USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM BUDIDAYA IKAN KOI (Cyprinus caprio) SECARA TERINTEGRASI SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN TANAH RAWA, JAMBI Bidang Kegiatan : PKM-K Ulil Azmi Diusulkan oleh : 1600854243009 (Angkatan 2016) UNIVERSITAS BATANGHARI JAMBI 2019 1 PENGESAHAN PROPOSAL PKM-KEWIRAUSAHAAN 1. Judul Kegiatan 2. Bidang Kegiatan 3. Bidang Ilmu 4. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas e. Alamat Rumah dan NoTel./HP : Pembudidayaan Ikan Koi Sebagai Upaya pemanfaatan Tanah Rawa, Jambi : PKM-K : Pertanian : Ulil Azmi : 1600854243009 : Budidaya Perairan : Universitas Batang Hari : Jl.Ismail Malik Rt 28, Mayang Mangurai, Kota Jambi,36126, 081273341478 : [email protected] : 1 (satu) orang f. Alamat email 5. Anggota Pelaksana Kegiatan 6. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. M. Sugihartono M.Si b. NIDN : 1016106703 c. Alamat Rumah dan No Telp./HP: 08127386379 7. Biaya Kegiatan Total : Rp 93.702.000,00 8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 10 Bulan Jambi, 12 September 2019 Menyetujui, Ketua Program Studi Ketua Pelaksana Kegiatan (Muarofah Ghofur S.Pi,M.Si) NIDN. 1012127501 (Ulil Azmi) NIM. 1600854243009 Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping ( Ir. M. Sugihartono M.Si ) NIDN. 1016106703 (Ir. M. Sugihartono M.Si) NIDN. 1016106703 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………….………………………............................. i BAB I PENDAHULUAN.........……………………………............................. ii 1.1. Latar Belakang…………………………………………….................... 1 1.2. Rumusan Masalah ……………….........………………........................ 2 1.3. Tujuan.........……………………………………………….................... 2 1.4. Luaran yang diharapkan....................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......……………………..…......................... 3 2.1. Ikan Koi ............…………………………………………...................... 3 2.2. Sejarah Ikan Koi….......…………………………………....................... 5 2.3. Morfologi Ikan Koi...……………………………………...................... 6 2.4. Jenis Ikan Koi….................…………………..…………...................... 7 2.5 Teknik Budidaya Ikan Koi.................................................................... 17 2.5.1. Pemilihan Lokasi & Wadah.............................................................. 17 2.5.2. Kualitas Air....................................................................................... 18 2.5.3. Pakan................................................................................................ 18 2.5.4. Pakan alami...................................................................................... 19 2.5.5. Pembenihan..................................................................................... 20 2.5.6. Pendederan..................................................................................... 21 2.5.7. Pewarnaan...................................................................................... 22 2.5.8. Pra Panen....................................................................................... 22 2.6. Persyaratan Eksport............................................................................. 22 BAB III. URAIAN ASPEK USAHA 3.1.Uraian Singkat Usaha........................................................................... 24 3.2.Analisis SWOT..................................................................................... 24 3.3.Analisis Pasar....................................................................................... 25 3.4.Marketing Pendukung Usaha.............................................................. 26 3.4.1. Marketing Untuk Promosi........................................................ 26 3.4.2. Marketing untuk bentuk badan usaha...................................... 26 3.4.3. Marketing untuk produk......................................................... 26 3.4.4. Marketing untuk harga........................................................... 27 3.4.5. Marketing untuk lokasi usaha................................................ 27 3.4.6. Marketing untuk kegiatan distribusi....................................... 28 3.5.Aspek Manajemen.............................................................................. 28 3.6.Aspek Modal Dan Pembiayaan Usaha............................................... 29 BAB IV PENUTUP.............………………….......................………........ 30 4.1. Kesimpulan …………………………………………………............... 31 4.2. Saran ………………….………………………………........................ 31 Lampiran 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut sejarahnya, orang Cina lah yang pertama kali menernakkan ikan karper, yaitu sekitar tahun 1300an. Jika kemudian diberitakan koi mulai ngetop dan diklaim sebagai "produk" Jepang tentu ada alasannya. Pusat pembenihan koi di Jepang terdapat di daerah pegunungan Ojiya, Nigata. Daerah ini terkenal sebagai penghasil karper, karena penduduk di Ojiya banyak membudidayakan karper untuk lauk mereka sewaktu musim panas. Pada waktu musim dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena daerah tersebut tertutup salju. Sebelum cuaca menjadi dingin, karper tersebut akan menempati kolam-kolam di dalam rumah, dan begitu melewati musim dingin karper tersebut menjadi lauk bagi penduduk Ojiya. Melalui suatu pembudidayaan selama bertahun-tahun, akhirnya diperoleh strain yang berwarna merah atau biru cerah. Itulah yang menjadi titik awal yang menyemangati mereka untuk kemudian mencoba-coba menghasilkan strain-strain yang lebih indah. Akhirnya pada tahun 1870 didapatkanlah kohaku (merah dan putih), menyusul pada tahun 1910 shiro utsuri (putih dan hitam) dan kin utsuri (kuning dan hitam), garis keturunan mulai tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa di-pungkiri. Tahun 1930, mulailah ditemukan karper warna dengan garis yang lain. Jika pada awal mulanya hanya satu warna, kemudian menyusul penemuan koi dua dan tiga warna. Adapun koi-koi cantik yang mulai dikenal adalah showa sanke (merah, putih dan hitam). Selain itu muncul juga koi dengan corak lain seperti kinrin (sisik emas), ginrin (sisik perak), dan ogon (emas). Pada tahun 1904, Jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap dan bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada Jepang. Mereka lantas menernakkan koi Jerman ini dengan tipe sisik standar untuk koi, dan hasilnya melengkapi keanekaragaman dasar variasi pada sisik koi. Jika koi warna-warni Jepang dikenal sebagai nishikigoi, maka koi Jerman ini populer dengan sebutan doitsugoi (koi Jerman). Dalam bahasa Jepang, nishiki mengandung makna kain yang beraneka warna, sedangkan goi artinya tidak lain adalah karper. Akan halnya, Nishikigoi yang akhirnya populer dengan nama koi. 1.2. Rumusan Masalah 6 Dari latar belakang di atas yang menjadi rumusan malah dalam proposal ini adalah bagaimana tahapan cara budidaya ikan koi dan seberapa besar nilai ekonomi yang dibutuhkan. 