Uploaded by ekaputri28

ETIKA PROFESI KEBIDANAN

advertisement
A. ETIKA PROFESI KEBIDANAN
 Konsep dasar etika
a. Pengertian - pengertian dasar
1. Etika
Etika adalah penerapan dari proses dan teori filsafat moral pada situasi nyata.
Etika berpusat pada prinsip dasar dan konsep bahwa manusia dalam berfikir dan
tindakannya didasari nilai-nilai (Wahyuningsih, 2006).
Etika adalah suatu cabang ilmu filsafat. Maka di dalam literatur, dinamakan juga
filsafat moral, yaitu suatu sistem prinsip-prinsip tentang moral, tentang baik atau buruk.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa etika adalah disiplin yang mempelajari tentang
baik atau buruk sikap tindakan manusia (Sofyan, dkk (Peny.), 2006).
Etika berarti ilmu tentang apa
kebiasaan (Bertens, 2004).
yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat
1. Moral
Moral adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Moral juga berarti mengenai apa yang
dianggap baik atau buruk di masyarakat dalam suatu kurun waktu tertentu sesuai dengan
perkembangan atau perubahan norma atau nilai (Wahyuningsih, 2006).
Moral adalah ajaran tentang baik atau buruknya yang diterima secara umum
mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dll; akhlak, budi pekerti, susila (Soepardan,
2007).
2. Etiket
Etiket berasal dari bahasa Inggris Etiquette. Etika berarti moral, sedangkan etiket
berarti sopan santun.
3. Kode etik
Kode etik merupakan suatu cairi profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal
dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan konprehensif suatu profesi
yang memberikan tuntutan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi
(Sofyan, dkk, 2006).
4. Hukum
Hukum berhubungan erat dengan moral. Hukum membutuhkan moral. Hukum
tidak mempunyai arti, kalau tidak diijinkan oleh moralitas. Sebaliknya moral juga
berhubungan erat adanya hukum. Moral hanya sebatas hal yang abstrak saja tanpa
adanya hukum (Wahyuningsih, 2006).
b. Pengenalan etika umum
1) Hati nurani
Hati nurani akan memberikan penghayatan tentang baik atau buruk berhubungan
dengan tingkah laku nyata kita. Hati nurani memerintahkan atau melarang kita untuk
melakukan sesuatu sekarang dan di sini.
2) Kebebasan dan tanggung jawab
Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung jawab, sehingga
pengertian manusia bebas dengan sendirinya menerima juga bahwa manusia itu bertanggung
jawab. Tidak mungkin kebebasan tanpa tangung jawab atau sebaliknya.
3) Nilai
Nilai merupakan sesuatu yang baik, menarik, dicari, menyenangkan, disukai, dan
diinginkan. Menurut filsuf Jerman Hang Jones nilai adalah the addressee of a yes, sesuatu
yang detunjukan dengan kata ya. Sesuatu yang kita iakan. Nilai mempunyai konotasi positif.
4) Hak dan kewajiban
Hak merupakan pengakuan yang dibuat oleh orang atau sekelompok orang terhadap
orang atau sekelompok orang lain. Ada beberapa macam hak, antara lain hak legal dan
moral. Hak legal merupakan hak yang didasarkan atas hukum. Hak moral adalah didasarkan
pada prinsip atau etis. Setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain dan setiap
hak seseorang berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut.
Menurut John Stuart Mill bahwa kewajiban meliputi kewajiban sempurna dan kewajiban
tidak sempurna. Kewajiban sempurna artinya kewajiban didasarkan atas keadilan, selalu
terkait dengan hak orang lain. Sedangkan kewajiban tidak sempurna, tidak terkait dengan
hak orang lain tetapi bisa didasarkan atas kemurahan hati atau niat berbuat baik
(Wahyuningsi, 2006).
c. Kebidanan
Kebidanan/ Midwifery merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa berbagai
disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan, meliputi ilmu
kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu kesehatan
masyarakat dan ilmu manajemen untuk dapat memberikan pelayanan kepada ibu dalam
masa prakonsepsi, masa hamil, ibu bersalin, post partum, bayi baru lahir (Sofyan, dkk,
2006).
 Prinsip etika dan moralitas
- Prinsip kode etik terdiri dari:
a. Menghargai otonomi
b. Melakukan tindakan yang benar
c. Mencegah tindakan yang merugikan
d. Memperlakukan manusia secara adil
e. Menjelaskan dengan benar
f. Menepati janji yang telah disepakati
g. Menjaga kerahasiaan (Wahyuningsih, 2006).
-
Kode etik profesi bidan
Seiring dengan kemajuan jaman, serta kemudahan dalam akses informasi, era
globalisasi atau kesejagatan membuat akses informasi tanpa batas, serta peningkatan
ilmu pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat semakin kritis. Di sisi lain
menyebabkan timbulnya berbagai permasalahan etik. Selain itu perubahan gaya
hidup, budaya, dan tata nilai masyarakat, membuat masyarakat semakin peka
menyikapi berbagai persoalan, termasuk penilaian terhadap pelayanan yang diberikan
oleh bidan. Kode etik profesi bidan hanya ditetapkan oleh organisasi profesi, Ikatan
Bidan Indonesia (IBI). Penetapan harus dalam Kongres IBI. Kode etik profesi bidan
akan mempunyai pengaruh dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi bidan.
