Uploaded by Ucup JenggoT

PKM koi ulil

advertisement
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
BUDIDAYA IKAN KOI (Cyprinus caprio) SECARA TERINTEGRASI SEBAGAI
UPAYA PEMANFAATAN TANAH RAWA, JAMBI
Bidang Kegiatan :
PKM-K
Ulil Azmi
Diusulkan oleh :
1600854243009 (Angkatan 2016)
UNIVERSITAS BATANGHARI
JAMBI
2019
1
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-KEWIRAUSAHAAN
1. Judul Kegiatan
2. Bidang Kegiatan
3. Bidang Ilmu
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas
e. Alamat Rumah dan
NoTel./HP
: Pembudidayaan Ikan Koi Sebagai Upaya
pemanfaatan Tanah Rawa, Jambi
: PKM-K
: Pertanian
: Ulil Azmi
: 1600854243009
: Budidaya Perairan
: Universitas Batang Hari
: Jl.Ismail Malik Rt 28, Mayang Mangurai, Kota
Jambi,36126, 081273341478
: [email protected]
: 1 (satu) orang
f. Alamat email
5. Anggota Pelaksana Kegiatan
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
: Ir. M. Sugihartono M.Si
b. NIDN
: 1016106703
c. Alamat Rumah dan No Telp./HP: 08127386379
7. Biaya Kegiatan Total
: Rp 93.702.000,00
8. Jangka Waktu Pelaksanaan
: 10 Bulan
Jambi, 12 September 2019
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Ketua Pelaksana Kegiatan
(Muarofah Ghofur S.Pi,M.Si)
NIDN. 1012127501
(Ulil Azmi)
NIM. 1600854243009
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
Dosen Pendamping
( Ir. M. Sugihartono M.Si )
NIDN. 1016106703
(Ir. M. Sugihartono M.Si)
NIDN. 1016106703
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………….……………………….............................
i
BAB I PENDAHULUAN.........…………………………….............................
ii
1.1. Latar Belakang……………………………………………....................
1
1.2. Rumusan Masalah ……………….........………………........................
2
1.3. Tujuan.........………………………………………………....................
2
1.4. Luaran yang diharapkan.......................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......……………………..….........................
3
2.1. Ikan Koi ............…………………………………………......................
3
2.2. Sejarah Ikan Koi….......………………………………….......................
5
2.3. Morfologi Ikan Koi...……………………………………......................
6
2.4. Jenis Ikan Koi….................…………………..…………......................
7
2.5 Teknik Budidaya Ikan Koi....................................................................
17
2.5.1. Pemilihan Lokasi & Wadah..............................................................
17
2.5.2. Kualitas Air.......................................................................................
18
2.5.3. Pakan................................................................................................
18
2.5.4. Pakan alami......................................................................................
19
2.5.5. Pembenihan.....................................................................................
20
2.5.6. Pendederan.....................................................................................
21
2.5.7. Pewarnaan......................................................................................
22
2.5.8. Pra Panen.......................................................................................
22
2.6. Persyaratan Eksport.............................................................................
22
BAB III. URAIAN ASPEK USAHA
3.1.Uraian Singkat Usaha...........................................................................
24
3.2.Analisis SWOT.....................................................................................
24
3.3.Analisis Pasar.......................................................................................
25
3.4.Marketing Pendukung Usaha..............................................................
26
3.4.1. Marketing Untuk Promosi........................................................
26
3.4.2. Marketing untuk bentuk badan usaha......................................
26
3.4.3. Marketing untuk produk.........................................................
26
3.4.4. Marketing untuk harga...........................................................
27
3.4.5. Marketing untuk lokasi usaha................................................
27
3.4.6. Marketing untuk kegiatan distribusi.......................................
28
3.5.Aspek Manajemen..............................................................................
28
3.6.Aspek Modal Dan Pembiayaan Usaha...............................................
29
BAB IV PENUTUP.............………………….......................………........
30
4.1. Kesimpulan …………………………………………………...............
31
4.2. Saran ………………….………………………………........................
31
Lampiran
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Menurut sejarahnya, orang Cina lah yang pertama kali menernakkan ikan karper,
yaitu sekitar tahun 1300an. Jika kemudian diberitakan koi mulai ngetop dan diklaim
sebagai "produk" Jepang tentu ada alasannya. Pusat pembenihan koi di Jepang terdapat
di daerah pegunungan Ojiya, Nigata. Daerah ini terkenal sebagai penghasil karper,
karena penduduk di Ojiya banyak membudidayakan karper untuk lauk mereka sewaktu
musim panas. Pada waktu musim dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena daerah
tersebut tertutup salju. Sebelum cuaca menjadi dingin, karper tersebut akan menempati
kolam-kolam di dalam rumah, dan begitu melewati musim dingin karper tersebut
menjadi lauk bagi penduduk Ojiya.
Melalui suatu pembudidayaan selama bertahun-tahun, akhirnya diperoleh strain
yang berwarna merah atau biru cerah. Itulah yang menjadi titik awal yang
menyemangati mereka untuk kemudian mencoba-coba menghasilkan strain-strain yang
lebih indah. Akhirnya pada tahun 1870 didapatkanlah kohaku (merah dan putih),
menyusul pada tahun 1910 shiro utsuri (putih dan hitam) dan kin utsuri (kuning dan
hitam), garis keturunan mulai tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa di-pungkiri.
Tahun 1930, mulailah ditemukan karper warna dengan garis yang lain. Jika pada
awal mulanya hanya satu warna, kemudian menyusul penemuan koi dua dan tiga warna.
Adapun koi-koi cantik yang mulai dikenal adalah showa sanke (merah, putih dan
hitam). Selain itu muncul juga koi dengan corak lain seperti kinrin (sisik emas), ginrin
(sisik perak), dan ogon (emas).
Pada tahun 1904, Jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap dan
bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada Jepang. Mereka lantas
menernakkan koi Jerman ini dengan tipe sisik standar untuk koi, dan hasilnya
melengkapi keanekaragaman dasar variasi pada sisik koi. Jika koi warna-warni Jepang
dikenal sebagai nishikigoi, maka koi Jerman ini populer dengan sebutan doitsugoi (koi
Jerman). Dalam bahasa Jepang, nishiki mengandung makna kain yang beraneka warna,
sedangkan goi artinya tidak lain adalah karper. Akan halnya, Nishikigoi yang akhirnya
populer dengan nama koi.
1.2. Rumusan Masalah
6
Dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan malah dalam proposal ini adalah
bagaimana tahapan cara budidaya ikan koi dan seberapa besar nilai ekonomi yang
dibutuhkan.
1.3. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan tentang budidaya ikan koi mulai dari pembenihan
hingga pemasaran dan analisis ekonomi yang dibutuhkan.
2. Dapat memecahkan masalah dalam budidaya ikan koi.
1.4. Luaran yang diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut;
1. Diharapkan dengan berjalan kewirausahaan budidaya ikan koi mampu
menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan dimasa depan.
2. Diharapkan mampu mengembangkan usaha berbudidaya ikan koi ini
menjadi berkembang dan dapat menciptakan ikan–ikan koi yang berkualitas
baik.
3. Juga mampu membuka lowongan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan
pekerjaan.
4. Dapat menjadikan sebagai komoditi dikota jambi selain dari ikan konsumsi
5. Ikan yang dihasilkan sekira nya mampu bersaing pada ikan-ikan yang
berkualitas import.
