Uploaded by User47016

kliping tari di bidang pariwista

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni tari merupakan bagian dari bentuk seni, dan seni (kesenian)
merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Seni tari merupakan ungkapan
manusia yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan tubuh manusia.
Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya, salah satunya kaya
akan seni tari. Setiap daerah di Indonesia memiliki tarian yang berbeda-beda.
Sehingga menjadi salah satu daya tarik wisatawan dari luar pulau dan dari luar
Negara untuk mengunjungi Indonesia. Salah satu tari yang terkenal di
Indonesia adalah tari Kecak dan Pendet dari pulau Bali. Fungsi seni tari selain
sebagai ritual, hiburan, dan pertunjukan adalah seni tari sebagai pariwisata.
Pariwisata memiliki manfaat khusus baik bagi Negara maupun masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan seni tari dan periwisata?
2. Bagaimana fungsi seni tari sebagai pariwisata di Indonesia?
3. Apa saja jenis tari yang digunakan sebagai pariwisata di Indonesia?
C. Tujuan
1.
Mengetahui makna dari seni tari dan pariwisata
2.
Mengetahui fungsi seni tari sebagai pariwisata di Indonesia
3.
Mengetahui jenis tari yang digunakan sebagai pariwisata di Indonesia
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Seni Tari dan Pariwisata
1. Pengertian Seni tari
Seni tari merupakan bagian dari bentuk seni, dan seni (kesenian)
merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Seni tari merupakan
ungkapan manusia yang dinyatakan dengan gerakan-gerakan tubuh
manusia.
Media ungkap tari adalah gerak. Gerak tari merupakan gerak yang
diperhalus dan diberi unsur estetis. Gerak dalam tari berfungsi sebagai
media
untuk
mengkomunikasikanmaksud-maksud
tertentu
dari
koreografer. Keindahan tari terletak pada bentuk kepuasan, kebahagiaan,
baik dari koreografer, peraga dan penikmat atau penonton.
2. Pengertian Pariwisata
Dalam
Undang-Undang
No.
9
tahun
1990,
mengenai
kepariwisataan Bab I, pasal 1: dijelaskan bahwa wisata adalah kegiatan
perjalanan atau sebagian kegiatan tersebut yang dilakukan secara
sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek atau daya tarik
wisata.
Pariwisata adalah sektor yang bisa menunjang kemajuan suatu
daerah, terutama dengan adanya peraturan mengenai otonomi daerah.
Pariwisata sendiri adalah sebuah kata kerja aktif, dimana unsur-unsur di
dalamnya terdiri dari:
a. Kegiatan perjalanan, maksudnya adalah suatu kegiatan yang bisa
dilakukan perorangan ataupun perkelompok. Kegiatan tersebut adalah
mendatangi suatu tempat yang dituju / tempat wisata.
b. Dilakukan dengan sukarela, maksudnya adalah tidak ada paksaan untuk
wisatawan agar datang ke tempat wisata.
c. Bersifat sementara, maksudnya wisatawan yang datang hanya untuk
berkunjung tanpa menjadi penduduk daerah tersebut.
d. Perjalanan dilakukan dengan tujuan untuk menikmati objek wisata.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Fungsi Seni Tari sebagai Pariwisata
Saat terbentuknya UU No. 22, tahun 1999 tentang pemerintahan
daerah. Undang-undang ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi
pemda mengembangkan daerah dan perekonomian masyarakatnya. Dan
dengan demikian, pembangunan masyarakat dan sumber daya alam dapat
dioptimalisasikan untuk kepentingan masyarakat daerah itu sendiri. Agar
kegiatan pariwisata dapat berjalan baik, maka dikeluarkan pula peraturan
daerah mengenai aset wisata. Objek wisata haruslah menjadi tempat yang bisa
menarik wisatawan baik wisatawan asing maupun wisatawan domestik.
Hal tersebut sudah dicantumkan dalam Undang-Undang No. 9 tahun
1990. Daya tarik sasaran yang bisa dijadikan tempat wisata adalah sebagai
berikut:
1.
Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam serta flora
dan fauna, seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba
dengan tumbuhan tropis, serta binatang-binatang langka.
2.
Karya manusia yang berwujud: museum, peninggalan purbakala,
peninggalan sejarah, seni budaya, wisata (agro) pertaminina, wisata tirta
(air) wisata petualangan taman rekreasi dan tempat hiburan.
3.
Sasaran wisata minat. Berhubungan dengan hobi, seperti: berburu,
mendaki gunung, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air
deras, tempat-tempat ibadah ziarah dan lain-lain.
Selain alamnya, kesenian dan unsur kebudayaan suatu daerah dan
perkembangan di daerahnya dapat dijadikan sasaran wisatawan. Dengan
melakukan promosi dan kerjasama dengan beberapa pihak, maka pariwisata di
Indonesia (daerah-daerah) akan mengalami kemajuan.
Pariwisata seni tari termasuk ke dalam pariwisata budaya. Manfaat
pariwisata sebagai berikut.
1.
Menciptakan lapangan kerja.
2.
Meningkatkan penghasilan bagi masyarakat, baik dari pelayanan jasa
maupun dari penjualan barang cinderamata.
3.
Meningkatkan pendapatan negara.