B. BEBERAPA PERMASALAHAN PEMBAHASAN ETIK DALAM KEBIDANAN
a) Angka Tersering
o Persetujuan dalam proses melahirkan.
o Memilih dan mengambil keputusan dalam persalinan.
o Kegagalan dalam proses persalinan.
o Pelaksanaan (Ultrasonogarfi) USG dalam kehamilan.
kebidanan.
o Bidan dan pendidikan seks (Sofyan, dkk, 2006).
Konsep normal pelayanan
b) Pelayanan Maternal dan Neonatal
Definisi : Pelayanan maternal dan neonatal adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung
jawab praktek profesi bidan dalam sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan
masyarakat, yaitu meliputi pelayanan kesehatan masa kehamilan, persalinan, nifas, dan
bayi baru lahir (Sofyan, dkk, 2006).
Pelayanan maternal:
Kehamilan normal
1.Defenisi
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Saifuddin, 2006).
2.Tujuan asuhan antenatal:
• Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
• Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
• Mengenali secara dini adanya ketidak-normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
• Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
• Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara normal (Saifuddin, 2002).
3.Kebijakan program
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali elama kehamilan :
a. Satu kali pada triwulan pertama
b. Satu kali pada triwulan kedua
c. Dua kali pada triwulan ketiga
Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk “7T”
a. Timbang berat badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Tinggi fundus uteri
d. Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap.
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan.
f. Tes terhadap penyakit menular seksual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan
profesional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.
4.Kebijakan Teknis
Setiap hamil dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Penatalaksanaan
ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut :
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman
d. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi
(Saifuddin, 2006).
Persalinan normal
1.Definisi dan tujuan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang
bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama sembilan (9)
bulan.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006).
2.Kebijakan pelayanan asuhan persalinan
a. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.
b. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam.
c. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas
terlatih.
3.Rekomendasi kebijakan teknis asuhan persalinan dan kelahiran
a. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan
bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan
bagi ibu.
b. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu
catatan/rekam medik untuk persalinan.
c. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika benar-benar dibutuhkan.
Nifas normal
1.Prinsip Dasar
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu (Saifuddin, 2006).
2. Program dan kebijakan teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir, dan untuk mencegah dan menangani, mendeteksi dan menangani masalah-masalah
yang terjadi.
Standar asuhan bayi baru lahir
Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.
1. Memberikan jalan nafas, memelihara kelancaran pernafasan dan
merawat tali pusat
2. Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.
3. Menilai segera bayi baru lahir.
4. Membersihkan badan bayi dan memberi identitas.
5. Skrining untuk menemukan adanya tanda-tanda kelainan pada bayi baru lahir yang tidak
memungkinkan untuk hidup.
6. Mengatur posisi bayi pada saat menyusui.
7. Melakukan tindakan pertolongan kegawatdarutatan pada bayi baru lahir.
8. Pencatatan dan informasi kesehatan neonatal (Soepardan, 2007).
Contoh isu dan etik dalam asuhan neonatal :
Tindakan melakukan pengkhitanan pada bayi perempuan merupakan hal yang
bertentangan dengan hak bayi baru lahir yaitu “hak atas kehidupan tanpa resiko yang berkaitan
dengan alasan budaya, politik dan agama” dan bertentangan dengan salah satu prinsip etik yaitu
mencegah tindakan yang merugikan. Oleh karena itu bidan harus mampu memberi penjelasan
yang benar kepada keluarga bayi bahwa sirkumsisi pada bayi perempuan tidak bermanfaat
(Soepardan, 2007).
Keberadaan peraturan dalam profesi kebidanan banyak mengundang opini
publik.Sebagian mendukung keberadaannya karena secara tidak langsung peraturan mngenai
profesi kebidanan telah melindungi praktisi yang tercantum di dalamnya. Akan tetapi, sebagian
lagi menyatakan bahwa peraturan tersebut hanya membatasi ruang gerak bidan itu sendiri.kita
menyadari bahwa batasan “normal” dan “abnormal” selama ini ditentukan oleh peraturan yang
berlaku.
Pada tahun 1990, Ann Oakley dan Sussanne Houd melakukan penelitian terhadap 26
orang bidan dan 21 dokter kandungan yang tersebar di berbagai Negara Eropa dengan teknik
wawancara. Semua responden diberi contoh studi kasus yang sama, kemudian ditanyakan
opininya dalam menghadapi kasus tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
perbedaan yang terjadi bukan hanya pada tenaga kesehatan yang tinggal di negara yang berbeda,
namun juga antar-tenaga kesehatan yang tinggal di negara yang sama. Hasil penilitian tersebut
menunjukkan bahwa batasan normal dan abnormal ditentukan oleh filosofi setiap profesional itu
sendiri. Oleh karena itu, perbedaan interpretasi konsep “normal” dan “abnormal” pada setiap
tenaga kesehatan, merupakan cerminan dari peraturan yang ada. Untuk menghadapi pergeseran
konsep “normal” dalam ilmu kebidanan, bidan harus memertimbangkan stuasi yang terjadi
berdasarkan fakta ilmiah (evidence-based), karena mungkin saja tindakan yang dahulu dianggap
abnormal sekarang sudah dianggap normal atau sebaliknya, dan tetap berpegang pada kode etik
dan standar profesi (Soepardan, 2007).
http://kebidanan-smt2.blogspot.com/2016/10/kode-etik-profesi-bidan_20.html
Kebidanan Semester 2
Kamis, 20 Oktober 2016
Kode Etik Profesi Bidan
MAKALAH
KODE ETIK PROFESI BIDAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etikolegal
Dosen pengapu: Ibu Fitria Melina, S.ST,M.Kes
1.
