BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan bagi keluarga petani., menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar penduduk Indonesia masih mengantungkan hidupnya pada sektor pertanian bdalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002). Disamping itu sektor pertanian juga memberi imbas dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar dibandingkan dengan sektor-sektor non migas yang lain yaitu sebesar 7,3% yang berarti sektor pertanian mampu memberikan sumbangsih terhadap pendapatan nasional(BPS, 2009). Berbasis agroindustri ini merupakan strategi yang dapat membantu optimalisasi potensi yang ada di wilayah sasaran,terutama wilayah-wilayah yang masih mengandalkan sumberdaya alam atau pertanian untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (Hidayat, 2005). Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki keadaan gizi melalui penganekaragaman jenis bahan makanan. Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang menempati posisi penting dalam memberi kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan daya saing komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta mengembangkan kemitraan usaha. Salah satu aspek penting dalam pengembangan agribisnis adalah kualitas hasil sama pentingnya dengan kuantitas dan kontinuitas hasil. (Aldila, 2013). Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu Negara menduduki posisi yang vital sekali. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor dimana sektor pertanian merupakan sumber persediaan bahan makanan dan bahan mentah yang dibutuhkan oleh suatu Negara. Sektor pertanian merupakan basis dari hubungan-hubungan pasar yang penting dapat menciptakan spread-effect dalam proses pembangunan. Sektor ini dapat pula menciptakan forward dan backward linkage yang bila disertai dengan kondisi-kondisi yang tepat dapat memberikan sumbangan yang besar untuk pembangunan (Mardikanto, 2007: 154). Perkebunan merupakan salah satu yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembangunan Indonesia. Perkebunan sangat diandalkan dalam mencapai pembangunan sektor pertanian. Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mengalami pertumbuhan paling konsisten dan mempunyai peran strategis, baik dalam pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global. Subsektor perkebunan berperan dalam menyediakan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, sumber devisa, pengentasan kemiskinan, dan konservasi lingkungan (Wayan dan Didiek, 2004). Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan bagian dari pembangunan nasional. Secara umum posisi sektor perkebunan dalam perekonomian nasional mempunyai fungsi ganda. Selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani juga terkait dengan upaya untuk membuka kesempatan kerja, peningkatan eksport, pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri serta pemerataan pembangunan dan penciptaan pertumbuhan ekonomi regional suatu daerah. Era baru pertanian ke depan menghendaki orientasi pada pencapaian nilai tambah, pendapatan, serta kesejahteraan petani sebagai acuan utama dalam pembangunan pertanian melalui peningkatan dalam usahatani (Hafsah, 2003). B. Tujuan 1. Mengetahui pembangunan pertanian dalam bidang pangan dan holtikultura 2. Mengetahui pembangunan pertanian dalam bidang perkebunan BAB II PEMBAHASAN A. Pembangunan tanaman pangan dan holtikultura Pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah mencanangkan empat target utama pembangunan pertanian yaitu: (1) mewujudkan pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) mewujudkan peningkatan diversifikasi pangan, (3) mewujudkan peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta (4) mewujudkan peningkatan kesejahteraan petani (Ditjen Tanaman Pangan, 2012). Khusus pada pembangunan sub sektor tanaman pangan, pencapaian keempat sasaran utama tersebut diharapkan dapat memberikan dampak kinerja yang signifikan bagi pemenuhan kebutuhan nasional dan ketahanan pangan nasional. Baik kebutuhan pangan, kebutuhan pakan, kebutuhan energi maupun kebutuhan bahan baku untuk industri lainnya. Selain