POTENSI ANCAMAN AWAN PANAS G. GEDE

advertisement
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
POTENSI ANCAMAN AWAN PANAS G. GEDE
KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT
Akhmad ZAENNUDIN
Badan Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung.
Sari
Komplek G. Gede – Pangrango dan sekitarnya merupakan daerah wisata yang sangat disukai oleh masyarakat
perkotaan, sehingga tempat peristirahatan maupun hotel telah berkembang pesat di wilayah ini. G. Gede
merupakan gunungapi aktif yang sudah 53 tahun tidak meletus. Salah satu Istana Presiden juga telah dibangun di
sebelah timur komplek gunungapi tersebut. Villa-villa mewah lainnya banyak berdiri di wilayah ini, khususnya
di sekitar Cipanas. Wilayah tersebut sebenarnya merupakan endapan awan panas G. Gede yang berumur sekitar
850 – 1.200 tahun yang lalu. Dalam sekala waktu geologi merupakan endapan batuan yang berumur masih
sangat muda. Berdasarkan sejarah aktivitas bahwa G. Gede merupakan gunungapi yang sangat aktif pada kurun
waktu enam puluh tahun silam, yang hanya beristirahat selama satu tahun sampai dengan 71 tahun setiap erupsi
yang satu dengan erupsi berikutnya. Semakin lama jeda waktu istirahatnya semakin besar potensi erupsi yang
kemungkinan terjadi pada waktu mendatang. Wilayah Cipanas dan sekitarnya telah berkembang menjadi daerah
hunian yang cukup padat dan terus berkembang semakin padat pada saat ini. Karena wilayah tersebut
mempunyai tanah yang subur karena terbentuk oleh batuan vulkanik dari endapan awan panas dan juga
berlimpahnya sumber air. Kawah G. Gede terbuka ke arah wilayah ini sehingga potensi ancaman awan panas
dari gunungapi tersebut cukup tinggi bila kelak terjadi erupsi pada masa yang akan datang.
Abstract
Mt. Gede – Pangrango and its surrounding is an interesting tourism area which attracted people from big cities,
so in this area was built villas and hotes. President Palace of Cipanas and other villas are found in this area are
actually find out within the recent pyroclastic flow that is dated 850 years old. In geological age that it was
deposited very young. According geological records of Mt. Gede is an active volcano at least during last six
decades with one to 71 years of repose time interval between eruptions. Theoritically, the long repose interval
migth have a bigger potential eruption in the future. Present day Cipanas and its surrounding was become
denser population due to the vertile land of volcanic deposit of pyroclastic flow deposits. The recent pyroclastic
flow deposit of Mt. Gede is distributed throught this area, so this area is the highest risk due to pyroclastic flow
deposit in the near future.
PENDAHULUAN
Komplek G. Gede – Pangrango yang terletak
di antara Kabupaten Cianjur, Bogor, dan
Sukabumi, merupakan daerah wisata yang
sangat digemari oleh para wisatawan domestik
maupun manca negara karena alamnya yang
indah, sejuk, dan berlokasi sangat dekat dengan
kota-kota besar di Jawa Barat, Banten serta
Jakarta (Gambar 1).
G. Gede merupakan gunungapi aktif yang
terdapat dalam komplek gunungapi Gede Pangrango. Gunungapi ini bersama-sama
dengan G. Gumuruh, membentuk tubuh kerucut
gunungapi yang cukup besar berada di sebelah
timur G. Pangrango yang lebih tua. Di dalam
kawah G. Gede yang berdiameter sekitar 1 km
terdapat beberapa kawah seperti kawah Ratu,
Lanang, Leutik, dan Wadon. Pada saat ini
kumpulan kawah tersebut terbuka ke arah utara
ke kaki G. Pangrango.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 1-17
Hal :1
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
Tangerang
JAKARTA
U
Bekasi
Karawang
25 Km
Depok
Purwakarta
Subang
BOGOR
GEDE-PANGRANGO
Cianjur
Sukabumi
BANDUNG
Gambar 1. Lokasi G. Gede terletak dekat dengan Jakarta dan diantara kota-kota besar di Jawa Barat
Sejarah aktivitas G. Gede yang tercatat
sejak 1747 sampai 1957 merupakan gunungapi
yang sangat aktif dengan selang waktu istirahat
antara satu erupsi dengan berikutnya terjadi
sekitar satu tahun sampai dengan 71 tahun.
Kadang-kadang dalam kurun waktu satu tahun
terjadi berkali-kali erupsi seperti yang terjadi
pada 1840 dan 1947-1949. Dan semenjak tahun
1957 sampai sekarang gunungapi ini tidak
pernah lagi bererupsi, tetapi dalam kurun waktu
15 tahun terakhir menunjukkan adanya
peningkatan kegempaan pada 1997 dan 2000.
Aktivitas krisis kegempaan tersebut tidak
diikuti oleh suatu erupsi, karena beberapa pekan
kemudian menurun aktivitasnya dan normal
Hal :2
kembali. Setelah kedua krisis kegempaan
tersebut, kemudian disusul dengan peningkatan
kegempaan lagi pada Nopember – Desember
2010 dan krisis kegempaan pada saat inipun
tidak ikuti oleh suatu erupsi seperti kedua krisis
kegempaan sebelumnya.
