BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stenosis katup mitral merupakan penyempitan pada lubang katup mitral yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrim kiri ke ventrikel kiri. Sedangkan stenosis katup aorta adalah kerusakan katup jantung yang ditandai dengan penyempitan katup aorta pada jantung, yang mana hal ini membatasi kemampuan katup untuk membuka sepenuhnya. Pada stenosis mitral kelainan struktur mitral ini menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri saat diastol. Pada stenosis aorta, katup aorta tidak terbuka sepenuhnya. Adanya hambatan aliran darah dari aorta ke seluruh tubuh meningkatkan beban kerja bagi jantung karena jantung harus memompa lebih kencang untuk mendorong darah melewati katup yang menyempit. Stenosis mitral merupakan suatu proses progresif kontinyu dan penyakit seumur hidup. Apabila timbul vibrilasi atrium prognosanya kurang baik, sebab resiko terjadinya embolin atrial secara bermakna meningkat pada vebrilasi atrium. Sedangkan seseorang dengan kerusakan katup jantung bawaan mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya kondisi yang demikian. Stenosis katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam rematik yang pada saat ini sudah jarang ditemukan di Amerika Utara dan Eropa Barat. Karena itu diwilayah tersebut, stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah menderita demam rematik, pada masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan anti biotik. Pada stenosis mitral yang ringan simpton yang muncul biasanya dicetuskan oleh faktor yang meningkatkan kecepatan aliran atau curah jantung, yang akan meningkatkan tekanan atrium kiri secara dramatis. Beberapa keadaan antara lain : Latihan, stress, inveksi, kehamilan, vebrilasi atrium dengan respon ventrikel cepat. Sedangkan penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik. Keluhan berkaiatan dengan tingkat aktifitas fisik, gejala dini sesak napas waktu bekerja, keluhan dapat berupa takikardi, dispneu dan ortopnea, denyut jantung tidak teratur, gagal jantung, batuk darah ( Hemoptisis ) akibat pecahnya vena bronkialis. Sebagian penderita akan lebih merasa nyaman jika berbaring atau duduk tegak. Stenosis katup mitral dapat dicegah hanya dengan mencegah terjadinya demam rematik, yaitu penyakit pada masa kanak-kanak seperti infeksi tenggorokan oleh streptokokus yang tidak diobati. Sedangkan pencegahan stenosis aorta yaitu batasi asupan kolesterol anda, mencegah demam rematik dengan mengobati infeksi radang tenggorokan dengan antibiotic, dan menjaga tekanan darah yang sehat B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Menjelaskan konsep teori dan asuhan keperawatan pada klien dengan stenosis mitral dan stenosis aorta. 2. Tujuan Khusus Menjelaskan pengertian dari stenosis mitral dan stenosis aorta Menjelaskan patofisiologi stenosis mitral dan stenosis aorta Menjelaskan penyebab dari stenosis mitral dan stenosis aorta Menjelaskan tanda dan gejala serta klasifikasi stenosis mitral dan stenosis aorta Menjelaskan pemeriksaan penunjang stenosis mitral dan stenosis aorta Menjelaskan komplikasi dari stenosis mitral dan stenosis aorta Menjelaskan penatalaksanaan dan pencegahan stenosis mitral dan stenosis aorta Mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan stenosis mitral dan stenosis aorta mulai keperawatan, keperawatan. dari pengkajian, melakukan penetuan tindakan diagnosa, keperawatan merencanakan dan melakukan tindakan evaluasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA STENOSIS KATUP MITRAL A. DEFINISI Stenosis katup mitral merupakan penyempitan pada lubang katup mitral yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan angguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri saat diastol. B. PATOFISIOLOGI Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolik ventrikel untuk mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melewati katup yang sempit sehingga terjadi : a. Hipertrofi atrium kiri untuk meningkatkan kekuatan memompa darah Dilatasi atrium kiri terjadi karena volume atrium kiri meningkat karena ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara normal. Kongesti ventrikel pulmonalis akibat dari peningkatan tekanan dan volume atrium kiri yang dipantulkan kebelakang pembuluh paru-paru sehingga tekanan dalam katup pulmonalis dan kapiler meningkat, kongesti paru-paru tekanan dan atrium pulmonalis meningkat sebagai akibat dari resistensi ventrikel pulmonalis yang meningkat. Hipertensi pulmonalis meningkat resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteria pulmonalis ventrikel kanan memberi respon dengan hipertrofi. b. Curah jantung yang menetap. Pada keadaan normal area katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm². Bila area orifisium katup ini berkurang sampai 2 cm², maka diperlukan upaya aktif atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal tetap terjadi. Stenosis mitral yang kritis terjadi bila pembukaan katup berkurang hingga mencapai 1 cm². Pada tahap ini dibutuhkan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg untuk mempertahankan curah jantung yang normal (swain,2005). Derajat berat ringannya stenosis mitral, selain berdasarkan gradien transmitral, dapat juga ditentukan oleh luasnya area katup mitral, serta hubungan antara lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan opening snap. Pada stenosis mitral yang ringan simptom yang muncul biasanya dicetuskan oleh faktor yang meningkatkan kecepatan aliran atau curah jantung, atau menurunkan periode pengisisan diastole, yang akan meningkatkan tekanan atrium kiri secara dramatis. Beberapa keadaan antara lain : Latihan, Stres emosi, Infeksi, Kehamilan, Fibrilasi atrium dengan respon ventrikel cepat. C. PENYEBAB Stenosis katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam rematik, yang pada saat ini sudah jarang ditemukan di Amerika Utara dan Eropa Barat. Karena itu di wilayah tersebut, stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik. Di bagian dunia lainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-anak. Yang khas adalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral sebagian bergabung menjadi satu. Pada fase penyembuhan demam reumatik terjadi fibrosis dan fusi komisura katup mitral, sehingga terbentuk sekat jaringan ikat tanpa pengapuran yang mengakibatkan lubang katup mitral pada waktu diastolik lebih kecil dari normal. Stenosis katup mitral juga bisa merupakan suatu kelainan bawaan. Bayi yang lahir dengan kelainan ini jarang bisa bertahan hidup lebih dari 2 tahun, kecuali jika telah menjalani pembedahan. Beberapa keadaan juga dapat menimbulkan obstruksi aliran darah ke ventrikel kiri seperti Cor triatrium, Miksoma (tumor jinak di atrium kiri) atau bekuan darah (trombus) dapat menyumbat aliran darah ketika melewati katup mitral dan menyebabkan efek yang sama seperti stenosis katup mitral. D. GEJALA KLINIS Keluhan berkaitan dengan tingkat aktifitas fisik. Gejala dini : sesak nafas waktu bekerja. Keluhan dapat berupa takikardi, dispneu, takipnea dan ortopnea, dan denyut jantung tidak teratur. Tak jarang terjadi gagal jantung, tromboemboli serebral atau perifer dan batuk darah (hemoptisis) akibat pecahnya vena bronkialis. Jika kontraktilitas ventrikel kanan masih baik, sehingga tekanan arteri pulmonalis belum tinggi sekali, keluhan lebih mengarah pada akibat bendungan atrium kiri, vena pulmonal dan interstitial paru. Jika ventrikel kanan sudah tak mampu mengatasi tekanan tinggi pada arteri pulmonalis, keluhan beralih ke arah bendungan vena sistemik, terutama jika sudah terjadi insufisiensi trikuspid dengan atau tanpa fibrilasi atrium. Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru-paru (edema pulmoner). Jika seorang wanita dengan stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal jantung akan berkembang dengan cepat. Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan lelah dan sesak nafas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas (exertional dyspnea), tetapi lama-lama sesak juga akan timbul dalam keadaan istirahat. Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi menunjukkan bahwa seseorang menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyutjantung menjadi cepat dan tidak teratur. E. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. EKG : Memperlihatkan gambaran P mitral berupa takik (notching ) gelombang P dengan gambaran QRS yang masih normal dan Right Axis Deviation. Pada stenosis mitral reumatik, sering dijumpai adanya fibrilasi atau flutter atrium. 2. Foto Thorax : Dapat menunjukkan pembesaran atrium, Pelebaran arteri pulmonal, Aorta yang relatif kecil, Pembesaran ventrikel kanan, Perkapuran di daerah katup mitral atau perkardium, Pada paru-paru terlihat tanda-tanda bendungan vena, Edem Interstitial berupa garis Kerley terdapat pada 30% pasien dengan tekanan atrium kiri < 20 mmHg dan 70% pada tekanan atrium >20 mmHg 3. Ekokardiografi : Pemeriksaan ekokardiografi M-mode dan 2D-Doppler sangat penting dalam penegakan diagnosis. Dapat digunakan untuk: Menentukan derajat stenosis, Dimensi ruang untuk jantung, Ada tidaknya kelainan penyerta, Ada tidaknya trombus pada atrium kiri 4. Kateterisasi jantung : Kadang perlu dilakukan kateterisasi jantung untuk menentukan luas dan jenispenyumbatannya. Walaupun demikian pada keadaan tertentu masih dikerjakan setelah suatu prosedur ekokardiografi yang lengkap. Saat ini kateterisasi dipergunakan secara primer untuk suatu prosedur pengobatan intervensi non bedah yaitu valvulotomi dengan balon 5. Laboratorium : Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang khas, ditujukan untuk penentuan adanya reaktivasi reuma. F. KOMPLIKASI Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada stenosis mitral, dengan patofisiologi yang komplek. Pada awalnya kenaikan tekanan atau hipertensi pulmonal terjadi secara pasif akibat kenaikan tekanan atrium kiri. Dengan meningkatnya hipertensi pulmonal ini akan menyebabkan kenaikan tekanan dan volume aakhir diastole, regurgitasi trikiuspid dan pulmonal sekunder, dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan dan kongesti sistemik. Dapat pula terjadi perubahan pada vaskular paru berupa vasokonstriksi akibat bahan neurohumoral seperti endotelin atau perubahan anatomik yaitu remodel akibat hipertrofi tunika media dan penebalan tunika intima. Komplikasi lain dapat berupa tromboemboli, endokarditis infektif, fibrilasi atrial atau simptom karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagi dan suara serak G. PENGOBATAN Prinsip dasar penatalaksanaan adalah melebarkan lubang katup mitral yang menyempit, tetapi indikasi ini hanya untuk pasien kelas fungsional III (NYHA) ke atas. Pengobatan farmakologis hanya diberikan bila ada tanda-tanda gagal jantung, aritmia ataupun reaktifasi reuma Obat-obat seperti beta-blocker, digoxin dan verapamil dapat memperlambat denyut jantung dan membantu mengendalikan fibrilasi atrium. Jika terjadi gagal jantung, digoxin juga akan memperkuat denyut jantung. Pada keadaan fibrilasi atrium pemakaian digitalis merupakan indikasi, dapat dikombinasikan dengan penyekat beta atau antagonis kalsium. Diuretik dapat mengurangi tekanan darah dalam paru-paru dengan cara mengurangi volume sirkulasi darah dan untuk mengurangi kongesti. Antikoagulan Warfarin sebaiknya dipakai pada stenosis mitral dengan fibrilasi atrium atau irama sinus dengan kecenderungan pembentukan trombus untuk mencegah fenomena tromboemboli. Jika terapi obat tidak dapat mengurangi gejala secara memuaskan, mungkin perlu