Uploaded by Kartika Nurul Fahmi

dokumen.tips koas-laporan-kasus-neurologi

advertisement
Laporan Kasus Neurologi
STROKE HEMORAGIK
Pembimbing :
dr. Maula, Sp.S
Disusun oleh :
Arlha Aporia Debinta ( 07120100068 )
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Saraf
Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R.S. Sukanto-Jakarta
Periode: 1 April 2014 – 3 Mei 2014
1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. K
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia
: 65 tahun
Agama
: Islam
Suku Bangsa : Betawi
Status Nikah : Menikah
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Pensiunan pekerja pabrik BATA
Tanggal Lahir : 15-07-1948
Alamat
: Kampung Sawah No 76 RT05/RW03 Jatiwatna PD Melati
No RM
: 699967
Tanggal masuk RS
: 31 Maret 2014
Tanggal keluar RS
: 7 April 2014
2. ANAMNESIS
Didapatkan keterangan autoanamnesa dan alloanamnesa (dari istri pasien) pada 2 April 2014 pukul
10.00 WIB di bangsal Nuri.
Keluhan utama
: Lemah badan separuh bagian kanan 8 jam SMRS
Keluhan tambahan : Bicara pelo 8 jam SMRS
2
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang pada tanggal 31 Maret 2014 pukul 15.00 WIB ke Instalasi Gawat Darurat RS
POLRI dengan keluhan separuh badan lemas bagian kanan. Kelemahan dirasa pasien pada pagi hari
8 jam SMRS, yaitu pukul 07.00 WIB pagi hari saat pasien keluar membeli gorengan. Pasien tibatiba merasa lemas, jatuh terduduk sehingga dibawa tetangganya pulang ke rumah. Pasien tidak
pingsan, demam, nyeri dada, kejang, tidak mengalami gangguan penglihatan ataupun mengalami
kecelakaan beberapa saat sebelum mengalami kelemahan. Pasien tidak mengonsumsi obat tertentu
untuk mengatasi kelemahannya tersebut. Lima jam setelah mengalami kelemahan, pasien merasa
lemasnya belum membaik. Pasien tidak merasa baal di tubuh yang lemas. Hal ini baru dirasakan
pasien untuk pertama kalinya.
Pasien merasa kepalanya nyeri seperti kepalanya berat di bagian tengkuk. Pasien merasa
rasa sakit kepala tersebut skala nyerinya 7/10. Hal ini baru dirasakan pasien pertama kali, biasanya
pasien hanya mengalami sakit kepala apabila pasien pegal-pegal saja. Pasien tidak merasa berputar,
sakit kepala tidak berpusat di mata, tidak keluar air mata dan sakit menyeluruh di kepala, berpusat
di tengkuk.
Setelah itu pasien mengalami muntah satu kali, muntah tidak proyektil, pasien merasa mual
setelah jatuh lemas. Muntah pasien sedikit, sekitar 5 sendok makan, berisi cairan tanpa ampas
makanan. Muntah tidak berdarah.
Pasien juga merasa bicara pelo setelah mengalami kelemasan. Namun pasien tidak merasa
kaku pada separuh wajah dan tidak merasa sulit menelan. Pasien dapat mengerti perkataan lawan
bicara dengan baik. Pasien juga tidak mengalami gangguan pendengaran. Pasien dapat menulis,
da[an menamai benda-benda dengan baik. Hal ini juga pertama kali dirasakan pasien.
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi saat memeriksaan diri ke Puskesmas sekitar 5
tahun yang lalu, namun pasien tidak pernah minum obatnya (Captopril) secara rutin. Pasien
menmyangkal riwayat Diabetes Mellitus.
Dari IGD pasien dirawat di ruang ICU-A selama dua hari untuk observasi lalu dipindah ke
bangsal Nuri mulai tanggal 2 April 2014. Hal ini baru dirasakan pasien untuk pertama kali.
3
Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami operasi pembersaran kelenjar prostat tiga tahun yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga
Pasien menyangkal adanya penyakit jantung, hipertensi maupun DM pada orang tua
maupun kerabat dekat pasien.
Riwayat kebiasaan dan alergi
Pasien tidak merokok juga tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan. Pasien mengaku
jarang berolahraga, makan teratur tiga kali sehari namun mengaku jarang makan buah dan sayur,
kerap mengonsumsi makanan yang digoreng.
3. PEMERIKSAAN FISIK
Diperiksa 2 April 2014, pukul 10.30 WIB
Status Generalisata