1.3. Tujuan 1. Meningkatkan pengetahuan tentang budidaya ikan koi mulai dari pembenihan hingga pemasaran dan analisis ekonomi yang dibutuhkan. 2. Dapat memecahkan masalah dalam budidaya ikan koi. 1.4. Luaran yang diharapkan Luaran yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut; 1. Diharapkan dengan berjalan kewirausahaan budidaya ikan koi mampu menjadi sumber pendapatan yang menjanjikan dimasa depan. 2. Diharapkan mampu mengembangkan usaha berbudidaya ikan koi ini menjadi berkembang dan dapat menciptakan ikan–ikan koi yang berkualitas baik. 3. Juga mampu membuka lowongan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan pekerjaan. 4. Dapat menjadikan sebagai komoditi dikota jambi selain dari ikan konsumsi 5. Ikan yang dihasilkan sekira nya mampu bersaing pada ikan-ikan yang berkualitas import. 6. Agar mampu menciptakan ikan koi yang baru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Koi Koi memiliki berbagai corak warna yang lebih indah dan mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Adapun sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi inereka untuk berpindah tempat. Ibarat manusia, ikan pun mempunyai kaki dan tangan. Sirip dada bisa diibaratkan sebagai tangan, sedangkan sirip perut sebagai kaki. Hanya bedanya dengan manusia, tangan dan kaki tidak baka) tumbuh lagi ketika patah (Jika tidak disambung), sirip-sirip pada ikan koi umumnya akan tumbuh Jika patah atau dipotong. Untuk bisa berfungsi sebagai alat bergerak, sirip ini terdiri atas jari-jari keras, jarijari lunak, dan selaput sirip. Yang dimaksud dengan jari-jari keras adalah jari-jari sirip yang kaku dan patah jika dibengkokkan. Sebaliknya, jari-jari lunak akan lentur dan tidak patah jika dibengkokkan, dan letaknya selalu di belakang jari-jari keras. Selaput sirip merupakan "sayap" yang memungkinkan koi mempunyai tenaga dorong yang lebih kuat apabila berenang. Selaput inilah yang sering dibabat habis parasit dan penyakit sehingga sirip koi tampak seperti sisir/sikat. Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak, sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Selain sirip sebagai sarana penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumnya ini, mereka mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang menutupi makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya dengan ikan maskoki, yang cikal bakalnya sangat mirip dengan mereka. Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari 8 urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar. Badan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam disebut endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan ikan. Cairan ini melindungi permukaan badan atau menahan parasit yang menyerang koi. Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan endodermis terdiri atas serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada daerah ini. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel warna yang sangat diperlukan sekali oleh koi. Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara kontraksi memproduksi larutan dengan 4 macam sel warna yang berbeda. Adapun keempat sel yang diproduksinya adalah melano-phore (hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah), dan guanophore (putih). Organ perasa dan sistem syaraf mempunyai hubungan yang erat dengan penyusutan dan penyerapan sel-sel warna. Sisik koi mempunyai pertumbuhan yang unik. Pada sisik akan tergambar garis-garis yang bisa dijadikan patokan untuk melihat umur koi. 2.2 Sejarah Ikan Koi Menurut sejarahnya, orang Cina yang pertama kali menernakkan ikan karper, yaitu sekitar tahun 1300an. Jika kemudian diberitakan koi mulai ngetop dan diklaim sebagai "produk" Jepang tentu ada alasannya. Pusat pembenihan koi di Jepang terdapat di daerah pegunungan Ojiya, Niigata. Daerah ini terkenal sebagai penghasil karper, karena penduduk di Ojiya banyak membudidayakan karper untuk lauk mereka sewaktu musim panas. Pada waktu mu-sim dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena daerah tersebut tertutup salju. Sebelum cuaca menjadi dingin, karper tersebut akan menempati kolam-kolam di dalam rumah, dan begitu melewati musim dingin karper tersebut menjadi lauk bagi penduduk Ojiya. Melalui suatu pembudidayaan selama bertahun-tahun, akhirnya diperoleh strain yang berwarna merah atau biru cerah. Itulah yang menjadi titik awal yang menyemangati mereka untuk kemudian mencoba-coba menghasilkan strain-strain yang lebih indah. Akhirnya pada tahun 1870 didapatkanlah kohaku (merah dan putih), menyusul pada tahun 1910 shiro utsuri (putih dan hitam) dan kin utsuri (kuning dan hitam), garis keturunan mulai tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa di-pungkiri. Tahun 1930, mulailah ditemukan karper warna dengan garis yang lain. Jika pada awal mulanya hanya satu warna, kemudian menyusul penemuan koi dua dan tiga warna. Adapun koi-koi cantik yang mulai dikenal adalah showa sanke (merah, putih dan hitam). Selain itu muncul juga koi dengan corak lain seperti kinrin (sisik emas), ginrin (sisik perak), dan ogon (emas). Pada tahun 1904, Jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap dan bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada Jepang. Mereka lantas menernakkan koi Jerman ini dengan tipe sisik standar untuk koi, dan hasilnya melengkapi keanekaragaman dasar variasi pada sisik koi. Jika koi warna-warni Jepang dikenal sebagai nishikigoi, maka koi Jerman ini populer dengan sebutan doitsugoi (koi Jerman). Dalam bahasa Jepang, nishiki mengandung makna kain yang berane-ka warna, sedangkan goi artinya tidak lain adalah karper. Akan halnya nishikigoi yang akhirnya populer dengan nama koi. 2.3 Morfologi Ikan Koi Sebagai "bentuk lain" dari ikan mas, pada dasarnya