subsistem tersebut maka dibuat skema defense scheme sebagai berikut: Ada 2 skema yang digunakan di Island Lontar, yaitu: 1. Lontar Operasi 3 unit (Skema A) memutus aliran listrik yang menuju GI Tangerang Lama trafo 1 dan 2 setelah frekuensi menyentuh setting 48.3 Hz. B. Komponen Defense Scheme di GI Cengkareng Lama Dalam pemasangan relai UFR Island yang akan dioperasikan di GI Cengkareng lama ada beberapa komponen yang digunakan yaitu: 1. Alarm Annunciator. Salah satu alat bantu yang berfungsi untuk mengindikasikan keadaan relai proteksi dalam panel defense scheme. Gambar 4.1 Single Line Diagram Island Lontar Skema-A [5] 2. Lontar Operasi 2 unit (Skema B) Gambar 4.3 Bagian Depan Annunciator Gambar 4.2 Single Line Diagram Island Lontar Skema-B [5] Berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan maka di GI Cengkareng Lama dibuat panel defense scheme dengan relai Island Operation. Berikut jenis relai yang digunakan di GI Cengkareng Lama Gambar 4.4 Bagian Belakang Annunciator Dari tabel tersebut maka dapat dikatakan bahwa dalam skema defense scheme yang terpasang di GI Cengkareng Lama, relai UFR akan Trip atau 2. Switch PT (Potential Transformers) Auto. Sebagai alat yang mengidentifikasi sumber tegangan atau supply DC yang digunakan pada sistem defense scheme di GI Cengkareng Lama. Pada GI Cengkareng terdapat 2 sumber supply yaitu PT-1 dan PT2. Hal tersebut berfungsi untuk mengantisipasi apabila terjadi gangguan pada salah satu supply PT. Pada switch terdapat sensing sumber R, S, T dan sensing keadaan normal, alarm. L1 VT1 untuk PT-1 7 sumber R, L2 VT1 untuk PT-1 sumber S, L3 VT1 untuk PT-1 sumber T, dan begitupun untuk PT-2. Sehingga akan mudah dideteksi apabila salah satu sumber dari R,S,T tidak terhubung dalam sistem. Gambar 4.8 Gambar 4.8 Bagian Depan Master Trip Gambar 4.5 Bagian Depan Switch PT 4. Ethernet Switch. Berguna sebagai media komunikasi yang terhubung dalam Local Area Network (LAN). Ethernet Switch juga bisa memeriksa paket data yang diterima, menentukan sumber dan perangkat tujuan masing-masing paket informasi, dan melanjutkan informasi data secara cepat. Dengan membatasi pesan hanya terhubung pada perangkat yang dimaksud, maka dapat menghemat bandwidth. [8] Gambar 4.9 Bagian Depan Ethernet Gambar 4.6 Bagian Belakang Switch PT 3. Master Trip. Merupakan alat yang mengindikasikan target aktif atau tidak dan pengalamatannya dalam bentuk angka biner dengan setting sesuai kebutuhan. Pada master Trip target akan dimunculkan dalam bentuk LED yang menyala sesuai dengan pengaturan yang dilakukan pada target. Biasanya didalam master Trip akan diinstal program logic sesuai kebutuhan. Terdapat indikator LED input/output. Gambar 4.7 Bagian Belakang Master Trip dan Ethernet 8 5. Relai UFR (Merk ZIV). Merupakan salah satu jenis relai yang dapat digunakan untuk proteksi UFR. Dengan setting yang telah ditentukan, seperti pada GI cengkareng Lama setting yang digunakan yaitu pada 48.3 Hz. Berikut informasi relai ZIV : Prinsip kerja UFR Island [5] 1. UFR bekerja jika frekuensi sistem lebih kecil/ sama dengan frekuensi setting. 2. Besaran input dari relai frekuensi adalah tegangan yang diambil dari trafo tegangan (PT), umumnya dari tegangan busbar atau busbar imitasi. 3. Pada kondisi under Voltage (tegangan masukan sekunder PT turun dibawah nilai tertentu) relai akan blok. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan UFR antara lain: [5] 1. Tingkat sensitifitas dari kerja UFR. 2. Kekuatan pembangkit kecil menahan overload. 3. Lama waktu pembukaan PMT. 4. Besarnya pengaruh beban terhadap frekuensi sistem. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Smart Annunciator Gateway Automatic Change Over Switch (PT Switch) Test Block Protection System Multifunction (Relai UFR Island) Selector Switch for Block Master Trip Defense scheme Selector Switch Target (ON/OFF) Ethernet Switch Automation Gambar 4.10 Bagian Belakang Relai ZIV Gambar 4.13 Wiring Panel Defense scheme [9] D. Diagram Alur Relai UFR Gambar 4.11 Bagian Depan Relai ZIV C. Wiring Panel Defense Scheme Gambar 4.14 Diagram Alur Under Frequency Relay [5] Gambar 4.12 Susunan Panel Defense scheme [9] Keterangan gambar tampak depan : 1. Menginisialisasi port-port yang digunakan pada Under Frequency Relay (UFR) dan Omicron 2. Sambungkan koneksi Omicron dengan PC dan