4.
Mendorong pembangunan daerah.
5.
Menanamkan rasa cinta tanah air dan budaya bangsa.
B. Jenis-jenis Tari yang dijadikan Objek Wisata
Kebudayaan Indonesia yang beragam banyak yang menarik wisatawanwisatawan mancanegara maupun domestik. Beberapa jenis tari yang biasa
dijadikan objek wisata diantaranya,
1. Tari Saman
Tari Saman berasal dari dataran tinggi tanah Gayo. Diciptakan
oleh seorang Ulama Aceh bernama Syekh Saman. Pada mulanya tarian
ini hanya merupakan permainan rakyat biasa yang disebut Pok Ane.
Melihat minat yang besar masyarakat Aceh pada kesenian ini maka oleh
Syekh disisipilah dengan syair-syair yang berisi pujian kepada Allah
SWT. Sehingga Saman menjadi media dakwah saat itu. Dahulu latihan
Saman dilakukan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau, saat itu
bangunan aceh masih bangunan panggung). Sehingga mereka tidak akan
ketinggalan untuk shalat berjamaah. Sejalan kondisi Aceh dalam
peperangan maka syekh menambahkan syair-syair yang manambah
semangat juang rakyat Aceh. Selain itu biasanya tarian ini juga
ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tari
Saman
ditetapkan UNESCO sebagai Daftar
Representatif
Budaya
Takbenda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite AntarPemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di
Bali, 24 November 2011.
Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan
(dakwah). Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan
santun, kepahlawanan, kekompakan dan kebersamaan. Sebelum saman
dimulai yaitu sebagai mukaddimah atau pembukaan, tampil seorang tua
cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili masyarakat setempat
(keketar) atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan
penonton. Lagu dan syair pengungkapannya
secara
bersama
dan
kontinu, pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan
memakai pakaian adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan,
dipertandingkan antara group tamu dengan grup sepangkalan (dua grup).
Penilaian ditititk beratkan pada kemampuan masing-masing grup dalam
mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak lawan.
Tari Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat
musik, akan tetapi menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan
mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan
pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke
berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya
disebut Syekh. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah
suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut
untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat
tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur
dasar dalam tarian saman: Tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga,ketika
menyebarkan agama islam, syeikh Saman mempelajari tarian melayu
kuno, kemudian menghadirkan kembali lewat gerak yang disertai dengan
syair-syair dakwah islam demi memudakan dakwahnya. Kini tarian ritual
yang bersifat religius ini masih digunakan sebagai media untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui pertunjukan-pertunjukan.
Pada umumnya, tari saman dimainkan oleh belasan atau puluhan
laki-laki, tetapi jumlahnya harus ganjil. Pendapat Lain mengatakan
Tarian ini ditarikan kurang lebih dari 10 orang, dengan rincian 8 penari
dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun, dalam
perkembangan di era modern yang menghendaki bahwa suatu tarian itu
akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan jumlah yang
lebih banyak. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang
pemimpin yang disebut syeikh. Selain mengatur gerakan para penari,
Syeikh juga bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman, yaitu ganit.
2. Serampang Duabelas: Tari Tradisional Melayu Kesultanan Serdang,
Sumatra Utara
Tari Serampang Duabelas merupakan tarian tradisional Melayu
yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang. Tarian ini diciptakan
oleh Sauti pada tahun 1940-an dan digubah ulang oleh penciptanya antara
tahun 1950-1960. Sebelum bernama Serampang Duabelas, tarian ini
bernama Tari Pulau Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian
ini, yaitu lagu Pulau Sari.
Sedikitnya ada dua alasan mengapa nama Tari Pulau Sari diganti
Serampang Duabelas. Pertama, nama Pulau Sari kurang tepat karena
tarian ini bertempo cepat (quick step). Menurut Tengku Mira Sinar, nama
tarian yang diawali kata “pulau” biasanya bertempo rumba, seperti Tari
Pulau Kampai dan Tari Pulau Putri. Sedangkan Tari Serampang
Duabelas memiliki gerakan bertempo cepat seperti Tari Serampang Laut.
Berdasarkan hal tersebut, Tari Pulau Sari lebih tepat disebut Tari
Serampang Duabelas. Nama duabelas sendiri berarti tarian dengan
gerakan tercepat di antara lagu yang bernama serampang (Sinar, 2009:
48). Kedua, penamaan Tari Serampang Duabelas merujuk pada ragam
gerak tarinya yang berjumlah 12, yaitu: pertemuan pertama, cinta
meresap, memendam cinta, menggila mabuk kepayang, isyarat tanda
cinta, balasan isyarat, menduga, masih belum percaya, jawaban, pinangmeminang, mengantar pengantin, dan pertemuan kasih. Penjelasan
tentang ragam gerak Tari Serampang Duabelas akan dibahas kemudian.
Menurut Tengku Mira Sinar, tarian ini merupakan hasil
perpaduan gerak antara tarian Portugis dan Melayu Serdang. Pengaruh
Portugis tersebut dapat dilihat pada keindahan gerak tarinya dan
kedinamisan irama musik pengiringnya.