Bila memperhatikan kegempaan G. Gede
dari tahun 2005 sampai dengan 2011
menunjukkan adanya puncak-puncak jumlah
kegempaan yang semakin besar seiring dengan
berjalannya waktu (Gambar 2). Hal ini perlu
adanya perhatian yang serius dari para ahli
kegunungapian, yang khususnya para ahli
gunungapi di Badan Geologi. Karena sudah tiga
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 2-17
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
kali krisis kegempaan yang kualitasnya semakin
tinggi dan sudah dua generasi penduduk yang
mendiami wilayah G. Gede dan sekitarnya yang
tidak mengalami peristiwa erupsi dari
gunungapi tersebut. Dan kemungkinan besar
hampir seluruh penduduk yang mendiami
wilayah di sekitar G. Gede tidak mengetahui
secara pasti bahwa gunungapi yang ada di
lingkungannya merupakan gunungapi yang
sangat aktif. Oleh karena itu kesiapan penduduk
dalam menghadapi suatu erupsi G. Gede pada
masa yang akan datang perlu terus diusahakan.
Gambar 2. Jumlah kegempaan harian G. Gede Januari 2005 - Januari 2011 (Sumber: Pusat Vulkanologi dan
Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi).
Pada saat ini beberapa wilayah di sekitar
G. Gede telah berubah menjadi daerah hunian
tetap dengan berkembangnya kota-kota kecil di
sekitar gunungapi ini. Karena lingkungannya
yang asri, indah, sejuk, dan subur tanahnya
menjadi daya tarik tersendiri bagi siapapun.
Disamping itu banyak terdapat tempat hunian
sementara yang umumnya pada akhir minggu
atau hari libur nasional akan menjadi daerah
yang sangat padat penduduknya karena para
penduduk kota besar menjadikan wilayah ini
sebagai tempat berlibur atau berekreasi yang
sangat populer. Oleh karena itu di wilayah ini
berkembang tempat rekreasi baru seperti Taman
Bunga Nusantara, Taman Safari Indonesia, dan
villa-villa mewah milik penduduk kota besar
dibangun di wilayah ini. Telaga Warna, Kebun
Raya Cibodas, wisata alam Gunung Putri, dan
tempat rekreasi lainnya lebih awal hadir di
wilayah ini. Bahkan Istana Presiden Cipanas
pun telah dibangun semenjak awal negara
Indonesia berdiri berada pada kawasan ini.
Secara geologi wilayah timur – timurlaut G.
Gede merupakan daerah yang tertutupi oleh
endapan awan panas paling muda dari
erupsinya (Situmorang, T dan Hadisantono,
R.D., 1992). Endapan awan panas di wilayah
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 3-17
Hal :3
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
ini terdapat dalam beberapa aliran yang
berumur antara 7.790 – 1.200 tahun yang lalu.
Aliran yang paling muda berumur 850 – 1.200
th y.l(Zaennudin drr., 2007) terendapkan
menyebar sampai sejauh 13 km dari puncak
gunungapi tersebut. Sehingga kawasan timur
dan timurlaut G. Gede merupakan kawasan
yang perlu mendapat perhatian khusus bila
aktivitas gunungapi tersebut menunjukkan
peningkatan.
METODOLOGI
Metoda yang digunakan dalam penelitian
ini adalah observasi lapangan dan penelitian
stratigrafi endapan gunungapi serta pemetaan
endapan awan panas yang paling muda dari
erupsi G. Gede. Khususnya endapan awan
panas yang tersebar ke wilayah timurlaut yaitu
di sekitar Cipanas, Kabupaten Cianjur. Dengan
banyak ditemukannya arang kayu (carcoal)
dalam endapan awan panas dapat digunakan
untuk menentukan umur absolute dari endapan
tersebut berdasarkan analisis “carbon datting”.
Analisis
morfologi
daerah
puncak
diperlukan untuk prakiraan wilayah yang sangat
potensi terlanda awan panas pada masa yang
akan datang. Arah bukaan kawah aktif G. Gede
sangat mempengaruhi sebaran aliran awan
panas tersebut bila terjadi. Disamping itu
dilakukan
penelitian
distribusi
dan
perkembangan kawah-kawah aktif G.Gede
untuk kemungkinan
GEOLOGI G. GEDE
G. Gede merupakan gunungapi strato yang
merupakan gunungapi paling muda dari
kompleks G. Gede – Pangrango. Gunungapi ini
bersama dengan G. Pangrango di sebelah
baratnya membentuk gunungapi kembar.
Kompleks gunungapi ini dibatasai oleh gununggunungapi tua di sebelah selatan, timur, dan
Hal :4
utara. Sedangkan pada bagian baratnya
berbatasan dengan komplek G. Salak.
Geologi komplek Gunung Gede dibagi
kedalam tiga perioda yaitu G. MasigitPangrango, G. Gumuruh (Gede Tua), and G.
