TUGAS ETIKA BISNIS EGOISME ETIS NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3 : Harry S.P. ( 0118071051) Muhammad Baqo ( 0118070661) Ari Firgiawan ( 0118071121) Fuad F ( 0118071271) Bayu R.N ( 0118071571) Arjane Irmayani N ( 0118071241) Laelatul Masruroh ( 0118070681) Printia Budiarti ( 0118071001) UNIVERSITAS PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2018 / 2019 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas anugrahNya penulisan paper ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penulisan paper ini hingga bisa tersusun dengan baik. Paper ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh darii beberapa buku dan media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat memahami tentang pengertian tata surya, susunan tata surya dan benda – benda yang termasuk dalam tata surya. Akhirnya, kami menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan paper ini di masa mendatang. Pekalongan,16 Maret 2019 Penyusun ABSTRAK Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah “egois”. Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang dan pentingnya intelektual, fisik, sosial dan lainnya. Egoisme ini tidak memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umunya dan hanya memikirkan diri sendiri. Egois ini memiliki rasa yang luar biasa dari sentralitas dari “Aku adalah‟ Kualitas pribadi mereka Egotisme berarti menempatkan diri pada inti dunia seseorang tanpa kepedulian terhadap orang lain, termasuk yang dicintai atau dianggap sebagai “dekat,” dalam lain hal kecuali yang ditetapkan oleh egois itu. PENDAHULUAN Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik. Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan salah satunya yaitu egoism etis. Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah "egois". Lawan dari egoisme adalah altruisme. Hal ini berkaitan erat dengan narsisme, atau "mencintai diri sendiri," dan kecenderungan mungkin untuk berbicara atau menulis tentang diri sendiri dengan rasa sombong dan panjang lebar. Egoisme dapat hidup berdampingan dengan kepentingannya sendiri, bahkan pada saat penolakan orang lain. Sombong adalah sifat yang menggambarkan karakter seseorang yang bertindak untuk memperoleh nilai dalam jumlah yang lebih banyak daripada yang ia memberikan kepada orang lain. Egoisme sering dilakukan dengan memanfaatkan altruisme, irasionalitas dan kebodohan orang lain, serta memanfaatkan kekuatan diri sendiri dan / atau kecerdikan untuk menipu. Egoisme adalah cara untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, dan umumnya memiliki pendapat untuk meningkatkan citra pribadi seseorang. Egoisme ini tidak memandang kepedulian terhadap orang lain maupun orang banyak pada umumnya dan hanya memikirkan diri sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa egoisme merupakan suatu perasaan yang lebih mementingkan kepentingan dan urusan pribadinya serta lebih mengutamakan kebahagian dan keuntungan yang harusnya ia dapatkan bagi dirinya sendiri, tanpa peduli dengan keadaan sekitarnya. Egoisme berbeda dari altruisme, atau bertindak untuk mendapatkan nilai kurang dari yang diberikan, dan egoisme, keyakinan bahwa nilai-nilai lebih didapatkan dari yang boleh diberikan. Berbagai bentuk "egoisme empiris" bisa sama dengan egoisme, selama nilai manfaat individu diri sendirinya masih dianggap sempurna. PEMBAHASAN Pernahkah mengenal seseorang yang selalu mengutamakan dirinya sendiri? Selalu mendahulukan dirinya sekaligus mengabaikan orang lain? Atau tidak mau mengalah kalau kenyamanan dirinya merasa terganggu? Pernahkah menegur seseorang yang merokok di ruang ber-AC, tetapi malah ia lebih galak? "Rokok ini rokok gua, yang beli gua, urusan penyakit risiko gua, kenapa lu jadi repot?" Rasa-rasanya berhadapan dengan orang semacam ini, ujungnya pasti menyebalkan. Susah dikasih tahu. Susah diberi pengertian. Tidak mau tahu kondisi orang lain, yang diketahui hanya dirinya