6. Agar mampu menciptakan ikan koi yang baru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Koi
Koi memiliki berbagai corak warna yang lebih indah dan mempunyai badan yang
berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Adapun sirip-sirip yang
melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada,
sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat
penting bagi inereka untuk berpindah tempat. Ibarat manusia, ikan pun mempunyai kaki
dan tangan. Sirip dada bisa diibaratkan sebagai tangan, sedangkan sirip perut
sebagai kaki. Hanya bedanya dengan manusia, tangan dan kaki tidak baka) tumbuh
lagi ketika patah (Jika tidak disambung), sirip-sirip pada ikan koi umumnya akan
tumbuh Jika patah atau dipotong.
Untuk bisa berfungsi sebagai alat bergerak, sirip ini terdiri atas jari-jari keras, jarijari lunak, dan selaput sirip. Yang dimaksud dengan jari-jari keras adalah jari-jari sirip
yang kaku dan patah jika dibengkokkan. Sebaliknya, jari-jari lunak akan lentur dan
tidak patah jika dibengkokkan, dan letaknya selalu di belakang jari-jari keras. Selaput
sirip merupakan "sayap" yang memungkinkan koi mempunyai tenaga dorong yang lebih
kuat apabila berenang. Selaput inilah yang sering dibabat habis parasit dan penyakit
sehingga sirip koi tampak seperti sisir/sikat. Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai
jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak, sirip
perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari
keras dan 5 jari-jari lunak.
Selain sirip sebagai sarana penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman.
Indera pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang
berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera
penciumnya ini, mereka mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari
lumpur yang menutupi makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya
dengan ikan maskoki, yang cikal bakalnya sangat mirip dengan mereka.
Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi
(Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari
8
urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.
Badan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di
luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam disebut endodermis.
Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir (mucus) pada
permukaan badan ikan. Cairan ini melindungi permukaan badan atau menahan parasit
yang menyerang koi. Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan endodermis terdiri atas
serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada
daerah ini.
Di dalam lapisan ini juga terdapat sel warna yang sangat diperlukan sekali
oleh koi. Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara
kontraksi memproduksi larutan dengan 4 macam sel warna yang berbeda. Adapun
keempat sel yang diproduksinya adalah melano-phore (hitam), xanthophore (kuning),
erythrophore (merah), dan guanophore (putih). Organ perasa dan sistem syaraf
mempunyai hubungan yang erat dengan penyusutan dan penyerapan sel-sel warna.
Sisik koi mempunyai pertumbuhan yang unik. Pada sisik akan tergambar garis-garis
yang bisa dijadikan patokan untuk melihat umur koi.
2.2 Sejarah Ikan Koi
Menurut sejarahnya, orang Cina yang pertama kali menernakkan ikan karper,
yaitu sekitar tahun 1300an. Jika kemudian diberitakan koi mulai ngetop dan diklaim
sebagai "produk" Jepang tentu ada alasannya.
Pusat pembenihan koi di Jepang terdapat di daerah pegunungan Ojiya, Niigata.
Daerah ini terkenal sebagai penghasil karper, karena penduduk di Ojiya banyak
membudidayakan karper untuk lauk mereka sewaktu musim panas. Pada waktu mu-sim
dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena daerah tersebut tertutup salju. Sebelum
cuaca menjadi dingin, karper tersebut akan menempati kolam-kolam di dalam rumah,
dan begitu melewati musim dingin karper tersebut menjadi lauk bagi penduduk Ojiya.
Melalui suatu pembudidayaan selama bertahun-tahun, akhirnya diperoleh strain
yang berwarna merah atau biru cerah. Itulah yang menjadi titik awal yang
menyemangati mereka untuk kemudian mencoba-coba menghasilkan strain-strain yang
lebih indah. Akhirnya pada tahun 1870 didapatkanlah kohaku (merah dan putih),
menyusul pada tahun 1910 shiro utsuri (putih dan hitam) dan kin utsuri (kuning dan
hitam), garis keturunan mulai tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa di-pungkiri.
Tahun 1930, mulailah ditemukan karper warna dengan garis yang lain. Jika pada
awal mulanya hanya satu warna, kemudian menyusul penemuan koi dua dan tiga warna.
Adapun koi-koi cantik yang mulai dikenal adalah showa sanke (merah, putih dan
hitam). Selain itu muncul juga koi dengan corak lain seperti kinrin (sisik emas), ginrin
(sisik perak), dan ogon (emas).
Pada tahun 1904, Jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap dan
bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada Jepang. Mereka lantas
menernakkan koi Jerman ini dengan tipe sisik standar untuk koi, dan hasilnya
melengkapi keanekaragaman dasar variasi pada sisik koi. Jika koi warna-warni Jepang
dikenal sebagai nishikigoi, maka koi Jerman ini populer dengan sebutan doitsugoi (koi
Jerman). Dalam bahasa Jepang, nishiki mengandung makna kain yang berane-ka warna,
sedangkan goi artinya tidak lain adalah karper. Akan halnya nishikigoi yang akhirnya
populer dengan nama koi.
2.3 Morfologi Ikan Koi
Sebagai "bentuk lain" dari ikan mas, pada dasarnya hampir seluruh organ tubuh
koi sama dengan ikan mas lauk tersebut. Hanya ada beberapa perbedaan pokok seperti
bentuk tubuh ideal, warna ideal, dan beberapa hal yang sifatnya sangat khusus.
Koi mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak
berupa sirip. Ada-pun sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah
sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan
sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi inereka untuk berpindah
tempat. Ibarat manusia, ikan pun mempunyai kaki dan tangan. Sirip dada bisa
diibaratkan sebagai tangan, sedangkan sirip perut sebagai kaki.
Untuk bisa berfungsi sebagai alat bergerak, sirip ini terdiri atas jari-jari keras,
jari-jari lunak, dan selaput sirip. Yang dimaksud dengan jari-jari keras adalah jari-jari
sirip yang kaku dan patah jika di-bengkokkan. Sebaliknya jari-jari lunak akan lentur dan
tidak patah jika dibengkokkan, dan letaknya selalu di belakang jari-jari keras. Selaput
sirip merupakan "sayap" yang memungkinkan koi mempunyai tenaga dorong yang lebih
kuat apabila bere-nang. Selaput inilah yang sering dibabat habis para-sit dan penyakit
sehingga sirip koi tampak seperti sisir/sikat. Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai
jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak, sirip
perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari
keras dan 5 jari-jari lunak.
Selain sirip sebagai sarana penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman.
Indera pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang
berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera
penciumnya ini, mereka mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari
lumpur yang menutupi makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya
dengan ikan maskoki, yang cikal bakalnya sangat mirip dengan mereka.
Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat
sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk
dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.
Badan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak
di luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam disebut endodermis.
Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir (mucus) pada
permukaan badan ikan. Cairan ini melindungi permukaan badan atau menahan parasit
10
yang menyerang koi. Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan endodermis terdiri atas
serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada
daerah ini. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel warna yang sangat diperlukan sekali
oleh koi. Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara
kontraksi memproduksi larutan dengan 4 macam seJ warna yang berbeda. Adapun
keempat sel yang diproduksinya adalah melano-phore (hitam), xanthophore (kuning),
erythrophore (merah), dan guanophore (putih). Organ perasa dan sistem syaraf
mempunyai hubungan yang erat dengan penyusutan dan penyerapan sel-sel warna.