Gede Muda. Batuan dasar dari komplek ini
adalah batuan sedimen yang berumur Tertier.
G. Gumuruh dan G. Gede muda membentuk
kerucut besar gunungapi yang tumbuh di
sebelah G. Masigit-Pangrango.
G. Gumuruh (Gede Tua) salah satu hasil
endapannya adalah endapan longsoran tubuh
gunungapi
(debris
avalanches
deposit)
membentuk bukit-bukit di sekitar kota Cianjur
yang terus tersebar ke arah tenggaranya sampai
sejauh 28 km dari puncaknya. Bukit-bukit hasil
longsoran tersebut kemudian dikenal dengan
sebutan bukit 777 (Bemmelen, 1949). Hasil
analisis endapan tanah (soil) yang menutupi
bukit tersebut telah dinalisis oleh Marina
Belosouf dan Alexandre Belosouf pada tahun
2009 berumur antara 12.940 – 12.780 tahun
yang lalu (Gambar 3).
Material
hasil Pembentukan tubuh G.
Gumuruh yang terbentuk setelah terjadinya “
debris avalanche” berupa jatuhan piroklastik,
awan panas, aliran lava yang sebagian besar
tersebar ke arah selatan, tenggara, dan timur.
Sebaran endapan dari gunungapi ini ke arah
utara dan timur laut tertutupi oleh endapan yang
lebih muda dari endapan G. Gede Muda. Aliran
lava hasil erupsi G. Gumuruh dapat diamati
pada lereng yang cukup tinggi seperti Pr.
Culamega (timur, 1.652 m dml), Pr.
Gombongpapag (selatan, 1.785 m dml) dan
Curug Cibeureum (utara, 1.650 m dml). Aliran
lahar tua ke arah selatan menutupi daerah
Sukabumi bagian selatan sampai mencapai
lembah S. Cimandiri, sedangkan ke arah timur
mencapai lembah Citarum.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 4-17
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
Gambar 3. Singkapan “debris avalanche” G. Gumuruh tersingkap di kampong Pasir Hayam, sebelah tenggara
kota Cianjur, berumur lebih tua dari 12.940 tahun y.l. Foto: Akhmad Zaennudin.
Endapan G. Gede Muda terdiri atas lava,
piroklastika aliran, piroklastika jatuhan,
longsoran vulkanik, dan endapan lahar.
Endapan longsoran vulkanik dari G. Gede
Muda ini tersebar ke arah timur dan timurlaut.
Ke arah timur laut terdapat di sekitar Taman
Nasional Cibodas (Gambar 3). Endapan dari
hasil erupsi G. Gede Muda tersebar sebagian
besar ke arah timurlaut dan hanya sebagian
kecil ke arah baratdaya.
Beberapa sumber erupsi sekaligus sumber
bencana erupsi Gede terpenting yaitu Kawah
Gede yang di dalamnya terdapat beberapa titik
pusat erupsi seperti Kawah Ratu, Kawah
Lanang, Kawawh Leutik, Kawah Baru, dan
Kawah Wadon. Kawah yang berukuran relatif
besar adalah Kawah Ratu mempunyai diameter
300 m dengan dinding kawah yang curam dan
Kawah Lanang berukuran 230 x 170 m. Tetapi
Kawah Wadon yang menunjukkan aktivitas
solfatara yang paling besar menghembuskan
uap air bercampur gas belerang yang cukup
pekat.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 5-17
Hal :5
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
Gambar 4. Bongkah-bongkah fragmen lava dari endapan guguran vulkanik yang tersebar di sekitar Taman
Nasional Cibodas. Foto: Akhmad Zaennudin.
Hal :6
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 6-17
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
Gambar 5. Bom-bom vulkanik yang berukuran sangat besar dierupsikan dari G. Gede, mengakibatkan cekungan
yang berukuran sekitar 2 – 4 meter di Kaldera Surya Kencana, G. Gumuruh.
AKTIVITAS G. GEDE
Ketika Belanda masuk ke Indonesia pada
akhir abad ke-17, semua kejadian penting baik
peristiwa alam maupun kejadian lainnya
semuanya tercatat dengan baik, termasuk
peristiwa letusan gunungapi. Karena pada
umumnya perkebunan kopi dan teh sebagai
sumber devisa Belanda berlokasi di sekitar
gunungapi aktif. Hampir seluruh gunungapi di
Jawa Barat ini terdapat perkebunan teh yang
subur sekali dan sudah tentu para pimpinan
perkebunan tersebut adalah orang Belanda yang
sudah terbiasa dengan tulis menulis, mencatat
berbagai kejadian.
Ketika erupsi besar G. Gede pada tahun
1747-1748 merupakan erupsi paling awal yang
dirasakan oleh orang Belanda sudah tentu tidak
luput dari perhatian dan dicatatnya. Oleh karena
itu erupsi G. Gede yang terjadi setelah tahun
1747 semuanya tercatat dengan rinci, bahkan
suara gemuruhpun yang berasal dari kawah G.
