JUDUL : CORETAN PENA Narator Assalamu alaiku wr wb., semangat untuk menjalani sekolah menuntut ilmu. Hal yang tak biasa terjadi diantara mereka Alisa, Nola, alifia, dan Dinda. Mereka adalah murid yang duduk di bangku kelas V SD. Sampailah Dinda di depan kelasnya. Dinda : “Assalamusalaikum!” ( megetuk pintu kelas, dengan wajah yg murung ) Nola dan Alisa : “Waalaikumsalam” Nola : “Hai, Lis kenapa wajahmu murung tak seperti biasanya? Dinda : “Aku enggak apa-apa kok, cuma enggak enak badan aja.” Nola : “Kalau gitu ayo aku antar kamu ke UKS !! “ Dinda : “Makasih, tapi jangan.” Alisa : “Hah, kamu kenapa Lis? Sampai gak mau diantar ke UKS?” Dinda : “Udahlah enggak apa-apa, enggak usah dibahas lagi.” Nola : “Ya sudahlah kalau begitu mau mu.Oh,ya Ada PR Matematikan? ” Alisa : “ Iya tuh nyebelin banget PR nya sulitnya bukan main,… yang tentang kuadrat lagi. Aduhh.. bingung aku cara ngerjainnya gimana?” Nola : “Itu enggak sulit Alisa, coba kalau kamu belajar nya rajin trus memperhatikan bu guru saat menerangkan kamu pasti bisa dengan mudah ngerjain soal itu.” Dinda : “Iya tu Sar, apa kata Nola betul.” Nola : “Emang dasarnya, Alisa aja yg enggak tahu rumus matematika haahaha..” Alifia : “Ehemm, lagi bahas apa,sih, sebenarnya? Alisa : “Ngapain Alifia, kamu ikut ikutan huhuhu, bukan bahas cinta kalikk.., tu bahas rumus cinta matematika jangan kaget lohh yaa kalau ternyata Dinda murung karena diaaa..” Alifia : “Heh, Alisa jangan bilang yang aneh-aneh kamu, mugkin Dinda murung karena masalahnya, dia rumahnya.” Alisa : “ Wah, kenapa kamu kepo sih Alifia?” Alifia : “ Kamu tu, yang mulai kepo duluan. Sok sokan tau Listi murung kenapa.” Alisa : “ Biarin, artinya aku memperhatikan Dinda, mengapa dia tak seperti biasanya.” Nola : “ Betul juga apa katamu, ada sisi postifnya juga ternyata.” : “ Sudahlah kalian bertiga, cuma masalah kayak gitu aja sampai segitunya.” Dinda : “ Biasalah Put, emang mereka kan suka bahas yang enggak penting gitu. Ini, PR jadi lupa dibahas tuh.” Alisa : “ Intinya kata si Nola kalau matematika tu ada rumus cintanya. Iya kan Nola?” Nola : “ Sipp lah bisa jadi begitu.” Dinda : “Apapun yang kalian katakan ke aku, aku ikhals mendengarnya. Sebenarnya aku enggak papa kok cuma pusing biasa aja.” Alifia : “ Ya maaf Dinda, kalau aku sama Alisa ngomongnya salah.” (wajah merasa bersalah). Nola : “Tuh bel masuk sudah bunyi, sana kembali ke tempat masing-masing”. Bel tanda masuk pun berbunyi, (teeeetetettett..tettett) saatnya para siswa mengikuti pelajaran dengan serius meghadapi pelajaran jam pertama dengan jadwal Matematika. Beberapa saat kemudian bel istirahat berbunyi, para siswa keluar dari kelasnya bermain, berjalan menuju kantin sampai ke perpustakaan. Namun, berbeda dengan Dinda ia menyendiri di taman belakang kantin tak seperti biasanya, duduk termenung ditemani dengan satu penanya yang begitu berharga. Dinda : Tuhan, kenapa aku seperti ini, ayah, ibu, sahabat sahabatku tak tau apa yang terjadi dengan ku, mungkin baru kali ini aku merasakan seperti ini, sejak aku melihat ayah telah pulang dari kerja, aku ingin memberitahunya. Tapi, mata ini tak sanggup Tuhan, melihat keadaan ku seperti ini. Aku tak sanggup mereka tau semua ini. Aku tak mau melihat mereka menangis karena aku. Mungkin ini yang dapat kulakukan… ( Dinda menulis di sebuah kertas) Alifia : “ Eh, Alisa ayo kita lewat taman belakang kantin aja yukn!!” Alisa : “ Okelah ayooo.. !!” Sebentar, Nola, kau lihat di kursi depan pohon taman itu, itukan si Dinda, tumben dia ketaman sendrian lagi.” Alifia : “ Gak tau lah dari tadi aku kan sama kamu.” Alisa : “ Nola , kamu ngerasa enggak kalau Dinda disukai banyak sama temanteman kita, trus kalau mereka dapat kelompok sama dia,mereka tu kelihatannya senang gitu.” Alifia : “ Iya aku ngerasa , Dinda tu juga diperhatikan sama banyak guru, trus kita? Jarang banget diperhatikan sama teman dan juga guru. Mungkin karena dia lebih rajin dari kita.” Alisa : “Sepertinya dia lagi nulis sesuatu ayo kita rebut aja tulisannya !! Biar tau kalau kita tu juga ingin diperhatikan bermain sama dia.” Alifia : “Beneran ini, bukanya kalau gitu kita mengganggu hati nya Listi?” Tanpa berfikir panjang Sari pun langsung merebut kertas yang di pegang oleh Listi. Alisa : “Coba aku pinjam Lis? “ (langsung diambil dan dilempar) Dinda : “ Jangan Alisa, jangan, jangan dibuang kertas itu…” (dengan wajah sedih) Nola : “ Ada apa ini Dinda? kenapa kamu menangis.” Dinda : “Ohh tidak ada apa apa kok Alifia ” Nola : “ Jujur saja lah Dinda, tadi aku ngelihat kok kertas yang dilempar sama Alisa itu. Kenapa kamu tak rebut kertas itu?” Dinda : “ Jika aku ambil kertas itu sama saja sudah sobek dan tak bisa dibaca.” Alifia : “ Maafkan Alisa ya Dinda, mugkin dia ingin seperti kamu.” Nola : “ Ya sudah, mari kita kembali ke kelas saja.” Setelah beberapa hari setelah kejadian itu Dinda jarang masuk sekolah. Teman teman Dinda merasa khawatir kepadanya. Keesokan harinya. Alisa : “ Hai kawan ada berita buruk. Tadi pagi ibunya Dinda kerumahku, kalau ternyata Dinda sudah pindah dari sekolah kita ini. Dan ibunya menitipkan surat terakhirnya buat kita , supaya menjaga baik baik surat ini katanya.” Alifia : “ Nola, coba baca surat ini !!”(Nola membaca surat dari Dinda) Nola : Untuk sahabatku, terimakasih kalian telah mengisi hari hariku dengan seyuman kalian, aku tak akan melupakan mu kawan. Maafkan aku jika aku pernah salah dengan kalian, dan apapun itu kesalahan kalian kepadaku aku memaafkanmu kawan. Tapi satu yang perlu kalian ingat aku pindah disini bukan karena aku benci denganmu kawan. Namun, inilah yang harus aku lakukan tuk jalani hidupku di tempat ini. Sekali lagi simpan baikbaik kertas ini. Suatu saat nanti aku yakin aku akan kembali bersama kalian. Terimakasih, atas semua canda tawamu takkan kulupakan.Ingat tetaplah menjadi dirimu sendiri kawan. Aku akan selalu merindukanmu.Salam Dinda.~ (Mereka mejawab satu persatu dari coretan pena Dinda) Alifia : “Kami pasti memaafkan kesalahanmu Lis.” Nola : “Terimakasih atas batuanmu juga kepada kami” Alifia : “Kami harap, suatu saat nanti kau bilang kepada kami mengapa kamu pergi tinggalkan kami, sampai kau pindah dari sekolah kita tercinta ini.” Alisa : “Mungkin kemarin adalah hari terakhir aku marah sama kamu Dinda, maafkan aku Dinda.. telah membuang kertas itu sampai membuat kau menangis. Pesan dari kami untukmu jagalah dirimu seperti kau menjaga sahabatmu !! Nola : “ Jika kau dengar disana Dinda, disini kami juga kan selalu merindukanmu.” Alisa : “ Hai kawan, rasanya aku disini merasa kehilangan Listi, aku ingin bertemu dengannya aku ingin meminta maaf langsung dengannya atas kesalahanku kemarin.” Alifia : “Tapi semua itu sudah terlambat Sar, kita tak tahu dimana Listi pindah sekarang. Mungkin yang dapat kita lakukan disini hanyalah berdo’a semoga Listi cepat kembali dan bersama kita lagi. Akhirnya, Dinda meniggalkan sahabat-sahabtnya. Hanya tinggallah, satu lembar Coretan Pena milik Dinda, yang mereka simpan, yang sewaktu waktu mereka dapat membacanya jika mereka rindu cinta sahabat. Hanyalah berdo’a yang mereka bisa lakukan. Mereka pun merasakan betapa pentingnya kebersamaan. JUDUL : CORETAN PENA Narator Assalamu alaiku wr wb., semangat untuk jalani sekolah menuntut ilmu. Hal yang tak biasa terjadi diantara mereka Sari, Putra, Alif, Tazki, dan Listi. Mereka adalah murid yang duduk di bangku kelas V SD. Sampailah Listi di depan kelasnya. Listi : “Assalamusalaikum!” ( megetuk pintu kelas, dengan wajah yang murung ) alif dan Sari : “Waalaikumsalam” Alif : “Hai, Lis kenapa wajahmu murung tak sepert biasanya? Listi : “Aku enggak apa-apa kok, cuma enggak enak badan aja.” Alif : “Kalau gitu ayo aku antar kamu ke UKS !! “ Listi : “Makasih, tapi jangan.” Putra : “Hah, kamu kenapa Lis? Sampai gak mau diantar ke UKS?” Listi : “Udahlah enggak apa-apa, enggak usah dibahas lagi.” Putra : “Ya sudahlah kalau begitu mau mu.Oh,ya Ada PR Matematikan? ” Sari : “ Iya tuh nyebelin banget PR nya sulitnya bukan main,… yang tentang kuadrat lagi. Aduhh.. bingung aku cara ngerjainnya gimana?” Putra : “Itu enggak sulit Sar, coba kalau kamu belajar nya rajin trus memperhatikan bu guru saat menerangkan kamu pasti bisa dengan mudah ngerjain soal itu.” Listi : “Iya tu Sar, apa kata Putra betul.” Putra : “Emang dasarnya Sari aja yang enggak tahu rumus matematika haahaha..” Alif : “Ehemm, lagi bahas apa,sih, sebenarnya? Sari : “Ngapain lif, kamu ikut ikutan huhuhu, bukan bahas cinta kalikk.., tu bahas rumus cinta matematika jangan kaget lohh yaa kalau ternyata Listi murung karena diaaa..” Tazki : “Heh, Sar jangan bilang yang aneh-aneh kamu, mugkin Listi murung karena masalahnya dia rumahnya.” Sari : “ Wah, kenapa kamu kepo sih Taz?” Tazkia : “ Kamu tu, yang mulai kepo duluan. Sok sokan tau Listi murung kenapa.” Sari : “ Biarin, artinya aku memperhatikan Listi, mengapa dia tak seperti biasanya.” Tazki : “ Betul juga apa katamu, ada sisi postifnya juga ternyata.” Putra : “ Sudahlah kalian anak cewek, cuma masalah kayak gitu aja sampai segitunya.” Alif : “ Biasalah Put, emang mereka kan suka bahas yang enggak penting gitu. Ini, PR jadi lupa dibahas tuh.” Sari : “ Intinya kata si Putra kalau matematika tu ada rumus cintanya. Iya kan Put?” Putra : “ Sipp lah bisa jadi begitu.” Listi : “Apapun yang kalian katakan ke aku, aku ikhals mendengarnya. Sebenarnya aku enggak papa kok cuma pusing biasa aja.” Tazki : “ Ya maaf Lis, kalau aku sama Sari ngomongnya salah.” (wajah merasa bersalah). Alif : “Tuh bel masuk sudah bunyi, sana kembali ke tempat masing-masing”. Bel tanda masuk pun berbunyi, (teeeetetettett..tettett) saatnya para siswa mengikuti pelajaran dengan serius meghadapi pelajaran jam pertama dengan jadwal Matematika. Beberapa saat kemudian bel istirahat berbunyi, para siswa keluar dari kelasnya bermain, berjalan menuju kantin sampai ke perpustakaan. Namun, berbeda dengan Listi ia menyendiri di taman belakang kantin tak seperti biasanya, duduk termenung ditemani dengan satu penanya yang begitu berharga. Dinda : Tuhan, kenapa aku seperti ini, ayah, ibu, sahabat sahabatku tak tau apa yang terjadi dengan ku, mungkin baru kaliini aku merasakan seperti ini, sejak aku melihat ayah telah pulang dari kerja, aku ingin memberitahunya. Tapi, mata ini tak sanggup Tuhan, melihat keadaan ku seperti ini. Aku tak sanggup mereka tau semua ini. Aku tak mau melihat mereka menangis karena aku. Mungkin ini yang dapat kulakukan… ( Listi menulis di sebuah kertas) Tazki : “ Eh, Sar ayo kita lewat taman belakang kantin aja yukn!!” Sari : “ Okelah ayooo.. !!” Sebentar, taz kau lihat di kursi depan pohon taman itu, itukan si Listi, tumben dia ketaman sendrian lagi.” Tazki : “ Gak tau lah dari tadi aku kan sama kamu.” Sari : “ Taz , kamu ngerasa enggak kalau Listi disukai banyak sama temanteman kita, trus kalau mereka dapat kelompok sama dia,mereka tu kelihatannya senang gitu.” Tazki : “ Iya aku ngerasa , Listi tu juga diperhatikan sama banyak guru, trus kita? Jarang banget diperhatikan sama teman dan juga guru. Mungkin karena dia lebih rajin dari kita.” Sari : “Sepertinya dia lagi nulis sesuatu ayo kita rebut aja tulisannya !! Biar tau kalau kita tu juga ingin diperhatikan kayak dia.” Tazkia : “Beneran ini, bukanya kalau gitu kita nyakitin hati nya Listi?” Tanpa berfikir panjang Sari pun langsung merebut kertas yang di pegang oleh Listi. Sari : “Coba aku pinjam Lis? “ (langsung diambil dan dilempar) Listi : “ Jangan Sar, jangan, jangan dibuang kertas itu…” (dengan wajah sedih) Putra : “ Ada apa ini Lis? kenapa kamu menangis.” Listi : “Ohh tidak ada apa apa kok Put ” Alif : “ Jujur saja lah Lis tadi aku ngelihat kok kertas yang dilempar sama Sari itu. Kenapa kamu tak rebut kertas itu?” Listi : “ Jika aku ambil kertas itu sama saja sudah sobek dan tak bisa dibaca.” Tazki : “ Maafkan Sari ya Lis, mugkin dia ingin seperti kamu.” Putra : “ Ya sudah, mari kita kembali ke kelas saja.” Setelah beberapa hari setelah kejadian itu Listi jarang masuk sekolah. Teman teman Listi merasa khawatir kepadanya. Keesokan harinya. Alif : “ Hai kawan ada berita buruk. Tadi pagi ibunya Listi kerumahku, kalau ternyata Listi sudah pindah dari sekolah kita ini. Dan ibunya menitipkan surat terakhirnya buat kita , supaya menjaga baikbaik surat ini katanya.” Tazki : “ Sar, coba baca surat ini !!”