Organ ini sangat reaktif sekali dengan cahaya. Tempatnya di antara lapisan epidermis
dan urat syaraf pada jaringan lemak, dan terletak di bawah sisik.
Sisik koi mempunyai pertumbuhan yang unik. Pada sisik akan tergambar garisgaris yang bisa dijadikan patokan untuk melihat umur koi. Karena garis-garis ini begitu
halusnya, maka untuk bisa memastikan yang hampir mendekafi kebenaran diperlukan
bantuan untuk melihat lebih jelas lingkaran-lingkaran yang terdapat pada sisik koi.
Untuk melihatnya, kita perlu merendam sisik tersebut dengan larutan Potasium
hidroksida dengan konsentrasi 1-5% selama 24 jam. Setelah itu sisik dibersihkan dan
dibasuh dengan air, dan dilihat di bawah mikroskop.
2.4 Jenis-Jenis Ikan Koi
1. Tancho
Tancho adalah sebutan untuk koi yang pada sekujur badannya tak terdapat warna
merah, tetapi pada kepalanya terdapat warna merah. Pada katagori varietas sudah
banyak disebutkan macamnya seperti Tancho-Kohaku, Tancho-Sanke, dan TanchoShowa.
2. Kinginrin
Yang dimaksud dengan Kinginrin tidak lain adalah koi yang mempunyai tandatanda perak di badannya. Betagin untuk sebutan koi yang hanya sebagian besar
badannya diselimuti warna perak ini, sedangkan yang keseluruhan. badannya berwarna
perak dinamakan Tamagin atau Platinum Ginrin. Kinginrin Kohaku adalah Kohaku
yang ada unsur warna peraknya. Jika perak ini terdapat pada warna putihnya dinamakan
Ginrin, sedang yang tampak pada warna merah dinamakan Kinrin. Umumnya, warna
perak ini tampak pada punggungnya. Kinginrin Sanke adalah Sanke yang ada peraknya.
Dulu warna perak yang tampak ini tidak disukai, karena akan menyebabkan warna
merah dan hitam menjadi pudar. Kini Ginrin Sanke dengan warna merah dan hitam
yang cerah malahan diternakkan. Kinginrin Showa adalah Showa yang mem-punyai
unsur warna perak, sedangkan Kinginrin-Bekko adalah Bekko yang mempunyai unsur
warna perak.
3. Hikarimono
Hikarimono dari Shusui dinamakan Kinsui yang mempunyai warna merah, tetapi
Jika tidak ada merahnya bernama Ginsui. Sho-Chiku-Bai adalah sebutan untuk
keturunan Ogon dengan Ai-goromo yang mempunyai pola berbentuk kerucut berwarna
biru. Kujaku-Ogon adalah koi yang berhasil diter-nakkan oleh Toshio Hirasawa pada
tahun 1960, yang merupakan keturunan dari Goshiki dan Ogon. Yang masih keluarga
koi Jerman dinamakan Kujaku-Doitsu. Yang terakhir adalah Tora-Ogon yang
merupakan keturunan dari Ki-Bekko. Koi emas dengan tanda-tanda hitam pada
punggungnya disebut Tora-Ogon.
Hikarimono-Kinginrin adalah Hikarimono yang mempunyai unsur warna perak
yang relatif masih baru. Platinum-Ogon dan Yamabuki-Ogon yang ada unsur peraknya
merupakan ikan yang benar-benar menawan.
Hikarimono-mono adalah keturunan dari perkawinan Ogon dengan koi lain (kecuali
Utsuri), termasuk juga Hariwake. Yang masuk dalam daftar Hikarimoyo-mono adalah
Hariwake,Yamabuki-Hariwake,Orange-Hariwake,Hariwake-Matsuba,Hariwake-Doitsu,
Kikusui, dan Iain-lain.
4. Hariwake
Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas dan perak, dengan kepala jernih.
Yamabuki-Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas murni dan platinum.
Orange-Hariwake mempunyai warna emas-oranye dan platinum, sedangkan yang
polanya seperti jarum cemara dinamakan Hariwake-Matsuba, dan yang keturunan koi
Jerman disebut Hariwake-Doitsu. Kikusui adalah sebutan untuk Yamabuki-HariwakeDoitsu yang badannya seperti platinum dan mempunyai hiasan cantik pada sisi
badannya. Hyakunenzakura adalah sebutan untuk Kikusui yang mempunyai hiasan
berkilauan pada punggungnya.
5. Platinum-Kohaku (Kin-Fuji)
Platinum-Kohaku (Kin-Fuji) adalah keturunan Kohaku dan Ogon. Koi ini
mempunyai punggung yang putih berkilauan seperti platinum. Yamatoni-shiki diberikan
untuk menyebut Hikarimono dari Taisho-Sanke yang berhasil dikembangkan oleh
Seikichi Hoshino pada tahun 1965. Koi ini mempunyai badan yang mirip gumpalan
platinum yang tampak indah sepanjang hari.
6. Ogon
Ogon adalah koi yang mempunyai badan berwarna emas (golden). Ogon
merupakan koi yang ditemukan oleh Sawati dan anak laki-lakinya pada tahun 1946.
Pada awalnya, mereka menemukan koi yang garis punggungnya berwarna kuning, yang
kemudian dipakainya sebagai induk.memilih koi yang terbaik, dan setelah empat atau
lima generasi kemudian, didapatnyalah koi berkepala emas, dan berkepala perak, serta
koi berwarna kuning. Dengan rnengawinkannya bersama betina Shiro-Fuji, akhir-nya
koi bersisik emas dihasilkannya.
Ciri-ciri Ogon adalah sebagai berikut:
– Kepalanya selalu berwarna keemasan cerah.
– Sisiknya dihiasi dengan warna keemasan. Koi yang mempunyai sisik lebar pada
daerah perut-nya, termasuk jenis yang dicari.
12
– Sirip dadanya hams berkilauan
– Bentuknya bagus.
– Warna koi yang bagus tidak berubah menjadi gelap, meskipun suhunya naik.
7. Nezu-Ogon
Nezu-Ogon adalah panggilan untuk koi yang berwarna perak, sedangkan
Platinum-Ogon adalah sebutan untuk koi hasil ternakan Tadao Yoshioka (1963) yang
merupakan peranakan dari Kigof dan Nezu-Ogon. Sesuai namanya, koi ini mempunyai
badan yang berkilauan seperti platinum.
8. Yamabuki-Ogon
Yamabuki-Ogon adalah sebutan untuk koi yang mempunyai badan berkilauan
seperti emas murni. Koi ini merupakan hasil perkawinan Kigoi dan Ogon yang
dilakukan Masaoka pada tahun 1957. Orange-Ogon adalah Orange-Hikarimono yang
muncul per-tama kali pada tahun 1956.
9. Hi-Ogon
Koi yang mempunyai kepala yang jernih dan sisiknya berkilauan dan warnanya
merah disebut Hi-Ogon. Perkawinan antara Matsuba dengan Ogon menghasilkan KinMatsuba. Kin-Matsuba mempunyai sisik timbul yang sangat terang. Kin-Matsuba yang
mempunyai sisik seperti platinum dinamakan Gin-Matsuba. Platinum-Doitsu adalah koi
Jerman yang mempunyai sisik berkilauan seperti platinum, sedangkan Orange-Doitsu
mempunyai badan ber-warna oranye.
10. Mizuhi-Ogon
Mizuhi-Ogon adalah Orange-Ogon yang mempunyai sisik hitam berkilauan pada
bagian punggungnya.
