KESEHATAN MASYARAKAT Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas kelompok 1 Kesehatan Masyarakat Dosen Pembimbing : dr. Andi Julia Rifiana M.Kes Disusun oleh : 1. Mega Rosnawati 2. Vina Agustina Pratiwi 3. Nurabia Tuasikal 4. Dian Irawati 5. Wiji Sumarni 6. Cut Eva S (NPM. 173112540120616) (NPM. 173112540120715) (NPM. 173112540120815) (NPM. 173112540120817) (NPM. 173112540120816) (NPM. 173112540120319) NASIONAL UNIVERSITY Sawo Manila St, West Pejaten, Pasar Minggu,RT.14/RW.3, RT.14/RW.3, Ps. Minggu, South Jakarta, 12520 (021) 7806700 KATA PENGANTAR 1 Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah- NYA sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Penyusun juga panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena hanya dengan kerido’an-Nya Makalah dengan judul “ KONSEP PEMBERDAYAN DAN DESA SIAGA” ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari dari kekurangan-kekurangan yang perlu penulis ketahui, untuk itu sangat membutuhkan kritik, saran maupun masukan untuk menyempurnakan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkan. Bandung, Maret 2018 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2 1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Pemberdayaan ................................................................................................. 3 2.1.1 Pengertian ............................................................................................................. 3 2.1.2 Ciri Pemberdayaan Masyarakat ........................................................................... 3 2.1.3 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ..................................................................... 4 2.1.4 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat ...................................................................... 5 2.1.5 Peran Petugas Kesehatan ...................................................................................... 7 2.1.6 Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat ......................................................... 7 2.1.7 Sasaran ................................................................................................................. 8 2.2 Desa Siaga .................................................................................................................... 8 2.2.1 Pengertian ............................................................................................................. 8 2.2.2 Tujuan .................................................................................................................. 8 2.2.3 Kriteria Desa Siaga .............................................................................................. 9 2.2.4 Pengembangan Desa Siaga .................................................................................. 9 2.2.5 Kegiatan Desa Siaga ............................................................................................ 12 2.2.6 Pembinaan Desa Siaga ......................................................................................... 14 2.2.7 Hambatan dan Solusi Menjalankan Program Desa Siaga .................................... 15 2.2.8 Indikator Keberhasilan Desa Siaga ...................................................................... 16 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan ...................................................................................................................... 18 3.2 Saran ............................................................................................................................. 18 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian terhadap permaslah kesehatan terus dilakukan terutama dalam perubahan paradigma sakit yang selama ini dianut masyarakat ke paradigma sehat. Paradigma sakit merupakan upaya untuk membuat orang sakit menjadi sehat, menekankan pada kuratif dan rehabilitatif, sedangkan paradigma sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat, menekan pada pelayanan promotif dan preventif. Berubahnya paradigma masyarakat akan kesehatan, juga akan merubah pemeran dalam pencapaian kesehatan masyarakat, dengan tidak mengesampingkan peran pemerintah dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma dapat menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian derajat kesehatan. Dengan peruahan paradigma sakit menjadi paradigma sehat ini dapat membuat masyarakat menjadi mandiri dalam mengusahakan dan menjalankan upaya kesehatannya, hal ini sesuai dengan visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Pemberdayaan masyarakat terhadap usaha kesehatan agar menadi sehat sudah sesuai dengan Undang – undang RI, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup masyarakat yang setinggi- tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. Dalam