BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan sosial. Didalam keluarga manusia pertama kali memperhatikan keinginan orang lain, belajar, bekerja sama, dan belajar membantu orang lain. Pengalaman berinteraksi dalam keluarga akan menentukan tingkah laku dalam kehidupan sosial diluar keluarga. Keluarga merupakan kesatuan masyarakat yang terkecil, yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya (keluarga inti atau batih). Keluarga batih adalah suatu unit kekerabatan yang terdiri dari pasangan suami istri yang menikah dan keturunan langsung mereka, yang memelihara suatu rumah tangga bersama dan bertindak bersama-sama sebagai suatu satuan sosial. Keluarga juga merupakan sistem sosial yang terdiri dari berbagai subsistem yang berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Subsistem dalam keluarga adalah fungsi-fungsi hubungan antar anggota yang ada dalam keluarga, seperti fungsi hubungan ayah dengan ibu, anak dengan ayah, anak dengan ibu, dan sebagainya. Kedudukan utama setiap keluarga ialah fungsi pengantara pada masyarakat besar, sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar. Suatu masyarakat tidak akan bertahan jika kebutuhannya yang bermacam-macam tidak terpenuhi seperti makanan, perlindungan terhadap muda dan tua, sakit dan mengandung, persamaan hukum, pengembangan generasi muda dan kehidupan sosial. Keluarga sebagai inti masyarakat dilihat dari dua segi dalam (Suhendi, 2001:60) yaitu: 1. Dari urgensi keluarga itu sendiri ditengah-tengah masyarakat. Pada bagian ini, keluarga ditempatkan sebagai lembaga sosial yang sangat penting dibandingkan dengan lembaga lainnya. Penjelasannya mengarah pada argumen-argumen yang menempatkan keluarga sebagai lembaga yang tiada bandingnya. 2. Dapat juga dijelaskan melalui sejarah keluarga, pada bagian ini peran keluarga ditengah-tengah masyarakat memiliki kontribusi penting bagi terbentuknya lembaga-lembaga sosial pada umumnya. Keluarga adalah satu-satunya lembaga sosial disamping agama, yang secara resmi telah berkembang disemua masyarakat. Tugas-tugas kekeluargaan merupakan tanggung jawab langsung setiap pribadi dalam masyarakat, dengan satu atau dua pengecualian. Hampir setiap orang dilahirkan dalam keluarga dan juga membentuk keluarganya sendiri. Setiap orang merupakan sanak keluarga dari banyak orang. Banyak orang yang mungkin saja dapat lolos dari kewajiban agama yang oleh orang lain dianggap sebagai suatu keharusan, demikian juga dengan badan politik. Hampir tidak ada peran, tanggung jawab keluarga yang dapat diwakilkan kepada orang lain. Seperti halnya tugas khusus dalam pekerjaan dapat diwakilkan kepada orang lain Menurut Mattessich dan Hill (Herien, 2013), keluarga merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas keluarga. Definisi lain menurut Settels (Herien, 2013), keluarga juga diartikan sebagai suatu abstraksi dari ideologi yang memiliki citra romantis, suatu proses, sebagai satuan perlakukan intervensi, sebagai suatu jaringan dan tujuan/peristirahatan akhir. Lebih jauh, Frederick Engels dalam bukunya The Origin of the Family, Private Property, and the State, yang mewakili pandangan radikal menjabarkan keluarga mempunyai hubungan antara struktur sosial-ekonomi masyarakat dengan bentuk dan isi dari keluarga yang didasarkan pada sistem patriarkhi (Herien,2013). Keluarga yang utuh adalah keluarga yang dilengkapi dengan anggotaanggota keluarga ialah ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga yang utuh tidak sekedar utuh dalam berkumpulnya ayah dan ibu tetapi utuh dalam arti yang sebenar-benarnya yaitu disamping utuh dalam fisik juga utuh dalam psikis. Keluarga yang utuh memiliki suatu kebulatan orang tua terhadap anaknya. Kehidupan keluarga di zaman kemajuan industri dan teknologi mengalami berbagai kekacauan keluarga, yang membuat kekacauan itu sering terjadi karena faktor kesibukan, pendidikan, dan perselingkuhan, akan tetapi bukan hanya karena faktor-faktor itu saja namun faktor ekonomijuga dapat menyebabkan terjadinya kekacauan keluarga. Banyak kasus yang dijumpai akibat kemiskinan yang berdampak terhadap kehidupan keluarga. Oleh karena itu, tingkat keutuhan keluarga harus diperhatikan dalam membina sebuah kelurga. Hal ini dikarenakan keluarga yang utuh adalah keluarga yang dapat mempertahankan segala tantangan yang terjadi. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki jumlah penduduk 207.057 jiwa pada tahun 2017. Khususnya kecamatan Tanjungpinang Timur memiliki jumlah penduduk 82.359 jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang, 2019). Terdapat beberapa keluarga yang terpisah karena pekerjaan. Sang ayah atau Ibu bekerja diluar kota untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga mereka. Ada yang bekerja sebagai PNS, Nelayan, Bidang Pelayaran, Penerbangan dan lain sebagainya. Keluarga terpisah seperti ini tentunya harus memiliki strategi untuk mempertahankan keutuhan keluarga mereka. Dengan jarak yang jauh seperti ini tentunya banyak masalah yang muncul, kurangnya kasih sayang dan waktu bersama anak salah satunya. Salah satu permasalahan dalam keretakan sebuah keluarga adalah masalah ekonomi. Banyak kita temukan kasus perceraian yang disebabkan oleh masalah ekonomi. Sehingga banyak orang yang bekerja diluar kota agar mendapat penghasilan yang jauh lebih besar untuk menghindari permasalahan ekonomi tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang peneliti jelaskan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Peranan Orangtua Dalam Mempertahankan Keutuhan Keluarga (Studi Kasus pada Keluarga Terpisah di Perumahan Pondok Gurindam) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis gambarkan di atas, maka rumusan masalah pada karya ilmiah ini adalah “Bagaimana peranan orangtua dalam mempertahankan keutuhan keluarga?” C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana peranan orangtua dalam mempertahankan keutuhan keluarga pada keluarga terpisah. D. Kegunaan Penelitian Sedangkan kegunaan dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut : a. Dapat bermanfaat untuk membantu kita agar lebih memahami bagaimana peranan orangtua keluarga terpisah dalam mempertahankan keutuhan keluarga b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. D. Kerangka Teori 1. Definisi Peranan Peranan (role) merupakan proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya (Soekanto, 2009:212-213). Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain: 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Merton dalam Raho mengatakan bahwa peranan didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang diharapkan masyarakat dari orang yang menduduki status tertentu. Sejumlah peran disebut sebagai perangkat peran (role-set). Dengan demikian perangkat peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status social khusus. Wirutomo mengemukakan pendapat David Berry bahwa dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Peranan didefinisikan sebagai seperangkat harapanharapan yang dikenakan kepada individu yang menempati kedudukan social tertentu. Peranan ditentukan oleh norma-norma dalam masyarakat, maksudnya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan masyarakat di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan yang lain. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya. Dalam pandangan David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai pola-pola peranan yang saling berhubungan. 2. Jenis-jenis Peranan Menurut Soerjono Soekanto, adapun jenis-jenis peran adalah sebagai berikut: a. Peran Aktif Peran aktif adalah peran seseorang seutuhnya selalu aktif dalam tindakannya pada suatu organisasi. Hal tersebut dapat dilihat atau diukur dari kehadirannya dan kontribusinya terhadap suatu organisasi. b. Peran Partisipasif Peran partisipasif adalah peran yang dilakukan seseorang berdasarkan kebutuhan atau hanya pada saat tertentu saja. c. Peran Pasif Peran pasif adalah suatu peran yang tidak dilaksanakan oleh individu. Artinya, peran pasif hanya dipakai sebagai simbol dalam kondisi tertentu di dalam kehidupan masyarakat. 