BAB I PENDAHULUAN 1.1 DEFINISI Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara, Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. 1.2 TUJUAN Barang Milik Negara (BMN) pada dasarnya digunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga dalam rangka menjamin tertib dalam penggunaan, pengguna barang harus melaporkan kepada pengelola barang atas semua BMN yang diperoleh untuk ditetapkan status penggunaannya. 1.3 DASAR HUKUM 1. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara 2. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 87/PMK.06/2016 Perubahan atas Perubanah atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara 1.4 PRINSIP UMUM a) Penggunaan BMN dibatasi hanya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. b) Pengguna Barang wajib menyerahkan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya kepada Pengelola Barang. c) Subjek pelaksanaan Penggunaan BMN meliputi: a. Pengelola Barang; b. Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang. 1 d) Penggunaan untuk dioperasikan oleh pihak lain, Penggunaan sementara, pengalihan status Penggunaan, pemanfaatan, atau pemindahtanganan, hanya dapat dilakukan terhadap BMN yang telah memperoleh penetapan status Penggunaan 2 BAB II ISI 2.1 PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BMN 2.1.1 PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BMN OLEH PENGELOLA BARANG A. Permohonan (1) Permohonan penetapan status Penggunaan BMN diajukan secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lama 6 (enam) bulan sejak BMN diperoleh. (2) Permohonan penetapan status Penggunaan BMN harus disertai dokumen sebagai berikut: a. untuk BMN berupa tanah, yakni fotokopi dokumen kepemilikan berupa sertipikat; b. untuk BMN berupa bangunan: 1. otokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 2. fotokopi dokumen perolehan; dan 3. fotokopi dokumen lainnya, seperti Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan barang; c. untuk BMN berupa tanah dan bangunan 1. fotokopi dokumen kepemilikan tanah berupa sertipikat; 2. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); 3. fotokopi dokumen perolehan bangunan; dan 4. fotokopi dokumen lainnya, seperti Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan barang; d. untuk BMN selain tanah dan/ atau bangunan: 1. Yang memiliki dokumen kepemilikan: fotokopi dokumen kepemilikan, seperti Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), bukti pemilikan pesawat terbang, bukti pemilikan kapal laut, atau dokumen lain yang setara dengan bukti kepemilikan; fotokopi dokumen lainnya, seperti Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) atau Berita Acara Serah Terima (BAST) terkait perolehan barang; 3 2. yang tidak memiliki dokumen kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/ satuan, yakni fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan barang clan dokumen lainnya; e. untuk BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dilakukan pemindah tanganan dengan cara Penyertaan Modal Pemerintah Pusat (PMPP): 1. fotokopi dokumen penganggaran, seperti Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA); 2. fotokopi hasil audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah atau Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; 3. fotokopi dokumen kepemilikan berupa sertipikat, untuk BMN berupa tanah; 4. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), untuk BMN berupa bangunan; 5. fotokopi dokumen perolehan bangunan, untuk BMN berupa bangunan; 6. fotokopi dokumen lainnya, seperti Berita Acara Serah Terima (BAST) perolehan barang; clan 7. fotokopi Berita Acara Serah Terima (BAST) pengelolaan sementara BMN, dalam hal BMN yang akan dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat (PMPP) secara fisik sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang; f. Dalam hal dokumen penganggaran berupa Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tidak secara tegas menyatakan BMN direncanakan untuk dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat (PMPP), maka permohonan didukung dengan: 1. fotokopi Kerangka Acuan Kerja (KAK); 2. fotokopi Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L); atau 3. fotokopi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK); g. fotokopi dokumen harus disertai dengan surat keterangan dari pejabat struktural yang Kernenterian / lembaga menyatakan kebenaran tersebut. berwenang pada bersangkutan yang fotokopi dokumen (3) Dikecualikan terhadap BMN berupa tanah yang belum memiliki dokumen kepemilikan berupa sertifikat, dokumen kepemilikan tersebut diganti dengan: 4 a) fotokopi dokumen kepemilikan/ penguasaan, seperti Akta Jual Beli (AJB), Girik, Letter C, Berita Acara