itu, dampak kinerja pembangunan tanaman pangan juga diharapkan dapat mengurangi jumlah kemiskinan dan meningkatkan pendapatan negara. Dalam hal ini, pembangunan tanaman pangan dikelompokkan pada pengembangan komoditas utama seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, dan ubi kayu; serta komoditas alternatif. Adapun strategi pencapaian produksi tanaman pangan melalui empat strategi yaitu: (1) peningkatan produktivitas, (2) perluasan areal dan optimasi lahan, (3) penurunan konsumsi beras dan pengembangan diversifikasi pangan, dan (4) peningkatan manajemen. Arah dan kebijakan Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan diprioritaskan pada: (1) Komoditi utama dan unggulan nasional antara lain padi, jagung, dan kedelai, dan (2) Komoditi alternatif/unggulan daerah (lokal). PERAN STRATEGIS SUBSEKTOR PANGAN DAN HORTIKULTURA Sebagai sector pendukung maka sektor pertanian diposisikan sebagai a. pemasok bahan kebutuhan pangan dan bal1aD baku industry berharga murall; b. pengendali stabilitas harga, dan c. pemasok tenaga kerja murall. Usaha pertanian dipandang sebagai kegiatan yang berorientasi pacta peningkatan produksi yang tidak responsif terhadap perubahan kondisi pasar daD keragaannya lebih banyak dipengaruhi teknologi daD keadaan alamo Kondisi perekonornian makro rnaupun sektor riillain dipandang tidak terkait erat terhadap sector pertanian, sehingga kebijakan makro pada umwnnya tidak berpihak pada pembangunan pertanian. Hal inilah yang menyebabkan adanya kecenderungan melemahnya kemampuan pertanian dalam mendukung pembangunan ekonomi, sehingga Indonesia saat ini kembali menghadapi masalah pangan yang sangat serius seperti pada akhir tallUD 1960 an. Pendekatan ini harus segera diubah dan menempatkan kembali pertanian sebagai sektor penghela ekonomi. Subsektor tanaman pangan dan hortikultura tetap menempati posisi penting dalam perekonomian nasional. Lebih daripada itu, subsektor ini memiliki keunggulan dari sektor-sektor lain dalaln perekonomian : (a) produksi tanaman pangan dan hortikultura berbasis pada swnberdaya domestik sehingga kandungan imporuya rendall dan relatif lebih tanggull menghadapi gejolak perekononliane kstemal,d an (b) produksit anamanP angan dan hortikultura berbasis pada swnberdaya alaIn sehingga relatif lebih tangguIl menghadapgi ejolak ekonomi makro domestik, seperti gejolak moneter, nitai tukar maupun fiskal. Dengan demikian, upaya mempertahankan dan meningkatkan peranan subsektor tanaman pangan dan hortikultura dalam perekonomian nasional merupkan cara yang efektif untuk meningkatkan ketahanan ekonomi. . PELUANG PEMBANGUNAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Untuk mewujudkan pecan strategis tersebut terdapat faktor-faktor ekonomi yang dapat dijadikan sumber pertmnbulli'll barn dan merupakan peluang dalam meningkatkan Usaha pembanguan pertanian antara lain : a. Masih terdapat kesenjangan antara produktivitas riil di tingkat usahata tani dan produktivitas potensial komoditas pertanian yang berkisar 20 -100 persen, sehinggal peningkatan produktivitas masih dapat dilakukan melalui penigkatan pernanfaatan Iptek, khususnya Iptek pertanian yang spesifik lokasi. b. Masih tersedia areal pertanian dan lahan potensial yang belum dapat dimanfaatkan secara optilnal seperti lallall rawa gambut dc'll pasaIIg surut serta peningkatan intensitas pertanalnan (IP) pada lallall beririgasi. Potensi sumber daya ill perlu dirancang dengan baik pemanfaatannya untuk meningkatkan produksi daD pendapatan lnasyarakat pertanian. c. Kehilangan basil dan kerusakan pasca panen hasil-hasil pertanian masih cukup tinggi; yaitu 5 -15 persen. Kehilangan basil ini perlu ditekan dalam upaya peningkatan produksi melalui perbaikan teknologi panen dan pascapanen. d. Sebagian besar produk pertanian masih berkualitas rendah yang memperlemah daya saing produk baik di pasar dalam negeri ataupun sektor. Pembinaan bagi peningkatan kualitas dan standardisasi produk pertanian dapat dipandang sebagai kegiatan yang dapat meningkatakann ilai tambah dan daya saing produk. e. Penggunaan produk tanaman pangan dan hortikultura semakin