rangka pencapaian kemandirian kesehatan, pemberdayaan masayrakat merupakan unsur penting yang tidak bisa diabaikan. Pemberdayaan kesehatan di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari promosi kesehatan. Masyarakat merupakan salah satu dari strategi global promosi kesehatanpemberdayaan (empowerment) sehingga pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Memampukan masyarakat, “dari, oleh, dan untuk” masyarakat itu sendiri. Dalam melakukan pemberdayaan masyarakat maka dibentuk Desa Siaga. Desa siaga merupakan strategi baru pembangunan kesehatan. Desa siaga lahir sebagai respon pemerintah terhadap masalah kesehatan di Indonesia yang tak kunjung selesai. Tingginya angka kematian ibu dan bayi, munculnya kembali berbagai penyakit lama seperti tuberkulosis paru, merebaknya berbagai penyakit baru yang bersifat pandemik seperti SARS, HIV/AIDS dan flu burung serta belum hilangnya penyakit endemis seperti diare dan demam berdarah merupakan masalah utama kesehatan di Indonesia. Bencana alam yang sering menimpa bangsa Indonesia seperti gunung meletus, tsunami, gempa bumi, banjir, tanah longsor dan kecelakaan massal menambah kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan konsep pemberdayaan masyarakat ? 2. Bagaimanakah Konsep dari Desa Siaga? 1.3 Tujuan Penulisan Makalah ini dibuat sebagai pedoman atau acuan dalam memahami materi mengenai pemberdayaan masyarakat dan Desa Siaga. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Permberdayaan 2.1.1 Pengertian Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013). Gerakan pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya dalam peningkatan kemampuan masyarakat guna mengangkat harkat hidup, martabat dan derajat kesehatannya. Peningkatan keberdayaan berarti peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat agar dapat mengembangkan diri dan memperkuat sumber daya yang dimiliki untuk mencapai kemajuan. Gerakan pemberdayaan masyarakat juga merupakan cara untuk menumbuhkan dan mengembangkan norma yang membuat masyarakat mampu untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Dalam arti sempit istilah pengembangan masyarakat di Indonesia sering dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat (desa) kemudian menjadi dengan konsep pengembangan masyarakat lokal (locality development). UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya manusia) adalah salah satu wujud nyata peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu munculnya berbagai bentuk UKBM lainnya seperti Polindes, POD (pos obat desa), pos UKK (pos upaya kesehatan kerja), TOGA (taman obat keluarga), dana sehat dan lain-lain. 2.1.2 Ciri Pemberdayaan Suatu kegiatan atau program dapat dikategorikan ke dalam pemberdayaan masyarakat apabila kegiatan tersebut tumbuh dari bawah dan non-instruktif serta dapat memperkuat, meningkatkan atau mengembangkan potensi masyarakat setempat guna mencapai tujuan yang diharapkan. Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai berikut : 1. Tokoh atau pimpinan masyarakat (Community Leader) Pemimpin atau tokoh masyarakat dapat bersifat format (camat, lurah, ketua RT/RW) maupun bersifat informal (ustadz, pendeta, kepala adat). Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider kesehatan terlebih dahulu melakukan pendekatan-pendekatan kepada para tokoh masyarakat. 2. Organisasi masyarakat (Community Organization) Dalam suatu masyarakat selalu ada organisasi-organisasi kemasyarakatan baik formal maupun informal, misalnya PKK, karang taruna, majelis taklim, koperasi-koperasi dan sebagainya. 3. Pendanaan masyarakat (Community Fund) Sebagaimana uraian pada pokok bahasan dana sehat, maka secara ringkas dapat digaris bawahi beberapa hal sebagai berikut: “Bahwa dana sehat telah berkembang di Indonesia sejak lama(tahun 1980-an) Pada masa sesudahnya(1990-an) dana sehat ini semakin meluas perkembangannya dan oleh Depkes diperluas dengan nama program JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) 4. Material masyarakat (Community Material) Seperti telah diuraikan disebelumnya sumber daya alam adalah merupakan salah satu potensi masyarakat. Masing-masing daerah mempunyai sumber daya alam yang berbeda yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. 5. Pengetahuan masyarakat (Community Knowledge) Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah contoh pemberdayaan masyarakat yang meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat. 6. Teknologi masyarakat (community technology) Dibeberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program kesehatan. 2.1.3 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk : 1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara – cara memelihara dan meningkatkan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya adalah pengetahuan kesehatan. 