ALIFA SUPRIHATIN
Disusun Oleh :
(152100400)
DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat dan
Hidayahnya penyusunan Makalah dengan judul “KODE ETIK PROFESI KEBIDANAN” ini
dapat diselesaikan dengan baik dan sesuai waktu yang telah direncanakan. Penyusunan Laporan
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Etikolegal. Laporan ini juga
merupakan tugas yang dapat dimanfaatkan untuk menambah ilmu pengetahuan dan juga bisa
dijadikan motivasi untuk lebih menambah pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.
Penyusunan laporan ini, tentu masih jauh untuk dikatakan sempurna, hal ini karena
keterbatasan
kami
dalam
menguasai
wawasan
dan
ilmu
pengetahuan
yang masih sangat terbatas. Walaupun demikian kami berharap semoga penyusunan Makalah ini
dapat menjadi salah satu referensi pengetahuan bagi teman-teman dan bagi kami selaku
penyusun makalah ini. Akhir kata semoga kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak
kepada kami mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT, amin.
Yogyakarta, 24 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
A.
B.
C.
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
A.
HALAMAN JUDUL........................................................................................... 1
KATA PENGANTAR........................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................ 4
Rumusan Masalah........................................................................................... 4
Tujuan............................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN
Definisi Profesi Bidan.................................................................................... 6
Ciri-Ciri Bidan Sebagai Profesi...................................................................... 7
Karekteristik profesi....................................................................................... 7
Tujuan Kode Etik dalam Pelayanan Kebidanan............................................. 7
Dimensi Kode Etik......................................................................................... 9
Prinsip Kode Etik........................................................................................... 9
Kode Etik Kebidanan dan Penerapannya dalam Praktik Kebidanan............. 9
Penyimpangan Kode Etik Profesi Kebidanan.............................................. 17
Penegakan Hukum terhadap Pelanggaran Kode Etik Bidan........................ 18
Sanksi Penyimpangan Kode Etik Bidan....................................................... 22
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................... 24
B.
Saran............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika diperlukan dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional. Etika merupakan suatu sistem yang mengatur bagaimana seharusnya
manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan
tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang,
tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang
tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hakhak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu
berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang
tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan manusia.
Begitu halnya dengan profesi kebidanan, diperlukan suatu petunjuk bagi anggota profesi
tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya, yaitu ketentuan tentang apa yang
boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas
profesinya melainkan juga menyangkut tingkah laku dalam pergaulan sehari-hari dimayarakat,
yang dalam hal ini kode etik profesi kebidanan.
B.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Apa definisi profesi bidan ?
Apa saja ciri-ciri bidan sebagai profesi ?
Bagaimana karakteristik profesi ?
Apa tujuan kode etik dalam pelayanan kebidanan ?
Apa saja dimensi kode etik ?
Bagaimana prinsip kode etik ?
Apa saja kode etik kebidanan dan bagaimana penerapannya dalam praktik kebidanan ?
Bagaimana penyimpangan kode etik profesi kebidanan ?
Bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik bidan ?
Bagaimana sanksi penyimpangan kode etik bidan ?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi profesi bidan.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri bidan sebagai profesi.
3. Untuk mengetahui karakteristik profesi.
4. Untuk mengetahui tujuan kode etik dalam pelayanan kebidanan.
5. Untuk mengetahui dimensi kode etik.
6. Untuk mengetahui prinsip kode etik.
7. Untuk mengetahui kode etik kebidanan dan penerapannya dalam praktik kebidanan.
8. Untuk mengetahui penyimpangan kode etik kebidanan.
9. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelanggaran kode etik bidan.
10. Untuk mengetahui sanksi penyimpangan kode etik bidan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Profesi Bidan
1.
Profesi berasal dari kata profesio (latin) yang berarti pengakuan. Selanjutnya profesi adalah
suatu tugas atau kegiatan fungsional dari suatu kelompok tertentu yang diakui dalam melayani
masyarakat. Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap
suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik, serta
profesi sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi tersebut. Contoh profesi adalah
pada bidang hukum, kedokteran, keuangan, mililter, dan teknik.
Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan
yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat (registrasi),
dan diberi izin secara sah untuk menjalankan praktik.
Bidan adalah salah satu profesi tertua. Bidan terlahir sebagai wanita terpercaya dalam
mendamping dan menolong ibu dalam melahrkan bayinya sampai ibu dapat merawat bayinya
dengan baik. Bidan bekerja berdasarkan pada pandangan filosofi yang dianut keilmuan, metode
kerja, standar praktik, pelayanan dank kode etik profesi yang dimiliki.
Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus yaitu, sebagai pelayan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu :
Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.