beragam, tidak saja untuk makanan langsung dan ekspor tetapi juga bahan baku industri dan pakan ternak. Diversifikasi penggunaan produk mendorong peningkatan permintaan terhadap produkproduk olahan pertanian yang dapat meningkatkan nitai tambahd an perputaranro da perekonomiann asional. f. Insentif investasi dalam kegiatan agribisnis belum mencukupi, terutama yang berkaitan dengan kebijakan makro ekonomi dan besarnya resiko dibidang agribisnis. Apabila diberikan kompensasi atas resiko yang berkaitan dengan sifat-sifat alamiah produk.pertanian yang mempunyai tingkat ketergantungan tinggi terhadap alam, musim, volumius dan mudah rusak; maka minat investasi dibidang pertanian dapat meningkat. g. Pemanfaatan teknologi padat modal dan mekanisme pertanian sampai saat ini belum sepenuhnya dilakukan karena adanya keinginan agar subsektor tanaman pangan dan hortikultura atau sektor pertanian yang menyediakan lapangan kerja yang banyak. Hal ini menyebabkan produktivitas dan pertumbuhan sektor pertanian rendah. Kebijakan ini perlu dirubah agar mampu menjadi sektor andalan dan penggerak pembangunan. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA Agenda pembangunan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura diantaranya adalah : a. Menciptakan subsektor tanaman pangan dan hortikultura dengan produktivitas, efisiensi dan kualitas yang tinggi yang lampu membawa ekonomi cukup stabil dan dapat mengatasi berbagai permasalalmn yang dihadapi saat ini. Untuk mewujudkannya diperlukan dukungan kebijakan ekonomi makro yang kondusif, baik berupa kebijakan fiskal, moneter lnaupun perdagangan. b. Dalam mempertajm dan memperdalam pembangunan yang dipertajam dan diperdalam pada upaya meningkatkan pendapatan petani dan masyarakat pedesaan melalui pengembangan system agribisnis. Didalamnya, karena pangan merupakan komoditas strntegis, maka upaya pemenuhan pangan bagi seluruh penduduk tetap menjadi prioritas, namun kebijakan yang menyertainya hams tetap berpihak pada petani. c. Keterkaitan subsistem produksi dengan subsistem-subsistem lainnya (prasarnna, pengolallan, pemasaran/ distribusi) dalaln kerangka pengembangan agribisnis mutlak diperlukan. Untuk memelillara insentif guna menghasilkan produk-produk pertanian yang unggul, pembinaannya harus dilakukan secara terpadu dalam suatu kesatuan sistem agribisuis. d. Untuk mengantisipasi perubahan fundamental dalam lingkungan bio-fisik dan sosialekonompi ada periode masa abad 21, pengemballgan komoditas andalan pangan dan hortikultura harus mempunyai karakterkarakter strntegis sebagai berikut : berorientasi pada permitaan pasar, terkonsentrasi pada produku nggulan berdaya saing tinggi, mempunyai pertumbuhan yang nyata,, berwawasan lingkungan. Berpillak kepada petani, d.1n terintegrasi dengan sektor-sektorla innya. e. Peningkatan pemberdayaan petani dan kelembagaan kelompok tani agar mampu secara efektif mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan petani. Adanya organisasi petani yang kuat merupakan factor kunci agar kepentingan petani dapat lebih diperhatikan dalam kebijakan pembangunan kemampuan mereka untuk melaksanakan pembangunan pertanian dapat lebih diperdayakan. Sehubungan dengan itu upaya peningkatan kualitas SDM pertanian perlu tes diupayakan tidak layak pada aspek budidaya pertanian, tetapi juga aspek wawasan bisniS, manajerial dan aklak mulia. Tujuan Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura. Tujuan pembangunan subsektor tanarnan pangan dtw hortikultura dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petaninelayan. 2. Meningkatkank etahananp angann asional. 3. Menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi untuk mengisi pasar domestik dan ekspor. 4. Meningkatkan lapangan kerja dengan produktivitas tinggi dan kesempatan berusaha yang efisien dibidang agribisnis. 