Gede dan terdengar oleh masyarakat di
sekitarnya akan tercatat dengan baik kapan
terjadi dan terdengar sampai sejauh berapa
kilometer dari kawah.
Sejak erupsi besar pada tahun 1840
kemudian tidak tercatat lagi adanya erupsi
besar. Erupsi yang terjadi hanya erupsi kecil
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 7-17
Hal :7
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
yang kadang-kadang diselingi oleh erupsi
bersekala medium. Erupsi magmatik terakhir
yang terjadi 1957 adalah erupsi bersekala
medium, setelah itu tidak pernah ada erupsi
magmatik maupun freatik.
Dalam catatan aktivitas G. Gede pada
tahun 1957 bererupsi dengan menghembuskan
material vulkanik ke udara membentuk tiang
asap setinggi 3.000 m dari bibir kawah. Dan
sejak terjadi erupsi tersebut sampai saat ini G.
Gede tidak pernah bererupsi lagi. Pada saat itu
merupakan erupsi magmatik terakhir yang
tercatat dari gunungapi ini. Sebelum tahun 1957
gunungapi ini sangat aktif yang bererupsi
dengan jedah waktu antara satu tahun sampai
71 tahun antara erupsi yang satu dengan erupsi
G. GEDE
berikutnya. Bila jedah waktu istirahatnya cukup
lama maka erupsi berikutnya akan terjadi cukup
besar seperti pada tahun 1832. Sebelum erupsi
pada tahun tersebut jedah waktu istirahatnya
selama 71 tahun. Tetapi tidak selalu harus
seperti itu, seperti yang terjadi pada periode
berikutnya yaitu hanya terdapat jedah waktu
istirahat delapan tahun tetapi terjadi erupsi
besar. Apakah letusan tersebut sebagai
kelanjutan dari proses erupsi 1832 yang terjadi
sebelumnya. Sejak erupsi terakhir pada 13
Maret 1957 belum terjadi lagi erupsi, tetapi
tercatat minimal pernah terjadi tiga kali krisis
kegempaan dalam kurun waktu 15 tahun
terakhir.
G. PANGRANGO
Gambar 6. Wilayah komplek G. Gede – Pangrango sangat menarik para wisatawan karena alamnya yang
mempesona dan nyaman sebagai tempat peristirahatan maupun tempat tinggal. Sehingga wilayah ini akan
bertambah kepadatan penghuni bila musim liburan. Padahal kawah terbuka ke arah utara yang merupakan
wilayah yang padat hunian. Foto: Akhmad Zaennudin.
Hal :8
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 8-17
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
Gambar 7. Villa milik orang kaya dari kota-kota besar bagaikan istana para raja zaman dahulu banyak
dijumpai di kawasan timurlaut G. Gede. Lokasi villa-villa tersebut terletak di atas endapan awan panas muda
dari G. Gede. Foto : Akhmad Zaennudin.
Tabel 1. Sejarah erupsi Gunung Gede (Sumber Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan
Geologi)
Tahun Erupsi
Keterangan
1747-1748
1761
1832
Selama perioda ini terjadi erupsi hebat dan menghancurkan (Junghun, 1854).
Erupsi kecil yang menghasilkan hanya sedikit abu (Junghun, 1854)
Pada 29 Agustus, awan asap raksasa mengepul dari kawah, dapat dilihat dari Bogor dan
menyebabkan hujan abu deras pada jam 11.00 – 12.00, sangat halus dan berwarna kehitamhitaman dan berhembus ke arah Jakarta (Betawi).
Terjadi beberapa kali erupsi besar (Hasskarl, Junghun, 1854).
Pada 12 Nopember jam 03.00 malam tiba-tiba terjadi erupsi hebat, disertai oleh suara
gemuruh dan goncangan tanah hebat, semburan api setinggi lebih kurang 50 m diatas
kawah. Sejumlah besar batu membara dilontarkan dari kawah dan sebuah tiang asap hitam
naik tinggi ke udara, abu menghujani daerah Bogor.
Pada 14 Nopember, abunya ditiup angin sejauh lebih kurang 20 km.
Pada 22 Nopember, jam 01.00, bumi berguncang dan terdengar surara keras selama asap
dan bongkah puing lava dimuntahkan, keesokan harinya puncak gunung seakan-akan
seluruhnya menyala, bagaikan lapangan alang-alang yang terbakar.
Erupsi paroksisma terjadi pada 1 Desember. Jam 06.00 pagi terdengar suara bagaikan
guntur, tiang api mencapai lebih kurang 200 m diatas tepi kawah, awan asapnya mencapai
ketinggian lebih kurang 2000 m diatas puncak gunung.
3 Desember, jam 06.00 sore dan kemudian 11 Desember jam 02.00 erupsi serupa ini terjadi
lagi, yang terakhir disusul dengan hujan abu.
Pada 28 Juli, jam 23.30 hujan abu tipis.
Pada 23 Januari, jam 10.30, tampak sebuah tiang asap naik dari kawah, disertai suara
bergemuruh. Hal serupa terulang pada 5 Maret jam 22.30.