3. Keluarga Menurut Mattessich dan Hill (Herien, 2013) keluarga merupakan suatu kelompok yang berhubungan kekerabatan, tempat tinggal, atau hubungan emosional yang sangat dekat yang memperlihatkan empat hal (yaitu interdepensi intim, memelihara batas-batas yang terseleksi, mampu untuk beradaptasi dengan perubahan dan memelihara identitas sepanjang waktu, dan melakukan tugas-tugas keluarga. Definisi lain menurut Settels (Herien, 2013), keluarga juga diartikan sebagai suatu abstraksi dari ideologi yang memiliki citra romantis, suatu proses, sebagai satuan perlakukan intervensi, sebagai suatu jaringan dan tujuan/peristirahatan akhir. Lebih jauh, Frederick Engels dalam bukunya The Origin of the Family, Private Property, and the State, yang mewakili pandangan radikal menjabarkan keluarga mempunyai hubungan antara struktur sosialekonomi masyarakat dengan bentuk dan isi dari keluarga yang didasarkan pada sistem patriarkhi (Herien,2013). Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya yang meliputi agama, psikologi, makan dan minum, dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kesejahteraan bagi anggota keluarganya. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (BKKBN 1992 dalam Herien, 2013). Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga adalah beberapa orang yang memiliki hubungan kekerabatan dan umumnya saling bergantung satu sama lain. 4. Tujuan dan Fungsi Keluarga Menurut konsep sosiologi, tujuan keluarga adalah mewujudkan kesejahteraan lahir (fisik, ekonomi) dan batin (sosial, psikologi, spiritual, dan mental). Secara detil tujuan dan fungsi keluarga dapat diuraikan sebagai berikut: a. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya yang meliputi kebutuhan fisik (makan dan minum), psikologi (disayangi/ diperhatikan), spiritual/ agama, dan sebagainya. Adapun tujuan membentuk keluarga adalah untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi anggota keluarganya, serta untuk melestarikan keturunan dan budaya suatu bangsa. Keluarga yang sejahtera diartikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga, dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya (BKKBN 1992 dalam Herien, 2013). b. Dalam mencapai tujuan keluarga, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 (BKKBN, 1996 dalam Herien, 2013) menyebutkan adanya delapan fungsi yang harus dijalankan oleh keluarga meliputi fungsi-fungsi pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik yang terdiri atas fungsi: (a) Keagamaan, (b) Sosial, (c) Budaya, (d) Cinta kasih, (e) Perlindungan, (f) Reproduksi, (g) Sosialisasi dan pendidikan, (h) Ekonomi, dan (1) Pembinaan lingkungan. c. Menurut Mattensich dan Hill (Herien, 2013) fungsi keluarga terdiri atas pemeliharaan fisik sosialisasi dan pendidikan, akuisisi anggota keluarga baru melalui prokreasi atau adopsi, kontrol perilaku sosial dan seksual, pemeliharaan moral keluarga dan pendewasaan anggota keluarga melalui pembentukan pasangan seksual, dan melepaskan anggota keluarga dewasa. d. Selanjutnya Rice dan Tucker (Herien, 2013) menyatakan bahwa fungsi keluarga meliputi fungsi ekspresif, yaitu fungsi untuk memenuhi kebutuhan emosi dan perkembangan anak termasuk moral, loyalitas dan sosialisasi anak, dan fungsi instrumental yaitu fungsi manajemen sumber daya keluarga untuk mencapai berbagai tujuan keluarga melalui prokreasi dan sosialisasi anak dan dukungan serta pengembangan anggota keluarga. E. Konsep Operasional Menurut Soerjono Soekanto, adapun jenis-jenis peran adalah sebagai berikut: a. Peran Aktif Peran aktif adalah peran seseorang seutuhnya selalu aktif dalam tindakannya pada suatu organisasi. Hal tersebut dapat dilihat atau diukur dari kehadirannya dan kontribusinya terhadap suatu organisasi. b. Peran Partisipasif Peran partisipasif adalah peran yang dilakukan seseorang berdasarkan kebutuhan atau hanya pada saat tertentu saja. c. Peran Pasif Peran pasif adalah suatu peran yang tidak dilaksanakan oleh individu. Artinya, peran pasif hanya dipakai sebagai simbol dalam kondisi tertentu di dalam kehidupan masyarakat. F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif menggambarkan dan mendiskripsikan strategi yang dilakukan oleh keluarga terpisah dalam mempertahankan keutuhan keluarga. Pendekatan kualitatif bertujuan memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. 