5. Meningkatkan kemandirian petani-nelayan dan pemberdayaakan kelembagaan serta prasarana pertanian B. Pembangunan tanaman perkebunan Tanaman perkebunan disebut sebagai komoditas masa depan yang menjanjikan dan memiliki berbagai keuntungan. Salah satu tanaman perkebunan yang memiliki nilai komersial adalah tanaman tembakau. Umumnya tembakau cocok ditanam di daerah yang beriklim panas atau sedang sehingga dapat menghasilkan jenis-jenis tembakau yang istimewa dengan keadaan setempat. Meskipun tembakau termasuk tropis, daerah penanamannya sangat luas, mulai dari daerah panas seperti Indonesia, sampai daerah yang beriklim dingin seperti Norwegia. Tembakau juga merupakan jenis tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Pada sektor agroindustri menunjukkan bahwa produksi rokok Indonesia yang berbahan baku tembakau selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa dewasa ini merokok bukan hal yang dilakukan oleh kaum laki-laki namun para wanita dan remaja sehingga berdampak adanya permintaan dalam jumlah besar dengan kata lain juga akan memacu peningkatan permintaan tembakau dalam jumlah besar. Kebutuhan tembakau untuk industri rokok sangat besar, hal ini akan berdampak pada perkembangan perekonomian rakyat khususnya bagi petani tembakau maupun masyarakat yang bergerak di bidang perkebunan, perdagangan maupun industri rokok. Sesuai dengan proses pengolahannya, mayoritas tembakau rakyat merupakan tembakau rajangan yang diusahakan oleh petani sedangkan tembakau lainnya seperti tembakau virginia umumnya dikelola oleh perusahaan Negara. Struktur ekonomi Indonesia saat ini masih terfokus pada pertanian dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan hasil alam. Industri yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah produk, proses produksi dan distribusi di dalam negeri masih terbatas. Selain itu, saat ini terjadi kesenjangan pembangunan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia. Hal ini tidak bisa dibiarkan berlanjut ke generasi yang akan datang. Harus dipahami pula bahwa upaya pemerataan pembangunan tidak akan terwujud dalam jangka waktu singkat. Namun begitu, upaya tersebut harus dimulai melalui upaya percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia sebagai titik awal menuju Indonesia dengan tingkat kesejahteraan yang lebih merata. Pola Perusahaan Inti Rakyat atau disingkat PIR adalah pola Pelaksanaan Pengembangan Perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai INTI yang menbangun dan membimbing perkebunan rakyat disekitarnya sebagai PLASMA dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan kesinambungan. a. Perusahaan Inti adalah perusahaan perkebunan besar, baik milik swasta maupun milik negara yang bertindak sebagai pelaksana proyek PIR. b. Kebun Plasma adalah areal wilayah plasma yang dibangun oleh perusahaan Inti (kelapa sawit, karet, dll). Terdapat beberapa macam contoh Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu : 1. PIR Lokal merupakan pembangunan kebun dengan menggunakan lahan rakyat/penduduk setempat. 2. PIR BUN merupakan peremajaan dengsn penanaman perkebunan untuk memperbaiki kebun yang ada. 3. PIR TRANS merupakan program yang dikaitkan dengan program transmigrasi. Dalam pembangunan perkebunan misalnya kebun kelapa sawit, pemerintah memberikan izin usaha perkebunan dengan melakukan pengamantan untuk menentukan layak atau tidak layaknya areal tersebut dijadikan lahan perkebunan, misalnya pada kebujakan pemerintah pada lahan gambut dalam atau lahan yang termasuk hutan lindung tidak diperbolehkan menjadi perkebunan, salin itu dilakukan juga pengamatan dampak lingkungan (AMDAL). Pemerintah juga menetapkan perusahaan inti rakyat yang harus dilakukan oleh perusahaan swasta maupun perusahaan pemerintah (PTPN). Aturan tersebut seperti diputuskannya sistem komposisi lahan. Misalnya pada Inti – Plasma (dalam PIR-TRANS) menggunakan komposisi lahan 80:20 (20% untuk inti dan 80% untuk rakyat). Pola yang dilakukan yaitu dengan membantu petani dala pembangunan perkebunan dengan catatan modal yang dilkeluarkan oleh perusahaan inti harus dikembalikan tiap bulannya oleh petani dengan memotong hasil penjualan produksi perkebunan plasma. Pengembalian hutang tersebut biasanya berkisar 9-11 tahun tergantung pada besarnya potongan yang dilakukan tiap bulannya. Namun untuk melaksanakan pembangunan tersebut, hal utama yang harus disediakan yaitu modal. Modal