Uploaded by User47494

Permasalahan-yang-Dialami-Peserta-Didik-Underachiever-dan-Implikasinya-dalam-Pelayanan-BK-Studi-Deskriptif-pada-Kelas-X-di-SMA-Adabiah-2-Padang

advertisement
PERMASALAHAN YANG DIALAMI PESERTA DIDIK
UNDERACHIEVER DAN IMPLIKASINYA DALAM PELAYANAN BK
(Studi Deskriptif Pada Kelas X di SMA Adabiah 2 Padang)
JURNAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
MEZI APRILNAYENDI
NPM : 11060093
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
PERMASALAHAN YANG DIALAMI PESERTA DIDIK
UNDERACHIEVER DAN IMPLIKASINYA DALAM PELAYANAN BK
(Studi Deskriptif pada Kelas X di SMA Adabiah 2 Padang)
Oleh:
Mezi Aprilnayendi*
*Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah peserta didik underachiever, yaitu tidak
fokus saat belajar, tidak mengerjakan tugas, mengganggu teman saat belajar, tidak mampu
menjalin hubungan sosial yang baik dengan teman, memiliki konsep diri yang negatif serta tidak
mampu berfikir dengan baik. Peserta didik underachiever belum mendapat perhatian dari guru BK
yang ada di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang dialami peserta didik
underachiever dan implikasinya dalam pelayanan BK. Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan subjek penelitian menggunakan purposive
sampling. Jumlah subjek penelitian sebanyak 11 orang. Alat yang digunakan untuk pengumpulan
data berupa angket. Sedangkan analisis data menggunakan rumus persentase.
Hasil penelitian ini adalah: 1. Masalah pribadi yang dialami peserta didik underachiever
terkategori “cukup banyak masalah”. 2. Masalah sosial terkategori “banyak masalah”. 3. Masalah
akademik terkategori “banyak masalah”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peserta didik
underachiever membutuhkan pelayanan dari pihak sekolah terutama guru BK, agar dapat
membantu peserta didik underachiever mengembangkan potensinya secara optimal dan mampu
mengarahkan dan mewujudkan diri secara efektif dan produktif sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Kata kunci: Underachiever, Pelayanan BK
belajar. Menurut Saefullah (2012:165) Prestasi
belajar merupakan keberhasilan yang diperoleh
peserta didik dari aktivitas yang dikerjakan
atau dilakukannya di bidang akademik pada
jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam
bentuk skor.
Salah satu faktor yang mempengaruhi
prestasi siswa adalah tingkat intelegensi (IQ).
Menurut Khodijah (2014: 101) IQ memiliki
korelasi sangat signifikan dengan prestasi
belajar. Artinya peserta didik yang lebih tinggi
skor
inteligensinya
mendapatkan
nilai
akademis yang lebih tinggi, lebih menikmati
sekolah, lebih mampu mengikuti pelajaran, dan
dalam kehidupan selanjutnya cenderung
mendapatkan keberhasilan. Oleh karena itu
peserta didik ber IQ tinggi seharusnya
mempunyai prestasi yang tinggi sesuai dengan
potensinya.
Pada kenyataannya tidak semua
peserta didik yang memiliki IQ tinggi
memperoleh prestasi yang tinggi pula. Hal ini
biasa dikenal dengan istilah underachiever.
Menurut Davis dan Rimm (Munandar, 2004:
Pendahuluan
Pendidikan merupakan usaha untuk
memandirikan individu dan untuk menjadikan
individu berbudaya. Sekolah merupakan
institusi pendidikan yang mempunyai peran
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melalui pendidikan diharapkan adanya
perubahan yang bersifat positif di dalam diri
seseorang, mencakup perubahan tingkah laku,
sikap,
kebiasaan,
ilmu
pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya.
Hamalik (2011:27-28) berpendapat
bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku.
Dengan kata lain dapat diartikan
bahwa dalam diri orang yang belajar terdapat
perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan belajar. Apabila perbedaan
positif tersebut telah diperoleh maka dapat
dikatakan proses belajar yang dilakukan
tersebut berhasil. Keberhasilan dalam proses
belajar biasa dikenal dengan istilah prestasi
1
239)
underachiever
terjadi
jika
ada
ketidaksesuaian antara prestasi sekolah anak
dan indeks potensi sebagaimana nyata dari tes
intelegensi, kreativitas, atau dari data
observasi, dimana tingkat prestasi sekolah lebih
rendah daripada potensinya. Underachiever
dapat diartikan bahwa peserta didik yang tidak
memperoleh prestasi standar nilai yang
seharusnya dapat diperoleh berdasarkan tingkat
IQ tertentu.
