LAPORAN PENDAHULUAN A. Pengertian Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus. Mekanisme pengaturan suhu tubuh di hipotalamus disebut termostat hipotalamus. Sedangkan pada dengan alat tubuh yang belum sempurna berfungsi seperti bayi matur memiliki masalah dalam pengaturan suhu tubuh Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi panas. Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus. Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi akan berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya panas karena lingkungan. Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin yang relatif lebih dingin. Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu tubuh 2-3ºC, terutama hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan. Pada BBLR mengalami kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas. (ilmu kebidanan, 2002) Pengaturan panas pada bayi berhubungan dengan metabolisme dan penggunaan oksigen. Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal, penggunaan oksigen dan metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh harus dipertahankan untuk keseimbangan panas. Lingkungan bayi baru lahir harus dipertahankan pada suhu yang tidak menyebabkan peningkatan laju metabolik yang terlalu besar untuk mempertahankan suhu tubuh bayi tersebut. Bayi yang prematur dapat menghamburkan oksigen dan kalori yang sangat berharga hanya untuk melaksanakan fungsi ini. Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan merespon dengan meningkatkan oksigen dan memperbesar metabolisme 1 sehingga akan meningkatkan produksi panas. Bila bayi berada ditempat terbuka dengan lingkungan yang dingin dapat menyebabkan habisnya cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis. 1. Produksi panas atau Thermogenesis Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru memerlukan penambahan panas. Bayi mempunyai mekanisme fisiologi untuk meningkatkan produksi panas dipengaruhi oleh karena : Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan Thermogenesis Kimiawi : a. Basal Metabolisme Rate Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh selama istirahat mutlak dan keadaan sadar. Pada bayi baru lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme penting untuk memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor kulit menurun pada suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan diteruskan kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem saraf simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi stres dingin. Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal berakhir pada lemak coklat yang menyebabkan trigliserid dapat dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam lemak). Oksidasi asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak coklat habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan berkurang. Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya oksigen, glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi untuk mengubah menjadi panas.Kemampuan bayi untuk menghasilkan panas dapat berubah pada keadaan patologis seperti hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi. b. Aktifitas otot 2 Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena suhu yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti metabolisme rate pada bayi sudah cukup. c. Thermogenesis Kimiawi Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh rangsang saraf simpatis. d. Aliran Darah ke Kulit Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit pada konduksi panas dari inti tubuh permukaan kulit menggambarkan peningkatan konduksi panas hampir delapan kali lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur radiator panas yang efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit. Dengan meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan sumber panas yang baik bagi bayi. B. Etiologi 1. Hilangnya Panas dari Tubuh Bayi Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu : a. Radiasi Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan obyek yang tidak berhubungan langsung dengan bayi. Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin. Contoh : udara dingin pada dinding luar dan jendeladan penyekat tempat tidur bayi yang dingin. 3 b. Evaporasi Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit bayi menguap. Contoh : Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban, Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi. c. Konduksi Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung dengan permukaan obyek yang dingin. Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin. Contoh : Tangan perawat yang dingin, tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin d. Konveksi Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang dingin menyentuk kulit bayi. Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekliling bayi yang dingin. Contoh : Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka, aliran udara dari pipa AC. Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh karena : Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak kedinginan Lemak subcutan sedikit dan Epidermis tipis Pembuluh darah mudah dipengaruhi suhu lingkungan Kelenturan tubuh bayi menurun Jaringan adiposa sedikit 4 2. Penyebab Peningkatan Suhu Tubuh Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu . zat yang dapat menyebabkan efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan demam disebut pirogen . zat pirogen ini dapat berupa protein , pecahan protein , dan zat lain . terutama toksin polisakarida , yang dilepas oleh bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat menyebabkan demam selama keadaan sakit . C. Klasifikasi 1. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir Bayi tidak mau minum atau menetek Bayi tampak lesu atau mengantuk saja Tubuh bayi teraba dingin Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras(Skleremia) b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin) Aktifitas berkurang, letargis Tangisan lemah Kulit berwarna tidak rata Kemampuan menghiisap lemah Kaki teraba dingin c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin) Sama dengan hipotermi sedang Bibir dan kuku kebiruan Pernafasan lambat Pernafasan tidak teratur Bunyi jantung lambat Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang Bagian tubuh lainnya pucat 5 Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan (Sklerema). 