JAKHKJ Vol. 5, No. 1, 2019 PENERAPAN PROSEDUR TEKNIK RELAKSASI TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI DI RSUD KOJA JAKARTA UTARA Serri Hutahaean., Nancy Febriana., Lia Apifah Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya [email protected] Abstrak Latar Belakang: Laparatomi merupakan pembedahan abdomen, membuka selaput abdomen dengan operasi yang dilakukan untuk memeriksa organ-organ abdomen dan membantu diagnosis masalah termasuk penyembuhan penyakit-penyakit pada bagian abdomen. Pembedahan itu memberikan efek nyeri pada pasien sehingga memerlukan penanganan khusus. Karena nyeri bersifat objektif jadi dalam menyikapi nyeri berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Teknik relaksasi sangat penting untuk mengurangi gangguan rasa nyaman: nyeri pada pasien terutama pada pasien laparatomi. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi kasus bertujuan untuk memperoleh gambaran terhadap penerapan prosedur teknik relaksasi dengan relaksasi napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien post operasi laparatomi. Hasil: Hasil studi kasus menunjukan adanya penurunan nyeri pada pasien dengan post operasi laparatomi dengan melakukan teknik relaksasi sehingga pasien merasa nyaman dan terlihat rileks. Kata kunci: laparatomi, nyeri, teknik relaksasi LATAR BELAKANG Laparatomi 2008 dan 1.281 kasus pada tahun 2009, tindakan pembedahan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pertama abdomen, membuka selaput abdomen dengan merupakan penyakit di rumah sakit se-Indonesia dengan operasi yang dilakukan untuk memeriksa organ- presentase organ abdomen dan membantu diagnosis masalah diantaranya termasuk penyembuhan penyakit-penyakit pada laparatomi (Depkes, 2012) dan data di RSUD Koja bagian abdomen. Pembedahan itu memberikan diperkirakan 20 % diantaranya tindakan bedah efek nyeri pada pasien sehingga memerlukan laparatomi dari 59,967 pasien yang dirawat di penanganan khusus. Karena nyeri bersifat objektif RSUD Koja (Depkes, 2016) 12,8% yang merupakan diperkirakan tindakan 32% bedah jadi dalam menyikapi nyeri berbeda antara satu individu dengan individu lainnya (Andarmoyo, METODE 2013) Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis Menurut WHO (2009) pasien laparatomi menggunakan metode pengumpulan data melalui setiap tahunnya meningkat 15%. Sedangkan wawancara terstruktur kepada klien dan keluarga menurut Data Tabulasi Nasional Departemen klien, pemeriksaan fisik, analisa terhadap rekam Kesehatan medik Republik Indonesia tahun 2010, tindakan bedah laparatomi mencapai 32% dengan klien, catatan keperawatan klien, pemeriksaan penunjang, dan observasi. menempati urutan ke 11 dari 50 pertama pola penyakit di rumah sakit se-Indonesia. Laporan Departemen Kesehatan (Depkes) HASIL mengenai a. Pasien 1 kejadian laparatomi meningkat dari 162 pada Berdasarkan evaluasi keperawatan yang pada tahun 2007 menjadi 983 kasus pada tahun telah dilakukan penulis pada tanggal 09 44 p-ISSN: 2442-501x, e-ISSN: 2541-2892 JAKHKJ Vol. 5, No. 1, 2019 Juni 2018 pukul 10.00 WIB diperoleh hasil Pembahasan ini dibuat untuk membandingkan sebagai berikut: hasil evaluasi keperawatan antara tinjauan teori dengan asuhan keperawatan berupa subjektif, yaitu: klien mengatakan yang telah dilakukan melalui pendekatan proses sudah pasien keperawatan yang meliputi: pengkajian, diagnosa tidak mengatakan lagi sudah lagi. keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Pengkajian yang dilakukan berupa objektif, yaitu: pasien tampak rileks, pada Ny.M dan Ny.I dilakukan secara menyeluruh pasien tampak mampu bangun sendiri dari mulai dari keluhan utama, riwayat penyakit tempat tidur, tekanan darah 100/70 mmHg, sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat nadi 78x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu kesehatan 37 ºC. Pasien tidak lagi mendapatkan terapi pemeriksaan laboratorium. hasil tidak dan keperawatan Sedangkan pusing evaluasi keluarga, pemeriksaan fisik dan obat ketorolac, skala nyeri 0 (hilang). Hasil pengkajian data pada Ny. M Analisa masalah gangguan rasa nyaman: menunjukan bahwa klien mengalami kesakitan nyeri pada luka post operasi. Hal ini sesuai dengan teori berhubungan pembedahan, b. nyeri dan dengan planning trauma dihentikan Rampengan ( 2014) Nyeri akut adalah nyeri karena pasien sudah diperbolehkan pulang yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau tetapi masih menunggu dokter paru karena intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat memiliki riwayat asma. dengan intensitas yang bervariasi. Nyeri akut berhenti dengan sendirinya (self-limiting) dan Pasien 2 Berdasarkan evaluasi keperawatan yang akhirnya menghilang dengan atau tanpa telah dilakukan penulis pada tanggal 09 pengobatan setelah keadaan pulih dan area yang Juni 2018 pukul 10.00 WIB diperoleh hasil terjadi kerusakan. Nyeri ini biasanya disebabkan sebagai berikut: hasil evaluasi keperawatan trauma bedah atau inflamasi. pada pengkajian berupa subjektif, yaitu: klien mengatakan tentang riwayat keluarga diperoleh data bahwa di sudah pasien keluarga pasien memiliki riwayat penyakit asma nyeri mengatakan berkurang lagi. dan tidak ada hubungannya dengan pasien keperawatan dirawat saat ini, tetapi pasien juga memliki berupa objektif, yaitu: pasien tampak rileks, riwayat asma. Pada pengkajian riwayat penyakit pasien tampak mampu bangun sendiri dari dahulu diperoleh data bahwa pasien pernah tempat tidur, tekanan darah 110/70 mmHg, dirawat selama 3 hari di RSUD Koja pada bulan nadi 82x/menit, pernafasan 20x/menit, suhu Januari 2018 akibat kista yang diderita dan dokter 37 ºC. Pasien tidak lagi mendapatkan terapi telah menyarankan untuk operasi tetapi pasien obat ketorolac, skala nyeri 2. Analisa belum siap karna pasien merasa cemas dan takut. Sedangkan sudah hasil tidak dan pusing evaluasi masalah gangguan rasa nyaman: nyeri Hasil pengkajian data pada Ny. I berhubungan dengan trauma pembedahan, menunjukan bahwa klien mengalami kesakitan dan planning dihentikan karena pasien pada luka post operasi. Hal ini sesuai dengan teori sudah diperbolehkan pulang. Rampengan ( 2014) Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau PEMBAHASAN Pada bagian intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat ini penulis membahas dengan intensitas yang bervariasi. Nyeri akut berhenti dengan sendirinya (self-limiting) dan tentang “ Penerapan Prosedur Teknik Relaksasi Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post akhirnya menghilang dengan atau tanpa Operasi Laparatomi Di RSUD Koja”. Prinsip dari pengobatan setelah keadaan pulih dan area yang pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan terjadi kerusakan. Nyeri ini biasanya disebabkan dasar manusia didalam asuhan keperawatan. trauma bedah atau inflamasi. pada pengkajian 45 p-ISSN: 2442-501x, e-ISSN: 2541-2892 JAKHKJ Vol. 5, No. 1, 2019 tentang riwayat keluarga diperoleh data bahwa di Pada penerapan intervensi keperawatan keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit penulis keluarga yang berhubungan dengan sakit pasien nonfarmakologi melalui teknik relaksasi dan saat ini. Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu sebelum mengajarkan teknik relaksasi, penulis diperoleh data bahwa pasien pernah dirawat melakukan selama 3 hari di RSUD Koja pada bulan Januari komunikasi terapeutik. Hal tersebut sesuai dengan 2018 akibat abortus. teori yang dikemukakan oleh Sri Utami (2014) Dari hasil analisa data yang dilakukan lebih menekankan pendekatan kepada dengan teknik strategi yang menjelaskan bahwa dengan memberikan kepada Ny. M dan Ny. I masalah keperawatan teknik utama yang ditemukan adalah gangguan rasa mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman nyaman: nyeri, sehingga penulis menentukan atau nyeri dan membuat otot-otot menjadi rileks diagnosa dan tidak mengalami ketegangan. keperawatan yang utama adalah gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma Penulis melakukan pasien tindakan dapat teknik Masalah relaksasi napas dalam pada