11. Kawarimono
Yang termasuk dalam daftar Kawarimono ada-lah Karasugoi (Dark Koi), Kigoi
(Yellow Koi), Chagoi (Brown Koi), Midorigoi (Green Koi), dan Matsuba.
1. Karasugoi mempunyai badan yang lebih gelap dibandingkan Magoi (koi hitam).
2. Kigoi adalah koi yang mempunyai badan berwarna kuning. Beberapa Kigoi
mempunyai mata berwarna merah.
3. Chagoi adalah koi yang berwarna cokelat. Khusus koi yang masih keluarga karper
Jerman, tumbuhnya lebih cepat, dan umumnya berukuran besar.
4. Matsubagoi adalah koi yang seluruh sisiknya berwarna cerah. Matsuba yang
berwarna merah gelap disebut Aka-Matsuba. Ki-Matsuba untuk yang kuning, dan
yang putih disebut Shiro-Matsuba. Kin-Matsuba dan Gin Matsuba merupakan
sebutan untuk keturunan Matsuba dan Ogon.
5. Midorigoi adalah nama yang diberikan untuk koi Jerman yang mempunyai sisik
berwarna hijau kekuningan. Ikan ini hasil ternakan Tadao Yoshioka yang
mengawinkan jantan Shusui dan Yamabuki-Ogon. Itu terjadi pada tahun 1965.
12. Koromo
Koromo diberikan bagi keturunan Asagi dengan Kohaku atau peranakan dari Asagi
dengan salah satu Sanshoku. Macam-macam Koromo adalah Ai-goromo (BlueKoromo), Sumi-Goromo (Dark-Koro-mo), Budo-Sanshoku, Koromo-Sanke, KoromoShowa (Ai-Showa).
1. Ai-goromo adalah peranakan Asagi dengan Kohaku. Sisiknya yang berwarna
merah mempunyai lingkaran tepi biru yang membuatnya tampak cantik.
2. Sumi-goromo adalah koi yang warna hitamnya seperti yang tampak pada bercak
hitam Kohaku. Pada kepalanya juga terdapat warna hitam ini.
3. Koi yang mempunyai sisik ungu berbentuk seperti dom-polan buah anggur diberi
nama Budo-Sanshoku. Koi ini benar-benar indah.
4. Koromo-Sanke merupakan peranakan dari perkawinan Ai-goromo dan TaishoSanke. Tanda biru keluar pada bercak merah pada Taisho-Sanke.
5. Koromo-Showa (Ai-Showa) adalah peranakan dari Ai-goromo dan ShowaSanshoku. Tanda biru keluar dari bercak merah pada Showa-Sanshoku.
13. Shusui
Tahun 1910 Yoshigori Akiyama mengawinkan Asagi-Sanke dengan karper kaca
dari Jerman, dan menghasilkan Shusui. Shusui adalah koi yang sisik-nya besar-besar
dan kulitnya lembut. Punggungnya berwarna biru gelap dan sangat cantik. Ujung hidung, pipi, perut, dan lipatan siripnya berwarna merah terbakar.
1. Hana-Shusui adalah Shusui yang mempunyai tanda merah pada kulitnya yang biru
di antara garis sisik di punggung dan perut.
2. Hi-Shusui adalah Shusui yang warna merahnya cukup luas hingga menutup daerah
punggung.
3. Shusui yang berwarna kuning dengan daerah punggung berwarna hijau gelap
hingga ungu diberi nama Ki-Shusui.
4. Jika punggungnya mendekati kehitaman dan tidak ada- unsur warna hijau atau
ungu, maka koi tersebut bernama Ki-Matsuba-Doitsu.
5. Pearl Shusui diberikan untuk Shusui yang mempunyai sisik punggung yang
berwarna keperakan.
14. Asagi
Asagi adalah koi yang mempunyai badan berwarna biru atau biru cerah dengan pipi,
perut, dan lipatan sirip berwarna merah. Sisik-sisiknya berwarna biru cerah dan
membentuk susunan yang tidak bercacat.Walaupun Asagi cenderung mempunyai kepala
yang ada nodanya, tapi sebenarnya yang bersih tak bernoda lebih disukai. Beberapa
Asagi tidak punya warna merah pada perutnya. Warna merah ini konon akan menjalar
ke punggung dan menutupi warna biru sejalan dengan umur Asagi.
1. Asagi dengan bintik merah di kepalanya dina-makan Asagi-Menkaburi (Mask
Covered). Lipatan sirip dada yang berwarna merah disebut sirip Shusui. Warna
merahnya tidak akan tampak pada punggung.
14
2. Kajo-Asagi (Dark blue Shusui) adalah Asagi yang warna badannya segelap warna
badan koi hi-tam.
3. Narumi-Asagi adalah yang mempunyai pola Narumi, yang menjadi ciri khas dari
Asagi.
4. Mizu-Asagi adalah koi yang mempunyai warna paling cerah di antara Asagi.
5. Asagi-Sanke adalah koi yang mempunyai warna punggung biru pucat. Kepala dan
bagian atas perutnya terdapat tanda merah, dan bagian bawah perutnya putih susu.
Inilah Asagi yang benar-benar cantik.
15. Bekko
Bekko masih keluarga Taisho-Sanke. Warna dasarnya merupakan perpaduan putih,
merah, dan kuning. Sementara itu warna hitam menjadi penghias di antara warna-warna
tersebut. Macam-macam Bekko yang ada misalnya Shiro-Bekko, Aka-Bekko, KiBekko, dan Bekko-Doitsu.
1. Shiro Bekko adalah Taisho-Sanke yang tidak punya warna merah. Garis hitam
menghiasi kulitnya yang putih. Koi ini disebut bagus Jika pada kepalanya tidak
terdapat warna hitam. Seandainya ada, warna hitam tersebut Jangan sampai
merusak keseimbangan warna secara keseluruhan. Warna hitam yang lebar pada
punggungnya sangat diharap-kan, sedang warna putih pada kepalanya tidak boleh
kecokelatan. Pada sirip dada terdapat garis-garis yang cantik, tapi ada beberapa koi
yang tidak mempunyainya.
2. Aka-Bekko adalah koi yang mempunyai tanda hitam pada permukaan tubuhnya
yang merah. Perbedaannya yang mencolok dibandingkan dengan Aka-Sanke
adalah Aka-Bekko tidak memiliki bagian yang berwarna putih asli, sedangkan AkaSanke mempunyainya. Aka-Sanke (Red tricolor) boleh dikatakan sebagai Bekko
yang mempunyai warna merah, hitam, dan putih (yang biasanya terdapat pada
perutnya). Aka-Bekko yang memiliki warna merah pekat sangat diharapkan, tapi
umumnya sangat jarang.
3. Ki-Bekko adalah koi kuning yang mempunyai tanda hitam, sedangkan BekkoDoitsu adalah Bekko dari koi asal Jerman.
16. Utsurimono
Yang termasuk ke dalam Utsurimono adalah Shiro-Utsuri, Ki-Utsuri, dan Hi-Utsuri.
Masing-masing jenis ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Shiro-Utsuri adalah koi yang mempunyai warna putih berbentuk kerucut pada
badannya yang hitam. Pada lipatan sirip dadanya terdapat warna hitam. ShiroUtsuri sering disebut juga sebagai Shiro-Utsushi. Shiro-Utsuri untuk pertama
kalinya dihasilkan oleh Kazuo Minemura dari Mushigame di perkampungan
Yamakoshi. Warna putih pada Shiro-Utsuri harus seperti salju, sedang warna
hitamnya sebagai pendukung utama seperti halnya pada Showa-Sanke (ShowaSanshoku).