(Sari membaca surat dari Listi) Sari : Untuk sahabatku, terimakasih kalian telah mengisi hari hariku dengan seyuman kalian, aku tak akan melupakan mu kawan. Maafkan aku jika aku pernah salah dengan kalian, dan apapun itu kesalahan kalian kepadaku aku memaafkanmu kawan. Tapi satu yang perlu kalian ingat aku pindah disini bukan karena aku benci denganmu kawan. Namun, inilah yang harus aku lakukan tuk jalani hidupku di tempat ini. Sekali lagi simpan baikbaik kertas ini. Suatu saat nanti aku yakin aku akan kembali bersama kalian. Terimakasih, atas semua canda tawamu takkan kulupakan.Ingat tetaplah menjadi dirimu sendiri kawan. Aku akan selalu merindukanmu.Salam Listi.~ (Mereka mejawab satu persatu dari coretan pena Listi) Alif : “Kami pasti memaafkan kesalahanmu Lis.” Putra : “Terimakasih atas batuanmu juga kepada kami” Alif : “Kami harap, suatu saat nanti kau bilang kepada kami mengapa kamu pergi tinggalkan kami, sampai kau pindah dari sekolah kita tercinta ini.” Sari : “Mungkin kemarin adalah hari terakhir aku marah sama kamu Lis, maafkan aku lis.. telah membuang kertas itu sampai membuat kau menangis. Pesan dari kami untukmu jagalah dirimu seperti kau menjaga sahabatmu !! Tazkia : “ Jika kau dengar disana Lis, disini kami juga kan selalu merindukanmu.” Sari : “ Hai kawan, rasanya aku disini merasa kehilangan Listi, aku ingin bertemu dengannya aku ingin meminta maaf langsung dengannya atas kesalahanku kemarin.” Tazkia : “Tapi semua itu sudah terlambat Sar, kita tak tahu dimana Listi pindah sekarang. Mungkin yang dapat kita lakukan disini hanyalah berdo’a semoga Listi cepat kembali dan bersama kita lagi. Akhirnya, Listi meniggalkan sahabat-sahabtnya. Hanya tinggallah, satu lembar Coretan Pena milik Listi, yang mereka simpan, yang sewaktu waktu mereka dapat membacanya jika mereka rindu cinta sahabat. Hanyalah berdo’a yang mereka bisa lakukan. Mereka pun merasakan betapa pentingnya kebersamaan. About these ads Contoh Naskah Drama 5 Orang Tema Persahabatan Narator : Bobby dan Emhade merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suata hari ketika keluarga Emhade jatuh miskin, Bobby pun tak ingin lagi bersahabat dengan Emhade. Suatu siang ketika Emade, Bobby, Dilla, Elza dan Dessy sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Emhade dengan berat hati mengatakan kepada Bobby untuk membantunya. Karena menurutnya Bobby lah yang bisa menolongnya dan Bobby merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah Bobby balik menghina Emhade. Emhade : Bobby, bisakah kau menolongku sedikit saja? Bobby : Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong? Emhade : Kenapa dengan mu Aaron? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu? Bobby : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang yang kaya. Dilla : kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu. Emhade : Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Bobby? Bobby : Baik-baik saja? Gini ya Dilla , tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah deh. ..........( Emhade pun pergi karena mendengar perkataan Bobby seperti itu )………. Dilla : Jangan begitu Bobby. Bukannya kau dan Emhade memang bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang Emhade dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya. Dessy : Betul itu kata si Dilla. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu. Kasian kan dia. Elza : Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini? Bobby : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing. Dessy : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu dan Emhade berakhir seperti ini. Bobby : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian. ( Bobby pun langsung pulang ) Elza : Setan apa yang merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia berbuat begitu kepada Emhade. Bukankah selama ini dia yang selalu saja membela-bela Emhade ketika ada masalah? Nuii : ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Bobby hanya mau berteman dengan orang yang Kaya. Dessy : Pantas saja. Elza : Pantas apanya? Dessy : sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja. Dilla : betul itu. Narator : keesokan harinya Mereka kembali masuk kesekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan Emhade. Hal ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika mereka berempat sedang dalam perjalanan kesekolah, dengan tidak sengaja mereka bertemu dengan Emhade di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas. Dilla : Hey bukannya itu Emhade? Dessy : ia benar itu Emhade. Sedang ngapain dia? Bukannya masuk sekolah malah keliuran seperti itu. Dilla : ia benar. (Dilla pun langsung menarik Bobby yang jalan di belakangnya dan sedang asyik dengan Iphone-nya) Liat itu? Apa yang sahabatmu lakukan? Bobby : haha… Pasti sedang mengais-ngais sampah. Namanya juga orang miskin. Elza : Apaan sih. Ayo kita samperin saja dia. Dilla : Emhade, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini? Emhade : (dengan Kaget) aku? Ya seperti yang kalian liat. Bobby : aku bilang juga apa. Pasti dia sedang mengais-ngais sampah. Seperti tidak tahu saja kalian kerjaan orang miskin. Dessy : sudahlah Aaron, begitu-begitu Julio itu sahabatmu. Dilla : Apa-apaan sih. Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi Emhade? Emhade : Begini, orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar adikku yang sekolah dan aku membantu orang tua ku untuk menyambung hidup. Elza : Mulia betul hati mu sobat. Bobby : haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu? kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia. Emhade : Tega sekali kau berkata begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan pembelajaran bagi ku. Terima kasih Bobby. (Emhade pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk) Dilla : sudah puas kau menyakiti dia? ingat Bobby, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang Emhade rasakan sekarang. Elza dan Dessy : Betul itu. Bobby : haha. Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi. Haha ( sambil tertawa Bobby pun jalan meninggalkan mereka bertiga) Elza : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja. Dilla : ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita Dessy : ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Emhade. ……….( mereka bertiga akhrinya melanjutkan perjalan ke sekolah )………. Narator : Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Emhade Dan ketika semuanya telah terjadi, Bobby pun merasakan apa yang dulu Emhade rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Bobby tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Emhade. -----------------------------------------------------------------------------------------------Contoh Naskah Drama 5 Orang Tema Persahabatan (3 Perempuan Dan 2 Laki-Laki) Berakhir menjadi sahabat Suatu hari, ada anak baru di kelas IX-C yang bernama Putra. Dia anak yang cupu dan kurang bergaul. Leta : Eh.. ada anak baru tuh! Kerjain yuk... Vita : Ayo.. kapan? Chika : Ntar aja istirahat, pas dia di kantin ( bel istirahatpun berbunyi ) Leta : Udah bel tuh, kok dia belum keluar ya? Vita : Aduuh.. lama banget sih tuh anak Chika : Eh, tuh dia keluar. Siap-siap ya... ( Putra keluar membawa bekal makannya. Dan Chika Putra) Putra : Aduuh! Leta : Mampus lo! (Mereka bertiga tertawa ) Riki : Kalian tuh apa-apaan sih? ( Sambil membantu Putra bangun ) Vita : Kenapa? Gak suka lo? Riki : Ga suka gue! Lo perlakuin dia sesuka lo! Chika : Eh, gue gak punya masalah ya sama lo! Jadi gue harap lo gak usah ikut campur! Riki : Tapi lo jangan seenaknya gini dong sama dia! Chika : Jadi lo gak suka kalo gue gituin dia ? Apa lo mau nasib lo kayak tuh anak? Riki : Yaudahlah Tra, jangan diladenin orang kaya gitu. Mendingan kita pergi dari sini. Leta : Wah... makin cari gara-gara aja dia. Kita kan belum selesai bicara, udah pergi aja.. Vita : Santai.. gue udah ada ide untuk ngerjain mereka. Leta : Memangnya apa ide lo? Vita : Gimana kalo kita kunciin di gudag? Chika : Bagus tuh! ( Bel masuk pun berbunyi ) Chika : Udah bel, masuk kelas yuk.. Leta : Ayo.. ( Dan akhirnya bel pulang berbunyi ) Riki : Put,, mau pulang bareng gak? Putra : Boleh boleh Vita : Eh, mereka udah keluar tuh? ( Leta tiba-tiba memanggil Riki dan Putra ) Leta : Putra! Riki ! Sini deh.. Riki : Kenapa? Leta : Kalian disuruh ambil buku-buku lama di gudang Pytra : Disuruh siapa? Leta : Ya petugas perpustakaan lah! Riki : Sekarang? Vita : Ya iya lah...! Masa besok! Putra : Ya sudah, yuk Riki kita ke gudang. ( Putra dan Riki sedang memilih buku-buku lama ) Putra : Loh..! kok pintunya tertutup? Siapa yang ngunci pintunya? Riki : Pasti mereka bertiga yang ngunciin kita di sini. ( Putra dan Riki minta tolong ) (Keesokan harinya ) ( Chika, Vita dan leta masuk seperti biasanya ) ( Tiba-tiba ada seorang teman yang memberi tahu mereka bahwa mereka dipanggil ke ruangan BK ) Chika : Ada apa ya? Kok kita dipanggil ke BK? Vita : Gak tau deh, kenapa ya? Leta : Aduh.. pasti ada apa-apa deh, gimana nih? Chika : Ya sudah, ga usah takut. Ke sana aja dulu, siapa tau kita dapat prestasi. Vita : Ya sudah, yuk cepetan. ( mereka bertiga pergi ke ruang BK ) ( setelah sampai, mereka dimarahi karena telah mengunci Putra dan Riki di gudang. Guru BK menyarankan agar mereka tidak melakukannya lagi dan meminta maaf kepada Putra dan Riki. ) Cleta, Vita, Leta : Riki, Putra. Kita minta maaf ya atas perlakuan kita ke kalian. Kalian mau kan maafin kita? Putra : Ya sudah, kita maafin. Tapi kalian janji ya ngga akan gitu lagi sama kita? Vita : Iya, kita janji. Riki : Gimana kalo sekarang kita temenan aja? Leta : Ide bangus tuh! Putra : Jadi sekarang kita temenan nih? Chika, Vita, Leta & Riki : ya iyalah..... Riki : Kenapa gak dari dulu aja sih kita kaya gini ? Riki : Iya, kan enakan juga kaya gini daripada musuhan. Vita : Iya juga ya, kenapa gak dari dulu aja kita kaya gini. Leta : Iya, gue maunya juga kaya gini. Tapi kan sifat jahil kita bertiga yang buat kita banyak musuh. Chika : Ya sudahlah... gak usah diungkit-ungkit lagi masalah yang udah lalu, yang penting kan sekarang kita udah temenan. Dan gue mau kita gak cuma temenan aja. Gue mau kita jadi sahabat, untuk selamanya. Dan gak ada lagi yang namanya musuhan lagi. Putra : Iya, gue juga maunya kita jadi sahabat yang menolong satu sama lain. Vita : Dan gue juga mau kita semua saling peduli, seperti kalau ada temen yang sedih kita ada buat dia Leta : Dan kalau dia lagi senang, kita juga ngerasain bareng-bareng. Riki : Iya, bener banget tuh! ( Sambil tersenyum) Akhirnya merekapun bersahabat CONTOH NASKAH DRAMA 5 ORANG TEMA PERSAHABATAN Narator : Bobby dan Emhade merupakan sahabat baik. Mereka telah bersahabat sejak kecil, tapi suata hari ketika keluarga Emhade jatuh miskin, Bobby pun tak ingin lagi bersahabat dengan Emhade. Suatu siang ketika Emade, Bobby, Dilla, Elza dan Dessy sedang berada di kelas untuk bersih-bersih sebelum pulang sekolah, Emhade dengan berat hati mengatakan kepada Bobby untuk membantunya. Karena menurutnya Bobby lah yang bisa menolongnya dan Bobby merupakan sahabatnya, malah yang terjadi adalah Bobby balik menghina Emhade. Emhade : Bobby, bisakah kau menolongku sedikit saja? Bobby : Apa? Menolongmu? Kau pikir kau itu siapa yang harus aku tolong? Emhade : Kenapa dengan mu Aaron? Bukankah kita sahabat? Masa kau sudah lupa dengan itu? Bobby : Sahabat? Maaf ya aku tidak punya sahabat seperti mu yang miskin. Aku hanya mau bersahabat dengan orang yang kaya. Dilla : kenapa dengan kalian berdua? Sepertinya sedang bermasalah gitu. Emhade : Tidak ada apa-apa kok. Kita berdua baik-baik saja. Ya kan Bobby? Bobby : Baik-baik saja? Gini ya Dilla , tadi si miskin ini meminta bantuan ke aku. Tapi sayangnya aku tak ingin membantu orang seperti dia. Mana dia ngaku-ngaku sahabat aku lagi? Ogah deh. ..........