sendiri. Lama-lama orang malas bergaul dengan orang seperti ini. Lebih banyak mudarat ketimbang manfaat. Bahkan, bukan tidak mungkin, bisa timbul prasangka (prejudice) orang lain pada orang semacam ini. Alex Sobur, dalam buku Psikologi Umum (2016), menulis bahwa prasangka selalu mengandung semacam kecenderungan dasar yang kurang menguntungkan orang atau kelompok tertentu. Dengan demikian, prasangka yang buruk akan mengacaukan pola komunikasi yang baik, yang semula biasa-biasa saja akhirnya timbul perasaan tidak senang dan malas berkomunikasi dengan orang macam itu. Dalam ilmu komunikasi, hal ini disebut gagal komunikasi atau komunikasi tidak efektif. Egois Cerita tersebut di atas disebut egoisme. Egoisme artinya sikap seseorang yang mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Egoisme berasal dari kata ego, yang artinya persepsi individu tentang dirinya sendiri yang berpengaruh pada tindakannya. Jadi, ego merupakan pusat kesadaran, proses alami individu, yang merupakan gabungan antara pemikiran, gagasan, perasaan, memori, dan persepsi sensoris (Raymond Corsini, Psikoterapi Dewasa Ini, 2003). Jadi, kalau seseorang selalu mengutamakan kepentingan dirinya sendiri disebut orang egois. Ciri-ciri orang egois yang paling kentara, yaitu mengutamakan kepentingan sendiri ketimbang kepentingan orang lain, sulit menerima saran sepanjang tidak menguntungkan dirinya, tidak kooperatif, mau menang sendiri, rasa toleransi kecil, kurang memiliki empati, perhitungan, kurang pengertian, keras kepala. Dalam psikologi perkembangan, terbentuknya kepribadian seseorang pada umur 0-5 tahun. Pada usia ini anak memiliki karakter egosentris. Menurut psikolog Michele Borba (penulis buku-buku parenting) asal Amerika, orang yang egois biasanya tidak mau menjadi bagian dari sekitarnya. Ia selalu berusaha agar segala sesuatu sesuai keinginannya tanpa memedulikan perasaan orang lain. Jadi, penyebab egoisme pada awalnya bisa jadi terlalu dimanja, perhatian yang diberikan sangat berlebihan. Struktur kejiwaan Menurut pendiri aliran psikoanalisis, Sigmund Freud (1856-1939), manusia memiliki tiga struktur kepribadian, yaitu id (es), ego (ich), dan superego (uber ich). Id adalah keinginan manusia seperti makan minum dan seks. Sebuah keinginan yang mengarah pada pemenuhan keinginan daging. Keinginan ini memang selalu ada selama manusia hidup dalam tubuh yang fana ini. Id menuntut kepuasan. Ego adalah diri kita sendiri ini yang lebih mengarah kepada pikiran, perasaan, kemauan, yang seluruhnya berputar pada diri sendiri setiap saat. Faktor ego yang memutuskan apakah mau mengikuti keinginan id atau menolaknya. Lain halnya dengan superego, yang sifatnya sebagai penjaga moral. Selalu mengingatkan ego apabila akan memenuhi keinginan id. Jadi, superego bertentangan dengan id. Id selalu ingin dipuaskan, sedangkan superego selalu memberi warning. Jadi, seseorang yang lebih mementingkan id dalam hidupnya, maka orang ini dinilai egois. Raymond Corsini dalam buku Psikologi Dewasa Ini (2003) mengatakan bahwa ego itu terlalu lemah terhadap id. Id menggebu, sedangkan ego mudah tergiring, menggiring pada gairah buta (blind passion) dan mengabaikan pertimbangan-pertimbangan rasional dengan konsekuensi yang begitu besar. Sebagai penutup, perlu diketahui tentang Anna Freud (1895-1982), putri Sigmund Freud. Anna sangat tertarik pada teori psikoanalisis Sigmund Freud, tetapi dari segi dinamika kejiwaan manusia, bukan pada struktur kejiwaan manusia. Oleh karena itu, Anna sangat fokus pada masalah ego, maka lahirlah mazhab psikoanalisis yang disebut psikologis ego. Menurut Anna, ego adalah dasar pengamatan psikolog. Dengan demikian, psikolog dapat mengamati id dan superego dan alam bawah sadar secara mendalam. Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme, yaitu egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Yang membedakan tindakan berkutat diri (egoisme psikologis) dengan tindakan untuk kepentingan diri (egoisme etis) adalah pada akibatnya terhadap orang lain. Tindakan berkutat diri ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain, sedangkan tindakan mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain. Egoisme dibagi menjadi 2 (dua ) yaitu : 1. Egoisme Etis 2. Egoisme Psikologis Pengertian Egoisme Etis Egoisme etis adalah pandangan bahwa tindakan setiap orang bertujuan untuk mengejar sesuatu yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri. Egoisme ini dapat menjadi persoalan serius ketika secara signifikan berhubungan dengan hedonisme, yaitu ketika kebahagian dan kepentingan pribadi semata-mata hanya kenikmatan fisik yang bersifat vulgar. Artinya, yang baik secara moral disamakan begitu saja dengan kesenangan dan kenikmatan. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Pengertian Egosime Psikologis Egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan ahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri. Egoisme psikologis dapat didefinisikan juga sebagai pandangan yang menyatakan bahwa semua orang selalu dimotivasi oleh sebuah perbuatan atau perilaku demi kepentingan dirinya belaka. Egoisme ini disebut psikologis karena terutama mau mengungkapkan, bahwa motivasi satu-satunya dari manusia dalam melakukan perilaku apa saja adalah untuk mengejar kepentingannya sendiri. Kelemahan Teori Egoisme 1. Egoisme tidak mengutamakan kemurahan hati karena mengejar kepentingan diri sendiri 2. Merusak hubungan dan nilai murni yang tidak dapat diterapkan 3. Nilai sosial dalam bermasyarakat tidak dapat ditanamkan 4. Melahirkan individu yang pentingkan diri Kekuatan Teori Egoisme 1. Kepuasan sendiri dapat dicapai 2. Membantu dalam membina keyakinan dan prinsip sendiri yang kuat 3. Egoisme juga dapat membantu sesuatu tanpa bantuan orang lain. Contoh-contoh egoisme 1. Tindakan yang terjadi saat situasi peperangan, British menaklukan negara-negara melayu pada saat sebelum malaysia merdeka, tindakan british mengekploitasi bahan mentah dinegeri-negeri melayu untuk tujuan kepentingan diri. Dalam situasi ini british dianggap golongan bangsawan manakala orang tempatan. 2. Ketika seseorang melakukan diskusi kelompok tetapi seseorang tersebut menginginkan agar orang lain menerima dan mengikuti pendapatnya. 3. Pada pemilihan caleg atau capres didalam kegiatan kampanye yang sebenarnya untuk mereka sendiri dengan memberikan bantuan kepada masyarakat yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam kepentingan mereka sendiri. 4. Tindakan di dalam kelas seseorang ingin menjadi yang terkenal diantara teman-teman yang lainnya dikelas , dengan cara seseorang tersebut sering bertanya-tanya terhadap dosen guna mencari perhatian. 5. Tindakan seseorang memilih untuk membelanjakan uangnya untuk diri sendiri daripada menderma kepada tabung kebajikan. 6. Tindakan di situasi kebakaran, seseorang tidak menyelamatkan mangsa kebakaran karena khawatir akan membahayakan nyawa sendiri. 7. Tindakan memilih untuk tidak menolong orang buta melintas jalan karena ingin sampai ke tempat kerja pada waktu yang ditetapkan. 8. Seseorang yang merokok ditempat atau kendaraan umum. Dengan seenaknya ia menghisap dan mengeluarkan asap rokok tanpa memperhatikan orang-orang yang disekitarnya. 9. Bisa juga didalam sebuah keluarga , pada saat berkumpul bersama anggota keluarga dirumah, ketika salah satu anggota keluarga entah itu adik, kakak, ibu atau ayahnya menonton acara televisi favoritnya tanpa peduli pada orang lain dengan berbagi dengan siapapun. 