Tari Serampang Duabelas berkisah tentang cinta suci dua anak
manusia yang muncul sejak pandangan pertama dan diakhiri dengan
pernikahan yang direstui oleh kedua orang tua sang dara dan teruna. Oleh
karena menceritakan proses bertemunya dua hati tersebut, maka tarian
ini biasanya dimainkan secara berpasangan, laki-laki dan perempuan.
Namun demikian, pada awal perkembangannya tarian ini hanya
dibawakan oleh laki-laki karena kondisi masyarakat pada waktu itu
melarang perempuan tampil di depan umum, apalagi memperlihatkan
lenggak-lenggok tubuhnya.
Diperbolehkannya perempuan memainkan Tari Serampang
Duabelas ternyata berpengaruh positif terhadap perkembangan tarian ini.
Serampang Duabelas tidak hanya berkembang dan dikenal oleh
masyarakat di wilayah Kesultanan Serdang, tetapi juga menyebar ke
berbagai daerah di Indonesia, seperti Riau, Jambi, Kalimantan, Sulawesi,
bahkan sampai ke Maluku. Bahkan, tarian ini sering dipentaskan di
manca negara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Hongkong.
3. Tari Merak
Tari Merak merupakan tarian kreasi baru dari tanah Pasundan
yang diciptakan oleh Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950an dan
dibuat ualng oleh dra. Irawati Durban pada tahun 1965 .
Banyak orang salah kaprah mengira jika tarian ini bercerita
tentang kehidupan dan keceriaan merak betina, padahal tarian ini
bercerita tentang pesona merak jantan yang terkenal pesoleuntuk menarik
hati sang betina. Sang jantan akan menampilkan keindahan bulu ekornya
yang panjang dan berwarna-warni untuk menarik hati sang betina. Gerak
gerik sang jantan yang tampak seperti tarian yang gemulai untuk
menampilkan pesona dirinya yang terbaik sehingga sang betina terpesona
dan melanjutkan ritual perkawinan mereka. Setiap gerakan penuh makna
ceria dan gembira, sehingga tarian ini kerap digunakan sebagai tarian
persembahan bagi tamu atau menyambut pengantin pria menuju
pelaminan. Kostumnya yang berwarna warni dengan aksen khas burung
merak dan ciri khas yang paling dominan adalah sayapnya dipenuhi
dengan payet yang bisa dibentangkan oleh sang penari dengan
satu gerakan yang anggun menambah indah pesona tarian ini, serta
mahkota yang berhiaskan kepala burung merak yang disebut singer yg
akan bergoyang setiap penari menggerakkan kepalanya. Dalam setiap
acara tari Merak paling sering ditampilkan terutama untuk menyambut
tamu agung atau untuk memperkenalkan budaya Indonesia terutama
budaya Pasundan ke tingkat Internasional.
Tari Merak yang sangat terkenal itu. Tari Merak merupakan
tarian kreasi baru yang diciptakan oleh seorang koreografer bernama
Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950an, dan tahun 1965 dibuat
koreografi barunya oleh Dra. Irawati Durban Arjon dan direvisi kembali
pada tahun 1985 dan diajarkan kepada Romanita Santoso pada tahun
1993. Tari Merak sebenarnya menggambarkan tentang tingkah laku
burung merak jantan yang memiliki keindahan bulu ekor sehingga
banyak orang yang salah memperkirakan bahwa tarian ini tentang
tingkah laku merak betina. Seperti burung-burung lainnya, burung merak
jantan akan berlomba-lomba menampilkan keindahan ekornya untuk
menarik hati merak betina. Merak jantan yang pesolek akan melenggang
dengan bangga mempertontonkan keindahan bulu ekornya yang panjang
dan berwarna-warni untuk mencari pasangannya, dengan gayanya yang
anggun dan memesona. Tingkah laku burung merak inilah yang
divisualisasikan menjadi tarian merak yang menggambarkan keceriaan
dan keanggunan gerak. Pesona bulu ekornya yang berwarna-warni
diimplementasikan dalam kostum yang indah dengan sayap yang
seluruhnya dihiasi payet, dan hiasan kepala (mahkota) yang disebut
“siger” dengan hiasan berbentuk kepala burung merak yang akan
bergoyang mengikuti gerakan kepala sang penari. Tarian ini sendiri
banyak ditarikan di beberapa event, baik nasional maupun internasional
seperti perkenalan budaya di luar negeri. Bahkan Tari Merak pun
ditampilkan sebagai tari persembahan dan penyambutan pengantin.
4. Tari Topeng
Tari topeng adalah salah satu tarian tradisional yang ada di
Cirebon. Tari ini dinamakan tari topeng karena ketika beraksi sang penari
memakai topeng. Konon pada awalnya, Tari Topeng diciptakan oleh
sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika
Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh
Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena
memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu. Melihat kesaktian sang
pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya
walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana.
Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian
Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian.Berawal dari
keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas
Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya
Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang
Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan
penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan
kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati.
Pangeran itupun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati
yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi
Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun
kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih
berkembang hingga sekarang.