Kesadaran Umum
: Sakit sedang

Kesadaran
: Compos Mentis, GCS E4V5M6

Tanda-tanda vital
:


o Tekanan darah
: 140/100 mmHg
o Nadi
: 64 kali per menit.
o Suhu
: 36.50C
o Laju Pernafasan
: 20 kali per menit.
Indeks Massa Tubuh (IMT)
o Berat badan
: 75 kg
o Tinggi badan
: 165 cm
o IMT
: 27,5 kg/m2
Kepala
Simetris, normosefali, deformitas(-).
Rambut: berwarna putih, tidak ada bekas luka, tidak mudah dicabut
4

Mata
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), Mata cekung (-/-), Injeksi konjungtiva (-/-),
pupil isokor dengan diameter 3mm / 3mm, reflex cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)

Hidung
Sekret (-/-), deviasi septum (-)

Mulut
Bibir basah, mukosa tidak anemis, lidah tidak kotor, tonsil T1 / T1, faring hiperemis (-)

Telinga
Simetris, discharge (-/-)

Leher
Inspeksi : Trakea di tengah, JVP ↑ (-)
Palpasi : Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening (KGB) (-)

Thorax (cor)
Inspeksi
Simetris saat inspirasi dan ekspirasi, retraksi suprasternal (-),
retraksi interkostal (-), retraksi epigastrium (-). Ictus cordis tidak
terlihat.
Palpasi
gerakan dinding dada teraba simetris saat inspirasi dan ekspirasi,
ictus cordis teraba di sela iga IV linea midklavikularis sinistra.
Perkusi
Sonor pada kedua lapangan paru
Batas jantung

Batas atas

Batas kanan

Batas kiri
ICS III linea parasternalis dextra
ICS IV linea parasternalis dextra
ICS IV linea midklavikula sinistra
Auskultasi

Bunyi jantung
bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
5

Thorax (pulmo)
Inspeksi
Gerak dada keadaan statis dan dinamis simetris
Palpasi
Taktil fremitus simetris
Perkusi
Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi
Vesikular di kedua lapang paru, ronki (-), wheezing (-)

Abdomen
Inspeksi
Datar
Palpasi
supel, turgor baik, hepar dan lien tidak teraba
Hepatomegali (-) splenomegali (-)
Perkusi
timpani pada keempat kuadran
Auskultasi
bising usus (+), Frekuensi 6x/ menit

Ekstremitas
Superior : edema (-/-), refleks fisiologis (+/+), capillary refill time <2 detik, sianosis (-)
Inferior : akral hangat, edema (-/-), refleks fisiologis (+/+), capillary refill time <2 detik,
sianosis (-).

Kulit
Tidak tampak erythema pada kulit tubuh pasien.
6
Status Neurologis

Kesadaran umum
o E:4
V:5
M: 6
o GCS: 15

Tanda rangsang meningeal
o Kaku kuduk: (-)
o Kernig sign: (-)
o Lasegue sign: (-)
o Brudzinski I: (-)
o Brudzinski II: (-)

Pemeriksaan Nervi Cranialis
o N. I (N. Olfaktorius)

ND: Baik, dapat mencium kopi dan jeruk

NS: Baik, dapat mencium kopi dan jeruk
o N. II (N. Optikus)

OD
 Visus  Normal.
 Lapang pandang  Normal.
 Refleks cahaya langsung +/+
 Refleks cahaya tidak langsung +/+

OS
 Visus  Normal.
 Lapang pandang  Normal.
 Refleks cahaya langsung +/+
 Refleks cahaya tidak langsung +/+
o N. III (N. Oculomotor), N. IV (N. Trochlear), N. VI (N. Abducens)

OD/OS
Pupil isokor  : 3mm / 3mm
Refleks cahaya langsung: +/+
7
Refleks cahaya tidak langsung: +/+
Gerakan bola mata: normal ke segala arah
Ptosis: -/Strabismus: Nistagmus: o N. V (N. Trigeminal)