2.
Ki-Utsuri adalah koi yang mempunyai bentuk kerucut berwarna kuning pada
badannya yang hitam. Ki-Utsuri muncul pada awal sejarah koi. Ki-Utsuri sudah
ditemukan sejak awal jaman Meiji. Hanya saja waktu itu namanya Kuro-Ki-Han
(bertanda hitam dari kuning). Barulah pada tahun 1920 Eizaburo Hoshino
memberinya nama Ki-Utsuri. Warna hitamnya harus pekat dan bentuk kerucutnya
berwarna kuning dengan pangkal sirip dadanya bergaris-garis.
3. Hi-Utsuri adalah koi yang warna kuningnya me-nyerupai warna merah. Warna
hitamnya sangat kon-tras dengan warna merah. Koi ini umumnya sangat memikat
banyak orang, karena warnanya mampu menyaingi Kohaku, Showa-Sanke,
ataupun Taisho-Sanke. Badan Hi-Utsuri yang bagus tidak boleh ber-noda. Pada
sirip dadanya terdapat garis-garis. Jenisnya adalah Utsuri-Doitsu yaitu
Utsurimono yang merupakan keluarga koi Jerman, Kage-Utsuri, Ginshiro, dan
Ogon-Utsuri.
17. Showa-Sanke
Showa-Sanke atau Showa-Sanshoku adalah koi yang berwarna hitam dengan hiasan
warna putih dan merah di badannya. Sepintas koi ini mirip dengan Taisho-Sanke.
Bedanya terletak pada warna dasarnya. Taisho berdasar putih, sedangkan Showa
berdasar hitam.
Pada tahun 1927, Jukichi Hoshino mengawinkan seekor Ki-Utsuri dengan Kohaku
dan menghasilkan Showa-Sanke. Awalnya warna merah yang menghiasi tubuhnya
masih bercampur dengan cokelat kekuningan. Selanjutnya, Tomiji Kobayashi berhasil
mengawinkan Yagozaemon-Kohaku dan menghasilkan Showa-Sanke dengan warna
merah yang murni. Jenis ini kemudian menjadi yang ter-baik.
Warna merah di daerah kepala hams cukup besar, merata dan pekat. Tepinya hams
tegas (jelas). Putih hams seperti salju, dan banyaknya sekitar 20 % dari seluruh
permukaan tubuhnya, terutama pada kepala, punggung, dan ekor. Pola warna hitam
hams menyerupai bentuk petir atau gunung. Sirip dada hams berwarna hitam tanpa noda
merah.
1. Boke-Showa adalah Showa-Sanke yang mempunyai sisik yang kabur dan terang,
tidak cerah seperti sisik umumnya.
2. Hi-Showa adalah Showa yang warna merahnya lebih menonjol menyelimuti
punggung-nya dengan hanya sedikit warna putih.
3. Sebaliknya Jika warna putih lebih menonjol maka namanya adalah Kindai-Showa
(Modern Showa).
4. Nama Kin Showa diberikan bagi Showa yang mempunyai warna mengkilat, yaitu
yang merupakan cross breeding antara Showa-Sanke dengan Ogon (gold).
5. Tancho-Showa merupakan predikat bagi Showa yang tidak mempunyai warna
merah pada sekujur badannya dan hanya sedikit terdapat pada kepalanya.
6.
Showa-Sanke yang merupakan karper kaca Jerman mendapat julukan DoitsuShowa.
16
Showa-Sanke seringkali mirip dengan Taisho-Sanke. Untuk membedakannya
dibutuhkan ketelitian. Ada beberapa pegangan untuk membedakannya, yaitu :
– Showa-Sanke mempunyai bintik hitam (sumi) di kepalanya, sedangkan Taisho-Sanke
tidak.
– Warna hitam (sumi) pada Taisho-Sanke hanya memenuhi punggungnya, sedangkan
pada Showa-Sanke warna hitam ini terdapat hingga perutnya
– Sirip dada Taisho-Sanke berwarna putih atau bergaris-garis, tetapi pada Showa-Sanke
warna hitam terdapat pada lipatannya. Bagi yang benar-benar profesional, bintik
hitam ini pastilah akan menjadi perhatian dan kalau perlu ditanyakan kepada
pedagang, karena dari bintik inilah dua ekor koi benar-benar menjadi berbeda
kualitasnya.
18. Taisho Sanke
Taisho-Sanke adalah koi yang badannya berwarna putih dan-dihiasi dengan warna
merah dan hitam. Pola dasarnya merah pada bagian kepalanya, dan garis lebar hitam
pada bagian dadanya. Taisho-Sanke termasuk varietas yang terkenal, seperti hal-nya
Kohaku.
Tidak jelas sejak kapan koi dengan tiga warna ini muncul. Namun sejak pertengahan
jaman Meiji, koi dengan tiga warna sudah ditemukan. Pada awalnya, yang ada baru koi
dengan tiga warna yang secara penuh menghiasi sekujur badan koi. Atas jasa Eizaburo
Hoshino dari Takezawa, kini telah dapat menikmati koi yang berbadan putih dengan
hiasan warna hitam dan merah pada sekujur badannya.
Seperti Kohaku, putihnya Taisho-Sanke harus seputih salju. Warna merah harus
seragam dan pekat. Yang bertepi terang lebih penting. Taisho-Sanke di-sebut bagus
Jika di kepalanya tidak terdapat warna hitam. Koi yang punggungnya terdapat warna
hitam lebar akan lebih bagus dan tampak sangat indah. Tsubo-Sumi adalah koi yang
mempunyai badan putih dengan bercak hitam, sedangkan Kasane-Sumi adalah koi
yang pada warna hitamnya terdapat di atas bercak merah. Yang paling ideal adalah sirip
yang juga mempunyai tiga pola warna.
1. Aka-Sanke adalah Taisho-Sanke yang warna merahnya membentang dari kepala
hingga ekor. Koi ini memang sangat mengesankan, tetapi kurang anggun.
2. Doitsu-Sanke adalah Taisho-Sanke yang masih merupakan keluarga karper kaca
dari Jerman. Aka-Sanke dari karper kaca ini dikenal dengan Doitsu-Aka-Sanke.
3. Fuji-Sanke adalah Taisho-Sanke yang mempunyai gumpalan perak pada
kepalanya.
4. Tancho-Sanke adalah koi yang mempunyai warna merah yang lebar pada
kepalanya, tapi pada badannya tak terdapat warna merah.
19. Kohaku
Kohaku adalah varietas koi yang mempunyai badan putih dengan bercak merah
pada badannya. Kohaku boleh dikatakan paling populer di antara varietas koi. Ini bisa
dimaklumi sebab corak warnanya langsung mengingatkan orang pada bendera kebangsaan Jepang. Dan tidaklah berlebihan bila Kohaku dianggap sebagai koi yang
“pertama dan terakhir”, karena umumnya pertama kali orang akan
memilih Kohaku, lalu berpindah-pindah varietas,lantas pada akhirnya kembali lagi
pada Kohaku.
Untuk mencapai coraknya yang sekarang, di-butuhkan waktu yang lama untuk
menghasilkan Kohaku. Dari seekor koi berwarna hitam lahirlah koi berpipi merah lewat
suatu mutasi, yang lantas ngetop dengan nama “Hookazuki”. Pada tahun 1800, dari
“Hookazuki” ini lahirlah seekor koi berwarna putih. Koi berwarna putih ini lantas
dikawinkan dengan Higoi, lahirlah Haraka, yaitu koi putih dengan bercak-bercak merah.
