Uploaded by nurcholisn12

tyyyy

advertisement
,maltipara. Pada umumnya rugac akan memipih secara permanen. Mukosa tetap pada
wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali.
Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. kekurangan
estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa
vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman suat koitus menetap sampai fungsi
ovarium kembali normal dan menstruasi dimulai lagi.Biasanya wanita dianjurkan
menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubungan seksual untuk mengurangi
nyeri
Pada umumnya episiotomi mungkin dilakukan bila wanita berbaring dengan
bokong yang dipasang atau ditermpatkan pada posisi litotomi, Proses pemulihan sama
dengan luka operasi lain. Tanda-luka episiotomi tanda luka (luka, merah, panas,
bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling berdekatan bisa teriadi 2 sampai 3
Penyembuhan harus tetap minggu (Bobak, 2004)
F) Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi
1) Penurunan kadar progesteron scara tepat dengan peningkatan hormon
prolaktin setelah persalinan.
2) Kolostrum sudah ada sast persalinan, produksi AS terjadi pada hari ke-2 atau
hari ke-3 setelah persalinan
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
(Waryana, 2010)
2) Perubahan sistem kardiovaskular
a) Volume Darah
Perubahan volume darah sctelah melahirkan berhubungan dengan kehilangan darah
dan diuresis pasca melahirkan Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang
mnyebabkan volume darah menurun dengan Iambat Pada minggu ke-3 dan ke-4 setelah
bayi lahir volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume darah sebelum
hamil Pada persalinan pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400 ce dan
hematokrit akan naik
b) Curah Jantung
Denyut jantung ,volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil.
Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 3060 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali
ke sirkulasi umum. Nilai ini meningkat pada semua jenis kelahiran
c) Perubahan Sistem Hematologi
Pada hari pertama post partum, kadar fibringen dan plasma akan sedikit menurun,
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas Leukositosis yang
meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15.000 selama persalinan
akan tetap tinggi dalam beherapa hari pertama dari masa postpartum Vivian&Sunarsih
2011)
3) Perubahan Tanda-Tanda Vital
a) Suhu badan Satu hari postpartum suhu bada akan naik sedikit (37,5 -38 C) sebagai
akibat kerja keras waktu melahirkan kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan
normal, subu badan menjadi biasa Biasanya pada hari ke 3 suhu badan naik lagi karena
ada permbentukan ASI dan payudara menjadi bengkak berwarna merah karena
banyaknya ASI .Bila suha tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium
,mastitis ,traktus, genitalis atau sistem lain
b) Nadi
Denyut nadi normal pada erang dewasa 60-80 menit Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi itu akan lebih cepat
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kernungkinan tekanan darah akan rendah setclah melahirkan
karena ada pendarahan Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan
terjadinya preeklamsia postpartum
d) Pernapasan Keadaan pemapasan selalu berhubungan dengan keadaan subu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran napas (Vivian&Sunarsih 2011)
4)Perubahan Sistem Urinarius
Perubahan bormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan
peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita
melahirkan sebagian menjelaskan penyebab penuranan fungsi ginjal selama masa post
partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira kira 2-8 Minggu.
supaya hipotonia pada kehamilan serta dilatasi ureter dan pelvis ginjal kembali ke
keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius dapat
diselesaikan selama tiga bulan (Bobak, 2004).
a) Komponen Urine
Glikosuria ginjal yang diinduksi olch kehamilan menghilang. Laktosuria positif
pada ibu menyusu merupakan hal yang normal. BUN (nitrogen urea darah)
meningkat selama masa pascapartum, yang merupakan hasil otolisis uterus yang
berinvolusi Pemenuhan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga
menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama dua hari pada saat wanita
mengirim Memperbaiki persalinann atau menyelesaikan persalinan yang lama
dan meluangkan dehidrasi (Bobak, 2004)
b) Diuresis Pascapartum
Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebiban cairan yang
tertimbun di jaringannya saat hamil Salah satu mekanisme untuk mengurangi
cairan yang teretensi berlangsung selama hamil terutama pada malam hari
selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresia pascapertum merupakan
mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebilan cairan (Bobak 2004)
c) Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemib selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih
dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai dacrah-daerah
kecil hemoragi
Pengambilan urin dengan cara bersih atau melalui kateter sering
menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih, Uretra dan meatus urinarius
bisa juga mengalami edema, Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan
kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi
menyebabkar keinginan untuk berkemih menurun Selain itu, rasa nyeri pada
panggul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, episiotomi
menurunkan atau mengubah refleks berkemih
Penurunan berkemih, seiring dieresis pascapartum bisa menyebabkan
distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelab
wanita melahirkan dapat menyehabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini
bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik .Pada masa pascapartum
tahap lanjut, distensi yang berlebihan menyebabkan kandung kemih lebih peka
terhadap infeksi sehingga menganggu proses berkemih normal.
Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka
waktu lama, dinding kandung kemih dapat ditingkatkan lebih lanjut (atoni).
Dengan mengosongkan kandung kemih menggunakan adekuat, tonus kandung
kemih akan akan Dipulihkan kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi
lahir (Bobak, 2004)
5) Perubahan Sistem Gastrointestinal
a) Motilitas
Motilitas dan tonus sistem gastrointestinal kembali normal dalam 2 minggu
setelah dilahirkan. Kebanyakan wanita sangat haus pada 2 sampai 3 hari
pertama karena perpindahan cairan antar ruang intersistial dan sirkulasi akibat
diuresis. Kebanyakan wanita merasakan lapar tepat setelah melahirkan dan
dapat menikimati kudapan dan minuman. Perubahan metabolisme karbohidrat
dan pengeluaran energi selama persalinan meningkatkan nafsu makan
b) Pengosongan usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga
hari pertama setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus
otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa post partum.
Proses fisiologis ini diperparah oleh pembatasan makanan dan cairan selama
persalinan, enema sebelum persalinan, diare sebelum persalinan, dan medikasi
yang digunakan selama proses persalinan.
Ibu sering kali menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakan
perineum akibat episiotomi, laserasi atau hemoroid.Kebiasaan buang air besar
yang teratur perlu dikembalikan setelah tonus otot kembali normal. Kebiasaan
mengosongkan usus secara reguler perlu dilatih kembali untuk meminta
pengosongan usus.
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang
berangsur-angsur untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas yang tidak akan
seperti biasa dalam beberapa hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk
defekasi, faktor-faktor ini mendukung konstipasi pada ibu nifas di minggu
pertama. Makanan tinggi serat dibutuhkan untuk membantu eliminasi pada ibu
nifas. Akan tetapi, terjadinya konstipasi juga dapat dipengaruhi oleh kurangya
pengetahuan ibu dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila ibu buang air
besar (Vivian & Sunarsih, 2011) .
6) Perubahan dalam Sistem Endokrin
Isapan bayi dapat mengaktifkan produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal
tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal, Pada wanita yang
merawat bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui bayinya, kadar prolaktin menurun
dalam 14-21 hari setelah persalinan,sehingga merangsang kelenjar bawah depan
otak yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi.
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara
penuh belum dimengerti. Disamping itu, progesteron mempengaruhi otot halus
yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
sangat mempenganuhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva, serta vagina.
7) Perubahan Sistem Integral
Peningkatkan aktivitas melanin pada kehamilan yang menyebabkan hiperpigmentasi
putting, areola dan linea nigra secara bertahap berkurang setelah melahirkan. Walaupun
warna gelap di berbagai area ini dapat memudar, warnanya mungkin tidak kembali
seperti sebelum hamil, dan beberapa wanita memiliki pigmen gelap yang menetap.
Kloasma pada umumnya membaik, walaupun kondisi ini tidak menghilang secara
sempurna
Pengaruh vaskular selama kehamilan yang menyebabkan terbentuknya spider
angiomas, nervus Iebih gelap, eritema palmaris, dan membesarnya daerah gusi
berkurang seiring dengan penurunan kadar estrogen yang cepat setelah melahirkan.