2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Perumahan Pondok Gurindam, Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan Tanjungpinang Timur 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Menurut Sugiyono (2014:40) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah 39 KK. b. Sampel Adapun yang di jadikan sampel dalam penelitian ini adalah keluarga yang tinggal secara terpisah dikarenakan tuntutan pekerjaan atau ekonomi. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik Purposive Sampling berdasarkan pada ketentuan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2014:85), yang mengatakan bahwa “purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu”. Alasan menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. oleh karena itu, peneliti memilih teknik Purposive Sampling yang menetapkan pertimbangan-pertimbangan atau kriteriakriteria tertentu yang sudah di tentukan oleh peneliti. 4. Sumber dan Jenis Data Sumber Data yang diperoleh yaitu berasal dari Badan Pusat Statistik Kota Tanjungpinang untuk data Jumlah Masyarakat Kota Tanjungpinang per Kecamatan. Dan juga bersumber dari Penelitian terdahulu dan beberapa jurnal. Jenis Data yang digunakan yaitu Data Primer yang peneliti langsung dapatkan dari lapangan pada saat melakukan penelitian dan Data Sekunder yang didapatkan dari Hasil Penelitian Terdahulu dan dari Instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian. 5. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, peneliti tidak bisa mendapatkan data yang memenuhi standar data yang sudah ditetapkan. a. In-Depht Interview (Wawancara Mendalam) Menurut Moleong (2005:186) Wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian. dalam hal ini metode wawancara mendalam yang dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. b. Observasi Menurut Husaini (2013:70) Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lapangan. Alat yang bisa digunakan dalam observasi adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian, dan lain lain. Peneliti melakukan observasi secara langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang mendukung data-data primer pada proses wawancara mendalam. c. Dokumen Menurut Sugiyono (2014:396) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya, monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, foto atau gambar, film, dan karya lain yang semua itu memberikan informasi bagi proses penelitian. Jadi, dokumen sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. 6. Analisa Data Teknik Analisis Data dalam penelitian ini adalah analisis Kualitatif. Untuk menyajikan data agar lebih mudah dipahami, maka dilakukan analisis dengan beberapa tahap yaitu Pengumpulan Data, Penyajian Data dan Penarikan Kesimpulan. G. Sistematika Penulisan BAGIAN AWAL Berisikan Halaman Sampul, Halaman Judul, Halaman Persetujuan Pembimbing, Halaman Pengesahan Penguji, Halaman Persembahan, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar/bagan, dan Daftar Lampiran. BAB I PENDAHULUAN Berisikan Latar Belakang, Rumusan Masalh, Tujuan dan Kegunaan, Kerangka Teoritis, Konsep Operasional, dan Metode Penelitian BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI Menguraikan tentang kondisi lokasi penelitian yang disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat. Sehingga uraian tentang lokasi penelitian benar-benar dapat menjelaskan tentang lokasi guna mendukung analisa. BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisikan temuan hasil penelitian dan analisa (pembahasan) yang sifatnya terpadu dan tidak dipecah menjadi sub-bab tersendiri. BAB IV PENUTUP Pada bab ini memuat kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang diberikan oleh peneliti kepada pembaca dan objek penelitian. DAFTAR PUSTAKA Herien, Puspitawati. (2013). Konsep dan Teori Keluarga. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 16 Lexy J, Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Rajawali Pers Suhendi, Hendi. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Bandung: CV Pustaka Setia Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, Edisi Keempat. Jakarta: Bumi Aksara