Underachiever banyak dialami oleh
peserta didik berbakat intelektual yang
memiliki tingkat IQ 120 dan atau di atas 120
(Hawadi, 2004: 54). Pengkategorian peserta
didik underachiever dilakukan dengan cara
membandingkan prestasi belajar dengan IQ.
Jika prestasi berada di bawah batas minimal
prestasi yang seharusnya diperoleh dengan
tingkatan IQ tertentu, maka peserta didik
tersebut digolongkan underachiever. Peneliti
melihat
pedoman
pengkategorian
underachiever dari Rimm (2000:218) dengan
pengkategorian underachiever sebagai berikut:
IQ 120-129 (unggulan) maka nilai minimal
yang harus diperoleh yaitu 80 (B+/A-) dan IQ
diatas 130 (jenius) nilai minimal 90 (A).
Keberadaan atau peranan pelayanan
bimbingan dan konseling memiliki andil
penting agar guru BK dapat membantu peserta
didik dalam mengenal dan menerima diri
sendiri maupun lingkungan secara positif dan
dinamis serta mampu mengambil keputusan,
mengarahkan dan mewujudkan diri secara
efektif dan produktif sesuai dengan peranan
yang diinginkan di masa depan. (Prayitno dan
Amti, 2013:19).
Sasaran pelayanan bimbingan dan
konseling adalah semua peserta didik baik
secara perorangan maupun kelompok. Salah
satu prinsip BK adalah berkenaan dengan
sasaran layanan, yang bermakna bahwa semua
peserta didik berhak mendapatkan pelayanan
BK. Guru BK harus memberikan pelayanan
BK pada semua peserta didik termasuk peserta
didik underachiever yang selama ini kurang
mendapat perhatian dari guru BK. Idealnya
adalah semua peserta didik dapat tersentuh oleh
pelayanan BK di sekolah secara merata.
Sehingga guru BK dapat membantu peserta
didik untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki secara optimal. Hal ini bisa terwujud
apabila ada kerjasama, perhatian dan pelayanan
BK secara optimal. Serangkaian kegiatan
tersebut senantiasa dapat mengungkap atau
mengenali ciri-ciri peserta didik underachiever
sehingga sangat membantu guru BK dalam
penanganan masalahnya (Prayitno, 2013: 219).
Berdasarkan pengalaman peneliti
selama
Praktik
Pengalaman
Lapangan
Bimbingan Konseling Sekolah (PPLBKS) di
SMA Adabiah 2 Padang dari 18 Agustus 2014
sampai dengan 01 Desember 2014 peneliti
menemukan
fenomena
peserta
didik
underachiever. Informasi ini diperoleh melalui
studi dokumentasi (hasil tes IQ dan raport
siswa), pengamatan peneliti secara langsung
dan wawancara dengan peserta didik.
Berdasarkan hasil tes IQ peserta didik
kelas X tahun ajaran 2014/2015 yang diperoleh
dari guru BK, terlihat dari 240 peserta didik
terdapat 14 orang peserta didik yang memiliki
skor IQ di atas 120. Dari 14 orang peserta didik
ber IQ di atas 120 ternyata 89% tergolong
underachiever. Patokan ini mengacu pada
pendapat Hawadi (2004:54) yang menyatakan
bahwa underachiever dialami oleh peserta
didik berbakat intelektual yang memiliki
tingkat IQ di atas 120. Secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa dari 240 peserta
diidk ternyata 4,58% tergolong underachiever.
Peneliti mengkategorikan peserta didik
underachiever
karena
prestasi
yang
diperolehnya di bawah standar nilai yang
semestinya dapat diperoleh berdasarkan IQ
dengan tingkat tertentu, dalam artian terdapat
kesenjangan antara potensi dan prestasinya.
Sedangkan
menurut
pengamatan
langsung peneliti pada tanggal 22 Oktober
2014 sampai dengan 29 Oktober 2014 pada
beberapa kelas X yang terdapat peserta didik
underachiever di SMA Adabiah 2 Padang,
peneliti dapat melihat bahwa selama proses
belajar mengajar berlangsung peserta didik
underachiever terlihat pasif, senang melamun
saat belajar, aspirasi serta antusiasme dalam
belajar rendah, suka mengganggu teman dan
mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan
dengan pelajaran saat guru menerangkan serta
peserta didik cenderung melanggar aturan
seperti berpakaian yang tidak rapi. Pelanggaran
yang dilakukan seolah menunjukkan sikap
penghindaran terhadap hal yang sifatnya
mengikat.