Serah Terima (BAST) terkait perolehan barang, dan ledger jalan; b) Surat Pernyataan Tanggung Jawab bermeterai cukup yang ditandatangani oleh pejabat struktural yang berwenang di lingkungan unit organisasi eselon I pada Kementerian/Lembaga bersangkutan yang menyatakan bahwa tanah tersebut digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga; c) surat keterangan dari Lurah/ Camat setempat yang memperkuat pernyataan jika ada; dan d) surat permohonan pendaftaran hak atas tanah dari satuan kerja pada Kementerian/Lembaga kepada Kantor Pertanahan, jika ada. 4) Dikecualikan dari ketentuan terhadap BMN berupa bangunan yang tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (1MB), dokumen perolehan, dan/ atau dokumen lainnya, dokumen tersebut diganti dengan Surat Pernyataan Tanggung J awab bermeterai cukup yang ditandatangani oleh pejabat struktural yang berwenang pada Kementerian/ Lembaga bersangku tan yang menyatakan bahwa bangunan tersebut digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kernen terian / Lembaga. 5) Dikecualikan dari ketentuan dalam hal dokumen kepemilikan dan/ atau dokumen lainnya tidak ada, dokumen tersebut diganti dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab bermeterai cukup yang ditandatangani oleh pejabat struktural yang berwenang pada Kementerian/ Lembaga bersangkutan yang menyatakan bahwa barang tersebut adalah BMN dan digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. 6) Dikecualikan dari ketentuan terhadap BMN selain tanah dan/ atau bangunan yang tidak memiliki dokumen kepemilikan dengan nilai perolehan di atas Rpl00.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/ satuan yang tidak memiliki Berita Acara Serah Terima (BAST) terkait perolehan barang dan dokumen lainnya, dokumen tersebut diganti dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab bermeterai cukup yang ditandatangani oleh pejabat struktural yang berwenang pada Kementerian/Lembaga bersangkutan yang menyatakan bahwa barang tersebut adalah BMN dan digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/ Lembaga. 5 7) Dikecualikan dari ketentuan dalam hal fotokopi dokumen kepemilikan, fotokopi dokumen Izin Mendirikan Bangunan (IMB), fotokopi perolehan bangunan, dan/ atau fotokopi dokumen lainnya tidak ada, dokumen tersebut diganti dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab bermeterai cukup yang ditandatangani oleh pejabat struktural yang berwenang di lingkungan unit orgamsas1 eselon I pada Kementerian/Lembaga bersangkutan yang menyatakan bahwa barang tersebut adalah BMN yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dilakukan pemindahtanganan dengan cara Penyertaan Modal Pemerintah Pusat (PMPP). 8) Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang tetap harus menyelesaikan kepemilikan BMN pengurusan dokumen yang berada dalam penguasaannya, meskipun telah terdapat penetapan status Penggunaan atas BMN bersangkutan yang persyaratannya didasarkan pada pengecualian . B. Penelitian 1) Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan penetapan status Penggunaan BMN dari Pengguna Barang. 2) Penelitian dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan. 3) Dalam hal hasil penelitian belum mencukupi, Pengelola Barang dapat: a. meminta keterangan atau data tambahan kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan penetapan status Penggunaan BMN; b. meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada instansi terkait; dan/ atau c. melakukan pengecekan lapangan C. Penetapan 1) Pengelola Barang melakukan penetapan status Penggunaan BMN dengan mendasarkan pada hasil penelitian. 2) Penetapan status Penggunaan BMN dilakukan melalui keputusan Pengelola Barang. 3) Keputusan Pengelola Barang sekurang-kurangnya memuat: a. pertimbangan penetapan status Penggunaan; b. BMN yang ditetapkan statusnya; c. Pengguna Barang; dan d. tindak lanjut penetapan status Penggunaan BMN. d. Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan Pengguna Barang, Pengelola Barang memberitahukan secara tertulis kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan disertai dengan alasannya. 6 D. Pendaftaran Pengguna Barang melakukan pendaftaran BMN ke dalam Daftar Barang pada Pengguna Barang berdasarkan keputusan penetapan status Penggunaan. 2.1.2 PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BMN OLEH PENGELOLA BARANG TANPA DIDAHULUI USULAN PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN DARI PENGGUNA BARANG 1) Dalam kondisi tertentu, Pengelola Barang dapat menetapkan status penggunaan BMN pada Pengguna Barang tanpa didahului usulan penetapan status Penggunaan dari Pengguna Barang. 