hampir seluruh organ tubuh koi sama dengan ikan mas lauk tersebut. Hanya ada beberapa perbedaan pokok seperti bentuk tubuh ideal, warna ideal, dan beberapa hal yang sifatnya sangat khusus. Koi mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Ada-pun sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi inereka untuk berpindah tempat. Ibarat manusia, ikan pun mempunyai kaki dan tangan. Sirip dada bisa diibaratkan sebagai tangan, sedangkan sirip perut sebagai kaki. Untuk bisa berfungsi sebagai alat bergerak, sirip ini terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip. Yang dimaksud dengan jari-jari keras adalah jari-jari sirip yang kaku dan patah jika di-bengkokkan. Sebaliknya jari-jari lunak akan lentur dan tidak patah jika dibengkokkan, dan letaknya selalu di belakang jari-jari keras. Selaput sirip merupakan "sayap" yang memungkinkan koi mempunyai tenaga dorong yang lebih kuat apabila bere-nang. Selaput inilah yang sering dibabat habis para-sit dan penyakit sehingga sirip koi tampak seperti sisir/sikat. Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak, sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Selain sirip sebagai sarana penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumnya ini, mereka mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang menutupi makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya dengan ikan maskoki, yang cikal bakalnya sangat mirip dengan mereka. Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar. Badan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam disebut endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan ikan. Cairan ini melindungi permukaan badan atau menahan parasit 10 yang menyerang koi. Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan endodermis terdiri atas serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada daerah ini. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel warna yang sangat diperlukan sekali oleh koi. Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara kontraksi memproduksi larutan dengan 4 macam seJ warna yang berbeda. Adapun keempat sel yang diproduksinya adalah melano-phore (hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah), dan guanophore (putih). Organ perasa dan sistem syaraf mempunyai hubungan yang erat dengan penyusutan dan penyerapan sel-sel warna. Organ ini sangat reaktif sekali dengan cahaya. Tempatnya di antara lapisan epidermis dan urat syaraf pada jaringan lemak, dan terletak di bawah sisik. Sisik koi mempunyai pertumbuhan yang unik. Pada sisik akan tergambar garisgaris yang bisa dijadikan patokan untuk melihat umur koi. Karena garis-garis ini begitu halusnya, maka untuk bisa memastikan yang hampir mendekafi kebenaran diperlukan bantuan untuk melihat lebih jelas lingkaran-lingkaran yang terdapat pada sisik koi. Untuk melihatnya, kita perlu merendam sisik tersebut dengan larutan Potasium hidroksida dengan konsentrasi 1-5% selama 24 jam. Setelah itu sisik dibersihkan dan dibasuh dengan air, dan dilihat di bawah mikroskop. 2.4 Jenis-Jenis Ikan Koi 1. Tancho Tancho adalah sebutan untuk koi yang pada sekujur badannya tak terdapat warna merah, tetapi pada kepalanya terdapat warna merah. Pada katagori varietas sudah banyak disebutkan macamnya seperti Tancho-Kohaku, Tancho-Sanke, dan TanchoShowa. 2. Kinginrin Yang dimaksud dengan Kinginrin tidak lain adalah koi yang mempunyai tandatanda perak di badannya. Betagin untuk sebutan koi yang hanya sebagian besar badannya diselimuti warna perak ini, sedangkan yang keseluruhan. badannya berwarna perak dinamakan Tamagin atau Platinum Ginrin. Kinginrin Kohaku adalah Kohaku yang ada unsur warna peraknya. Jika perak ini terdapat pada warna putihnya dinamakan Ginrin, sedang yang tampak pada warna merah dinamakan Kinrin. Umumnya, warna perak ini tampak pada punggungnya. Kinginrin Sanke adalah Sanke yang ada peraknya. Dulu warna perak yang tampak ini tidak disukai, karena akan menyebabkan warna merah dan hitam menjadi pudar. Kini Ginrin Sanke dengan warna merah dan hitam yang cerah malahan diternakkan. Kinginrin Showa adalah Showa yang mem-punyai unsur warna perak, sedangkan Kinginrin-Bekko adalah Bekko yang mempunyai unsur warna perak. 3. Hikarimono Hikarimono dari Shusui dinamakan Kinsui yang mempunyai warna merah, tetapi Jika tidak ada merahnya bernama Ginsui. Sho-Chiku-Bai adalah sebutan untuk keturunan Ogon dengan Ai-goromo yang mempunyai pola berbentuk kerucut berwarna biru. Kujaku-Ogon adalah koi yang berhasil diter-nakkan oleh Toshio Hirasawa pada tahun 1960, yang merupakan keturunan dari Goshiki dan Ogon. Yang masih keluarga koi Jerman dinamakan Kujaku-Doitsu. Yang terakhir adalah Tora-Ogon yang merupakan keturunan dari Ki-Bekko. Koi emas dengan tanda-tanda hitam pada punggungnya disebut Tora-Ogon. Hikarimono-Kinginrin adalah Hikarimono yang mempunyai unsur warna perak yang relatif masih baru. Platinum-Ogon dan Yamabuki-Ogon yang ada unsur peraknya merupakan ikan yang benar-benar menawan. Hikarimono-mono adalah keturunan dari perkawinan Ogon dengan koi lain (kecuali Utsuri), termasuk juga Hariwake. Yang masuk dalam daftar Hikarimoyo-mono adalah Hariwake,Yamabuki-Hariwake,Orange-Hariwake,Hariwake-Matsuba,Hariwake-Doitsu, Kikusui, dan Iain-lain. 4. Hariwake Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas dan perak, dengan kepala jernih. Yamabuki-Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas murni dan platinum. Orange-Hariwake mempunyai warna emas-oranye dan platinum, sedangkan yang polanya seperti jarum cemara dinamakan Hariwake-Matsuba, dan yang keturunan koi Jerman disebut Hariwake-Doitsu. Kikusui adalah sebutan untuk Yamabuki-HariwakeDoitsu yang badannya seperti platinum dan mempunyai hiasan cantik pada sisi badannya. Hyakunenzakura adalah sebutan untuk Kikusui yang mempunyai hiasan berkilauan pada punggungnya. 