2.
3.
4.
Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat melalui proses
pendidikan dan jenjang tertentu.
Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas meningkatkan mutu
pelayanan kepada masyarakat.
Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap memegang teguh kode
etik profesi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan profesi bidan adalah suatu jabatan
profesi yang disandang oleh anggota profesi bidan yang mempunyai ciri-ciri yang mampu
menunjukkan sebagai jabatan yang professional yang memiliki pengetahuan khusus,
melaksanakan peranan bermutu, melaksanakan cara yang disepakati, merupakan ideologi, terikat
pada kesetiaan yang diyakini, dan melalui pendidikan perguruan tinggi.
B.
Ciri-Ciri Bidan Sebagai Profesi
1.
Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat
2.
Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditujukan untuk
maksud profesi yang bersangkutan
3.
Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah
4.
Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang berlaku
5.
Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya
6.
Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa/pelayanan yang diberikan
7.
Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya
C.
Karekteristik profesi
Secara umum profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Memiliki pengetahuam yang melandasi ketrampilan dan pelayanan
Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain
Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar
Pengendalian terhadap standar praktik
Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang diberikannya
Karir seumur hidup yang mandiri
1.
2.
3.
4.
5.
6.
D. Tujuan Kode Etik dalam Pelayanan Kebidanan
Kode etik profesi merupakan “suatu penyataan komprehensif dari profesi yang memberikan
tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik dalam bidang profesinya baik yang
berhubungan dengan klien/pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan diri
sendirinya”.
Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yang bersangkutan didalam melakasanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
di masyarakat.
Norma-norma tersebut berisi tentang petunjuk-petunjuk bagi anggota tentang bagaimana
mereka harus menjalankan profesinya dan larangan-larangan yaitu ketentuan-ketentuan tentang
apa yang boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan
tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di dalam masyarakat.
Pada dasarnya tujuan menciptakan atau memutuskan kode etik suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan Organisasi.
1.
2.
3.
4.
E.
1.
2.
3.
4.
Secara umum tujuan menciptakan kode etik adalah sebagai berikut :
Untuk menjunjung tinggi martabat dan citra profesi.
Dalam hal ini yang dijaga adalah image dari pihak luar atau masyarakat untuk mencegah
orang luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu
progfesi akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi yang
dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar. Dari segi ini kode etik juga disebut kode
kehormatan.
Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota
Yang dimaksud kesejahteraan ialah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Dalam
kesejahteraan material anggota profesi kode etik umumnya menerapkan larangan-larangan bagi
anggota untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakanperaturan-peraturan yang di tujukan kepada pembahasan tingkah laku yang tidak
pantas atau tidak jujur para anggota profesi dalam interaksinyadengan sesama anggota profesi.
Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Dalam hal ini kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh
karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota
profesi dalam menjalankan tugasnya.
Untuk meningkatkan mutu profesi
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu kode etik juga
mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi
Dimensi Kode Etik
Anggota profesi dan klien atau pasien.
Anggota profesi dan sistem kesehatan.
Anggota profesi dan profesi kesehatan.
Anggota profesi dan sesama anggota profesi.
F.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Prinsip Kode Etik
Menghargai otonomi.
Melakukan tindakan yang benar.
Mencegah tindakan yang dapat merugikan.
Berlakukan manusia dengan adil.
Menjelaskan dengan benar.
Menepati janji yang telah disepakati.
Menjaga perasaan.
G. Kode Etik Kebidanan dan Penerapannya dalam Praktik Kebidanan
Kode etik bidan di Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disahkan dalam
kongres nasional IBI X tahun 1988, sedangkan petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam rapat
kerja nasional (RAKERNAS) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan disahkan pada
kongres nasional IBI XII tahun 1998. Sebagai pedoman dalam berperilaku, kode etik bidan
indonesia mengandung beberapa kekuatan yang semuanya bertuang dalam mukadimah, tujuan
dan bab.
1.
2.
Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yaitu:
Bab I. Kewajiban Bidan terhadap Klien dan Masyarakat (6 Butir)
Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
Penerapannya :
1) Bidan harus melakukan tugasnya berdasarkan tugas dan fungsi bidan yang telah
ditetapkan sesuai dengan prosedur ilmu dan kebijakan yang berlaku dengan penuh
kesungguhan dan tanggung jawab.
2) Bidan dalam melakukan tugasnya, harus memberi pelayanan yang optimal kepada siapa
saja dengan tidak membedakan pangkat, kedudukan, golongan, bangsa dan negara.
3) Bidan dalam melaksanakan tugasnya tidak akan menceritakan kepada orang lain dan
merahasiakan segala yang berhubungan dengan tugasnya
4) Bidan hanya boleh membuka rahasia klien apabila diminta untuk keperluan kesaksian
pengadilan
Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
Penerapannya :
1) Pada hakikatnya manusia termasuk klien membutuhkan penghargaan dan pengakuan
yanng hakiki baik dari golongan masyarakat intelektual, menengah atau masyarakat kurang
mampu.
2) Dilandasi sikap menghargai martabat setiap insan, maka bidan harus memberi pelayanan
profesional yang memadai kepada setiap klien.