Haraka sendiri ber-arti berperut merah (Red belly). Kemudian berturut lahirlah HooAka (berpipi merah), Era-Hi (berinsang merah). Sejak 1830 muncullah koi dengan
sebagian kepala berwarna merah (Zukin-kaburi), koi berbibir merah (Kuchibeni), dan
Sarasa yang mempunyai punggung berwarna merah dan putih. Pendek kata pada jaman
Meiji, Kohaku sudah dikenal luas dan mulai dikembangkan secara khusus.
Warna putih pada Kohaku menjadi pusat perhatian untuk menentukan kualitas
Kohaku. Warna putihnya harus bersih seperti warna salju, tidak boleh putih kekuningan,
atau putih kecokelatan. Sedangkan untuk warna merah, yang dikehendaki adalah merah
pekat tetapi cerah (terang). Warna merah ini ada dua, yaitu yang dasarnya ungu dan
cokelat kekuningan. Yang pertama lebih pekat dan tidak mudah luntur, tetapi tidak
halus. Sedangkan yang terakhir lebih halus dan tidak mudah luntur, tetapi sulit
didapatkan.
Banyak ragam Kohaku. Jenis-jenisnya di antaranya dibedakan berdasarkan
banyaknya bercak merah pada punggungnya. Ada yang dua, tiga atau empat, tetapi ada
juga yang hanya satu.
1.
Inazuma-Kohaku mempunyai warna merah menyerupai bentuk kilat di
punggungnya.
2. Gotenzakura adalah Kohaku yang mempunyai bercak merah yang seim-bang pada
sisi kiri dan kanan punggungnya.
3. Doitsu-Kohaku Napoleon adalah Kohaku Jerman yang mempunyai warna merah
seperti topi Napoleon.
4. Fuji Kohaku adalah Kohaku yang mempunyai gum-palan berwarna perak pada
kepalanya. Mereka tam-pak sangat cantik. Namun kecantikannya akan hi-lang
ketika umurnya dua tahun.
5. Shiromuji adalah koi yang mempunyai badan berwarna putih biasa, sedangkan
keseluruhan badan Akamuji berwarna merah biasa. Akumuji sering disebut
sebagai Higoi. Higoi yang warnanya gelap disebut sebagai Benigoi atau Hiaka.
Higoi dengan sirip putih akrab dipanggil sebagai Aka-Hajiro.
6. Tancho-Kohaku adalah koi yang keseluruhan badannya berwarna putih dengan
bercak merah pada bagian kepalanya.
18
2.5. Teknik Budidaya
Indonesia merupakan negara yang perairan yang mempunyai berbagai macam
jenis ikan yang beranekaragam, beberapa diantaranya mempunyai nilai jual yang cukup
tinggi. Salah satunya adalah ikan koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan
hias potensial yang dibudidayakan di Indonesia. Ikan koi memiliki ciri khas warna yang
menarik serta variasi jenis yang beranekaragam. Secara garis besar ikan koi
diklasifikasikan dalam 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko, Utsurimono,
Asagi, Shusui, Tancho, Hikari, Koromo, Ogon, Kinginrin, dan Kawarimono.
2.5.1. Pemilihan Lokasi & Wadah
Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan
berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga
mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan
tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak
menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming
fitoplankton.
Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat
menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak
mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi
suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak.
2.5.2. Kualitas Air
Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi
sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung perkembangan koi
secara optimum adalah sebagai berikut:
 suhu air berkisar 24-26oC,
 pH 7,2-7,4 (agak basa),
 oksigen minimal 3-5 ppm,
 CO2 max 10 ppm,
 nitrit max 0,2.
Air yang digunakan harus terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24
jam. Air yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki
kandungan oksigen dan suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat
digunakan aerator, sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu
air kolam dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.
2.5.3. Pakan
Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan
segala). Meski demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk
daun, atau berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang ada pada
mulut ikan. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran
(pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati
(misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan
hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta
multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan.
Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi
sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang
mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin
(merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti
wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau
mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astantin.
Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena
sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan
nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.
2.5.4. Pakan alami
Hidup misalnya cacing darah, cacing tanah, daphnia, cacing tubifex cocok
diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh
benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan
phitoplankton dalam kolam.
Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam
kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % perhari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali
perhari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya.
Menurut pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukankan bahan –
bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang. Koi
yang dipelihara di kolam lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih
cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan loi
tersebut banyak menyantap ganggang yang memang tumbuh di Lumpur. Ganggang
yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten. Maka kalau anda ingin menambah
warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya
dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah
dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.
2.5.5. Pembenihan
Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam
pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air
tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan
sempurna.
20
Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan
kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar
matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang
peliharaan lain. Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan
benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat,
diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang
dipakai untuk mensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman
kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai. Bagi yang
memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk
membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin
kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.
Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah
simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg.
Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon
induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk.
Secara alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad
dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah
terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan
selama beberapa hari.
Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon
yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan.
Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg
bobot ikan untuk satu kali penyuntikan.
Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa
pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa
melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses
pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang
merupakan pilihan terakhir.
Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat
badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1
jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat
(injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya
dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau
sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan.
2.5.6. Pendederan
Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu.
Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas
belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning
telur.
Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia
atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan
pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva
memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar
pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan
sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10
mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-.
Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat
didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2
tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran
fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk
menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi
kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan
koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik.
Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram)
adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai ukuran
5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari
tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta
telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).
2.5.7. Pewarnaan
Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan
warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan
kualitas yang baik. Genotip menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora.
Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap
cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya.
Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya ikan yang
tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat
karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Seumur
hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang
berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu sebelum
dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen
dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan.
2.5.8. Pra Panen
Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai
panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat
22
dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan menyortir jenis, ukuran dan pola warna
tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam
semen sambil menunggu harga pasar yang baik.
Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu
gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan
berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi
aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat
meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi.
2.6. Persyaratan Eksport
Eksportir harus memiliki syarat izin dari Dinas Perdagangan yang dibuktikan
dengan dokumen IKIS (Izin Instalasi Karantina Ikan Sementara ), Hasil Uji PCR
(Polymerase Chain Reaction), untuk deteksi penyakit ikan dan dokumen bea cukai di
bandara.
Standar ikan yang akan diekspor antara lain kondisi sehat dengan ciri
diantaranya bentuk tubuh ideal dan proporsional, Sirip sempurna seperti tidak ada
bengkok, tidak cacat, rusak, robek atau patah. Kondisi sisiknya utuh tidak ada yang
lepas, mengkilap dan berkilau bila terkena sinar. Ikan Koi diperiksa di laboratorium
oleh Badan Karantina untuk di cek apakah sehat dan tidak berpenyakit. Bila ikan
dinyatakan sehat, Badan Karantina akan mengeluarkan Surat Keterangan Layak
Ekspor.
Badan Karantina kemudian mengemas ikan hias dalam plastik, Styrofoam, dan
Hard Carton. Dalam satu kantong plastik ukuran 20 liter diisi air dan oksgen dengan
perbandingan 2:3 untuk 20 ekor ikan Koi ukuran 8 cm. Pengiriman ikan Koi ini
dilakukan dengan menggunakan jalur udara.
Kapasitas ekspor Indonesia saat ini lebih dari 300 ekor untuk sekali pengiriman.
