Uploaded by User41903

Laporan FGD Kepuasan drg di Semarang - Rekap Doni

advertisement
PERTANYAAN TOPIK
1.
Bagaimana bentuk sosialisasi dan
komunikasi antara BPJS dengan drg
primer ?
a) Bagaimana
bentuk
komunikasinya
b) Berapa
frekwensi
kegiatannya
c) Apa yang dirasakan masih
kurang baik dan bagaimana
saran teman sejawat
INTEPRETASI
Bentuk sosialisasi dan komunikasi selama ini dirasakan peserta kurang memuaskan karena belum
maksimal memberikan informasi yang dibutuhkan oleh provider terutama tentang kebijakan sistem
kapitasi yang baru dan diskusi permasalahan yang terjadi secara dua arah, seperti yang terungkap dari
pernyataan di bawah ini :
“.....waktu itu yang paling urgent masalahnya adalah ketika seluruh data peserta kita itu
hilang semua khusus eks-JAMSOSTEK. Saya dari 30 ribu menjadi 3 ribu saja. Ketika itu
ditanyakan dan dari BPJS karena yang datang bukan dari kepalanya sehingga tidak bisa
memberikan keputusan.....”
(dokter gigi pria-Semarang).
.... dibatasi untuk tanya jawab
(dokter gigi wanita - Semarang)
Harapan para dokter gigi untuk pertemuan dilaksanakan rutin dan berkala untuk membahas berbagai
permasalahan dalam penerapan program BPJS dengan melibatkan pengambil keputusan. Keterbukaan
BPJS dalam jalur prosedur complain dari provider tentang mekanisme perpindahan, data kepesertaan
BPJS dan dukungan peningkatan kompetensi dokter gigi dari BPJS, seperti yang terungkap dalam hasil
wawancara berikut ini :
.....komunikasi terkait masukan, evaluasi permasalahan dll yang dilakukan paling tidak 2 atau
3 bulan sekali harus ada.....
(dokter gigi wanita - Semarang)
Seminar saja kita belum ada dibuatkan, jadi untuk peningkatan kompetensi dari BPJS belum
ada perhatian.....
(Dokter gigi wanita - Semarang)
Masalah Rujukan
Beberapa masalah yang berkaitan dengan mekanisme rujukan diantaranya yaitu SK Regionalisasi perlu
dilakukannya evaluasi untuk memperlancar mekanisme rujukan pasien, kompetensi dokter di RS
Rujukan perlu ditingkatkan dan penyediaan dokter gigi spesialis di RS Rujukan serta rasionalisasi tarif
INACBGs berdasarkan informasi dan kajian klinisi sehingga tidak ada RS atau dokter yang merasa
dirugikan.
... tidak ada RS di Semarang ini dokter gigi nya ada spesialis. Sehingga kalau ada kasus
pencabutan yang susah dan tidak bisa kita lakukan di praktek lalu kita merujuknya ke RS.
Harusnya memang rujukan itu ke spesialis bedah mulutkan. Tapi di Tlogorejo yang
mengerjakan mungkin dokter gigi umum biasa sehingga terjadilah seperti itu
(dokter gigi - Semarang)
...ada complain di RS tipe C atau D tidak ada spesialis dan klaimnya oleh BPJS tidak mau
membayarkan. Karena yang mengerjakan itu bukan dokter spesialis padahal itu rujukan dari
Faskes primer. Kan repot sekarang.
(dokter gigi wanita - Semarang)
...Jadi bukan masalah tidak mau tetapi dapatnya sedikit itu lo. Soalnya di BPJS itu dapatnya
hanya 150. Makanya yang BPJS tipe C tidak mau rujuk ke B aja katanya. Lebih besar tariff
nya
(dokter gigi - Semarang)
2. Bagaimana prosedur perekrutan dan
seleksi drg primer oleh BPJS ?
a) Jika sudah baik, jelaskan
alasannya
b) Jika masih kurang baik,
jelaskan apa yang perlu
diperbaiki
Peserta menganggap proses perekrutan dan seleksi drg primer oleh BPJS masih kurang baik,
sebagaimana pernyataan dokter gigi dari hasil wawancara sebagai berikut :
Masih kurang, alasannya karena kalau dari perjanjiaannya BPJS atau ASKES itu mereka untuk
perekruitan mereka memakai system kredensial. Jadi ada ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi. Tetapi kenyataannya tidak. Kita karena sekarang ini belum ada dokter gigi baru
yang direkruit oleh BPJS, jadi masih dokter lama sejak dari eks-ASKES ke BPJS masih lama
dan belum ada yang baru...