Sensorik
 V.I: Normal
 V.II: Normal
 V.III: Normal
 Refleks kornea: +/+

Motorik
 Menggigit: Baik, tidak ditemukan parese pada otot pengunyah
 Membuka rahang: Baik, mulut luris tidak miring ke salah satu sisi
o N. VII (N. Facialis)

Sensorik (pengecap 2/3 anterior lidah): Baik

Motorik
 Mengangkat alis: normal, simetris
 Menggembungkan pipi: normal, simetris
 Mencucu: normal, simetris
 Meringis: normal, simetris
o N. VIII (N. Vestibulocochlear)

Gesekan jari
 AS: baik
 AD: baik

Detik jam
 AS :baik
 AD: baik

Tes berbisik
 AS: baik
 AD: baik
8

Garpu tala
 Rinne: Tidak dilakukan
 Weber: Tidak dilakukan
 Schwabach: Tidak dilakukan

Dix-Hallpike: Tidak dilakukan

Post-pointing
 Tangan kanan: baik
 Tangan kiri: baik

Romberg: Tidak dapat dilakukan

Tandem: Tidak dapat dilakukan

Stepping test: Tidak dapat dilakukan
o N. IX (N. Glossopharyngeal)

Sensorik (pengecap 1/3 bagian posterior lidah): Tidak dilakukan

Motorik (refleks menelan): Baik
o N. X (N. Vagus)

Refleks muntah: Tidak dilakukan

Arcus faring: simetris

Letak uvula : di tengah
o N. XI (N. Accesory)

Mengangkat bahu normal

Memalingkan kepala normal

Kekuatan otot aksesorius normal
o N. XII (N. Hypoglossal)

Deviasi lidah ke kanan saat menjulurkan lidah

Atrofi/fasikulasi/tremor lidah tidak ada

Artikulasi: Terganggu, sulit bicara huruf ‘R’.
9

Pemeriksaan Motorik
o Gerakan abnormal/involunter : Tidak ada
o Kekuatan otot
Ekstremitas atas
: 3333 / 5555
Ekstremitas bawah
: 3333 / 5555
o Tonus
Ekstremitas atas
: hipertonus/normotonus
Ekstremitas bawah
: hipertonus/normotonus
o Klonus
Achilles
: -/-
Patella
: -/-
o Trofi
Ekstremitas atas: eutrofi/eutrofi
Ekstremitas bawah: eutrofi/eutrofi
o Refleks Fisiologis

Ekstremitas atas

 Biceps +++/++
 Triceps+++/++
Ekstremitas bawah
 Patella
 Achilles
o Refleks Patologis
+++/++
++/++

Ekstremitas atas

 Hoffmaan
-/ Trommner -/Ekstremitas bawah
+/-/-/-/-

 Babinski
 Chaddock
 Oppenheim
 Gordon
Klonus
 Patella :
 Achilles:
-/-/-
10

Pemeriksaan Sensorik
Ekstremitas Atas
o Rangsangan raba
: normoestesia/normoestesia
o Rangsangan nyeri
: normoalgesia/normoalgesia
o Rangsangan suhu
: tidak dilakukan
o Proprioseptif
: tidak dilakukan
o Diskriminasi dua titik : tidak dilakukan
Ekstremitas Bawah
o Rangsangan raba
: normoestesia/normoestesia
o Rangsangan nyeri
: normoalgesia/normoalgesia
o Rangsangan suhu
: tidak dilakukan
o Proprioseptif
: tidak dilakukan
o Diskriminasi dua titik : tidak dilakukan

Pemeriksaan system syaraf Otonom
o BAB normal
o BAK normal
o Berkeringat normal

Pemeriksaan Fungsi Luhur
o Memory baik
o Kognitif baik
o Visuospatial baik

Pemeriksaan Koordinasi
o Disdiadokokinesia
: tidak dilakukan
o Tes telunjuk hidung
:n
11
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium( 31 Maret 2014 )
Result
Reference
Darah Rutin