5. Platinum-Kohaku (Kin-Fuji) Platinum-Kohaku (Kin-Fuji) adalah keturunan Kohaku dan Ogon. Koi ini mempunyai punggung yang putih berkilauan seperti platinum. Yamatoni-shiki diberikan untuk menyebut Hikarimono dari Taisho-Sanke yang berhasil dikembangkan oleh Seikichi Hoshino pada tahun 1965. Koi ini mempunyai badan yang mirip gumpalan platinum yang tampak indah sepanjang hari. 6. Ogon Ogon adalah koi yang mempunyai badan berwarna emas (golden). Ogon merupakan koi yang ditemukan oleh Sawati dan anak laki-lakinya pada tahun 1946. Pada awalnya, mereka menemukan koi yang garis punggungnya berwarna kuning, yang kemudian dipakainya sebagai induk.memilih koi yang terbaik, dan setelah empat atau lima generasi kemudian, didapatnyalah koi berkepala emas, dan berkepala perak, serta koi berwarna kuning. Dengan rnengawinkannya bersama betina Shiro-Fuji, akhir-nya koi bersisik emas dihasilkannya. Ciri-ciri Ogon adalah sebagai berikut: – Kepalanya selalu berwarna keemasan cerah. – Sisiknya dihiasi dengan warna keemasan. Koi yang mempunyai sisik lebar pada daerah perut-nya, termasuk jenis yang dicari. 12 – Sirip dadanya hams berkilauan – Bentuknya bagus. – Warna koi yang bagus tidak berubah menjadi gelap, meskipun suhunya naik. 7. Nezu-Ogon Nezu-Ogon adalah panggilan untuk koi yang berwarna perak, sedangkan Platinum-Ogon adalah sebutan untuk koi hasil ternakan Tadao Yoshioka (1963) yang merupakan peranakan dari Kigof dan Nezu-Ogon. Sesuai namanya, koi ini mempunyai badan yang berkilauan seperti platinum. 8. Yamabuki-Ogon Yamabuki-Ogon adalah sebutan untuk koi yang mempunyai badan berkilauan seperti emas murni. Koi ini merupakan hasil perkawinan Kigoi dan Ogon yang dilakukan Masaoka pada tahun 1957. Orange-Ogon adalah Orange-Hikarimono yang muncul per-tama kali pada tahun 1956. 9. Hi-Ogon Koi yang mempunyai kepala yang jernih dan sisiknya berkilauan dan warnanya merah disebut Hi-Ogon. Perkawinan antara Matsuba dengan Ogon menghasilkan KinMatsuba. Kin-Matsuba mempunyai sisik timbul yang sangat terang. Kin-Matsuba yang mempunyai sisik seperti platinum dinamakan Gin-Matsuba. Platinum-Doitsu adalah koi Jerman yang mempunyai sisik berkilauan seperti platinum, sedangkan Orange-Doitsu mempunyai badan ber-warna oranye. 10. Mizuhi-Ogon Mizuhi-Ogon adalah Orange-Ogon yang mempunyai sisik hitam berkilauan pada bagian punggungnya. 11. Kawarimono Yang termasuk dalam daftar Kawarimono ada-lah Karasugoi (Dark Koi), Kigoi (Yellow Koi), Chagoi (Brown Koi), Midorigoi (Green Koi), dan Matsuba. 1. Karasugoi mempunyai badan yang lebih gelap dibandingkan Magoi (koi hitam). 2. Kigoi adalah koi yang mempunyai badan berwarna kuning. Beberapa Kigoi mempunyai mata berwarna merah. 3. Chagoi adalah koi yang berwarna cokelat. Khusus koi yang masih keluarga karper Jerman, tumbuhnya lebih cepat, dan umumnya berukuran besar. 4. Matsubagoi adalah koi yang seluruh sisiknya berwarna cerah. Matsuba yang berwarna merah gelap disebut Aka-Matsuba. Ki-Matsuba untuk yang kuning, dan yang putih disebut Shiro-Matsuba. Kin-Matsuba dan Gin Matsuba merupakan sebutan untuk keturunan Matsuba dan Ogon. 5. Midorigoi adalah nama yang diberikan untuk koi Jerman yang mempunyai sisik berwarna hijau kekuningan. Ikan ini hasil ternakan Tadao Yoshioka yang mengawinkan jantan Shusui dan Yamabuki-Ogon. Itu terjadi pada tahun 1965. 12. Koromo Koromo diberikan bagi keturunan Asagi dengan Kohaku atau peranakan dari Asagi dengan salah satu Sanshoku. Macam-macam Koromo adalah Ai-goromo (BlueKoromo), Sumi-Goromo (Dark-Koro-mo), Budo-Sanshoku, Koromo-Sanke, KoromoShowa (Ai-Showa). 1. Ai-goromo adalah peranakan Asagi dengan Kohaku. Sisiknya yang berwarna merah mempunyai lingkaran tepi biru yang membuatnya tampak cantik. 2. Sumi-goromo adalah koi yang warna hitamnya seperti yang tampak pada bercak hitam Kohaku. Pada kepalanya juga terdapat warna hitam ini. 3. Koi yang mempunyai sisik ungu berbentuk seperti dom-polan buah anggur diberi nama Budo-Sanshoku. Koi ini benar-benar indah. 4. Koromo-Sanke merupakan peranakan dari perkawinan Ai-goromo dan TaishoSanke. Tanda biru keluar pada bercak merah pada Taisho-Sanke. 5. Koromo-Showa (Ai-Showa) adalah peranakan dari Ai-goromo dan ShowaSanshoku. Tanda biru keluar dari bercak merah pada Showa-Sanshoku. 13. Shusui Tahun 1910 Yoshigori Akiyama mengawinkan Asagi-Sanke dengan karper kaca dari Jerman, dan menghasilkan Shusui. Shusui adalah koi yang sisik-nya besar-besar dan kulitnya lembut. Punggungnya berwarna biru gelap dan sangat cantik. Ujung hidung, pipi, perut, dan lipatan siripnya berwarna merah terbakar. 1. Hana-Shusui adalah Shusui yang mempunyai tanda merah pada kulitnya yang biru di antara garis sisik di punggung dan perut. 2. Hi-Shusui adalah Shusui yang warna merahnya cukup luas hingga menutup daerah punggung. 3. Shusui yang berwarna kuning dengan daerah punggung berwarna hijau gelap hingga ungu diberi nama Ki-Shusui. 4. Jika punggungnya mendekati kehitaman dan tidak ada- unsur warna hijau atau ungu, maka koi tersebut bernama Ki-Matsuba-Doitsu. 5. Pearl Shusui diberikan untuk Shusui yang mempunyai sisik punggung yang berwarna keperakan. 14. Asagi Asagi adalah koi yang mempunyai badan berwarna biru atau biru cerah dengan pipi, perut, dan lipatan sirip berwarna merah. Sisik-sisiknya berwarna biru cerah dan membentuk susunan yang tidak bercacat.Walaupun Asagi cenderung mempunyai kepala yang ada nodanya, tapi sebenarnya yang bersih tak bernoda lebih disukai. Beberapa Asagi tidak punya warna merah pada perutnya. Warna merah ini konon akan menjalar ke punggung dan menutupi warna biru sejalan dengan umur Asagi. 1. Asagi dengan bintik merah di kepalanya dina-makan Asagi-Menkaburi (Mask Covered). Lipatan sirip dada yang berwarna merah disebut sirip Shusui. Warna merahnya tidak akan tampak pada punggung. 14 2. Kajo-Asagi (Dark blue Shusui) adalah Asagi yang warna badannya segelap warna badan koi hi-tam. 3. Narumi-Asagi adalah yang mempunyai pola Narumi, yang menjadi ciri khas dari Asagi. 4. Mizu-Asagi adalah koi yang mempunyai warna paling cerah di antara Asagi. 5. Asagi-Sanke adalah koi yang mempunyai warna punggung biru pucat. Kepala dan bagian atas perutnya terdapat tanda merah, dan bagian bawah perutnya putih susu. Inilah Asagi yang benar-benar cantik. 15. Bekko Bekko masih keluarga Taisho-Sanke. Warna dasarnya merupakan perpaduan putih, merah, dan kuning. Sementara itu warna hitam menjadi penghias di antara warna-warna tersebut. Macam-macam Bekko yang ada misalnya Shiro-Bekko, Aka-Bekko, KiBekko, dan Bekko-Doitsu. 1. Shiro Bekko adalah Taisho-Sanke yang tidak punya warna merah. Garis hitam menghiasi kulitnya yang putih. Koi ini disebut bagus Jika pada kepalanya tidak terdapat warna hitam. Seandainya ada, warna hitam tersebut Jangan sampai merusak keseimbangan warna secara keseluruhan. Warna hitam yang lebar pada punggungnya sangat diharap-kan, sedang warna putih pada kepalanya tidak boleh kecokelatan. Pada sirip dada terdapat garis-garis yang cantik, tapi ada beberapa koi yang tidak mempunyainya. 