biasanya diperoleh melalui pinjaman ke bank. Dalam hal ini, perusahaan Inti menjadi avalis (penjamin) dalam pembayaran hutang tersebut. Disni peran Koperasi Unit Desa sangat dibutuhkan. KUD merupakan lembaga ekonomi desa di wilayah plasma yang merupakan wadah petani peserta/kelompok tani plasma yang berfungsi mengkoordinir pemeliharaan, panen, transport dan penjualan hasil produksi. Setelah izin lokasi dari pemerintah, maka perusahaan tersebut selanjutnya mendapatkan Hak Guna Usaha setelah dilakukan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan). Setelah HGU telah dikeluarkan maka perusahaan sudah diizinkan untuk melakukan Land Clearing yang merupakan tahap awal dari pembangunan perkebunan. Dalam hal ini, teori A.T Mosher diterapkan yaitu penggunaan teknologi yang senantiasa berkembang untuk pembangunan pertanian. Hal tersebut dilihat dari penggunaan alat-alat yang semakin canggih dan memudahkan operasional di lapangan, misalnya dalam melakukan Land Clearing sekarang menggunakan Bulldozer, Excavator dan lain sebagainya. Selama dalam anggota plasma, petani mendapatkan bimbingan oleh perusahaan inti untuk melakukan pemeliharaan perkebunan secara teknis. Bimbingan tersebut meliputi : 1. Pengolahan tanah/Land Clearing 2. Irigasi yang baik/drainase 3. Menggunakan Bibit Unggul 4. Pemupukan 5. Gulma, hama dan penyakit 6. Pasca Panen 7. Pemasaran/penjualan hasil produksi (TBS) Ketujuh pekerjaan diatas merupakan suatu manajemen yang harus dilakukan dalam perkebunan. Dari ketujuh pekerjaan diatas, terdapat beberapa teori A.T Mosher yang disebutkan dalam syaratsyarat pengembangan pertanian, misalnya seperti yang telah disebutkan diatas, pada pengolahan tanah dapat dilakukan dengan teknologi yang semakin memudahkan dalam pengerjaannya yaitu menggunakan Excavator. Penanaman dengan menggunakan bibit unggul, agar dapat berproduksi dengan baik, Pengendalian gulma, hama dan penyakit yang menggunakan alat-alat dan obat-obatan yang melindungi tanaman. Begitu pula pada hasil panen (Pasca Panen) memerlukan transportasi dan jalan yang memadai, untuk itu pebangunan jalan juga harus diperhatikan. Transportasi untuk melakukan pemasaran (penjualan TBS ke pabrik) diusahakan tidak terlalu mahal. Penjualan hasil produksi (TBS) dilakukan di pabrik yang biasanya dimiliki oleh perusahaan inti. Harga dalam pemasaran atau penjualan TBS dipengaruhi oleh harga CPO dunia. Selain harga, pendapatan petani juga dipengaruhi oleh banyak atau tidaknya hasil produksi. Disamping kualitas (kematangan) buah juga mempengaruhi, karena jika banyak terdapat buah mentah atau yang tidak memenuhi standar pabrik maka buah tersebut akan disortasi yang mengakibatkan menurunnya hasil penjualan. Namun sebaliknya, jika panen dilakukan dengan baik dalam arti kematangan yang tepat, dan harga Tandan Buah Segar (TBS) juga baik, maka penghasilan petani juga akan meningkat sehingga kehidupan dan kesejahteraan petani tercapai (tujuan dari teori A.T Mosher). BAB III PENUTUP A. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan pemabahasan diatas, tanaman pangan dan holtikultura serta tanaman perkebunan mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan pertanian khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, untuk kemajuan komoditas tersebut serta untuk kemajuan pembanguan pertanian di Indonesia perlu adanya penigkatan baik dalam hal budidaya maupun penyediaan sara dan prasaran yang dibutuhkan. Dalam hal ini, yang berperan bukan hanya pemerintah saja, tetapi petani juga ikut ambil andil dalam usaha peningkatan tersebut. Banyak hal yang dapat dilakukan petani, salah satunya yaitu membuat kelembagaan dalam bidang pertanian guna untuk menapai tujuan bersama. DAFTAR PUSTAKA 1. Jurnal “arah kebijakan pembangunan tanaman pangan dan holtikultura” oleh chairil anwar rasahan. 2. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (2): 85-102 ISSN 1410-5020 Kebijakan Pengembangan Komoditas Tanaman Pangan dalam Mendukung Program Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Studi Kasus di Propinsi Gorontalo 3. file:///C:/Users/acer/Downloads/Manajemen_Pembangunan_Perkebunan.pdf