Hemoglobin

13.3 mg/dL

13 – 16 mg/dL

Hematocrite

40 %

40-48%

Leukosit

7.200 /uL

5,000-10,000

Trombosit

204,000 /uL
/uL

150,000
–
400,000/uL

Index Eritrosit
o MCV
74.0
82-92
o MCH
24.0
27-32
o MCHC
33.0
32-37
Random Blood Glucose
94 mg/dL
<200 mg/dL
22 mg/dL
20-40
1.01 mg/dL
0.5-1,5
Fungsi Ginjal

Ureum

Kreatinine
Pemeriksaan Laboratorium (7 April 2014)
Result
Reference
Cholesterol total
159 mg/dL
< 200 mg/dL
Uric Acid
5,1 mg/dL
3,4-7 mg/dL
GDS
90 mg/dL
< 200 mg/dL
12
Pemeriksaan Foto Thorax (31 Maret 2014)

Cor

Pulmo : Normal

Trachea: di tengah

Sinus : ka/ki tajam

Tulang-tulang dan soft tissue normal
: CTR >50%, elongasi aorta
Kesan: Cardiomegaly dengan elongasi aorta
Pemeriksaan CT Scan
Foto
Hasil

Perdarahan
temporoparietal
kiri
3,81 x 1,99 x 3,11

ICH Temporoparietal kiri dengan
sinusitis ethmoid kanan
13
Pemeriksaan EKG
Hasil: Heart rate 89x/min, Normal
Skoring SIRIRAJ
No
1
Gejala/Tanda
Kesadaran
2
Muntah
3
Nyeri Kepala
4
5
Tekanan Darah
Ateroma
a. DM
b. Angina
pektoris;
Klaudikasi
o
Intermiten
Konstanta
6
Penilaian
0 : compos
mentis
1 : mengantuk
2: semi
koma/koma
0 : tidak
1: ya
0 : tidak
1 : ya
Diastolik
0 : tidak
1 : ya
Indeks
X 2,5
Skor
+
X2
+
X2
+
X 10%
X (-3)
+
-
-12
-12
14
Rumus : (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala dalam 2 jam) +
(0,1 x diastolik) – (3 x pertanda ateroma) - 12
Pada pasien: (2,5x0)+(2x1)+(2x1)+(0,1x100)-(3x0)-12 = 2
Interpretasi:
—Skor >1
: Perdarahan serebri
—Skor <1
: Infark serebri
—Skor -1 s/d 1 : Meragukan
5. RESUME:
Pasien laki-laki usia 65 tahun datang ke IGD RS POLRI dengan keluhan
utama separuh badan lemas 8 jam SMRS
tanggal 31 Maret 2014 secara
mendadak pada pukul 15.00 WIB. Keluhan disertai nyeri kepala seperti kepala
diberatkan dan bicara pelo 8 jam SMRS. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak
terkontrol selama 5 tahun tanpa pengobatan rutin.
Pada pemeriksaan fisik umum ditemukan:

Pasien compos mentis, GCS 15 dengan tekanan darah 140/100 mmHg,
nadi 64x/min, RR 20x/min, suhu 36,50C
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan

Paresis nervus XII dextra sentral

Hemiparesis di ekstremitas atas dan bawah bagian kanan, hipertonus,
hiperrefleks

Refleks Babinski (+/) di kaki kanan.
Pada pemeriksaan CT scan ditemukan ICH temporoparietal kiri serta
pemeriksaan foto thorax menandakan kardiomegali dengan elongasi aorta.
6. DIAGNOSIS

Diagnosis klinis: hemiparesis dextra, disertai paresis Nervus XII dextra

Diagnosis topis: hemisfer serebri sinistra

Diagnosis etiologis: CVD hemoragik
Alasan diagnosis ditunjang dengan riwayat hipertensi pasien yang tidak
terkontrol, pemeriksaan fisik menandakan lesi UMN bagian kiri, serta
pemeriksaan CT scan yang menunjukan ICH temporoparietal kiri.
Diagnosis juga dibuat berdasarkan SIRIRAJ score yang >1 menunjukan
adanya perdarahan hemoragik di otak.
15