(dokter gigi - Semarang).
Beberapa saran yang disampaikan peserta sebagai bagian untuk perbaikan prosedur seleksi dan
perekrutan dokter gigi yaitu dengan melibatkan organisasi profesi dan dinas kesehatan sesuai dengan
tupoksi dan peranannya masing-masing.
“Pertama kita SIP, STR ada dan sesuai, kemudian lokasi, sarana dan prasarana seperti dokter
gigi baru untuk minta tempat praktek baru. Jadi kita akan kunjungan dan kita akan
memberikan rekomendasi lah mulai dari lokasinya, tempatnya dan sarananya”
(dokter gigi wanita - Semarang)
“Rekomendasi yang dikeluarkan oleh PDGI terhadap yang bersangkutan untuk memberikan
pelayanan sebagai dokter keluarga”
(dokter gigi wanita - Semarang)
Cakupan pelayanan dokter keluarga yang menentukan jumlah kapitasi berdasarkan pemetaan lokasi
praktek dirasakan peserta kurang relevan lagi atau terasa tidak adil dan sebaiknya ditentukan oleh
pilihan dari pasien pengguna BPJS serta mempertimbangkan utilisasinya. Hal ini terlihat dalam
pernyataan dibawah ini :
“Kalau mengenai utilisasi menurut pengalaman saya sendiri, jadi saya sedari awal masuk ke
ASKES itu awalnya sekitar 2 ribu tidak sampai 3 ribu dan meningkat terus sampai sekarang
lebih dari 10 ribu dimana saya sekitar 10 ribu 700 bulan ini. Dari utilisasi itu sebenarnya
memang harus dipenuhi minimalnya dulu.......”
(dokter gigi pria - Semarang)
“....saya yang sejak tahun 2010 awal saja belum ada 4 ribu. Dalam artian memang
pembagian pemetaan itu waktu itu terasa tidak adil. ...”
(dokter gigi wanita - Semarang)
3. Bagaimana
tanggapan
teman
sejawat
terhadap
kontrak
pembayaran kapitasi yang diterapkan
oleh BPJS kepada dokter gigi saat ini
?
a) Prosedur dalam kontrak 
birokrasi dan administrasinya
mudah atau sulit
b) Apakah
sudah
mencerminkan keadilan bagi
peserta dan drgnya
?
jelaskan alasannya
Berkaitan dengan prosedur dalam kontrak terutama birokrasi dan administrasi masih dirasakan sulit
oleh peserta. Pembenahan sistem entri data bagi peserta baru, perpindahan kepesertaan dan besaran
dana yang ditransfer perlu diinformasikan secara transparan, yang disampaikan oleh peserta yaitu :
“Sudah berulang kali kita sampaikan. Tapi tidak ada pembayaran apa-apa atau tambahan.
Padahal kesalahan itu ada di entry data mereka yang kacau sekali...”
(dokter gigi - Semarang).
“Artinya ini menyangkut keterbukaan dari BPJS. Yang pertama soal transfer, dia harus
memberikan bukti setiap bulan setiap bulan mungkin bisa email atau sms,.....”
(dokter gigi wanita - Semarang)
Besaran subsidi/penggantian biaya oleh BPJS terutama protesa bagi pasien yang membutuhkan
dirasakan kurang adil, sebagaimana disampaikan peserta berikut ini :
“.....kenapa kok operasi Jantung kok diganti semua total sampai 75 bahkan 100 juta diganti.
Sebetulnya saya itu butuhnya gigi palsu karena saya kalau makan tidak enak. Memang
betulkan karena ini mengembalikan fungsi pengunyahan. Jadi dia complain kenapa hanya
dikasih segitu...”
(dokter gigi wanita - Semarang)
4. Jenis pelayanan apa
(dari benefit
pelayanan gigi di BPJS) yang
menurut teman sejawat paling
memberatkan
dari
sisi
biaya
(dianggap merugikan)
a) Jenis pelayanan apa yang
sebaiknya
ditambahkan
dalam benefit pelayanan gigi
primer dalam program JKN
dan sebutkan alasannya
b) Jenis pelayanan apa yang
sebaiknya
dihapuskan
dalam benefit pelayanan gigi
primer dalam program JKN
dan sebutkan alasannya.