Malam hari 17 – 18 Oktober hujan abu tipis jatuh di Bogor.
8 mei, di pagi hari tiba-tiba muncul tiang asap tebal di Kawah Gede.
28 Mei, sejumlah besar batu berdiameter 2 hingga 12 kaki dan abu dilontarkan.
14 Maret antara jam 07.00 – 09.00 tiang awan membungbung
1840
1843
1845
1847
1848
1852
1853
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 9-17
Hal :9
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
1866
1870
1885
1886
1887
1888-18891891
1899
1900
1909
1946
1947
1948
1949
1955
1956
1957
1972
Hal :10
18 September terjadi hujan abu
29 Agustus – 30 September, bara api, uap asap sangat tebal.
3 Oktober pada jam 09.45 terdengar ledakan kuat.
Suara gemuruh dalam Januari dan Pebruari.
10 Juni – 16 Agustus terjadi ledakan dan dentuman, hujan abu.
22 Oktober
Tanggal tidak diketahui
1 – 14 Mei suara gemuruh, sinar api diwaktu malam
Suara bergemuruh
2 Mei, hujan abu dan suara bergemuruh.
Menurut Taverne (1926), semuanya sama sekali tidak berarti dan hanya terbatas pada hujan
abu yang tipis yang hanya berlangsung 1 atau 2 hari. Neumann van Padang (1951, p.72 –
74) mencantumkan bahwa erupsi ini adalah esplosi normal yang terjadi di kawah pusat.
19 – 20 Desember, tampak asap membumbung dari Kawah Ratu
2 September, erupsi kecil dari kawah Ratu
27 September, terjadi hujan abu tipis. Pada jam 09.00 dan 09.30 awan erupsi setinggi lebih
kurang 500 m.
17 Oktober; pada 20.30, 20.40 dan 21.00 erupsi pendek.
1 Nopember, pada 13.40 erupsi pendek.
15 Nopember, pada jam 12.15 erupsi pendek.
28 November, pada jam 11.25 erupsi selama 2 – 3 menit.
30 Nopember, pada jam 21.27 erupsi selama 3 menit.
8 Januari, pada jam 00.20 erupsi selama 3 menit dan semburan pasir dan lapili.
11 Januari, pada jam 21.50 erupsi selama 20 detik.
17 Januari, pada jam 15.45 terjadi erupsi pendek.
22 Januari, pada jam 00.45 dan 01.00 terjadi erupsi pendek.
25 Januari, pada jam 07.30 dan 07.32 terjadi erupsi selama 3 menit (Berlage, 1948).
28 Januari, pada jam 04.23 erupsi.
12 Nopember, pada jam 11.28 terjadi erupsi dengan awan abu lebih kurang setinggi 5000
m.
16 Nopember, pada jam 06.45 terjadi erupsi abu kelabu.
20 Nopember, pada jam 03.45 terjadi erupsi.
23 Nopember, pada jam 07.00 tampak 3 erupsi dengan awan erupsi sampai 2500 m
tingginya (Adnawidjaja, 1948).
17 Januari dan 5 Pebruari, erupsi kecil dari kawah pusat (Neumann van Padang, 1951).
21 Juli (Djatikoesoemo, 1955).
2 Agustus, pada jam 00.20 Asap tebal hitam pekat tampak menyembur setinggi 300 – 400
m (Djajawinangun, 1955).
28 April, pada jam 07.00, tampak awan abu tebal berwarna hitam disertai dengan sinar,
berlangsung setengah jam (Hadikusumo, 1957).
13 Maret, pada jam 1914 – 19.16 erupsi disertai suara gemuruh, tinggi awan erupsi lebih
kurang 3 km di atas kawah (Hadikusumo, 1957).
Menurut Hamidi (1972) dalam bulan Juli Kawah Lanang mengeluarkan asap putih yang
agak tebal berbau belerang bersuara mendesis.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 10-17
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
PEMBAHASAN
Dari data sejarah aktivitas G. Gede tidak
pernah tercatat adanya erupsi freatik, hampir
erupsi berasal dari kawah utama walaupun
kawah tersebut berpindah dari satu kawah ke
kawah lainnya. Bila melihat morfologi puncak
dan perkembangan kawahnya dari G. Gede
menunjukkan bahwa adanya pergeseran kawah
dari arah selatan ke arah utara. Dan kawah
paling muda yang aktif terbuka ke arah utara,
sehingga endapan-endapan dari awan panas
(awan panasa) banyak terdapat pada sektor
tersebut. Endapan awan panas yang dapat
dikenali dari yang berumur sekitar 7.790 tahun
y.l. sampai 850 tahun y.l. semua tersebar ke
arah utara kemudian berbelok ke arah timurlaut
dan timur.
Erupsi-erupsi yang terjadi merupakan
erupsi magmatik artinya erupsi yang dikontrol
oleh pergerakan magma dari suatu kedalaman
yang sangat dalam muncul ke permukaan. Oleh
karena itu umumnya letusan-letusan yang
terjadi bertenaga yang menghasilkan awan
panas dan jatuhan piroklastik. Letusan (erupsi)
tersebut sangat dipengaruhi oleh kekuatan gas
yang terakumulasi di bawah gunungapi.