2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut. 3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat, baik seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat. 2.1.4 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat Prinsipnya pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkan kemampuan masyarakat dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat bukan sesuatu yang ditanamkan dari luar. Pemberdayaan masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri, berdasarkan kemampuan sendiri. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan: 1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat. Tinggi rendahnya potensi sumber daya manusia disuatu komunitas lebih ditentukan oleh kualitas, bukan kuatitas sumber daya manusia. Sedangkan potensi sumber daya alam yang ada di suatu masyarakat adalah given. Bagaimanapun melimpahnya potensi sumber daya alam, apabila tidak didukung dengan potensi sumber daya manusia yang memadai, maka komunitas tersebut tetap akan tertinggal, karena tidak mampu mengelola sumber alam yang melimpah tersebut. 2. Mengembangkan gotong royong masyarakat. Peran petugas kesehatan atau provider dalam gotong royong masyarakat adalah memotivasi dan memfasilitasinya, melalui pendekatan pada para tokoh masyarakat sebagai penggerak kesehatan dalam masyarakatnya. 3. Menggali kontribusi masyarakat. Menggali dan mengembangkan potensi masing – masing anggota masyarakat agar dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan terhadap program atau kegiatan yang direncanakan bersama. Kontribusi masyarakat merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga, pemikiran atau ide, dana, bahan bangunan, dan fasilitas – fasilitas lain untuk menunjang usaha kesehatan. 4. Menjalin kemitraan Jalinan kerja antara berbagai sektor pembangunan, baik pemerintah, swasta dan lembaga swadaya masyarakat, serta individu dalam rangka untuk mencapai tujuan bersama yang disepakati. Membangun kemandirian atau pemberdayaan masyarakat, kemitraan adalah sangat penting peranannya. 5. Desentralisasi Upaya dalam pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengembangkan potensi daerah atau wilayahnya. Oleh sebab itu, segala bentuk pengambilan keputusan harus diserahkan ketingkat operasional yakni masyarakat setempat sesuai dengan kultur masing-masing komunitas dalam pemberdayaan masyarakat, peran sistem yang ada diatasnya adalah : a. Memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan atau program-program pemberdayaan. Misalnya masyarakat ingin membangun atau pengadaan air bersih, maka peran petugas adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan anggota masyarakat, pengorganisasian masyarakat, atau memfasilitasi pertemuan dengan pemerintah daerah setempat, dan pihak lain yang dapat membantu dalam mewujudkan pengadaan air bersih tersebut b. Memotivasi masyarakat untuk bekerjasama atau bergotong-royong dalam melaksanakan kegiatan atau program bersama untuk kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut. Misalnya, masyarakat ingin mengadakan fasilitas pelayanan kesehatan diwilayahnya. Agar rencana tersebut dapat terwujud dalam bentuk kemandirian masyarakat, maka petugas provider kesehatan berkewajiban untuk memotivasi seluruh anggota masyarakat yang bersangkutan agar berpartisipasi dan berkontribusi terhadap program atau upaya tersebut. 2.1.5 Peran Petugas Kesehatan Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat adalah : 1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat. 2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut 3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional. 2.1.6 Indikator Hasil Pemberdayaan Masyarakat 1. Input Input meliputi SDM, dana, bahan-bahan, dan alat-alat yang mendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat. 2. Proses Proses, meliputi jumlah penyuluhan yang dilaksanakan, frekuensi pelatihan yang dilaksanakan, jumlah tokoh masyarakat yang terlibat, dna pertemuanpertemuan yang dilaksanakan. 3. Output Output, meliputi jumlah dan jenis usaha kesehatan yang bersumber daya masyarakat, jumlah masyarakat yang telah meningkatkan pengetahuan dari perilakunya tentang kesehatan, jumlah anggota keluarga yang memiliki usaha meningkatkan pendapatan keluarga, dan meningkatnya fasilitas umum di masyarakat. 4. Outcome Outcome dari pemberdayaan masyarakat mempunyai kontribusi dalam menurunkan angka kesakitan, angka kematian, dan angka kelahiran serta meningkatkan status gizi kesehatan. 2.1.7 Sasaran 1. Individu berpengaruh 2. Keluarga dan perpuluhan keluarga 3. Kelompok masyarakat : generasi muda, kelompok wanita, angkatan kerja 4. Organisasi masyarakat: organisasi profesi, LSM, dll 5. Masyarakat umum: desa, kota, dan pemukiman khusus. 