PERMASALAHAN YANG DIALAMI PESERTA DIDIK UNDERACHIEVER DAN IMPLIKASINYA DALAM PELAYANAN BK (Studi Deskriptif Pada Kelas X di SMA Adabiah 2 Padang) JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) MEZI APRILNAYENDI NPM : 11060093 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2015 PERMASALAHAN YANG DIALAMI PESERTA DIDIK UNDERACHIEVER DAN IMPLIKASINYA DALAM PELAYANAN BK (Studi Deskriptif pada Kelas X di SMA Adabiah 2 Padang) Oleh: Mezi Aprilnayendi* *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah peserta didik underachiever, yaitu tidak fokus saat belajar, tidak mengerjakan tugas, mengganggu teman saat belajar, tidak mampu menjalin hubungan sosial yang baik dengan teman, memiliki konsep diri yang negatif serta tidak mampu berfikir dengan baik. Peserta didik underachiever belum mendapat perhatian dari guru BK yang ada di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan permasalahan yang dialami peserta didik underachiever dan implikasinya dalam pelayanan BK. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan subjek penelitian menggunakan purposive sampling. Jumlah subjek penelitian sebanyak 11 orang. Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa angket. Sedangkan analisis data menggunakan rumus persentase. Hasil penelitian ini adalah: 1. Masalah pribadi yang dialami peserta didik underachiever terkategori “cukup banyak masalah”. 2. Masalah sosial terkategori “banyak masalah”. 3. Masalah akademik terkategori “banyak masalah”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peserta didik underachiever membutuhkan pelayanan dari pihak sekolah terutama guru BK, agar dapat membantu peserta didik underachiever mengembangkan potensinya secara optimal dan mampu mengarahkan dan mewujudkan diri secara efektif dan produktif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kata kunci: Underachiever, Pelayanan BK belajar. Menurut Saefullah (2012:165) Prestasi belajar merupakan keberhasilan yang diperoleh peserta didik dari aktivitas yang dikerjakan atau dilakukannya di bidang akademik pada jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam bentuk skor. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi siswa adalah tingkat intelegensi (IQ). Menurut Khodijah (2014: 101) IQ memiliki korelasi sangat signifikan dengan prestasi belajar. Artinya peserta didik yang lebih tinggi skor inteligensinya mendapatkan nilai akademis yang lebih tinggi, lebih menikmati sekolah, lebih mampu mengikuti pelajaran, dan dalam kehidupan selanjutnya cenderung mendapatkan keberhasilan. Oleh karena itu peserta didik ber IQ tinggi seharusnya mempunyai prestasi yang tinggi sesuai dengan potensinya. Pada kenyataannya tidak semua peserta didik yang memiliki IQ tinggi memperoleh prestasi yang tinggi pula. Hal ini biasa dikenal dengan istilah underachiever. Menurut Davis dan Rimm (Munandar, 2004: Pendahuluan Pendidikan merupakan usaha untuk memandirikan individu dan untuk menjadikan individu berbudaya. Sekolah merupakan institusi pendidikan yang mempunyai peran untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan yang bersifat positif di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Hamalik (2011:27-28) berpendapat bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa dalam diri orang yang belajar terdapat perbedaan keadaan antara sebelum dan sesudah melakukan kegiatan belajar. Apabila perbedaan positif tersebut telah diperoleh maka dapat dikatakan proses belajar yang dilakukan tersebut berhasil. Keberhasilan dalam proses belajar biasa dikenal dengan istilah prestasi 1 239) underachiever terjadi jika ada ketidaksesuaian antara prestasi sekolah anak dan indeks potensi sebagaimana nyata dari tes intelegensi, kreativitas, atau dari data observasi, dimana tingkat prestasi sekolah lebih rendah daripada potensinya. Underachiever dapat diartikan bahwa peserta didik yang tidak memperoleh prestasi standar nilai yang seharusnya dapat