2. Fase – Fase Terjadinya Hipertermi a. Fase I : awal Peningkatan denyut jantung . Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan . Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat . Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi . Merasakan sensasi dingin . Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi . Rambut kulit berdiri . Pengeluaran keringat berlebih . Peningkatan suhu tubuh . b. Fase II : proses demam Proses menggigil lenyap . Kulit terasa hangat / panas . Merasa tidak panas / dingin . Peningkatan nadi & laju pernapasan . Peningkatan rasa haus . Dehidrasi ringan sampai berat . Mengantuk , delirium / kejang akibat iritasi sel saraf . Lesi mulut herpetik . Kehilangan nafsu makan . Kelemahan , keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein . c. Fase III : pemulihan Kulit tampak merah dan hangat . Berkeringat . Menggigil ringan . Kemungkinan mengalami dehidrasi . 6 D. Patofisiologi Respon Bayi terhadap Hipotermi Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan saraf pusat, distimuli sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi panas. Hiperthermi Masuknya kuman/penyakit Pengeluaran endotoksin Merangsang hipotalamus Proses inflamasi Respon tubuh Hiperthermi 7 E. Pengkajian Keperawatan Adalah pengkajian dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebutuhan serta masalahnya. 1. Riwayat Keperawatan a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak. c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh d. Adanya riwayat trauma kepala 2. Pengkajian Fisik a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan c. Adanya kelemahan dan keletihan d. Adanya kejang e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning 3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan a. Tingkat perkembangan anak terganggu b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit. 4. Pengetahuan Keluarga a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya F. Diagnosa Keperawatan Hipertermia b.d. penyakit/ trauma 8 G. Rencana Tindakan Keperawatan Diagnosa Keperawatan : Hipertermia b.d. penyakit/ trauma. NOC : Thermoregulation Kriteria hasil : 1. Suhu tubuh dalam rentang normal 2. Nadi dan RR dalam rentang normal 3. Skala : a. Tidak pernah menunjukkan b. Jarang menunjukkan c. Kadang menunjukkan d. Sering menunjukkan e. Selalu menunjukkan NIC : Fever Treatment 1. Monitor suhu sesering mungkin. 2. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR. 3. Monitor intake dan output. 4. Berikan antipiretik. 5. Kolaborasi pemberian cairan intravena. H. Evaluasi Hipertermia b.d. penyakit/ trauma. Kriteria hasil : 1. Suhu tubuh dalam rentang normal. 2. Nadi dan RR dalam rentang normal 9 DAFTAR PUSTAKA Slideshare. “Sistem Termoregulasi”. https://www.slideshare.net/agusmelvian/ltmsistem-termoregulasi /2013 (diakses pada tanggal 19 Desember 2019) DOCplayer. “Definisi kebutuhan termoregulasi”. https://docplayer.info/71306498-Laporan-pendahuluan-konsep-kebutuhanmempertahankan-suhu-tubuh-normal-i-1-definisi-kebutuhantermoregulasi.html/2019 (diakses pada tanggal 19 Desember 2019) 10 I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Def i nisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas, sehingga panas dalam tubuh dipertahankan secara konstan. Termogulasi manusia berpusat pada hipotalamus interior. Suhu atau termoregulasi merupakan suatu perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang hilang kelingkungan eksternal atau substansi panas dingin atau permukaan kulit tubuh. I.2 Fisiologi sistem/ fungsi normal sistem termoregulasi Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki 3 bagian yaitu sensor dibagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan sistem efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran panas (Kozier, et al 2011). Panas diproduksi didalam tubuh melalui metabolisme yang merupakan reaksi kimia pada sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan bakteri yang utama bagi metabolisme. Termoregulasi membutuhkan fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia memerlukan 11 bila metabolisme meningkat, panas tubuh meningkat dan diproduksi. Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot polos, gerakan otot dan termogenesis. I.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem termoregulasi F aktor yang mempengaruhi s u hu tubuh antara lain : Usia Pada bayi dan balita belum terjadi kamatangan mekanisme pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan pada suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Regulasi suhu tidak stabil dari anak-anak sampai mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit daripada dewasa awal. Olahraga Aktivitass otot memerlukan peningkatan suplai darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Beberapa bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas terjadi peningkatkan suhu tubuh. Kadar hormon Umumnnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh lebih besar daripada pria. Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus menstruasi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubuhan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode 12 panas tubuh yang instens da perspirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 4 0 C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor. Stress Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme yang akan meningkatkan produksi panas. Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu tubuh lingkungan. Laju Metabolisme Basal (BMR) Laju Metabolisme Basal (BMR) merupakan penggunaan energi yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan aktivitas penting seperti bernapas. Laju metabolisme akan meningkat seiring dengan peningkatan usia. A k tivitas otot Aktivitas otot termasuk menggigil akan meningkatkan laju metabolisme. 13 Demam Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian akan meningkatkan suhu tubuh. I.