Biaya pengiriman untuk satu kali pengiriman tergantung Negara yang dituju, misalnya
ke Negara China sebesar Rp 3 juta. Biaya tersebut ditanggung eksportir. Sedangkan
system pembayaran oleh buyer menggunakan L/C (Letter of Credit – sebuah cara
pembayaran international yang memungkinkan ekspotir menerima pembayaran tanpa
menunggu berita dari luar negeri setelah barang dikirim kepada pemesan) dengan
tanggung jawab penjual (produsen) hanya sampai di atas kapal yang tertambat di
pelabuhan dalam negeri atau Free On board (FOB).
BAB III
URAIAN ASPEK USAHA
3.1. Uraian Singkat Usaha
Nama Usaha
Nama Penyusun Dan Pemilik
Alamat Kantor/ Usaha
Alamat Rumah
Produk Yang Dihasilkan
: Ucup Farm Koi
: Ulil Azmi
: Jl. Ismail Malik Rt 28, Mayang Mangurai, Kota
Jambi, 36126, 081273341478
: Jl. Ismail Malik Rt 28, Mayang Mangurai, Kota
Jambi, 36126, 081273341478
: Berbagai Varietas Koi
3.2. Analisis SWOT
Analisis SWOT, Meliputi:
1. Kekuatan pendukung usaha (strength)
 Pengalaman dan ketrampilan dalam membudidayakan ikan hias.
 Ketersediaan lahan untuk membuat kolam budidaya.
 Ketersediaan sumber air yang mencukupi untuk melakukan kegiatan
budidaya ikan koi.
 Adanya dukungan dari keluarga, dan rekan-rekan dekat untuk melakukan
kegiatan usaha ini.
2. Kelemahan yang membatasi / menghambat usaha (weaknes)
 Kurangnya modal awal untuk memulai usaha budidaya ikan koi.
 Lemahnya daya tahan ikan koi terhadap perubahan kondisi lingkungan.
 Mahalnya pakan serta biaya oprasional lain yang berkaitan dengan
budidaya ikan koi.
3. Peluang usaha (opportunity)
 Harga jual ikan koi dipasaran cukup tinggi
 Ikan koi selalu dicari oleh masyarakat karena coraknya yang indah serta
dianggap sebagai ikan pembawa keberuntungan oleh sebagian masyrakat.
 Semua varientas koi selalu laku terjual dan diminati konsumen, mulai dari
kualitas rendah sampai kualitas super, hal ini karena tidak semua
masyarakat penggemar koi memiliki daya beli yang sama.
4. Mengancam usaha (threat)
24
 Adanya beberapa pesaing yang sudah terlebih dahulu melalui usaha dan
meraih sukses.
 Perubahan lingkungan terutama cuaca yang sewaktu-waktu dapat terjadi
yang tentunya sangat mempengaruhi proses dan hasil budidaya.
 Kenaikan biaya operasional yang sewaktu-waktu dapat terjadi.
3.3. Analisis Pasar.
Pasar yang kami capai adalah pasar lokal hingga nasional. Kami berharap akan
dapat mencapai konsumen-konsumen diseluruh indonesia, terutama masyarakat
fionghoai yang kebanyakan menggagap ikan asal Jepang ini sebagai ikan pembawa hoki
atau keberuntungan kami juga akan menjangkau para pengemar koi yang berada
dibeberapa kota besar di indonesia, dengan sistem jual pesan antar maupun datang
ketempat budidaya kami. Kegiatan distribusi untuk mencapai konsumen kami lakukan
lakukan dengan seteliti mungkin guna menjamin kestabilan kualitas dari mulai tempat
kami hingga tempat tujuan.
Kami sangat yakin bahwa langkah-langkah pemasaran kami akan berhasil karena
pangsa pasar yang kami miliki masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20℅ untuk wilayah
jawa, dan 12% untuk pemasaran nasional. Pesaing-pesaing yang saya rasa sudah masuk
pasar terlebih dahulu di pulau Jawa. Pangsa pasar sebesar ini saya rasa masih sangat
mungkin bagi saya untuk memperoleh kesuksesan didunia bisnis budidaya ikan koi ini.
Secara nasional tidak diperoleh data mengenai besarnya permintaan akan ikan
koi. Namun, dari pengembangan budidaya ikan koi cenderung meningkatkan dan
merata di seluruh Indonesia, apalagi sering diadakan kontes ikan koi di berbagai daerah
dan tiap daerah sentra ikan koi mempunyai agenda tetap setiap tahun yaitu di daerah
Kab/Kota blitar, Bandung, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan lain – lain.
Besarnya permintaan pasar, ditandai dengan penjualan ikan koi oleh pedagang
pengepul/agen di Kabupaten Blitar ke kabupaten lain / kota lain bahkan luar negeri
biasanya ke Jerman. Seperti Denpasar dua minggu sekali dengan sekali setor 8.000
ekor, Jakarta juga dua minggu sekali, Yogyakarta tiga minggu sekali, Surabaya
seminggu sekali, ke Bandung dua minggu sekali, bahkan ada yang ke luar jawa sesuai
permintaan. Produksi ikan koi merupakan hasil budidaya, wilayah sentra produksi
budidaya ikan koi terdapat pada daerah, seperti Blitar, Tulung Agung, Malang,
Sukabumi, namun yang paling baik ada di daerah Blitar karena iklim dan air sangat
mendukung kecerahan ikan koi, dan ini tidak dimiliki oleh daerah lain.
Hal ini disebabkan ikan koi yang dipandang adalah keindahan dan kecerahan warna
yang dihasilkan, sehingga produk ikan koi tidak akan bisa di tukar menukar asalnya.
Dengan demikian produksi ikan koi hasil budidaya akan memberikan ciri khas asal
wilayahnya.
3.4. Marketing Pendukung Usaha
3.4.1. Marketing untuk promosi.
Untuk promosi saya memilih untuk memasang papan nama, dan menyebar
brosur,dan sosial media. Selain biayanya yang relatif murah media ini juga cukup
efektif untuk menyebarkan informasi kepada konsumen. Selain dengan media
diatas kami juga akan menyebarkan informasi melalui internet, sehingga para
konsumen di sluruh pelosok mengetahui usaha kami.seluruh kegiatan promosi
kami, kami rancang dengan seminimal mungkin dengan tujuan untuk mengurangi
biaya-biaya prodiksi saya. Untuk seluruh kegiatan promosi diatas,kami memerlukan
dana sekitar Rp 350.000.3.4.2. Marketing untuk bentuk badan usaha
Untuk memudahkan saya dalam mengelola usaha, saya memiliki bentuk badan
usaha yaitu perusahaan perseorangan. Karena saya rasa dengan perusahaan
perseorangan, saya akan lebih leluasa lagi didalam melakukan kegiatan usaha.
Sehingga usaha saya dapat berjalan dengan baik dan akhirnya dapat mendatangkan
keuntungan bagi kami.
3.4.3.
a)
Marketing untuk produk
Produk yang dihasilkan
: ikan koi
Spesifikasi (ukuran, warna, dan kualitas) :
Koi super (panjang tubuh ± cm, berat ≥ kg, corak warna tubuh ≥ warna, kualitas
terjamin (kualitas koi kontes))
b) Koi lokasi panjang tubuh ± 30 cm, berat 8 ons, corak warna tubuh 2 warna,
kualitas baik.
c) Bibit koi (panjang tubuh ± 10 cm, umur 50-60 hari, corak warna menarik,
kualitas standar, dan tidak ada cacat atau luka pada tubuhnya.