Spider angiomas, yang terjadi pada 10% sampai 15% wanita, dapat menjadi permanen,
walaupun mengecil. Banyaknya penyebaran rambut halus yang terlihat selama
kehamilan pada umumnya menghilang, namun bulu-bulu kasar dan tebal biasanya tetap
ada Pruritus yang dihubungkan dengan kondisi hiperestrogen membaik setelah
melahirkan (Reeder, Koniak&Martin 2011)
h. Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami ibu, masa
nifas juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antar
ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong
wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya, Inilah pentingnya rawat gabung atau
rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang
kepada bayinya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja tapi
juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang schingga kasih sayang
ibu dapat terus terjaga.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase
sebagai berikut
1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan berulang kali
diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Kemampuan mendengarkan (listening skills) dan menyediakan waktu yang
cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga
sangat diperfukan pada fase ini. Petugas kesehatan dapat menganjurkan pada suami
dan keluarga untuk mendengarkan semua yang disampaikan oleh ibu agar dia dapat
melewati fase ini dengan baik
2) Fase taking hold
Fase taking hold adalah fase/periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Tugas sebagai tenaga kesehatan
adalah misalnya dengan mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar,
cara merawat luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan
kesehatan yang diperlukan ibu sepert gizi, istirahat, kebersihan diri,dan lain-lain.
3) Fase letting go
Fase letting gomerupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Dukungan dari
suami dan keluarga masih sangat diperlukan ibu dalam membantu merawat bayi,
mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan
istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat
merawat bayinya (Vivian &Sunarsih 2011)
i.Tanda-tanda Bahaya dan Komplikasi pada Masa Postpartum
1)Demam dengan atau tanpa menggigil
2) Bau rabas vagina keluar secara berlebihan.
3) Lochea kembali berwarna merah terang setelah sebelumnya berwarna merah karat
4) Daerah tungkai bawah membengkak, nyeri, kemerahan, atau panas jika disentuh
S) Pembengkakan yang terlokalisasi atau rasa nyeri, panas di payudara
6) Suatu sensasi terbakar selama berkemih atau tidak berkemih
7)Nyeri di pelvis atau perineum (Bobak, 2004) 7)
2. Konsep Rupture Perineum
a.Definisi
Perineum adalah jaringan yang terletak disebelah distal diafragma pelvis. Perineum
mengandung sejumlah otot superticial,saat persalinan otot ini sering mengalami
kerusakan ketika janin dilahirkan (Rohani, 2011). Perineum terletak antara vulva dan
anus panjangnya rata-rata 4cm (Prawirohardjo, 2008)
b. Luka Perineum
Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun juga daput bilateral. Perlukaan
pada diafragma urogenitalis dan muskulus. levator ani, yang terjadi pada waktu
persalinan nomal atau persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada kulit
perineum atau pada vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat
melemahkan dasar panggul, sehingga dapat terjadi prolapsus genetalis.
Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu
1) Ruptur. Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat
proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang
robek sulit dilakukan penjahitan (Hamilton, 2002)
2) Episiotomi.Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput darah,
jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit
sebelah depan perineum (Prawirohardjo, 2011). Episiotomi adalah insisi pada
perineum untuk memperbesar mulut vagina (Rohani, 2011)
c.Derajat Laserasi Jalan Lahir C.
Derajat 1
: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum.
Derajat 2
:Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot
perineum.
Derajat 3
: Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot spingter ani.
Derajat 4
:Laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum, otot spingter ani, dinding depan rektum(Sulistyowati.
2010),
d. Tingkat Menjahit Robekan Perineum
Tingkat I:
Penjahitan robekan perincum tingkat I dapat dilakukan hanya dengan
memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur atau dengan cara angka delapan
Tingkat II:
Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum tingkat II, jika
dijumpai pinggir robekan yang tidak rata atau bergerigi, maka pinggir yang bergerigi
tersebut harus diratakan terlebih dahulu, kemudian digunting. Setelah pinggir robekan
rata, baru dilakukan penjahitan luka robekan. Mula-mula otot-otot dijahit dengan catgut
Kemudian selaput lender vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur
Penjahitan selaput lender vagina dimulai dari puncak robekan. Terakhir kalit perineun
dijahit dengan benang sutera secra terputus-putus
Tingkat III :
Mula-mula dinding depan rektum yang robek dijahit. Kemudian fasia
perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik, schingga
bertermu kembali. Ujung-ujung otot spingter ani yang terpisah oleh karena robekan
diklem dengan klem pen lurus, kemudan dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromik
sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit Iepas demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat II (Windjosustro, 2007).
Konsep Nyeri
Download