Uploaded by Khadijah Rizky Sumitro

value of imunization 2015 final

advertisement
Value of immunization
manfaat program imunisasi nasional
Ismoedijanto
FK Un Air/RS dr Sutomo
surabaya
Immunisasi bayi
dan anak
investasi masa depan yang
sangat menguntungkan
Human Rights
The Universal Declaration of
Human Rights:
•based on the principle of human
equality;
• everyone has right to equal
access to public services in
his or her country
• everyone has the right to a
standard of living adequate
for the health and well
being of him/her and family,
including food, clothing,
housing, medical care and
social services.
Child Rights….
•
Convention on the
Rights of the Child:
– four core principles:
• non-discrimination
• devotion to the best
interests of the child
• the right to life, survival
and development
• respect for the views of the
child.
Hasil akhir yang penting
• Cakupan immunisasi
semua vaksin mencapai
80% di semua kab kota .
• Mencegah kematian 2.3
juta anak per tahun .
• Membuat suntikan lebih
aman.
• Mengelola limbah jarum
dan semprit vaksin
Value of vaccines –
jauh melampaui manfaat individu
Individual
Societal
Economic
Cost effectiveness
• Vaksin selain bermanfaat secara individual juga
secara masaal dan ekonomik: menyelamatkan
investasi Negara pada bayi dan menekan biaya
sakit
• Efficacy : manfaat individu pada penelitian klinik
dan lapangan
• Berdasar pada penggunaan proses respon imun
secara effective: diberi kuman atau virus yang
ringan sehingga kebal dan tidak jadi sakit
Value of vaccines for the society
• Selain ketersediaan air minum bersih, imunisasi
adalah intervensi kesehatan masyarakat yang
paling berhasil
• Mampu membasi penyakit (disease eradication)
• Cost-effective, often cost-saving
• Kekebalan masyarakat memberi perlindungan
global /regional yang kuat
CDC, MMWR 2006;55:511-15
Penurunan kasus di AS
Nama penyakit
Difteria
Campak
Gondongen
Batuk rejan
Polio liar
Rubella
C Rubella syn
Tetanus
Invasive HiB
Total
Jumlah kasus
maksimum (th)
Laporan th
1999
Perubahan (%)
206.939 (1921)
894.134(1941)
152.209 (1968)
265.269 (1952)
21.269 (1952)
57.686 (1969)
20.000 (1965)
1.560 (1984)
20.000 ( 1984)
1
86
352
6.031
0
238
3
33
33
-99.99
-99.99-99.76
-97.63
-100.00
-99.58
-99.98
-97.88
-99.83
1.639.066
6.777
-99.58
2.3 million still die each year
The poorest are more likely to die
Indonesia
Under 5 Mortality Rate by Wealth Quintiles 2002 - 2003
Level of under - nutrition in children belonging to the poorest
households has remained stagnant for decade
Proportion of children under 5 years who are underweight, by household wealth quintile
Progress for Children: Achieving the MDGs with Equity ; September 2010; NFHS-2005-06
• Most unimmunized children, globally
Indonesia
34 million children are
not fully immunized
Perubahan paradigma
• keberhasilan imunisasi tergantung
– pada imunogenitas vaksin
– patogenesis penyakit
– kemampuan agen penyakit untuk bertahan di lingkungan.