10. Tindakan dalam kehidupan sehari-hari lainnya seperti dalam membeli karcis, pada saat mengantri panjang lalu menyerobot antrian yang didepannya agar dia dapat membeli karcis lebih cepat tanpa memikirkan orang yang mengantri didepannya padahal belum saat gilirannya. Berikut adalah pokok-pokok pandangan egoisme etis: 1. Egoisme etis tidak mengatakan bahwa orang harus membela kepentingannya sendiri maupun kepentingan orang lain. 2. Egoisme etis hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tuga adalah kepentingan diri. 3. Meski egois etis berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri, tetapi egoisme etis juga tidak mengatakan bahwa anda harus menghindari tindakan menolong orang lain 4. Menurut paham egoisme etis, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri sendiri karena mungkin saja kepentingan orang lain tersebut bertautan dengan kepentingan diri sehingga dalam menolong orang lain sebenarnya juga dalam rangka memenuhi kepentingan diri. 5. Inti dari paham egoisme etis adalah apabila ada tindakan yang menguntungkan orang lain, maka keuntungan bagi orang lain ini bukanlah alasan yang membuat tindakan itu benar. yang membuat tindakan itu benar adalah kenyataan bahwa tindakan itu menguntungkan diri sendiri. Alasan yang Mendukung Teori Egoisme 1. Argumen bahwa altruisme adalah tindakan menghancurkan diri sendiri. Tindakan peduli terhadap orang lain merupakan gangguan ofensif bagi kepentingan sendiri. Cinta kasih kepada orang lain juga akan merendahkan martabat dan kehormatan orang tersebut. 2. Pandangan terhadap kepentingan diri adalah pandangan yang paling sesuai dengan moralitas akal sehat. Pada akhirnya semua tindakan dapat dijelaskan dari prinsip fundamental kepentingan diri. Alasan yang Menentang Teori Egoisme Etis : 1. Egoisme etis tidak mampu memecahkan konflik-konflik kepentingan. Kita memerlukan aturan moral karena dalam kenyataannya sering kali dijumpai kepentingan-kepentingan yang bertabrakan. 2. Egoisme etis bersifat sewenang-wenang. Egoisme etis dapat dijadikan sebagai pembenaran atas timbulnya rasisme. PENDALAMAN Egoisme Etis adalah pandangan yang radik bahwa satu-satunya tugasadalah membela kepetingan dirinya sendiri. Menurut Egoisme Etis hanya ada satu prinsip perilaku yang utama, yakni prinsip kepentingan diri, dan prinsip inimerangkum semua tugas dan kewajiban alami seseorang. Namun Egoisme Etis juga tidak melarang untuk harus menghindari tindakan untuk menolong orang lain, selagi tindakan menolong orang lain itu bertujuan utama untuk menguntungkan dirinya sendiri. Teori Egoisme Etis ini mengatakan bahwaseseorang seharusnya melakukan apa yang sesungguhnya paling menguntungkan bagi dirinya untuk selanjutnya. Jadi teori ini mendukung sikap berkutat diri (selfishness), tetapi tidak untuk kebodohan ( foolishness). Tiga Argumen Pendukung Egoisme Etis Alasan yang mengatakan bahwa teori Egoisme Etis ini benar adalah : 1. Argumen Bahwa Altruism Menghancurkan Diri Sendiri. Pemikiran bahwa kalau kita suka “peduli pada orang lain”, sering kita menjadi ceroboh dan hasilnya lebih sering berakhir dengan kekacauan daripada kebaikan.Pada hakikatnya “memperdulikan orang lain” sama halnya seperti campur tangan urusan orang lain.Membuat orang lain sebagai objek “cinta kasih” kita itu merendahkan oranglain, merampas mereka dari martabat pribadi dan hormat dirinya. 2. Argumen Ayn Rand Ayn Rand memandang etika “altruism” adalah gagasan yang sama sekalidestruktif. Altruisme menurut dia mengantarkan pada suatu penyangkalannilai individu. Sebab Altruisme mengajarkan hidup-mu merupakan sesuatuyang hanya dapat dikorbankan. Egoisme Etis Dianggap Cocok dengan Moralitas Akal Sehat. Egoisme Etis merupakan teori bahwa semua kewajiban kita pada akhirnya diturunkan dari satu prinsip fundamental, yakni kepentingan diri (self-interest). Jika demikian, maka Egoisme Etis bukan doktrin yang radikal. Ajaran ini tidak menentang moralitas akal sehat, tetapi hanya mencobamenjelaskan dan mensistematisasikannya. Dan itu berhasil. Tiga Argumen Melawan Egoisme Etis 1. Argumen Bahwa Egoisme Etis Tidak Dapat Memecahkan Konflik Kepe ntingan. Kurt Baier berpendapat bahwa Egoisme Etis tidak menolong memecahkankonflik-konflik kepentingan, bahkan justru memperparah. 