2.2 Desa Siaga 2.2.1 Pengertian Desa Siaga Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan serta kemauan untuk untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawadaruratan, kesehatan secara mandiri. Desa yang dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas – batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Si (siap), yaitu pendataan dan mengamati seluruh ibu hamil, siap mendampingi ibu, siap menjadi donor darah, siap memberi bantuan kendaraan untuk rujukan, siap membantu pendanaan, dan bidan wilayah kelurahan selalu siap memberi pelayanan. A (antar), yaitu warga desa, bidan wilayah, dan komponen lainnya dengan cepat dan sigap mendampingi dan mengatur ibu yang akan melahirkan jika memerlukan tindakan gawat darurat. Ga (jaga), yaitu menjaga ibu pada saat dan setelah ibu melahirkan serta menjaga kesehatan bayi yang baru dilahirkan. 2.2.2 Tujuan a. Tujuan umum desa siaga adalah terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. b. Tujuan khususnya adalah sebagai berikut. 1) Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan. 2) Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah, kegawadaruratan dan sebagainya) 3) Peningkatan kesehatan lingkungan di desa. Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri di bidang kesehatan. 2.2.3 Kriteria Desa Siaga Suatu desa dikatakan menjadi desa siaga apabila memenuhi kriteria berikut: 1. Memiliki 1 orang tenaga bidan yang menetap di desa tersebut dan sekurangkurangnya 2 orang kader desa. 2. Memiliki minimal 1 bangunan pos kesehatan desa (poskesdes) beserta peralatan dan perlengkapannya. Poskesdes tersebut dikembangkan oleh masyarakat yang dikenal dengan istilah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang melaksanakan kegiatan-kegiatan minimal : a. Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa serta faktor-faktor risikonya. b. Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB serta kekurangan gizi. c. Kesiapsiagaan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan. d. Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya. e. Kegiatan pengembangan seperti promosi kesehatan, kadarzi, PHBS, penyehatan lingkungan dan lain-lain. 2.2.4 Pengembangan Desa Siaga Pengembangan desa membantu/memfasilitasi/mendampingi siaga masyarakat dilaksanakan untuk menjalani dengan proses pembelajaran melalui siklus atau spiral pemecahan masalah yang terorganisasi dan dilakukan oleh sebuah organisasi desa siaga. Organisasi desa siaga ini berada di tingkat desa/kelurahan dengan penanggung jawab umum kepala desa atau lurah. Sedangkan pengelola kegiatan harian desa siaga, bertugas melaksanakan kegiatan lapangan seperti pemetaan balita untuk penimbangan dan imunisasi, pemetaan ibu hamil, membantu tugas administrasi di poskesdes dan lain-lain. Pengembangan desa siaga merupakan aktivitas yang berkelanjutan dan bersifat siklus. Setiap tahapan meliputi banyak aktivitas. 1. Pada tahap 1 dilakukan sosialisasi dan survei mawas diri (SMD), dengan kegiatan antara lain : Sosialisasi, Pengenalan kondisi desa, Membentuk kelompok masyarakat yang melaksanakan SMD, pertemuan pengurus, kader dan warga desa untuk merumuskan masalah kesehatan yang dihadapi dan menentukan masalah prioritas yang akan diatasi. 2. Pada tahap 2 dilakukan pembuatan rencana kegiatan. Aktivitasnya, terdiri dari penentuan prioritas masalah dan perumusan alternatif pemecahan masalah. Aktivitas tersebut, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 2 (MMD-2). Selanjutnya, penyusunan rencana kegiatan, dilakukan pada saat musyawarah masyarakat 3 (MMD-3). Sedangkan kegiatan antara lain memutuskan prioritas masalah, menentukan tujuan, menyusun rencana kegiatan dan rencana biaya, pemilihan pengurus desa siaga, presentasi rencana kegiatan kepada masyarakat, serta koreksi dan persetujuan masyarakat. 3. Tahap 3, merupakan tahap pelaksanaan dan monitoring, dengan kegiatan berupa pelaksanaan dan monitoring rencana kegiatan. 4. Tahap 4, yaitu : kegiatan evaluasi atau penilaian, dengan kegiatan berupa pertanggung jawaban. Pada pelaksanaannya, tahapan diatas tidak harus berurutan, namun disesuaikan dengan kondisi masing-masing desa/kelurahan. Dalam pengembangan desa siaga juga sangat diperlukan forum komunikasi masyarakat yaitu terbagi menjadi empat, yiatu: 1. Pengembangan tim petugas. Tujuan langkah ini adalah persiapan para petugas kesehatan yang berada diwilayah puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. Persiapan para petugas ini dapat berbentuk sosialisasi, pertemuan, atau pelatihan yang bersiafat konsolidasi, yang di sesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran atau out put dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan fungsinya, serta siap bekerja sama dalam satu tim untuk melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat. 2. Pengembangan tim di masyarakat. Tujuan langkah ini adalah mempersiapakan para petugas, tokoh masyarakat, dan masyarakat (forum masyarakat desa ) agar mereka mengetahui dan mau bekerja sama dalam satu tim untuk mengembangkan desa siaga. Langkah ini, termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, bertujuan agar mereka mau memberi dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, persetujuan, dana, maupun sumber daya lain sehingga pengembangan desa siaga dapat berjalan denag lancar. Pendekatan pada tokoh – tokoh masyarakat bertujuan agar mereka memahami dan mendukung ,khususnya dalam membentuk opini masyarakat guna menciptakan iklim yang kondusif bgi pengembangan desa siaga. 