Dalam tarian ini biasanya sang penari berganti topeng hingga tiga
kali secara simultan, yaitu topeng warna putih, kemudian biru dan ditutup
dengan topeng warna merah. Uniknya, tiap warna topeng yang
dikenakan, gamelan yang ditabuh pun semakin keras sebagai perlambang
dari karakter tokoh yang diperankan. Tarian ini diawali dengan formasi
membungkuk, formasi ini melambangkan penghormatan kepada
penonton dan sekaligus pertanda bahwa tarian akan dimulai. Setelah itu,
kaki para penari digerakkan melangkah maju-mundur yang diiringi
dengan rentangan tangan dan senyuman kepada para penontonnya.
Gerakan ini kemudian dilanjutkan dengan membelakangi penonton
dengan menggoyangkan pinggulnya sambil memakai topeng berwarna
putih, topeng ini menyimbolkan bahwa pertunjukan pendahuluan sudah
dimulai. Setelah berputar-putar menggerakkan tubuhnya, kemudian para
penari itu berbalik arah membelakangi para penonton sambil mengganti
topeng yang berwarna putih itu dengan topeng berwarna biru. Proses
serupa juga dilakukan ketika penari berganti topeng yang berwarna
merah. Uniknya, seiring dengan pergantian topeng itu, alunan musik
yang mengiringinya maupun gerakan sang penari juga semakin keras.
Puncak alunan musik paling keras terjadi ketika topeng warna merah
dipakai para penari.
Seperti yang saya sebutkan diatas, masing-masing warna topeng
yang dikenakan mewakili karakter tokoh yang dimainkan, sebut saja
misalnya warna putih. Warna ini melambangkan tokoh yang punya
karakter lembut dan alim. Sedangkan topeng warna biru, warna itu
menggambarkan karakter sang ratu yang lincah dan anggun. Kemudian
yang terakhir, warna merah menggambarkan karakter yang berangasan
(tempramental) dan tidak sabaran. Dan busana yang dikenakan penari
sendiri adalah biasanya selalu memiliki unsur warna kuning, hijau dan
merah yang terdiri dari toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan
ampreng.Jika anda berminat untuk menyaksikan tarian yang dimainkan
oleh satu atau beberapa orang penari cantik, seorang sinden, dan sepuluh
orang laki-laki yang memainkan alat musik pengiring, di antaranya
rebab, kecrek, kulanter, ketuk, gendang, gong, dan bendhe ini, silahkan
datang saja ke Cirebon. Tarian ini biasanya akan dipentaskan ketika ada
acara-acara kepemerintahan, hajatan sunatan, perkawinan maupun acaraacara rakyat lainnya.
Topeng Cirebon menyimbolkan bagaimana asal mula Sang
Hyang Tunggal ini memecahkan diriNya dalam pasangan-pasangan
kembar saling bertentangan itu, seperti terang dan gelap, lelaki dan
perempuan, daratan dan laut. Dalam tarian ini digambarkan lewat tari
Panji, yakni tarian yang pertama. Tarian Panji ini merupakan masterpiece
rangkaian lima tarian topeng Cirebon. Tarian Panji justru merupakan
klimaks pertunjukan. Itulah peristiwa transformasi Sang Hyang Tunggal
menjadi semesta. Dari yang tunggal belah menjadi yang aneka dalam
pasangan-pasangan. Inilah sebabnya kedok Panji tak dapat kita kenali
secara pasti apakah itu perwujudan lelaki atau perempuan. Apakah gerakgeriknya lelaki atau perempuan. Kedoknya sama sekali putih bersih tanpa
hiasan, itulah Kosong. Gerak-gerak tariannya amat minim, namun
iringan gamelannya gemuruh. Itulah wujud paradoks antara gerak dan
diam. Tarian Panji sepenuhnya sebuah paradoks. Inilah kegeniusan para
empu purba itu, bagaimana menghadirkan Hyang Tunggal dalam
transformasinya menjadi aneka, dari ketidakberbedaan menjadi
perbedaan-perbedaan. Itulah puncak topeng Cirebon, yang lain hanyalah
terjemahan dari proses pembedaan itu. Empat tarian sisanya adalah
perwujudan emanasi dari Hyang Tunggal tadi. Sang Hyang Tunggal
membagi diriNya ke dalam dua pasangan yang saling bertentangan,
yakni “Pamindo-Rumyang”, dan “Patih-Klana”. Inilah sebabnya kedok
“Pamindo-Rumyang”
berwarna
cerah,
sedangkan
“Patih-Klana”
berwarna gelap (merah tua).Gerak tari “Pamindo-Rumyang” halus
keperempuan-perempuanan, sedangkan Patih-Klana gagah kelakilakian. Pamindo-Rumyang menggambarkan pihak “dalam” (istri dan
adik ipar Panji) dan Patih-Klana menggambarkan pihak “luar”. Terang
dapat berarti siang, gelap dapat berarti malam. Matahari dan bulan.
Tetapi harus diingat bahwa semuanya itu adalah Panji sendiri, yang
membelah dirinya menjadi dua pasangan saling bertentangan sifatsifatnya. Inilah sebabnya keempat tarian setelah Panji mengandung
unsur-unsur tarian Panji. Untuk hal ini orang-orang tari tentu lebih fasih
menjelaskannya.