2. Aka-Bekko adalah koi yang mempunyai tanda hitam pada permukaan tubuhnya yang merah. Perbedaannya yang mencolok dibandingkan dengan Aka-Sanke adalah Aka-Bekko tidak memiliki bagian yang berwarna putih asli, sedangkan AkaSanke mempunyainya. Aka-Sanke (Red tricolor) boleh dikatakan sebagai Bekko yang mempunyai warna merah, hitam, dan putih (yang biasanya terdapat pada perutnya). Aka-Bekko yang memiliki warna merah pekat sangat diharapkan, tapi umumnya sangat jarang. 3. Ki-Bekko adalah koi kuning yang mempunyai tanda hitam, sedangkan BekkoDoitsu adalah Bekko dari koi asal Jerman. 16. Utsurimono Yang termasuk ke dalam Utsurimono adalah Shiro-Utsuri, Ki-Utsuri, dan Hi-Utsuri. Masing-masing jenis ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut. 1. Shiro-Utsuri adalah koi yang mempunyai warna putih berbentuk kerucut pada badannya yang hitam. Pada lipatan sirip dadanya terdapat warna hitam. ShiroUtsuri sering disebut juga sebagai Shiro-Utsushi. Shiro-Utsuri untuk pertama kalinya dihasilkan oleh Kazuo Minemura dari Mushigame di perkampungan Yamakoshi. Warna putih pada Shiro-Utsuri harus seperti salju, sedang warna hitamnya sebagai pendukung utama seperti halnya pada Showa-Sanke (ShowaSanshoku). 2. Ki-Utsuri adalah koi yang mempunyai bentuk kerucut berwarna kuning pada badannya yang hitam. Ki-Utsuri muncul pada awal sejarah koi. Ki-Utsuri sudah ditemukan sejak awal jaman Meiji. Hanya saja waktu itu namanya Kuro-Ki-Han (bertanda hitam dari kuning). Barulah pada tahun 1920 Eizaburo Hoshino memberinya nama Ki-Utsuri. Warna hitamnya harus pekat dan bentuk kerucutnya berwarna kuning dengan pangkal sirip dadanya bergaris-garis. 3. Hi-Utsuri adalah koi yang warna kuningnya me-nyerupai warna merah. Warna hitamnya sangat kon-tras dengan warna merah. Koi ini umumnya sangat memikat banyak orang, karena warnanya mampu menyaingi Kohaku, Showa-Sanke, ataupun Taisho-Sanke. Badan Hi-Utsuri yang bagus tidak boleh ber-noda. Pada sirip dadanya terdapat garis-garis. Jenisnya adalah Utsuri-Doitsu yaitu Utsurimono yang merupakan keluarga koi Jerman, Kage-Utsuri, Ginshiro, dan Ogon-Utsuri. 17. Showa-Sanke Showa-Sanke atau Showa-Sanshoku adalah koi yang berwarna hitam dengan hiasan warna putih dan merah di badannya. Sepintas koi ini mirip dengan Taisho-Sanke. Bedanya terletak pada warna dasarnya. Taisho berdasar putih, sedangkan Showa berdasar hitam. Pada tahun 1927, Jukichi Hoshino mengawinkan seekor Ki-Utsuri dengan Kohaku dan menghasilkan Showa-Sanke. Awalnya warna merah yang menghiasi tubuhnya masih bercampur dengan cokelat kekuningan. Selanjutnya, Tomiji Kobayashi berhasil mengawinkan Yagozaemon-Kohaku dan menghasilkan Showa-Sanke dengan warna merah yang murni. Jenis ini kemudian menjadi yang ter-baik. Warna merah di daerah kepala hams cukup besar, merata dan pekat. Tepinya hams tegas (jelas). Putih hams seperti salju, dan banyaknya sekitar 20 % dari seluruh permukaan tubuhnya, terutama pada kepala, punggung, dan ekor. Pola warna hitam hams menyerupai bentuk petir atau gunung. Sirip dada hams berwarna hitam tanpa noda merah. 1. Boke-Showa adalah Showa-Sanke yang mempunyai sisik yang kabur dan terang, tidak cerah seperti sisik umumnya. 2. Hi-Showa adalah Showa yang warna merahnya lebih menonjol menyelimuti punggung-nya dengan hanya sedikit warna putih. 3. Sebaliknya Jika warna putih lebih menonjol maka namanya adalah Kindai-Showa (Modern Showa). 4. Nama Kin Showa diberikan bagi Showa yang mempunyai warna mengkilat, yaitu yang merupakan cross breeding antara Showa-Sanke dengan Ogon (gold). 5. Tancho-Showa merupakan predikat bagi Showa yang tidak mempunyai warna merah pada sekujur badannya dan hanya sedikit terdapat pada kepalanya. 6. Showa-Sanke yang merupakan karper kaca Jerman mendapat julukan DoitsuShowa. 16 Showa-Sanke seringkali mirip dengan Taisho-Sanke. Untuk membedakannya dibutuhkan ketelitian. Ada beberapa pegangan untuk membedakannya, yaitu : – Showa-Sanke mempunyai bintik hitam (sumi) di kepalanya, sedangkan Taisho-Sanke tidak. – Warna hitam (sumi) pada Taisho-Sanke hanya memenuhi punggungnya, sedangkan pada Showa-Sanke warna hitam ini terdapat hingga perutnya – Sirip dada Taisho-Sanke berwarna putih atau bergaris-garis, tetapi pada Showa-Sanke warna hitam terdapat pada lipatannya. Bagi yang benar-benar profesional, bintik hitam ini pastilah akan menjadi perhatian dan kalau perlu ditanyakan kepada pedagang, karena dari bintik inilah dua ekor koi benar-benar menjadi berbeda kualitasnya. 18. Taisho Sanke Taisho-Sanke adalah koi yang badannya berwarna putih dan-dihiasi dengan warna merah dan hitam. Pola dasarnya merah pada bagian kepalanya, dan garis lebar hitam pada bagian dadanya. Taisho-Sanke termasuk varietas yang terkenal, seperti hal-nya Kohaku. Tidak jelas sejak kapan koi dengan tiga warna ini muncul. Namun sejak pertengahan jaman Meiji, koi dengan tiga warna sudah ditemukan. Pada awalnya, yang ada baru koi dengan tiga warna yang secara penuh menghiasi sekujur badan koi. Atas jasa Eizaburo Hoshino dari Takezawa, kini telah dapat menikmati koi yang berbadan putih dengan hiasan warna hitam dan merah pada sekujur badannya. Seperti Kohaku, putihnya Taisho-Sanke harus seputih salju. Warna merah harus seragam dan pekat. Yang bertepi terang lebih penting. Taisho-Sanke di-sebut bagus Jika di kepalanya tidak terdapat warna hitam. Koi yang punggungnya terdapat warna hitam lebar akan lebih bagus dan tampak sangat indah. Tsubo-Sumi adalah koi yang mempunyai badan putih dengan bercak hitam, sedangkan Kasane-Sumi adalah koi yang pada warna hitamnya terdapat di atas bercak merah. Yang paling ideal adalah sirip yang juga mempunyai tiga pola warna. 1. Aka-Sanke adalah Taisho-Sanke yang warna merahnya membentang dari kepala hingga ekor. Koi ini memang sangat mengesankan, tetapi kurang anggun. 2. Doitsu-Sanke adalah Taisho-Sanke yang masih merupakan keluarga karper kaca dari Jerman. Aka-Sanke dari karper kaca ini dikenal dengan Doitsu-Aka-Sanke. 3. Fuji-Sanke adalah Taisho-Sanke yang mempunyai gumpalan perak pada kepalanya. 4. Tancho-Sanke adalah koi yang mempunyai warna merah yang lebar pada kepalanya, tapi pada badannya tak terdapat warna merah. 