LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIV / AIDS OLEH : KELOMPOK 12 / A-12 A NAMA : NIM : 1. PUTU ANANDA PRADNYA PARAMITA PUTRI 18.321.2851 2. NI WAYAN DEVI LEONA CINTYA UTAMA PUTRI 18.321.2858 3. NI LUH PUTU KOMALA PADMAWATI 16.321.2464 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI 2019 / 2020 A. KONSEP TEORI 1. Pengertian HIV HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol) (KPA, 2007c). Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat. Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup mempunyai lagi berbagai subtipe, dan masingmasing subtipe secara evolusi yang cepat mengalami mutasi. Diantara kedua grup tersebut, yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup HIV-1 (Zein, 2006) Pengertian AIDS AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006). HIV adalah jenis parasit obligat yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel atau media hidup. Seorang pengidap HIV lambat laun akan jatuh ke dalam kondisi AIDS, apalagi tanpa pengobatan. Umumnya keadaan AIDS ini ditandai dengan adanya berbagai infeksi baik akibat virus, bakteri, parasit maupun jamur. Keadaan infeksi ini yang dikenal dengan infeksi oportunistik (Zein, 2006). 2. Klasifikasi Klasifikasi HIV/AIDS pada orang dewasa menurut CDC (Centers for Disease Control) dibagi atas empat tahap, yakni: 1. Infeksi HIV akut Tahap ini disebut juga sebagai infeksi primer HIV. Keluhan muncul setelah 2-4 minggu terinfeksi. Keluhan yang muncul berupa demam, ruam merah pada kulit, nyeri telan, badan lesu, dan limfadenopati. Pada tahap Universitas Sumatera Utara ini, diagnosis jarang dapat ditegakkan karena keluhan menyerupai banyak penyakit lainnya dan hasil tes serologi standar masih negatif (Murtiastutik, 2008). 2. Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis Pada tahap ini, tes serologi sudah menunjukkan hasil positif tetapi gejala asimtomatis. Pada orang dewasa, fase ini berlangsung lama dan penderita bisa tidak mengalami keluhan apapun selama sepuluh tahun atau lebih. Berbeda dengan anak- anak, fase ini lebih cepat dilalui (Murtiastutik, 2008). 3. Persisten Generalized Lymphadenopathy (PGL) Pada fase ini ditemukan pembesaran kelenjar limfe sedikitnya di dua tempat selain limfonodi inguinal. Pembesaran ini terjadi karena jaringan limfe berfungsi sebagai tempat penampungan utama HIV. PGL terjadi pada sepertiga orang yang terinfeksi HIV asimtomatis. Pembesaran menetap, menyeluruh, simetri, dan tidak nyeri tekan (Murtiastutik, 2008). 4. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat pengobatan, akan berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi HIV bergantung pada karakteristik virus dan hospes. Usia kurang dari lima tahun atau lebih dari 40 tahun, infeksi yang menyertai, dan faktor genetik merupakan faktor penyebab peningkatan progresivitas. Bersamaan dengan progresifitas dan penurunan sistem imun, penderita HIV lebih rentan terhadap infeksi. Beberapa penderita mengalami gejala konstitusional, seperti demam dan penurunan berat badan, yang tidak jelas penyebabnya. Beberapa penderita lain mengalami diare kronis dengan penurunan berat badan. Penderita yang mengalami infeksi oportunistik dan tidak mendapat pengobatan anti retrovirus biasanya akan meninggal kurang dari dua tahun kemudian (Murtiastutik, 2008). 3. Etiologi Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkan dengan HIV Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV. 4. Tamda Dan Gejala Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi): Gejala mayor: a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b.Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e. Demensia/ HIV ensefalopati Gejala minor: a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis generalisata c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidias orofaringeal e. Herpes simpleks kronis progresif f. Limfadenopati generalisata g. Retinitis virus Sitomegalo Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase. a. Fase awal Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tandatanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain. b. Fase lanjut Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek. c. Fase akhir Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS. 5. Patofisiologis Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius. Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS. Patway Kontak dengan darah Kontak sex Kontak Ibu bayi HIV masuk ke dalam tubuh HIV berikatan limfosit T,monosit,makrofag HIV berdifusi dengan CD4+ Netrofil menurun Neutropenia Inti virus masuk ke dalam sitiplasma RNA virus menjadi DNA Integrasi DNA virus + protein Pada T4 (Protovirus) mRNA ditranslasi RNA genom dilepas kesitoplasma Prot.Virus Tunas Virus Virion HIV baru terbentuk (dilimfoid) AIDS 6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang Tes untuk mendiagnosa infeksi HIV , yaitu : a. ELISA b. Western blot c. P24 antigen test d. Kultur HIV Tes untuk mendeteksi gangguan sistem imun, yaitu : a. Hematokrit b. LED c. Rasio CD4 / CD Limposit d. Serum mikroglobulin B2 e. Hemoglobin 7. Penatalaksanaan