3. Survei Mawas Diri Survei Mawas Diri (SMD) atau telah mawas diri (TMD) atau Comunity Self Survei (CSS) bertujuan agar tokoh masyarakat mampu melakukan telah mawas diri untuk desanya. Survei harus dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan bimbingan tenaga kesehatan. 4. Musyawarah masyarakat desa Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakat desa (MMD) ini adalah mencari alternatif penyelesaian,masalah kesehatan dan upaya membangun poskesdes di kaitkan dengan potensi yang dimiliki desa.Disamping itu,untuk menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa siaga.Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan,biasanya adalah daftar masalah kesehatan,data potensi serta harapan masyarakat.Hasil pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk menentukan prioritas,serta langkah-langkah solusi untuk pengembangan poskesdes dan pengembangan desa siaga. Pada dasarnya prinsip dari pengembangan Desa Siaga yaitu: 1. Desa siaga adalah titik temu antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah dengan upaya masyarakat yang terorganisir. 2. Desa siaga mengandung makna “kesiapan” dan “kesiagaan” Kesiagaan masyarakat dapat didorong dengan memberi informasi yang akurat dan cepat tentang situasi dan masalah-masalah yang mereka hadapi. 3. Prinsip respons segera. Begitu masyarakat mengetahui adanya suatu masalah, mereka melalui desa siaga, akan melakukan langkah-langkah yang perlu dan apabila langkah tersebut tidak cukup, sistem kesehatan akan memberikan bantuan (termasuk pustu, puskesmas, Dinkes, dan RSUD). 4. Desa siaga adalah “wadah” bagi masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai program kesehatan Adapun sasaran dalam pengembangan desa siaga adalah mempermudah strategi intervensi, sasaran ini dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai berikut : 1. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayah desanya 2. Pihak- pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan pemuda, kader serta petugas kesehatan 3. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang –undangan, dana, tenaga, sasaran, dll, seperti kepala desa, camat, pejabat terkait, LSM, swasta, donatur, dan pemilik kepentingan lainnya. 2.2.5 Kegiatan Desa Siaga Secara operasional, pembentukan desa siaga dilakukan dengan kegiatan, kegiatan pokok yang dilakukan sebagai berikut: Sedangkan, Kegiatan Pokok dari Desa Siaga ialah 1. Surveilans dan pemetaan : Setiap ada masalah kesehatan di rumah tangga akan dicatat dalam kartu sehat keluarga. Selanjutnya, semua informasi tersebut akan direkapitulasi dalam sebuah peta desa (spasial) dan peta tersebut dipaparkan di poskesdes. 2. Perencanaan partisipatif: Perencanaan partisipatif di laksanakan melal ui survei mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa (MMD). Melalui SMD, desa siaga menentukan prioritas masalah. Selanjutnya, melalui MMD, desa siaga menentukan target dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai target tersebut. Selanjutnya melakukan penyusunan anggaran. 3. Mobilisasi sumber daya masyarakat : Melalui forum desa siaga, masyarakat dihimbau memberikan kontribusi dana sesuai dengan kemampuannya. Dana yang terkumpul bisa dipergunakan sebagai tambahan biaya operasional poskesdes. Desa siaga juga bisa mengembangkan kegiatan peningkatan pendapatan, misalnya dengan koperasi desa. Mobilisasi sumber daya masyarakat sangat penting agar desa siaga berkelanjutan (sustainable). 4. Kegiatan khusus: Desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan. Dasar penentuan kegiatan tersebut adalah pedoman standar yang sudah ada untuk program tertentu, seperti malaria, TBC dan lain-lain. Dalam mengembangkan kegiatan khusus ini, pengurus desa siaga dibantu oleh fasilitator dan pihak puskesmas. 5. Monitoring kinerja : Monitoring menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian dari surveilans rutin. Setiap rumah tangga akan diberi Kartu Kesehatan Keluarga untuk diisi sesuai dengan keadaan dalam keluarga tersebut. Kemudian pengurus desa siaga atau kader secara berkala mengumpulkan data dari Kartu Kesehatan Keluarga untuk dimasukkan dalam peta desa. 6. Manajemen keuangan: Desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant) setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya. Besarnya sesuai dengan proposal yang diajukan dan proposal tersebut sebelumnya sudah direview oleh Dewan Kesehatan Desa, kepala desa, fasilitator dan Puskesmas. Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, penggunaan dana tersebut harus dicatat dan dilaporkan sesuai dengan pedoman yang ada. Selain kegiatan Pokok dari Desa siaga terdapat kegiatan lain yang dilakukan, yaitu; 1. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga. Pemilihan pengurus dan kader siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal desa dan tokoh masyarakat Serta beberapa wakil masyarakat pilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan Kriteria yang berlaku dengan difasilitasi oleh masyarakat. 2. Orientasi / pelatihan kader siaga. Sebelum melaksanakn tugasnya, pengolahan dan kader desa yang telah ditetapkan perlu di beri orientasi atau pelatihan. Orientasi / pelatihan di laksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten / kota. Materi orientasi / pelatihan mencakup kegiatan yang akan di laksanakan di desa dalam rangka pembangunan desa siaga yang meliputi penolahan desa siaga secara umum, pembangunan dan pengelolaan poskesdes, pembangunan dan pengelolaan UKBM lain, dan hal-hal penting lain yang terkait seperti kehamilan dan persalinansehat. 3. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain. Dalam hal ini, pembangunan poskesdes dapat di kembangkan dari polindes yang sudah ada. Dengan demikian, akan diketahui bagaimana poskesdes tersebut diadakan, membangun baru dengan fasilitas dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donator, membangun baru dengan swadaa masyarakat atau memodivikasi bangun lain. Jika poskesdes sudah berhasil di selenggarakan, kegiatan di lanjutkan dengan UKBM lain, seperti posyandu dengan berpedoman pada panduan yang berlaku. 4. Penyelenggaraan desa siaga. Dengan adanya poskesdes, desa yang bersangkutan telah di tetapkan sebagai desa siaga. Setelah desa siaga resmi dibentuk, dilanjutkan dengan pelaksanaann kegiatan poskesdes secara rutin, yaitu pengembanagan system surveilans berbasis nasyarakat, pengembangan kesiap siagaan dan penanggulangan kegawat daruratan dan bencana, pemberantasan penyakit(dimilai dengan 2 penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB), penanggulangan masalah dana, pemberdayaan masyrakat menuju kadarsi dan PHBS, serta penyehatan lingkungan. 5. Pembinaan dan peningkatan. Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sector lain dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya pengembangan jejaring kesjasama dengan berbagi pihak perwujudan dari pengembangan jejaring desa siaga dapat dilakukan melalui temu jejaring IKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun). Upaya ini selain memantapkan kerjasama, juga diharapkan dapat menyediakan wahana tukar menukar pengalaman dan memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Pembinaan jejaring lintas sector juga sangat penting , khususnya dengan program pembangunan yang bersasaran desa. Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian desa siaga adalah keaktifan para kader. 2.2.6 Pembinaan Desa Siaga Pembentukan desa siaga memerlukan tim lintas sector dan komponen masyarakat (LSM) untuk melakukan pendampingan dan fasilitasi. Tim ini dibutuhkan ditingkat kecamatan, kabupaten, kota, dan profinsi, yang bekerja berdasarkan surat keputusan camat , surat keputusan bupati atau wali kota dan surat keputusan gubernur . Untuk mengingat permasalahan kesehatan sangat di pengaruhi oleh kinerja sector lain dan adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan desa siaga, perlu adanya pengembangan jejaring kerja sama denfan berbagai pihak. Perwujudan dari pengembangan jejaring desa siaga dapat di lakukan melalui temu jejaring UKBM secara internal di dalam desa sendiri dan atau temu jejaring antar desa siaga ( minimal sekali dalam setahun. Salah satu kunci keberhasilan dan esa siaga adalah ke aktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangaka pembinaan, perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan para kader agar tidak drop out. Kader-kader yang memiliki motifasi memuaskan kebutuhan social psikologisnya harus di beri kesempatan seluasluasnya utuk mengembangkan kreatifitasnya. Sementara kader-kader yang masih dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya harus dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/ insentif atau fasilitas atau dapat berwira usaha. Perkembangan desa siaga perlu di pantau dan di evaluai berkaitan dengan ini kegiatan-kegiatan desa siaga perlu di catat oleh kader, misalnya dalam buku register UKBM (contohnya system informasi posyandu ). 