( Emhade pun pergi karena mendengar perkataan Bobby seperti itu )………. Dilla : Jangan begitu Bobby. Bukannya kau dan Emhade memang bersahabat dari kecil? Masa karna sekarang Emhade dan keluarganya jatuh miskin, kau tidak mau lagi bersahabat dengannya. Bukannya saat-saat seperti ini kau bisa tunjukan ke dia, kalau kau memang sahabatnya. Bukan malah meninggalkannya. Dessy : Betul itu kata si Dilla. Seharusnya kau sekarang menyuport dia, bukan menghina dia seperti itu. Kasian kan dia. Elza : Betul itu. Sahabat seperti apa kau ini? Bobby : Kalian pikir siapa kalian yang berani-berani menasehatiku? Sok baik! Terserah aku dong mau berbuat apa. Urus saja diri kalian masing-masing. Dessy : Kita bukannya bermaksud menasehati kamu atau sok baik. Tapi kita tidak mau persahabatan kamu dan Emhade berakhir seperti ini. Bobby : Halah itu bukan urusan ku dan juga kalian. ( Bobby pun langsung pulang ) Elza : Setan apa yang merasuki anak itu? Bisa-bisanya dia berbuat begitu kepada Emhade. Bukankah selama ini dia yang selalu saja membela-bela Emhade ketika ada masalah? Nuii : ya itu hanya dia yang tahu. Tapi satu hal yang akhirnya kita tahu, Bobby hanya mau berteman dengan orang yang Kaya. Dessy : Pantas saja. Elza : Pantas apanya? Dessy : sudahlah jangan dibahas lagi, mending kita pulang saja. Dilla : betul itu. Narator : keesokan harinya Mereka kembali masuk kesekolah seperti biasa, tetapi tidak dengan Emhade. Hal ini pun terjadi selama 2 minggu berturut-turut. Pada akhirnya ketika mereka berempat sedang dalam perjalanan kesekolah, dengan tidak sengaja mereka bertemu dengan Emhade di pinggir jalan yang sedang mencari barang bekas. Dilla : Hey bukannya itu Emhade? Dessy : ia benar itu Emhade. Sedang ngapain dia? Bukannya masuk sekolah malah keliuran seperti itu. Dilla : ia benar. (Dilla pun langsung menarik Bobby yang jalan di belakangnya dan sedang asyik dengan Iphone-nya) Liat itu? Apa yang sahabatmu lakukan? Bobby : haha… Pasti sedang mengais-ngais sampah. Namanya juga orang miskin. Elza : Apaan sih. Ayo kita samperin saja dia. Dilla : Emhade, apa yang sedang kau lakukan? Kenapa kau tidak masuk 2 minggu ini? Emhade : (dengan Kaget) aku? Ya seperti yang kalian liat. Bobby : aku bilang juga apa. Pasti dia sedang mengais-ngais sampah. Seperti tidak tahu saja kalian kerjaan orang miskin. Dessy : sudahlah Aaron, begitu-begitu Julio itu sahabatmu. Dilla : Apa-apaan sih. Kenapa kau tidak masuk sekolah lagi Emhade? Emhade : Begini, orang tua ku tidak punya uang untuk membiayai aku dan adikku untuk sekolah. Sedangkan adikku masih mau sekolah, jadi aku mengalah saja untuk adikku. Biar adikku yang sekolah dan aku membantu orang tua ku untuk menyambung hidup. Elza : Mulia betul hati mu sobat. Bobby : haha. Mulia apanya? Dia cuma mau cari muka tahu? kalian ini gampang sekali dibodohi sama dia. Emhade : Tega sekali kau berkata begitu pada ku. Aku memang sekarang sudah miskin, tapi aku masih punya perasaan. Kalau kamu tidak mau bersahabat lagi dengan ku ya sudah itu tidak jadi masalah buat ku, tapi jangan kau hina aku dengan kata-katamu itu. Satu lagi, aku tidak pernah menyesal pernah berkenalan dengan mu. Tapi itu merupakan pembelajaran bagi ku. Terima kasih Bobby. (Emhade pun lari secepat mungkin meninggalkan mereka berempat dengan perasaan yang bercampur aduk) Dilla : sudah puas kau menyakiti dia? ingat Bobby, suatu hari nanti kau juga akan merasa apa yang Emhade rasakan sekarang. Elza dan Dessy : Betul itu. Bobby : haha. Itu tidak mungkin. Keluarga ku tidak mungkin jatuh miskin seperti dia. Toh keluargaku memiliki banyak usaha yang menghasilkan banyak uang. Dan tidak akan habis untuk 5 generasi. Haha ( sambil tertawa Bobby pun jalan meninggalkan mereka bertiga) Elza : Sombong sekali itu anak. Semoga hidupnya baik-baik saja. Dilla : ya semoga saja. Memang terkadang kita harus menyadari bahwa ada orang tertentu yang bisa tinggal dihati kita, namun tidak dalam kehidupan kita Dessy : ya betul itu. Dan semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi dengan Emhade. ……….( mereka bertiga akhrinya melanjutkan perjalan ke sekolah )………. Narator : Hari itu merupakan hari terakhir mereka bertemu Emhade Dan ketika semuanya telah terjadi, Bobby pun merasakan apa yang dulu Emhade rasakan. Keluarganya bangkrut karena ditipu oleh orang lain. Tapi sayangnya Bobby tidak terima dengan hidupnya yang miskin, dan ia beranggapan bahwa semua ini salah Emhade. -----------------------------------------------------------------------------------------------Contoh Naskah Drama 5 Orang Tema Persahabatan (3 Perempuan Dan 2 Laki-Laki) Berakhir menjadi sahabat Suatu hari, ada anak baru di kelas IX-C yang bernama Putra. Dia anak yang cupu dan kurang bergaul. Leta : Eh.. ada anak baru tuh! Kerjain yuk... Vita : Ayo.. kapan? Chika : Ntar aja istirahat, pas dia di kantin ( bel istirahatpun berbunyi ) Leta : Udah bel tuh, kok dia belum keluar ya? Vita : Aduuh.. lama banget sih tuh anak Chika : Eh, tuh dia keluar. Siap-siap ya... ( Putra keluar membawa bekal makannya. Dan Chika Putra) Putra : Aduuh! Leta : Mampus lo! (Mereka bertiga tertawa ) Riki : Kalian tuh apa-apaan sih? ( Sambil membantu Putra bangun ) Vita : Kenapa? Gak suka lo? Riki : Ga suka gue! Lo perlakuin dia sesuka lo! Chika : Eh, gue gak punya masalah ya sama lo! Jadi gue harap lo gak usah ikut campur! Riki : Tapi lo jangan seenaknya gini dong sama dia! Chika : Jadi lo gak suka kalo gue gituin dia ? Apa lo mau nasib lo kayak tuh anak? Riki : Yaudahlah Tra, jangan diladenin orang kaya gitu. Mendingan kita pergi dari sini. Leta : Wah... makin cari gara-gara aja dia. Kita kan belum selesai bicara, udah pergi aja.. Vita : Santai.. gue udah ada ide untuk ngerjain mereka. Leta : Memangnya apa ide lo? Vita : Gimana kalo kita kunciin di gudag? Chika : Bagus tuh! ( Bel masuk pun berbunyi ) Chika : Udah bel, masuk kelas yuk.. Leta : Ayo.. ( Dan akhirnya bel pulang berbunyi ) Riki : Put,, mau pulang bareng gak? Putra : Boleh boleh Vita : Eh, mereka udah keluar tuh? ( Leta tiba-tiba memanggil Riki dan Putra ) Leta : Putra! Riki ! Sini deh.. Riki : Kenapa? Leta : Kalian disuruh ambil buku-buku lama di gudang Pytra : Disuruh siapa? Leta : Ya petugas perpustakaan lah! Riki : Sekarang? Vita : Ya iya lah...! Masa besok! Putra : Ya sudah, yuk Riki kita ke gudang. ( Putra dan Riki sedang memilih buku-buku lama ) Putra : Loh..! kok pintunya tertutup? Siapa yang ngunci pintunya? Riki : Pasti mereka bertiga yang ngunciin kita di sini. ( Putra dan Riki minta tolong ) (Keesokan harinya ) ( Chika, Vita dan leta masuk seperti biasanya ) ( Tiba-tiba ada seorang teman yang memberi tahu mereka bahwa mereka dipanggil ke ruangan BK ) Chika : Ada apa ya? Kok kita dipanggil ke BK? Vita : Gak tau deh, kenapa ya? Leta : Aduh.. pasti ada apa-apa deh, gimana nih? Chika : Ya sudah, ga usah takut. Ke sana aja dulu, siapa tau kita dapat prestasi. Vita : Ya sudah, yuk cepetan. ( mereka bertiga pergi ke ruang BK ) ( setelah sampai, mereka dimarahi karena telah mengunci Putra dan Riki di gudang. Guru BK menyarankan agar mereka tidak melakukannya lagi dan meminta maaf kepada Putra dan Riki. ) Cleta, Vita, Leta : Riki, Putra. Kita minta maaf ya atas perlakuan kita ke kalian. Kalian mau kan maafin kita? Putra : Ya sudah, kita maafin. Tapi kalian janji ya ngga akan gitu lagi sama kita? Vita : Iya, kita janji. Riki : Gimana kalo sekarang kita temenan aja? Leta : Ide bangus tuh! Putra : Jadi sekarang kita temenan nih? Chika, Vita, Leta & Riki : ya iyalah..... Riki : Kenapa gak dari dulu aja sih kita kaya gini ? Riki : Iya, kan enakan juga kaya gini daripada musuhan. Vita : Iya juga ya, kenapa gak dari dulu aja kita kaya gini. Leta : Iya, gue maunya juga kaya gini. Tapi kan sifat jahil kita bertiga yang buat kita banyak musuh. Chika : Ya sudahlah... gak usah diungkit-ungkit lagi masalah yang udah lalu, yang penting kan sekarang kita udah temenan. Dan gue mau kita gak cuma temenan aja. Gue mau kita jadi sahabat, untuk selamanya. Dan gak ada lagi yang namanya musuhan lagi. Putra : Iya, gue juga maunya kita jadi sahabat yang menolong satu sama lain. Vita : Dan gue juga mau kita semua saling peduli, seperti kalau ada temen yang sedih kita ada buat dia Leta : Dan kalau dia lagi senang, kita juga ngerasain bareng-bareng. Riki : Iya, bener banget tuh! ( Sambil tersenyum) Akhirnya merekapun bersahabat DRAMA DENGAN PEMAIN 5 ORANG Drama dengan pemain 5 orang. ( 2 cowok dan 3 cewek ) Karya : Riama Kristallia JUDUL : TERNYATA… Drinnnnggggggg…. Alarm Aurora berdering. Mata Aurora sayup-sayup melihat jam. Aurora : “Baru jam 5, 15 menit lagi deh bangunnya. Huaaaammm…” (Aurora beranjak tidur kembali). Tanpa disadari, dia sudah tidur selama 1 jam lebih. Aurora beranjak dari tempat tidur. Bukannya bangun, malah tidur lagi di sofa. Tiba-tiba, handphone Aurora berdering. Aurora segera beranjak mengambil handphone nya. Aurora : “Duhh,, Siapa sih yang nelpon pagi-pagi gini, ganggu orang tidur aja…” (mengambil handphone). Halo, ini siapa?” Celine : “Ini aku, Celine. Masa temen sendiri tidak tahu…” Aurora : “Sory, gue gak tau. Ada perlu apaan loe, sampai-sampai nelepon pagi-pagi gini?” Celine : “Aku cuma mau ngingetin kamu supaya kamu ngga lupa lagi bawa buku yang minggu lalu kamu pinjem di perpustakaan. Udah seminggu tau kamu belum ngembaliin bukunya.” Aurora : “Iya, iya, pasti gue bawa kok. BTW, loe gak ngantuk apa, jam 5 udah nelepon orang?” Celine : “Hah, jam 5 ? kamu lagi mimpi ya? Ini udah jam 6 lewat.” Aurora : “Double what!! Kenapa gak bilang sih loe dari tadi. Gue pasti telat lagi.” Celine : “Aurora.. Aurora.. penyakit telat kamu nggak hilang-hilang ya..” ( menggelengkan kepalanya) Aurora : “Duh,, ya udah deh, udahan dulu ya.. Bye..” ( mematikan obrolan ) Sesuai dengan prediksi dari Aurora sendiri, dia terlambat ke sekolah. Pintu kelasnya ditutup. Biasanya, kalau pintu kelasnya ditutup, guru tergalak di SMP Harapan Bangsa sudah masuk ke kelas itu. Dengan langkah yang lesu campur rasa takut, Auroa mengetuk pintu kelas. Auroa masuk sambil memejamkan matanya karena takut dipelototi guru itu. Aurora : “Permisi pak, maaf saya terlambat. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Janji,deh pak.” Lalu terdengar suara tertawa teman-teman Aurora begitu keras. Aurora pun segera membuka matanya. Aurora : “Huh,, jahil banget sih loe pada. Gue udah takut nih ketemu sama guru super galak itu.” ( teriak Aurora kesal ) Tiba-tiba terdengar suara keras seperti marah. Robert : “Aurora!! Berani-beraninya kamu ngatain bapak. Kamu saya hukum !” Aurora : “Ampun, pak. Ampun…Saya nggak bakalan gitu lagi. Maafin saya, pak, saya mohon,pak!” Robert : “Ahahahaha.. lucu lucu lucu.. ternyata gitu ekspresi lu kalau ketakutan.. Ahaha..” Zila : “Iya, iya ya.. setuju..” ( sahut cewek paling tomboy di sekolah itu ) Aurora : “Jadi gue harus bilang waw gitu !!” Zila dan Robert : “Waw !!!” Celine : “Makanya.. jangan telat mulu..” Aurora : “Mau gimana lagi. Susah banget. Pakai apa juga, pasti gue susah banget bangun pagi!” Keesokan harinya… Seperti biasa, Aurora telat lagi ke sekolah. Robert : “Aurora, ngga ada obatnya apa penyakit telat loe…?” Aurora : “Mana ada obat biar gak telat !!” Zila : “iya, nih.. Dasar Robert..” Celine hanya tersenyum simpul melihat mereka berbincang. Robert : “Nih, ya. Yang paling normal diantara kita ini hanya gue. Kalau kalian..” (menggelengkan kepala) Aurora, telat mulu ke sekolah. Zila, cewek gayanya kayak laki-laki. Nah, kalau Celine, cupu banget,rambut dikuncit 2 mulu. Jadi, yang paling good di antara kita, hanya gue seorang.. Celine : “Ihh, PD banget sih.” Aurora : “Iya, nih.. Huuuu…” Tiba-tiba, ada seseorang mengetuk pintu kelas mereka. Seorang laki-laki masuk ke dalam kelas itu. Mata mereka melirik laki-laki itu. Aurora,Zila dan Celine terbengong melihat laki-laki itu. Zila : “So cool..” Aurora : “Double cimit-cimit deh..” Celine : “Cute..” Robert : “Hai, anak baru ya. BTW, boleh tau gak nama kamu?” Taylor : “Iya. Gue dari Smp Diponegoro… Nama aku Taylor” Aurora,Zila dan Celine : “Hai.. Taylor…” ( panggil mereka serentak) Taylor : “Hai juga.” Celine : “Aku Celine.” Zila : “Aku Zila.” Aurora : “Aku Aurora.” Robert : “Kalau aku Robert. Ehhh,, Taylor banyak fans nya nih.. hehehehe” Taylor : “Bisa aja lu..” Keesokan harinya… Pukul 6, Aurora sudah di sekolah. Tidak beberapa lama kemudian, muncullah Robert. Robert : “Eh, Aurora.. Mimpi apaan lu datang pagi-pagi gini?” Aurora : “Gak mimpi apa-apa.” Tidak beberapa lama kemudian, Zila muncul. Robert : “Lah, Zila dateng. Kok penampilan lu gak tomboy lagi kaya biasanya?” Zila : “Entahlah.” Tidak beberapa kemudian, Celine datang. Robert : “Kok lu gak kuncit 2 lagi. Tumben-tumbenan.” Celine : “Ya, gitu deh.” Robert terheran-heran melihat perubahan mereka pada hari itu. Akhirnya, Taylor datang. Aurora, Zila, Celine : “Hai, Taylor..” Taylor : “Hai..” Zila : “Nanti malem, loe ada acara gak?” Taylor : “Gak ada sih, cuma ada janji sama orang lain…” ( muka Zila cemberut) Celine : “Pulang sekolah, nanti kita pulang bareng aja..” Taylor : “Sory, tapi nanti pulang sekolah, gue mau latihan basket…” Celine : “Yahhh..” Aurora : “Eh, besok lusa kan hari minggu, kita ke bioskop yuk.. kan ada film yang baru tuh..” Taylor : “Hmm,, boleh juga..” Aurora : “Yes…” Taylor : “Tapi, hari minggu aku, kayanya gak bisa deh..” Robert : “Tenang aja semuanya.. kan masih ada gue..” (mengangkat kerah bajunya) Celine : “Ieuww,, gak banget deh..” Aurora : “Its not good.” Zila : “Apa kata dunia ?” Robert : “Dunia pasti akan bilang waw…” Zila : “Super PD amat sih loe..” Robert : “Tentu..” Aurora, Celine, Zila : “Ieuwwwww……” Celine : “Mending kita ikut Robert yuk..” Zila : “Ide bagus..” Aurora : “It’s very good.. I agree..” Aurora, Celine dan Zila, beranjak dari situ, dan segera berlari menemui Taylor. Zila : “Taylor, tunggu..” Taylor : “Iya, kenapa..?” Aurora : “Nggak kenapa-napa kok.. kita hanya mau ngobrol aja sama loe…” Taylor : “Ngomong aja..” Celine : “Hmm.. boleh tau gak nama fb sama twitter lo.” Taylor : “Oh, boleh boleh… Nama fb gue Taylor Pattison.. kalau twitter gue @Taylor_U” Aurora : “Owhh,, makasih ya.. nanti di confirm dan jangan lupa, followback ya..” Taylor : “Beres…” Besoknya, Aurora, Celine, dan Zila sudah menunggu Taylor sejak jam 6. Sudah berjam-jam mereka menunggu Taylor. Aurora : “Hmm,, kok Taylor belum dateng juga ya..” Zila : “Iya nih, dia kenapa ya..” Aurora : “Semoga aja dia nggak apa-apa..” Robert : “Hmmm, pada gak tau ya..?” Celine : “Tau apaan.?” Robert : “Taylor kan sakit..” Aurora : “Yang bener.?” Robert : “Ya, iyalah.. emangnya tampang gue, tampang pembohong?” Zila : “Banget…” Celine : “Sangat..” Robert : “Yee, ini beneran tau. Kalau gak percaya, Tanya aja sama Taylor nya…” Aurora : “Awas, lu kalau bohong…” Robert : “Tenang aja..” Sepulang sekolah, Aurora, Celine, dan Zila langsung menelepon Taylor. Ternyata memang benar, Taylor sakit. Aurora datang ke rumah Taylor. Aurora : “Taylor..” Taylor : “Iya, masuk aja.” (Aurora pun masuk ke rumah Taylor) Tak berapa kemudian, Celine datang ke rumah Taylor. Celine : “Taylor.. Ini aku Celine…” Taylor : “Masuk aja Lin..” Celine : “Loh,kok ada Aurora.?” Aurora : “Kok kita bisa sama-sama mau jenguk Taylor ya..?” Zila : “Taylor.. Taylor..” Taylor : “Siapa?” Zila : “Ini aku Zila.” Taylor : “Oh, masuk aja.” Zila masuk. Zila : “Loh, kok kalian berdua ada disini.?” Aurora : “Entahlah..” Robert : “Kan malah tambah bagus.. jadi tambah ramai kan..” Zila : “Iya, sih..” Mereka mengobrol bersama. Tak terasa, sudah pukul 5 sore. Aurora : “Hmm,, kayanya, udah sore nih, aku pulang dulu ya.” Zila,Celine : “Aku juga” ( berdiri serentak ) Keesokan harinya, seperti biasa Aurora, Celine, dan Zila sudah menunggu Robert pagi-pagi. Tibatiba, Robert muncul. Robert : “Pasti pada nungguin gue.. ya maklumlah..” Zila : “GR amat sih lu.” Aurora : “Iya, nih.. kita bukan nungguin lu tau..” Celine : “kita ni lagi nunggu Fandri.” Robert : “Yahh,, kan gak apa-apa GR dikit.” Tak berapa lama kemudian, Taylor datang. Aurora : “Nah, itu Taylor.” Aurora, Celine dan Zila segera menghampiri Taylor. Celine : “Hai,Lor.” Taylor : “Hai.” Zila : “Kemarin lusa, lo kan gak bisa jalan bareng sama gue, pasti hari ini bisa kan??” Celine : “Eitss, hari ini aku mau ngajak Taylor ke taman kota.” Aurora : “Gak bisa, hari ini aku mau ngajak Taylor nonton bioskop.” Taylor : “Udah udah udah.. Aku hari ini mau jalan sama Laras.” Zila : “Laras ??” Taylor : “ya..” Aurora : “Laras itu kan anak kelas sebelah. Emangnya dia itu siapa kamu?” Taylor : “Laras itu pacar gue.” Aurora : “Double what!! Itu gak bener kan?” Celine : “Itu pasti bohong.. It’s not right.” Zila : “Ini gak beneran kan?” Taylor : “Ini beneran.. ini bukan bercanda. Okay..” Celine : “Yahh.. padahal ini satu-satunya yang bisa buat gue agak berubah…” Aurora : “Padahal gue udah nemuin cara biar gue gak telat masuk sekolah…” Zila : “Dan ini juga juga yang hanya bisa buat aku gak tomboy lagi..” Robert : “Rasain lu pada… Ahahahahahaha..” Aurora,Celine dan Zila : “ Diam Loe Robert !!!!!” Robert : “Upzz.. Hehehe” Setelah kejadian itu, mereka tidak pernah lagi menyapa Robert dan selalu menjauh darinya. Contoh Naskah Drama Untuk 5 Orang Perempuan by Selvi Oktaviani Hallo~ ^^ Disini aku mau mempublishkan naskah drama pendekku yang berjudul ‘Maaf’ *ayey*. Jujur aja aku gak bisa bikin sebuah cerita loh~ tapi karna disekolah ada tugas membuat naskah drama pendek dan harus dipraktekkan. Aku terpaksa membuatnya dan jadilah seperti ini. Ini sangat jelek *menurutku*. Semoga kalian suka membacanya... dan kalau mau copas izin dulu ya~ ^^ ~Happy reading~ . . . MAAF Disebuah ruangan, terlihat lima orang perempuan yang masih memakai seragam sekolah sedang membicarakan sesuatu. Mereka duduk melingkar dengan raut wajah yang serius. Namun ada salah satu temannya yang diketahui bernama Nana itu sedang sibuk memainkan handphone miliknya. Terlihat dia sedang senyumsenyum sendirian tidak menghiraukan tatapan teman-temannya padanya. Puput : “ekheeemmm” (sambil mendelik sebal pada Nana) Nana : “kenapa?” Puput : “kita sedang berdiskusi, bisakah kau tidak memegang handphonemu itu? Kita harus menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.” Nana : “iya iya..” (jawab Nana malas) Puput : “baiklah, diskusi kita mulai.” Mela : “Ok, pertama-tama kita harus membagi siapa-siapa yang menjadi peran dalam novel ini.” (sambil meletakkan sebuah novel) Lia : “baiklah, aku dan Nisa sudah membaca novel ini.” Nana : “Oh, terus siapa saja tokoh-tokoh itu?” Lia : “yang menjadi pemeran utamanya bernama Lulu, dia anaknya sangat culun dan pemalu, dan dia selalu dijauhi oleh teman-temannya.” Mela : “terus siapa lagi?” Nisa : “ dan ada tiga orang perempuan yang diketahui mereka itu sangatlah cantik namun mereka itu sangat sombong, mereka bertiga ini membuat sebuah kelompok yang bernama ‘The Girls’.” Lia : “tiga perempuan ini bernama jessica, Putri, dan Meymey.” Nisa : “oh ya, dan satu orang perempuan lagi, Sarah, dia adalah temannya Lulu, dia sangat cantik dan baik. Tapi dia tidak pemalu seperti Lulu. Dia pemberani. Dia selalu melindungi Lulu dari kejailan geng ‘The Girls’.” Nana & Mela: “oh, aku mengerti.” (jawab mereka berbarengan) Puput : “baiklah, aku selaku ketua di kelompok ini, akan membagikan siapa saja peran-peran untuk kalian.” Semuanya menganggukkan kepala. Puput : “Ok.. Lia, Mela, dan aku yang akan menjadi pemeran antagonis. Lihatlah wajah kami bertiga, kami pantas memerankan tokoh antagonis, benar?” Mela : “Oh tentu saja.” Puput : “dan kau, Nisa, kau berperan sebagai Sarah.” Nisa : “Eh? Aku?” (tanya nisa sambil menunjuk dirinya sendiri) Puput : “Iya.” Nisa : “Oh, baiklah. Aku mau.” Nana : “tunggu. Lalu yang jadi pemeran utama itu siapa? Jangan bilang kalau itu aku.” (sambil mendelik tidak suka) Lia : “Tentu saja, kau.” Nana : “tidak, aku tidak mau. Aku tidak mau menjadi peran yang harus ditindas. Aku tidak mau.” Mela : “Mau tidak mau, kau harus mau, Nana.” Nana : “Aku bilang tidak, ya, tidak!” Puput : “Nana, dengarkan aku! Kau pantas memerankan tokoh ini, aktingmu sangat bagus, dan dilihat dari raut wajahmu, kau pantas memerankan tokoh ini.” Nana : “jadi kau bilang, wajahku ini wajah yang harus dikasihani, begitu?! Aku tidak suka.” Nisa : “bukan begitu, maksud kami kau sangat berbakat dalam memerankan tokoh ini.” Braaakk. Nana memukul meja dengan keras sehingga semua orang yang ada disekeliling Nana terlonjak kaget. Puput : “NANA!” (teriak puput marah) Nana : “Mentang-mentang kau ditunjuk sebagai ketua dalam kelompok ini, kau seenaknya sendiri menentukan peran orang? Cih, sangat memalukan.” Puput : “tutup mulutmu, Nana!” Nana : “Cih, kalian semua menyebalkan. Aku benci kalian.” Plak. Nisa menampar pipi Nana sangat keras. Sontak saja Nana dan semuanya kaget melihat Nisa menampar pipi Nana. Nana : “Kau..” Lia : “Nana..” Nana : “kau.. aku benci padamu. Aku benci. Benci. Benci.” (teriak Nana sambil meninggalkan ruangan dengan wajah yang menangis) Nisa : “Apa yang telah aku lakukan? Aku menampar pipi Nana. Oh tuhan.. maafkan aku...” (lirih Nisa) Mela : “Jangan menangis, lebih baik besok kau meminta maaf pada Nana.” Nisa hanya menganggukkan kepalanya dan mereka pun saling memeluk satu sama lain. Keesokan harinya di kelas, terlihat Nana sedang duduk dengan raut wajah yang murung. Tiba-tiba Nisa, Puput, Lia dan Mela datang menghampiri bangku Nana. Nisa : “Nana...” (panggil Nisa dengan nada lirih) Nana mendelik tidak suka dan hendak meninggalkan bangkunya, namun pergelangan tangan Nana ditahan oleh Nisa. Nisa : “Nana.. maafkan aku. Aku tidak sengaja menampar pipimu kemarin.” Nana menepis paksa tangan Nisa. Nana kantin.” : “Dengan semudah itu kau meminta maaf? Cih, minggir! Aku mau ke Mela : “Nana, tunggu jangan pergi dulu. Kami minta maaf kalau kami salah padamu. Kami minta maaf.” Puput tokoh itu.” : “Iya, aku minta maaf karna telah seenaknya memilih kau sebagai Lia : “Aku juga minta maaf.” Semuanya terdiam, tubuh Nana bergetas menahan tangis, wajahnya sudah memerah dan matanya berkaca-kaca. Nisa : “Apakah kau mau memaafkan aku?” Nana : “hikss.. kau... kalian..” (Nana menangis) Nisa, Puput, Mela dan Lia memeluk tubuh Nana. Mereka menangis bersama-sama. Nisa : “Maafkan aku.” Puput : “Maafkan kami semua..” Nana : “Aku juga minta maaf karena selama ini aku egois. Aku hanya mementingkan diriku sendiri. Maafkan aku.” Nisa : “Kami memaafkanmu..” Nana : “terima kasih, teman-teman.” Lalu mereka pun saling memaafkan dan tersenyum satu sama lain. Lia : “kita tetap akan jadi sahabat kan?” Nana : “tentu saja.” Mereka pun tertawa dan tersenyum senang. TAMAT Contoh Naskah Drama Untuk 5 Orang Perempuan by Selvi Oktaviani Hallo~ ^^ Disini aku mau mempublishkan naskah drama pendekku yang berjudul ‘Maaf’ *ayey*. Jujur aja aku gak bisa bikin sebuah cerita loh~ tapi karna disekolah ada tugas membuat naskah drama pendek dan harus dipraktekkan. Aku terpaksa membuatnya dan jadilah seperti ini. Ini sangat jelek *menurutku*. Semoga kalian suka membacanya... dan kalau mau copas izin dulu ya~ ^^ ~Happy reading~ . . . MAAF Disebuah ruangan, terlihat lima orang perempuan yang masih memakai seragam sekolah sedang membicarakan sesuatu. Mereka duduk melingkar dengan raut wajah yang serius. Namun ada salah satu temannya yang diketahui bernama Nana itu sedang sibuk memainkan handphone miliknya. Terlihat dia sedang senyumsenyum sendirian tidak menghiraukan tatapan teman-temannya padanya. Puput : “ekheeemmm” (sambil mendelik sebal pada Nana) Nana : “kenapa?” Puput : “kita sedang berdiskusi, bisakah kau tidak memegang handphonemu itu? Kita harus menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.” Nana : “iya iya..” (jawab Nana malas) Puput : “baiklah, diskusi kita mulai.” Mela : “Ok, pertama-tama kita harus membagi siapa-siapa yang menjadi peran dalam novel ini.” (sambil meletakkan sebuah novel) Lia : “baiklah, aku dan Nisa sudah membaca novel ini.” Nana : “Oh, terus siapa saja tokoh-tokoh itu?” Lia : “yang menjadi pemeran utamanya bernama Lulu, dia anaknya sangat culun dan pemalu, dan dia selalu dijauhi oleh teman-temannya.” Mela : “terus siapa lagi?” Nisa : “ dan ada tiga orang perempuan yang diketahui mereka itu sangatlah cantik namun mereka itu sangat sombong, mereka bertiga ini membuat sebuah kelompok yang bernama ‘The Girls’.” Lia : “tiga perempuan ini bernama jessica, Putri, dan Meymey.” Nisa : “oh ya, dan satu orang perempuan lagi, Sarah, dia adalah temannya Lulu, dia sangat cantik dan baik. Tapi dia tidak pemalu seperti Lulu. Dia pemberani. Dia selalu melindungi Lulu dari kejailan geng ‘The Girls’.” Nana & Mela: “oh, aku mengerti.” (jawab mereka berbarengan) Puput : “baiklah, aku selaku ketua di kelompok ini, akan membagikan siapa saja peran-peran untuk kalian.” Semuanya menganggukkan kepala. Puput : “Ok.. Lia, Mela, dan aku yang akan menjadi pemeran antagonis. Lihatlah wajah kami bertiga, kami pantas memerankan tokoh antagonis, benar?” Mela : “Oh tentu saja.” Puput : “dan kau, Nisa, kau berperan sebagai Sarah.” Nisa : “Eh? Aku?” (tanya nisa sambil menunjuk dirinya sendiri) Puput : “Iya.” Nisa : “Oh, baiklah. Aku mau.” Nana : “tunggu. Lalu yang jadi pemeran utama itu siapa? Jangan bilang kalau itu aku.” (sambil mendelik tidak suka) Lia : “Tentu saja, kau.” Nana : “tidak, aku tidak mau. Aku tidak mau menjadi peran yang harus ditindas. Aku tidak mau.” Mela : “Mau tidak mau, kau harus mau, Nana.” Nana : “Aku bilang tidak, ya, tidak!” Puput : “Nana, dengarkan aku! Kau pantas memerankan tokoh ini, aktingmu sangat bagus, dan dilihat dari raut wajahmu, kau pantas memerankan tokoh ini.” Nana : “jadi kau bilang, wajahku ini wajah yang harus dikasihani, begitu?! Aku tidak suka.” Nisa : “bukan begitu, maksud kami kau sangat berbakat dalam memerankan tokoh ini.” Braaakk. Nana memukul meja dengan keras sehingga semua orang yang ada disekeliling Nana terlonjak kaget. Puput : “NANA!” (teriak puput marah) Nana : “Mentang-mentang kau ditunjuk sebagai ketua dalam kelompok ini, kau seenaknya sendiri menentukan peran orang? Cih, sangat memalukan.” Puput : “tutup mulutmu, Nana!” Nana : “Cih, kalian semua menyebalkan. Aku benci kalian.” Plak. Nisa menampar pipi Nana sangat keras. Sontak saja Nana dan semuanya kaget melihat Nisa menampar pipi Nana. Nana : “Kau..” Lia : “Nana..” Nana : “kau.. aku benci padamu. Aku benci. Benci. Benci.” (teriak Nana sambil meninggalkan ruangan dengan wajah yang menangis) Nisa : “Apa yang telah aku lakukan? Aku menampar pipi Nana. Oh tuhan.. maafkan aku...” (lirih Nisa) Mela : “Jangan menangis, lebih baik besok kau meminta maaf pada Nana.” Nisa hanya menganggukkan kepalanya dan mereka pun saling memeluk satu sama lain. Keesokan harinya di kelas, terlihat Nana sedang duduk dengan raut wajah yang murung. Tiba-tiba Nisa, Puput, Lia dan Mela datang menghampiri bangku Nana. Nisa : “Nana...” (panggil Nisa dengan nada lirih) Nana mendelik tidak suka dan hendak meninggalkan bangkunya, namun pergelangan tangan Nana ditahan oleh Nisa. Nisa : “Nana.. maafkan aku. Aku tidak sengaja menampar pipimu kemarin.” Nana menepis paksa tangan Nisa. Nana kantin.” : “Dengan semudah itu kau meminta maaf? Cih, minggir! Aku mau ke Mela : “Nana, tunggu jangan pergi dulu. Kami minta maaf kalau kami salah padamu. Kami minta maaf.” Puput tokoh itu.” : “Iya, aku minta maaf karna telah seenaknya memilih kau sebagai Lia : “Aku juga minta maaf.” Semuanya terdiam, tubuh Nana bergetas menahan tangis, wajahnya sudah memerah dan matanya berkaca-kaca. Nisa : “Apakah kau mau memaafkan aku?” Nana : “hikss.. kau... kalian..” (Nana menangis) Nisa, Puput, Mela dan Lia memeluk tubuh Nana. Mereka menangis bersama-sama. Nisa : “Maafkan aku.” Puput : “Maafkan kami semua..” Nana : “Aku juga minta maaf karena selama ini aku egois. Aku hanya mementingkan diriku sendiri. Maafkan aku.” Nisa : “Kami memaafkanmu..” Nana : “terima kasih, teman-teman.” Lalu mereka pun saling memaafkan dan tersenyum satu sama lain. Lia : “kita tetap akan jadi sahabat kan?” Nana : “tentu saja.” Mereka pun tertawa dan tersenyum senang. TAMAT Contoh Naskah Drama 5 Orang Terbaru NEW Yasmin Margaretha Contoh Drama Contoh Naskah Drama - kali ini Story share artikel Contoh Naskah Drama khusus buat anda yang sedang mencari naskah drama buat tugas ataupun hanya sekedar pengen tau , Agar membuat naskah drama semakin mudah, berikut ini dipaparkan sebuah contoh naskah sederhana yang cocok dibawakan oleh siswa SMP. Naskah drama ini mengambil tema tentang persahabatan dan kepekaan sosial. semoga bermanfaat jangan lupa baca artikel lainnya juga yah Baca Juga : Contoh Naskah Drama Lucu dan Pendek Naskah drama percintaan Naskah drama persahabatan Contoh Naskah Drama 5 Orang Ini adalah pagi yang cerah. Mita dan Doni, dua orang siswa kelas VII sedang asyik membaca-baca buku Biologi di koridor sekolah. Pasalnya nanti siang akan ada ulangan harian mata pelajaran tersebut. Kemudian datang Anggi, sahabat mereka. Anggi: “Mit, Don, rajin sekali kalian berdua!” Mita: “Iya dong, tugas kita sebagai pelajar kan memang harus belajar. Hehehe…” Anggi: “Iya juga sih. Eh ngomong-ngomong kalian tahu tidak, ada murid baru yang akan masuk ke kelas kita hari ini.” Doni: “Oh ya, siapa namanya? Lelaki atau perempuan?” Anggi: “Lelaki, tapi aku juga belum tahu siapa namanya dan seperti apa rupanya.” [Bel sekolah berbunyi] Mita: “Eh ayo masuk kelas!” [Ketiganya memasuki ruang kelas. Ibu guru masuk bersama seorang murid baru.] Ibu Guru: “Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan teman baru dari Aceh, ia akan menjadi teman sekelas kalian. Silakan perkenalkan dirimu, nak!” Ridwan Ridwan: “Selamat pagi, teman-teman. Nama saya Muhammad Ridwan. Saya berasal dari Aceh.” Mita [berbisik pada Anggi]: “Jauh sekali ya, dari Aceh pindah ke Bandung!” [Anggi hanya mengangguk tanda setuju] Ibu Guru: “Ridwan, kamu duduk di belakang Doni ya [menunjuk sebuah meja kosong]. Untuk sementara kamu duduk sendiri dahulu karena jumlah siswa di kelas ini ganjil.” [Ridwan segera duduk di kursi yang disediakan] Ibu Guru: “Ya baiklah, sekarang kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku kalian di halaman 48….” [Pelajaran pun dimulai] Tiba saatnya jam istirahat. Ridwan, yang belum memiliki teman, diam saja duduk di kursinya sambil menunduk. Rupanya belum ada yang mau mendekati Ridwan. Semua siswa di kelas itu masih sungkan dan hanya mau tersenyum saja padanya tanpa berani mengajak ngobrol lebih lanjut. Doni: “Psst, Mit, Nggi, coba lihat anak baru itu, sendirian saja ya!” [berbisik pada Mita dan Anggi saat mereka baru kembali dari kantin] Mita: “Ayo kita dekati saja.” [Ketiganya menghampiri Ridwan] Anggi: “Hei, Ridwan. Kenalkan, aku Anggi, ini Ridwan dan Mita [menunjuk kedua temannya].” [Ketiganya duduk di sekeliling Ridwan] Ridwan: “Hai, salam kenal.” Doni: “Kamu kok tidak jajan ke kantin?” Ridwan: “Aku… Aku bawa bekal makanan [pelan sekali, sambil tertunduk].” Mita: “Oh begitu, rajin sekali kamu, Wan! [Keempat siswa ini mulai terlibat obrolan ringan sehingga Ridwan merasa ditemani] Saat jam pulang sekolah, Ibu Guru memanggil Anggi dan Doni yang hendak pulang ke rumah. Ibu Guru: “Anggi, Doni! Ke sini sebentar. Ibu mau menanyakan sesuatu.” [Anggi dan Doni menghampiri Ibu Guru] Doni: “Ada apa, Bu?” Ibu Guru: “Itu, bagaimana perilaku Ridwan di kelas? Apakah ia bisa membaur?” Doni: “Dia agak pendiam, Bu. Dan suka menunduk saat berbicara.” Anggi: “Tadi di jam istirahat, kami berdua dan Mita berusaha mendekatinya. Kami mengobrol cukup lama, ia anak yang baik kok, hanya saja ia seperti agak kurang percaya diri dan muram.” Ibu Guru: “Hmm… begitu ya. Anak-anak, Ridwan adalah salah satu korban selamat tragedi tsunami Aceh beberapa bulan yang lalu. Kedua orang tuanya tewas terhempas ombak. Kini hanya tinggal ia dan adik perempuannya, Annisa. Annisa masih duduk di kelas 4 SD, di SD V kota kita ini.” Anggi: “Ya Tuhan, sungguh berat cobaan yang menimpanya…” Ibu Guru: “Iya. Untungnya, seorang pamannya tinggal di Bandung sehingga ia dan adiknya tinggal di sini. Mereka tergolong masyarakat prasejahtera, sehingga Ridwan benar-benar harus