Ny. M dan Ny.I yaitu keperawatan yang penulis temukan pada Ny. M untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien dengan dan Ny.I sesuai dengan teori yang dikemukakan cara mengajarkan bagaimana teknik relaksasi Sarri (2012) bahwa nyeri merupakan hal yang nafas dalam, kapan pasien harus menggunakan membuat pasien merasa tidak nyaman karena teknik tersebut, observasi tanda-tanda vital, kesakitan. Oleh sebab itu diagnosa keperawatan mengukur skala nyeri. Hal tersebut sesuai dengan prioritas operasi teori yang dijelaskan oleh Tamsuri (2007) yang laparatomi ialah dengan gangguan rasa nyaman: menjelaskan bahwa Teknik relaksasi dengan nyeri. Indikasi laparatomi bisa terjadi karena pernafasan dapat mengendalikan nyeri dengan adanya trauma abdomen (tumpul/tajam) ruptur meminimalkan aktifitas simpatik dalam sistem hepar, saluran saraf otonom. Caranya yaitu perawat mengajarkan pencernaan, sumbatan pada usus halus dan besar, kepada pasien bangaimana cara melakukan nafas dan masa pada abdomen pendapat tersebut senada dalam, dengan teori yang dikemukakan oleh sarri (2015). menghembuskan nafas secara perlahan. Selain Dengan harus untuk menurunkan intensitas nyeri, teknik ini melakukan tindakan operasi laparatomi dan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan membuat pasien merasa tidak nyaman karena meningkatkan oksigenasi darah. utama pembedahan. relaksasi pada pasien, pada peritonitis, kasus-kasus pasien post perdarahan tersebut pasien nyerinya. nafas lambat, Berdasarkan dan evaluasi bagaimana yang penulis Untuk mengatasi masalah gangguan rasa lakukan, maka respon yang diperoleh dari Ny.M nyaman: nyeri pada Ny.M dan Ny. I penulis telah pada hari pertama adalah pasien mengatakan melakukan implementasi sesuai dengan intervensi setelah diberikan teknik relaksasi napas dalam keperawatan yang mengacu pada teori yang nyeri berkurang, skala nyeri 3, pasien bisa duduk dikemukaan oleh merilyn (2012), yaitu: mengkaji tanpa dibantu, pasien tanpak rileks. Sedangkan faktor peyebab nyeri, memantau tanda-tanda respon yang diperoleh dari Ny. I pada hari vital, secara pertama adalah pasien mengatakan mengatakan nonverbal, menggunakan strategi komunikasi nyeri berkurang dengan skala nyeri 5, pasien terapeutik,mengontrol lingkungan yang dapat mengatakan pasien masih merasa linu ketika mempengaruhi pasien, menggerakan badannya, dan baru bisa melakukan mengajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi miring kana miring kiri, pasien masih tampak yaitu teknik relaksasi napas dalam. Sedangkan lemas. Dengan hasil respon kedua pasien penulis tindakan kolaborasi adalah dapat menyimpulkan bahwa penerapan prosedur mengobservasi ketidaknyaman ketidaknyamanan obat-obatan sesuai indikasi. 46 p-ISSN: 2442-501x, e-ISSN: 2541-2892 JAKHKJ Vol. 5, No. 1, 2019 teknik relaksasi napas dalam dapan membantu 09 Juni 2018 diperoleh data bahwa kedua pasien dalam memperbaiki kondisi umum pasien. sudah tidak merasakan nyeri sehingga pasien Evaluasi keberhasilan penerapan sudah diperbolehkan pulang pada tanggal 09 Juli prosedur teknik relaksasi pada kedua pasien 2018, namun Ny. M karena memiliki riwayat menunjukan bahwa kondisi Ny. M lebih cepat asma jadi masih nunggu konfirmasi dari dokter membaik dibandingkan dengan kondisi Ny. I. Hal paru. tersebut disebabkan Ny.M lebih sering dalam Pasien Ny.M menunjukan lebih cepat membaik melakukan teknik relaksasi, mobilisasi dini. Hal ini dibandingkan dengan kondisi Ny. I. Hal tersebut ditandai dengan pasien sudah bisa melakukan disebabkan Ny.M lebih sering dalam melakukan mobilisasi dini, skala nyeri 3 dan pasien tampak teknik relaksasi, mobilisasi diri. Hal ini ditandai rileks sedangkan Ny.I lebih sering dalam keadaan dengan pasien sudah bisa melakukan mobilisasi tidur dan kurangnya dukungan dalam diri sendiri dini, skala nyeri 2 dan maupun keluarga. Hal ini ditandai dengan pasien sedangkan Ny.I lebih sering dalam keadaan tidur hanya beraring di tempat tidur, skala nyeri 5, dan kurangnya dukungan dalam diri sendiri