FUNGSI SINTAKSIS OBJEK BAHASA BALI Oleh: NI KOMANG PUTRI WIDARI (1980111013) PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU LINGUISTIK KONSENTRASI PEMBELAJARAN DAN PENGAJARAN BAHASA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2019 PENDAHULUAN Secara umum, struktur sintaksis meliputi subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (K), atau yang biasa dikenal dengan istilah SPOK. Istilah SPOK tersebut berkenaan dengan fungsi sintaksis. Fungsi sintaktis yaitu mengaitkan tiap kata atau frasa dalam satu kalimat dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi tersebut bersifat sintaktis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Dari keempat fungsi tersebut, tidak semua unsur harus ada dalam sebuah kalimat. Fungsi sintaksis yang terpenting yang harus hadir di setiap kalimat adalah subjek (S) serta predikat (P). Fungsi subjek (S) dan predikat (P) tidak dapat dipisahkan atau dapat dikatakan bahwa keduanya berkaitan satu sama lain. Walaupun demikian, unsur lain seperti objek (O) dan keterangan (K) juga memiliki fungsi penting sebagai penunjang dari sebuah kalimat meskipun kehadirannya tidak harus selalu ada. Chaer (2009:20) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan fungsi sintaksis (atau kita sebut fungsi saja) adalah semacam “kotak-kotak” atau “tempat-tempat” dalam struktur sintaksis yang ke dalamnya akan diisikan kategori-kategori tertentu. Kotak-kotak itu bernama subjek (S), predikat (P), Objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (Ket). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi sintaksis terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (K). Kelas-kelas fungsi tersebut bersifat relasional yaitu saling berhubungan dan tidak dapat berdiri sendiri. Namun dalam tulisan ini memfokuskan pada penjelasan mengenai salah satu dari fungsi sintaksis yaitu objek (O). Pembahasan objek (O) dalam hal ini berfokus pada tatanannya di dalam bahasa daerah Bali. PEMBAHASAN Fungsi objek adalah sebagai salah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam sebuah kalimat aktif. Objek dapat dikenali dengan melihat verba transitif pengisi predikat yang mendahuluinya. Setara dengan pernyataan Chaer (2009:21) yang menyatakan bahwa objek (O) adalah bagian dari verba yang menjadi predikat dalam klausa itu. Kehadirannya sangat ditentukan oleh ketransitifan dari verba pengisinya tersebut. Artinya, apabila verbanya bersifat transitif maka objek tersebut akan muncul, namun kebalikannya, apabila verba tersebut bersifat intransitif maka objek tersebut tidak akan muncul. Contoh fungsi objek dapat dilihat pada klausa-klausa berikut ini. (1) (2) (3) (4) Made ngabe jaje S P O Iluh Sari manting baju di tukade S P O Ket. I Pekak mekidung S P I Meme melali S P ‘Made membawa jajan’ ‘Iluh Sari mencuci baju di sungai’ ‘Kakek bernyanyi’ ‘Ibu jalan-jalan’ Verba ngabe ‘membawa’ pada klausa (1) dan verba manting ‘mencuci’ pada klausa (2) adalah verba transitif yang artinya bahwa verba tersebut tidak dapat dipisahkan dari objek karena objek disana adalah penunjang makna pada klausa tersebut; sedangkan verba mekidung ‘bernyanyi’ pada klausa (3) dan melali ‘jalan-jalan’ pada klausa (4) adalah verba intransitif yang tidak memerlukan objek di dalamnya. Selanjutnya Chaer (2009:22) mengemukakan adanya dua macam objek, yaitu objek afektif dan objek efektif. Berikut adalah penjelasan dan contoh mengenai kedua macam objek tersebut. (5) (6) Bapa maca koran S P O afektif Ketut Gauri mebalih TV S P O afektif ‘Bapak membaca koran’ ‘Ketut Gauri menonton TV’ Klausa diatas adalah contoh dengan objek afektif dimana objek yang dimaksud bukan merupakan hasil perbuatan predikat. (7) (8) Meme nyakan nasi S P O efektif Komang ngae PR S P O efektif ‘Ibu menanak nasi’ ‘Komang membuat PR’ Klausa diatas adalah contoh dengan objek efektif dimana objek yang dimaksud merupakan hasil perbuatan predikat. Objek afektif koran ‘surat kabar’ pada klausa (5) dan objek afektif TV ‘televisi’ pada klausa (6) sebelum perbuatan verba maca ‘membaca’ dan mebalih ‘menonton’ berlangsung keberadaannya sudah ada tanpa perubahan dari perbuatan verba. Sedangkan objek efektif nasi ‘nasi’ pada klausa (7) dan objek efektif PR ‘pekerjaan rumah’ pada klausa sebelum verba nyakan ‘menanak’ dan verba ngae ‘membuat’ berlangsung belum ada. Objek efektif tersebut ada karena merupakan hasil dari perbuatan verba tersebut. Chaer (2009:23) juga menambahkan bahwa kehadiran objek ini dalam kasus-kasus tertentu dapat ditanggalkan, misalnya apabila hubungan antara P dan O sudah merupakan kebiasaan. Contoh dapat dilihat pada klausa (9) dan klausa (10) berikut yang dapat diterima meskipun tanpa adanya objek. (9) (10) Odah sampun ngajeng Ø S P O Pegawe ento sedeng ngetik Ø S P O ‘Nenek sudah makan’ ‘Pegawai itu sedang mengetik’ Keberterimaan klausa (9) adalah karena hubungan antara verba ngajeng ‘makan’ yang menjadi P klausa itu dan nomina nasi yang menjadi objek afektifnya sudah merupakan kebiasaan. Dianggap kebiasaan karena mayoritas penduduk Indonesia termasuk masyakarat Bali sudah terbiasa untuk menyantap nasi sebagai makanan sehari-hari. Lain halnya apabila objeknya bukan nasi, melainkan misalnya tipat, tentu objek itu harus hadir dalam klausa tersebut. Demikian pula hubungan antara verba ngetik ‘mengetik’ yang menjadi P pada klausa (10) dan nomina surat yang menjadi objek efektifnya sudah merupakan satu kebiasaan. Andai yang diketik misalnya bukan surat, melainkan proposal, misalnya, tentu objeknya, yaitu proposal, harus dihadirkan. KESIMPULAN Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa fungsi sintaktis yaitu mengaitkan tiap kata atau frasa dalam satu kalimat dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi sintaksis terdiri atas subjek (S), predikat (P), objek (O), komplemen (Kom), dan keterangan (K). Tulisan ini memfokuskan pada penjelasan mengenai salah satu dari fungsi sintaksis yaitu objek (O). Pembahasan objek (O) dalam hal ini berfokus pada tatanannya di dalam bahasa daerah Bali. Fungsi objek dalam tatanan bahasa Bali ditentukan oleh ketransitifan verba pendahulunya. Apabila verba tersebut bersifat transitif, maka dalam hal ini objek diperlukan kehadirannya. Namun sebaliknya, apabila verba tersebut bersifat intransitif maka objek tidak akan muncul. Selain itu, objek terdiri dari dua macam, yaitu objek afektif dimana objek ini bukan merupakan hasil perbuatan predikat dan ada pula objek efektif yang merupakan hasil dari perbuatan predikat. Kehadiran objek dalam kasus-kasus tertentu dapat ditanggalkan apabila hubungan antara P dan O sudah menjadi suatu kebiasaan dimana tanpa pemberian objek, penerima pesan sudah paham tentang objek yang dimaksud oleh pemberi pesan. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.