Diagnosis banding:
CVD Iskemik : disingkirkan karena riwayat hiperkolesterolemia (-),
tidak ada atrial fibrilasi pada pemeriksaan EKG
Subarachnoid Hemorrage: disingkirkan atas dasar sifat nyeri kepala
yang tidak terlalu hebat, belum dilakukan pemeriksaan CSF untuk
melihat xantochrom pada CSF
7. PEMERIKSAAN ANJURAN

Angiografi : melihat vaskularisasi otak untuk mendeteksi adanya
malformasi seperti AVM
8. PENATALAKSANAAN
Umum

Menjaga 5B:
o Breathing -> stabilisasi jalan nafas.
o Blood -> menurunkan tekanan darah apabila sistolik > 220 mmHg,
diastolik > 120mmHg.
o Brain -> menjaga agar TIK stabil
o Bladder -> mengosongkan kandung kemih, pasang kateter
intermiten
o Bowel -> perhatikan kebutuhan cairan agar tidak terjadi obstipasi

Menjaga faktor resiko
Khusus

Medikamentosa
Terapi konservatif:
Citicoline 2x500mg
Ketorolac inj 3x30mg
Ranitidine 3x1
Kalnex 3x250mg
Neuralgin drip 2x1000mg
Injeksi Vit K 2X1
Injeksi Vit C 2x1
Cefotaxime 2x1 gr

Fisioterapi: pasif selama fase akut, lalu dilanjutkan secara aktif untuk
melatih fungsi motorik ekstremitas tubuh pasien.
16
Edukasi dan Rekomendasi

Selama dirawat di rumah sakit pasien dilarang melakukan aktivitas
yang dapat meningkatkan tekanan intra-abdominal seperti batuk
kencang atau mengedan.

Pasien dianjurkan untuk mengobati penyakit hipertensi dengan
mengonsumsi obat, mengatur pola makan agar rendah natrium, serta
rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
9. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
Quo ad sanactional
: dubia ad bonam
10. FOLLOW UP
1 April 2014
S : Bicara pelo
O
: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis E4V5M6
TD: 130/100 mmhg
Nadi: 60 x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu: 36.5 oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis
: parese N. XII dextra
Refleks fisiologis
: +++/++ (KPR)
Refleks patologis
: Babinski group +/-
Kekuatan motorik
: 3333 5555
3333 5555
Sensoris
: dalam batas normal
Tonus
: Hipertonus (spastisitas) / Normotonus
Klonus
: - /-
A : CVD hemoragik serebri sinistra
P : Terapi Konservatif
Citicoline 2x500mg
Ketorolac inj 3x30mg
Ranitidine 3x1
17
Kalnex 3x250mg
Neuralgin drip 2x1000mg
Injeksi Vit K 2X1
Injeksi Vit C 2x1
Cefotaxime 2x1 gr
2 April 2014
S : Kaki kanan lemas
O : ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis E4V5M6
TD: 140/110 mm/Hg
Nadi: 60 x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu: 36.5 oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis
: parese N. XII dextra
Refleks fisiologis
: ++/++ (Bicep, Tricep, APR, KPR)
Refleks patologis
: Babinski group +/-
Kekuatan motorik
: 4444 5555
3333 5555
Sensoris
: dalam batas normal
Tonus
: Hipertonus (spastisitas) / Normotonus
Klonus
: - /-
A : CVD hemoragik serebri sinistra
P : Terapi Konservatif
Citicoline 2x500mg
Ketorolac inj 3x30mg