• Terbentuknya herd immunity sangat tergantung pada
cakupan imunisasi, semakin tinggi semakin kuat
kekebalan yang didapat dan semakin dekat dengan
perubahan epidemiologic, berlomba melaporkan
cakupan yang tinggi
• Pada saat cakupan tinggi dan penyakit berkurang, yang
penting adalah mengimunisasi anak yg belum pernah di
imunisasi
• Cakupan 80%  sisa 20%, kumulasi sisa selama 4
tahun adalah 80% akan terjadi KLB diantara mereka
Every seventh child not reached
19.1 million infants not having received MCV1, 2010
India
35%
others
35%
Country
United States
of America
2%
South Africa
2% Afghanistan
2%
Ethiopia
2%
Indonesia
3%
Nigeria
9%
Pakistan Uganda
3%
3%
DR Congo
4%
Covera # Infants no MCV1
ge
(routine)
India
74
6,709,000
Nigeria
71
1,668,000
DR Congo
68
815,000
Uganda
55
630,000
Pakistan
86
619,000
Indonesia
89
468,000
Ethiopia
81
463,000
Afghanistan
62
458,000
South Africa
65
352,000
USA
92
342,000
Operational Components of
Immunization System
Vaccine Supply &
Quality
Logistics
Service
delivery
Surveillance
Advocacy &
Communication
Independent Monitoring Board:
faktor risiko cakupan yang suboptimal
• Komitment penguasa dan keterkaitan dengan
pelaksanaannya
• Kecendrungan dan kepercayaan yang berlawanan
• Kurang mengikut sertakan masyarakat
• Kurang mengakomodasi pemikiran masyarakat
• Mikroplanning yang lemah
• Komunikasi masyarakat yang kurang
• Team lokal yang kurang kompeten
• Adanya kantong terisoler segara geografi dan sosial
• Kurang mampu memecahkan masalah lokal
Reasons for under- or un-vaccination
Under – vaccinated
Unvaccinated
21%
27%
28%
Family Characteristics
ParentalSystem
Immunization
7%
Family
Characteristics
Attitudes
55%
Communication
and Information
And
Knowledge
Immunization
Systems
Parental Attitudes and Knowledge
12%
6%
44%
% based on 887 reasons abstracted from 209 relevant articles
% based on 33 reasons abstracted from 12 articles on unvaccinated children
Under vaccinated: Infants received at least one vaccine, but no DTP3
Un-vaccinated: Infants received no vaccine at all
The paradox of concern
Disease
Serious adverse
events due to vaccine
Vaccines are victims
of their own success
We have forgotten
the seriousness of
some diseases
Diseases reappear when coverage drops
Bangkalan, Madura
DISTRIBUSI KASUS DIPHTERI & JML KAB/KOTA
DI JATIM TH 2000 – 2013 (15 Nop 2013 )
Jml kasus
Jml Kab/Ko
40
KAB/KO
1000
JML KASUS
38
9 55
38 38
35
900
800
30
31
outbreak /resurgence of diphtheria
700
665
25
579
24
20
20
400
17
15
15
13
10
500
21
20
600
14
304
12
300
11
10
10
9
9
200
9
8
14 0
6
86
52
100
76
44
2013
2012
2011
2010
2008
2007
0
2006
15
2005
11
3
5
2004
16
2003
18
2002
1998
Tahun
32
2001
17
2000
20
1999
23
1997
1995
1994
0
0
1996
4
40
1993
47
1992
1990
0
30
1991
36
71
2009
5
Where are we now?
HIV/AIDS
Future
Malaria
Dengue
Mening (conj)
HPV
Rotavirus
Pneumo (conj)
Cholera
Underutilised
Vaccines
Typhoid
Hib (conj)
YF
Influenza
JE Rubella
HepB
Measles
Traditional EPI
Tetanus
Polio
Pertussis
Diphtheria
//
//
1960
Source: WHO 2006
1980
TB
2000
Tujuan Program Imunisasi
Menurunkan kesakitan & kematian
akibat Penyakit-penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
“Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan
jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan
sosial.” (UU no 23/2002)
Setiap anak berhak memperoleh
imunisasi dasar sesuai dg
ketentuan utk mencegah terjadinya
penyakit yg dapat dihindari melalui
imunisasi (UU no 36/2009)
Pemerintah wajib
memberikan imunisasi
lengkap kepada setiap bayi
dan anak (UU no 36/2009)
IMUNISASI
upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu penyakit, sehingga
dapat mencegah / mengurangi
pengaruh infeksi organisme alami
atau "liar"
Vaksin adalah bahan antigenik yg
digunakan utk menghasilkan
kekebalan aktif
Mengapa imunisasi?