2) Kondisi tertentu antara lain: a. adanya sengketa di Pengadilan; b. adanya sengketa pertanahan di Badan Pertanahan Nasional; c. penetapan BMN yang berasal dari perolehan lainnya yang sah; atau d. penetapan BMN yang berasal dari pengalihan status Penggunaan BMN. 3) Penetapan status Penggunaan BMN dilakukan melalui keputusan Pengelola Barang. 4) Keputusan Pengelola Barang sekurang-kurangnya memuat: a. pertimbangan penetapan status Penggunaan; b. BMN yang ditetapkan statusnya; c. Pengguna Barang; dan d. tindak lanjut penetapan status Penggunaan BMN. 2.1.3 PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BMN OLEH PENGGUNA BARANG 1) Penetapan status Penggunaan BMN selain tanah dan/atau bangunan, yang tidak memiliki bukti kepemilikan, dengan nilai perolehan sampai dengan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per unit/satuan dan BMN berupa alat utama sistem persenjataan: a. yang berada dalam penguasaan Kuasa Pengguna Barang, dilakukan oleh Pengguna Barang, dengan didahului oleh permohonan dari Kuasa Pengguna Barang; b. yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang, dilakukan secara langsung oleh Pengguna Barang tanpa didahului dengan permohonan dari Kuasa Pengguna Barang. 2) Penetapan status Penggunaan BMN dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut: a. Kuasa Pengguna Barang mengajukan permohonan secara tertulis kepada Pengguna Barang, dengan melampirkan dokumen terkait perolehan barang; b. Pengguna Barang melakukan penelitian atas permohonan Kuasa Pengguna Barang; c. Dalam hal berdasarkan hasil penelitian, permohonan Kuasa Pengguna Barang dapat disetujui, Pengguna Barang melakukan penetapan status Penggunaan BMN melalui keputusan Pengguna Barang. 7 3) Keputusan Pengguna Barang sekurang-kurangnya memuat a. pertimbangan penetapan status Penggunaan; b. BMN yang ditetapkan statusnya; c. Pengguna Barang; dan d. tindak lanjut penetapan status Penggunaan BMN. 4) Keputusan Pengguna Barang harus dilaporkan kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu) bulan sejak ditetapkan. 5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan status Penggunaan BMN sebagaimana, termasuk kelengkapan dokumennya, ditetapkan oleh Pengguna Barang dengan berpedoman pada Peraturan Menteri . 2.2 PENETAPAN STATUS PENGGUNAAN BMN UNTUK DIOPERASIKAN OLEH PIHAK LAIN 2.2.1 KETENTUAN UMUM 1) BMN yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang, dapat digunakan untuk dioperasikan oleh pihak lain. 2) Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain dilakukan dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi Kementrian / Lembaga. 3) Biaya pemeliharaan BMN selama jangka waktu Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain dibebankan pada: a. Pengguna Barang; b. pihak lain yang mengoperasikan BMN; atau c. Pengguna Barang dan pihak lain yang mengoperasikan BMN. 4) Pembebanan biaya pemeliharaan BMN dapat diberlakukan terhadap BMN yang dioperasikan oleh pihak lain karena penugasan atau kebijakan pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. 5) Pihak lain yang mengoperasikan BMN dilarang melakukan pengalihan atas pengoperasian BMN terse but kepada pihak lainnya dan/ atau memindahtangankan BMN bersangkutan. 6) Dalam hal pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi biaya operasional menghasilkan keuntungan bagi pihak lain yang mengoperasikan BMN, keuntungan tersebut disetor seluruhnya ke rekening Kas Umum Negara sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak, kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundang-undangan. 8 2.2.2 JANGKA WAKTU 1) Pihak lain yang dapat mengoperasikan BMN adalah: a. Badan Usaha Milik Negara; b. Koperasi; c. Pemerintah negara lain; d. organisasi internasional; atau e. badan hukum lainnya. 2) Organisasi internasional merupakan organisasi bilateral atau multilateral yang secara resmi diikuti oleh Indonesia sebagai anggotanya. 3) Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Badan Usaha Milik Negara, Koperasi, atau badan hukum lainnya dilakukan untuk penyelenggaraan pelayanan umum. 4) Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Pemerintah negara lain dilakukan untuk digunakan sebagai fasilitas umum, dengan mempertimbangkan hubungan baik antar negara. 5) Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh organisasi internasional dilakukan untuk melaksanakan kesepakatan yang telah tertuang dalam perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dan organisasi internasional bersangkutan. 6) Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh organisasi internasional dan Pemerintah negara lain hanya dapat dilakukan untuk BMN berupa tanah dan/atau bangunan. Bagian Ketiga Jangka Waktu Pasal 20 Jangka waktu Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain: a. paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang, untuk pengoperasian BMN oleh Badan Usaha Milik Negara, Koperasi, atau badan hukum lainnya; b. paling lama 99 (sembilan puluh sembilan) tahun, untuk pengoperasian BMN oleh Pemerintah negara lain; c. sesuai perjanjian, untuk pengoperasian BMN oleh organisasi internasional. 2.2.3 TATA CARA 1) Permohonan a. Permohonan Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain diajukan secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang, yang sekurang-kurangnya memuat: - data BMN; - pihak lain yang akan mengoperasikan BMN; 9 - jangka waktu Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh pihak lain; - penjelasan serta pertimbangan Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh pihak lain; - materi yang diatur dalam perjanjian; dan - dalam hal pihak lain melakukan pungutan kepada masyarakat, dilampirkan perhitungan estimasi biaya operasional dan besaran pungutan. b. Permohonan harus melampirkan dokumen: - fotokopi keputusan penetapan Penggunaan BMN; status - fotokopi surat permintaan pengoperas1an dari pihak lain yang akan mengoperasikan BMN kepada Pengguna Barang; - surat pernyataan bermeterai cukup dari pihak lain yang akan mengoperasikan BMN yang memuat: 1. pernyataan bahwa: BMN akan dioperasikan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi Kementerian/ Lembaga, untuk pengoperasian BMN oleh Badan Usaha Milik Negara, Koperasi, atau badan hukum lainnya; BMN akan dioperasikan sebagai fasilitas umum, untuk pengoperasian BMN oleh Pemerintah negara lain, sesuai keten tuan yang berlaku di negara setempat; BMN akan dioperasikan sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam perJanJ1an Pemerintah kerja Republik sama antara Indonesia dan organisasi internasional bersangkutan, untuk pengoperasian BMN oleh organisasi internasional; 2. kesediaan untuk menanggung seluruh biaya pemeliharaan BMN yang timbul selama jangka waktu pengoperasian BMN, kecuali BMN akan dioperasikan karena penugasan atau kebijakan pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; 3. kesediaan untuk melakukan penyetoran ke rekening Kas Umum Negara atas keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu pengoperasian BMN, jika ada; 4. pernyataan untuk tidak mengalihkan pengoperasian dan/ atau memindahtangankan BMN selama jangka waktu pengoperasian BMN; dan 10 5. pernyataan untuk mengembalikan BMN kepada Pengguna Barang apabila Pengggunaan BMN untuk dioperasikan pihak lain berakhir. c. Surat pernyataan ditandatangani oleh: - pimpinan Badan Usaha Milik Negara, Koperasi, atau badan hukum lainnya, untuk Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Badan U saha Milik Negara, Koperasi, atau badan hukum lainnya; - pejabat yang berwenang pada Pemerintah negara lain, untuk Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Pemerintah negara lain; - pejabat yang berwenang pada organ1sas1 internasional, untuk Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh organisasi internasional. 2) Penelitian 1. Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan Pengguna Barang mengenai Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh pihak lain. 2. Penelitian dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan. 3. Dalam hal hasil penelitian belum mencukupi, Pengelola Barang dapat: a. meminta keterangan kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh pihak lain; b. meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada pihak lain yang akan mengoperasikan BMN; dan c. mencari informasi dari sumber lainnya. d. Dalam hal hasil penelitian belum mencukupi, Pengelola Barang dapat melakukan pengecekan lapangan dengan mempertimbangkan analisis biaya dan manfaat. 3) Penetapan 1. Pengelola Barang menetapkan Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain dengan mendasarkan pada hasil penelitian . 2. Penetapan dituangkan dalam keputusan Pengelola Barang. 3. Keputusan Pengelola Barang sekurang-kurangnya memuat: a. data BMN; b. jangka waktu Penggunaan BMN untuk dioperasikan pihak lain; c. pihak lain; d. kewajiban pihak lain yang mengoperasikan BMN untuk: 11 - memelihara dan mengamankan BMN yang dioperasikan; dan - menyetorkan keuntungan ke rekening Kas Umum Negara, jika ada; e. kewajiban Pengguna Barang untukmmenindaklanjuti dengan perjanjian; dan f. kewajiban Pengguna Barang untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain, termasuk tetapi tidak terbatas pada besaran pungutan yang dilakukan oleh pihak lain dan keuntungan yang didapat oleh pihak lain. 4. Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain, Pengelola Barang memberitahukan secara tertulis kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan disertai dengan alasannya. 