Penyakit AIDS belum di temukan cara penyembuhanya, yang perlu di lakukan adalah pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan : a. melakukan hubungan kelamin/sex dengan pasangan yang tidak terinfeksi. b. Melakukan pemeriksaan 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi. c. Menggunakan alat kontrasepsi atau pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status HIV nya. d. Tidak melakukan pertukaran jarum suntik,jaru tato,dan sebagainya. e. Melakukan pencegahan infeksi ke bayi baru lahir atau janin.. Jika terinfeksi HIV, maka pengendaliannya yaitu : a. Terapi Infeksi Opurtunistik Terapi ini bertujuan menghilangkan, pemulihan pengendalian infeksi , nasokomial, sepsis atau opurtunistik. Melakukan pengendalian inveksi yang aman untuk pencegahan kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. b. Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 c. Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : d. Didanosine e. Ribavirin f. Diedoxycytidine g. Recombinant CD 4 dapat larut h. Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. i. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun. j. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV) B.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian 1. Aktivitas / istirahat Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur Tanda: Kelemahan otot, menurunnya massa otot Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan 2. Sirkulasi Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi) Tanda: Takikardia, perubahan TD postural, Menurunnya volume nadi perifer, Pucat atau sianosis: perpanjangan kapiler 3. Integritas ego Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis: dukungan keluarga, hubungan dengan orang lain Penghasilan, gaya hidup tertentu dan stres spiritual Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat dan menurunnya BB Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus asa, tidak berguna, rasa bersalah Kehilangan kontrol diri dan depresi Tanda: Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diri Perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurang,Gagal menepati janji atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama 4. Eliminasi Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat yang sering Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abses rectal, personal, Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urin 5. Makanan / cairan Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali makanan / mual / muntah Disfagia, nyeri retrostenal saat menelan Penurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya selaputnya putih dan perubahan warna Kesehatan gigi / gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal Edema (umum, dependen) 6. Higiene Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitas Tanda: Memperlihatkan penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam banyak atau perawatan diri, aktivitas perawatan diri 7. Neurosensori Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental. Kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau indera posisi dan getaran Klemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman penglihatan Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak menunjukkan perubahan paling awal) Tanda: Perubahan status mental dan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon melambat Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot dan gaya berjalan ataksia Tremor pada motorik kasar / halus, menurunnya motorik Vocalis: hemi paresis; kejang Hemoragi retina dan eksudat 8. Nyeri / kenyamanan Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki Sakit kepala (keterlibatan ssp) Nyeri dada pleuritis Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan / pincang Gerak otot melindungi bagian yang sakit 9. Pernapasan Gejala: Isksering, menetap Napas pendek yang progresif Batuk (sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam) Bendungan atau sesak dada Tanda: Takipnea, distres pernapasan Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius Sputum: kuning (pada pneumonia yang menghasilkan sputum) 10. Keamanan Gejala: Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis) Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut Riwayat / berulangnya infeksi dengan PHS Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam Tanda: Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem, psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Rektum, luka-luka perianal atau abses Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau lebih (mis: leher, ketiak, paha) Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan pada gaya berjalan 11. Seksualitas Gejala: Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks Penggunaan kondom yang tidak konsisten Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena peningkatan kekurangan (pribilitas vagina) Tanda: Kehamilan atau resiko terhadap hamil 12. Genetalia: Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas 13. Interaksi sosial Gejala: Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapatan Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang meninggal akibat AIDS Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana Tanda: Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan 14. Penyuluhan / pembelajaran Gejala: Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku beresiko tinggi (mis: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV) Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini merokok, penyalahgunaan alkohol 15. Pertimbangan rencana pemulangan: Memerlukan bantuan keuangan, obat-obatan , tindakan, perawatan kulit ,luka, peralatan, bahan; trasportasi, belanja makanan dan persiapan perawatan diri, prosedur keperawatan teknis, tugas perawatan , pemeliharaan rumah, perawatan anak, perubahan fasilitas hidup. 