5. Sendratari Ramayana, Drama dalam Tarian Khas Jawa
Sendratari Ramayana adalah seni pertunjukan yang cantik,
mengagumkan dan sulit tertandingi. Pertunjukan ini mampu menyatukan
ragam kesenian Jawa berupa tari, drama dan musik dalam satu panggung
dan satu momentum untuk menyuguhkan kisah Ramayana, epos
legendaris karya Walmiki yang ditulis dalam bahasa Sanskerta.
Kisah Ramayana yang dibawakan pada pertunjukan ini serupa
dengan yang terpahat pada Candi Prambanan. Seperti yang banyak
diceritakan, cerita Ramayana yang terpahat di candi Hindu tercantik
mirip dengan cerita dalam tradisi lisan di India. Jalan cerita yang panjang
dan menegangkan itu dirangkum dalam empat lakon atau babak,
penculikan Sinta, misi Anoman ke Alengka, kematian Kumbakarna atau
Rahwana, dan pertemuan kembali Rama-Sinta.
Seluruh cerita disuguhkan dalam rangkaian gerak tari yang
dibawakan oleh para penari yang rupawan dengan diiringi musik
gamelan. Anda diajak untuk benar-benar larut dalam cerita dan
mencermati setiap gerakan para penari untuk mengetahui jalan cerita.
Tak ada dialog yang terucap dari para penari, satu-satunya penutur adalah
sinden yang menggambarkan jalan cerita lewat lagu-lagu dalam bahasa
Jawa dengan suaranya yang khas.
Cerita dimulai ketika Prabu Janaka mengadakan sayembara untuk
menentukan pendamping Dewi Shinta (puterinya) yang akhirnya
dimenangkan Rama Wijaya. Dilanjutkan dengan petualangan Rama,
Shinta dan adik lelaki Rama yang bernama Laksmana di Hutan Dandaka.
Di hutan itulah mereka bertemu Rahwana yang ingin memiliki Shinta
karena dianggap sebagai jelmaan Dewi Widowati, seorang wanita yang
telah lama dicarinya.
Untuk menarik perhatian Shinta, Rahwana mengubah seorang
pengikutnya yang bernama Marica menjadi Kijang. Usaha itu berhasil
karena Shinta terpikat dan meminta Rama memburunya. Laksama
mencari Rama setelah lama tak kunjung kembali sementara Shinta
ditinggalkan dan diberi perlindungan berupa lingkaran sakti agar
Rahwana tak bisa menculik. Perlindungan itu gagal karena Shinta
berhasil diculik setelah Rahwana mengubah diri menjadi sosok Durna.
Di akhir cerita, Shinta berhasil direbut kembali dari Rahwana
oleh Hanoman, sosok kera yang lincah dan perkasa. Namun ketika
dibawa kembali, Rama justru tak mempercayai Shinta lagi dan
menganggapnya telah ternoda. Untuk membuktikan kesucian diri, Shinta
diminta membakar raganya. Kesucian Shinta terbukti karena raganya
sedikit pun tidak terbakar tetapi justru bertambah cantik. Rama pun
akhirnya menerimanya kembali sebagai istri.
Dalam pertunjukannya ini juga tak hanya bisa menjumpai tarian
saja, tetapi juga adegan menarik seperti permainan bola api dan
kelincahan penari berakrobat. Permainan bola api yang menawan bisa
dijumpai ketik Hanoman yang semula akan dibakar hidup-hidup justru
berhasil membakar kerajaan Alengkadiraja milik Rahwana. Sementara
akrobat bisa dijumpai ketika Hanoman berperang dengan para pengikut
Rahwana. Permainan api ketika Shinta hendak membakar diri juga
menarik untuk disaksikan.
Di Yogyakarta, terdapat dua tempat untuk menyaksikan
Sendratari Ramayana. Pertama, di Purawisata Yogyakarta yang terletak
di Jalan Brigjen Katamso, sebelah timur Kraton Yogyakarta. Di tempat
yang telah memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) pada
tahun 2002 setelah mementaskan sendratari setiap hari tanpa pernah
absen selama 25 tahun tersebut, anda akan mendapatkan paket makan
malam sekaligus melihat sendratari. Tempat menonton lainnya adalah di
Candi Prambanan, tempat cerita Ramayana yang asli terpahat di relief
candinya.
6. Tari Reog Ponorogo
Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur
adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia
hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan
kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong
dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan
kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen
pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan
terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang
memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan
semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua,
sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu
Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga
30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.
Sejarah dari kesenian Reog ini bermula pemberontakan Ki Ageng
Kutu, seorang abdi kerajaan Majapahit pada abad ke-15 dimana pada
masa itu kerajaan Majapahit dibawah kekuasaan Bhre Kertabhumi yang
merupakan raja terakhir kerajaan Majapahit. Ki Ageng Kutu murka
terhadap perilaku rajanya yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan
Kerajaan Majapahit tak lama lagi akan berakhir. Ia pun pergi
meninggalkan kerajaan dan mendirikan sebuah perguruan Seni Bela Diri
dengan harapan dapat memunculkan bibit-bibit yang dapat memegang
kekuasaan Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukan yang dimilinya tidak
mampu menandingi pasukan Majapahit maka pesan Politis Ki Ageng
Kutu pun disampaikan melalui pertunjukan Reog. Pagelaran Reog
dimanfaatkan Ki Ageng Kutu untuk membangun perlawanan masyarakat
terhadap kerajaan.