dilakukan perbaikan atau penggantian katup. Intervensi bedah, reparasi atau ganti katup : Closed Mitral Commisurotomy, Open Mitral Valvotomy, Mitral Valve Replacement. Pada prosedur valvuloplasti balon, lubang katup diregangkan. Kateter yang pada ujungnya terpasang balon, dimasukkan melalui vena menuju ke jantung. Ketika berada di dalam katup, balon digelembungkan dan akan memisahkan daun katup yang menyatu. Pemisahan daun katup yang menyatu juga bisa dilakukan melalui pembedahan. Jika kerusakan katupnya terlalu parah, bisa diganti dengan katup mekanik atau katup yang sebagian dibuat dari katup babi. H. PENCEGAHAN Stenosis katup mitral dapat dicegah hanya dengan mencegah terjadinya demam rematik, yaitu penyakit pada masa kanak-kanak yang kadang terjadi setelah strep throat (infeksi tenggorokan oleh streptokokus) yang tidak diobati. Pencegahan eksaserbasi demam rematik dapat dengan : Benzatin Penisilin G 1,2 juta µ IM setiap 4 minggu sampai umur 40 tahun Eritromisin 2×250 mg/hari Profilaksis reuma harus diberikan sampai umur 25 tahun walupun sudah dilakukan intervensi. Bila sesudah umur 25 tahun masih terdapat tanda-tanda reaktivasi, maka profilaksis dilanjutkan 5 tahun lagi. Pencegahan terhadap endokarditis infektif diberikan pada setiap tindakan operasi misalnya pencabutan gigi, luka dan sebagainya. I. PEMERIKSAAN FISIK Stenosis metral yang murni (isolated) dapat didengar bising meddiastolikyang bersifat kasar, bising menggenderang (Rumble), Aksentuasi presistolik dan bunyi jantung satu yang mengeras. Jika terdengar bunyi tambahan opening snap berarti katup masih relatif lemas (pliable) sehingga waktu terbuka mendadak saat distole menimbulkan bunyi yang menyentak (seperti tali putus). Jarak bunyi jantung dua dengan opening snap memberikan gambaran beratnya stenosis. Makin pendek jarak ini berarti makin berat derajat penyempitannya. Komponen pulmunal bunyi jantung kedua dapat mengeras disertai bising sistolik karena adanya hipertensi pulmunal. jika sudah terjadi insufisiensi pulmunal maka dapat terdengar bising diastolik dini dari katup pulmunal. J. MANAJEMEN KEPERAWATAN 1) Pengkajian Data Subyektif: Riwayat penyakit sekarang: Dyspnea atau orthopnea, Kelemahan fisik (lelah) Riwayat medis: Adakah riwayat penyakit demam rematik/infeksi saluran pernafasan atas. Data Obyektif: Gangguan mental: lemas, gelisah, tidak berdaya, lemah dan capek. Gangguan perfusi perifer: Kulit pucat, lembab, sianosis, diaporesis. Gangguan hemodenamik: tachycardia, bising mediastolik yang kasar, dan bunyi jantung satu yang mengeras, terdengar bunyi opening snap, mur-mur/S3, bunyi jantung dua dapat mengeras disertai bising sistole karena adanya hipertensi pulmunal, bunyi bising sistole dini dari katup pulmunal dapat terdengar jika sudah terjadi insufisiensi pulmunal, CVP, PAP, PCWP dapat meningkat, gambaran EKG dapat terlihat P mitral, fibrilasi artrial dan takikardia ventrikal. Gangguan fungsi pulmunary: hyperpnea, orthopnea, crackles pada basal. 2) Diagnosa Keperawatan Utama Yang Akan Dibahas a. Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik. b. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena; penurunan aktifitas. c. Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal. d. Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena pulmonal; Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan). e. Resiko gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli). 1. Rencana Intervensi dan Rasional a. Penurunan curah jantung b/d adanya hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri, adanya takikardi ventrikel, pemendekan fase distolik. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, penurunan curah jantung dapat diminimalkan. Kriteria hasil: Vital sign dalam batas normal, Gambaran ECG normal, bebas gejala gagal jantung, urine output adekuat 0,5-2 ml/kgBB, klien ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung. Rencana intervensi dan rasional: Intervensi Rasional Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung teratur setiap 4 jam. sedini mungkin. Catat bunyi jantung. Mengetahui adanya perubahan irama jantung. Kaji perubahan warna kulit terhadap Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi sianosis dan pucat. perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel. Pantau intake dan output setiap 24 Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi cairan dan natrium. jam. Batasi aktifitas secara adekuat. Berikan kondisi lingkungan yang tenang. Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan. psikologis Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung. b. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arterivena; penurunan aktifitas. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan adekuat. Kriteria hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang, akral teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak ada oedem, bebas nyeri/ketidaknyamanan. Rencana intervensi dan rasional: Intervensi Rasional Monitor perubahan tiba-tiba atau Perfusi serebral secara langsung berhubungan gangguan mental kontinu (camas, dengan curah jantung, dipengaruhi oleh bingung, letargi, pinsan). elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik. Observasi adanya pucat, sianosis, Vasokonstriksi sistemik diakibatkan oleh penurunan belang, kulit dingin/lembab, catat curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi. kekuatan nadi perifer. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis Indikator adanya trombosis vena dalam. dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema. Dorong latihan kaki aktif/pasif. Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboplebitis. Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru. Pantau pernafasan. