ANEMIA AURELIA SURYANI MUTHIA SALSABILA DEFINISI • Secara fungsional : Penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. • Secara praktis : Penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, atau eritosit. • Anemia bukan penyakit sendiri, merupakan gejala underlying disease. • Sering digunakan : Hb Ht • Keadaan mempengaruhi parameter diatas : • Dehidrasi, perdarahan akut, kehamilan KRITERIA ANEMIA KELOMPOK KRITERIA ANEMIS (Hb) Laki-laki dewasa <13g/dl Perempuan dewasa tidak hamil <12 g/dl Perempuan hamil <11g/dl EPIDEMIOLOGI • 24.8% populasi dunia menderita anemia • Prevalensi anemia tertinggi pada anak usia TK dan ibu hamil, prevalensi terendah pada laki-laki. • Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia sebesar 21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan serta 18,4% laki-laki dan 23,9% perempuan. • Berdasarkan kelompok umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan sebesar 18,4% pada kelompok umur 1524 tahun. ETIOLOGI • Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena : • Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang • Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan) • Proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis). KLASIFIKASI • Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV < 80 fl dan MCH < 27 pg • Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg • Anemia makrositer, bila MCV 95 fl PATOGENESIS • Gejala umum anemia ini timbul karena : • Anoksia organ • Mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut oksigen • Gejala urnum anemia anemia simtomatik) muncul apabila kadar hemoglobin telah turun di bawah 7 g/dl. • Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada: • Derajat penurunan hemoglobin • Kecepatan penurunan hemoglobin • Usia • Adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya MANIFESTASI KLINIS • Gejala umum anemia (sindrom anemia) timbul karena iskemia organ target serta akibat mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar hemoglobin. • Sindrom anemia : rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. • Pemeriksaan, pasien tampak pucat (konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah kuku) hemoglobin <80–100 g/L (8–10 g/dL). • Detak jantung meningkat, nadi perifer menguat, dan terdapat systolic “flow”murmur. • Pemeriksaan fisik harus focus pada area yang pembuluh darahnya dekat ke permukaan seperti mukosa, telapak tangan, nail beds. • Jika palmar creases warnanya lebih terang dibandingkan kulit sekitar saat di hiperekstensikan kemungkinana Hb <80 g/L (8 g/dL). • Tidak spesifik karena dapat ditimbulkan oleh penyakit di luar anemia dan tidak sensitif karena timbul setelah penurunan hemoglobin yang berat (Hb <7g/dl). MANIFESTASI KLINIS • Gejala khas masing-masing anemia • Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok (koilonychia) • Anemia megaloblastik: glositis, gangguan neurologic pada defisiensi vitamin B 12 • Anemia hemolitik: ikterus, splenomegali dan hepatomegaly • Anemia aplastik: perdarahan dan tanda-tanda infeksi • Gejala penyakit dasar • Gejala akibat infeksi cacing tarnbang: sakit perut, pembengkakan parotis dan wama kuning pada telapak tangan • Anemia akibat penyakit kronik oleh karena artritis reumatoid KLASIFIKASI ANEMIA Diagnosis • ANAMNESIS • Gejala umum anemia : lemah, lesu, cepat lelah, tinnitus, mata kunangkunang, kaki terasadingin, sesak nafas, disfagia, penurunan konsentrasi Gejala khas • Anemia defisiensi besi disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, kuku sendok/spoon nail (koilonychia) • Anemia megaloblastik glositis, gangguan neurologik pada defisiensi vitamin B12 • Anemia hemolitik ikterus, splenomegali, hepatomegali • Anemia aplastik pendarahan dan tanda-tanda infeksi • Etiologi: • Riwayat kuning, pucat, mendadak kuning • Riwayat pendarahan • Riwayat infeksi (parasit : lihat kebiasaan dan pekerjaan; frekuensi infeksi saluran napas dan organ lain) • Konsumsi obat/radiasi/kimia/alkohol • Kelainan sistemik (jantung, saluran pencernaan, endokrin, ginjal, tulang nyeri, pembengkakan sendi, KGB, SLE) • Nutrisi • Besi =daging + jus jeruk (vit C)meningkatkan Fe; Konsumsi daging +alkohol/teh/kopimenurunkan Fe yang diserap • Asam folat, vitamin B12 • Baal, ulcer, stomatitis • Kondisi etnik, geografis, sosioekonomi • Riwayat bergergian ke tempat endemik malaria • Riwayat keluarga dengan anemia • Riwayat pengobatan dan transfusi • Pemeriksaan fisik • General appearance : pucat, kesadaran pasien, cyanosis • Tanda vital: RR (Usaha Bernafas?), BP & HR (Sirkulasi?) • Kulit: pucat, keabuan (hemosiderosis), kulit kering • Rambut: Mudah rontok • Wajah: lihat facies cooley (pembesaran tulang wajah maksila dan tengkorak) • Mata: konjungtiva anemis,, sklera (ikterik) • Mulut: Bibir pucat, oral mucosa pucat, lidah papil atropi, stomatitis angularis (ulcer di sudut mulut kurang vit. B6) • Jantung: Tachycardia, pembesaran jantung, systolic heart murmur • Abdomen: Hepatosplenomegally • Rectal exam: hemorrhoid (sumber pendarahan) • Ekstrimitas: kuku (normal, pucat, sianosis, spoon nail); palmar (normal & pucat) Derajat keparahan anemia Ringan: melibatkan kulit & mukosa, konjunctiva, palmar, kulit Berat: mengganggu cardiac & butuh treatment yang urgent •Pemeriksaan Laboratorium • CBC - RBC Count: Hb, Hct, Reticulocyte Count - RBC Indices: MCV, MCH, MCH - WBC Count: cell differential, nuclear segmentation of neutrophil - Platelet count - Cell morphology: cell size, Hb content, anisocytosis, poikilocytosis, polychromasia Terapi 1.Terapi Kausatif 2.Pemberian Preparat Fe : Ferrous Sulfat peroral 3x200 mg selama 36 bulan, diberikan saat perut kosong. Bila pasien tidak tahan terhadap keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, konstipasi, pemberian ferrous sulfat dapat dilakukan saat makan atau dosis dikurangi menjadi 3x100 mg. Dapat diberikan vit,C 3x100 mg untuk meningkatkan penyerapan zat besi 3.Terapi besi parenteral : iron dextran complex 50mg/mL sc/iv • Tujuan terapi adalah untuk mengembalikkan kadar Hb dan mengisi besi hingga 50 – 100 mg. Dosis kebutuhan besi = (15-Hb pasien) x (BBX2.4) + (50-1000mg) • Hanya dilakukan dengan indikasi : • Intoleransi terhadap pemberian besi oral • Gangguan pencernaan yang dapat kambuh jika diberikan preparat besi oral, misalnya colitis ulcerative • Terjadi kehingalan darah dalam jumlah besar sehingga tidak dapat dikompensasi dengan pemberian preparat oral • Kebutuhan besi dalam waktu singkat Komplikasi dan Prognosis KOMPLIKASI Pada anak-anak, anemia defisiensi besi berhubungan dengan gangguan kognitif, tumbuh kembang dan imunitas tubuh PROGNOSIS : Tanda respon pengobatan yg baik, Retikulosit naik pada minggu pertama, mencapai puncak pada hari ke 10 dan kembali normal setelah hari ke 13, kenaikkan Hb 0.15 g/dL per hari atau 2 g/dL setelah 3-4 mingggu sehingga Hb akan kembali normal setelah 4-10 minggu