Dalam pertunjukan kesenian Reog ini ditampilkan topeng
berbentuk kepala singa yang biasa disebut “Singo Barong”, raja hutan
yang menjadi simbol Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu
merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh
kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya.
Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang
menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan
Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok.
topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu,
sendirian dan menopang berat topeng singobarong yang mencapai lebih
dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya.
Dan akhirnya Reog Ki Ageng Kutu menyebabkan Kertabumi
menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat
diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan
warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara
diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih
diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan
populer diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru
dimana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu
Kelono Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang
Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning,
namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri.
Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari
pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom,
dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan
warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan
tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan
mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan
‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya
Berikut karakter-karakter dalam Kesenian Reog Ponorogo
Topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singo
Barong“, raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya
ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang
menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas
segala gerak-geriknya.
Singo Barong
Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi
kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit
Tathilan
Pujangganong atau Bujangganong adalah
penari
dan
tarian
yang
menggambarkan sosok patih muda (Patihnya Klana Sewandana) yang
cekatan, cerdik, jenaka, dan sakti. Sosok ini digambarkan dengan topeng yang
mirip dengan wajah raksasa, hidung panjang, mata melotot, mulut terbuka
dengan gigi yang besar tanpa taring, wajah merah darah dan rambut yang
lebat warna hitam menutup pelipis kiri dan kanan.
Bujangganong
Klana Sewandana atau Klono : Penari dan tarian yang menggambarkan
sosok raja dari kerajaan Bantarangin ( kerajaan yang dipercaya berada di
wilayah Ponorogo zaman dahulu. Sosok ini digambarkan dengan topeng
bermahkota, wajah berwarna merah, mata besar melotot, dan kumis tipis.
Selain itu ia membawa Pecut Samandiman; berbentuk tongkat lurus dari rotan
berhias jebug dari sayet warna merah diseling kuning sebanyak 5 atau 7
jebug.
Klana Sewandana
Warok Suromenggolo. Dalam pentas, sosok warok lebih terlihat sebagai
pengawal/punggawa raja Klana Sewandana (warok muda) atau sesepuh dan
guru (warok tua). Dalam pentas, sosok warok muda digambarkan tengah
berlatih mengolah ilmu kanuragan, digambarkan berbadan gempal dengan
bulu dada, kumis dan jambang lebat serta mata yang tajam. Sementara warok
tua digambarkan sebagai pelatih atau pengawas warok muda yang
digambarkan berbadan kurus, berjanggut putih panjang, dan berjalan dengan
bantuan tongkat.
Warok Suromenggolo
7. Tari Kecak
Tari kecak atau Seni tari Kecak merupakan sebuah seni tari yang
berasal dari Bali Indonesia, Seni Tari Kecak ini dipertunjukkan oleh
banyak [puluhan atau lebih] para penari laki-laki yang duduk berbaris
melingkar dan dengan irama tertentu dan sambil menyerukan “cak” serta
mengangkat kedua lengan. Para penari yang duduk melingkar tersebut
mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang
mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan
tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan
Sugriwa.
Tari Kecak menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera
membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari
ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada
kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para
leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada
masyarakat.
Berdasarkan referensi dari wikipedia, meskipun Tari kecak ini seni
tari Khas Bali, tapi tari kecak ini diciptakan bersama dengan seniman luar
negeri, iya adalah Walter Spies yaitu pelukis dari Jerman. Sekitar tahun
1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies
menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian
kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling
dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Pola Tari Kecak
Sebagai suatu pertunjukan tari kecak didukung oleh beberapa
factor yang sangat penting, Lebih lebih dalam pertunjukan kecak ini
menyajikan tarian sebagai pengantar cerita, tentu musik sangat vital untuk
mengiringi lenggak lenggok penari. Namun dalam dalam Tari Kecak
musik dihasilkan dari perpaduan suara angota cak yang berjumlah sekitar
50 – 70 orang semuanya akan membuat musik secara akapela, seorang
akan bertindak sebagai pemimpin yang memberika nada awal seorang lagi
bertindak sebagai penekan yang bertugas memberikan tekanan nada tinggi
atau rendah seorang bertindak sebagai penembang solo, dan sorang lagi
akan bertindak sebagai ki dalang yang mengantarkan alur cerita. Penari
dalam tari kecak dalam gerakannya tidak mestinya mengikuti pakempakem tari yang diiringi oleh gamelan. Jadi dalam tari kecak ini gerak
tubuh penari lebih santai karena yang diutamakan adalah jalan cerita dan
perpaduan suara.
8. Tari Pendet
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak
diperagakan di Pura, sebuah tempat ibadat bagi umat Hindu di Bali,
Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata
ke alam dunia. Tarian ini diciptakan oleh Wayan Rindi sekitar tahun 1950.
Wayan Rindi merupakan maestro tari yang dikenal luas sebagai
penggubah tari pendet sakral yang bisa di pentaskan di pura setiap upacara
keagamaan. Tari pendet juga bisa berfungsi sebagai tari penyambutan.
Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah
Pendet menjadi “tarian ucapan selamat datang”, meski tetap mengandung
anasir yang sakral-religius.