- Kemasan produk : Plastik berisi air dan oksigen yang kemudian dimasukkan ke
dalam kardus.
3.4.4. Marketing untuk harga
a) Koi super
Harga : Rp 2.000.000,00/ekor
Alasan : Merupakan koi yang berumur 4 bulan, yang dijamin super karena
dirawat dengan baik sesuai prosedur dengan biaya yang tidak sedikit.
Koi super juga merupakan indukan berkualitas.
b) Koi lokal
Harga : Rp 500.000,00/ekor
Alasan : Merupakan koi yang berumur 2 bulan, yang kualitasnya sedikit
dibawah koi super. Koi lokal juga sangat cocok untuk dijadikan ikan
pengisi kolam ikan hias anda.
26
c) Bibit koi
Harga : Rp 6.000,00/ekor
Alasan : Merupakan bibit unggul berumur 30-40 hari, kualitas baik (bebas dari
cacat dan luka), cocok bagi orang yang ingin memulai memelihara
ikan koi.
3.4.5. Marketing untuk lokasi usaha
Lokasi usaha saya, bertempat dirumah saya sendiri yaitu Jl.Ismail Malik Rt
28, Mayang Mangurai, Kota Jambi. Alasannya adalah karena ditempat tinggal
saya ada sumber air yang melimpah, dan juga lahan yang luas, yang saya rasa
cukup untuk sebagai modal pertama di dalam menjalankan usaha ini.
3.4.6.
Marketing untuk kegiatan distribusi
Untuk kegiatan distribusi, kami memilih kegiatan distribusi langsung. Hal
ini karena dalam distribusi langsung kami akan lebih mengetahui kemauan
konsumen. Sehingga kemauan tersebut akan kami proses menjadi masukan
bagi kami untuk lebih matang lagi didalam melakukan kegiatan produksi dan
pengelolaan usaha.
3.5.Aspek Manajemen
 Struktur Organisasi
PEMIMPIN
BAGIAN KEUANGAN
KARYAWAN
 Tugas, tanggung jawab, dan kualifikasi masing pemegang tugas
a) Pimpinan (pemimpin) : Memimpin jalannya kegiatan usaha, bertanggung
jawab atas lancarnya kegiatan distribusi sampai pemasaran. Kualifikasinya
berpengalaman dalam berbagai kegiatan usaha, mandiri, ulet, terampil, dan
bertanggung jawab.
b) Bagian keuangan : Mengurusi tugas administrasi keuangan baik yang
bersifat pengeluaran maupun pemasukan dari kegiatan usaha.
Kualifikasinya minimal lulusan SMA, teliti, sabar, dan pekerja yang
bertanggung jawab.
c) Karyawan : Melakukan kegiatan produksi dari mulai pemijahan,
perawatan dan kegiatan lain sebelum produk laku terjual. Kualifikasinya
pekerja keras, ulet, terampil, teliti, sabar, bertanggung jawab dan tentunya
memiliki pengalaman dalam melak3.5kan pemeliharaan ikan.
 Jumlah pegawai atau karyawan dan system upah/gaji kerja
-
Pimpinan
Jumlah : 1 orang
Gaji
: 2.000.000/bulan
- Bag. Keuangan
Jumlah : 1 orang
Gaji
: 1.500.000/bulan
- Karyawan
Jumlah : 1 orang
Gaji
: 1.000.000/orang/bulan
 Sistem Upah/gaji kerja
Sistem upah / gaji kerja yang kami gunakan adalah sistem upah per periode
bulanan.
3.6. Aspek Modal Dan Pembiayaan Usaha
 Modal awal
Investasi
: Rp 27.000.000
Modal Kerja
: Rp 21.500.000 +
Jumlah
: Rp 48.500.000
 Sumber modal
Simpanan pribadi : Rp 20.000.000
Mitra
: Rp 10.000.000
Pinjaman keluarga : Rp 15.000.000
 Penggunaan modal
1. Modal investasi
- Pembuatan kolam
- Alat produksi
- Bibit ikan dan ikan modal awal
Jumlah
2. Modal kerja
- Gaji 3 pegawai
- Transportasi
- Produksi
- Biaya perawatan kolam
- Biaya promosi
Jumlah
Rp
Rp
Rp
Rp
20.000.000
5.000.000
20.000.000 +
45.000.000
Rp 4.500.000/bulan
Rp 1.500.000/bulan
Rp 12.000.000/bulan
Rp
500.000/bulan
Rp
350.000/bulan +
Rp 18.850.000/bulan
Rencana penjualan (1 tahun)
- Koi super 10 ekor x 1.500.000 x 12
- Koi lokal 10 ekor x 1.000.000 x 12
- Bibit koi 2.000.000 x 12
= Rp 180.000.000
= Rp 120.000.000
= Rp 24.000.000 +
28
Jumlah penjualan
Perhitungan laba
Jumlah penjualan
Jumlah biaya (1tahun) = 18.850.000 x 12
Laba kotor
Penghasilan tidak kena pajak
Pendapatan kena pajak
Lapisan pajak 5 %.81.960.000 = 4.098.000
Laba bersih = laba kotor - lapisan pajak
Laba bersih = 97.800.000 – 4.098.000
Laba bersih = Rp 93.702.000
= Rp 324.000.000
= Rp 324.000.000
= Rp 226.200.000 = Rp 97.800.000
= Rp 15.840.000 = Rp 81.960.000
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Pemeliharaan ikan koi memerlukan persyaratan kuantitas dan kualitas tertentu
untuk memperoleh hasil yang optimal. Syarat – syarat tersebut antara lain: lokasi
dataran rendah pada ketinggian 20-40 m diatas permukaan laut, kuantitas dan
kualitas air yang mencukupi, tenang, bersih dengan dasar kolam yang tidak
berlumpur, tanah yang temperatur optimum 25-30 derajat celcius.
2. Pemeliharaan ikan koi cukup sederhana dan tidak membutuhkan teknologi yang
tinggi, demikian juga alat – alat yang dibutuhkan untuk budidaya ikan ini tersedia
di seluruh Indonesia dan mampu dibuat oleh masyarakat.
3. Prospek pemasaran ikan koi masih sangat menjanjikan walaupun masih dalam
pasar domestik. Tapi sudah mulai berkembang sangat pesat di pasar ekspor.
4.2. Saran
1. Dengan melihat potensi yang cukup baik dan perawatan yang tidak terlalu sulit,
maka usaha seperti ini cukup baik di Indonesia. Harga yang di capai pun saat tiba
atau musimnya ikan koi ini trend membuat harga melonjak tinggi.
2. Untuk mendapatkan hasil yang optimal atas produksi ikan koi perlu intensifikasi
penggunaan teknologi budidaya sehingga kualitas dan kuantitas produksi dapat
ditingkatkan dan masa waktu panen dapat dipersingkat.
3. Untuk meningkatkan keterampilan pembudidaya, perlu diberikan bimbingan yang
terus menerus dari instansi terkait dalam rangka penerapan teknologi budidaya
untuk meningkatkan produksi ikan koi.
4. Pembudidaya sebaiknya bergabung dengan perkumpulan atau asosiasi
pembudidaya ikan koi. Perkumpulan dan asosiasi ini dapat menjadi tempat tukar
menukar informasi antar pembudidaya dan diharapkan lebih jauh lagi dapat
meningkatkan posisi pembudidaya sendiri.
30
Download