Selain
itu
peserta
didik
underachiever tidak mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dengan optimal sehingga
sering mendapat teguran dari guru.
Selain itu dari wawancara yang telah
peneliti lakukan dengan beberapa orang peserta
didik underachiever
pada tanggal 01
November 2014 sekitar pukul 09.00 WIB dapat
diperoleh informasi bahwa mereka lebih
senang bergurau dalam kelas daripada harus
melakukan kegiatan belajar maupun tugas
rumah karena mereka merasa sulit memahami
2
materi yang telah dipelajari. Mereka suka
mengganggu teman dengan tujuan untuk
menghibur teman namun sikap dan perilaku
underachiever yang seperti itu kerapkali
mendapat penolakan dan pengasingan dari
teman sekolah khususnya teman dalam kelas
karena dianggap mengganggu. Peserta didik
underachiever juga tidak dapat memahami
potensi diri dan menggali pengetahuan yang
dalam tentang dirinya sendiri. Hal ini terlihat
dari peserta didik yang tidak menjawab ketika
ditanya mengenai minat dan bakat. Selain itu
peserta didik underachiever memiliki konsep
diri yang negatif karena mereka merasa ditolak
oleh sekolah dan keluarga serta menganggap
bahwa lingkungan tidak puas terhadap mereka
sehingga mereka menganggap bahwa ia anak
yang tidak bisa membahagiakan kedua
orangtua.
Selain itu peserta didik juga
menyatakan bahwa mereka belum pernah
dipanggil oleh guru BK terkait dengan
permasalahan belajar yang dialaminya. Mereka
hanya dipanggil ketika terlambat datang ke
sekolah ataupun tidak masuk sekolah karena
mendapatkan poin pelanggaran.
Untuk lebih terarahnya penelitian ini
maka peneliti membatasi masalah sebagai
berikut:
1. Masalah pribadi yang dialami peserta didik
underachiever pada kelas x di SMA
Adabiah 2 Padang.
2. Masalah sosial yang dialami peserta didik
underachiever pada kelas x di SMA
Adabiah 2 Padang.
3. Masalah akademik yang dialami peserta
didik underachiever pada kelas x di SMA
Adabiah 2 Padang.
4. Implikasi pelayanan BK terhadap peserta
didik underachiever pada kelas x di SMA
Adabiah 2 Padang.
Berdasarkan batasan penelitian di atas
maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan:
1. Masalah pribadi yang dialami oleh peserta
didik underachiever kelas X di SMA
Adabiah 2 Padang.
2. Masalah sosial yang dialami oleh peserta
didik underachiever kelas X di SMA
Adabiah 2 Padang.
3. Masalah akademik yang dialami oleh
peserta didik underachiever kelas X di
SMA Adabiah 2 Padang.
4. Implikasi pelayanan BK terhadap peserta
didik underachiever di kelas X SMA
Adabiah 2 Padang.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi:
1. Konselor atau Guru BK
Memberikan masukan bagi konselor
mengenai permasalahan yang dialami
peserta didik underachiever dan implikasi
pelayanan BK yang nantinya dapat
dijadikan pedoman dalam melaksanakan
bantuan efektif bagi peserta didik
underachiever bersama-sama staf sekolah
yang lain.
2. Kepala Sekolah
Melalui hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi kepala sekolah untuk lebih
meningkatkan kinerja guru BK dan
memantau
keefektifan
pelaksanaan
program BK di sekolah.
3. Pengelola Program Studi
Melalui hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai upaya untuk
membekali calon guru BK pemahaman
mengenai permasalahan yang dialami oleh
peserta
didik
underachiever
dan
implikasinya dalam pelayanan BK.
4. Peserta didik
Melalui hasil penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai upaya pencegahan
agar peserta didik tidak mengalami
underachiever. Sedangkan peserta didik
yang mengalami underachiever mendapat
penanganan yang sesuai dengan jenis
permasalahan yang dialaminya.
5. Orangtua
Melalui hasil penelitian ini diharapkan
orangtua dapat lebih memahami anaknya
agar terhindar dari underachiever. Selain
itu orangtua dapat dilibatkan dalam
penanganan
masalah
underachiever
bersama pihak sekolah.
6. Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi peneliti untuk menambah
wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai
dan sikap (WPKNS) peneliti khususnya
mengenai permasalahan yang dialami
peserta
didik
underachiever
serta
implikasinya dalam pelayanan BK dan
pengetahuan tersebut dapat digunakan
sebagai pengembangan potensi peneliti
untuk menjadi konselor yang profesional
serta insyaallah menjadikan konselor
sebagai profesi nantinya.
7. Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai bahan rujukan untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
3
perilaku, merasa jadi korban, bersikap negatif
terhadap sekolah, memiliki motivasi yang
rendah, memiliki keterampilan yang rendah
dalam menyelesaikan tugas sekolah, tidak
mampu berfikir dengan baik, tidak memiliki
hobi yang tepat untuk dikembangkan serta
tidak mampu merencanakan masa depan
dengan baik secara umum berada pada kategori
banyak masalah dengan pesersentase 54,55%.
Sedangkan dilihat dari masing-masing masalah
pribadi
yang
dialami
peserta
didik
underachiever di atas kategori banyak masalah
adalah pada masalah pribadi yang berkaitan
dengan merasa tidak dapat membahagiakan
orangtua dengan persentase 38,18% dan
merasa tidak nyaman ketika berada di sekolah
dengan persentase 36,36%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa masalah pribadi yang
dialami peserta didik underachiever berada
pada kategori banyak masalah sehingga
membutuhkan pelayanan dan penanganan yang
serius dari pihak sekolah terutama guru BK
yang ada di sekolah agar guru BK dapat
membantu peserta didik underachiever untuk
dapat mengembangkan potensinya secara
optimal serta mencapai kategori yang
diinginkan yaitu sangat sedikit.
Menurut Rimm dan Whitmore
(Munandar, 2009:240) masalah pribadi yang
dialami peserta didik underachiever sebagai
berikut : (a) Menemukan secara berulang-ulang
konsep diri yang negatif, (b) Merasa tidak
diterima keluarga, (c) Tidak bertanggung jawab
terhadap perilakunya dan tidak dapat keluar
dari konflik, (d) Menantang pengaruh yang
diberikan oleh oranglain, (e) Merasa jadi
korban, (f) Tidak menyukai sekolah dan guru
serta memiliki sikap negatif terhadap sekolah,
(g) Memiliki motivasi dan keterampilan
akademik yang lemah atau kurang, (h) Kurang
dalam penyelesaian intelektual, (i) Berpegang
teguh pada status kepemimpinan yang rendah,
(j) Tidak memiliki hobi, minat dan kreativitas
yang dapat digunakan dalam mengisi waktu
luang dan (k) Tidak mampu berpikir dan
merencanakan masa depan.
Pendapat ahli di atas menjadi acuan
bagi peneliti dalam membuat item pernyataan
pada angket penelitian. Berdasarkan data hasil
penelitian dapat terungkap bahwa masalah
yang paling banyak dialami oleh peserta didik
underachiever adalah perasaan rendah diri dan
perasaan tidak nyaman dengan lingkungan
sekolah. Peserta didik underachiever tidak
percaya bahwa mereka mampu melakukan apa
yang diharapkan orang tua dan tidak mampu
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Adabiah 2 Padang pada tahun pelajaran
2014/2015. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif dengan subjek penelitian
berjumlah 11 orang. Subjek penelitian
ditetapkan dengan menggunakan teknik
purposive sampling yaitu menentukan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugyono,
2009:124).
Teknik pengumpulan data adalah
menggunakan angket sedangkan untuk
menganalisis data digunakan teknik analisa
persentase menurut Sudijono (Musbinti,
2014:72) dengan rumus:
F
P=
× 100
N
Keterangan:
P
= Persentase
F
= Frekuensi
N
= Jumlah responden
100
= Jumlah angka mutlak
Setelah diperoleh presentase kemudian
dilakukan
klasifikasi
jawaban
yang
dimodifikasi dari pendapat Riduwan (2010:89)
dengan kriteria sebagai berikut:
81% - 100% : Sangat Sedikit
61% - 80% : Sedikit
41% - 60% : Cukup Banyak
21% - 40% : Banyak
0% - 20% : Sangat Banyak
Hasil dan Pembahasan
Penelitian mengenai permasalahan
yang dialami peserta didik underachiever pada
kelas X di SMA Adabiah 2 Padang dengan
indikator masalah pribadi, masalah sosial dan
masalah akademik serta implikasinya dalam
pelayanan BK.
Secara umum permasalahan yang
dialami peserta didik underachiever pada kelas
X di SMA Adabiah 2 Padang berada pada
kategori banyak dengan persentase 72,72%.
Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik
underachiever di SMA Adabiah 2 Padang pada
umumnya memiliki banyak masalah dilihat dari
masalah pribadi, masalah sosial dan masalah
akademik yang dialami. Berikut penjelasan
lebih lanjutnya:
1. Masalah Pribadi yang Dialami Peserta
Didik Underachiever
Berdasarkan hasil pengolahan data
tentang masalah pribadi yang dialami peserta
didik underachiever yang terdiri dari masalah
memiliki konsep diri negatif, merasa tidak
diterima keluarga, tidak bertanggungjawab atas
4
membahagiakan orangtua. Mereka dapat
menutupi rendahnya rasa harga diri mereka
dengan sikap berani dan menentang serta
mengembangkan mekanisme pertahanan diri
(self mechanism) seperti bertindak agresif
ataupun bersikap negatif terhadap sekolah
sehingga peserta didik underachiever sering
merasakan ketidaknyamanan saat berada pada
lingkungan sekolah.
Gambaran masalah pribadi yang
dialami peserta didik underachiever di atas
sangat mengkhawatitrkan karena keadaan
seperti itu sangat disayangkan untuk dialami
oleh peserta didik yang memiliki tingkat
inteligensi tinggi. Jika keadaan tersebut terus
dibiarkan dan peserta didik underachiever tidak
dengan segera diberikan pelayanan BK maka
mereka akan semakin tumbuh menjadi anak
yang tidak mampu tidak memiliki percaya diri
serta tidak mampu berfikir dan menyikapi
sesuatu dengan baik.
Sebaiknya
peserta
didik
yang
memiliki inteligensi yang tinggi dapat meraih
prestasi yang baik sesuai dengan kapasitas
yang dimilikinya sehingga tidak memunculkan
masalah-masalah pribadi seperti di atas. Hal
tersebut dapat terwujud jika ada perhatian dan
kerjasama yang baik dari pihak sekolah
terutama guru BK yang ada di sekolah dengan
guru mata pelajaran dan orangtua peserta didik
underachiever untuk segera membantu peserta
didik underachiever dalam memahami dan
mengenali dirinya sendiri serta mampu
mengarahkan dirinya menjadi pribadi yang
dapat diterima dan menerima lingkungan
sosialnya serta mengembangkan potensinya
secara maksimal.
2. Masalah Sosial yang Dialami Peserta
Didik Underachiever
Berdasarkan hasil pengolahan data
tentang masalah sosial yang dialami peserta
didik underachiever yang terdiri dari masalah
menentang segala sesuatu yang tidak disukai,
suka mencari perhatian oranglain, penolakan
terhadap tugas yang diberikan, ketiadaan
arahan diri dalam mengambil keputusan,
pemisahan diri yang terus menerus dari teman
sebaya, dikuasai oleh dunia fantasi, suka
bekerja sendiri, tidak nyaman di dalam kelas
serta menghindar dari teman sebaya secara
umum berada pada kategori cukup banyak
masalah
dengan
pesersentase
54,55%.
Sedangkan dilihat dari masing-masing masalah
sosial yang dialami peserta didik underachiever
di atas kategori banyak masalah adalah pada
masalah sosial yang berkaitan dengan langsung
marah ketika diganggu teman dengan
persentase 43,63%, benci dengan aturan
sekolah yang ketat dengan persentase 36,36%,
merasa kurang senang kalau guru menegur atas
kesalahan yang dilakukan dengan persentase
38,18%, merasa tugas yang diberikan guru
tidak dapat dipahami dengan persentase
27,27%, merasa pelajaran di sekolah tidak
relevan dengan kemampuan peserta didik
dengan persentase 36,36%, merasa puas jika
dapat memukul teman yang mengganggu
dengan persentase 58,18% serta merasa
nyaman kalau duduk di dalam kelas sendiri
dengan persentase 32,72%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa masalah sosial yang
dialami peserta didik underachiever berada
pada kategori cukup banyak masalah sehingga
membutuhkan pelayanan dan penanganan yang
serius dari pihak sekolah terutama guru BK
yang ada di sekolah agar guru BK dapat
membantu peserta didik underachiever untuk
dapat mengembangkan potensinya secara
optimal dan dapat mengenal ataupun menerima
lingkungan secara dinamis dan positif serta
mencapai kategori yang diinginkan yaitu
sangat sedikit.