pasien jarang ditungguin oleh suami. maupun keluarga. Hal ini ditandai dengan pasien Untuk evaluasi keperawatan diagnosa pasien tampak rileks hanya beraring di tempat tidur, skala nyeri 5, yang telah teratasi adalah gangguan rasa nyaman: pasien jarang ditungguin oleh suami. nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan karena kondisi Ny. M dan Ny. I semakin membaik DAFTAR PUSTAKA dan pasien diperbolehkan untuk pulang. Hal ini Chahayaningrum, T. (2012). asuhan keperawatan dengan laparatomi. Asuhan Keperawatan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Dengan Laparatomi. Komalasari (2014) menjelaskan bahwa hasil yang Danim, S., & dalam maryam. (2017). Menjadi diharapkan dari diagnosa gannguan rasa nyaman: peneliti kualitatif. Bandung: Pustaka Setia. nyeri, yaitu: skala nyeri 0 atau hilang. Depkes. (2012). Data kejadian laparatomi. Enda estria. (2011). artikel kesehatan. Ilmiah KESIMPULAN Kesehatan Keperawatan, 7(1), 35–42. Imam Gunawan. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bumi Aksara. Laparatomi merupakan pembedahan abdomen, membuka selaput abdomen dengan operasi yang dilakukan untuk memeriksa organ-organ abdomen dan membantu diagnosis masalah Komalasari, T. (2014). NYERI PADA PASIEN POST termasuk penyembuhan penyakit-penyakit pada OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN bagian abdomen. Pembedahan itu memberikan LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014 efek nyeri pada pasien sehingga memerlukan ABSTRAK meminimalkan aktifitas simpatik penanganan khusus. Tindakan keperawatan yang dalam sistem saraf otonom . Berdasarkan berfokus pada pemberian teknik relaksasi nafas hasil dibanding sebelum relaksasi . dalam yang telah penulis lakukan pada kedua Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pasien sebagai kasus adalah penga, 2014. mengajarkan Merilyn E. Doengoes. (2012). Rencana Asuhan bagaimana teknik relaksasi nafas dalam, kapan Keperawatan (3rd ed.). jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. jakarta: Rineka Cipta. potter & Perry. (2010). buku fundamental keperawatan (7th ed.). jakarta: salemba pasien harus menggunakan teknik tersebut, observasi tanda-tanda vital, mengukur skala nyeri. Hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis 2 kali 8 jam diperoleh respon kedua pasien tampak membaik ditandai dengan skala nyeri pasien berkurang pada kedua pasien dan medika. saat evaluasi keperawatan pada tanggal 08 sampai 47 p-ISSN: 2442-501x, e-ISSN: 2541-2892 JAKHKJ Vol. 5, No. 1, 2019 Putra, F., Sandy, T., Yuliwar, R., & Utami, N. W. Sri Utami. (2014). PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI (2015). Infeksi Luka Operasi ( Ilo ) Pada NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN Pasien Post Operasi Laparotomi. Jurnal TINGKAT NYERI PADA ASUHAN Keperawatan Terapan, 1 No.1 Mar(1), 14– KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST 24. OPERASI APENDIKTOMI DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR. Jurnal Rampengan, S. F. Y. (2014). PASIEN POST OPERASI. Kesehatan, 05. Penelitian, 1–70. Tamsuri, A. (2007). konsep dan penatalaksanaan nyeri. Rustianawati, Y., Karyati, S., Himawan, R., Kunci, K., Nyeri, I., & Dini, A. (2013). Efektivitas Ambulasi Dini terhadap Penurunan Yusrizal, Z. Z. & A. E. (2012). Pengaruh Teknik Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Relaksasi Nafas Dalam dan Masase Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pasien Pasca. Ners Laparatomi di RSUD Kudus Surgery Patient Jurnal Keperawatan, Volume 8. Retrieved in The District Governmant Hospital of Kudus ., 4(2), 1–8 from Sari, N. N. (2015b). teknik distraksi relaksasi post http://ners.fkep.unand.ac.id/index.php/ners/a laparatomi. TEKNIK DISTRAKSI RELAKSASI rticle/view/77 POST LAPARATOMI. Setiadi. (2013). KONSEP DAN PRAKTIK PENULISAN RISET KEPERAWATAN (2nd ed.). Zakiyah, A. (2015). konsep dan penatalaksanaan nyeri dalam praktek keperawatan berbasis bukti. jakarta: SALEMBA MEDIAKA. 48 p-ISSN: 2442-501x, e-ISSN: 2541-2892