Memberi pelayanan sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki dan manusiawi secara penuh
tanpa mementingakan kepentingan pribadi dan mendahulukan kepentingan klien serta
menghargai klien sebagaimana bidan menghargai dirinya sendiri.
Dalam memberikan pelayanan, harus menjaga citra bidan sebagai profesi yang memiliki
nilai-nilai pengabdian yang sangat esensial.Pengabdian dan pelayanan bidan adalah
dorongan hati nurani yang tidak mendahulukan balas jasa.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawabnya sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
Penerapannya :
1) Bidan dalam melaksanakan pelayanan harus sesuai dengan tugas dan kewajiban yang telah
digariskan dalam permenkes No 900/Permenkes/IX/2002.
2) Melayani bayi dan anak pra sekolah termasuk pengawasan dalam pertumbuhan
perkembangan bayi dan anak, pemberian vaksinasi sesuai dengan usia, melaksanakan
perawatan bayi dan memberi petunjuk kepada ibu tentang makanan bayi, termasuk cara
menyusui yang baik dan benar serta makanan tambahan sesuai dengan usia anak.
3) Memberi obat-obatan tertentu dalam bidang kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi klien.
4) Mengadakan konsultasi dengan profesi kesehatan lainnya dalam kasus-kasus yang tidak
dapat diatasi sendiri.
5) Bidan melaksanakan perannya di tengah kehidupan masyarakat
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak
klien dan menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Penerapannya :
Bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang masih percaya pada kebudayaannya,
tidak murni menghilangkan, tetapi memadukan dengan ilmu kebidanan yang dimilikinya.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuan yang dimilikinya.
Penerapannya :
Ketika ada klien datang, sedangkan bidan mau ada kepentingan keluarga, bidan harus
mendahulukan untuk melayani klien yang datang tersebut daripada kepentingan pribadinya.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya,
dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
optimal.
Penerapannya :
1) Bidan harus mengadakan kunjungan rumah atau masyarakat untuk memberi penyuluhan
serta motivasi agar masyarakat mau membentuk posyandu atau PKMD atau kepada ibu
yang mempunyai balita/ibu hamil untuk memeriksakan diri di posyandu.
2) Bidan dimana saja berada, baik dikantor, puskesmas atau rumah, ditempat praktik BPM,
maupun ditengah masyarakat lingkungan tempat tinggal, harus selalu memberi motivasi
untuk selalu hidup sehat.
Bab II Kewajiban Bidan terhadap Tugasnya (3 Butir)
1. Setiap bidan senantiasa memberi pelayanan paripurna terhadap klien, keluarga dan masyarakat
sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan pada kebutuhan klien, keluarga
dan masyarakat.
Penerapannya :
1)
2)
3)
4)
2.
1)
2)
3)
3.
1.
1)
2)
2.
1)
2)
3)
1.
1)
2)
3)
4)
5)
Melaksanakan pelayanan yang bersifat pencegahan seperti asuhan antenatal, memberi imunisasi,
KIE, sesuai dengan kebutuhan.
Memberi pelayanan yang bersifat pengobatan sesuai dengan wewenang bidan.
Memberi pelayanan bersifat promotif/peningkatan kesehatan.
Memberi pelayanan bersifat rehabilitatif.
Setiap bidan berhak memberi pertolongan dan mempunyai kewenangan dalam mengambil
keputusan dalam tugasnya, termasuk keputusan mengadakan konsultasi dan atau rujukan.
Penerapannya :
Menolong partus di rumah sendiri, di puskesmas, dan di Rumah Sakit.
Mengadakan pelayanan konsultasi terhadap ibu, bayi dan KB sesuai dengan wewenangnya.
Merujuk klien yang tidak dapat ditolong ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas lebih lengkap.
Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan atau dipercayakan
kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan
kepentingan klien.
Penerapannya :
Ketika bertugas, bidan tidak dibenarkan menceritakan segala sesuatu yang diketahuinya kepada
siapapun termasuk keluarganya.
Bab III. Kewajiban Bidan terhadap Sejawat dan Tenaga Kesehatan Lainnya (2 Butir)
Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana
kerja yang serasi.
Penerapannya :
Dalam melaksanakan tugas kebidanan baik pemerintah/non pemerintah, jika ada sejawat yang
berhalangan (cuti), bidan dapat saling menggantikan, sehingga tugas pelayanan tetap berjalan.
Sesama sejawat harus saling mendukung, misalnya dengan mengadakan arisan, piknik bersama,
mengunjungi teman yang sakit, memenuhi undangan perkawinan keluarga, khitanan.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya
maupun tenaga kesehatan lainnya.
Penerapannya :
Dalam menetapkan lokasi BPM, perlu diperhatikan jarak dengan lokasi yang sudah ada.
Jika mengalami kesulitan, bidan dapat saling membantu dengan mengkonsultasikan kesulitan
kepada sejawat.
Dalam kerja sama antar teman sejawat, konsultasi atau pertolongnan mendadak hendaknya
melibatkan imbalan yang sesuai dengan kesepakatan bersama.
Bab IV. Kewajiban Bidan terhadap Profesinya (3 Butir)
Setiap bidan harus menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesinya dengan
menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberi pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
Penerapannya :
Menjadi panutan dalam hidupnya.
Berpenampilan yang baik.
Tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan dan golongan.
Menjaga mutu pelayanan profesinya sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Menggunakan pakaian dinas dan kelengkapannya hanya dalam waktu dinas.
2.
1)
2)
3)
3.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
1.
1)
2)
3)
4)
2.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
3.
Setiap bidan harus senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
Mengembangkan kemampuan di lahan praktik.
Mengikuti pendidikan formal.
Mengikuti pendidikan berkelanjutan melalui penataran, seminar, lokakarya, simposium,
membaca majalah, buku dan lain-lain secara pribadi.
Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang
dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Membantu pembuatan perencanaan penelitian kelompok.
Membantu pelaksanaan proses penelitian dalam kelompok.
Membantu pengolahan hasil penelitian kelompok.
Membantu pembuatan laporan penelitian kelompok.
Membantu perencanaan penelitian mandiri.
Melaksanakan penelitian mandiri.
Mengolah hasil penelitian.
Membuat laporan penelitian.
Bab V. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (3 Butir)
Setiap bidan harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan
baik.
Penerapannya :
Memperhatikan kesehatan perorangan.
Memperhatikan kesehatan lingkungan.
Memeriksakan diri secara berkala setiap setahun sekali.
Jika mengalami sakit atau keseimbangan tubuh terganggu, segera memeriksakan diri ke dokter.
Setiap bidan harus berusaha terus-menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapannya :
Membaca buku-buku tentang kesehatan, kebidanan, keperawatan pada umumnya bahkan
pengetahuan umum
Menyempatkan membaca Koran.
Berlangganan majalah profesi, majalah kesehatan.
Mengikuti penataran, seminar, simposium, lokakarya tentang kesehatan umumnya, kebidanan
khususnya.
Mengadakan latihan berkala seperti simulasi atau demonstrasi untuk tindakan yang jarang
terjadi, pada kesempatan pertemuan IBI di tingkat kecamatan, cabang, daerah atau pusat.
Mengundang pakar untuk memberi ceramah atau diskusi pada kesempatan pertemuan rutin,
misalnya bulanan.
Mengadakan kunjungan atau studi perbandingan ke rumah sakit-rumah sakit yang lebih maju ke
daerah-daerah terpencil.
Membuat tulisan atau makalah secara bergantian, yang disajikan dalam kesempatan pertemuan
rutin.
Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
Bab VI. Kewajiban Bidan Terhadap Pemerintah, Nusa, Bangsa dan Tanah Air (2 Butir)
1.
1)
a.
b.
2)
3)
2.
1)
2)
a.
b.
Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan
pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayanan KIA/KB dan kesehatan
keluarga serta masyarakat.
Penerapannya :
Bidan harus mempelajari perundang-undangan kesehatan di Indonesia dengan cara :
Menyebarluaskan informasi atau perundang-undangan yang dipelajari kepada anggota.
Mengundang ahli atau penceramah yang dibutuhkan.
Mempelajari program pemerintah, khususnya mengenai pelayanan kesehatan di Indonesia.
Mengidentifikasi perkembangan kurikulum sekolah tenaga kesehatan umumnya, keperawatan
dan kebidanan khususnya.
Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu jangkauan pelayanan kesehatan, terutama pelayanan
KIA/KB dan kesehatan keluarga.
Penerapannya :
Bidan harus menyampaikan laporan kepada setiap jajaran IBI tentang berbagai hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas bidan di daerah, termasuk faktor penunjang maupun
penghambat pelaksanaan tugas itu.
Mencoba membuat penelitian tentang masalah yang sering terjadi di masyarakat yang
berhubungan dengan tugas profesi kebidanan, misalnya penelitian mengenai :
Berapa biaya standar persalinan normal di suatu daerah
Berapa banyak animo masyarakat di suatu daerah terhadap fasilitas KIA/KB yang telah
disediakan oleh masyarakat.
Bab VII. Penutup
Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati dan mengamalkan
Kode Etik Bidan Indonesia.
H. Penyimpangan Kode Etik Profesi Kebidanan
Kode etik adalah norma-norma yang harus di indahkan oleh setiap anggota profesi yang
bersangkutan di dalam melaksanakantugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.normanorma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus
menjalankan profesinya dan larangan-larangan yang di atur di dalamnya, yaitu berupa ketentuanketentuan tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh di perbuat atau di laksanakan oleh
anggota profesi, melainkan juga dalam menjalankan tugas profesinya, serta menyangkut tingkah
laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Kode etik profesi penting di terapkan,karena semakin meningkatnya tuntutan terhadap
pelayanan kesehatan dan pengetahuan serta kesadaran hukum masyarakat tentang prinsip dan
nilai moral yang terkandung dalam pelayanan profesional. Kode etik profesi mengandung
karakteristik khusus suatu profesi. Hal ini berarti bahwa standart profesi harus dipertahankan dan
mencerminkan tanggung jawab yang diterima oleh profesi dalam hubungan profesional antara
tenaga kesehatan dan masyarakat.
Sebagai tenaga profesional, bidan memikul tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
Seorang bidan harus dapat mempertahankan tanggung jawabnya terhadap tindakan yang
dilakukannya salah satu tanggung jawab bidan yaitu “tanggung jawab terhadap masyarakat”.