2.2.7 Hambatan dan Solusi Dalam Menjalankan Program Desa Siaga A. Hambatan yang ditemui dalam menjalankan program Desa Siaga ialah: 1. Tenaga kesehatan khususnya bidan menjadi kendala utama dalam melakukn persalinan yg ditolong oleh tenaga kesehatan 2. SDM kader yang kurang mendukung 3. Keadaan Geografis yang sulit 4. Sarana Prasarana yang kurang memadai khususnya fasilitas kesehatan tingkat pertama. 5. Kurangnya pendanaan terhadap proses pelayanan kesehatan B. Solusi dalam memecahkan persoalan tersebut: 1. Bidan bermitra dengan dukun sehingga dukun tidak merasa tersaingi (Keg. Kemitraan bidan & dukun) 2. Memberikan pembinaan dan latihan – latihan pada kader maupun tenaga non medis dalam memberikan motifasi, penyuluhan tentang pentingnya pelayanan kesehatan,dan pentingnya mencegah penyakit melalui usaha-usaha kesehatan masyrakat 3. Mengajari masyrakat terhadap kegiatan tanggap darurat apabila terjadi masalah kesehatan di lingkungan desa atau lingkungan tempat tinggal 4. Melakukan koordinasi dengan pemerintah setempat khususnya dinas kesehatan dalam upaya pengadaan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang mendukung dan memadai 5. Serta perbaikan fasilitas jalan yang menuju ke tempat pelayanan kesehatan. 6. Melakukan penggalangan dana dengan memanfaatkan kreatifitas masyrakat serta sumberdaya alam yang tersedia di lingkungan desa. 2.2.8 Indikator Keberhasilan Desa Siaga Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga dapat diukur dari 4 kelompok indikator, yaitu : indikator input, proses, output dan outcome 1. Indikator Input a. Jumlah kader desa siaga. b. Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes. c. Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana. d. Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu. e. Tersedianya dana operasional desa siaga. f. Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya. g. Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang dijumpai dalam warna yang sesuai. h. Tersedianya data/catatan (jumlah bayi diimunisasi, jumlah penderita gizi kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain). 2. Indikator proses a. Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan sebagainya). b. Berfungsi/tidaknya kader desa siaga. c. Berfungsi/tidaknya poskesdes. d. Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada. e. Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis masyarakat. f. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS. g. Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat. 3. Indikator Output a. b. Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani. Jumlah kunjungan neonates (KN2). c. Jumlah BBLR yang dirujuk. d. Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani. e. Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I. f. Jumlah balita yang mendapat imunisasi. g. Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam. h. Jumlah keluarga yang punya jamban. i. Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi. j. Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium. k. Adanya data kesehatan lingkungan. l. Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang menjadi masalah setempat. m. Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina. 4. Indikator outcome a. Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya. b. Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS. c. Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia. d. Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk. BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan 1. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses di mana masyarakat, khususnya mereka yang kurang memiliki akses ke sumber daya pembangunan, didorong untuk meningkatkan kemandiriannya di dalam mengembangkan perikehidupan mereka. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan proses siklus terus-menerus, proses partisipatif di mana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berusaha mencapai tujuan bersama. 2. Konsep desa siaga adalah membangun suatu sistem di suatu desa yang bertanggung jawab memelihara kesehatan masyarakat itu sendiri, di bawah bimbingan dan interaksi dengan seorang bidan dan 2 orang kader desa. Di samping itu, juga dilibatkan berbagai pengurus desa untuk mendorong peran serta masyarakat dalam program kesehatan seperti imunisasi dan posyandu 3.2 Saran 1. Kita Sebagai tenaga kesehatan harus dapat memahami materi pemberdayaan masyarakat sehingga kita dapat mengaplikasikannya dengan menjadikan masyarakat yang mandiri, masyarakat yang sadar, mau dan mampu dalam meningkatkan kesehatannya. 2. Kita sebagai tenaga kesehatan harus mampu mengaplikasikan materi Desa siaga, sehingga kita berhasil mengembangkan Desa Siaga. DAFTAR PUSTAKA Konsep Desa Siaga. http://dinkes.lumajangkab.go.id/konsep-desa-siaga. Diakses tanggal 29 Maret 2018. Srain, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Pemberdayaan Masyarakat Desa. https://www.slideshare.net/septianraha/makalahpemberdayaan-masyarakat-desa. Diakses tanggal 29 Maret 2018.