upaya pencegahan
paling cost effective
selain dapat mencegah penyakit bagi
diri sendiri tetapi juga dapat
melindungi orang disekitarnya
Menggunakan vaksin produksi
dlm negeri sesuai standar aman
WHO
Sejarah Imunisasi di Indonesia
Th. 1956  Imunisasi Cacar
Th. 1973  Imunisasi BCG
Th. 1974  Imunisasi TT pada ibu hamil
Th. 1976  Imunisasi DPT untuk bayi
Th. 1977  WHO mulai pelaksana program imunisasi sebagai
upaya Global (EPI-Expanded Program on Immunization)
Th. 1980  Imunisasi Polio
Th. 1982  Campak
Tn. 1990  Indonesia mencapai UCI Nasional
Th. 1997  Imunisasi Hepatitis.B
Th. 2004  Introduksi DPT/HB di 4 propinsi (Tahap I)
Tn. 2007  DPT/HB di seluruh Indonesia
Tn. 2007  Pilot Project IPV (Inactive Polio Vaccine) di Provinsi DIY
Th. 2010  Imunisasi Td untuk penanggulangan KLB & BIAS Kelas II & III
Tn. 2013  Introduksi Vaksin Pentavalent (DPT/HB/Hib) di 4 Provinsi
Tahap I yaitu Jawa Barat, DIY, Bali dan NTB
target MDG ke 4
Menurunkan Angka Kematian Anak
Target 4 A
:
Menurunkan angka kematian
balita sebesar dua pertiganya,
antara 1990 dan 2015.
Indikator
:
Persentase anak di bawah satu
tahun yang diimunisasi campak.
What Is The Herd Immunity Theory?
• The herd immunity theory was originally coined in 1933 by a researcher
called Hedrich. He had been studying measles patterns in the US between
1900-1931 (years before any vaccine was ever invented for measles) and
he observed that epidemics of the illness only occurred when less than
68% of children had developed a natural immunity to it. This was based
upon the principle that children build their own immunity after suffering
with or being exposed to the disease. So the herd immunity theory was, in
fact, about natural disease processes and nothing to do with vaccination. If
68% of the population were allowed to build their own natural defences,
there would be no raging epidemic.
Later on, vaccinologists adopted the phrase and increased the figure from
68% to 95% with no scientific justification as to why, and then stated that
there had to be 95% vaccine coverage to achieve immunity. Essentially, they
took Hedrich’s study and manipulated it to promote their vaccination
programmes.
manfaat epidemiologik : herd immunity
infeksi dan transmisi penyakit
Herd immunity dan
hambatan transmisi penyakit setelah imunisasi
x
x
x
•
herd-immunity
•
•
Jumlah individu yang kebal melewati jumlah tertentu,
kekebalan kelompok hasil imunisasi massal
Penderita yang rentan sangat menyebar diantara
individu yang kebal, sehingga kecil kemungkinannya
tertular dan menjadi sakit
•
perubahan pola epidemiologik
•
Pada saat cakupan meningkat, terjadi perubahan dari
high ke low endemicity + outbreaks
Tak ada kasus di rs
Tidak ada lagi kasus klinik
Tidak ada lagi transmisi agen penyebab sakit
•
•
•
Perubahan paradigma
• keberhasilan imunisasi tergantung
– pada imunogenitas vaksin
– patogenesis penyakit
– kemampuan agen penyakit untuk bertahan di lingkungan.
• Terbentuknya herd immunity sangat tergantung pada
cakupan imunisasi, semakin tinggi semakin kuat
kekebalan yang didapat dan semakin dekat dengan
perubahan epidemiologic, berlomba melaporkan
cakupan yang tinggi
• Pada saat cakupan tinggi dan penyakit berkurang, yang
penting adalah mengimunisasi anak yg belum pernah di
imunisasi
• Cakupan 80%  sisa 20%, kumulasi sisa selama 4
tahun adalah 80% akan terjadi KLB diantara mereka
RPJMN 2010 – 2014  Renstra Kemenkes
•
Tercapainya cakupan imunisasi dasar lengkap
kepada 90% bayi 0-11 bulan
•
Tercapainya Universal Child Immunization (UCI) di
seluruh desa dan kelurahan
•
Tercapainya cakupan 95% anak SD/ MI yang
mendapatkan imunisasi
• UCI desa 100% pd tahun 2014
• Cakupan HB-0 bayi baru lahir 80% pd tahun 2014
• Cakupan campak 95% dosis ke 2 melalui BIAS
• Eliminasi MNT pada tahun 2012
• Reduksi kematian akibat campak sebesar 95% pd
tahun 2015 dibanding 2000
Strategi:
• Memberikan akses pelayanan imunisasi dilaksanakan
oleh tenaga profesional
• Menjamin kecukupan dan ketersediaan vaksin dan logistik
• Memanfaatkan perkembangan metoda dan teknologi yang
efektif, berkualitas, efisien.