Pelayanan promotif dan preventif baru sebatas edukasi tentang pentingnya pemeriksaan gigi setiap
minimal 6 bulan sekali sedangkan tindakan aplikatif lainnya seperti perawatan mumifikasi untuk kasus
kegawatdaruratan dokter gigi perlu dimasukkan secara jelas, aplikasi floride pada anak-anak dan
fissure sealant menurut peserta bisa dilakukan dengan konsekuensi ada penyesuaian nilai kapitasi.
BPJS juga diharapkan bisa memfasilitasi kegiatan promotif preventif dengan melibatkan dokter
keluarganya, seperti pernyataan dibawah ini :
“....saya sudah menerapkan bahwa control 6 bulan sekali itu oke. Saya terima untuk control
6 bulan sekali meskipun tidak ada keluhan.... BPJS harus memfasilitasi bagaimana agar kita
bisa promotif preventif....”
(dokter gigi wanita - Semarang)
“....Mungkin dari sekarang kita aplikasi dan kedepan kita sudah enak tidak usah nambalnambal saja karena giginya sudah bagus”
(dokter gigi wanita - Semarang)
“....tulisan mumifikasi secara spesifik tidak ada”
(dokter gigi wanita - Semarang)
Menurut peserta pelayanan Scalling sebaiknya dihapuskan dalam benefit pelayanan gigi primer dalam
program JKN tetapi bisa dilakukan jika merupakan bagian dari perawatan pasien yang mempunyai
indikasi gingivitis, sebagaimana dari hasil wawancara berikut ini :
“Terus terang untuk scalling itukan kita butuh waktu lama”
(dokter gigi wanita - Semarang)
“Iya, yang indikasi malah tidak minta karena mereka yang dikeluhkan kan lain misalnya sakit.
jadi bukan karena karang giginya”
(dokter gigi wanita - Semarang)
5. Bagaimana tingkat kunjungan pasien
untuk perawatan scalling peserta
JKN selama ini ? apakah terjadi over
utilisasi dalam implementasinya ?
a) Bagaimana
strategi
mengatasinya ?
b) Bagaimana usulan bapak ibu
terkait dengan pelayanan
scaling ini ke depannya ?
Strategi yang dilakukan peserta untuk mengatasi terjadinya over utilisasi perawatan scalling salah
satunya yaitu dengan komunikasi dengan baik kepada pasien tentang perlu tidaknya scalling sesuai
dengan indikasinya, sebagaimana pernyataan berikut :
“Memang harus dimasukan sesuai dengan indikasi tetapikan kadang-kadang pasien suka
tidak mengerti sesuai indikasi itu apa”
(dokter gigi wanita - Semarang)
“....Sehingga kita harus memberikan penjelasan bahwa kita melayani scaling harus dengan
landasan indikasi pengobatan”
(dokter gigi wanita - Semarang)
6. Apakah
7.
teman sejawat merasa
merasa puas terhadap pembayaran
kapitasi yang diterapkan selama ini ?
a) Jika merasa puas, sebutkan
alasannya
b) Jika tidak puas sebutkan
alasannya
Menurut bapak/ibu apa yang harus
diperbaiki (harapan ke depan) dalam
pembayaran kapitasi selama ini ?
Hal-hal yang harus diperbaiki ke depan dalam pembayaran kapitasi menurut peserta yakni perlu
adanya MoU atau pedoman yang jelas tentang kepesertaan baru dan kepindahan peserta BPJS, proses
rekrutment dan seleksi drg primer sesuai dengan perjanjian dan ketentuan yang berlaku serta review
nilai kapitasi berdasarkan utilisasi dan penyesuaian kembali untuk standar dan tarif kapitasi.
Sebagaimana disampaikankan peserta berikut :
“Misalnya begini, kalau memang kesepakatannya peserta baru pagi daftar sore dilayani maka
jelas dokter diberikan penjelasan dengan alasannya. Misalnya uang pendaftaran yang bulan
ini nanti kita masukkan ke bulan berikutnya. Atau kalau di MoU itu jelas ditulis bahwa kalau
pasien pindahan dari dokter A misalnya sudah 3 bulan didokter A dan bulan ini dia
mengajukan pindah, maka efektifnya didokter B itu baru bulan berikutnya...”
(dokter gigi wanita - Semarang)
Download