Bidan turut bertanggung jawab dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Baik secara
mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lainnya, bidan berkewajiban memanfaatkan sumber
daya yang ada untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.
Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia,
maka juga akan mempengaruhi munculnya masalah / penyimpangan etik sebagai akibat
kemajuan teknologi / ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai titik arus
kesejagatan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan
demikian penyimpangan etik mungkin saja terjadi juga dalam praktik kebidanan misalnya dalam
praktik mandiri. Bidan praktik mandiri mempunyai tanggung jawab yang besar karena harus
mempertanggung jawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidan praktik mandiri
menjadi pekerja yang bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali
pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.
I.
1.
2.
Penegakan Hukum terhadap Pelanggaran Kode Etik Bidan
Negara hukum (rechtstaat),mengandung sekurang-kurangnya 2 (dua) makna:
Yang pertama adalah pengaturan mengenai batasan-batasan peranan negara atau pemerintahan
dalam menmcampuri kehidupan dan pergaulan masyarakat, sedangkan
Yang kedua adalah jaminan-jaminan hukum akan hak-hak, baik sipil atau hak-hak pribadi
(individual rights) , hak-hak politik (politikal rights), maupun hak-hak sebagai sebuah kelompok
atau hak-hak sosial sebagai hak asasi yang melekat secara alamiah pada setiap insan, baik secara
pribadi atau kelompok.
Secara konvensional, pembangunan sumber daya manusia diartikan sebagai investasi human
capital yang harus dilakukan sejalan dengan investasi human capital yang harus dilakukan
sejalan dengan physical capital. Cakupan pembangunan sumber daya manusia ini meliputi
pendidikan dan pelatihan, kesehatan, gizi, penurunan fertilitas dan pengembangan
enterpreneurial, yang kesemuanya bermuara pada peningkatan produktivitas manusia.
Karenanya, indikator kinerja pembangunan sumber daya manusia mencakup indikator-indikator
pendidikan, kesehatan, gizi dan sebagainya.
Pemerintah dalam mengatur jalannya pemerintahan tidak terlepas dengan instansi-instansi
yang dapat membantu untuk melancarkan pembangunan,salah satunya dengan membentuk
depatermen kesehatan (Depkes) dalam bidang kesehatan. Selain membentuk Depkes, pemerintah
juga membuat kelompok-kelompok profesional hal ini di lakukan mengontrol terhadap
pembangunan di bidang kesehatan, sehingga bisa mempetegas peranan pemerintah dalam
mengusahakan perkembangan kesehatan yang lebih baik pemerintah juga mengeluarkan
beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kesehatan, yang mengatur halhal yang berkaitan dengan tindakan,kewenangan,sanksi maupun tanggung jawaban terhadap
kesalahan atau pelanggaran yang di lakukan oleh tenaga kesehatan sebagai subyek peraturan
tersebut.
Menurut pasal 1 ayat (3) UU nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang di maksud
dengan Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan berdasarkan pasal 50 UU kesehatan adalah bertugas menyelenggarakan
atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau kewenangan tenaga
kesehatan yang bersangkutan. Sedangkan mengenai ketentuan mengenai kategori,jenis dan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kualifikasi tenaga kesehatan di tetapkan dengan peraturan pemerintah republik indonesia Nomor
32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
Berdasarkan pasal 2 ayat (1), Tenaga kesehatan terdiri dari :
Tenaga kesehatan medis.
Tenaga keperawatan dan bidan.
Tenaga kefarmasian.
Tenaga kesehatan masyarakat.
Tenaga gizi.
Tenaga keterapian fisik dan
Tenaga keteknisan medis.
Dalam rangka penempatan terhadap jenis tenaga kesehatan tertentu ditetapkan kebijaksanaan
melalui pelaksanaan masa bakti terutama bagi tenaga kesehatan yang sangat potensial di dalam
kebutuhan penyelenggaraan upaya kesehatan. Disamping itu tenaga kesehatan tertentu ynag
bertugas sebagai pelaksana atau pemberi pelayanan kesehatan diberi wewenang sesuai dengan
kompetensi pendidikan yang diperolehnya, sehingga terkait erat dengan hak dan kewajibannya.
Kompetensi dan kewenangan tersebut menunjukan kemampuan profesional yang baku dan
merupakan standar profesi untuk tenaga kesehatan tersebut.
Dari sejumlah tenaga medis tersebut, bidan merupakan salah satu unsur tenaga medis yang
berperan dalam mengurangi angka kematian bayi dan ibu yang melahirkan, baik dalam proses
persalinan maupun dalam memberikan penyuluhan atau panduan bagi ibu hamil. Melihat
besarnya peranan bidan tersebut maka haruslah ada pembatasan yang jelas melalui hak dan
kewajiban dalam pelaksanaan tugas dan kewenangan bidan tersebut. Maka, dibuatlah kode etik
bidan, di mana kode etik tersebut merupakan suatu pernyataan komperhensif dan profesi yang
memberikan tuntutan bagi anggota untuk melaksanakan praktik profesinya, baik yang
berhubungan dengan klien sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun terhadap teman
sejawat, profesi, dan diri sendiri sebagai kontrol kualitas dalam praktik kebidanan. Untuk
melengkapi peraturan yang ada, maka dibuatlah sebuah kode etik yang dibuat oleh kelompokkelompok profesi yang ada di bidang kesehatan, dengan ketentuan pokok bahwa peraturan yang
dibuat tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang ada di atasnya.
