Uploaded by Syarif Muhammad

Isi LP Termoregulasi

advertisement
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan
hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak
pada hipotalamus. Mekanisme pengaturan suhu tubuh di hipotalamus disebut
termostat hipotalamus. Sedangkan pada dengan alat tubuh yang belum
sempurna berfungsi seperti bayi matur memiliki masalah dalam pengaturan suhu
tubuh
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya
keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi panas.
Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi akan berusaha
menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya panas
karena lingkungan. Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari
lingkungan intra uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin yang relatif lebih
dingin. Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu tubuh 2-3ºC, terutama
hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi
yang
tidak
segera
dikeringkan.
Pada
BBLR
mengalami
kesulitan
mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah
akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit. Kondisi tersebut akan
memacu tubuh menjadi dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan
produksi panas. (ilmu kebidanan, 2002)
Pengaturan panas pada bayi berhubungan dengan metabolisme dan
penggunaan oksigen. Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal,
penggunaan oksigen dan metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh harus
dipertahankan untuk keseimbangan panas. Lingkungan bayi baru lahir harus
dipertahankan pada suhu yang tidak menyebabkan peningkatan laju metabolik
yang terlalu besar untuk mempertahankan suhu tubuh bayi tersebut. Bayi yang
prematur dapat menghamburkan oksigen dan kalori yang sangat berharga hanya
untuk melaksanakan fungsi ini.
Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan
merespon dengan meningkatkan oksigen dan memperbesar metabolisme
1
sehingga akan meningkatkan produksi panas. Bila bayi berada ditempat terbuka
dengan lingkungan yang dingin dapat menyebabkan habisnya cadangan glikogen
dan menyebabkan asidosis.
1.
Produksi panas atau Thermogenesis
Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru
memerlukan penambahan panas. Bayi mempunyai mekanisme fisiologi
untuk
meningkatkan
produksi
panas
dipengaruhi
oleh
karena
:
Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan Thermogenesis
Kimiawi :
a.
Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan
tubuh selama istirahat mutlak dan keadaan sadar. Pada bayi baru lahir,
gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme penting untuk
memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor kulit
menurun pada suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan
diteruskan kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem saraf
simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang merupakan
sumber panas yang utama untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal
berakhir pada lemak coklat yang menyebabkan trigliserid dapat
dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam lemak). Oksidasi
asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak coklat
habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan
berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya
oksigen, glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi
untuk mengubah menjadi panas.Kemampuan bayi untuk menghasilkan
panas dapat berubah pada keadaan patologis seperti hipoksia, asidosis,
dan hipoglikemi.
b.
Aktifitas otot
2
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena
suhu yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan
metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti
metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
c.
Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh
rangsang saraf simpatis.
d.
Aliran Darah ke Kulit
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas
yang disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah
kulit pada konduksi panas dari inti tubuh permukaan kulit
menggambarkan peningkatan konduksi panas hampir delapan kali lipat.
Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur radiator panas yang
efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas
yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit. Dengan meletakan bayi
telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi
sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan
sumber panas yang baik bagi bayi.
B. Etiologi
1.
Hilangnya Panas dari Tubuh Bayi
Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena
itu suhu tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal
and Neonatal Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui
empat cara yaitu :
a.
Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih
dingin, dan obyek yang tidak berhubungan langsung dengan bayi. Hal
tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan
sekitar bayi yang lebih dingin.
Contoh : udara dingin pada dinding luar dan jendeladan penyekat
tempat tidur bayi yang dingin.
3
b.
Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi
menguap. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban
yang membasahi kulit bayi menguap.
Contoh : Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban,
Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.
c.
Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak
langsung dengan permukaan obyek yang dingin. Pernyataan tersebut
dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi
langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh : Tangan perawat yang dingin, tempat tidur, selimut,
stetoskop yang dingin
d.
Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena
aliran udara yang dingin menyentuk kulit bayi. Hal tersebut terjadi
karena aliran udara sekliling bayi yang dingin.
Contoh : Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka,
aliran udara dari pipa AC.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan
oleh karena :
 Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan
sempurna
 Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
 Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
 Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak
kedinginan
 Lemak subcutan sedikit dan Epidermis tipis
 Pembuluh darah mudah dipengaruhi suhu lingkungan
 Kelenturan tubuh bayi menurun
 Jaringan adiposa sedikit
4
2.
Penyebab Peningkatan Suhu Tubuh
Hipertermi dapat disebabkan gangguan otak atau akibat bahan toksik
yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu . zat yang dapat menyebabkan
efek perangsangan terhadap pusat pengaturan suhu sehingga menyebabkan
demam disebut pirogen . zat pirogen ini dapat berupa protein , pecahan
protein , dan zat lain . terutama toksin polisakarida , yang dilepas oleh
bakteri toksik / pirogen yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh dapat
menyebabkan demam selama keadaan sakit .
C. Klasifikasi
1. Penilaian Hipotermi Bayi Baru Lahir
a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir

Bayi tidak mau minum atau menetek

Bayi tampak lesu atau mengantuk saja

Tubuh bayi teraba dingin

Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh
bayi mengeras(Skleremia)
b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)

Aktifitas berkurang, letargis

Tangisan lemah

Kulit berwarna tidak rata

Kemampuan menghiisap lemah

Kaki teraba dingin
c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)

Sama dengan hipotermi sedang

Bibir dan kuku kebiruan

Pernafasan lambat

Pernafasan tidak teratur

Bunyi jantung lambat

Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik
d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi

Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang

Bagian tubuh lainnya pucat
5

Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan
tangan (Sklerema).
2.
Fase – Fase Terjadinya Hipertermi
a. Fase I : awal

Peningkatan denyut jantung .

Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan .

Menggigil akibat tegangan dan kontraksi obat .

Kulit pucat dan dingin karena vasokonstriksi .

Merasakan sensasi dingin .

Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokonstriksi .

Rambut kulit berdiri .

Pengeluaran keringat berlebih .

Peningkatan suhu tubuh .
b. Fase II : proses demam

Proses menggigil lenyap .

Kulit terasa hangat / panas .

Merasa tidak panas / dingin .

Peningkatan nadi & laju pernapasan .

Peningkatan rasa haus .

Dehidrasi ringan sampai berat .

Mengantuk , delirium / kejang akibat iritasi sel saraf .

Lesi mulut herpetik .

Kehilangan nafsu makan .

Kelemahan , keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme
protein .
c. Fase III : pemulihan

Kulit tampak merah dan hangat .

Berkeringat .

Menggigil ringan .

Kemungkinan mengalami dehidrasi .
6
D. Patofisiologi
Respon Bayi terhadap Hipotermi
Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls
kesusunan saraf pusat, distimuli sistem saraf simpatis, norephineprin
dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan
lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi panas.
Hiperthermi
Masuknya kuman/penyakit
Pengeluaran endotoksin
Merangsang hipotalamus
Proses inflamasi
Respon tubuh
Hiperthermi
7
E. Pengkajian Keperawatan
Adalah pengkajian dasar proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan tentang penderita agar dapat mengidentifikasi kebutuhan serta
masalahnya.
1.
Riwayat Keperawatan
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA,
pneumonia, gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela
dan campak.
c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
d. Adanya riwayat trauma kepala
2.
Pengkajian Fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba
hangat
b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
c. Adanya kelemahan dan keletihan
d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan
kalium, jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3.
Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya
pada waktu sakit.
4.
Pengetahuan Keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
F. Diagnosa Keperawatan
Hipertermia b.d. penyakit/ trauma
8
G. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan :
Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.
NOC
:
Thermoregulation
Kriteria hasil
:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
3. Skala
:
a. Tidak pernah menunjukkan
b. Jarang menunjukkan
c. Kadang menunjukkan
d. Sering menunjukkan
e. Selalu menunjukkan
NIC
:
Fever Treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin.
2. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR.
3. Monitor intake dan output.
4. Berikan antipiretik.
5. Kolaborasi pemberian cairan intravena.
H. Evaluasi
Hipertermia b.d. penyakit/ trauma.
Kriteria hasil
:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal.
2. Nadi dan RR dalam rentang normal
9
DAFTAR PUSTAKA
Slideshare. “Sistem Termoregulasi”. https://www.slideshare.net/agusmelvian/ltmsistem-termoregulasi /2013 (diakses pada tanggal 19 Desember 2019)
DOCplayer.
“Definisi
kebutuhan
termoregulasi”.
https://docplayer.info/71306498-Laporan-pendahuluan-konsep-kebutuhanmempertahankan-suhu-tubuh-normal-i-1-definisi-kebutuhantermoregulasi.html/2019 (diakses pada tanggal 19 Desember 2019)
10
I.
Konsep kebutuhan
mempertahankan suhu tubuh normal
I.1
Def
i
nisi kebutuhan termoregulasi
Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia
mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas,
sehingga panas dalam tubuh dipertahankan secara konstan.
Termogulasi manusia berpusat pada hipotalamus interior. Suhu atau
termoregulasi merupakan suatu perbedaan antara jumlah panas yang
dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang hilang kelingkungan
eksternal atau substansi panas dingin atau permukaan kulit tubuh.
I.2
Fisiologi sistem/ fungsi normal sistem termoregulasi
Sistem yang mengatur suhu tubuh memiliki 3 bagian yaitu sensor
dibagian permukaan dan inti tubuh, integrator di hipotalamus, dan
sistem efektor yang dapat menyesuaikan produksi serta pengeluaran
panas (Kozier,
et al
2011).
Panas diproduksi didalam tubuh melalui metabolisme yang merupakan
reaksi kimia pada sel tubuh. Makanan merupakan sumber bahan
bakteri yang utama bagi metabolisme. Termoregulasi membutuhkan
fungsi normal dari proses produksi panas. Reaksi kimia memerlukan
11
bila metabolisme meningkat, panas tubuh meningkat dan diproduksi.
Produksi panas terjadi selama istirahat, gerakan otot polos, gerakan
otot dan termogenesis.
I.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
termoregulasi
F
aktor yang mempengaruhi s
u
hu tubuh antara lain :

Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kamatangan mekanisme
pengaturan suhu sehingga dapat terjadi perubahan pada suhu
tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Regulasi suhu tidak
stabil dari anak-anak sampai mencapai pubertas. Rentang suhu
normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati
lansia. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih
sempit daripada dewasa awal.

Olahraga
Aktivitass otot memerlukan peningkatan suplai darah dan
pemecahan karbohidrat dan lemak. Beberapa bentuk olahraga
meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi
panas terjadi peningkatkan suhu tubuh.

Kadar hormon
Umumnnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh lebih besar
daripada pria. Hal ini karena ada variasi hormonal saat siklus
menstruasi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa
subur seorang wanita. Perubuhan suhu tubuh juga terjadi pada
wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode
12
panas tubuh yang instens da perspirasi selama 30 detik sampai
5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh
sementara sebanyak 4
0
C, yang sering disebut
hot flashes.
Hal
ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor.

Stress
Stress fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh
melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini
meningkatkan metabolisme yang akan meningkatkan produksi
panas.

Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah
mengikuti suhu tubuh lingkungan.

Laju Metabolisme Basal (BMR)
Laju Metabolisme Basal (BMR) merupakan penggunaan energi
yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan aktivitas
penting seperti bernapas. Laju metabolisme akan meningkat
seiring dengan peningkatan usia.

A
k
tivitas otot
Aktivitas otot termasuk menggigil akan meningkatkan laju
metabolisme.

13
Demam
Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian
akan meningkatkan suhu tubuh.
I.4
Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem
termoregulasi
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara
lain sebagai berikut :
a.
Kelelahan akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan
lingkungan yang terpejan panas.
b.
Hipertemia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau
menurunkan produksi panas adalah hipertermi.
c.
Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap
dingin mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi
panas, mengakibatkan hipotermi.
d.
Headstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan
dengan suhu tubuh tinggi dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas, kondisi ini disebut hea
d
stoke.
II.
Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan
14
II.1
Pengkajian
II.1.1
Riwayat keperawatan
1)
Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian ;
panas.
2)
Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk
rumah sakit, sejak kapan timbul demam, sifat
demam, gejala lain yang menyertai demam
(misalnya mual, muntah, nafsu makan, eliminasi,
nyeri otot dan sendi, dll), apakah menggigil, dan
gelisah.
3)
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh pasien,
4)
Riwayat kesahatan keluarga
Riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang
lain baik bersifat genetik atau tidak.
5)
Riwayat psikologis
II.1.2
Pemeriksaan fisik : Data fokus
1)
Hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai
perintah (24 jam).
15
2)
Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor (dingin,
kering, kemerahan, hangat turgor menurun).
3)
Tanda – tanda dehidrasi.
4)
Perubahan tingkah laku seperti bingung,
disorientasi, gelisah, disertai dengan sakit kepala,
nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
II.1.3
Pemeriksaan penunjang
II.2
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnos
a
I:
Hipotermia berhubungan dengan penuaan ditandai
dengan penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal dan
menggigil.
II.2.1
Definisi
Suhu
tubuh di bawah rentang normal.
II.2.2
Batasan karakteristik
Objektif
Kulit dingin
Bantalan kuku sianosis
Hipertensi
16
Pucat
Merinding
Menggigil
Pucat
Penurunan suhu tubuh dibawah normal
Lambatnya isi ulang kapiler
Denyut jantung yang melaju cepat
II.2.3
Faktor yang berhubungan
Penuaan
Konsumsi alkohol
Kerusakan hipotalamus
Penurunan laju metabolik
Kulit berkeringat pada lingkungan yang dingin
Penyakit
atau trauma
K
etidakmampuan atau penurunan kemampuan
17
untuk menggigil
Ketidakaktifan
Penggunaan pakaian yang tidak mencukupi
Malnutrisi
Obat-obatan (menyebabkan vasodilatasi)
Terpajan lingkungan yang dingin atau kedinginan
(dalam waktu yang lama)
Diagnosa II : Hipertermia berhubungan dengan penyakit
II.2.4
Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
II.2.5
Batasan karakteristik
Kulit merah
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
Frekuensi nafas meningkat
Kejang
Kulit teraba hangat
Takikardi
Takipnea
18
II.2.6
Faktor yang berhubungan
Dehidrasi
Penyakit atau trauma
Ketidakmampuan atau penurunan kemampuan
untuk berkeringat
Pakaian yang tidak tepat
Peningkatan laju metabolisme
Obat atau anastesia
Terpajan pada lingkungan yang panas (jangka
panjang)
Aktivitas yang berlebihan
2.3
Perencanaan
Diagnos
a
I:
Hipotermia berhubungan dengan penuaan ditandai dengan
penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal dan menggigil.
2.3.1
Tujuan dan Kriteria Hasil (
outcomes criteria)
: berdasarkan NO
C
19
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1X24 jam,
suhu tubuh
pasien
dapat
dipertahankan
dalam batas normal dengan kriteria hasil :