Wayan Rindi memodifikasi tari pendet sakral menjadi tari pendet
penyambutan yang kini diklaim Malaysia. Meski dimodifikasi, namun
semua busana dan unsur gerakan tarinya tetap mengacu pada pakem seni
Bali yang dikenal khas dan dinamis.
Diyakini bahwa tari Pendet merupakan pernyataan dari sebuah
persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tariantarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat
ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun
gadis. Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang
dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para
wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam
memberikan contoh yang baik.
Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari
Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya
ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap
ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masingmasing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen
lainnya.
Tari pendet yang di klaim oleh manusia
Tindakan Malaysia yang mengklaim tari pendet sebagai bagian
dari budayanya amat disesalkan keluarga Wayan Rindi. Pada masa
hidupnya, Wayan Rindi memang tak berfikir untuk mendaftarkan
temuannya agar tak ditiru negara lain. Selain belum ada lembaga hak cipta,
tari Bali selama ini tidak pernah di patenkan karena kandungan nilai
spiritualnya yang luas dan tidak bisa dimonopoli sebagai ciptaan manusia
atau bangsa tertentu. Namun dengan adanya kasus ini, Sutapa yang juga
dosen tari di Institut Seni Indonesia (ISI) Bali berharap pemerintah mulai
mengambil langkah untuk menyelamatkan warisan budaya nasional dari
tangan jahil negara lain.
Denpasar Malaysia
mencatat
tari
pendet
dalam
iklan
pariwisatanya. Masyarakat Bali pun protes karena tari pendet sudah
menjadi
budaya
masyarakat
Bali
selama
ratusan
tahun.
Awalnya tari pendet merupakan tarian yang disajikan di Pura untuk acara
keagamanaan Hindu dan menyambut Dewa dan Dewi. Tari Pendet
diciptakan dengan semangat ngayah (sukarela) sebagai persembahan pada
para Dewa. Diakui dibuat secara komunal bukan perseorang.
Pada tahun 1950, tari pendet digubah menjadi tarian sekuler agar
bisa menjadi tontonan umum. Salah satu tokoh yang menggubah tari
pendet adalah Nuh Arini. Pada saat itu para seniman berharap tari pendet
bisa digunakan untuk menjadi kegiatan pariwisata. Berbagai modifikasi
pun dilakukan dalam tarian ini. Lahirlah tari pendet versi pertunjukan.
Pada tahun 1961 Wayan Berata, menyempurnakan tari pendet versi
pertunjukan. Jika biasanya tari pendet dibawakan oleh dua orang, Wayan
menambahnya menjadi empat orang. Dalam versi keagamaan, gadis-gadis
membawakannya dalam pakaian adat untuk sembahyang. Dalam versi
pertunjukan baju para penari dirubah menjadi cerah dan gemerlap.
Tahun 1962 tari Pendet disajikan secara kolosal oleh 3.000 penari
pada pembukaan Asean Games.Kini tari Pendet dibawakan para penari
Bali dalam berbagai acara budaya maupun pertunjukan. Duta-duta budaya
Indonesia pun kerap membawakannya di luar negeri.
9. Tari Manasai
Pulau Kalimantan ternyata memiliki berbagai macam tradisi, adatistiadat, kesenian, tari-tarian dan berbagai macam ritual yang melekat dan
erat dengan kehidupan masyarakat sehari-harinya. Semua kegiatan
tersebut akan mengundang decak kagum bagi orang-orang yang baru
pertama kali menginjakkan kaki di pulau ini. Tidak heran banyak juga
orang asing yang melancong ke sana untuk sekedar berlibur atau yang
menetap untuk sementara waktu melakukan penelitian atau observasi
tentang kehidupan masyarakat sehari-hari.
Manasai adalah satu jenis tari pergaulan yang ada pada
masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah. Tarian ini dilakukan oleh
beberapa orang peserta, pria dan wanita yang berdiri berselang-seling
antara pria dan wanita dalam satu lingkaran. Dimulai dengan semua
menghadap kedalam lingkaran, kemudian berputar ke arah kanan, sambil
melakukan gerak maju bergerak berlawanan arah jarum jam. kemudian
menghadap ke arah luar lingkaran, berputar lagi ke arah kiri sambil
melakukan gerak maju. Begitu seterusnya sambil berputar terus
berlawanan arah jarum jam dengan mengikuti irama lagu pergaulan yang
berjudul sama, lagu manasai. Setiap gerakan kaki dalam tarian ini, mirip
dengan gerakan dalam irama Cha-Cha. Tidak ada batasan usia dalam
tarian ini. siapapun dan dalam usia berapapun boleh bergabung.
Bergabung kedalam lingkaran tari dapat dilakukan kapan saja, mengikuti
irama lagu. Dengan bertambahnya peserta yang ikut bergabung, maka
lingkaran tari pun akan semakin membesar. Dan semakin banyak peserta
tari, irama musik pun bisa semakin dipercepat, dan suasana gembira serta
meriah pun akan terbentuk dan tercipta.
Salah satu tari-tarian yang cukup dikenal adalah tari manasai. Tari
ini merupakan tari yang melambangkan kegembiraan. Tari ini biasanya
juga diadakan untuk menyambut tamu-tamu pemerintahan yang ke sana.