diperoleh berdasarkan tingkat IQ tertentu. Underachiever banyak dialami oleh peserta didik berbakat intelektual yang memiliki tingkat IQ 120 dan atau di atas 120 (Hawadi, 2004: 54). Pengkategorian peserta didik underachiever dilakukan dengan cara membandingkan prestasi belajar dengan IQ. Jika prestasi berada di bawah batas minimal prestasi yang seharusnya diperoleh dengan tingkatan IQ tertentu, maka peserta didik tersebut digolongkan underachiever. Peneliti melihat pedoman pengkategorian underachiever dari Rimm (2000:218) dengan pengkategorian underachiever sebagai berikut: IQ 120-129 (unggulan) maka nilai minimal yang harus diperoleh yaitu 80 (B+/A-) dan IQ diatas 130 (jenius) nilai minimal 90 (A). Keberadaan atau peranan pelayanan bimbingan dan konseling memiliki andil penting agar guru BK dapat membantu peserta didik dalam mengenal dan menerima diri sendiri maupun lingkungan secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mewujudkan diri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkan di masa depan. (Prayitno dan Amti, 2013:19). Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah semua peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok. Salah satu prinsip BK adalah berkenaan dengan sasaran layanan, yang bermakna bahwa semua peserta didik berhak mendapatkan pelayanan BK. Guru BK harus memberikan pelayanan BK pada semua peserta didik termasuk peserta didik underachiever yang selama ini kurang mendapat perhatian dari guru BK. Idealnya adalah semua peserta didik dapat tersentuh oleh pelayanan BK di sekolah secara merata. Sehingga guru BK dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Hal ini bisa terwujud apabila ada kerjasama, perhatian dan pelayanan BK secara optimal. Serangkaian kegiatan tersebut senantiasa dapat mengungkap atau mengenali ciri-ciri peserta didik underachiever sehingga sangat membantu guru BK dalam penanganan masalahnya (Prayitno, 2013: 219). Berdasarkan pengalaman peneliti selama Praktik Pengalaman Lapangan Bimbingan Konseling Sekolah (PPLBKS) di SMA Adabiah 2 Padang dari 18 Agustus 2014 sampai dengan 01 Desember 2014 peneliti menemukan fenomena peserta didik underachiever. Informasi ini diperoleh melalui studi dokumentasi (hasil tes IQ dan raport siswa), pengamatan peneliti secara langsung dan wawancara dengan peserta didik. Berdasarkan hasil tes IQ peserta didik kelas X tahun ajaran 2014/2015 yang diperoleh dari guru BK, terlihat dari 240 peserta didik terdapat 14 orang peserta didik yang memiliki skor IQ di atas 120. Dari 14 orang peserta didik ber IQ di atas 120 ternyata 89% tergolong underachiever. Patokan ini mengacu pada pendapat Hawadi (2004:54) yang menyatakan bahwa underachiever dialami oleh peserta didik berbakat intelektual yang memiliki tingkat IQ di atas 120. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dari 240 peserta diidk ternyata 4,58% tergolong underachiever. Peneliti mengkategorikan peserta didik underachiever karena prestasi yang diperolehnya di bawah standar nilai yang semestinya dapat diperoleh berdasarkan IQ dengan tingkat tertentu, dalam artian terdapat kesenjangan antara potensi dan prestasinya. Sedangkan menurut pengamatan langsung peneliti pada tanggal 22 Oktober 2014 sampai dengan 29 Oktober 2014 pada beberapa kelas X yang terdapat peserta didik underachiever di SMA Adabiah 2 Padang, peneliti dapat melihat bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung peserta didik underachiever terlihat pasif, senang melamun saat belajar, aspirasi serta antusiasme dalam belajar rendah, suka mengganggu teman dan mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan pelajaran saat guru menerangkan serta peserta didik cenderung melanggar aturan seperti berpakaian yang tidak rapi. Pelanggaran yang dilakukan seolah menunjukkan sikap penghindaran terhadap hal yang sifatnya mengikat. Selain itu peserta didik underachiever tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan optimal sehingga sering mendapat teguran dari guru. Selain itu dari wawancara yang telah peneliti lakukan dengan beberapa orang peserta didik underachiever pada tanggal 01 November 2014 sekitar pukul 09.00 WIB dapat diperoleh informasi bahwa mereka lebih senang bergurau dalam kelas daripada harus melakukan kegiatan belajar maupun tugas rumah karena mereka merasa sulit memahami 2 materi yang telah dipelajari. Mereka suka mengganggu teman dengan tujuan untuk menghibur teman namun sikap dan perilaku underachiever yang seperti itu kerapkali mendapat penolakan dan pengasingan dari teman sekolah khususnya teman dalam kelas karena dianggap mengganggu. Peserta didik underachiever juga tidak dapat memahami potensi diri dan menggali pengetahuan yang dalam tentang dirinya sendiri. Hal ini terlihat dari peserta didik yang tidak menjawab ketika ditanya mengenai minat dan bakat. Selain itu peserta didik underachiever memiliki konsep diri yang negatif karena mereka merasa ditolak oleh sekolah dan keluarga serta menganggap bahwa lingkungan tidak puas terhadap mereka sehingga mereka menganggap bahwa ia anak yang tidak bisa membahagiakan kedua orangtua. Selain itu peserta didik juga menyatakan bahwa mereka belum pernah dipanggil oleh guru BK terkait dengan permasalahan belajar yang dialaminya. Mereka hanya dipanggil ketika terlambat datang ke sekolah ataupun tidak masuk sekolah karena mendapatkan poin pelanggaran. Untuk lebih terarahnya penelitian ini maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Masalah pribadi yang dialami peserta didik underachiever pada kelas x di SMA Adabiah 2 Padang. 2. Masalah sosial yang dialami peserta didik underachiever pada kelas x di SMA Adabiah 2 Padang. 3. Masalah akademik yang dialami peserta didik underachiever pada kelas x di SMA Adabiah 2 Padang. 4. Implikasi pelayanan BK terhadap peserta didik underachiever pada kelas x di SMA Adabiah 2 Padang. Berdasarkan batasan penelitian di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Masalah pribadi yang dialami oleh peserta didik underachiever kelas X di SMA Adabiah 2 Padang. 2. Masalah sosial yang dialami oleh peserta didik underachiever kelas X di SMA Adabiah 2 Padang. 3. Masalah akademik yang dialami oleh peserta didik underachiever kelas X di SMA Adabiah 2 Padang. 4. Implikasi pelayanan BK terhadap peserta didik underachiever di kelas X SMA Adabiah 2 Padang. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Konselor atau Guru BK Memberikan masukan bagi konselor mengenai permasalahan yang dialami peserta didik underachiever dan implikasi pelayanan BK yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan bantuan efektif bagi peserta didik underachiever bersama-sama staf sekolah yang lain. 2. Kepala Sekolah Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah untuk lebih meningkatkan kinerja guru BK dan memantau keefektifan pelaksanaan program BK di sekolah. 3. Pengelola Program Studi Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya untuk membekali calon guru BK pemahaman mengenai permasalahan yang dialami oleh peserta didik underachiever dan implikasinya dalam pelayanan BK. 4. Peserta didik Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya pencegahan agar peserta didik tidak mengalami underachiever. Sedangkan peserta didik yang mengalami underachiever mendapat penanganan yang sesuai dengan jenis permasalahan yang dialaminya. 5. Orangtua Melalui hasil penelitian ini diharapkan orangtua dapat lebih memahami anaknya agar terhindar dari underachiever. Selain itu orangtua dapat dilibatkan dalam penanganan masalah underachiever bersama pihak sekolah. 6. Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap (WPKNS) peneliti khususnya mengenai permasalahan yang dialami peserta didik underachiever serta implikasinya dalam pelayanan BK dan pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai pengembangan potensi peneliti untuk menjadi konselor yang profesional serta insyaallah menjadikan konselor sebagai profesi nantinya. 7. Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian selanjutnya. 3 perilaku, merasa jadi korban, bersikap negatif terhadap sekolah, memiliki motivasi yang rendah, memiliki keterampilan yang rendah dalam menyelesaikan tugas sekolah, tidak mampu berfikir dengan baik, tidak memiliki hobi yang tepat untuk dikembangkan serta tidak mampu merencanakan masa depan dengan baik secara umum berada pada kategori banyak masalah dengan pesersentase 54,55%. Sedangkan dilihat dari masing-masing masalah pribadi yang dialami peserta didik underachiever di atas kategori banyak masalah adalah pada masalah pribadi yang berkaitan dengan merasa tidak dapat membahagiakan orangtua dengan persentase 38,18% dan merasa tidak nyaman ketika berada di sekolah dengan persentase 36,36%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah pribadi yang dialami peserta didik underachiever berada pada kategori banyak masalah sehingga membutuhkan pelayanan dan penanganan yang serius dari pihak sekolah terutama guru BK yang ada di sekolah agar guru BK dapat membantu peserta didik underachiever untuk dapat mengembangkan potensinya secara optimal serta mencapai kategori yang diinginkan yaitu sangat sedikit. Menurut Rimm dan Whitmore (Munandar, 2009:240) masalah pribadi yang dialami peserta didik underachiever sebagai berikut : (a) Menemukan secara berulang-ulang konsep diri yang negatif, (b) Merasa tidak diterima keluarga, (c) Tidak bertanggung jawab terhadap perilakunya dan tidak dapat keluar dari konflik, (d) Menantang pengaruh yang diberikan oleh oranglain, (e) Merasa jadi korban, (f) Tidak menyukai sekolah dan guru serta memiliki sikap negatif terhadap sekolah, (g) Memiliki motivasi dan keterampilan akademik yang lemah atau kurang, (h) Kurang dalam penyelesaian intelektual, (i) Berpegang teguh pada status kepemimpinan yang rendah, (j) Tidak memiliki hobi, minat dan kreativitas yang dapat digunakan dalam mengisi waktu luang dan (k) Tidak mampu berpikir dan merencanakan masa depan. Pendapat ahli di atas menjadi acuan bagi peneliti dalam membuat item pernyataan pada angket penelitian. Berdasarkan data hasil penelitian dapat terungkap bahwa masalah yang paling banyak dialami oleh peserta didik underachiever adalah perasaan rendah diri dan perasaan tidak nyaman dengan lingkungan sekolah. Peserta didik underachiever tidak percaya bahwa mereka mampu melakukan apa yang diharapkan orang tua dan tidak mampu Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Adabiah 2 Padang pada tahun pelajaran 2014/2015. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan subjek penelitian berjumlah 11 orang. Subjek penelitian ditetapkan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugyono, 2009:124). Teknik pengumpulan data adalah menggunakan angket sedangkan untuk menganalisis data digunakan teknik analisa persentase menurut Sudijono (Musbinti, 2014:72) dengan rumus: F P= × 100 N Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi N = Jumlah responden 100 = Jumlah angka mutlak Setelah diperoleh presentase kemudian dilakukan klasifikasi jawaban yang dimodifikasi dari pendapat Riduwan (2010:89) dengan kriteria sebagai berikut: 81% - 100% : Sangat Sedikit 61% - 80% : Sedikit 41% - 60% : Cukup Banyak 21% - 40% : Banyak 0% - 20% : Sangat Banyak Hasil dan Pembahasan Penelitian mengenai permasalahan yang dialami peserta didik underachiever pada kelas X di SMA Adabiah 2 Padang dengan indikator masalah pribadi, masalah sosial dan masalah akademik serta implikasinya dalam pelayanan BK. Secara umum permasalahan yang dialami peserta didik underachiever pada kelas X di SMA Adabiah 2 Padang berada pada kategori banyak dengan persentase 72,72%. Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik underachiever di SMA Adabiah 2 Padang pada umumnya memiliki banyak masalah dilihat dari masalah pribadi, masalah sosial dan masalah akademik yang dialami. Berikut penjelasan lebih lanjutnya: 1. Masalah Pribadi yang Dialami Peserta Didik Underachiever Berdasarkan hasil pengolahan data tentang masalah pribadi yang dialami peserta didik underachiever yang terdiri dari masalah memiliki konsep diri negatif, merasa tidak diterima keluarga, tidak bertanggungjawab atas 4 membahagiakan orangtua. Mereka dapat menutupi rendahnya rasa harga diri mereka dengan sikap berani dan menentang serta mengembangkan mekanisme pertahanan diri (self mechanism) seperti bertindak agresif ataupun bersikap negatif terhadap sekolah sehingga peserta didik underachiever sering merasakan ketidaknyamanan saat berada pada lingkungan sekolah. Gambaran masalah pribadi yang dialami peserta didik underachiever di atas sangat mengkhawatitrkan karena keadaan seperti itu sangat disayangkan untuk dialami oleh peserta didik yang memiliki tingkat inteligensi tinggi. Jika keadaan tersebut terus dibiarkan dan peserta didik underachiever tidak dengan segera diberikan pelayanan BK maka mereka akan semakin tumbuh menjadi anak yang tidak mampu tidak memiliki percaya diri serta tidak mampu berfikir dan menyikapi sesuatu dengan baik. Sebaiknya peserta didik yang memiliki inteligensi yang tinggi dapat meraih prestasi yang baik sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya sehingga tidak memunculkan masalah-masalah pribadi seperti di atas. Hal tersebut dapat terwujud jika ada perhatian dan kerjasama yang baik dari pihak sekolah terutama guru BK yang ada di sekolah dengan guru mata pelajaran dan orangtua peserta didik underachiever untuk segera membantu peserta didik underachiever dalam memahami dan mengenali dirinya sendiri serta mampu mengarahkan dirinya menjadi pribadi yang dapat diterima dan menerima lingkungan sosialnya serta mengembangkan potensinya secara maksimal. 2. Masalah Sosial yang Dialami Peserta Didik Underachiever Berdasarkan hasil pengolahan data tentang masalah sosial yang dialami peserta didik underachiever yang terdiri dari masalah menentang segala sesuatu yang tidak disukai, suka mencari perhatian oranglain, penolakan terhadap tugas yang diberikan, ketiadaan arahan diri dalam mengambil keputusan, pemisahan diri yang terus menerus dari teman sebaya, dikuasai oleh dunia fantasi, suka bekerja sendiri, tidak nyaman di dalam kelas serta menghindar dari teman sebaya secara umum berada pada kategori cukup banyak masalah dengan pesersentase 54,55%. Sedangkan dilihat dari masing-masing masalah sosial yang dialami peserta didik underachiever di atas kategori banyak masalah adalah pada masalah sosial yang berkaitan dengan langsung marah ketika diganggu teman dengan persentase 43,63%, benci dengan aturan sekolah yang ketat dengan persentase 36,36%, merasa kurang senang kalau guru menegur atas kesalahan yang dilakukan dengan persentase 38,18%, merasa tugas yang diberikan guru tidak dapat dipahami dengan persentase 27,27%, merasa pelajaran di sekolah tidak relevan dengan kemampuan peserta didik dengan persentase 36,36%, merasa puas jika dapat memukul teman yang mengganggu dengan persentase 58,18% serta merasa nyaman kalau duduk di dalam kelas sendiri dengan persentase 32,72%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah sosial yang dialami peserta didik underachiever berada pada kategori cukup banyak masalah sehingga membutuhkan pelayanan dan penanganan yang serius dari pihak sekolah terutama guru BK yang ada di sekolah agar guru BK dapat membantu peserta didik underachiever untuk dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan dapat mengenal ataupun menerima lingkungan secara dinamis dan positif serta mencapai kategori yang diinginkan yaitu sangat sedikit. Masalah sosial yang dialami peserta didik underachiever menurut Kaufman (Wahab, 2005:110) biasanya memperlihatkan perilaku menghindar. Hal ini dikarenakan rasa harga diri yang rendah sehingga menyebabkan timbulnya perilaku menghindari yang nonproduktif, baik di sekolah maupun di rumah. Mereka sering mengatakan bahwa pelajaran di sekolah tidak relevan atau tidak penting karena itu mereka biasanya lebih tertarik pada kegiatan selain kegiatan sekolah. Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari responden terungkap masalah sosial yang dialami peserta didik underachiever sebagai berikut : Gambaran pola perilaku agresif, mencakup: (a) Penolakan yang terus menerus yang ditunjukkan dengan complain, (b) Mencari perhatian, (c) Mengganggu orang lain, (d) Penolakan yang terus menerus terhadap tugas yang ditetapkan, (e) Ketiadaan arahan diri dalam pembuatan keputusan dan (f) Pemisahan yang terus menerus dari teman sebaya. Gambaran pola perilaku menghindar, mencakup: (a) Kurangnya komunikasi, (b) Dikuasai oleh dunia fantasi, (c) Bekerja sendiri, (d) Sebentar dalam kelas ketika dalam penyelesaian pekerjaan, (e) Sedikit upaya dibuat untuk menjustifi perilaku dan 5 (f) Menghindar atau memisahkan diri dari teman sebayanya. Pendapat ahli di atas menjadi acuan bagi peneliti dalam membuat item pernyataan pada angket penelitian. Berdasarkan data hasil penelitian dapat terungkap bahwa masalah yang banyak dialami oleh peserta didik underachiever adalah penolakan yang terus menerus terhadap tugas yang diberikan guru dan pemisahan diri yang terus menerus dari teman sebaya. Peserta didik underachiever terus menerus menunjukkan penolakan terhadap tugas yang diberikan oleh guru. Penolakan tersebut ditunjukkan dengan complain terhadap apa yang diberikan oleh guru. Mereka merasa bahwa tugas tidak relevan dengan kemampuan peserta didik ataupun tugas yang diberikan tidak dapat mereka pahami. Selain itu peserta didik underachiever merasa nyaman jika duduk di dalam kelas sendiri. Mereka menunjukkan perilaku yang menghindar atau memisahkan diri dari teman sebayanya. Gambaran masalah sosial yang dialami peserta didik underachiever di atas sangat mengkhawatirkan karena keadaan seperti itu sangat disayangkan untuk dialami oleh peserta didik yang memiliki tingkat inteligensi tinggi. Jika masalah tersebut terus dibiarkan dan peserta didik underachiever tidak dengan segera diberikan pelayanan BK maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak berpotensi dan anti sosial. Menurut Khodijah (2014: 101) peserta didik yang lebih tinggi skor inteligensinya sebaiknya lebih menikmati sekolah, lebih mampu mengikuti pelajaran, dan dalam kehidupan selanjutnya cenderung mendapatkan keberhasilan. Karena pada dasarnya mereka telah memiliki potensi yang besar. Hal tersebut dapat terwujud jika ada perhatian dan kerjasama yang baik dari pihak sekolah terutama guru BK yang ada di sekolah dengan orangtua peserta didik underachiever serta dengan guru mata pelajaran dan wali kelas. Seluruh pihak terkait perlu menjalin kerjasama yang baik secara bersama dapat membantu peserta didik underachiever dalam belajar, memahami dan mengenali dirinya sendiri serta mampu mengarahkan dirinya menjadi pribadi yang dapat diterima dan menerima lingkungan sosialnya secara positif dan dinamis. 3. Masalah Akademik yang Dialami Peserta Didik Underachiever Berdasarkan hasil pengolahan data tentang masalah akademik yang dialami peserta didik underachiever yang terdiri dari masalah motivasi belajar rendah, kebiasaan belajar yang buruk, memiliki kemampuan yang rendah dalam menyelesaikan tugas sekolah, tidak yakin dengan kemampuan yang dimiliki, serta tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan optimal secara umum berada pada kategori cukup banyak masalah dengan pesersentase 54,55%. Sedangkan dilihat dari masing-masing masalah akademik yang dialami peserta didik underachiever di atas kategori banyak masalah adalah pada masalah akademik yang berkaitan dengan motivasi belajar rendah dengan persentase 40,00%, tidak memperhatikan guru saat belajar dengan persentase 40,00%, kurang berambisi mendapatkan nilai yang