19. Kohaku Kohaku adalah varietas koi yang mempunyai badan putih dengan bercak merah pada badannya. Kohaku boleh dikatakan paling populer di antara varietas koi. Ini bisa dimaklumi sebab corak warnanya langsung mengingatkan orang pada bendera kebangsaan Jepang. Dan tidaklah berlebihan bila Kohaku dianggap sebagai koi yang “pertama dan terakhir”, karena umumnya pertama kali orang akan memilih Kohaku, lalu berpindah-pindah varietas,lantas pada akhirnya kembali lagi pada Kohaku. Untuk mencapai coraknya yang sekarang, di-butuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan Kohaku. Dari seekor koi berwarna hitam lahirlah koi berpipi merah lewat suatu mutasi, yang lantas ngetop dengan nama “Hookazuki”. Pada tahun 1800, dari “Hookazuki” ini lahirlah seekor koi berwarna putih. Koi berwarna putih ini lantas dikawinkan dengan Higoi, lahirlah Haraka, yaitu koi putih dengan bercak-bercak merah. Haraka sendiri ber-arti berperut merah (Red belly). Kemudian berturut lahirlah HooAka (berpipi merah), Era-Hi (berinsang merah). Sejak 1830 muncullah koi dengan sebagian kepala berwarna merah (Zukin-kaburi), koi berbibir merah (Kuchibeni), dan Sarasa yang mempunyai punggung berwarna merah dan putih. Pendek kata pada jaman Meiji, Kohaku sudah dikenal luas dan mulai dikembangkan secara khusus. Warna putih pada Kohaku menjadi pusat perhatian untuk menentukan kualitas Kohaku. Warna putihnya harus bersih seperti warna salju, tidak boleh putih kekuningan, atau putih kecokelatan. Sedangkan untuk warna merah, yang dikehendaki adalah merah pekat tetapi cerah (terang). Warna merah ini ada dua, yaitu yang dasarnya ungu dan cokelat kekuningan. Yang pertama lebih pekat dan tidak mudah luntur, tetapi tidak halus. Sedangkan yang terakhir lebih halus dan tidak mudah luntur, tetapi sulit didapatkan. Banyak ragam Kohaku. Jenis-jenisnya di antaranya dibedakan berdasarkan banyaknya bercak merah pada punggungnya. Ada yang dua, tiga atau empat, tetapi ada juga yang hanya satu. 1. Inazuma-Kohaku mempunyai warna merah menyerupai bentuk kilat di punggungnya. 2. Gotenzakura adalah Kohaku yang mempunyai bercak merah yang seim-bang pada sisi kiri dan kanan punggungnya. 3. Doitsu-Kohaku Napoleon adalah Kohaku Jerman yang mempunyai warna merah seperti topi Napoleon. 4. Fuji Kohaku adalah Kohaku yang mempunyai gum-palan berwarna perak pada kepalanya. Mereka tam-pak sangat cantik. Namun kecantikannya akan hi-lang ketika umurnya dua tahun. 5. Shiromuji adalah koi yang mempunyai badan berwarna putih biasa, sedangkan keseluruhan badan Akamuji berwarna merah biasa. Akumuji sering disebut sebagai Higoi. Higoi yang warnanya gelap disebut sebagai Benigoi atau Hiaka. Higoi dengan sirip putih akrab dipanggil sebagai Aka-Hajiro. 6. Tancho-Kohaku adalah koi yang keseluruhan badannya berwarna putih dengan bercak merah pada bagian kepalanya. 18 2.5. Teknik Budidaya Indonesia merupakan negara yang perairan yang mempunyai berbagai macam jenis ikan yang beranekaragam, beberapa diantaranya mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. Salah satunya adalah ikan koi (Cyprinus carpio) merupakan salah satu ikan hias potensial yang dibudidayakan di Indonesia. Ikan koi memiliki ciri khas warna yang menarik serta variasi jenis yang beranekaragam. Secara garis besar ikan koi diklasifikasikan dalam 13 kategori yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Bekko, Utsurimono, Asagi, Shusui, Tancho, Hikari, Koromo, Ogon, Kinginrin, dan Kawarimono. 2.5.1. Pemilihan Lokasi & Wadah Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton. Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak. 2.5.2. Kualitas Air Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut: suhu air berkisar 24-26oC, pH 7,2-7,4 (agak basa), oksigen minimal 3-5 ppm, CO2 max 10 ppm, nitrit max 0,2. Air yang digunakan harus terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator, sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC. 2.5.3. Pakan Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). Meski demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang ada pada mulut ikan. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan. Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astantin. Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi. 2.5.4. Pakan alami Hidup misalnya cacing darah, cacing tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam. Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % perhari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali perhari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya. Menurut pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukankan bahan – bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang. Koi yang dipelihara di kolam lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan loi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang tumbuh di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten. Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti. 2.5.5. Pembenihan Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna. 20 Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain. Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m. Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk mensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai. Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan. Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk. Secara alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari. Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan. Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir. Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan. 2.5.6. Pendederan Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur. Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-. Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik. Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %). 2.5.7. Pewarnaan Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas yang baik. Genotip menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu sebelum dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan. 2.5.8. Pra Panen Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat 22 dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan menyortir jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga pasar yang baik. Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi. 2.6. Persyaratan Eksport Eksportir harus memiliki syarat izin dari Dinas Perdagangan yang dibuktikan dengan dokumen IKIS (Izin Instalasi Karantina Ikan Sementara ), Hasil Uji PCR (Polymerase Chain Reaction), untuk deteksi penyakit ikan dan dokumen bea cukai di bandara. Standar ikan yang akan diekspor antara lain kondisi sehat dengan ciri diantaranya bentuk tubuh ideal dan proporsional, Sirip sempurna seperti tidak ada bengkok, tidak cacat, rusak, robek atau patah. Kondisi sisiknya utuh tidak ada yang lepas, mengkilap dan berkilau bila terkena sinar. Ikan Koi diperiksa di laboratorium oleh Badan Karantina untuk di cek apakah sehat dan tidak berpenyakit. Bila ikan dinyatakan sehat, Badan Karantina akan mengeluarkan Surat Keterangan Layak Ekspor. Badan Karantina kemudian mengemas ikan hias dalam plastik, Styrofoam, dan Hard Carton. Dalam satu kantong plastik ukuran 20 liter diisi air dan oksgen dengan perbandingan 2:3 untuk 20 ekor ikan Koi ukuran 8 cm. Pengiriman ikan Koi ini dilakukan dengan menggunakan jalur udara. Kapasitas ekspor Indonesia saat ini lebih dari 300 ekor untuk sekali pengiriman. Biaya pengiriman untuk satu kali pengiriman tergantung Negara yang dituju, misalnya ke Negara China sebesar Rp 3 juta. Biaya tersebut ditanggung eksportir. Sedangkan system pembayaran oleh buyer menggunakan L/C (Letter of Credit – sebuah cara pembayaran international yang memungkinkan ekspotir menerima pembayaran tanpa menunggu berita dari luar negeri setelah barang dikirim kepada pemesan) dengan tanggung jawab penjual (produsen) hanya sampai di atas kapal yang tertambat di pelabuhan dalam negeri atau Free On board (FOB). BAB III URAIAN ASPEK USAHA 3.1. Uraian Singkat Usaha Nama Usaha Nama Penyusun Dan Pemilik Alamat Kantor/ Usaha Alamat Rumah Produk Yang Dihasilkan : Ucup Farm Koi : Ulil Azmi : Jl. Ismail Malik Rt 28, Mayang Mangurai, Kota Jambi, 36126, 081273341478 : Jl. Ismail Malik Rt 28, Mayang Mangurai, Kota Jambi, 36126, 081273341478 : Berbagai Varietas Koi 3.2. Analisis SWOT Analisis SWOT, Meliputi: 1. Kekuatan pendukung usaha (strength) Pengalaman dan ketrampilan dalam membudidayakan ikan hias. Ketersediaan lahan untuk membuat kolam budidaya. Ketersediaan sumber air yang mencukupi untuk melakukan kegiatan budidaya ikan koi. Adanya dukungan dari keluarga, dan rekan-rekan dekat untuk melakukan kegiatan usaha ini. 2. Kelemahan yang membatasi / menghambat usaha (weaknes) Kurangnya modal awal untuk memulai usaha budidaya ikan koi. Lemahnya daya tahan ikan koi terhadap perubahan kondisi lingkungan. Mahalnya pakan serta biaya oprasional lain yang berkaitan dengan budidaya ikan koi. 3. Peluang usaha (opportunity) Harga jual ikan koi dipasaran cukup tinggi Ikan koi selalu dicari oleh masyarakat karena coraknya yang indah serta dianggap sebagai ikan pembawa keberuntungan oleh sebagian masyrakat. Semua varientas koi selalu laku terjual dan diminati konsumen, mulai dari kualitas rendah sampai kualitas super, hal ini karena tidak semua masyarakat penggemar koi memiliki daya beli yang sama. 4. Mengancam usaha (threat) 24 Adanya beberapa pesaing yang sudah terlebih dahulu melalui usaha dan meraih sukses. Perubahan lingkungan terutama cuaca yang sewaktu-waktu dapat terjadi yang tentunya sangat mempengaruhi proses dan hasil budidaya. Kenaikan biaya operasional yang sewaktu-waktu dapat terjadi. 3.3. Analisis Pasar. Pasar yang kami capai adalah pasar lokal hingga nasional. Kami berharap akan dapat mencapai konsumen-konsumen diseluruh indonesia, terutama masyarakat fionghoai yang kebanyakan menggagap ikan asal Jepang ini sebagai ikan pembawa hoki atau keberuntungan kami juga akan menjangkau para pengemar koi yang berada dibeberapa kota besar di indonesia, dengan sistem jual pesan antar maupun datang ketempat budidaya kami. Kegiatan distribusi untuk mencapai konsumen kami lakukan lakukan dengan seteliti mungkin guna menjamin kestabilan kualitas dari mulai tempat kami hingga tempat tujuan. Kami sangat yakin bahwa langkah-langkah pemasaran kami akan berhasil karena pangsa pasar yang kami miliki masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20℅ untuk wilayah jawa, dan 12% untuk pemasaran nasional. Pesaing-pesaing yang saya rasa sudah masuk pasar terlebih dahulu di pulau Jawa. Pangsa pasar sebesar ini saya rasa masih sangat mungkin bagi saya untuk memperoleh kesuksesan didunia bisnis budidaya ikan koi ini. Secara nasional tidak diperoleh data mengenai besarnya permintaan akan ikan koi. Namun, dari pengembangan budidaya ikan koi cenderung meningkatkan dan merata di seluruh Indonesia, apalagi sering diadakan kontes ikan koi di berbagai daerah dan tiap daerah sentra ikan koi mempunyai agenda tetap setiap tahun yaitu di daerah Kab/Kota blitar, Bandung, Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan lain – lain. Besarnya permintaan pasar, ditandai dengan penjualan ikan koi oleh pedagang pengepul/agen di Kabupaten Blitar ke kabupaten lain / kota lain bahkan luar negeri biasanya ke Jerman. Seperti Denpasar dua minggu sekali dengan sekali setor 8.000 ekor, Jakarta juga dua minggu sekali, Yogyakarta tiga minggu sekali, Surabaya seminggu sekali, ke Bandung dua minggu sekali, bahkan ada yang ke luar jawa sesuai permintaan. Produksi ikan koi merupakan hasil budidaya, wilayah sentra produksi budidaya ikan koi terdapat pada daerah, seperti Blitar, Tulung Agung, Malang, Sukabumi, namun yang paling baik ada di daerah Blitar karena iklim dan air sangat mendukung kecerahan ikan koi, dan ini tidak dimiliki oleh daerah lain. Hal ini disebabkan ikan koi yang dipandang adalah keindahan dan kecerahan warna yang dihasilkan, sehingga produk ikan koi tidak akan bisa di tukar menukar asalnya. Dengan demikian produksi ikan koi hasil budidaya akan memberikan ciri khas asal wilayahnya. 