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem termoregulasi Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain sebagai berikut : a. Kelelahan akibat panas Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan lingkungan yang terpejan panas. b. Hipertemia Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermi. c. Hipotermia Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermi. d. Headstroke Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tubuh tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas, kondisi ini disebut hea d stoke. II. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan 14 II.1 Pengkajian II.1.1 Riwayat keperawatan 1) Keluhan utama Keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian ; panas. 2) Riwayat kesehatan sekarang Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit, sejak kapan timbul demam, sifat demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya mual, muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot dan sendi, dll), apakah menggigil, dan gelisah. 3) Riwayat penyakit terdahulu Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien, 4) Riwayat kesahatan keluarga Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak. 5) Riwayat psikologis II.1.2 Pemeriksaan fisik : Data fokus 1) Hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah (24 jam). 15 2) Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor (dingin, kering, kemerahan, hangat turgor menurun). 3) Tanda – tanda dehidrasi. 4) Perubahan tingkah laku seperti bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan sakit kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll. II.1.3 Pemeriksaan penunjang II.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul Diagnos a I: Hipotermia berhubungan dengan penuaan ditandai dengan penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal dan menggigil. II.2.1 Definisi Suhu tubuh di bawah rentang normal. II.2.2 Batasan karakteristik Objektif Kulit dingin Bantalan kuku sianosis Hipertensi 16 Pucat Merinding Menggigil Pucat Penurunan suhu tubuh dibawah normal Lambatnya isi ulang kapiler Denyut jantung yang melaju cepat II.2.3 Faktor yang berhubungan Penuaan Konsumsi alkohol Kerusakan hipotalamus Penurunan laju metabolik Kulit berkeringat pada lingkungan yang dingin Penyakit atau trauma K etidakmampuan atau penurunan kemampuan 17 untuk menggigil Ketidakaktifan Penggunaan pakaian yang tidak mencukupi Malnutrisi Obat-obatan (menyebabkan vasodilatasi) Terpajan lingkungan yang dingin atau kedinginan (dalam waktu yang lama) Diagnosa II : Hipertermia berhubungan dengan penyakit II.2.4 Definisi Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal II.2.5 Batasan karakteristik Kulit merah Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal Frekuensi nafas meningkat Kejang Kulit teraba hangat Takikardi Takipnea 18 II.2.6 Faktor yang berhubungan Dehidrasi Penyakit atau trauma Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk berkeringat Pakaian yang tidak tepat Peningkatan laju metabolisme Obat atau anastesia Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka panjang) Aktivitas yang berlebihan 2.3 Perencanaan Diagnos a I: Hipotermia berhubungan dengan penuaan ditandai dengan penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal dan menggigil. 2.3.1 Tujuan dan Kriteria Hasil ( outcomes criteria) : berdasarkan NO C 19 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1X24 jam, suhu tubuh pasien dapat dipertahankan dalam batas normal dengan kriteria hasil : Suhu 36 – 37 ºC Tidak menggigil Tidak pucat 2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC Intervensi : Pantau suhu paling sedikit setiap dua jam, jika perlu. Rasional : Perubahan suhu yang signifikan membantu dalam pemberian intervensi selanjutnya. Intervensi : Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut penghangat, alat-alat pemanas mekanis, suhu ruangan yang disesuaikan, botol dengan air hangat, berendam di air hangat, dan minum air hangat sesuai toleransi. Rasional : P emberian selimut tambahan dan penghangat lainnya dapat mengurangi evaporasi dan radiasi sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan, 20 Intervensi : Batasi aktifitas pasien. Rasional : Aktifitas yang tinggi meningkatkan metabolisme tubuh sehingga meningkatkan pengeluaran panas dari tubuh. Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan. Rasional : Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk membantu pasien dan memberikan motivasi. Diagnosa II : Hipertermia berhubungan dengan penyakit . 2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil ( outcomes criteria) : berdasarkan NOC Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam, suhu tubuh pasien kembali dalam rentang normal. 2.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC Intervensi : Pantau keadaan suhu tubuh pasien. Rasional : Mengetahui kondisi suhu tubuh pasien . Intervensi: Berikan kompres hangat pada bagian tubuh axilla atau pangkal paha. 21 Rasional : Dengan menghangatkan seluruh permukaan kulit, terjadi pelebaran pembuluh darah di seluruh kulit sehingga aliran darah bertambah dan panas tubuh makin cepat dibuang ke udara . Intervensi : Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik. . Rasional : Men urunkan suhu tubuh pasien. Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan. Rasional : Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk membantu pasien dan memberikan motivasi. Rasional : Dengan menghangatkan seluruh permukaan kulit, terjadi pelebaran pembuluh darah di seluruh kulit sehingga aliran darah bertambah dan panas tubuh makin cepat dibuang ke udara . Intervensi : Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik. . Rasional : Men urunkan suhu tubuh pasien. Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan. Rasional : 22 Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk membantu pasien dan memberikan motivasi. III. Daftar Pustaka Cameron, J.R, dkk.Fisika Tubuh Manusia, EGC. Jakarta, 2006.Nanda international. 2012.Diagnosis keperawatan: definisi danklasifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC Potter & Perry. 2005.Fundamental Keperawatan, volume 1. Jakarta :EGC Wilkinson J.M & Ahern N.R. 2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi 9. Jakarta : EGC 23