Ranitidine 3x1
Kalnex 3x250mg
Neuralgin drip 2x1000mg
Injeksi Vit K 2X1
Injeksi Vit C 2x1
Cefotaxime 2x1 gr
3 April 2014
S : Perut kembung
18
O : ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis E4V5M6
TD: 120/90 mmhg
Nadi: 60 x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu: 36.5 oC
Pemeriksaan fisik Abdomen
I : Datar, tidak tampak ascites, bekas luka operasi
P : Tidak ada nyeri tekan atau nyeri lepas, hepar dan lien tidak teraba
P: Timpani di 4 lapang abdomen
P: Bising usus 4x/min
A : Gastritis
P : Ranitidine 3x1
4 April 2014
S : Kaki kanan lemas
O : ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis E4V5M6
TD: 140/90 mmhg
Nadi: 60 x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu: 36.5 oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis
: parese N. XII dextra
Refleks fisiologis
: ++/++ (Bicep, Tricep, APR, KPR)
Refleks patologis
: Babinski group +/-
Kekuatan motorik
: 5555 5555
3333 5555
Sensoris
: dalam batas normal
Tonus
: Hipertonus (spastisitas) / Normotonus
Klonus
: - /-
A : CVD hemoragik serebri sinistra
P : Terapi Konservatif
Citicoline 2x500mg
Ketorolac inj 3x30mg
Ranitidine 3x1
19
Kalnex 3x250mg
Neuralgin drip 2x1000mg
Injeksi Vit K 2X1
5 April 2014
S : Kaki kanan lemas
O : ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis E4V5M6
TD: 150/110 mmhg
Nadi: 60 x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu: 36.5 oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis
: parese N. XII dextra
Refleks fisiologis
: ++/++ (Bicep, Tricep, APR, KPR)
Refleks patologis
: Babinski group -/-
Kekuatan motorik
: 5555 5555
4444 5555
Sensoris
: dalam batas normal
Tonus
: Hipertonus (spastisitas) / Normotonus
Klonus
: - /-
A : CVD hemoragik serebri sinistra
P : Terapi Konservatif
Citicoline 2x500mg
Ketorolac inj 3x30mg
Ranitidine 3x1
Kalnex 3x250mg
Neuralgin drip 2x1000mg
Injeksi Vit K 2X1
6 April 2014
S : Kaki kanan dapat bergerak
O : ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis E4V5M6
TD: 130/80 mmhg
Nadi: 60 x/menit
Respirasi 20 x/menit
20
Suhu: 36.5 oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis
: parese N. XII dextra
Refleks fisiologis
: ++/++ (Bicep, Tricep, APR, KPR)
Refleks patologis
: Babinski group -/-
Kekuatan motorik
: 5555 5555
4444 5555
Sensoris
: dalam batas normal
Tonus
: Hipertonus (spastisitas) / Normotonus
Klonus
: - /-
A : CVD hemoragik serebri sinistra
P : Foto CT Scan kepala ulang
21
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Stroke adalah penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat menimbulkan cacat
dan kematian.
Epidemiologi
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern
saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
ringan maupun berat. 80-87% terdiri dari stroke iskemik dan sisanya merupakan
stroke hemoragik.
Faktor Resiko