• Memperkuat infra struktur ( kompetensi SDM, cold chain)
dan manajemen (petugas imunisasi secara berjenjang /
RS, UPS)
Universal Child Immunization (UCI)
Tahun 2013
• Suatu keadaan tercapainya imunisasi dasar
lengkap pada minimal >88 % dari semua bayi
(usia dibawah satu tahun)
• UCI: desa/kelurahan dimana >95% dari jumlah
bayi yang ada di desa tsb sudah mendapat
imunisasi dasar lengkap
40
Sasaran Imunisasi Berdasarkan Usia yang Diimunisasi
a. Imunisasi Rutin :
Bayi (0-11 bln)
Anak Batita (15-36 bln)
Anak usia sekolah dasar (BIAS).
Wanita usia subur (WUS): wanita berusia 15 – 39 tahun, terrmasuk Ibu
hamil (Bumil) dan Calon Pengantin (Catin)
b. Imunisasi Tambahan
Bayi dan anak
- BLF, Kampaye, SubPIN, PIN
Heb B /
(HB) O
-BCG
-Polio 1
-DPT/HB/Hib 1
-Polio 2
-DPT/HB/Hib 2
-Polio 3
-DPT/HB/Hib 3
-Polio 4
CAMPAK
0-7 hr
1 Bulan
2 Bulan
3 Bulan
4 Bulan
9 Bulan
Pendekatannya:
- Melalui Posyandu
- Melalui PAUD
- Imunisasi lanjutan
DPT/HB/Hib
CAMPAK
18 Bulan
24 Bulan
Imunisasi Dasar Lengkap
& booster pertama
-DT
-Campak
1 SD
- Td
2 SD
3 SD
BULAN IMUNISASI ANAK SEKOLAH
Tujuan program imunisasi
epidemiologic tools for helath intervention
Melindungi seseorang terhadap
penyakit tertentu (intermediate goal)
Menurunkan prevalensi penyakit
(mengubah epidemiologi penyakit)
Eradikasi penyakit (final goal)
Pengendalian dan Pemberantasan penyakit
• keberhasilan imunisasi tergantung
– pada imunogenitas vaksin
– patogenesis penyakit
– kemampuan agen penyakit untuk bertahan di lingkungan.
• Pada penyakit yang host-nya hanya manusia saja, dapat
dilakukan pengendalian kasus (control) , bahkan dapat
dihentikan transmisi virusnya  eradikasi
• Pada penyakit yang disebabkan oleh toksin, imunisasi
menimbulkan antibodi antitoksin , sehingga hanya
mencegah terjadinya kasus klinik (control ) tanpa
memutus transmisi  elimination
Manfaat pada kelangsungan hidup anak
• 130 juta anak lahir /tahun, 91 juta di negara
berkembang, pada tahun 1974 cakupan dunia 5%
• Kini tiap tahun 3 juta terhindar dari kematian, 750.000
terhindar dari cacat.
• Cakupan di negara berkembang yang kurang 30%,
kematian 10 kali lipat, kebanyakan hanya dapat 5
antigen
• Negara maju paling mendapat manfaat, tiap anak
mendapat minimal 11 antigen bahkan 22 antigen
Manfaat promotif (non spesifik)
Kristensen dkk, Guinea- Bisseau
•
hubungan imunisasi rutin dengan kelangsungan hidup
anak
•
Secara menyeluruh kematian kelompok imunisasi
lebih rendah (0.74) dibanding yang tanpa imunisasi
•
Pada kelompok yang mendapat imunisasi vaksin
hidup BCG dan campak kematian turun 50%
Manfaat promotif (non spesifik)
• Shann :
terdapat efek non-spesifik dari imunisasi rutin , selain
penurunan kematian pada penyakit yang dituju.
Misalnya : ada keterkaitan antar penyakit, misalnya
penurunan kasus campak menurunkan kematian
akibat penyakit lain, misalnya penurunan kematian
pneumonia, diare, gizi buruk dsb
• Mengapa bayi dan anak ?