Omicron dengan Relay dengan cara menyamakan IP yang digunakan 3. Tentukan nilai relay yang digunakan UFR, nilai ini sesuai dengan tahapan Triping (pemutusan jaringan transmisi) pada target penyulang 4. Masukan sumber frekuensi untuk Under Frequency Relay 9 5. Perhatikan nilai frekuensi pada relay harus sama dengan nilai setting agar relay aktif. Jika nilai setting tidak sama dengan frekuensi maka periksa kembali nilai setting dan juga nilai frekuensi pada relai 6. Tentukan target Triping sesuai dengan tahapan yang sudah di atur 7. Hubungkan switch pada target, switch ini berfungsi jika kita ingi memblok target Tripping agar tidak melakukan pemutusan pada saat UFR aktif 8. Jika switch ON maka UFR akan beroperasi dengan target seperti biasanya, namun jika OFF maka UFR akan bekerja dengan blok target 9. Lalu jika UFR beroperasi tanpa blok target maka relai akan mengaktifkan kontaktor 10. Kontaktor yang aktif akan mengirim sinyal ke penyulang, dan mematikan jaringan transmisi penyulang V. PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengatur Beban (UP2B) DKI Jakarta dan Banten penulis dapat menyimpulkan: 1. Sistem proteksi dalam sistem pengatur beban dilakukan melalui skema sistem yang disebut sistem pertahanan (defense scheme) yang dalam pengoperasiannya memiliki beberapa metode salah satunya Under Frequency Load Shedding (UFLS). 2. UFLS merupakan salah satu skema pelepasan beban yang dilakukan secara otomatis untuk pengamanan operasi unit-unit pembangkit dari kemungkinan terjadinya padam total (black out) dengan menggunakan relay UFR (Under Frequency Relay). 3. UFR berfungsi untuk melindungi sistem dari turunnya frekuensi akibat beban konsumsi lebih besar dari beban pembangkit. Relay tersebut di pasang pada panel proteksi yang berada di Gardu Induk pada wilayah tanggung jawab PT PLN (Persero) UP2B DKI Jakarta dan Banten. 4. UFR memiliki nilai toleransi sebesar (± 0.05) Hz pada setiap tahapannya. 5. Sistem proteksi di PT PLN (Persero) UP2B DKI Jakarta dan Banten berfungsi 10 melindungi sistem dari gangguan pada sistem transmisi. B. Saran Setelah 5 minggu melaksanakan kerja praktik di PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengatur Beban (UP2B) DKI Jakarta dan Banten penulis ingin memberikan beberapa saran/masukan yaitu: 1. Pada hari pertama mahasiswa yang sedang melakukan Praktik Kerja Lapangan diberi manual book agar mahasiswa mempunyai gambaran alat yang digunakan. 2. Dengan banyaknya pekerjaan yang ditangani oleh PT PLN (Persero) UP2B DKI Jakarta dan Banten serta masih kurangnya update tentang pekerjaan, maka sebaiknya dilakukan rapat rutin setiap minggu mengenai pekerjaan yang akan dan sudah dilaksanakan khususnya di subbidang proteksi. 3. Memperbaiki sistem koordinasi dengan pihak pemborong, agar saat melakukan pekerjaan tidak terjadi miss comunication. DAFTAR PUSTAKA [1] PT PLN (Persero). 2017. “Profil Perusahaan”. [online]. Tersedia pada: https://www.pln.co.id/tentang-kami/profilperusahaan. [Diakses pada: 13 Februari 2019]. [2] K. Handayani.2013. “ Kunjungan ke PT PLN (Persero) P3B nihh”. [online]. Tersedia pada: https://karinaulfahandayani.wordpress.com/ 2013/08/12kunjungan-ke-pt-pln-persero-p3bnihh/. [Diakses pada: 12 Februari 2019]. [3] APB DKI Jakarta & Banten. 2015. “Company Profile”. [online]. Tersedia pada: https://apbdkijb.wordpress.com/2015/04/13/com pany-profile-apb-dki-jakarta-banten/ .[Diakses pada: 13 Februari 2019]. [4] S.J. Chapman. 2003. Electric Machinary Fundamentals 4th ed. New York: McGraw-Hill. [5] Karyana. 2013. Pedoman dan Petunjuk Sistem Proteksi Transmisi dan Gardu Induk Jawa Bali, Edisi Pertama. PT PLN (Persero). [6] APB DKI Jakarta & Banten. 2015. “Under Frequencu Relay”. [online]. Tersedia pada: https://apbdkijb.wordpress.com/underfrequency-relay/. [Diakses pada: 13 Februari 2019]. [7] APB DKI Jakarta & Banten. 2015. “Island Operation”. [online]. Tersedia pada: https://apbdkijb.wordpress.com/islandoperation/. [Diakses pada: 13 Februari 2019]. [8] Anonim. 2017. “Pengertian Ethernet Switch dan Fngsinya”. [online]. Tersedia pada: http://gerobaktutorial.blogsopt.com/2017/10/pen gertian-ethernet-switch-dan-fungsinya.html. [Diakses pada: 17 Maret 2019]. [9] PT NASIOTAMA KARYA BERSAMA. 2019. “INSTRUKSI KERJA REVISI TARGET ISLAND OPERTION SUBSISTEM LONTARBALARAJA GI CENGKARENG LAMA”. 11