berhemat. Pamannya berkata pada Ibu tadi pagi, ia tak mampu memberi uang jajan yang cukup untuk Ridwan sehingga Ridwan harus bekal nasi setiap hari agar tidak lapar di sekolah.” Doni: “Oh pantas saja tadi jam istirahat ia tidak ke kantin.” Ibu Guru: “Ya sudah, Ibu cuma mau bilang begitu. Kalian berbaik-baiklah dengannya. Temani dia agar tak merasa kesepian dan terus berduka.” [Anggi dan Doni pamit kemudian pulang] Di rumahnya, Doni terus menerus memikirkan teman barunya, Ridwan. Akhirnya ia mendapatkan suatu ide. Dikabarkannya Anggi dan Mita melalui SMS. Keesokan harinya di jam istirahat…. Doni: “Eh, kalian membawa apa yang aku bilang kemarin, kan?” Mita: “Bawa dong. Ayo kita dekati Ridwan.” Anggi: “Ridwan, bolehkah kami bertiga makan bersamamu?” Ridwan: [kikuk dan kebingungan] “Eh, um.. boleh saja..” Doni, Anggi, dan Mita mengeluarkan bekal makanan mereka. Ketiganya juga membawa makanan camilan untuk dimakan bersama-sama, tentu saja Ridwan juga kebagian. Dengan makan bersama setiap hari, mereka berharap bisa membuat Ridwan lebih ceria. Setelah makan… Ridwan: “Terima kasih, teman-teman. Kalian sangat baik kepadaku.” Mita: “Kamu ini bicara apa, sih? Kita kan teman, wajar saja jika kita saling bersikap baik.” Semenjak itu Ridwan menjadi semakin kuat karena dukungan teman-teman barunya. Siswa-siswa lain di kelas itu pun banyak yang bergabung membawa bekal untuk dimakan bersama-sama pada jam istirahat. Suasana menjadi semakin menyenangkan. mungkin segitu saja Contoh Naskah Drama 5 Orang yang bisa saya share kali ini, semoga bermanfaat. sumber: dari berbagai sumber Share ke: Artikel Terkait Contoh Naskah Drama 5 Orang Terbaru NEW : Contoh Naskah Drama Lucu Pendek TerbaruTerkadang dalam membuat drama tidak melulu kita memainkan sebuah cerita yang memiliki makna mendalam, ada kalanya memainkan sebua ... Naskah Drama Persahabatan Terbaru dan PopulerNaskah Drama Persahabatan biasanya akan mengankat sebuah cerita mengenai arti sebuah sahabat dimana dalam hubungan persahabatan a ... 100 Naskah Drama Indonesia Terlengkap dan TerbaruNaskah Drama Indonesia merupakan gabungan sebuah naskah drama yang menceritakan sebuah kisah dimana anda akan diberikan alur kisa ... Disuatu tempat yang indah, tinggallah dua orang sahabat.Mereka sedang asyik mengobrol di teras rumah sambil duduk memandang kearah depan.Di sinari oleh sinar matahari yang sangat menyengat.Hari itu adalah musim kemarau. Mereka mengipas-ngipaskan badan mereka yang kepanasan. Nabilla : “Hari ini sangat panas, ya” Bella : “Iya, aku setuju denganmu” Nabilla : “Mau aku ambilkan segelas air dingin?” Bella : “Tidak, terima kasih” Ditengah-tengah keasyikan itu, seorang perempuan lewat didepan mereka.Anak itu lalu terdiam didepan rumah Nabilla dan Bella. Nabilla : “Maaf, kenapa kamu berhenti didepan rumah kami?” Dasilva : “Eh hmm maaf” Bella : “Ayo kesini, sepertinya kamu haus” Dasilva : “Baik, terima kasih” Nabilla : “Tunggu sebentar, ya” Dasilva : “Iya” Bella : “Hai, namaku Bella Puspitawati.Kalau kamu?” Dasilva : “Namaku Dasilva Putri Handayani.Panggil saja Silva, yang tadi itu namanya Nabilla Kumalasari bukan?” Bella : “Ya, tentu saja” Nabilla : “Ini minumnya! Maaf, ya hanya ada air putih” Dasilva : “Tidak apa-apa, terima kasih,ya” Bella : “Nab, kamu kenal orang itu tidak?” Nabilla : “Sepertinya aku kenal” Nabilla : “Maaf, nama kamu Dasilva Putri Handayani bukan?” Dasilva : “Iya, tentu saja, aku kira kamu sudah lupa sama aku” Bella : “Emm, aku kedalam dulu, ya” Nabilla : “Iya” Dasilva : “Nab, itu siapa kamu?Kok akrab banget sama kamu?” Nabilla : “Itu sahabat aku disini” Dasilva : “Berarti, aku bukan sahabat kamu lagi dong” Nabilla : “Bukannya begitu Sil, kamu ya tetap saja sahabat aku” Dasilva : “Oh begitu” Nabilla : “Sudah,yuk kita masuk sudah siang nih” Dasilva : “Iya" Esoknya, mereka hanya memakan roti dengan selai.Sambil duduk di kursi. Bella : “Bagaimana enak tidak?” Dasilva : “Tidak enak soalnya aku tidak suka selai!” Bella sangat kesal dengan perkataan Dasilva yang kasar itu.Bella pergi keluar. Nabilla : “Bel, ayo kita bereskan ruangan ini!Loh,Bella?” Dasilva : “Aku kenyang” Nabilla : “Sil, Bella mana?” Dasilva : “Tadi dia marah sama aku,makanya dia kabur dari sini” Nabilla : “Memangnya kenapa?” Dasilva : “Aku bilang rotinya tidak enak karena pakai selai” Nabilla : “Sil, itu tidak baik” Dasilva : “Lagian kenapa kalian tidak beli seres dan mentega?” Nabilla : “Sil, dengar ya kami bekerja saja harus bersama-sama” Dasilva : “Memang kerja apa?” Nabilla : “Memanen buah dikebun orang lain,lalu hasil dari itu kami diberi uang dan selai” Dasilva : “Sekarang terbukti kamu lebih memilih dia dari pada aku.” Dasilva : “Oh, ya terima kasih atas semuanya” Nabilla : “Tapi” Setelah Dasilva pergi, ada seorang anak kecil yang menghampiri Nabilla. Billa : “Kakak, ini kakak ya?” Nabilla : “Heh?” Nabilla : “Billa, ngapain kamu kesini?” Billa : “Billa malas dirumah dimarahi bunda terus” Nabilla : “Billa, kamu sendiri kesini?” Billa : “Iya, kakak sendiri disini?” Nabilla : “Untuk sekarang iya” Billa : “Kakak, Billa lapar” Nabilla : “Baiklah, ayo kedapur” Billa : “Kakak” Nabilla : “Ya” Billa : “Kakak kenapa?” Nabilla : “Kakak nggak apa-apa kok yuk kedapur” Billa : “Baiklah” Adegan 2 Di dapur, Nabilla membuatkan roti selai untuk adiknya.Segelas air dingin juga diambilkan oleh Nabilla untuk adiknya.Nabilla merasa sangat kesepian karena tidak ada sahabatnya lagi disini.Nabilla akhirnya tersenyum karena adiknya ada bersamanya. Billa : “Rotinya enak,kak” Nabilla : “Iya” Billa : “Habis ini ngapain,ya?” Nabilla : “Kita mencari Bella” Billa : “Bella siapa?Sahabat kakak yang dulu disini sama kakak?” Nabilla : “Iya” Billa : “Selesai” Nabilla : “Ayo kita mulai mencarinya” Billa : “Baik” Mereka berdua keluar dari rumah itu serta membawa tas yang berisi air minum dan roti selai untuk bekal. Billa : “Kakak” Nabilla : “Ya?” Billa : “Kak Silva mana?” Nabilla : “Kok kamu tahu kak Silva kesini?” Billa : “Dia yang ngasih tahu aku” Nabilla : “Dia pulang lagi ke rumah karena dia tidak tahan disini” Billa : “Tapi kok sifatnya jadi agak aneh semenjak…” Nabilla : “Aku juga tidak tahu.Mungkin dia cuma ingin punya teman” Billa : “Iya” Nabilla : “Hei Billa!Emm siapa orang yang ada di sana?” Billa : “Itu kayaknya kak Silva deh” Nabilla : “Iya, Bil! Itu memang Silva” Nabilla lalu menghampiri Silva yang sedang duduk termenung itu.Nabilla lalu memegang pundak Silva. Nabilla : “Sil, maafkan aku, ya” Dasilva : “Jangan ganggu aku!” Billa : “Kak Silva kok gitu sih” Dasilva : “Sudah, kamu tidak usah ikut campur” Nabilla : “Sil, itu tidak baik!” Dasilva : “Sudah sana, pergi dari sini” Nabilla : “Tapi Sil” Dasilva : “Kamu tidak mau pergi? Baiklah aku saja yang akan pergi” Akhirnya, Nabilla dan Billa melanjutkan perjalanan mereka.Ditengah-tengah perjalanan, mereka terdiam. Billa : “Kakak, aku haus” Nabilla : “Baiklah ayo minum ini dan kita lanjutkan lagi setelah beristirahat” Billa : “Terimakasih, kak” Nabilla : “Dasilva itu menurutmu sifatnya bagaimana?” Billa : “Menurut aku dia dulu baik, ramah, pokoknya enak deh orangnya” Nabilla : “Iya, kakak setuju denganmu” Billa : “Tapi kalau sekarang……” Nabilla : “Kenapa?” Billa : “Sudah deh kak.Tidak baik membicarakannya” Nabilla : “Iya” Billa : “Kak, kakak dengar suara tidak?” Nabilla : “Iya, kakak mendengarnya” Billa : “Kita cari yuk kak asal suaranya” Nabilla : “Iya” Sewaktu mereka mencari tahu asal suara itu, seseorang diam-diam mengambil bekal makanan mereka.Ketika suara itu sudah tidak terdengar lagi mereka balik ke tempat peristirahatan mereka yang tadi.Mereka sangat terkejut melihat bekal makanan mereka sudah tidak ada.Hanya ada 3 botol minum yang tersisa.Sebelumnya, mereka membawa 6 botol minum. Nabilla : “Bagaimana ini?Siapa yang mengambilnya?” Billa : “Sudahlah kak, kita lanjutkan saja lagi perjalanannya” Tiba-tiba, Dasilva muncul dihadapan Nabilla. Dasilva : “Maaf, ya seharusnya aku yang meminta maaf” Nabilla : “Iya, tidak apa-apa” Billa : “Sekarang kita mencari kak Bella” Dasilva : “Iya, Nabilla, aku minta minum dong!” Nabilla : “Iya.Loh, berarti bukan kamu yang mengambil bekal kita” Dasilva : “Memang bukan” Nabilla : “Jangan-jangan” Billa : “Kakak nakutin nih, kan Billa jadi seram” Nabilla : “Bukan itu tapi” Dasilva : “Bella yang mengambilnya” Billa : “Kirain” Dasilva : “Bel, kami tahu kamu disini” Nabilla : “Bel, maafkan kami, ya” Billa : “Kak Bella jangan marah terus tidak baik lo” Suasana tiba-tiba menjadi hening. Bella : “Aku tidak mau lagi bersama kamu Nabilla, kecuali” Nabilla : “Kenapa lagi?” Bella : “Si a-v-l-i-s sudah tidak disini” Nabilla : “Kok kamu begitu sama sahabat sendiri?” Dasilva : “Maafkan aku Bel, aku hanya ingin punya teman” Bella : “Dengan cara seperti itu?” Dasilva : “Aku memang tidak suka selai.Maafkan aku ya, Bella” Bella : “Tapi, kamu harus berjanji tidak boleh mengeluh” Dasilva : “Baiklah” Bella akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya itu. Nabilla : “Bagaimana jika kita membuat janji” Dasilva : “Ya, aku setuju” Bella : “Aku juga” Nabilla : “Kalau begitu sumpahnya adalah BND Selalu bersama” Dasilva : “Tentu saja” Bella : “Baiklah, aku mulai” Billa : “Hei, tunggu aku tidak?” Nabilla : “Kalau begitu jadi “Double BND selalu bersama”” Bella : “Double” Billa : “B” Nabilla : “N” Dasilva : “D” Bella & Billa : “Selalu” Nabilla&Silva: “Bersama” Mereka akhirnya bersama-sama lagi untuk selamanya. Drama pendek 5 orang Coretan Pena November 24, 2013Rona Adzkia Syahidah Task Meninggalkan komentar Naskah Drama KELOMPOK 1 1) Ardian Deva Saputra 2) Jeni Listiyana 3) Muhammad Arkan Alif N.I 4) Nurmalita Sari 5) Rona Adzkia Syahidah Kelas : VIII C Judul : Coretan Pena Semangat pagi yang cerah, semangat tuk jalani sekolah menuntut ilmu. Hal yang tak biasa terjadi diantara mereka Sari, Putra, Alif, Tazki, dan Listi. Mereka adalah murid yang duduk di bangku kelas V SD. Sampailah Listi di depan kelasnya. Listi : “Pagi, kawan !!” ( megetuk pintu kelas, dengan wajah yang murung ) Tazki dan Sari : “Pagi juga kawan” Alif : “Hai, Lis kenapa wajahmu murung tak sepert biasanya? Listi : “Aku enggak papa kok, cuma enggak enak badan aja.” Alif : “Kalau gitu ayo aku antar kamu ke UKS !! “ Listi : “Makasih, tapi janganlah.” Putra : “Hah, kamu kenapa Lis? Sampai mau diantar ke UKS segala?” Listi : “Udahlah enggak papa enggak usah dibahas lagi.” Putra : “Ya sudahlah kalau begitu mau mu.” Tazki : “Ada PR Matematikan? Sari : “ Iya tuh nyebelin banget PR nya sulitnya bukan main,… yang tentang persamaan garis lurus lagi. Aduhh.. bingung aku cara ngerjainnya gimana?” Tazki : “Itu enggak sulit Sar, coba kalau kamu belajar nya rajin trus memperhatikan bu guru saat menerangkan kamu pasti bisa dengan mudah ngerjain soal itu.” Listi : “Iya tu Sar, apa kata Tazki betul.” Putra : “Emang dasarnya Sari aja yang enggak tahu rumus cinta matematika haahaha..” Alif : “Ehemm yang bahas tentang cinta ni yeee!!” Sari : “Ngapain lif, kamu ikut ikutan huhuhu, bukan bahas cinta kalikk.., tu bahas rumus cinta matematika jangan kaget lohh yaa kalau ternyata Listi murung karena diaaa..” Tazki : “Heh, Sar jangan bilang yang aneh-aneh kamu, mugkin Listi murung karena masalahnya dia rumahnya.” Sari : “ Wah, kenapa kamu kepo sih Taz?” Tazkia : “ Kamu tu, yang mulai kepo duluan. Sok sokan tau Listi murung kenapa.” Sari : “ Biarin, artinya aku memperhatikan Listi, mengapa dia tak seperti biasanya.” Tazki : “ Betul juga apa katamu, ada sisi postifnya juga ternyata.” Putra : “ Sudahlah kalian anak cewek, cuma masalah kayak gitu aja sampai segitunya.” Alif : “ Biasalah Put, emang mereka kan suka bahas yang enggak penting gitu. Ini, PR jadi lupa dibahas tuh.” Sari : “ Intinya kata si Putra kalau matematika tu ada rumus cintanya. Iya kan Put?” Putra : “ Sipp lah bisa jadi begitu.” Listi : “Apapun yang kalian katakan ke aku, aku ikhals mendengarnya. Sebenarnya aku enggak papa kok cuma pusing biasa aja.” Tazki : “ Ya maaf Lis, kalau aku sama Sari ngomongnya salah.” (wajah merasa bersalah). Alif : “Tuh bel masuk sudah bunyi, sana kembali ke tempat masing-masing”. Bel tanda masuk pun berbunyi, (teeeetetettett..tettett) saatnya para siswa mengikuti pelajaran dengan serius meghadapi pelajaran jam pertama dengan jadwal Matematika. Beberapa saat kemudian bel istirahat berbunyi, para siswa keluar dari kelasnya bermain, berjalan menuju kantin sampai ke perpustakaan. Namun, berbeda dengan Listi ia menyendiri di taman belakang kantin tak seperti biasanya, duduk termenung ditemani dengan satu penanya yang begitu berharga. Listi : Tuhan, kenapa aku seperti ini, ayah, ibu, sahabat sahabatku tak tau apa yang terjadi dengan ku, mungkin baru kaliini aku merasakan seperti ini, sejak aku melihat ayah telah pulang dari kerja, aku ingin memberitahunya. Tapi, mata ini tak sanggup Tuhan, melihat keadaan ku seperti ini. Aku tak sanggup mereka tau semua ini. Aku tak mau melihat mereka menangis karena aku. Mungkin ini yang dapat kulakukan… ( Listi menulis di sebuah kertas) Tazki : “ Eh, Sar ayo kita lewat taman belakang kantin aja yukn!!” Sari : “ Okelah ayooo.. !!” Sebentar, taz kau lihat di kursi depan pohon taman itu, itukan si Listi, tumben dia ketaman sendrian lagi.” Tazki : “ Gak tau lah dari tadi aku kan sama kamu.” Sari : “ Taz , kamu ngerasa enggak kalau Listi disukai banyak sama temanteman kita, trus kalau mereka dapat kelompok sama dia,mereka tu kelihatannya senang gitu.” Tazki : “ Iya aku ngerasa , Listi tu juga diperhatikan sama banyak guru, trus kita? Jarang banget diperhatikan sama teman dan juga guru. Mungkin karena dia lebih rajin dari kita.” Sari : “Sepertinya dia lagi nulis sesuatu ayo kita rebut aja tulisannya !! Biar tau kalau kita tu juga ingin diperhatikan kayak dia.” Tazkia : “Beneran ini, bukanya kalau gitu kita nyakitin hati nya Listi?” Tanpa berfikir panjang Sari pun langsung merebut kertas yang di pegang oleh Listi. Sari : “Coba aku pinjam Lis? “ (langsung diambil dan dilempar) Listi : “ Jangan Sar, jangan, jangan dibuang kertas itu…” (dengan wajah sedih) Putra : “ Ada apa ini Lis? kenapa kamu menangis.” Listi : “Ohh tidak ada apa apa kok Put ” Alif : “ Jujur saja lah Lis tadi aku ngelihat kok kertas yang dilempar sama Sari itu. Kenapa kamu tak rebut kertas itu?” Listi : “ Jika aku ambil kertas itu sama saja sudah sobek dan tak bisa dibaca.” Tazki : “ Maafkan Sari ya Lis, mugkin dia ingin seperti kamu.” Putra : “ Ya sudah, mari kita kembali ke kelas saja.” Setelah beberapa hari setelah kejadian itu Listi jarang masuk sekolah. Teman teman Listi merasa khawatir kepadanya. Keesokan harinya. Alif : “ Hai kawan ada berita buruk. Tadi pagi ibunya Listi kerumahku, kalau ternyata Listi sudah pindah dari sekolah kita ini. Dan ibunya menitipkan surat terakhirnya buat kita , supaya menjaga baikbaik surat ini katanya.” Tazki : “ Sar, coba baca surat ini !!”(Sari membaca surat dari Listi) Sari : Untuk sahabatku, terimakasih kalian telah mengisi hari hariku dengan seyuman kalian, aku tak akan melupakan mu kawan. Maafkan aku jika aku pernah salah dengan kalian, dan apapun itu kesalahan kalian kepadaku aku memaafkanmu kawan. Tapi satu yang perlu kalian ingat aku pindah disini bukan karena aku benci denganmu kawan. Namun, inilah yang harus aku lakukan tuk jalani hidupku di tempat ini. Sekali lagi simpan baikbaik kertas ini. Suatu saat nanti aku yakin aku akan kembali bersama kalian. Terimakasih, atas semua canda tawamu takkan kulupakan.Ingat tetaplah menjadi dirimu sendiri kawan. Aku akan selalu merindukanmu.Salam Listi.~ (Mereka mejawab satu persatu dari coretan pena Listi) Alif : “Kami pasti memaafkan kesalahanmu Lis.” Putra : “Terimakasih atas batuanmu juga kepada kami” Alif : “Kami harap, suatu saat nanti kau bilang kepada kami mengapa kamu pergi tinggalkan kami, sampai kau pindah dari sekolah kita tercinta ini.” Sari : “Mungkin kemarin adalah hari terakhir aku marah sama kamu Lis, maafkan aku lis.. telah membuang kertas itu sampai membuat kau menangis. Pesan dari kami untukmu jagalah dirimu seperti kau menjaga sahabatmu !! Tazkia : “ Jika kau dengar disana Lis, disini kami juga kan selalu merindukanmu.” Sari : “ Hai kawan, rasanya aku disini merasa kehilangan Listi, aku ingin bertemu dengannya aku ingin meminta maaf langsung dengannya atas kesalahanku kemarin.” Tazkia : “Tapi semua itu sudah terlambat Sar, kita tak tahu dimana Listi pindah sekarang. Mungkin yang dapat kita lakukan disini hanyalah berdo’a semoga Listi cepat kembali dan bersama kita lagi. Akhirnya, Listi meniggalkan sahabat-sahabtnya. Hanya tinggallah, satu lembar Coretan Pena milik Listi, yang mereka simpan, yang sewaktu waktu mereka dapat membacanya jika mereka rindu cinta sahabat. Hanyalah berdo’a yang mereka bisa lakukan. Mereka pun merasakan betapa pentingnya kebersamaan. About these ads Kelas Judul : VIII C : Coretan Pena Semangat pagi yang cerah, semangat tuk jalani sekolah menuntut ilmu. Hal yang tak biasa terjadi diantara mereka Sari, Putra, Alif, Tazki, dan Listi. Mereka adalah murid yang duduk di bangku kelas V SD. Sampailah Listi di depan kelasnya. Listi : “Pagi, kawan !!” ( megetuk pintu kelas, dengan wajah yang murung ) Tazki dan Sari : “Pagi juga kawan” Alif : “Hai, Lis kenapa wajahmu murung tak sepert biasanya? Listi : “Aku enggak papa kok, cuma enggak enak badan aja.” Alif : “Kalau gitu ayo aku antar kamu ke UKS !! “ Listi : “Makasih, tapi janganlah.” Putra : “Hah, kamu kenapa Lis? Sampai mau diantar ke UKS segala?” Listi : “Udahlah enggak papa enggak usah dibahas lagi.” Putra : “Ya sudahlah kalau begitu mau mu.” Tazki : “Ada PR Matematikan? Sari : “ Iya tuh nyebelin banget PR nya sulitnya bukan main,… yang tentang persamaan garis lurus lagi. Aduhh.. bingung aku cara ngerjainnya gimana?” Tazki : “Itu enggak sulit Sar, coba kalau kamu belajar nya rajin trus memperhatikan bu guru saat menerangkan kamu pasti bisa dengan mudah ngerjain soal itu.” Listi : “Iya tu Sar, apa kata Tazki betul.” Putra : “Emang dasarnya Sari aja yang enggak tahu rumus cinta matematika haahaha..” Alif : “Ehemm yang bahas tentang cinta ni yeee!!” Sari : “Ngapain lif, kamu ikut ikutan huhuhu, bukan bahas cinta kalikk.., tu bahas rumus cinta matematika jangan kaget lohh yaa kalau ternyata Listi murung karena diaaa..” Tazki : “Heh, Sar jangan bilang yang aneh-aneh kamu, mugkin Listi murung karena masalahnya dia rumahnya.” Sari : “ Wah, kenapa kamu kepo sih Taz?” Tazkia : “ Kamu tu, yang mulai kepo duluan. Sok sokan tau Listi murung kenapa.” Sari : “ Biarin, artinya aku memperhatikan Listi, mengapa dia tak seperti biasanya.” Tazki : “ Betul juga apa katamu, ada sisi postifnya juga ternyata.” Putra : “ Sudahlah kalian anak cewek, cuma masalah kayak gitu aja sampai segitunya.” Alif : “ Biasalah Put, emang mereka kan suka bahas yang enggak penting gitu. Ini, PR jadi lupa dibahas tuh.” Sari : “ Intinya kata si Putra kalau matematika tu ada rumus cintanya. Iya kan Put?” Putra : “ Sipp lah bisa jadi begitu.” Listi : “Apapun yang kalian katakan ke aku, aku ikhals mendengarnya. Sebenarnya aku enggak papa kok cuma pusing biasa aja.” Tazki : “ Ya maaf Lis, kalau aku sama Sari ngomongnya salah.” (wajah merasa bersalah). Alif : “Tuh bel masuk sudah bunyi, sana kembali ke tempat masing-masing”. Bel tanda masuk pun berbunyi, (teeeetetettett..tettett) saatnya para siswa mengikuti pelajaran dengan serius meghadapi pelajaran jam pertama dengan jadwal Matematika. Beberapa saat kemudian bel istirahat berbunyi, para siswa keluar dari kelasnya bermain, berjalan menuju kantin sampai ke perpustakaan. Namun, berbeda dengan Listi ia menyendiri di taman belakang kantin tak seperti biasanya, duduk termenung ditemani dengan satu penanya yang begitu berharga. Listi : Tuhan, kenapa aku seperti ini, ayah, ibu, sahabat sahabatku tak tau apa yang terjadi dengan ku, mungkin baru kaliini aku merasakan seperti ini, sejak aku melihat ayah telah pulang dari kerja, aku ingin memberitahunya. Tapi, mata ini tak sanggup Tuhan, melihat keadaan ku seperti ini. Aku tak sanggup mereka tau semua ini. Aku tak mau melihat mereka menangis karena aku. Mungkin ini yang dapat kulakukan… ( Listi menulis di sebuah kertas) Tazki : “ Eh, Sar ayo kita lewat taman belakang kantin aja yukn!!” Sari : “ Okelah ayooo.. !!” Sebentar, taz kau lihat di kursi depan pohon taman itu, itukan si Listi, tumben dia ketaman sendrian lagi.” Tazki : “ Gak tau lah dari tadi aku kan sama kamu.” Sari : “ Taz , kamu ngerasa enggak kalau Listi disukai banyak sama temanteman kita, trus kalau mereka dapat kelompok sama dia,mereka tu kelihatannya senang gitu.” Tazki : “ Iya aku ngerasa , Listi tu juga diperhatikan sama banyak guru, trus kita? Jarang banget diperhatikan sama teman dan juga guru. Mungkin karena dia lebih rajin dari kita.” Sari : “Sepertinya dia lagi nulis sesuatu ayo kita rebut aja tulisannya !! Biar tau kalau kita tu juga ingin diperhatikan kayak dia.” Tazkia : “Beneran ini, bukanya kalau gitu kita nyakitin hati nya Listi?” Tanpa berfikir panjang Sari pun langsung merebut kertas yang di pegang oleh Listi. Sari : “Coba aku pinjam Lis? “ (langsung diambil dan dilempar) Listi : “ Jangan Sar, jangan, jangan dibuang kertas itu…” (dengan wajah sedih) Putra : “ Ada apa ini Lis? kenapa kamu menangis.” Listi : “Ohh tidak ada apa apa kok Put ” Alif : “ Jujur saja lah Lis tadi aku ngelihat kok kertas yang dilempar sama Sari itu. Kenapa kamu tak rebut kertas itu?” Listi : “ Jika aku ambil kertas itu sama saja sudah sobek dan tak bisa dibaca.” Tazki : “ Maafkan Sari ya Lis, mugkin dia ingin seperti kamu.” Putra : “ Ya sudah, mari kita kembali ke kelas saja.” Setelah beberapa hari setelah kejadian itu Listi jarang masuk sekolah. Teman teman Listi merasa khawatir kepadanya. Keesokan harinya. Alif : “ Hai kawan ada berita buruk. Tadi pagi ibunya Listi kerumahku, kalau ternyata Listi sudah pindah dari sekolah kita ini. Dan ibunya menitipkan surat terakhirnya buat kita , supaya menjaga baikbaik surat ini katanya.” Tazki : “ Sar, coba baca surat ini !!”(Sari membaca surat dari Listi) Sari : Untuk sahabatku, terimakasih kalian telah mengisi hari hariku dengan seyuman kalian, aku tak akan melupakan mu kawan. Maafkan aku jika aku pernah salah dengan kalian, dan apapun itu kesalahan kalian kepadaku aku memaafkanmu kawan. Tapi satu yang perlu kalian ingat aku pindah disini bukan karena aku benci denganmu kawan. Namun, inilah yang harus aku lakukan tuk jalani hidupku di tempat ini. Sekali lagi simpan baikbaik kertas ini. Suatu saat nanti aku yakin aku akan kembali bersama kalian. Terimakasih, atas semua canda tawamu takkan kulupakan.Ingat tetaplah menjadi dirimu sendiri kawan. Aku akan selalu merindukanmu.Salam Listi.