Masalah sosial yang dialami peserta
didik underachiever menurut Kaufman
(Wahab, 2005:110) biasanya memperlihatkan
perilaku menghindar. Hal ini dikarenakan rasa
harga diri yang rendah sehingga menyebabkan
timbulnya perilaku menghindari yang nonproduktif, baik di sekolah maupun di rumah.
Mereka sering mengatakan bahwa pelajaran di
sekolah tidak relevan atau tidak penting karena
itu mereka biasanya lebih tertarik pada
kegiatan selain kegiatan sekolah.
Berdasarkan data penelitian yang
diperoleh dari responden terungkap masalah
sosial yang dialami peserta didik underachiever
sebagai berikut :
Gambaran pola perilaku agresif,
mencakup: (a) Penolakan yang terus menerus
yang ditunjukkan dengan complain, (b)
Mencari perhatian, (c) Mengganggu orang lain,
(d) Penolakan yang terus menerus terhadap
tugas yang ditetapkan, (e) Ketiadaan arahan
diri dalam pembuatan keputusan dan (f)
Pemisahan yang terus menerus dari teman
sebaya.
Gambaran pola perilaku menghindar,
mencakup: (a) Kurangnya komunikasi, (b)
Dikuasai oleh dunia fantasi, (c) Bekerja sendiri,
(d) Sebentar dalam kelas ketika dalam
penyelesaian pekerjaan, (e) Sedikit upaya
dibuat untuk menjustifi perilaku dan
5
(f) Menghindar atau memisahkan diri dari
teman sebayanya.
Pendapat ahli di atas menjadi acuan
bagi peneliti dalam membuat item pernyataan
pada angket penelitian. Berdasarkan data hasil
penelitian dapat terungkap bahwa masalah
yang banyak dialami oleh peserta didik
underachiever adalah penolakan yang terus
menerus terhadap tugas yang diberikan guru
dan pemisahan diri yang terus menerus dari
teman sebaya.
Peserta didik underachiever terus
menerus menunjukkan penolakan terhadap
tugas yang diberikan oleh guru. Penolakan
tersebut ditunjukkan dengan complain terhadap
apa yang diberikan oleh guru. Mereka merasa
bahwa tugas tidak relevan dengan kemampuan
peserta didik ataupun tugas yang diberikan
tidak dapat mereka pahami. Selain itu peserta
didik underachiever merasa nyaman jika duduk
di dalam kelas sendiri. Mereka menunjukkan
perilaku yang menghindar atau memisahkan
diri dari teman sebayanya.
Gambaran masalah sosial yang
dialami peserta didik underachiever di atas
sangat mengkhawatirkan karena keadaan
seperti itu sangat disayangkan untuk dialami
oleh peserta didik yang memiliki tingkat
inteligensi tinggi. Jika masalah tersebut terus
dibiarkan dan peserta didik underachiever tidak
dengan segera diberikan pelayanan BK maka
mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak
berpotensi dan anti sosial.
Menurut Khodijah (2014: 101) peserta
didik yang lebih tinggi skor inteligensinya
sebaiknya lebih menikmati sekolah, lebih
mampu mengikuti pelajaran, dan dalam
kehidupan selanjutnya cenderung mendapatkan
keberhasilan. Karena pada dasarnya mereka
telah memiliki potensi yang besar.
Hal tersebut dapat terwujud jika ada
perhatian dan kerjasama yang baik dari pihak
sekolah terutama guru BK yang ada di sekolah
dengan orangtua peserta didik underachiever
serta dengan guru mata pelajaran dan wali
kelas. Seluruh pihak terkait perlu menjalin
kerjasama yang baik secara bersama dapat
membantu peserta didik underachiever dalam
belajar, memahami dan mengenali dirinya
sendiri serta mampu mengarahkan dirinya
menjadi pribadi yang dapat diterima dan
menerima lingkungan sosialnya secara positif
dan dinamis.
3. Masalah Akademik yang Dialami
Peserta Didik Underachiever
Berdasarkan hasil pengolahan data
tentang masalah akademik yang dialami peserta
didik underachiever yang terdiri dari masalah
motivasi belajar rendah, kebiasaan belajar yang
buruk, memiliki kemampuan yang rendah
dalam menyelesaikan tugas sekolah, tidak
yakin dengan kemampuan yang dimiliki, serta
tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru
dengan optimal secara umum berada pada
kategori cukup banyak masalah dengan
pesersentase 54,55%. Sedangkan dilihat dari
masing-masing masalah akademik yang
dialami peserta didik underachiever di atas
kategori banyak masalah adalah pada masalah
akademik yang berkaitan dengan motivasi
belajar rendah dengan persentase 40,00%, tidak
memperhatikan guru saat belajar dengan
persentase
40,00%,
kurang
berambisi
mendapatkan nilai yang bagus dengan
persentase 34,54%, tidak mengulang pelajaran
di rumah dengan persentase 34,54%, saat
proses belajar mengajar suka keluar kelas
dengan persentase 38,18% serta mengerjakan
tugas di sekolah dengan persentase 30,90%.
Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa masalah akademik yang
dialami peserta didik underachiever berada
pada kategori cukup banyak masalah sehingga
membutuhkan pelayanan dan penanganan yang
serius dari pihak sekolah terutama guru BK
yang ada di sekolah untuk bekerjasama dengan
guru mata pelajaran agar dapat membantu
peserta didik underachiever mengembangkan
potensinya secara optimal dan meraih prestasi
yang sesuai dengan potensinya.
Menurut Rimm (2000:218) masalah
akademik
peserta
didik
underachiever
berhubungan dengan perilaku peserta didik
dalam belajar antara lain rendahnya
kemampuan dalam tugas-tugas sekolah dan
kebiasaan belajar yang buruk. Keahlian yang
buruk dalam mengerjakan tugas sekolah dapat
dilihat dari perolehan nilai setiap mengerjakan
tugas
yang
diberikan.
Peserta
didik
underachiever selalu mendapatkan nilai yang
rendah, selain itu peserta dalam mengerjakan
tugas
yang
diberikan
peserta
didik
underachiever tidak percaya diri dan selalu
bergantung
kepada
teman
dalam
penyelesaiannya.
Selain keahlian yang buruk dalam
mengerjakan
tugas,
peserta
didik
underachiever juga memiliki kebiasaan belajar
yang buruk. Dalam proses belajar dikelas ia
sangat sulit untuk fokus kepada pelajaran, acuh
saat guru menerangkan dan selalu melakukan
hal yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran
yang sedang diajarkan. Peserta didik
underachiever memiliki masalah penerimaan
6
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan
temuan
penelitian
maka
disimpulkan permasalahan yang dialami
peserta didik underachiever pada kelas X di
SMA Adabiah 2 Padang secara umum
mengalami banyak masalah, secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Masalah
pribadi
peserta
didik
underachiever
Permasalahan yang dialami peserta
didik underachiever pada kelas X di SMA
Adabiah Padang dilihat dari masalah pribadi
yang dialami peserta didik underachiever
berada pada kategori banyak masalah.
2. Masalah sosial peserta didik underachiever
Permasalahan yang dialami peserta
didik underachiever pada kelas X di SMA
Adabiah Padang dilihat dari masalah sosial
yang dialami peserta didik underachiever
berada pada kategori cukup banyak masalah.
3. Masalah
akademik
peserta
didik
underachiever
Permasalahan yang dialami peserta
didik underachiever pada kelas X di SMA
Adabiah Padang dilihat dari masalah
akademik yang dialami peserta didik
underachiever berada pada kategori cukup
banyak masalah.
Berdasarkan kesimpulan di atas maka
peneliti mengajukan saran kepada:
1. Guru BK
Hasil temuan penelitian diharapkan
dapat menjadi bahan masukan bagi guru BK
untuk memberikan bimbingan kepada peserta
didik melalui pelaksanaan berbagai layanan
bimbingan dan konseling serta dapat menjalin
kerjasama yang baik dengan guru mata
pelajaran untuk mengentasan masalah yang
sedang dialami peserta didik underachiever.
2. Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
masukan sebagai pemecahan permasalahan
peserta didik underachiever di sekolah. Agar
semua
guru
secara
bersama
lebih
memperhatikan dan mengawasi peserta didik
agar peserta didik dapat menggali dan
mengembangkan potensi yang dimiliki dengan
optimal.
3. Peserta didik
Diharapkan kepada peserta didik
untuk lebih memahami dan menerima diri
sendiri dan permasalahan yang sedang dialami
serta lebih terbuka kepada guru dan orang tua
maupun orang terdekat lainnya mengenai
keadaan diri dan masalah yang sedang dihadapi
4. Orangtua
oleh teman sebaya dalam belajar karena selalu
mengganggu teman saat belajar, konsentrasi
yang buruk dalam belajar, mudah bosan dalam
belajar, meninggalkan kegiatan kelas, memiliki
kemampuan berbahasa oral yang baik tapi
buruk dalam menulis, mudah terdistraksi,
cenderung memiliki aspirasi yang rendah
dalam belajar, tidak memiliki pendapat yang
jelas mengenai tujuan pekerjaan dan tidak
sabaran sehingga kurang teliti.