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: usia, jenis kelamin, ras/etnis,
genetik.

Faktor resiko yang dapat dimodifikasi: inaktivitas fisik, pola makan yang
buruk, obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dyslipidemia, sindorma
metabolik, hiperhomocysteinemia, infeksi, penyalahgunaan alkohol, dll.
Klasifikasi
 Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik: perdarahan intra serebral, pendarahan subarachnoid.
b. Stroke non-hemoragik: thrombosis serebri, emboli, hipoperfusi sistemik.
 Berdasarkan waktu terjadinya
a. Transient Ischemic Attack (TIA) : < 24 jam.
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) : 24 jam – 1 minggu.
c. Stroke In Evolution (SIE) : gejala memburuk dibandingkan awal.
d. Completed stroke : gejala menetap, permanen lesi otak.
 Berdasarkan lokasi lesi vaskuler
1) Sistem karotis (anterior)
a. Motorik : hemiparese kontralateral, disartria.
b. Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia.
c. Gangguan visual : hemianopsia homonim, amaurosis fugaks.
d. Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia.
2) Sistem vertebrobasiler (posterior)
a. Motorik : hemiparese alternans, disartria.
22
b. Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia.
c. Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
Etiologi
Pada stroke hemoragik, penyebab utamanya adalah pecahnya pembuluh darah otak
(AVM, aneurisma, dll) menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim otak,
ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya. Pendarahan
intraserebral ditemukan 10% dari seluruh kasus stroke. Selain itu, pendarahan terjadi
di ruang subaraknoid.
Pada stroke non-hemoragik paling sering disebabkan oleh emboli atau thrombus.
Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran
serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah
menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada
terjadinya kematian neuron dan infark serebri
Gambaran Klinis
Gejala klinis yang terjadi bergantung pada neuroanatomi dan vaskularisasinya. Defisit
neurologis yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi lesi.
Gejala Klinis
Defisit fokal
Onset
Nyeri kepala
Muntah pada
awalnya
Hipertensi
Penurunan
kesadaran
Hemiparesis
Gangguan bicara
Liquor
Parese / gang
N.III
PIS
Berat
Menit/jam
Hebat
Sering
PSA
Ringan
1-2 menit
Sangat hebat
Sering
Hampir
selalu
Ada
Biasanya tidak
Non Hemoragik
Berat ringan
Pelan (jam/hari)
Ringan
Tidak, kecuali lesi
batang otak
Sering kali
Ada
Tidak ada
Sering dari
awal
Sering ada
Berdarah
Tidak ada
Permulaan tidak Sering dari awal
ada
Jarang
Sering
Berdarah
Jernih
Bisa ada
Tidak ada
di
23
Gejala
Stroke Hemoragik
Stroke Iskemik
Awitan
Mendadak
Mendadak
Saat onset
Sedang aktif
Sedang beristirahat
Nyeri kepala
+++
+
Kejang
+
-
Muntah
+
-
Penurunan kesadaran
+++
+
Bradikardia
++ (dari awal)
+ (hari ke-4)
Udem papil
+
-
Kaku kuduk
+
-
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalu anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan
penunjang yang sesuai dengan manifestasi klinis yang telah disebutkan di atas. Selain
itu ada yang disebut Siriraj Stroke Score dan alogaritma Gajah Mada yang sering
digunakan untuk membantu membedakan stroke berdasarkan etiologinya.
a) Siriraj Stroke Score
No.
1
Gejala/Tanda
Kesadaran
Penilaian
(0) Kompos Mentis
(1) Mengantuk
(2) Semi koma/koma
(0) Tidak
(1) Ya
(0) Tidak
(1) Ya
Diastolik
2
Muntah
3
Nyeri Kepala
4
Tekanan Darah
5
Ateroma:
(0) Tidak
 DM
(1) Ya
 Angina Pektoris
Klaudikasio Intermiten
Konstanta
6
Indek
Skor
x 2,5
+
x2
+
x2
+
x 10%
+
x (-3)
-
-12
-12
Hasil SSS
Bila SSS > 1 : Stroke Hemoragik
SSS < -1 : Stroke Non Hemoragik.
Skor antara 1 dan -1 menunjukkan hasil yang ekuivokal dan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis.
24
b) Algoritma Stroke Gajah Mada
Penatalaksanaan

Non Farmakologis
o Mengendalikan faktor risiko
o Rehabilitasi medik dilakukan sedini mungkin pada stroke ischemic dan
dilakukan setelah melewati fase akut pada stroke hemorrhagic (12minggu), dengan tujuan untuk memperbaiki fungsi motoric,
mencegah kontraktur sendi, agar penderita dapat mandiri, rehabilitasi
sosial.
o Terapi umum (5B : Breating - stabilisasi jalan nafas dan pernafasan;
Blood - TD tidak boleh segera diturunkan kecuali sistolik > 220
mmHg, diastolik > 120 mmHg, MAP >150. Batas penurunan TD
maksi-mal 20-25%. Stabilisasi hemodinamik dengan pemberian cairan
kristaloid atau koloid; Brain - Bila didapatkan kenaikan TIK maka
diberikan manitol, posisi kepala 20-30 derajat. Aktivitas metabolisme
otak harus diturunkan (mengatasi hipertermia, agitasi, kejang, nyeri,
bila ada); Bladder - mengosongkan kandung kemih yang penuh,
sebaiknya dengan kateterisasi intermiten; Bowel - Perhatikan
kebutuhan cairan dan kalori, hindari obstipasi, jika terdapat kesulitan
menelan pasang NGT. Nutrisi oral hanya boleh diberikan bila fungsi
menelan baik.)
25