2. Diagnosa keperawatan a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko. b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan. c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan. d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi. e. Diare berhubungan dengan infeksi GI f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai. 3. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional criteria hasil Resiko tinggi Pasien akan infeksi bebas infeksi tanda-tanda berhubungan oportunistik dan infeksi baru. dengan komplikasinya imunosupresi, dengan kriteria teknik aseptik terpapar oleh malnutrisi dan tak ada tanda- pada setiap kuman patogen pola hidup yang tanda infeksi tindakan yang diperoleh di beresiko. baru, lab tidak invasif. Cuci rumah sakit. ada infeksi tangan oportunis, tanda sebelum vital dalam meberikan batas normal, tindakan. tidak ada luka 3. Anjurkan atau eksudat. 1. Monitor 2. gunakan 1. Untuk pengobatan dini 2. Mencegah pasien pasien metoda 3. Mencegah bertambahnya mencegah terpapar infeksi terhadap lingkungan yang patogen. 4. Kumpulkan spesimen 4. Meyakinkan untuk tes lab diagnosis akurat sesuai order. dan pengobatan 5. Atur pemberian 5. Mempertahanka antiinfeksi n kadar darah sesuai order yang terapeutik Resiko tinggi Infeksi HIV infeksi (kontak tidak pasien atau keluarga mau pasien) ditransmisikan, orang penting dan memerlukan berhubungan tim kesehatan lainnya informasikan ini dengan infeksi memperhatikan metode HIV, adanya universal mencegah infeksi precautions transmisi HIV nonopportunisiti dengan kriteriaa dan kuman k yang dapat kontak pasien patogen ditransmisikan. dan tim lainnya. kesehatan tidak 1. Anjurkan 2. Gunakan 1. Pasien dan 2. Mencegah terpapar HIV, darah dan transimisi infeksi tidak terinfeksi cairan tubuh HIV ke orang lain patogen lain precaution bial seperti TBC. merawat pasien. Gunakan masker bila perlu. Intolerans Pasien 1. Monitor aktivitas berpartisipasi respon berhubungan dalam kegiatan, fisiologis dengan dengan kriteria terhadap Mengurangi kelemahan, bebas dyspnea aktivitas kebutuhan energi pertukaran dan takikardi 2. Berikan Respon bervariasi dari hari ke hari oksigen, selama bantuan Ekstra istirahat perlu malnutrisi, aktivitas. perawatan jika karena yang pasien meningkatkan sendiri tidak kebutuhan metabolik kelelahan. mampu 3. Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak mengganggu isitirahat. Perubahan Pasien nutrisi kurang mempunyai kemampuan dihubungkan dengan dari kebutuhan intake kalori mengunyah nyeri tenggorokan tubuh dan protein dan menelan. dan mulut berhubungan yang adekuat dengan intake untuk intake dan dasar yang kurang, memenuhi ouput Mengurangi muntah meningkatnya kebutuhan kebutuhan metaboliknya antiemetik makanan sesuai metabolic, dan dengan kriteria sesuai order dengan keinginan menurunnya mual dan absorbsi zat gizi. muntah 1. Monitor 2. Monitor BB, 3. Atur 4. Rencanakan diet dengan dikontrol, pasien dan pasien makan orang penting TKTP, serum lainnya. albumin dan protein dalam Intake menurun Menentukan data Meyakinkan bahwa pasien batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum sakit. Diare Pasien merasa berhubungan nyaman dan konsistensi dengan infeksi mengnontrol dan GI diare, frekuensi fese Hipermotiliti komplikasi s dan adanya mumnya dengan minimal dengan darah. diare kriteria perut lunak, tidak tegang, feses 1. Kaji 2. Auskultasi bunyi usus 3. Atur agen Mendeteksi adanya darah dalam feses Mengurangi motilitas usus, yang pelan, emperburuk perforasi lunak dan warna antimotilitas pada intestinal normal, kram dan psilium Untuk perut hilang, (Metamucil) menghilangkan sesuai order distensi 4. Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside Tidak efektif Keluarga atau 1. Kaji koping koping keluarga orang penting keluarga hubungan dalam berhubungan lain terhadap sakit bekerja secara dengan cemas mempertahanka pasein dan konstruktif dengan tentang keadaan n suport sistem perawatannya keluarga. yang orang dan adaptasi dicintai. terhadap keluarga menyadari bahwa perubahan akan mengungkapk mereka berbicara 2. Biarkan Memulai suatu Mereka tak kebutuhannya ana perasaan secara bebas dengan kriteria secara verbal Menghilangkan pasien dan 3. Ajarkan kecemasan tentang keluarga kepada transmisi melalui berinteraksi keluaraga kontak sederhana. dengan cara tentang yang konstruktif penyakit dan transmisinya.