Suatu
erupsi
gunungapi
selalu
berhubungan dengan terjadinya penambahan
(suplai) magma baru dari kedalaman ke kantong
magma yang lebih dangkal. Bila pipa
kepundannya terbuka, maka setiap ada suplai
magma akan langsung terjadi erupsi atau dapat
juga harus menunggu beberapa waktu
kemudian apakah satu atau dua tahun. Tetapi
apa bila pipa kepundannya tertutup oleh sumbat
lava yang cukup kuat maka erupsi tidak
langsung terjadi, masih dibutuhkan tenaga yang
sangat kuat untuk mendobraknya. Untuk
mendobrak sumbat lava tersebut diperlukan
energi yang besar. Akumulasi energi yang besar
di bawah sumbat lava diperlukan waktu yang
cukup lama dengan dibarengi adanya suplai
magma yang terus menerus dari bawah.
Pergerakan magma dari bawah ke
permukaan mengisi kantong magma yang lebih
dangkal dapat dikenali dengan indikasi adanya
gempa-gempa vulkanik dalam. Gempa-gempa
tersebut biasanya tejadi pada berkedalaman
antara 8 – 10 km di bawah puncak gunungapi.
Oleh karena itu pemantau kegempaan maupun
metoda geofisika lainnya serta geokimia harus
diusahakan secara terus menerus, sehingga
tingkat atau level aktivitasnya dari gunungapi
ini selalu teramati dengan baik. Mengingat
wilayah di sekitar G. Gede telah berkembang
daerah hunian dan obyek wisata alam lainnya
yang sangat pesat.
Secara geologi sektor timurlaut G. Gede
terbentuk oleh endapan awan panas, jatuhan
piroklastik, dan lahar. Ada beberapa lapisan
awan panas terdapat di wilayah ini yang
terbentuk pada waktu yang berbeda. Sektor ini
merupakan wilayah yang sering terlanda oleh
awan panas (awan panas). Kebun Raya
Cibodas, Istana Presiden Cipanas, dan banyak
villa mewah bagaikan istana para raja terdapat
di wilayah ini.
Istana-istana tersebut hanya berjarak
sekitar 7 – 10 km dari kawah, berdiri megah di
atas awan panas. Hasil penentuan umur
berdasarkan metoda “carbon dating”(C13) dari
arang yang terdapat dalam endapan awan panas
menunjukkan bahwa endapan-endapan awan
panas tersebut terjadi dalam kurun waktu 1.290
– 850 tahun yang lalu. Sebaran awan panas
tersebut ada yang mencapai Taman Bunga
Nusantara yang berlokasi sejauh 15 km dari
kawah G. Gede, merupakan jangkauan cukup
jauh. Kalau tidak ada bukit yang menghalangi,
tentu akan lebih jauh lagi.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 11-17
Hal :11
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
TELAGA WARNA
VILLA
POS
1220-1210 BP.
1290-850 BP.
VILLA
ISTANA
7790-7.600 BP.
G. PANGRANGO
G. GEDE
U
5 Km
Endapan awan panas
Taman Bunga Nusantara
Gambar 8. Morfologi komplek G. Gede – Pangrango, berdarsarkan tingkat erosinya G. Gede terlihat lebih
muda dari G. Pangrango. Lokasi istana Presiden Cipanas dan beberapa endapan awan panas G. Gede.
Pada saat ini kawah G. Gede terbuka
mengarah ke utara, maka bila terjadi erupsi
yang menghasilkan lava dan awan panas
dengan sekala besar, maka pertama kali aliran
awan panas dan lava tersebut mengalir
mengarah ke utara. Karena terhalang oleh tubuh
G. Pangrango dan gunungapi yang lebih tua
lagi (komplek Mega-Mendung) kemudian akan
berbelok ke arah timurlaut menyusuri lembahlembah S. Cikundul, S. Cimacan, dan S.
Ciwetan. Sebaran awan panas tersebut yang
pernah terjadi dalam sejarah dan tidak menutup
kemungkinan peristiwa yang sama akan terjadi.
Hal :12
Sehingga lokasi-lokasi Istana Presiden Cipanas,
villa-villa mewah, dan obyek wisata alam di
wilayah timurlaut akan terlanda awan panas.
Bahkan kalau awan panas sangat besar dapat
mencapai Taman Bunga Nusantara juga.
Sebaran dan jangkauan awan panas tergantung
pada besar-kecilnya erupsi. Bila erupsinya
sangat besar maka dapat terjadi seperti dalam
sejarahnya, tetapi bila erupsinya kecil maka
awan panas hanya mencapai kurang dari 5 km.
Erupsi yang terjadi dalam kurun waktu
1.290 – 850 tahun yang lalu menghasilkan
beberapa aliran awan panas yang melanda
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 12-17
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
wilayah timurlaut. Awan panas tersebut telah
meluluh lantakan hutan belantara dengan
pohon-pohon besar berdiameter sampai 2 meter.