3.4. Marketing Pendukung Usaha 3.4.1. Marketing untuk promosi. Untuk promosi saya memilih untuk memasang papan nama, dan menyebar brosur,dan sosial media. Selain biayanya yang relatif murah media ini juga cukup efektif untuk menyebarkan informasi kepada konsumen. Selain dengan media diatas kami juga akan menyebarkan informasi melalui internet, sehingga para konsumen di sluruh pelosok mengetahui usaha kami.seluruh kegiatan promosi kami, kami rancang dengan seminimal mungkin dengan tujuan untuk mengurangi biaya-biaya prodiksi saya. Untuk seluruh kegiatan promosi diatas,kami memerlukan dana sekitar Rp 350.000.3.4.2. Marketing untuk bentuk badan usaha Untuk memudahkan saya dalam mengelola usaha, saya memiliki bentuk badan usaha yaitu perusahaan perseorangan. Karena saya rasa dengan perusahaan perseorangan, saya akan lebih leluasa lagi didalam melakukan kegiatan usaha. Sehingga usaha saya dapat berjalan dengan baik dan akhirnya dapat mendatangkan keuntungan bagi kami. 3.4.3. a) Marketing untuk produk Produk yang dihasilkan : ikan koi Spesifikasi (ukuran, warna, dan kualitas) : Koi super (panjang tubuh ± cm, berat ≥ kg, corak warna tubuh ≥ warna, kualitas terjamin (kualitas koi kontes)) b) Koi lokasi panjang tubuh ± 30 cm, berat 8 ons, corak warna tubuh 2 warna, kualitas baik. c) Bibit koi (panjang tubuh ± 10 cm, umur 50-60 hari, corak warna menarik, kualitas standar, dan tidak ada cacat atau luka pada tubuhnya. - Kemasan produk : Plastik berisi air dan oksigen yang kemudian dimasukkan ke dalam kardus. 3.4.4. Marketing untuk harga a) Koi super Harga : Rp 2.000.000,00/ekor Alasan : Merupakan koi yang berumur 4 bulan, yang dijamin super karena dirawat dengan baik sesuai prosedur dengan biaya yang tidak sedikit. Koi super juga merupakan indukan berkualitas. b) Koi lokal Harga : Rp 500.000,00/ekor Alasan : Merupakan koi yang berumur 2 bulan, yang kualitasnya sedikit dibawah koi super. Koi lokal juga sangat cocok untuk dijadikan ikan pengisi kolam ikan hias anda. 26 c) Bibit koi Harga : Rp 6.000,00/ekor Alasan : Merupakan bibit unggul berumur 30-40 hari, kualitas baik (bebas dari cacat dan luka), cocok bagi orang yang ingin memulai memelihara ikan koi. 3.4.5. Marketing untuk lokasi usaha Lokasi usaha saya, bertempat dirumah saya sendiri yaitu Jl.Ismail Malik Rt 28, Mayang Mangurai, Kota Jambi. Alasannya adalah karena ditempat tinggal saya ada sumber air yang melimpah, dan juga lahan yang luas, yang saya rasa cukup untuk sebagai modal pertama di dalam menjalankan usaha ini. 3.4.6. Marketing untuk kegiatan distribusi Untuk kegiatan distribusi, kami memilih kegiatan distribusi langsung. Hal ini karena dalam distribusi langsung kami akan lebih mengetahui kemauan konsumen. Sehingga kemauan tersebut akan kami proses menjadi masukan bagi kami untuk lebih matang lagi didalam melakukan kegiatan produksi dan pengelolaan usaha. 3.5.Aspek Manajemen Struktur Organisasi PEMIMPIN BAGIAN KEUANGAN KARYAWAN Tugas, tanggung jawab, dan kualifikasi masing pemegang tugas a) Pimpinan (pemimpin) : Memimpin jalannya kegiatan usaha, bertanggung jawab atas lancarnya kegiatan distribusi sampai pemasaran. Kualifikasinya berpengalaman dalam berbagai kegiatan usaha, mandiri, ulet, terampil, dan bertanggung jawab. b) Bagian keuangan : Mengurusi tugas administrasi keuangan baik yang bersifat pengeluaran maupun pemasukan dari kegiatan usaha. Kualifikasinya minimal lulusan SMA, teliti, sabar, dan pekerja yang bertanggung jawab. c) Karyawan : Melakukan kegiatan produksi dari mulai pemijahan, perawatan dan kegiatan lain sebelum produk laku terjual. Kualifikasinya pekerja keras, ulet, terampil, teliti, sabar, bertanggung jawab dan tentunya memiliki pengalaman dalam melak3.5kan pemeliharaan ikan. Jumlah pegawai atau karyawan dan system upah/gaji kerja - Pimpinan Jumlah : 1 orang Gaji : 2.000.000/bulan - Bag. Keuangan Jumlah : 1 orang Gaji : 1.500.000/bulan - Karyawan Jumlah : 1 orang Gaji : 1.000.000/orang/bulan Sistem Upah/gaji kerja Sistem upah / gaji kerja yang kami gunakan adalah sistem upah per periode bulanan. 3.6. Aspek Modal Dan Pembiayaan Usaha Modal awal Investasi : Rp 27.000.000 Modal Kerja : Rp 21.500.000 + Jumlah : Rp 48.500.000 Sumber modal Simpanan pribadi : Rp 20.000.000 Mitra : Rp 10.000.000 Pinjaman keluarga : Rp 15.000.000 Penggunaan modal 1. Modal investasi - Pembuatan kolam - Alat produksi - Bibit ikan dan ikan modal awal Jumlah 2. Modal kerja - Gaji 3 pegawai - Transportasi - Produksi - Biaya perawatan kolam - Biaya promosi Jumlah Rp Rp Rp Rp 20.000.000 5.000.000 20.000.000 + 45.000.000 Rp 4.500.000/bulan Rp 1.500.000/bulan Rp 12.000.000/bulan Rp 500.000/bulan Rp 350.000/bulan + Rp 18.850.000/bulan Rencana penjualan (1 tahun) - Koi super 10 ekor x 1.500.000 x 12 - Koi lokal 10 ekor x 1.000.000 x 12 - Bibit koi 2.000.000 x 12 = Rp 180.000.000 = Rp 120.000.000 = Rp 24.000.000 + 28 Jumlah penjualan Perhitungan laba Jumlah penjualan Jumlah biaya (1tahun) = 18.850.000 x 12 Laba kotor Penghasilan tidak kena pajak Pendapatan kena pajak Lapisan pajak 5 %.81.960.000 = 4.098.000 Laba bersih = laba kotor - lapisan pajak Laba bersih = 97.800.000 – 4.098.000 Laba bersih = Rp 93.702.000 = Rp 324.000.000 = Rp 324.000.000 = Rp 226.200.000 = Rp 97.800.000 = Rp 15.840.000 = Rp 81.960.000 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan 1. Pemeliharaan ikan koi memerlukan persyaratan kuantitas dan kualitas tertentu untuk memperoleh hasil yang optimal. Syarat – syarat tersebut antara lain: lokasi dataran rendah pada ketinggian 20-40 m diatas permukaan laut, kuantitas dan kualitas air yang mencukupi, tenang, bersih dengan dasar kolam yang tidak berlumpur, tanah yang temperatur optimum 25-30 derajat celcius. 2. Pemeliharaan ikan koi cukup sederhana dan tidak membutuhkan teknologi yang tinggi, demikian juga alat – alat yang dibutuhkan untuk budidaya ikan ini tersedia di seluruh Indonesia dan mampu dibuat oleh masyarakat. 3. Prospek pemasaran ikan koi masih sangat menjanjikan walaupun masih dalam pasar domestik. Tapi sudah mulai berkembang sangat pesat di pasar ekspor. 4.2. Saran 1. Dengan melihat potensi yang cukup baik dan perawatan yang tidak terlalu sulit, maka usaha seperti ini cukup baik di Indonesia. Harga yang di capai pun saat tiba atau musimnya ikan koi ini trend membuat harga melonjak tinggi. 2. Untuk mendapatkan hasil yang optimal atas produksi ikan koi perlu intensifikasi penggunaan teknologi budidaya sehingga kualitas dan kuantitas produksi dapat ditingkatkan dan masa waktu panen dapat dipersingkat. 3. Untuk meningkatkan keterampilan pembudidaya, perlu diberikan bimbingan yang terus menerus dari instansi terkait dalam rangka penerapan teknologi budidaya untuk meningkatkan produksi ikan koi. 4. Pembudidaya sebaiknya bergabung dengan perkumpulan atau asosiasi pembudidaya ikan koi. Perkumpulan dan asosiasi ini dapat menjadi tempat tukar menukar informasi antar pembudidaya dan diharapkan lebih jauh lagi dapat meningkatkan posisi pembudidaya sendiri. 30