Suhu 36 – 37 ºC

Tidak menggigil

Tidak pucat
2.3.2
Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC

Intervensi :
Pantau suhu paling sedikit setiap dua jam, jika perlu.
Rasional :
Perubahan suhu yang signifikan membantu dalam
pemberian intervensi selanjutnya.

Intervensi :
Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut penghangat,
alat-alat pemanas mekanis, suhu ruangan yang disesuaikan, botol
dengan air hangat, berendam di air hangat, dan minum air hangat
sesuai toleransi.
Rasional :
P
emberian selimut tambahan dan penghangat lainnya dapat
mengurangi evaporasi dan radiasi sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan,

20
Intervensi :
Batasi aktifitas pasien.
Rasional :
Aktifitas yang tinggi meningkatkan metabolisme tubuh
sehingga meningkatkan pengeluaran panas dari tubuh.

Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk membantu
pasien dan memberikan motivasi.
Diagnosa II : Hipertermia berhubungan dengan penyakit
.
2.3.3
Tujuan dan Kriteria Hasil (
outcomes criteria)
: berdasarkan NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam,
suhu tubuh pasien
kembali dalam rentang normal.
2.3.4
Intervensi keperawatan dan rasional : berdasarkan NIC

Intervensi :
Pantau keadaan suhu tubuh pasien.
Rasional :
Mengetahui kondisi
suhu tubuh pasien
.

Intervensi:
Berikan kompres hangat pada bagian tubuh axilla atau
pangkal paha.
21
Rasional :
Dengan menghangatkan seluruh permukaan kulit, terjadi
pelebaran pembuluh darah di seluruh kulit sehingga aliran darah
bertambah dan panas tubuh makin cepat dibuang ke udara
.

Intervensi :
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik.
.
Rasional : Men
urunkan suhu tubuh pasien.

Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
Rasional :
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk membantu
pasien dan memberikan motivasi.
Rasional :
Dengan menghangatkan seluruh permukaan kulit, terjadi
pelebaran pembuluh darah di seluruh kulit sehingga aliran darah
bertambah dan panas tubuh makin cepat dibuang ke udara
.

Intervensi :
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiretik.
.
Rasional : Men
urunkan suhu tubuh pasien.

Intervensi : Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.
Rasional :
22
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk membantu
pasien dan memberikan motivasi.
III. Daftar Pustaka
Cameron, J.R, dkk.Fisika Tubuh Manusia, EGC. Jakarta, 2006.Nanda
international. 2012.Diagnosis keperawatan: definisi danklasifikasi 2012 – 2014.
Jakarta : EGC
Potter & Perry. 2005.Fundamental Keperawatan, volume 1. Jakarta :EGC
Wilkinson J.M & Ahern N.R. 2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Edisi 9.
Jakarta : EGC
23
Download