4) Perjanjian 1. Penggunaan BMN untuk dioperasikan oleh pihak lain dituangkan dalam perjanjian yang ditandatangani oleh: a. Pengguna Barang atau pejabat struktural yang diberikan kuasa oleh Pengguna Barang dengan pimpinan Badan Usaha Milik Negara/Koperasi/badan hukum lainnya, untuk Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Badan Usaha Milik Negara/Koperasi/badan hukum lainnya; b. Pengguna Barang atau pejabat struktural yang diberikan kuasa oleh Pengguna Barang dengan pejabat yang berwenang dari Pemerintah negara lain, untuk Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh Pemerintah negara lain; c. Pengguna Barang atau pejabat struktural yang diberikan kuasa oleh Pengguna Barang dengan pejabat yang berwenang dari organisasi internasional, untuk Penggunaan BMN yang dioperasikan oleh organisasi internasional. 2. Penandatanganan perjanjian dilakukan setelah adanya keputusan Pengelola Barang. 2.3 PENGGUNAAN SEMENTARA BMN 2.3.1 KETENTUAN UMUM 1) BMN yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya tanpa harus mengubah kepemilikan dan status Penggunaan BMN. 12 2) Penggunaan sementara BMN dilakukan antar Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang. 3) Biaya pemeliharaan BMN selama jangka waktu Penggunaan sementara BMN dibebankan kepada Kementerian/Lembaga yang menggunakan sementara BMN bersangkutan 4) Penggunaan sementara BMN dituangkan dalam perjanjian antara Pengguna Barang dengan Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN. BMN yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang, dapat digunakan untuk dioperasikan oleh pihak lain. 2.3.2 JANGKA WAKTU 1) Jangka waktu Penggunaan sementara BMN: a. paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang, untuk BMN berupa tanah dan/atau bangunan; b. paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang, untuk BMN selain tanah dan/atau bangunan. 2) Dalam hal Penggunaan sementara BMN dilakukan untuk jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan, maka: a. tidak memerlukan persetujuan dari Pengelola Barang; dan b. pembebanan biaya pemeliharaan selama jangka waktu Penggunaan sementara BMN dilakukan sesuai dengan perjanjian Pada saat jangka waktu Penggunaan sementara BMN telah habis, BMN yang digunakan sementara tersebut: - dikembalikan kepada Pengguna Barang; atau - dialihkan status Penggunaannya kepada Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN, setelah mendapat persetujuan Pengelola Barang. b. Pengalihan status Penggunaan BMN mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri. 2.3.3 TATA CARA 1) Permohonan a. Permohonan Penggunaan sementara BMN diajukan secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang. b. Permohonan ekurangkurangnya memuat: - data BMN yang akan digunakan sementara; 13 - Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara BMN; - jangka waktu Penggunaan sementara; dan - penjelasan serta pertimbangan Penggunaan sementara BMN. c. Permohonan harus dilengkapi dokumen: - fotokopi keputusan penetapan status Penggunaan BMN; dan - fotokopi surat permintaan Penggunaan sementara BMN dari Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara BMN kepada Pengguna Barang. 2) Penelitian 1) Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan Penggunaan sementara BMN yang diajukan oleh Pengguna Barang. 2) Penelitian dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan. 3) Dalam hal hasil penelitian belum mencukupi, Pengelola Barang dapat: - meminta keterangan kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan Penggunaan sementara BMN; dan - meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada Pengguna Barang yang akan menggunakan sementara BMN 3) Persetujuan 1) Persetujuan Penggunaan sementara BMN diberikan oleh Pengelola Barang dalam bentuk surat persetujuan dengan mendasarkan pada hasil penelitian. 2) Surat persetujuan sekurang-kurangnya memuat: - data BMN yang akan digunakan sementara; - Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN; - kewajiban Pengguna Barang yang menggunakan sementara BMN untuk memelihara dan mengamankan BMN yang digunakan sementara; - jangka waktu Penggunaan sementara; - pembebanan biaya pemeliharaan; dan - kewajiban Pengguna Barang untuk menindaklanjuti persetujuan dengan membuat perjanjian. 3) Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan Penggunaan sementara, Pengelola Barang memberitahukan secara tertulis kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan disertai dengan alasannya. 14 2.4 PENGALIHAN STATUS PENGGUNAAN BMN 2.4.1 KETENTUAN UMUM 1) BMN dapat dialihkan status penggunaannya dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi berdasarkan persetujuan Pengelola Barang. 