bagus dengan persentase 34,54%, tidak mengulang pelajaran di rumah dengan persentase 34,54%, saat proses belajar mengajar suka keluar kelas dengan persentase 38,18% serta mengerjakan tugas di sekolah dengan persentase 30,90%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah akademik yang dialami peserta didik underachiever berada pada kategori cukup banyak masalah sehingga membutuhkan pelayanan dan penanganan yang serius dari pihak sekolah terutama guru BK yang ada di sekolah untuk bekerjasama dengan guru mata pelajaran agar dapat membantu peserta didik underachiever mengembangkan potensinya secara optimal dan meraih prestasi yang sesuai dengan potensinya. Menurut Rimm (2000:218) masalah akademik peserta didik underachiever berhubungan dengan perilaku peserta didik dalam belajar antara lain rendahnya kemampuan dalam tugas-tugas sekolah dan kebiasaan belajar yang buruk. Keahlian yang buruk dalam mengerjakan tugas sekolah dapat dilihat dari perolehan nilai setiap mengerjakan tugas yang diberikan. Peserta didik underachiever selalu mendapatkan nilai yang rendah, selain itu peserta dalam mengerjakan tugas yang diberikan peserta didik underachiever tidak percaya diri dan selalu bergantung kepada teman dalam penyelesaiannya. Selain keahlian yang buruk dalam mengerjakan tugas, peserta didik underachiever juga memiliki kebiasaan belajar yang buruk. Dalam proses belajar dikelas ia sangat sulit untuk fokus kepada pelajaran, acuh saat guru menerangkan dan selalu melakukan hal yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran yang sedang diajarkan. Peserta didik underachiever memiliki masalah penerimaan 6 Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan temuan penelitian maka disimpulkan permasalahan yang dialami peserta didik underachiever pada kelas X di SMA Adabiah 2 Padang secara umum mengalami banyak masalah, secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Masalah pribadi peserta didik underachiever Permasalahan yang dialami peserta didik underachiever pada kelas X di SMA Adabiah Padang dilihat dari masalah pribadi yang dialami peserta didik underachiever berada pada kategori banyak masalah. 2. Masalah sosial peserta didik underachiever Permasalahan yang dialami peserta didik underachiever pada kelas X di SMA Adabiah Padang dilihat dari masalah sosial yang dialami peserta didik underachiever berada pada kategori cukup banyak masalah. 3. Masalah akademik peserta didik underachiever Permasalahan yang dialami peserta didik underachiever pada kelas X di SMA Adabiah Padang dilihat dari masalah akademik yang dialami peserta didik underachiever berada pada kategori cukup banyak masalah. Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti mengajukan saran kepada: 1. Guru BK Hasil temuan penelitian diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru BK untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik melalui pelaksanaan berbagai layanan bimbingan dan konseling serta dapat menjalin kerjasama yang baik dengan guru mata pelajaran untuk mengentasan masalah yang sedang dialami peserta didik underachiever. 2. Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai pemecahan permasalahan peserta didik underachiever di sekolah. Agar semua guru secara bersama lebih memperhatikan dan mengawasi peserta didik agar peserta didik dapat menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki dengan optimal. 