Proses implementasi kebijakan dapat dirumuskan sebagai tindakan-tindakan baik dari
institusi pemerintah maupun swasta atau kelompok masyarakat yang diarahkan oleh keinginan
untuk mencapai tujuan sebagaimana dirumuskan di dalam kebijakan. Sedangkan
implementasinya adalah memahami apa yang senyatanya terjadinya sesudah program dinyatakan
berlaku atau dirumuskan. Fokus perhatian implementasi kebijakan mencakup kejadian-kejadian
dan kegiatan – kegiatan yang timbul sesudah diberlakukannya kebijakan negara, baik usaha
untuk mengadministrasikannya maupun akibat atau dampak nyata pada masyarakat. Kebijakan
ditransformasikan secara terus menerus melalui tindakan – tindakan implementasi sehingga
secara simultan mengubah sumber – sumber dan tujuan – tujuan yang pada akhirnya fase
implementasi akan berpengaruh pada hasil akhir kebijakan.
Besarnya dampak kesehatan dalam perkembangan nasional menuntut adanya perhatian untuk
kesehatan di nusantara. Gangguan kesehatan akan menimbulkan kerugian ekonomi negara.
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembangunan
Negara. Upaya peningkatan kesehatan tersebut harus berdasarkan pengetahuan yang luas tentang
kesehatan demi peningkatan kesejahteraan (kesehatan) masyarakat. Mengingat Undang –
Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (UU No. 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan)
yang sudah tidak mampu menghadapi perkembangan sistematik dan dinamika kesehatan saat ini.
Mendorong lahirnya UU No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pembentukan UU kesehatan
terbaru tersebut juga demi pembentukan sebuah peraturan perundang – undangan dan
perwujudnyataan implementasi pasal 20, pasal 28H ayat (1), dan pasal 34 ayat (3) UUD NRI
1945.
J.
1.
2.
3.
Sanksi Penyimpangan Kode Etik Bidan
Sanksi penyimpangan kode etik bidan dalam berbagai aspek sebagai berikut:
Aspek Hukum
Dalam melakukan praktek kebidanan, seorang bidan berpedoman pada KEPMENKES
Nomor 900/MENKES/S/VII/2002 Tentang Registrasi dan Praktik Bidan. Tugas dan wewenang
bidan terutama dalam bab V pasal 14 sampai dengan pasal 20, yang garis besarnya berisi tentang
bidan dalam menjalankan prakteknya berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana, dan pelayanan kesehatan
masyarakat. Sebagai pedoman dan tata cara dalam pelaksanaan profesi, sesuai dengan wewenang
peraturan kebijaksanaan yang ada, maka bidan harus senantiasa berpegang pada kode etik bidan
yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Aspek Etika
Kode etik dibuat oleh kelompok – kelompok profesi yang ada di bidang kesehatan, dengan
ketentuan pokok bahwa peraturan yang dibuat tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang
ada di atasnya. Contoh kode etik profesi adalah kelompok dokter yang memunyai kode etik
kedokteran, dan untuk kelompok bidan memunyai kode etik kebidanan. Dalam kode etik tersebut
terdapat pengenaan sanksi apabila ada pelanggaraan yang berupa sanksi administratif, seperti
penurunan pangkat, pencabutan izin atau penundaan gaji.
Aspek Agama
Semua agama melarang tindakan yang bias mengancam nyawa manusia bahkan membunuh,
karena pada dasarnya semua makhluk hidup (manusia) ciptaan Tuhan memiliki hak untuk hidup,
meskipun masih berada dalam kandungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Etika tidak lepas dari kehidupan manusia, termasuk dalam profesi kebidanan membutuhkan
suatu sistem untuk mengatur bidan dalam menjalankan peran dan fungsinya.Dalam menjalankan
perannya bidan tidak dapat memaksakan untuk mengadaptasi suatu teori etika secara kaku, tetapi
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu dan berlandaskan pada kode
etik dan standar profesi.
B.
1.
2.
Saran
Bagi Mahasiswi Calon Bidan
Sebagai mahasiswi calon bidan, sebaiknya harus mendalami etik dan kode etik profesi
terlebih dahulu, agar dapat menerapkannya saat praktik, sehingga dapat menghasilkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas dan optimal sesuai dengan wewenang profesinya.
Bagi Para Bidan
Sebagai seorang bidan hendaknya selalu menerapkan dan menjadikan etik dan kode etik
profesi sebagai dasar dalam memberikan setiap pelayanan. Sehingga klien akan merasa nyaman
dengan pelayanan bidan dan akan segan dengan profesi bidan.
DAFTAR PUSTAKA
http://tiaariristia.blogspot.co.id/2015/04/kode-etik-profesi-bidan-dan.html?m=1
Susanti, Santi. 2015. ETIKOLEGAL Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Puji Wahyuningsih, Heni. 2008. ETIKA PROFESI KEBIDANAN. Yogyakarta: Fitramaya.
Mufdlilah. Asri Hidayat. Ima Kharimaturrahmah. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Download