2) Pengalihan status Penggunaan BMN dilakukan antar Pengguna Barang setelah terdapat permohonan dari Pengguna Barang lama dan disetujui oleh Pengelola Barang. 3) Pengalihan status Penggunaan BMN dilakukan tanpa kompensasi dan tidak serta merta dilakukan pengadaan BMN pengganti. 4) BMN yang dialihkan status penggunaannya dilakukan penatausahaan dan pemeliharaan oleh Pengguna Barang baru. 5) Dalam rangka optimalisasi Penggunaan BMN,. Pengelola Barang dapat melakukan alih status Penggunaan BMN tanpa adanya permohonan dari Pengguna Barang dengan memberitahukan kepada Pengguna Barang. 6) Alih status Penggunaan BMN ditetapkan oleh Pengelola Barang melalui keputusan alih status Penggunaan BMN yang memuat sekurang-kurangnya: - alih status Penggunaan BMN dari Pengguna Barang lama kepada Pengguna Barang baru; dan - penetapan status Penggunaan BMN pada Pengguna Barang baru. 7) Alih status Penggunaan BMN didasarkan pada kajian dari Pengelola Barang. 2.4.2 TATA CARA 1) Permohonan a. Permohonan pengalihan status Penggunaan BMN diajukan secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang yang sekurang-kurangnya memuat: - data BMN yang akan dialihkan status penggunaannya, antara lain jenis, nilai perolehan, lokasi, luas, dan tahun perolehan; - calon Pengguna Barang baru; dan - penjelasan serta pertimbangan pengalihan status Penggunaan BMN. b. Permohonan pengalihan status Penggunaan BMN harus melampirkan dokumen: - fotokopi keputusan penetapan status Penggunaan BMN; dan - surat pernyataan bermeterai cukup yang ditandatangani oleh calon Pengguna Barang baru yang memuat kesediaan menerima pengalihan BMN 15 2) Penelitian a. Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan pengalihan status Penggunaan BMN yang diajukan oleh Pengguna Barang. b. Penelitian dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan. c. Dalam hal hasil penelitian belum mencukupi, Pengelola Barang dapat: - meminta keterangan atau data tambahan kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan pengalihan status Penggunaan BMN; dan - meminta konfirmasi dan klarifikasi kepada calon Pengguna Barang baru. 3) Persetujuan a. Persetujuan pengalihan status Penggunaan BMN diberikan oleh Pengelola Barang dalam bentuk surat persetujuan dengan mendasarkan pada hasil penelitian . b. Surat persetujuan sekurang-kurangnya memuat: - data BMN yang akan dialihkan status penggunaannya; - Pengguna Barang lama dan Pengguna Barang baru; - kewajiban Pengguna Barang lama untuk melakukan serah terima BMN kepada Pengguna Barang baru yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST); dan - kewajiban Pengguna Barang lama untuk melakukan penghapusan BMN dari Daftar Barang pada Pengguna Barang dengan menerbitkan keputusan penghapusan. c. Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan alih status Penggunaan BMN, Pengelola Barang memberitahukan secara tertulis kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan disertai dengan alasannya. 16 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara, Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. Pada dasarnya digunakan untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi kementerian negara/lembaga dalam rangka menjamin tertib dalam penggunaan, pengguna barang harus melaporkan kepada pengelola barang atas semua BMN yang diperoleh untuk ditetapkan status penggunaannya. Adapun dasar hukum penggunaan BMN ini adalah PMK RI No. 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara dan PMK RI No. 87/PMK.06/2016 Perubahan atas Perubanah atas PMK RI No. 246/PMK.06/2014. 3.2 SARAN 1. Perlu dilakukannya penjelasan lebih rinci dan pemahaman mengenai Penggunaan BMN yang mengacu PMK RI No. 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara dan PMK RI No. 87/PMK.06/2016 Perubahan atas Perubanah atas PMK RI No. 246/PMK.06/2014. 2. Perlunya informasi terbaru mengenai dasar hukum Penggunaan BMN yang mana Peraturan Menteri Keuangan yang dapat berubah seiring berjalannya waktu sesuai keadaan yang dierlukan. 17 DAFTRA PUSTAKA Peraturan Menteri Keuangan. 2014. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara. Menteri Keuangan Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Menteri Keuangan. 2016. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 87/PMK.06/2016 Perubahan atas Perubanah atas Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 246/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan Barang Milik Negara. Menteri Keuangan Republik Indonesia. Jakarta. Nurcahyo, Joko. 2011. “Pengelolaan Barang Milik Negara”. https://jokonurcahyo.wordpress.com/category/pengelolaan-barang-milik-negarabmn/. Diakses Pada tanggal 19 Mei 2018 pukul 06.40 WIB. 18