Farmakologis
PIS: anti pendarahan: epsilon aminocaproat 30-36 gr/hari, asam traneksamat
6x1 gr untuk mencegah lisis bekuan darah. Diberikan pula agen neuroproteksi
dan antikoagulan.
PSA: bed rest total 3 minggu, morphine 15 mg IM pada pasien sadar untuk
menghilangkan nyeri, nimodipine 60-90 md oral tiap 4 jam selama 21 hari
atau 15-30 mg/kg/jam selama 7 hari, baru dilanjutkan oral 360 mg/hari selama
14 hari untuk mencegah terjadinya vasospasme global.
Operatif
Indikasi:
- pendarahan > 30 cc / diameter > 3cm pada fossa posterior
- GCS >7
- pendarahan cerebellum
- pendarahan ventricular / terjadi hydrocephalus
- letak lobar/kortikal dengan peningkatan TIK atau ancaman
herniasi
Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh usia pasien, tingkat kesadaran, jenis kelamin, tekanan
darah, penyebab stroke, dan ada atau tidaknya penyakit komorbid. Secara
keseluruhan, agak kurang dari 80% pasien dengan stroke bertahan selama paling
sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar
35%. Angka yang terakhir ini tidak mengejutkan, mengingat usia lanjut di mana
biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang selamat dari periode akut, sekitar satu
setengah samapai dua pertiga kembali fungsi independen, sementara sekitar 15%
memerlukan perawatan institusional.
Komplikasi

Fase Akut
o Neurologis : stroke susulan, edema serebri, hidrosefalus.
o Non-neurologis : hiperglikemia reaktif, hipertensi, gangguan jantung, infeksi,
gangguan cairan dan elektrolit.

Fase Lanjut
o Neurologis : gangguan fungsi luhur.
o Non-neurologis : kontraktur, dekubitus, depresi.
26
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pasien ini dapat disebut mengalami stroke karena onset kasus yang secara tibatiba tanpa riwayat trauma, sesuai dengan definisi stroke sesuai WHO, yaitu gangguan
defisit neurologis yang terjadi secara mendadak. Oleh itu kita dapat menyingkirkan
etiologi infeksi dan tumor yang onsetnya timbul secara perlahan. Pasien memiliki
riwayat penyakit hipertensi tidak terkontrol, yang menjadikan faktor resiko penyakit
stroke perdarahan (hemoragik).
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan lemah di sisi kanan pasien. Lidah pasien
juga mengalami paresis di sisi kanan. Pasien mengalami paralisis spastik, dengan ciriciri lesi UMN yaitu refleks patologis yang positif. Lesi dapat diduga di traktus
corticospinal, dilihat dari lesi temporoparietal, yang menandakan lesi ada di cerebrum.
Pasien diduga mengalamai stroke hemoragik atas dasar manifestasi
klinis; yaitu lemah badan separuh secara mendadak disertai nyeri kepala dan
muntah, dan dihitung berdasarkan SIRIRAJ Score dengan hasil +2, menandakan
stroke perdarahan. Selain itu pasien juga bukan mengalami stroke iskemik,
dengan alasan pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol, yang menjadi
faktor resiko utama penyebab stroke perdarahan, serta tidak memiliki riwayat
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus maupun atrial fibrilasi yang kerap menjadi
faktor resiko stroke iskemik.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Mahar Marjono, DR. Prof ; Neurologi Klinik Dasar. 2008. Jakarta: Dian
Rakyat.
2. Lumbantobing, DR. Prof. Neurologi Klinik-Pemeriksaan Fisik dan Mental.
2008. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Misbach et al (ed). Guidelines Stroke 2007. Jakarta: PERDOSSI.
4. D. Adams. Victor’s. Cerebrovasculer diseases in Principles of Neurology 8th
Edition. McGraw-Hill Proffesional. 2005. Hal: 660-67
5. Simon, Roger P. Clinical Neurology 7th edition. 2009. USA: Mc Graw Hill.
6. Duus, Peter. 2006. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala. Jakarta: EGC.
7. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: PERDOSSI.
8. Aliah, A ; Kuswara, F.F ; Limoa, R.A ; Wuysang, G. Gambaran Umum
Tentang GPDO. Dalam Harsono: Kapita Selekta Neurologi. UGM Press,
Yogyakarta. 2000, 81– 101.
9. Ranakusuma T. Pedoman Penatalaksanaan Stroke bagi Dokter Umum dalam
Updates in Neuroemergencies. 2002. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
28
Download