Intinya tarian “selamat datang” untuk tamu-tamu yang berkunjung ke
Kalimantan. Tari ini juga biasanya dipentaskan pada acara festival budaya
Isen Mulang yaitu acara tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah dan dibantu oleh dinas pariwisata dan dinas-dinas yang terkait,
tujuannya adalah menarik minat wisatawan untuk berkunjung serta
memperkenalkan dan melestarikan budaya daerah sehingga masyarakat
luar juga mengetahui budaya dari daerah lain. Hal tersebut akan
memperkaya budaya nasional bangsa kita.
Tari manasai selain dipentaskan pada festival budaya jug dapat
ditemuai pada keseharian kehidupan masyarakatnya. Dalam acara
pernikahan adat, misalnya. Tari manasai biasanya digemari oleh kalangan
muda sampai kalangan tua. Penari biasanya mengelilingi beberapa guci
ukuran besar yang di lingkari dengan kain bahalai. Para penari akan menari
dengan gemah gemulai mengelilingi guci-guci tersebut selama beberapa
putaran dengan di iringi lagu karungut. Penari akan berhenti sampai lagu
karungut yang di putar selesai. Sambil menari biasanya ada satu orang
yang memberi segelas “baram” (minuman memabukkan di Kalimantan)
kepada setiap penari. Tentunya kepada yang tidak terbiasa minuman ini
akan menimbulkan pusing kepala dan dapat mabuk olehnya.
Perlengkapan tari manasai biasanya baju adat, bahalai (selendang),
kain yang diikatkan mengelilingi kepala kemudian di sisipi Bulu Burung
Tingang (Bulu Burung Engrang). Kesemua itu sebagai pelengkap dalam
tari manasai. Kesemua itu memiliki arti tersendiri bagi yang mengerti
terutama para tetua adat, namun saya tidak begitu mengerti akan arti-arti
dari semua perlengkapan yang dikenankan walaupun saya tumbuh dan
dibesarkan dalam keluarga dayak. Ini kurangnya kesadaran sebagai
generasi muda untuk belajar dan menggali lebih lagi tentang
kebudayaannya sendiri termasuk saya orangnya. Kalteng tak hanya kaya
sumber daya alam, masyarakatnya juga memiliki beragam tradisi warisan
nenek moyang dari masa ke masa. Salah satunya Tari Manasai, tarian
penghormata untuk para tamu.
Di Bumi Tambun Bungai, hampir seluruh masyarakat kenal Tari
Manasai. Tarian khas Suku Dayak Kalteng yang mempertontonkan gerak
dinamis penari, diiringi tetabuhan musik tradisional ini, sering digelar
untuk menyambut para tamu yang datang.
Gerak tarinya sederhana, sehingga mudah dipelajari siapa saja.
Pola langkah dalam tarian berbentuk melingkar di satu area,
memungkinkan masing-masing penari bisa bertatap muka satu sama
lainnya. Sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu, tarian ini bisa
diikuti oleh banyak penari, termasuk mereka yang sedang disambut itu.
Hingga saat ini, Tari Manasai tetap lestari di Tanah Kalteng, mulai dari
kawasan perkotaan hingga desa di pedalaman. Pun di wilayah Murung
Raya (Mura).
10. Tari Perang
Tarian perang atau Tari Tobe adalah tarian tradisional suku
ASMAT. Dahulu tari Tobe dilakukan ketika kepala suku memerintahkan
rakyat untuk pergi berperang. Namun seiring perkembangan zaman dan
peraturan pemerintah yang melarang keras adanya peperangan antar suku,
tarian ini kini hanya menjadi tari resmi dalam penyambutan tamu penting,
penyambutan para turis asing dan yang paling sering dimainkan adalah
dalam upacara adat. Tarian ini dilakukan oleh 16 penari laki-laki dan 2
penari perempuan. Mereka menari dengan iringan tifa dan lantunan lagulagu perang pembangkit semangat. Tari ini memang dimaksudkan untuk
mengobarkan semangat para prajurit. Panas mentari Papua yang
menyengat tidak memudarkan semangat mereka untuk terus menari dan
menabuh musik pukul yang menjadi ikon Papua tersebut. Penari biasanya
mengenakan busana tradisional dengan manik-manik penghias dada, rok
terbuat dari akar bahar, dan daun-daun yang disisipkan pada tubuh.
Pakaian penari merupakan salah satu bukti kecintaan masyarakat Papua
pada alam.
BAB IV
KESIMPULAN
Seni tari adalah gerak tubuh manusia yang indah yang diiringi oleh music
ritmis serta memiliki maksud dan tujuan tertentu. Seni tari juga memiliki beberapa
fungsi, salah satunya yaitu seni tari berfungsi sebagai pariwisata.
Banyak sekali tarian-tarian yang negara kita miliki yang dijadikan objek
wisata, beberapa diantaranya seperti: tari saman, tari merak, tari reogponorogo, tari
serampang duabelas, sendratari ramayana, tari perang, dan lainnnya. Seni tari
nusantara dapat dijadikan aset wisata bagi Pemerintah Daerah setempat dalam
mengembangkan daerah dan perekonomian masyarakatnya. Maka dengan adanya
pariwisata seni tari dapat mengembangkan pembangunan masyarakat dan sumber
daya alam.
Download