Pohon-pohon
tersebut
terpotong
dan
terarangkan sebagian oleh awan panas tersebut.
Pohon yang berdiameter kurang dari satu meter
terarangkan secara sempurna. Kondisi seperti
itu dapat dijumpai pada galian endapan awan
panas (Sirtu) di Kampung Pataruman, Cipanas,
Cianjur yang berjarak sekitar 12 km dari
puncak G. Gede. Di lokasi ini banyak dijumpai
pohon besar yang terpotong sekitar lima meter
dari akar yang potongan batang pohonnya
berserakan di permukaan endapan awan panas
membentuk suatu tumpukan arang kayu berarah
sejajar menjauhi kawah. Betapa panas dan
dahsyatnya kekuatan awan panas pada saat itu
yang dapat memotong sekaligus mengarangkan
pohon segar yang berdiameter 2 meter.
Gambar 9. Tunggul-tunggul pohon yang sebagian terarangkan merupakan sisa hutan purba yang terlanda awan
panas pada kurun waktu 1290 – 850 tahun yang lalu. Karena galian sirtu tunggul-tunggul tersebut tersisa
karena pasir dari awan panas telah digunakan sebagai bahan bangunan.
Sejak tahun 1957 gunungapi ini tidak
pernah bererupsi walau hanya abu tipis. Jadi
sudah selama 53 tahun gunungapi ini tidak ada
erupsi, tetapi dari aktivitas kegempaannya
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini tercatat
telah beberapa kali terjadi peningkatan, seperti
yang terjadi pada tahun 1990, 1991, 1992,
1997, 2000, 2006, 2007, dan terakhir 2010. Jadi
G. Gede telah mengalami krisis dengan
meningkat kegempaannya antara satu tahun
sampai enam tahun sekali, walaupun tidak
terjadi erupsi. Tetapi gunungapi ini perlu
diperhatikan lebih serius lagi. Pemukiman,
perkotaan, obyek wisata, dan sentral bisnis
lainnya terus berkembang seiring dengan
perjalanan waktu.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 13-17
Hal :13
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
A
ARANG BERUMUR 850 TH Y.L.
B
POHON TERARANGKAN
POHON TERARANGKAN
Gambar 10. Pohon yang terarangkan secara sempurna terdapat dalam endapan awan panas di galian sirtu
Pataruman (A), arang kayu dalam endapan awan panas di galian sirtu Bukit Danau (B). Foto : Akhmad
Zaennudin.
Gambar 11. Awan panas berumur 3.990 – 10.230 tahun y.l. tersingkap menutupi wilayah Cipendawa. Lokasi ini
terletak sekitar 2 km sebelah barat Cipanas ke arah lereng G. Gede. Foto : Akhmad Zaennudin.
Hal :14
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 14-17
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
Pada tahun akhir 2010 tercatat intesitas
kegempaannya paling tinggi dari aktivitas
sebelumnya. Oleh karena itu secara perlahan
tapi pasti aktivitas G. Gede kecenderungan
mengalami meningkat. Apakah tanda-tanda
tersebut merupakan proses akan terjadi erupsi
mendatang ? Akumulasi gas dan suplai magma
baru di bawah permukaan yang direfleksikan
oleh gempa-gempa vulkanik dalam dan gempa
tektonik lokal mulai sering terjadi. Tetapi
karena penutup, sumbat lava atau konduit
dalam pipa kepundan sangat kuat, sehingga
sampai saat ini belum mampu didobrak. Catatan
sejarah menunjukkan bahwa erupsi magmatik
yang cukup besar dapat terjadi setelah
berisitirahat cukup lama (71 tahun). Apakah
akan terjadi hal yang sama atau berubah dari
sejarahnya, adalah sesuatu yang sangat menarik
untuk dinanti.
Gambar 12. Endapan lahar purba yang tersingkap di sekitar Cipanas sebagai hasil endapan paska erupsi awan
panas dan jatuhan piroklastik dari G. Gede pada 850 tahun y.l. Foto: Akhmad Zaennudin.
Oleh karena itu sebelum memasuki masa
kristis tersebut perlu adanya usaha dari kita
semua untuk melakukan sosialisasi dan
pengenalan beberapa ancaman dari G. Gede,
khususnya bagi mereka yang bertempat tinggal
di kawasan rawan bencana. Karena G. Gede
sudah 53 tahun tidak terjadi erupsi sehingga
masyarakat di sekitarnya tidak punya
pengalaman untuk menghadapinya dan pada
akhirnya seperti terlupakan adanya ancaman
bahaya yang ada. Disamping adanya ancaman
awan panas yang dapat melanda kawasan ini
juga dapat terjadi aliran lahar sebagai bahaya
paska erupsi. Hal dapat dilihat sebagai
pembanding apa yang sedang terjadi di G.
Merapi dan sekitarnya.
Sudah selama lima dasa warsa kita
menikmati berbagai keuntungan atas kehadiran
gunungapi. Ada kalanya kita harus menerima
kerugian dari erupsinya yang merupakan sisi
negatip atas kehadirannya. Waktu yang
disediakan untuk menghindar dari erupsi ini
mungkin hanya beberapa hari atau tahun saja.