– kemampuan sel imun masih terbatas,
– sel T supresor masih kuat
– komplemen kurang berfungsi,
– Imunisasi untuk paparan subklinik
cost of illness
• sangat efektif, biaya yang digunakan jauh lebih kecil
dibanding dengan biaya yang harus dikeluarkan
pemerintah maupun keluarga, bila anak sakit
• Mencegah keparahan : BCG, demam
berdarah…mencegah kematian dan sakit yang berat
mis Hib penelitian Lombok biaya vaksin 1:100
disbanding biaya sakit
• Vaksin demam berdarah : mengurangi masuk ke RS
hingga 80%, mengurangi kasus berat hingga lebih dari
75%
• Imunisasi Japanese Encephalitis menekan kematian
hingga diatas 80%
DALY dan YLL
disability adjusted life years dan Years Life Lost
• Bilamana anak meninggal pada tanun pertama, maka
dai kehilangan hidup di dunia sebanyak 75 tahun
• Bilamana anak kena polio maka anak akan lumpuh,
tidak bisa bekerja dan kehilangan hidup di dunia yang
penuh kekurangan dari 77 tahun dikurangi usia saat dia
kena polio
• Menunjukkkan besarnya beban yang harus di tanggung
Negara dan masyarakat dan kerugian atas jumlah dana
yg dikucurkan untuk masayrakat setiap tahunnya
• Dana yg bisa diselamatkan dapat digunakan untuk
menambah dana kesehatan dan pendidikan sehingga
index pembangunan manusia meingkat..
Terimakasih
Vaccine Development Process
There are many new vaccines in the pipeline, but
few have entered immunization program
Basic
Research
192
Animal
Models
Phase I
173
94
Licensed
Phase II
61
EPI
Phase III
42
Source, Jordan Report, US NIAID 1994
20
8
Widespread
use in
National
Program
6
Upaya Mencapai Final Goal
– Kajian epidemiologi cakupan (insidens,
kelompok terbanyak)
– Bagaimana perjalanan penyakit,
komplikasi, dan kematian
– Keberhasilan program imunisasi (cakupan)
– Perbaikan mutu (imunogenisitas) &
keamanan vaksin (reaktogenisitas)
– Perbaikan pengelolaan vaksin
Diphtheria epidemics in Russia and Ukraine
Russia
30000
20000
10000
Ukraine
4
2
0
98
96
94
92
90
88
86
84
82
0
80
No of cases
40000
Year
39,703 cases of diphtheria were registered in Russia in 1994
Herd effect (herd immunity)
Immunised individuals provide indirect
protection to susceptible (unvaccinated,
partially vaccinated) individuals:
– fewer people infected
– lower shedding by vaccinees




T Jacob John & Reuben Samuel. Eur J Epid 2000;16:601-6







Herd effect – (herd immunity)
 Most mass vaccination provides herd
immunity
 Protection occurs even when vaccination
coverage is less than 100% of the
population
 The greater the infectivity (reproductive
rate) of a disease, the higher the
immunisation rate needed to achieve herd
immunity
Basic reproduction number (R )
0
• the average number of secondary cases that
an infected individual produces in a totally
susceptible population during his/her
infectious period
• in the Hamer model :
R =R x1xN/N=
0
0
0
R
• herd immunity threshold H = 1 -0 1 / R
• in the endemic equilibrium:
S =0N / R , i.e.,
e
Re0 x S e/ N 0= 1
Basic reproduction number (2)
R0 = 3
Basic reproduction number (3)
R0 = 3
endemic equilibrium
R 0 x S e/ N = 1
HUBUNGAN DESENTRALISASI FISKAL DI BIDANG KESEHATAN
DENGAN CAKUPAN IMUNISASI ANAK DI INDONESIA
Asri Maharani1, Gindo Tampubolon2
1 Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang
2 Institute for Social Change, University of Manchester
•
•
Hasil
Terdapat peningkatan cakupan imunisasi anak yang signifikan setelah
desentralisasi. Besarnya anggaran pemerintah daerah di bidang kesehatan tidak
memiliki hubungan yang signifikan dengan cakupan imunisasi anak, sedangkan
kepadatan fasilitas kesehatan dan paramedis (per 1000 populasi) memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadan status imunisasi anak.
•
•
Kesimpulan
Desentralisasi fiskal di bidang kesehatan tidak berpengaruh terhadap peningkatan
cakupan imunisasi pada anak di Indonesia.
•
•
Saran
Dalam penerapan desentralisasi, pemerintah perlu memberikan perhatian yang
lebih besar pada ketersediaan layanan kesehatan (jumlah fasilitas dan tenaga
kesehatan) dan bukan hanya pada besarnya anggaran kesehatan saja.
Download