3. Peserta didik Diharapkan kepada peserta didik untuk lebih memahami dan menerima diri sendiri dan permasalahan yang sedang dialami serta lebih terbuka kepada guru dan orang tua maupun orang terdekat lainnya mengenai keadaan diri dan masalah yang sedang dihadapi 4. Orangtua oleh teman sebaya dalam belajar karena selalu mengganggu teman saat belajar, konsentrasi yang buruk dalam belajar, mudah bosan dalam belajar, meninggalkan kegiatan kelas, memiliki kemampuan berbahasa oral yang baik tapi buruk dalam menulis, mudah terdistraksi, cenderung memiliki aspirasi yang rendah dalam belajar, tidak memiliki pendapat yang jelas mengenai tujuan pekerjaan dan tidak sabaran sehingga kurang teliti. Pendapat ahli di atas menjadi acuan bagi peneliti dalam membuat item pernyataan pada angket penelitian. Berdasarkan data hasil penelitian dapat terungkap bahwa masalah yang paling banyak dialami oleh peserta didik underachiever adalah motivasi belajar yang rendah. Peserta didik underachiever memiliki motivasi belajar yang rendah sehingga mereka tidak berambisi untuk mendapatkan nilai yang bagus, tidak mengulang kembali pelajaran dirumah dan mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan guru di sekolah. Sehingga kebiasaan yang buruk tersebut berdampak pada perolehan nilai yang rendah. Gambaran masalah akademik yang dialami peserta didik underachiever di atas sangat mengkhawatirkan karena keadaan seperti itu sangat disayangkan untuk dialami oleh peserta didik yang memiliki tingkat inteligensi tinggi. Jika masalah tersebut terus dibiarkan dan peserta didik underachiever tidak dengan segera diberikan pelayanan BK maka mereka akan tumbuh menjadi peserta didik yang berpotensi rendah. Menurut Khodijah (2014: 101) inteligensi tinggi yang dimiliki sudah merupakan modal utama dalam belajar untuk mencapai hasil yang optimal karena prestasi belajar berkorelasi searah dengan tingkat inteligensi. Oleh karena itu peserta didik ber IQ tinggi seharusnya mempunyai prestasi yang tinggi sesuai dengan potensinya. Hal tersebut dapat terwujud jika ada perhatian dan kerjasama yang baik dari pihak sekolah terutama guru BK yang ada di sekolah dengan orangtua peserta didik underachiever dan dengan guru mata pelajaran serta wali kelas untuk segera membantu peserta didik underachiever dalam mengembangkan potensinya secara optimal dan mengarahkan serta mewujudkan dirinya secara efektif dan produktif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta peranan yang diinginkan di masa depan. Kesimpulan dan Saran 7 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi orangtua agar lebih memahami permasalahan yang dialami anak dan menjalin komunikasi yang efektif dengan anak agar terciptanya suatu keterbukaan anak atas keadan dirinya dan masalah yang dihadapinya kepada orangtua. Selain itu diharapkan kepada orangtua untuk dapat menjalin kerjasama yang baik dengan pihak sekolah untuk pengentasan permasalahan yang dialami oleh anak underachiever. 5. Pengelola program studi Bimbingan dan Konseling Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka mempersiapkan calon guru BK yang memiliki WPKNS (Wawasan, Pengetahuan, Keterampilan, Nilai dan Sikap) serta terampil dalam menangani berbagai permasalahan yang dialami peserta didik. 6. peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk melakukan penelitian yang relevan. Musbinti.2014. Persepsi Peserta Didik tentang Kepribadian Guru BK dalam Pelaksanaan Konseling Perorangan pada Kelas VII dan IX di SMPN 25 Padang. Skripsi: BK STKIP PGRI Sumatera Barat. Prayitno dan Erman Amti. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Riduwan, 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Rimm, Sylvia B. 1995; A. Mangunharjana. 2000. Why Bright Kids Poor Grades. Mengapa Anak Pintar Mendapat Nilai Buruk. New York: Crown Publishing Group; Jakarta: Grasindo. Saefullah. 2012. Psikologi Perkembangan dan Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Sugyono. 2009. Metodologi Penelitian. Alfabeta: Bandung Wahab, Rochmat. 2005. Anak Berbakat Berprestasi Kurang dan Strategi Penanganannya. Jurnal PLB FIP UNY. Hlm. 1-12 (http://www.pustaka.uny.ac.id/2988:me ngenal-anak-berbakatberprestasikurang. 4116=28, diakses 10 Desember 2014 pukul 20.00 WIB). KEPUSTAKAAN Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hawadi, Reni Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Gramedia. Khodijah, Nyayu. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 8