Pendapat ahli di atas menjadi acuan
bagi peneliti dalam membuat item pernyataan
pada angket penelitian. Berdasarkan data hasil
penelitian dapat terungkap bahwa masalah
yang paling banyak dialami oleh peserta didik
underachiever adalah motivasi belajar yang
rendah.
Peserta didik underachiever memiliki
motivasi belajar yang rendah sehingga mereka
tidak berambisi untuk mendapatkan nilai yang
bagus, tidak mengulang kembali pelajaran
dirumah dan mengerjakan pekerjaan rumah
yang diberikan guru di sekolah. Sehingga
kebiasaan yang buruk tersebut berdampak pada
perolehan nilai yang rendah.
Gambaran masalah akademik yang
dialami peserta didik underachiever di atas
sangat mengkhawatirkan karena keadaan
seperti itu sangat disayangkan untuk dialami
oleh peserta didik yang memiliki tingkat
inteligensi tinggi. Jika masalah tersebut terus
dibiarkan dan peserta didik underachiever tidak
dengan segera diberikan pelayanan BK maka
mereka akan tumbuh menjadi peserta didik
yang berpotensi rendah.
Menurut Khodijah (2014: 101)
inteligensi tinggi yang dimiliki sudah
merupakan modal utama dalam belajar untuk
mencapai hasil yang optimal karena prestasi
belajar berkorelasi searah dengan tingkat
inteligensi. Oleh karena itu peserta didik ber IQ
tinggi seharusnya mempunyai prestasi yang
tinggi sesuai dengan potensinya.
Hal tersebut dapat terwujud jika ada
perhatian dan kerjasama yang baik dari pihak
sekolah terutama guru BK yang ada di sekolah
dengan orangtua peserta didik underachiever
dan dengan guru mata pelajaran serta wali
kelas untuk segera membantu peserta didik
underachiever
dalam
mengembangkan
potensinya secara optimal dan mengarahkan
serta mewujudkan dirinya secara efektif dan
produktif sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki serta peranan yang diinginkan di masa
depan.
Kesimpulan dan Saran
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan bagi orangtua
agar lebih memahami permasalahan yang
dialami anak dan menjalin komunikasi yang
efektif dengan anak agar terciptanya suatu
keterbukaan anak atas keadan dirinya dan
masalah yang dihadapinya kepada orangtua.
Selain itu diharapkan kepada orangtua untuk
dapat menjalin kerjasama yang baik dengan
pihak sekolah untuk pengentasan permasalahan
yang dialami oleh anak underachiever.
5. Pengelola program studi Bimbingan dan
Konseling
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka
mempersiapkan calon guru BK yang memiliki
WPKNS
(Wawasan,
Pengetahuan,
Keterampilan, Nilai dan Sikap) serta terampil
dalam menangani berbagai permasalahan yang
dialami peserta didik.
6. peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan
pedoman untuk melakukan penelitian yang
relevan.
Musbinti.2014. Persepsi Peserta Didik tentang
Kepribadian
Guru
BK
dalam
Pelaksanaan Konseling Perorangan
pada Kelas VII dan IX di SMPN 25
Padang. Skripsi: BK STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Prayitno dan Erman Amti. 2013. Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.
Riduwan, 2010. Belajar Mudah Penelitian
untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Rimm, Sylvia B. 1995; A. Mangunharjana.
2000. Why Bright Kids Poor Grades.
Mengapa Anak Pintar Mendapat Nilai
Buruk. New York: Crown Publishing
Group; Jakarta: Grasindo.
Saefullah. 2012. Psikologi Perkembangan dan
Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka
Setia.
Sugyono. 2009. Metodologi Penelitian.
Alfabeta: Bandung
Wahab, Rochmat. 2005. Anak Berbakat
Berprestasi Kurang dan Strategi
Penanganannya. Jurnal PLB FIP UNY.
Hlm.
1-12
(http://www.pustaka.uny.ac.id/2988:me
ngenal-anak-berbakatberprestasikurang. 4116=28, diakses 10 Desember
2014 pukul 20.00 WIB).
KEPUSTAKAAN
Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004.
Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hawadi, Reni Akbar. 2001. Psikologi
Perkembangan Anak. Jakarta: PT.
Gramedia.
Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
8
Download