~ (Mereka mejawab satu persatu dari coretan pena Listi) Alif : “Kami pasti memaafkan kesalahanmu Lis.” Putra : “Terimakasih atas batuanmu juga kepada kami” Alif : “Kami harap, suatu saat nanti kau bilang kepada kami mengapa kamu pergi tinggalkan kami, sampai kau pindah dari sekolah kita tercinta ini.” Sari : “Mungkin kemarin adalah hari terakhir aku marah sama kamu Lis, maafkan aku lis.. telah membuang kertas itu sampai membuat kau menangis. Pesan dari kami untukmu jagalah dirimu seperti kau menjaga sahabatmu !! Tazkia : “ Jika kau dengar disana Lis, disini kami juga kan selalu merindukanmu.” Sari : “ Hai kawan, rasanya aku disini merasa kehilangan Listi, aku ingin bertemu dengannya aku ingin meminta maaf langsung dengannya atas kesalahanku kemarin.” Tazkia : “Tapi semua itu sudah terlambat Sar, kita tak tahu dimana Listi pindah sekarang. Mungkin yang dapat kita lakukan disini hanyalah berdo’a semoga Listi cepat kembali dan bersama kita lagi. Akhirnya, Listi meniggalkan sahabat-sahabtnya. Hanya tinggallah, satu lembar Coretan Pena milik Listi, yang mereka simpan, yang sewaktu waktu mereka dapat membacanya jika mereka rindu cinta sahabat. Hanyalah berdo’a yang mereka bisa lakukan. Mereka pun merasakan betapa pentingnya kebersamaan. About these ads Naskah Drama untuk 5 Perempuan, Judul : Beasiswa Rabu, 21 November 20120 komentar Naskah Drama untuk 5 Perempuan Judul : Beasiswa Pemain : Pho => tokoh utama, Shill => tokoh utama, Yol => adik tiri Shill, Bi Nin => penjual kantin sekolah, dan Ibu Wen => wali kelas Shill dan Pho Naskah: Suatu sore di musim panas, Yol sedang menonton televisi di rumahnya. Usianya mungkin masih 14 tahun, namun Yol sangat suka menonton berita di tv. Tiba-tiba pintu rumahnya diketuk. TOK!! TOK!! Shill : Assalamu ‘alaikum. Yol, mba pulang! Yol : Iya, mba! Bentar! Yol membuka pintu rumahnya yang dikunci dari dalam. Yol : Wa ‘alaikum salam. Pulangnya kok sore, Mba? Shill : (sambil membuka sepatu sekolah) Iya, tadi ada tugas praktek. Ibu belum pulang de? Yol : Belum. Shill berjalan masuk ke dalam rumah. Yol : Eh, iya! Mba, tadi dapet surat dari pak pos. Shill : (menoleh) Surat apa? Mana suratnya? Yol : Nggak tau. Nih! (memberikan amplop surat pada Shill) Shill segera membuka surat itu. Ia membacanya. Shill : (berteriak) WAAAAAAAAAAAAH!!!!! Yol : (memasang muka heran) kenapa mba? Shill : Mba bakalan dapet beasiswa, Yol! YUHUUUUU!!! Yol : Beasiswa? Shill tidak menjawab pertanyaan adiknya. Ia langsung berlari menuju kamar dengan rasa riang. Keesokan harinya, di kantin ramai sekali. Kebanyakan dari para siswa sedang membicarakan tentang beasiswa yang dirumorkan itu. Salah satu meja di sana, terdapat Pho yang sedang makan bakwan. Ia terlihat sangat menikmati bakwan terlezat buatan Bi Nin. Bi Nin yang sejak tadi mengamati pelanggan setianya itu, akhirnya menghampiri Pho. Bi Nin juga ingin mengajak bicara Pho, karena hanya anak itu yang tak berkomentar soal beasiswa. Bi Nin : Mangannya sing alon-alon, Nduk! Pho ngarti! : (memandang Bi Nin yang sudah duduk di sampingnya) Ngomong apa sih, Bi? Enyong ora Bi Nin : Owalaaah! Nggak ngerti kok ya, balesnya pake bahasa Jawa. Kamu ini gimana toh?! Pho : Ya, saya kan cuma bisa itu doank! Bi Nin : Yo wis, ora opo-opo. Kamu nggak ngomongin soal beasiswa itu, Pho? Pho : Males ah, Bi. Saya mendingan makan bakwan Bi Nin hahaha… Bi Nin : Weleh… yo wis lah. Karepmu dewek. Pho kembali menikmati bakwannya. Pho : Bi, saya dikasih bonus lagi donk! Kan saya pelanggan setia bakwan bi Key. Masa nggak ada bonusnya. Bi Nin : Iya, ntar pulang sekolah bibi kasih. Oh iya, kalo misalkan kamu dapet surat itu, kamu mau ambil beasiswanya nggak? Pho : Ya elaah. Saya nggak bakalan dapet, Bi. Lagian beasiswa itu kan buat orang-orang pinter. Kalo saya? Rangking 10 besar aja nggak dapet. Bi Nin : Owalaaah… Kamu nggak denger beritanya ya? Pho : Berita apa? Bi Nin : Peserta yang bakalan dikasih surat beasiswa itu, dipilih secara acak. Nggak peduli, dia pinter atau nggak. Jadi, bisa aja dewi keberuntungan ada di pihak kamu, Pho. Pho : Hmmmm… bener juga sih! Emang setiap kelas, ada berapa orang bi yang dapet surat itu? Bi Nin : Cuman 10 orang. Tapi itu masih di uji lagi. Kalo selama dua semester, nilai rata-rata semua pelajaran mengalami kenaikan, dia dapet beasiswa tahap pertama. Pho : Tahap pertama? Bi Nin : Ada tiga tahap di program beasiswa ini. Tahap pertama, beasiswa untuk naik ke kelas dua. Tahap kedua, beasiswa untuk naik ke kelas tiga. Tahap ketiga, ya buat kamu kuliah. Pho : Wah, GILA!! Enak banget yang dapet beasiswa dari tahap pertama sampe ketiga. Bi Nin : Ya, jelas lah! Tapi, beasiswa di tahap ketiga cuman sampe semester ke tiga. Selanjutnya, kamu sendiri yang bayar. Pho : Ah, tapi nggak mungkin saya bisa dapet bi. Bi Key kan tahu, saya sering sial. Bi Nin : Iya juga sih! Eh tapi, kalo kamu dapet surat itu, kamu jangan bilang siapa-siapa ya. Pho : Emang kenapa? Bi Nin : Ini persaingan sengit. Kalo ada yang tahu, bisa ada oknum-oknum yang nakal. Pho : Ya ilah, lebay amat! Ya udah, ini saya mau bayar bakwannya. 1 bakwan gope, jadi semuanya… Bi Nin : 2000 aja! Yang seribu lagi bonus! Pho : Yaah! Ntar pulang sekolah, saya nggak dapet bonus donk! Bi Nin : Dapet! Udah tenang aja! Pho : Asiiiiiiik! Shill hari ini merasa sangat senang. Dia tidak percaya mendapatkan surat beasiswa itu. Dia akan sungguh-sungguh belajar untuk mendapatkan beasiswa itu. Di ruang kelas… Ibu Wen : Anak-anak, besok olahraga di lapangan Sanca. Ibu pengen, besok kalian bawa bekel sendiri. Karena di sana harga makanan dan minuman mahal. Jangan lupa bawa ya! Murid2 : IYA BUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!! Bel sekolah pun berbunyi… TEEEEEEEEEEEET!!!! Semua siswa berjalan keluar kelas, begitu juga Shill dan Ibu Wen. Ibu Wen : Shill, selesai jajan kamu ke kantor ibu ya. Ibu perlu bantuan kamu buat ngoreksi ulangan kelas sebelas. Shill : Oh iya, Bu. Pho yang masih berada di dalam kelas, termenung soal beasiswa yang dibicarakannya kemarin bersama Bi Key. Ia penasaran, siapa yang akan berhasil mendapatkan beasiswa itu. Sementara Pho termenung, Shill pergi ke kantor Ibu Wen. Ibu Wen adalah wali kelas Pho dan Shill. Ibu Wen menyukai Shill dari muridnya yang lain, karena Shill juara kelas dan siswi yang berperilaku baik. Di kantor Ibu Wen… Shill : Assalamu ‘alaikum, Bu. Ibu Wen : Wa ‘alaikum salam. Shill, masuk masuk. Shill : Iya, Bu. Shill masuk dan duduk di kursi yang letaknya di depan meja Ibu Wen. Ibu Wen : Shill, nanti tolong kamu taro kertas ulangan ini di kelas 11 IPA 1. Semuanya udah ibu koreksi. Shill : Loh? Bukannya tadi, ibu suruh saya buat bantu koreksi ya? Ibu Wen : Iya, tapi semua udah selesai. Ibu mau tanya, apa kamu dapet surat beasiswa itu? Shill : Mmmh… iya, Bu. Ibu Wen : Kalo ada yang tanya, apa kamu dapet surat itu atau nggak, jangan kamu jawab. Bilang aja dengan santai, kamu nggak dapet surat itu. Shill : Loh, emang kenapa bu? Ibu Wen : Ini persaingan sengit. Kalo sampai ada yang tau, kamu bisa langsung kalah saat itu juga. Di perlombaan ini, banyak yang curang Shill. Ibu nggak mau, kamu kalah dengan cara segampang itu. Kalo kamu kalah, itu karena kamu yang gagal mempertahankan diri. Mungkin ini terlihat nggak adil, tapi sekolah kita sudah terdaftar di perlombaan ini dari 5 tahun yang lalu. Jadi, mau nggak mau kita harus terima. Kamu mengerti? Shill : Iya bu, saya ngerti. Di ruang kelas, Pho masih termenung soal beasiswa itu. Pho : Gue bisa dapet nggak ya? Kalo bisa, lumayan banget kan. Hemat uang berapa banyak tuh? Mmmh… tapi masa iya secara acak? Nggak adil donk? Ya ilaaah! Kenapa gue jadi pusing gini ya. Shill masuk kelas. Shill : Pho, kamu nggak jajan? Pho : Nggak, Shill. Eh iya, lu berminat nggak dapet beasiswa tiga tahap itu? Shill : Iya lah! Siapa yang nggak berminat. Emang kenapa? Lu nggak dapet ya? Pho : Nggak! Lagian gue kan nggak sepinter lu. Lu pasti dapet. Ya kan? Shill : Nggak, Pho. Gue nggak dapet. Pho : Wah sayang banget! Lu kan pinter. Tapi, emang secara acak sih! Shill : Iya, secara acak pemilihannya. Eh, gue laper nih! Ke kantin yuk! Beli bakwan! Pho : Gue lagi puasa Senin Kamis. Shill : Oh ya udah. Gue ke kantin dulu ya. Daah! Minggu pagi, aktivitas para pegawai dan anak-anak sekolah libur. Namun, Pho justru harus bekerja keras di sebuah kedai makanan Oishi. Saat itu, kedai makanan Oishi belum memiliki pengunjung yang ramai, jadi untuk mengisi waktu senggang Pho belajar di tempat kerjanya. Seseorang datang menghampiri Pho. Figuran : Ada surat buat Pho dari pak pos! Pho memandang seorang perempuan yang lebih tinggi darinya. Ia segera mengambil amplop putih yang berisi surat itu. Pho melotot. Surat itu, adalah surat beasiswa. Ternyata, Bi Key benar. Dewi keberuntungan sedang berpihak padanya. Aroma persaingan sudah di mulai. Pho mulai rajin belajar setiap hari. Meskipun ia bukan anak terpintar di kelas, tapi Pho yakin ia bisa dapat beasiswa itu. Pho belajar di setiap ada kesempatan. Di sekolah, di rumah, bahkan di tempat bekerjanya. Tidak hanya Pho, Shill dan siswa yang lain juga belajar begitu rajin hingga mereka bisa mendapatkan beasiswa itu. Dan waktu terus berlalu. Ujian akhir semester kedua, sudah selesai. Kini tinggal menunggu pengumuman siapa diantara para peserta yang berhasil mendapatkan beasiswa dari perusahaan Sutra Asih . Tapi sebelum upacara pengumuman berlangsung, Shill menelepon adiknya, Yol. Shill : Yol, hallo! Yol : Iya mba. Ada apa? Shill : Doain mba ya, biar dapet beasiswa. Yol : Iya mba, ini aku lagi berdoa sama Allah Shill : Makasih ya dek… Tak lama kemudian, bel untuk memulai upacara berbunyi. Semua siswa berbaris di lapangan untuk memulai upacara. Dan yang paling dinanti dari upacara ini adalah, pengumuman akan siapakah yang mendapatkan beasiswa itu. Ibu Wen : Anak-anak harap diam. Hari ini, ibu akan membacakan siapa dari teman-teman kalian yang mendapat beasiswa tahunan dari perusahaan Sutra Asih. (Pho dan Shill menggenggam kedua tangannya di dada berdoa dalam hati.) Ibu Wen : Shilla Onseven Maharani Suara riuh tepuk tangan membahana lapangan. Shill maju dan menerima pin khusus beasiswa dari Ibu Wen. Ibu Wen : Phosya Ungu Violeta Pho : Yuhuuuu!! Pho berjalan maju dan dengan senyuman menerima pin khusus beasiswa itu. Lalu Ibu Wen, memanggil nama anak-anak yang lain. Shill dan Pho merasa sangat senang. Mereka sudah menunggu hadiah ini sejak lama. Ibu Wen : Baiklah. Terima kasih atas semua murid yang sudah giat belajar demi mendapatkan beasiswa ini. Semoga ini bisa terus memacu kalian untuk terus berprestasi. Sesuai dengan isi surat pemberitahuan, para siswa ini akan mendapatkan beasiswa untuk biaya dua semester ke depan di kelas 11. Para siswa kembali bertepuk tangan. Shill dan Pho mereka berdua merasa sangat bahagia menerima beasiswa ini. Namun, semua belum selesai. Shill, Pho, dan siswa yang lain harus terus giat belajar agar bisa mendapatkan beasiswa tahap kedua dan ketiga. Apakah mereka berdua bisa mendapatkan beasiswa tahap kedua dan tahap ketiga? Bagaimana ceritanya? Tunggu drama kami selanjutnya. ←—————-TERIMA KASIH—————-→