2. Argumen Bahwa Egoisme Etis secara Logis Konsisten. Sejumlah filsuf termasuk Baier, menyatakan perlawanannya pada teori Egoisme Etis pada tataran yang serius. Mereka mengatakan bahwa hal itumerupakan ajaran yang secara logis tidak konsisten. Artinya ajaran itumembawa kontradiksi logis. Jikalau ini benar, maka Egoisme Etismerupakan teori yang keliru. 3. Argumen Bahwa Egoisme Etis sewenang-wenang dan Tidak Dapat Diterima. Kita harus peduli pada kepentingan-kepentingan orang lain demi alasanyang persis sama kepentingan-kepentingan kita. dengan mengapa kita peduli padaJikalau kita tidak menemukan perbedaan yang relevan antara mereka dan kita, maka kita juga harus menerima bahwa kebutuhan kita harus terpenuhi, begitu pula juga kebutuhan mereka. Kenyataanya semacam ini, bahwa kita sejajar dengan orang lain, merupakan alasan terdalam mengapa moralitas kita harus mencangkup pengertian terhadap kebutuhan-kebutuhan yang lain dan mengapa karena Egoisme Etis gagal menjadi teori moral. KASUS (dikutip dari www.kompasiana.com) Pada era reformasi pula, para kutu loncat, para loyalis yang kemudian tidak loyal lagi, para oportunis menunjukkan sifat egoisnya. Lihatlah sejumlah tokoh, yang merasa punya kekuatan (baik pendukung maupun dana) dengan mudahnya berpindah parpol. Kecewa terhadap parpol A, dia dengan enteng berpindah ke parpol B. Bahkan lebih tolol lagi, ketika ada tokoh yang bersaing menjadi Ketua Umum Parpol A, tapi karena kalah, dia kecewa lalu membuat parpol baru. Alamak. Calon ketua umum parpol adalah kader terbaik sebuah parpol. Lha, bagaimana mungkin kader terbaik, hanya karena kecewa kalah bersaing, lalu dengan entengnya meninggalkan parpol tersebut? Di mana letak etika berpolitiknya? Seharusnya dia berjuang keras di parpol tersebut, membuktikan diri bahwa dia mampu, memberikan kontribusi positif buat parpol, tetap mendukung parpolnya dan hal hal positif lainnya. Namun, ego... sekali lagi ego... membuatnya lupa daratan. Sayang sekali, jika Indonesia dipenuhi pemimpin dan calon pemimpin yang egoisnya tak ketulungan seperti itu. Mengurus parpolnya saja tidak bisa, malah lari dari masalah di parpolnya, eh bikin parpol baru. Eh mau mimpin Indonesia pula. Capek deh! Hal itu pula yang sangat disayangkan terjadi pada Anas Urbaningrum serta para loyalisnya.Kecewa sudah pasti, karena terdepak dari parpol. Jika tujuan mereka masuk ke parpol tersebut bukan semata-mata kekuasaan, pasti tidak akan terjadi seperti sekarang. Tunggu saja hasil dari KPK tentang kasus Anas. Bukan malah menyerang balik parpol, yang dulu menjadi kandang mereka. Dulu menyanjung, kok sekarang jadi seperti musuh paling berat. Etika politik, etika seorang manusia biasa, etika berorganisasi, telah terlecehkan. Sayang sekali, padahal orang sekelas Akbar Tanjung, yang cukup lama tersakiti di Golkar, tetap saja berada di Golkar dengan segala sakit hatinya. Dia tetap membimbing juniornya, tetap memberikan teladan dengan segala kekurangannya. Secara umum, etika tetap dia jaga dan egoismenya ditekan habis. Kalau menuruti ego, orang sekelas Akbar Tanjung pasti mampu mendirikan partai politik baru, apalagi hanya sekadar perhimpunan atau perkumpulan. DAFTAR PUSTAKA Academia. t.thn. https://www.academia.edu/29058119/TEORI_ETIKA_4_ (diakses Maret 12, 2019). Academia. t.thn. https://www.academia.edu/7067311/TEORI_ETIKA (diakses Maret 12, 2019). Coursehero. t.thn. https://www.coursehero.com/file/p1ape8c/Etika-sebagaidisiplin-ilmu-berhubungan-dengan-kajian-secara-kritis-tentang/ (diakses Maret 15, 2019). Fekool. t.thn. http://fekool.blogspot.com/2015/09/etika-bisnis-teori- telelogi-egoisme.html?m=1 (diakses Maret 12, 2019). Khoyunitapublish. 10 Desember 2013. https://khoyunitapublish.wordpress.com/2013/12/10/teori-teorietika/ (diakses Maret 12, 2019). Kompasiana.t.thn.https://www.kompasiana.com/pengamatbijak/552fdfcc6e a83464598b4571/politisi-indonesia-99-egois (diakses Maret 15, 2019). Lugcool. t.thn. http://lugcool.blogspot.com/2015/06/egoisme.html?m=1 (diakses Maret 12, 2019).