Tetapi kita telah menikmati keuntungan selama
puluhan tahun dari kehadirannya. Kita tidak
dapat melawan alam atas kehendak Nya tetapi
kita harus hidup serasi dengan alam. Oleh
karena itu berbagai usaha dalam mitigasi
bencana erupsi gunungapi perlu dilakukan lebih
intensif lagi untuk memperoleh kehidupan kita
yang lebih baik lagi.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 15-17
Hal :15
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
Gambar 13. Taman Bunga Nusantara yang terletak di sebelah timurlaut berjarak sekitar 15 km dari kawah G.
Gede, merupakan obyek wisata yang sangat terkenal di wilayah ini.
Pada musim liburan atau akhir pekan tempat ini
ramai dikunjungi para wisatawan lokal maupun
manca negara. Taman bunga ini juga terdapat di
atas endapan awan panas muda. Foto : Akhmad
Zaennudin.
Pemantauan aktivitas gunungapi sangat
dibutuhkan pada gunung-gunungapi yang
tercatat pernah aktif atau bererupsi setelah
tahun 1.600. Oleh karena itu Pos Pengamatan
G. Gede yang terletak di Desa Ciloto,
Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur
dibangun untuk maksud tersebut. Pos tersebut
berada di kaki gunungapi tua dari kelompok
Pegunungan Mega – Mendung, di sebalah utara
komplek G. Gede – Pangrango. Lokasi Pos ini
aman dari jangkauan awan panas G. Gede bila
terjadi erupsi.
Gambar 14. Pos Pengamatan G. Gede dibangun untuk memantau aktivitasnya, merupakan tempat yang aman
dan nyaman bagi para pengamat dan ahli gunungapi bekerja dengan tenang. Lokasi ini cukup aman dari
jangkauan awan panas bila terjadi erupsi dalam sekala normal, bukan erupsi dalam pembentukan kaldera. Pos
pengamatan ini layaknya villa dengan suasana yang sangat tenang, sejuk, berada di tengah-tengah hutan pinus
dari Taman Nasional Gede – Pangrango. Foto : Akhmad Zaennudin.
Hal :16
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 16-17
Potensi Ancaman Awan Panas G. Gede Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (A. Zaennudin)
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Ancaman yang paling tinggi dari suatu
erupsi gunungapi adalah erupsi yang
menghasilkan awan panas, karena mempunyai
kecepatan yang sangat cepat, panas, dan
mempunyai jangkauan yang sangat jauh.
Semakin besar letusannya maka semakin jauh
jangkauannya.
Bemmelen, R.W. van, 1949, report on the
volcanic activity and volcanological
research in Indonesia during the period
1936 – 1948, Volcanol. Bull., v.2, 9,
Napoli, p. 23.
Wilayah Cipanas dan sebelah timur laut
G. Gede merupakan wilayah yang mempunyai
resiko sangat tinggi bila terjadi erupsi
mendatang karena di wilayah ini terdapat
endapan awan panas yang sangat tebal dan luas
sebarannya, berumur sekitar 850 tahun yang
lalu. Wilayah ini semakin lama semakin padat
dan luas huniannya, bahkan istana Presiden
terdapat di wilayah ini. Villa dan tempat
peristirahatan orang-orang kaya dan para
pejabat dari kota besar di sekitar G. Gede
banyak terdapat di lokasi ini. Pemantauan
aktvitas G. Gede merupakan kegiatan yang
harus terus ditingkatkan sebagai salah satu
usaha mitigasi bencana letusan gunungapi ini.
Kusumadinata, K. dan Hamidi, S., 1979, Gede,
Data Dasar Gunungapi Indonesia,
Direktorat Vulkanologi.
Situmorang, T and Hadisantono, R.D.,
1992.Geological Map of Gede Volcano,
Directorate of Volcanology.
Zaennudin, A., Santoso, I., Zainuddin,
Wahyuningsih, R., Sasongko, Y.,
Sinulingga, I. K., 1993, Laporan
Penyelidikan Petrokimia G. Gede,
Direktorat Vulkanologi.
Zaennudin, A., Siregar, D., and Dahlan, S.,
2007. Young Pyroclastic Flow of Gede
Volcano, Abstract, International Merapi
Workshop, Yogyakarta, Indonesia.
Ucapan Terima kasih
Dalam pekerjaan lapangan maupun
penyusunan makalah ini telah banyak oleh
berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima
kasih disampaikan kepada M. Hendrasto, Iman
Sinulingga, dan Kristianto, yang telah
memberikan dorongan dan diskusinya sehingga
makalah ini selesai. Ucapan terima kasih
disampaikan kepada Alexander Belousova dan
Marina Belousova atas izinnya menggunakan
hasil analisis umur endapan erupsi G. Gede.
Juga penulis mengucapkan banyak terimak
kasih kepada para pengamat G. Gede: Budiman
dan Rohman yang membantu penulis selama
kegiatan di lapangan.
Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 6 Nomor 1, April 2011 : 17-17
Hal :17
Download