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat penurunan bising usus, mual/muntah, mengakibatkan disfungsi GI, contoh kehilangan distensi abdomen, konstipasi. peristaltik. Pantau masukan keluaran urine. dan perubahan Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ. c. Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat beraktifitas sesuai batas toleransi yang dapat diukur. Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan kering. Rencana intervensi dan rasional: Intervensi Rasional Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas Parameter menunjukkan respon fisiologis menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt pasien terhadap stres aktifitas dan indikator di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan derajat penagruh kelebihan kerja jnatung. TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan. Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas. [[ Batasi pengunjung atau kunjungan oleh pasien. Menghindari terjadinya pemendekan fase distole. takikardi dan Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien, naum periode kunjungan yang tenang bersifat terapeutik. Kaji kesiapan untuk meningaktkan aktifitas Stabilitas fisiologis pada istirahat penting contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD untuk menunjukkan tingkat aktifitas stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada individu. aktifitas dan perawatan diri. Dorong memajukan perawatan diri. aktifitas/toleransi Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung. Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan, Teknik penghematan energi menurunkan mandi, berpakaian, eleminasi) penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Anjurkan pasien menghindari peningkatan Aktifitas yang memerlukan menahan nafas tekanan abdomen, mnegejan saat defekasi. dan menunduk (manuver valsava) dapat mengakibatkan bradikardia, menurunkan curah jantung, takikardia dengan peningaktan TD. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktifitas yang maju memberikan kontrol aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur jantung, meningaktkan regangan dan bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun mencegah aktifitas berlebihan. dari tempat tidur, belajar berdiri dst. d. Resiko kelebihan volume cairan b/d adanya perpindahan tekanan pada kongestif vena pulmonal, Penurunan perfusi organ (ginjal); peningaktan retensi natrium/air; peningakatn tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma (menyerap cairan dalam area interstitial/jaringan). Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari kelebihan volume cairan tidak terjadi. Kriteria hasil: balance cairan masuk dan keluar, vital sign dalam batas yang dapat diterima, tanda-tanda edema tidak ada, suara nafas bersih. Rencana intervensi dan rasional: Intervensi Rasional Auskultasi bunyi nafas untuk adanya Mengindikaiskan edema krekels. dekompensasi jantung. paru skunder akibat Catat adanya DVJ, adanya edema Dicurigai adanya gagal jantung kongestif.kelebihan dependen. volume cairan. Ukur masukan/keluaran, catat penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi. Hitung keseimbnagan cairan. Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi cairan/Na, dan penurunan keluaran urine. Keseimbangan cairan positif berulang pada adanya gejala lain menunjukkan klebihan volume/gagal jantung. Pertahankan pemasukan total cairan Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa 2000 cc/24 jam dalam toleransi tetapi memerlukan pembatasan pada adanya kardiovaskuler. dekompensasi jantung. Berikan diet rendah natrium/garam. Na meningkatkan retensi cairan dan harus dibatasi. Delegatif pemberian diiretik. Mungkin perlu untuk memperbaiki kelebihan cairan. e. Resiko gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli). Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari pertukaran gas adekuat. Kriteria hasil: sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas dapat diterima, akral hangat, suara nafas bersih, oksimetri dalam rentang normal. Rencana intervensi dan rasional: Intervensi Rasional Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan mengii. sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran dalam. oksigen. Dorong perubahan posisi sering. Pertahankan posisi Membtau mencegah atelektasis dan pneumonia. semifowler, Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan sokong tangan dengan bantal. meningkatkan ekspansi paru maksimal. Pantau GDA (kolaborasi tim medis), Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema nadi oksimetri. paru. Berikan oksigen tambahan sesuai Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang indikasi. dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan. Delegatif pemberian diuretik. Menurunkan kongesti pertukaran gas. alveolar, meningkatkan TINJAUAN PUSTAKA STENOSIS KATUP AORTA A. DEFINISI Stenosis Katup Aorta adalah kerusakan katup jantung yang ditandai dengan penyempitan katup aorta pada jantung, yang mana hal ini membatasi kemampuan katup untuk membuka sepenuhnya. Aorta adalah pembuluh arteri utama yang membawa darah keluar dari jantung. Biasanya ketika darah mengalir keluar meninggalkan jantung, katup aorta akan terbuka agar darah dapat mengalir masuk ke dalam aorta. Pada stenosis aorta, katup aorta tidak terbuka sepenuhnya. Adanya hambatan aliran darah dari aorta ke seluruh tubuh meningkatkan beban kerja bagi jantung karena jantung harus memompa lebih kencang untuk mendorong darah melewati katup yang menyempit. Akan muncul gejala seperti kelelahan dan pusing. Jika tidak diobati, akan menyebabkan gagal jantung. Stenosis katup aorta yang berat biasanya membutuhkan perawatan berupa operasi penggantian katup. Seseorang dengan kerusakan katup jantung bawaan mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya kondisi yang demikian. B. PATOFISIOLOGI Stenosis aorta menyebabkan tahanan dan perbedaan tekanan selama sistolik antara ventrikel kiri dan aorta. Peningkatan tekanan ventrikel kiri menghasilkan beban tekanan yang berlebihan pada ventrikel kiri, yang diatasi dengan meningkatkan ketebalan dinding ventrikel kiri (hipertrofi ventrikel). Pelebaran ruang ventrikel kiri terjadi sampai kontraktilitas miokard menurun. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri meningkat. Kontraksi atrium menambah volume darah diastolik ventrikel kiri. Hal ini akan mengakibatkan pembesaran atrium kiri. Akhirnya beban ventrikel kiri yang terus menerus akan menyebabkan pelebaran ventrikel kiri dan menurunkan kontraktilitas miokard. Iskemia miokard timbul akibat kurangnya aliran darah koroner ke miokard yang hipertrofi. C. TANDA DAN GEJALA Dada sesak Kelelahan Memiliki perasaan subyektif dari denyut jantung tidak normal yang tidak teratur atau cepat (jantung berdebar) Rasa sakit di dada Sesak nafas D. PENYEBAB Stenosis katup aorta adalah suatu penyempitan katup aorta sehingga menghalangi darah masuk ke aorta. Penyebab atau etiologi dari stenosisi ini bisa bermacam-macam. Namun yang paling sering adalah RHD (Rheumatic Heeart Disease) atau yang biasa kita kenal dengan demam rematik. Berikut etiologi stenosis katup aorta lebih lengkap : 1. Kelainan kongenital Tidak banyak bayi lahir dengan kelainan kongenital berupa penyempitan katup aorta . sedangkan sebagian kecil lainnya dilahirkan dengan katup aorta yang hanya mempunyai dua daun (normal katup aorta terdiri dari tiga daun). Pada katup aorta dengan dua daun dapat tidak menimbulkan masalah atauupun gejala yang berarti sampai ia dewasa dimana katup mengalami kelemahan dan penyempitan sehingga membutuhkan penanganan medis 2. Penumpukan kalsium pada daun katup Seiring usia katup pada jantung dapat mengalami akumulasi kalsium (kalsifikasi katup aorta). Kalsium merupakan mineral yang dapat ditemukan pada darah. Seiring dengan aliran darah yang melewati katup aorta maka menimbulkan akumulasi kalsium pada katup jantung yang kemudian dapat menimbulkan penyempitan pada katup aorta jantung. 2. Demam rheumatic Komplikasi dari demam rematik adalah adanya sepsis atau menyebarnya kuman atau bakteri melalui aliran darah ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan sampainya kuman datau bakteri tersebut ke jantung. Saat kuman tersebut mencapai katup aorta maka terjadilah kematian jaringan pada katup aorta. Jaringan yang mati ini dapat menyebabkan penumpukan kalsium yang dikemudian hari dapat menyebabkan stenosis aorta. Demam reumatik dapat menyebabkan kerusakan pada lebih dari satu katup jantung dalam berbegai cara. Kerusakan katup jantung dapat berupa ketidakmampuan katup untuk membuka atau menutup bahkan keduanya. E. KOMPLIKASI Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Angina Pektoris Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Gagal Jantung Kongestif Mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Henti Jantung Mendadak Wanita hamil mungkin memiliki resiko yang lebih tinggi untuk Aritmia F. PENCEGAHAN Batasi asupan kolesterol anda Mencegah demam rematik dengan mengobati infeksi radang tenggorokan dengan antibiotik Menjaga tekanan darah yang sehat G. PENANGANAN 1. Paliatif Tindakan BAV ( Ballon Aortic Valvuloplasty) adalah memasukkan balon melalui septum atrial. Ballon dikembangkan dengan larutan angiografi cair dan lebih sering melalui aorta serta melintasi katup aorta dan ventrikel kiri. Ketika balon dikembangkan, katup aorta tidak akan menutup sama sekali sehingga memungkinkan aliran darah mengalir ke aorta. Namun prosedur ini tidak efektif, hampir 50% dalam 12 -15 bulan pasca BAV stenosis akan kambuh kembali (Brunner & Suddarth 2002). Prosedur ini bermanfaat sebagai tindakan jangka pendek / sementara, sebelum tindakan penggantian katup aorta. 2. Pembedahan a. Repair Proses Repair dibagi menjadi 2 yaitu anuloplasthy dan perbaikan bilah. 1. Anuloplasty Anuloplasty adalah perbaikan annulus katup (jaringan yang menghubungkan antara bilah-bilah katup dengan otot jantung). Anuloplasty menggunakan 2 cara yang berbeda salah satunya dengan menggunakan cincin anuloplasty dimana bilah katup dijahitkan ke cincin dan membentuk annulus dengan ukuran yang diinginkan. Cara lain yaitu dengan cara mengikat bilah katup ke atrium atau membuat kerutan untuk menengangkan annulus. 2. Perbaikan Bilah Bilah katup jantung yang mengalami pemanjangan, bergelembung atau berlebihan maka akan dibuang atau dipotong kelebihan dari jaringan tersebut. Jaringan yang memanjang dapat dilipat balik dan dijahit diatas jaringan itu sendiri (Plikasi Bilah). Bilah yang pendek biasanya diperbaiki dengan Cordoplasty (Perbaikan corad tandinae). Selain itu dapat pula dilakukan insisi berbentuk baji pada bagian tengah bilah yang kemudian celah yang ada dijahit (Reseksi bilah). b. Replacement Penggantian katup merupakan cara yang efektif untuk mengatasi stenosis aorta tahap lanjut (Severe) yang disertai gejala-gejala stenosis aorta seperti angina, syncope dan heart failure. Penggantian katup tergantung pada status fungsional pasien, disfungsi ventrikel dan adanya vegetasi. 3. Medikamentosa a. Nitrogliserin Oral ( sublingual ) diberika bila ada angina b. Diuretik dan Digitalis diberikan bila ada tanda gagal jantung c. Statin dianjurkan untuk mencegah kalsifikasi daun katup aorta d. Antikoagulan, pada pasien menggunakan katup mekanik penggunaan antikoagulan seumur hidup, sedangkan pada katup bioprostetik penggunaan antikoagulan selama fase awal saja biasanya selama 5 hari. Sementara untuk preventif penggunaan Heparin 3-4 bulan. e. Antibiotik digunakan untuk profilaksis diantaranya amoxilin, eritromicin, ampicilin, gentamizin, dan vancomicyn. f. Diet rendah garam g. Hindari aktivitas berat seperti mengangkat beban berat dan lari H. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Aktivitas / Istirahat : Gejala : kelelahan, kelemahan. Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas. b. Sirkulasi : Gejala : riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan. Tanda : takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal. c. Eliminasi : Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlah urine. Tanda : urin pekat gelap. d. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala : nyeri pada dada anterior (sedang sampai berat/tajam) diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakkan menelan, berbaring. Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah. e. Pernapasan Gejala : napas pendek Tanda : dispnea, batuk, pernapasan dangkal. 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan 2. miokardium. Sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat. Aktual/resiko tinggi menurunya curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elekrtikal. 3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung. 3. Rencana Intervensi Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium. Sekunder dari penurunan suplai darah ke miokardium, peningkatan produksi asam laktat. Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam terdapat penurunan respons nyeri dada. Kriteria : secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan TTV dalam baras normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer, urine > 600 ml/hari INTERVENSI Catatan karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, lama, dan penyebaranya. RASIONAL Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian. Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak. Anjurkan kepada klien untuk melaporkan adanya nyeri dengan segera. Lakukan manajemen nyeri keperawatan. Atur posisi fisiologi. Istirahatkan klien. Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanul atau masker sesuai dengan indikasi. Manajemen lingkungan : lingkungan tenang dan batasi pengunjung. Ajarkan teknik relaksasi pernapasan dalam. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri. Lakukan manajemen sentuhan. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis antiangina. Antiangina (nitrogliserin) Analgesik, morfin 2-5 intravena Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami iskemia. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer, sehingga akan menurunkan kebutuhan miokardium serta meningkatkan suplai darah dan oksigen ke miokardium yang membutuhkan O2 untuk menurunkan iskemia. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidak nyamanan karena iskemia. Lingkunagn tenang akan menurunkan stimulus nyeri eksternal dan pembatasan pengunjung akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang akan berkurang apabila banyak pengunjung yang berada di ruangan. Meningkatkan asupan O2 sehingga akan menurunkn nyeri sekunder dari iskemia jaringan otak. Distraksi (pengalihan perhartian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri. Masase ringan dapat meningkatkan aliran darah dan secara otomatis membatu suplai darah dan oksigen ke area nyeri serta menurunkan sensasi nyeri. Obat-obat anti angina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, baik dengan menambah suplai oksigen maupun dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen. Nitrat berguna untuk mengontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner. Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi, dan mengurangi kerja miokard. Kolaborasi operatif penggantian katup aorta Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah penggantian katup aorta secara bedah. Terdapat resiko kematian mendadak pada pasien yang diobati saja tanpa tindakan bedah. Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat menyebabkan gagal jantung permanen yang tidak berespons terhadap terapi medis. Aktual/resiko tinggi menurunya curah jantung yang berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama, dan konduksi elekrtikal. Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam tidak terjadi penurunan curah jantung. Kriteria : stabilitas hemodinamik baik ( tekanan darah dalam batas normal, curah jantung kembali meningkat intake dan output sesuai, tidak menunjukan tanda-tanda disritmia) , urine >600 ml/hari. INTERVENSI Auskultasi TD. Bandingkan kedua lengan, ukur dalam keadaan berbaring, duduk,atau berdiri bila memungkinkan. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi. Catat terjadinya S3/S4 Catat murmur. Pantau frekuensi jantung dan irama. Berikan makanan kecuali/mudah dikunyah batasi asupan kafein. RASIONAL Hipotensi dapat terjadi karena disfungsi fentrikel, hipertensi juga fenomena umum, nyeri membuat cemas, dan terjadi pengeluaran katekolamin. Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunya kekuatan nadi. S3 berhubungan dengan gagal jantung kanan atau gagal mitral yang disertai infark berat. Menunjukan gangguan aliran darah dalam jantung, kelainan katup, kerusakan septum, atau vibrasi otot papilar. Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukan komplikasi disritmia. Makanan berat dapat meningkatkan kerja mikoard. Kafein dapat merangsang langsung ke jantung, sehingga meningkatkan frekuensi jantung. Kolaborasi Pertahankan cara masuk heparin (IV) sesuai indikasi Jalur yang paten penting untuk pemberian obat darurat. Pantau data laboratorium enzime jantung, GDA, dan elektrolit. Enzim memantau perluasan infark, elektrolit berpengaruh terhadap irama jantung. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan kebutuhan sekunder dari penurunan curah jantung. Tujuan : aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas. Kriteria : klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama mobilisasi di tempat tidur. INTERVENSI RASIONAL Catat frekuensi jantung, irama, dan perubahan Respon klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan tekanan darah selama dan sesudak aktivitas. penurunan oksigen miokard. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas, dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat. Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen.. Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya mengejan saat defekasi. Dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi, menurunkan curah jantung dan takikardia, serta peningkatan TD. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh: bangun dari kursi bila tak ada nyeri, ambulasi,dan istirahat selama 1 jam setelah makan. Pertahankan klien tirah baring sementara sakit akut. Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan renggangan, dan mencegah aktivitas berlebihan. Tingkatkan klien duduk di kursi dan tinggikan kaki klien. Ungtuk meningkatkan aliran vena balik. Pertahankan rentang gerak pasif selama sakit kritis. Meningkatkan kontraksi otot sehingga membantu aliran vena balik. Evaluasi tanda vital saat kemajuan aktivitas terjadi. Mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan aktivitas. Berikan waktu istirahat diantara waktu aktivitas. Mendapatkan cukup waktu resolusi bagi tubuh dan tidak terlalu memaksa kerja jantung. Pertahankan penambahan O2 sesuai kebutuhan. Untuk meningkatkan oksigen jaringan. Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi nafas, serta keluhan subjektif. Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung. Berikan diet sesuai kebutuhan. ( pembatasan air dan Na). Untuk mencegah retensi cairan dan edema akibat penurunan kontraktilitas jantung. Rujuk ke program rehabilitasi jantung. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan karena iskemia. Untuk mengurangi beban jantung. BAB III CASE STUDY Case Study Stenosis Ny. G. Usia 45 Tahun. Dirawat di ruang jantung dengan keluhan nafas terasa sesak dan semakin berat saat digunakan naik tangga ke lantai dua, badan lemah, dan terkadang muncul batuk. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: Berat badan 75 Kg, Tinggi badan 155 cm. tekanan darah 130/90 mmHg, Nadi 100X/mnt. Pernafasan 25 X/mnt. Hasil Pemeriksaan penunjang. ECG ditemukan Irama Tachicardi 110 X/mnt, hipertropi atrium kiri dan atrial fibrilasi. Riwayat penyakit masa lalu demam reumatik dengan pengobatan yang tidak tuntas. Pasien di diagnosis Mitral Stenosis. 1. Apakah penyebab/ factor resiko yang ada pada Ny. G? 2. Bagaimanakah fisiologi terjadinya a. Sesak b. Badan lemah c. Batuk 3. Bagaimanakah fisiologi terjadinya Mitral Stenosis yang dialami Ny.G? 4. Bagaimana Web Of Caution pada kasus Mitral Stenosis 5. Diagnosa keperawatan apa yang muncul dari Ny. G? Susunlah Diagnosa keperawatan, tujuan, intervensi dan rasional yang tepat untuk Ny. G? Jawaban: 1. Faktor resiko pada Ny. G adalah Riwayat penyakit masa lalu demam reumatik dengan pengobatan yang tidak tuntas. 2. Fisiologi terjadinya : a. Sesak Berawal saat darah tidak dialirkan secara maksimal dari atrium kiri ke ventrikel kiri karena adanya penyempitan pada katup mitral, sehingga terjadi penumpukan darah di atrium kiri yang menyebabkan peningkatan tekanan di atrium kiri dan vena pulmonalis, yang mengakibatkan penumpukan cairan di paru-paru (edeme paru). Hal inilah yang menyebabkan sesak pada Ny. G. b. Badan lemah Karena darah yang mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri tidak maksimal menyebabkan penurunan cardiac output, yang mengakibatkan gangguan perfusi jaringan sehingga Ny. G merasakan badan lemah. c. Batuk Adanya penumpukan cairan di paru-paru (edema paru) menyebabkan refluks batuk. 3. Fisiologi terjadinya Mitral Stenosis yang dialami Ny. G yaitu disebabkan karena riwayat penyakit masa lalu demam reumatik dengan pengobatan yang tidak tuntas, sehingga menyebabkan penebalan katup jantung. Penyatuan ujung-ujung katub dan penebalan jaringan penunjang katup yang mengakibatkan gangguan fungsi katup jantung. 4. Web Of Caution Mitral Stenosis STENOSIS Aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri terganggu Darah ke ventrikel menurun Tekanan atrium kiri meningkat Cardiac output menurun Peningkatan tekanan vena pulmonalis Suplai darah ke jaringan menurun Penumpukan cairan di paru (edema paru) Sesak MK: Resiko gangguan pertukaran gas Kebutuhan O2 jantung meningkat Tidak tercukupi Kelelahan MK: Intoleran Aktivitas MK: Gangguan perfusi jaringan 5. Diagnosa keperawatan, tujuan, intervensi dan rasional a. Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan sirkulasi darah perifer; penghentian aliran arteri-vena; penurunan aktifitas. Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari perfusi jaringan adekuat. Kriteria hasil: vital sign dalam batas yang dapat diterima, intake output seimbang, akral teraba hangat, sianosis (-), nadi perifer kuat, pasien sadar/terorientasi, tidak ada oedem, bebas nyeri/ketidaknyamanan. Rencana intervensi dan rasional: Intervensi Rasional Monitor perubahan tiba-tiba atau Perfusi serebral secara langsung berhubungan gangguan mental kontinu (camas, dengan curah jantung, dipengaruhi oleh bingung, letargi, pinsan). elektrolit/variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik. sistemik diakibatkan oleh Observasi adanya pucat, sianosis, Vasokonstriksi belang, kulit dingin/lembab, catat penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi. kekuatan nadi perifer. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis Indikator adanya trombosis vena dalam. dengan posisi dorsofleksi), eritema, edema. Dorong latihan kaki aktif/pasif. Menurunkan stasis vena, meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan resiko tromboplebitis. Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distres pernafasan. Namun dispnea tiba-tiba/berlanjut menunjukkan komplikasi tromboemboli paru. Pantau pernafasan. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, Penurunan aliran darah ke mesentrika dapat penurunan bising usus, mual/muntah, mengakibatkan disfungsi GI, contoh kehilangan distensi abdomen, konstipasi. peristaltik. Pantau masukan keluaran urine. dan perubahan Penurunan pemasukan/mual terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi, yang berdampak negatif pada perfusi dan organ. b. Resiko gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran kapiler-alveolus (perpindahan cairan ke dalam area interstitial/alveoli). Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari pertukaran gas adekuat. Kriteria hasil: sianosis tidak ada, edema tidak ada, vital sign dalam batas dapat diterima, akral hangat, suara nafas bersih, oksimetri dalam rentang normal. Rencana intervensi dan rasional: Intervensi Rasional Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, Menyatakan adanya kongesti paru/pengumpulan mengii. sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran dalam. oksigen. Dorong perubahan posisi sering. Membtau mencegah atelektasis dan pneumonia. Pertahankan posisi semifowler, Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan sokong tangan dengan bantal. meningkatkan ekspansi paru maksimal. Pantau GDA (kolaborasi tim medis), Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema nadi oksimetri. paru. Berikan oksigen tambahan sesuai Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang indikasi. dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan. Delegatif pemberian diuretik. Menurunkan kongesti pertukaran gas. alveolar, meningkatkan c. Intoleran aktifitas b/d adanya penurunan curah jantung, kongestif pulmunal Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, klien dapat beraktifitas sesuai batas toleransi yang dapat diukur. Kriteria hasil: menunjukkan peningaktan dalam beraktifitas, dengan frekuensi jantung/irama dan TD dalam batas normal, kulit hangat, merah muda dan kering. Rencana intervensi dan rasional: Intervensi Rasional Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas Parameter menunjukkan respon fisiologis menggunakan parameter berikut: nadi 20/mnt pasien terhadap stres aktifitas dan indikator di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan derajat penagruh kelebihan kerja jnatung. TD, dispnea, nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan. Tingkatkan istirahat dan batasi aktifitas. Menghindari terjadinya takikardi dan Batasi pengunjung atau kunjungan oleh pemendekan fase distole. pasien. Pembicaraan yang panjang sangat mempengaruhi pasien, naum periode Kaji kesiapan untuk meningaktkan aktifitas kunjungan yang tenang bersifat terapeutik. contoh: penurunan kelemahan/kelelahan, TD Stabilitas fisiologis pada istirahat penting stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada untuk menunjukkan tingkat aktifitas aktifitas dan perawatan diri. individu. Dorong memajukan perawatan diri. aktifitas/toleransi Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktifitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan Berikan bantuan sesuai kebutuhan (makan, tiba-tiba pada kerja jantung. mandi, berpakaian, eleminasi) Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan Anjurkan pasien menghindari peningkatan oksigen. tekanan abdomen, mnegejan saat defekasi. Aktifitas yang memerlukan menahan nafas dan menunduk (manuver valsava) dapat mengakibatkan bradikardia, menurunkan curah jantung, takikardia dengan Jelaskan pola peningkatan bertahap dari peningaktan TD. aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan dari tempat tidur, belajar berdiri dst. mencegah aktifitas berlebihan. BAB III PENUTUP A. KESIMPILAN Makalah ini membahas tentang konsep medik dan asuhan keperawatan pada pasien stenosis mitral dan stenosis aorta. Dimana stenosis katup mitral merupakan penyempitan pada lubang katup mitral yang akan menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan angguan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian ventrikel kiri saat diastol. Sedangkan Stenosis Katup Aorta adalah kerusakan katup jantung yang ditandai dengan penyempitan katup aorta pada jantung, yang mana hal ini membatasi kemampuan katup untuk membuka sepenuhnya. Aorta adalah pembuluh arteri utama yang membawa darah keluar dari jantung. Biasanya ketika darah mengalir keluar meninggalkan jantung, katup aorta akan terbuka agar darah dapat mengalir masuk ke dalam aorta. Pada stenosis katup mitral dapat dicegah hanya dengan mencegah terjadinya demam rematik, yaitu penyakit pada masa kanak-kanak seperti infeksi tenggorokan oleh streptokokus yang tidak diobati. Sedangkan pencegahan stenosis aorta yaitu batasi asupan kolesterol anda, mencegah demam rematik dengan mengobati infeksi radang tenggorokan dengan antibiotik, dan menjaga tekanan darah yang sehat. Terdapat salah satu kesamaan dalam pencegahan stenosis mitral dan stenosis aorta yaitu dengan mencegah terjadinya demam rematik. B. SARAN Penyajian dalam makalah ini bukan berarti sempurna, akan tetapi dalam penyusunan makalah ini dibutuhkan lagi kajian-kajian asuhan keperawatan pada pasien dengan stenosis mitral dan stenosis aorta lebih terperinci dan sistematis. Dan kritikan yang membangun pada penyusun agar dapat tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan makalah. DAFTAR PUSTAKA Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Suzanne, C. Smelzer, 2003, Medical Surgical Nursing, 10th edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA http://www.stenosiskatupmitral.com/health/stenosis